You are on page 1of 25

PENGARUH FAKTOR PENGETAHUAN DAN PETUGAS

KESEHATAN TERHADAP KONSUMSI OBAT KAKI


GAJAH (FILARIASIS) DI KELURAHAN BLIGO
KECAMATAN BUARAN KABUPATEN PEKALONGAN

Effect Of Knowledge And Health Officers Against Drug Consumption


Elephant Foot ( Filariasis) In The Bligo Village, District Of Buaran
Pekalongan

Imam Purnomo1, Supriyo2, Sri Hidayati3.


1) Pekalongan University
2)3) Nursing Department Pekalongan

Abstract.
Filariasis or elephantiasis disease in Indonesia is widespread throughout the province .
This disease does not cause death , but it can result in lifelong disability , social stigma , as well as
psychosocial barriers resulting in lower work productivity of patients , families and communities
who cause huge economic losses . Pekalongan is one of the endemic areas of filariasis cases the
number is increasing year by year with the number of microfilariae ( mf ) rate of 1 % or more .
Subdistrict Buaran is one of filariasis endemic areas with the highest rate Mf of 3.9 % . Filariasis
mass drug administration strategy is to break the chain of transmission of filariasis by mass
prevention approach to all residents of filariasis -endemic areas . And the Village Bligo ranks
lowest in drug delivery elephantiasis among Rural / Urban Village in the District Buaran . Based
on such information , the author is very interesting to do research on the factors associated with the
consumption of drinking drug elephantiasis ( filariasis ) in the Village Bligo Pekalongan .
This research is an explanation (explanatory research) through hypothesis testing with
survey method using questionnaires and interviews with a cross-sectional approach. Based on the
survey results revealed there are significant effect knowledge of drug consumption elephantiasis
with p-value of 0.001 , and there are significant effect health workers against elephantiasis drug
consumption in Sub Bligo Pekalongan with p -value of 0.011.
Suggestions in this research is to TPE officers are there in the Bligo Village expected to
increase the dissemination of elephantiasis drug that increases Bligo Village community
achievement elephantiasis drug consumption by always giving an understanding of the benefits of
the drug when distributing drugs elephantiasis elephantiasis.
Keywords: filariasis, mass elephantiasis drug consumption
Bibliography: 16 Books (years 1994-2010)

PENDAHULUAN kesepakatan global WHO yaitu “The

Filariasis di Indonesia tersebar Global Goal of Elimination of

luas di seluruh propinsi. Program Lymphatic Filariasis as a Public

eliminasi filariasis didasarkan atas Health Problem by The Year 2020“,


13
yang merupakan realisasi dari Sebanyak 10 kabupaten / kota tidak

resolusi World Health Assembly ( ditemukan kasus filariasis. Terdapat

WHA ) pada tahun 1997. Program 2 Kabupaten / Kota yang endemis

eliminasi dilaksanakan melalui filariasis yaitu Kota Pekalongan dan

pengobatan massal kepada semua Kabupaten Pekalongan (Depkes RI,

penduduk di kabupaten endemis 2009).

filariasis dengan Diethyl Kabupaten Pekalongan

Carbomazine Citrat (DEC) 6mg/kg merupakan salah satu daerah

BB di kombinasikan dengan endemis dengan jumlah kasus

Albendazol 400 mg sekali setahun filariasis meningkat dari tahun ke

selama 5 tahun guna memutuskan tahun dengan angka mikrofilaria

rantai penularan.Tata laksana kasus (Mf) rate 1% atau lebih. Tahun 2002

klinis baik guna mencegah dan hanya ditemukan 7 orang kasus

mengurangi kecacatan (Depkes RI namun pada tahun 2003, 2004 dan

,2009). 2005 meningkat berturut – turut

Jumlah kasus filariasis di menjadi 34, kemudian meningkat

Propinsi Jawa Tengah dari tahun ke jadi 39 dan 42 kasus. Sedangkan

tahun semakin bertambah secara pada tahun 2006 ditemukan 48

komulatif, jumlah kasus filariasis kasuskronis filariasis yang tersebar

pada tahun 2008 sebanyak 349 di 9 kecamatan di wilayah

penderita. Kabupaten / Kota yang Kabupaten Pekalongan (Febriyanto,

melaporkan adanya penderita 2008).

sebanyak 25 Kabupaten / Kota.

14
Berdasarkan hasil survei darah Puskesmas Buaran Kabupaten

jari yang dilakukan pada tahun 2007 Pekalongan telah melakukan

di Kecamatan Buaran khususnya pemberian obat kaki gajah secara

Kelurahan Simbang Kulon masal kepada masyarakat dimulai

didapatkan angka Mf rate yang sejak tahun 2008 sampai dengan

tertinggi adalah Kecamatan Buaran 2012. Berikut adalah tabel presentasi

dengan Mf rate 3,9%. Sehingga pada hasil pemberian masal obat kaki

tahun 2008 direncanakan untuk gajah:

melakukan pencegahan massal di

Kecamatan Buaran.

Tabel 1. Hasil Pemberian Masal Obat Kaki Gajah


Kelurahan 2008 2009 2010 2011 2012
Coprayan 100,98% 96,24% 85,98% 86,50% 79,16%
Sapugarut 79,63% 54,98% 50,78% 82,59% 87,55%
Wonoyoso 92,95% 78,75% 58,12% 78,38% 80,57%
Bligo 51,16% 28,29% 51,38% 49,30% 50,77%
Pakumbulan 100,88% 79,23% 68,30% 81,39% 79,06%
Watusalam 114,23% 81,62% 71,46% 76,63% 65,28%
Simbang Wetan 53,88% 79,63% 66,22% 79,99 73,19%
Simbang Kulon 79,64% 67,17% 60,93% 87,47% 85,69%
Kertijayan 88,13% 63,37% 70,49% 73,74% 70,15%
Pawedan 99,96% 84,16% 67,09% 87,82% 78,58%
Buaran 83,45% 70,45% 64,45% 79,18% 75,00%

Dari tabel diatas terlihat Buaran, yaitu pada tahun 2008

bahwa Kelurahan Bligo menempati pemberian obat kaki gajah Kelurahan

urutan terendah dalam pemberian Bligo mencapai 53,16%, tahun 2009

obat kaki gajah diantara Desa / mencapai 28,29%, tahun 2010

Kelurahan yang ada di Kecamatan mencapai 51,38%, tahun 2011

15
mencapai 49,30% dan pada tahun terhadap konsumsi minum obat kaki

2012 mencapai 50,77%. gajah (filariasis) di Kelurahan Bligo

Berdasarkan permasalahan Kabupaten Pekalongan.

tersebut maka penulis tertarik untuk TINJAUAN KEPUSTAKAAN

melakukan penelitian mengenai “ A. Filariasis

Pengaruh faktor pengetahuan dan 1. Definisi

petugas kesehatan terhadap konsumsi Filariasis adalah

minum obat kaki gajah (filariasis) di penyakit infeksi kronis

Kelurahan Bligo Kabupaten menahun yang disebabkan

Pekalongan”. oleh infeksi nematoda dari

RUMUSAN MASALAH famili filariodeae, dimana

Berdasarkan uraian pada cacing dewasanya hidup

latar belakang diatas, dapat dalam kelenjar dan saluran

dirumuskan permasalahan penelitian limfe. Cacing dewasa betina

yaitu adakah pengaruh faktor mengeluarkan mikrofilaria

pengetahuan dan petugas kesehatan yang dapat ditemukan dalam

terhadap konsumsi minum obat kaki darah, cairan hidrokel dan

gajah (filariasis) di Kelurahan Bligo ditularkan oleh berbagai jenis

Kabupaten Pekalongan. nyamuk (Depkes RI, 2006).

TUJUAN PENELITIAN 2. Gejala Filariasis

Tujuan dari penelitian ini adalah Gejala filariasis

untuk mengetahui pengaruh faktor dibedakan menjadi dua yaitu

pengetahuan dan petugas kesehatan gejala klinis akut dan gejala

16
kronis filariasis. Gejala klinis menjadi 3 tipe yaitu:

akut filariasis berupa nokturna (terdapat di dalam

limfadenitis, limfangitis, darah tepi pada malam hari),

adenolimfangitis, orkitis, sub periodik nokturna

epididimitis, funikulitis yang (ditemukan di darah tepi pada

disertai demam, sakit kepala, siang dan malam hari, tetapi

rasa lemah dan timbulnya lebih banyak ditemukan pada

abses. Gejala klinis kronis malam hari) dan non periodik

filariasis berupa limfadema, (ditemukan di darah tepi pada

lymph scrotum, kiluria dan siang maupun\ malam hari).

hidrokel. (Depkes RI, 2006). Secara epidemiologi cacing

3. Penyebab Filariasis filaria dibagi menjadi 6 tipe,

Filariasis di Indonesia yaitu: Wuchereria bancrofti

disebabkan oleh tiga spesies tipe urban dan rural dengan

cacing filaria, yaitu: periodisitas nokturna; Brugia

Wuchereria bancrofti, Brugia malayi tipe periodik

malayi dan Brugia timori. nokturna, subperiodik

Mikrofilaria mempunyai nokturna dan non periodik;

periodisitas tertentu, artinya Brugia timori tipe periodik

kebanyakan mikrofilaria nokturna. (Depkes RI, 2006).

berada di darah tepi pada 4. Rantai Penularan Filariasis

waktu-waktu tertentu saja. Pada saat nyamuk

Periodisitas ini dapat dibagi betina menggigit manusia,

17
larva infektif (L3) keluar dari Pengobatan massal

kelenjar ludah nyamuk dan filariasis adalah strategi

berada di kulit serta masuk ke memutus rantai penularan

tubuh melewati luka yang filariasis dengan pendekatan

telah dibuat oleh probosis pengobatan massal terhadap

nyamuk. Setelah masuk ke semua penduduk di daerah

dalam tubuh manusia, endemis filariasis, secara

larvalarva tersebut akan serentak bersamaan dalam

pindah ke sistem limfe. waktu tidak lebih dari dua

Dalam sistem limfe, larva bulan, setiap tahun selama

tumbuh menjadi cacing minimal lima tahun berturut-

dewasa jantan dan betina turut (Ullyartha, 2005).

kemudian kawin dalam Pengobatan massal

kelenjar limfe dan dilaksanakan di daerah

menghasilkan berjuta-juta endemis filariasis yaitu

mikrofilaria. Berjuta-juta daerah dengan microfilaria

mikrofilaria yang dihasilkan rate ≥ 1 % dengan unit

oleh cacing dewasa pindah ke pelaksananya kabupaten/kota.

peredaran darah tepi (Depkes Pengobatan massal bertujuan

RI, 2002). untuk mematikan mikrofilaria

5. Pengobatan Masal yang ada di dalam darah

Filariasis penduduk, sehingga dapat

18
memutus rantai penularan menurunkan mikrofilaria rate

filariasis (Depkes RI, 2006). menjadi < 1 % dan

Tujuan pengobatan menurunkan kepadatan rata-

massal adalah memutus rantai rata mikrofilaria dalam darah

penularan filariasis dengan (Depkes RI, 2006).

Tabel 2. Dosis Obat Berdasarkan Kelompok Umur

Kelompok DEC Albendazole Parasetamol


Umur (tahun) (100 mg) tablet (400mg) tablet (500mg) tablet
2–5 1 1 ¼
6 – 14 2 1 ½
>14 3 1 1

B. Perilaku Bloom ini dimodifikasi untuk

Perilaku seseorang adalah pengukuran hasil pendidikan

sangat kompleks, dan kesehatan, yakni :

mempunyai bentangan yang


1. Pengetahuan (Knowledge)
sangat luas. Benyamin Bloom
Pengetahuan adalah
seorang ahli psikologi pendidikan
merupakan hasil tahu dan ini
membagi perilaku manusia ke
terjadi setelah orang
dalam 3 domain, ranah atau
melakukan penginderaan
kawasan yakni : kognitif
terhadap suatu objek tertentu.
(cognitive), afektif (affective),
Pengindraan terjadi melalui
dan psikomotor (psychomotor).
pancaindra manusia, yakni
Dalam perkembangannya, teori
indra penglihatan,

19
pendengaran, penciuman, materi tersebut dengan

raba dan rasa. Tingkatan benar.

pengetahuan yaitu : 3) Aplikasi (Application).

1) Tahu (Know). Aplikasi diartikan

Diartikan sebagai sebagai kemampuan

mengingat suatu materi untuk menggunakan

yang telah dipelajari. materi yang telah

Termasuk ke dalam dipelajari pada situasi

pengetahuan tingkat ini atau kondisi real

adalah mengingat (sebenarnya).

kembali (recall) sesuatu 4) Analisis (Analysis).

yang spesifik dari seluruh Kemampuan

bahan yang dipelajari atau untuk menjabarkan materi

rangsangan yang atau suatu objek

diterima. komponen-komponen

2) Memahami tetapi masih di dalam

(Comprehension). suatu struktur organisasi

Suatu kemampuan dan masih ada kaitannya

untuk menjelaskan secara antara satu sama lain.

benar tentang objek yang 5) Sintesis (Synthesis).

diketahui, dan dapat Sintesis

menginterpretasikan menunjukkan kepada

suatu kemampuan untuk

20
meletakkan atau objek itu) serta aspek konatif

menghubungkan bagian- (kecenderungan bertindak),

bagian di dalam suatu sedangkan pengetahuan lebih

bentuk keseluruhan yang bersifat pengenalan suatu

baru. benda atau hal secara

6) Evaluasi (Evaluation). objektif. Selain bersifat

Kemampuan positif atau negatif, sikap

untuk melakukan memiliki tingkat kedalaman

justifikasi atau penilaian yang berbeda-beda (sangat

terhadap suatu materi atau benci, agak benci, dsb).

objek. Manifestasi sikap

2. Sikap (Attitude) tidak dapat langsung dilihat,

Secara umum sikap tatapi hanya dapat ditafsirkan

dapat dirumuskan sebagai terlebih dahulu dari perilaku

kecenderungan untuk yang tertutup. Sikap secara

berespons (secara positif atau nyata menunjukkan konotasi

negatif) terhadap orang, adanya kesesuaian reaksi

objek atau situasi tertentu. terhadap stimulus tertentu

Sikap mengandung suatu yang dalam kehidupan sehari-

penilaian emosional / efektif hari merupakan reaksi yang

(senang, benci, sedih, dsb), bersifat emosional terhadap

disamping komponen stimulus sosial. Newcomb

kognitif (pengetahuan tentang menyatakan bahwa sikap itu

21
merupakan kesiapan atau tingkat praktik yang

kesediaan untuk bertindak pertama.

dan bukan merupakan 2) Respon Terpimpin

pelaksanaan motif tertentu. (Guided Respon).

(Soekidjo, 2005) Dapat melakukan sesuai

3. Praktik (Pratice) dengan urutan yang benar

Suatu sikap belum sesuai dengan contoh. Ini

otomatis terwujud dalam merupakan tingkat

suatu tindakan (overt praktik yang kedua.

behavior). Untuk 3) Mekanisme (Mecanism).

terwujudnya sikap agar Apabila seseorang dapat

menjadi suatu perbuatan melakukan sesuatu

nyata diperlukan faktor dengan benar secara

pendukung atau suatu kondisi otomatis atau sesuai itu

yang memungkinkan antara sudah merupakan

lain adalah fasilitas. Tingkat- kebiasaan, maka ia sudah

tingkat praktik adalah : mencapai praktik tingkat

tiga.
1) Persepsi (Perception).
4) Adaptasi (Adaptation).
Mengenal dan memilih
Adalah suatu praktik atau
berbagai objek
tindakan yang sudah
sehubungan dengan
berkembang dengan baik.
tindakan yang akan
Artinya tindakan ini
diambil. Ini merupakan

22
sudah dimodifikasi faktor pendukung (enabling

sendiri tanpa mengurangi factors), yang terwujud dalam

kebenaran tindakan lingkunagn fisik tersedia atau

tersebut. tidak tersedianya fasilitas–

C. Teori Yang Berpengaruh fasilitas atau sarana–sarana

Terhadap Perilaku Kesehatan kesehatan, misalnya

1. Teori Laurence Green puskesmas, rumah sakit,

Green mencoba klinik. Faktor–faktor


menganalisis perilaku
pendorong (reinforcing
manusia dari tingkat
factor) yang terwujud dalam
kesehatan. Tingkat kesehatan
seseorang atau masyarakat sikap dan perilaku petugas
dipengaruhi oleh 2 faktor
kesehatan, atau petugas yang
pokok, yakni faktor perilaku
lain, yang merupakan
(behaviour causes) dan faktor
di luar perilaku (non kelompok referensi dari
behaviour causes).
perilaku masyarakat.
Selanjutnya perilaku itu
sendiri ditentukan dari 3 2. Teori TRA (Theory
faktor.
Reasoned Action)
Faktor–faktor
TRA (Theory
predisposisi (predisposing
Reasoned Action) atau teori
factor), yang terwujud dalam
tindakan beralasan digagas
pengetahuan, sikap,
oleh Martin Fishbein dan
kepercayaan, keyakinan, nilai-
Icek Ajen (1975) yang beakar
nilai dan sebagainya. Faktor–
dari maslah psikologi sosial,

23
teori ini lahir dari besarnya yaitu : faktor sikap, faktor

kegagalan dengan penelitian yang bersumber dari

sikap – perilaku kebanyakan masyarakat dan faktor norma

ditemui kelemahan hubungan sosial dari dalam keluarga

antara hubungan sikap dan dan kawan terdekat.

hasil kemauan berperilaku. D. Faktor-Faktor Yang Ber-

TRA berasumsi pengaruh Terhadap Perilaku

bahwa manusia berperilaku Minum Obat Kaki Gajah

dengan cara yang standar dan 1. Pengetahuan

mempertimbangkan segala Adalah hasil dari tau

informasi yang tersedia. Niat setelah orang melakukan

seseorang untuk melakukan pengindraan terhadap suatu

suatu perilaku menentukan obyek tertentu .

akan dilakukan atau tidak Pengetahuanatau kognitif

dilakukan dan pokok pikiran merupakan domain

utama TRA adalah perilaku yangnsangat penting untuk

itu dapat diperkirakan dari terbentuknya tindakan

intens (kehendak/niat). seseorang (oven behavior).

Isi teori TRA adalah Perilaku yang tidak didasari

perilaku seseorang ditentukan oleh pengetahuan dan

oleh niat melakukan perilaku kesadaran tidak akan

tersebut dengan perubahan berlangsung lama

perilaku melalui tiga faktor, (Notoatmojo , 2003)

24
2. Manfaat yang dirasakan adalah adanya efek samping

Manfaat keyakinan dari pengobatan tersebut.

seseorang akan manfaat atau Efek samping yang tidak

kemanjuran dari tindakan menyenangkan yang

yang disarankan untuk dirasakan masyarakat sering

mengurangi risiko atau mengakibatkan mereka tidak

dampak keseriusan. Sulit mau melanjutkan obat

untuk meyakinkan seseorang filariasis pada tahun

untuk merubah perilaku jika berikutnya dan terkadang

tidak ada sesuatu di dalamnya menyebabkan trauma pada

yang bermanfaat bagi penderita filariasis. Reaksi

mereka. umum hanya terjadi pada tiga

3. Hambatan yang dirasakan hari pertama setelah

Masyarakat atau pengobatan masal dan dapat

responden tidak mau sembuh sendiri tanpa harus

mengonsumsi obat filariasis diobati. Reaksi lokal

karena masyarakat merasa disebabkan oleh matinya

tidak perlu mengonsumsi cacing dewasa yang dapat

obat jika tidak merasakan timbul sampai tiga minggu

gejala filariasis pada dirinya. setelah pengobatan masal,

Salah satu sebab terjadinya reaksinya antara lain : nodul,

penurunan cakupan limfadenitis, limfanitis,

pengobatan masal filariasis adenolimfanitis, funikulitis,

25
epididimitis, orkitis, orkalgia, Dan disisi lain,

abses, ulkus, limfadema. masyarakat mempunyai

(Subdit Filariasis & kepercayaan bahwa tidak

Schistosomiasis Departemen minum obat filariasispun

Kesehatan RI, 2006). tidak beresiko pada dirinya.

4. Kepercayaan terhadap 5. Petugas kesehatan

keberhasilan minum obat Petugas kesehatan

filariasis sebelum memberikan

Mengacu pada pengobatan massal,

keyakinan seseorang terhadap menjelang pengobatan

bagaimana dan apa yang kurang dari 1 bulan

dipikirkan masyarakat yang sebaiknya diadakan

dianggapnya penting dan sosialisasi kepada masyarakat

motifasi seseorang untuk untuk meningkatkan

mengikuti pikiran tersebut. pengetahuan tentang penyakit

Saran, nasehat dan filariasis. Sehingga

motivasi anggota keluarga masyarakat melaksanakan

ataupun teman dapat pengobatan dan menyikapi

mempengaruhi perilaku. dengan benar apabila terjadi

Sehingga pada akhirnya reaksi pengobatan dengan

masyarakat akan berpikir benar.

untuk melakukan tindakan Selanjutnya petugas

untuk minum obat filariasis. kesehatan mendistribusikan

26
obat filariasis ke orang-orang secara langsung

desa/kelurahan. Petugas tentang pentingnya minum

pemberi obat filariasis, harus obat filariasis, mereka juga

memastikan bahwa obat-obat yang akan menjawab

yang diberikan dalam pertanyaan masyarakat

pencegahan massal filariasis seputar filariasis dan

dikonsumsi penerima obat memastikan orang-orang

secara langsung didepan langsung meminum obat

petugas tersebut. filariasis tersebut. ( subdit

6. TPE ( Tugas Pembantu Filariasis & Schistosomiasis

Eliminasi ) Departemen Kesehatan RI,

Motifasi dari tenaga dkk., 2002 ).

pelaksana eliminasi filariasis BAHAN DAN METODE

atau kader dapat berhubungan PENELITIAN

dengan cakupan pengobatan Jenis penelitian ini adalah

massal filariasis dan penelitian penjelasan (Explanatory

periulaku minum obat Research) karena pengaruh antara

filariasis. TPE merupakan variabel-variabel dijelaskan melalui

penghubung antara fasilitas pengujian hipotesa. Sedangkan

kesehatan dan masyarakat metode penelitian adalah survei dan

umum. Mereka wawancara dengan menggunakan

bertanggungjawab untuk kuesioner. Pendekatan dalam

menginformasikan kepada penelitian ini adalah cross sectional

27
yakni variabel bebas dan variabel HASIL PENELITIAN DAN

terikat diukur secara bersamaan. PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi


Populasi adalah keseluruhan
Penelitian
objek dalam penelitian (Siti
Penelitian ini berlokasi
Nurhayati, 2009). Populasi dalam
di Kelurahan Bligo Kecamatan
penelitian ini adalah seluruh
Buaran Kabupaten Pekalongan
masyarakat Bligo yang berjumlah yang memiliki luas wilayah
3736 orang. 27,544 ha/m2. Kelurahan Bligo

Sedangkan Sampel penelitian berbatasan dengan Desa

ini adalah sebagian atau wakil dari Sapugarut dan Desa Wonoyoso

pada bagian utara, pada bagian


populasi yang diteliti (Arikunto,
selatan berbatasan dengan
2002). Pada penelitian ini, teknik
Kelurahan Pekajangan, sebelah
pengambilan sampel menggunakan
timur berbatasan dengan Desa
teknik Simpel Random Sampling atau
Pekumbulan dan pada sebelah
pengambilan sampel secara acak
barat berbatasan dengan
sederhana. Berdasarkan perhitungan Kelurahan Sapugarut.
dengan rumus Sugiyono (2005) B. Analisa Univariat

maka diperoleh besar sampel yaitu 1. Pengetahuan Responden

94 responden. Tentang Filariasis

Pengetahuan
Selanjutnya data yang
responden tentang filariasis
terkumpul akan dilakukan analisa
adalah segala sesuatu yang
dengan menggunakan uji Chi-Square
diketahui responden tentang
dengan bantuan program SPSS.
penyakit kaki gajah
28
(filariasis), Hasil penelitian berikut :

didapatkan data sebagai

Tabel 3. Tabel Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Filariasis

Distribusi Frekuensi
No Kategori
Frekuensi Prosentase (%)
1 Baik 59 62,8%
2 Kurang 35 37,2%
Jumlah 94 100%

Berdasarkan tabel diri dalam bidang kesehatan


tersebut, diketahui bahwa serta memiliki pengetahuan
pengetahuan responden dan atau keterampilan melalui
sebagian besar pada kategori pendidikan di bidang
baik yaitu sebesar 62,8%. kesehatan memerlukan
2. Dukungan Petugas kewenangan untuk
Kesehatan melakukan upaya kesehatan
Dukungan petugas dalam pencegahan filariasis.
kesehatan adalah dukungan Hasil penelitian dapat terlihat
seorang yang mengabdikan pada tabel berikut ini :

Tabel 4. Tabel Distribusi Frekuensi Dukungan Petugas Kesehatan

Distribusi Frekuensi
No Kategori
Frekuensi Prosentase (%)
1 Baik 57 60,6%
2 Kurang 37 39,4%
Jumlah 94 100%

Berdasarkan tabel 3. Dukungan Kader

tersebut, diketahui bahwa Kesehatan (TPE)

dukungan petugas kesehatan Dukungan kader

sebagian besar pada kategori kesehatan (TPE) adalah

baik yaitu sebesar 60,6%. dukungan seorang yang

29
mengabdikan diri dalam untuk melakukan upaya

bidang kesehatan serta kesehatan dalam hal

memiliki pengetahuan, pencegahan filariasis.

keterampilan melalui Berdasarkan pertanyaan

pendidikan di bidang dukungan petugas (TPE)

kesehatan jenis tertentu terhadap responden didapatkan

memerlukan kewenangan data sebagai berikut :

Tabel 5. Tabel Distribusi Frekuensi Dukungan Petugas TPE

Distribusi Frekuensi
No Kategori
Frekuensi Prosentase (%)
1 Baik 67 71,3%
2 Kurang 27 28,7%
Jumlah 94 100%

Berdasarkan tabel dilakukan oleh responden

tersebut, diketahui bahwa berkaitan dengan meminum

dukungan petugas TPE obat filariasis. Hasil

mayoritas pada kategori baik penelitian didapatkan data

yaitu sebesar 71,3%. sebagai berikut :

4. Konsumsi Obat Kaki Gajah

Konsumsi obat kaki

gajah dalam penelitian ini

adalah tindakan nyata yang

30
Tabel 6. Tabel Distribusi Frekuensi Konsumsi Obat Kaki Gajah

Distribusi Frekuensi
No Kategori
Frekuensi Prosentase (%)
1 Minum 58 61,7%
2 Tidak 36 38,3%
Jumlah 94 100%

Berdasarkan tabel masih tergolong besar yaitu

tersebut, diketahui bahwa sebesar 38,3%.

konsumsi obat kaki gajah


C. Analisa Bivariat
sebagian besar pada kategori 1. Pengaruh pengetahuan

minum yaitu sebesar 61,7%, terhadap konsumsi obat


filariasis
namun yang tidak minum obat

Tabel 7. Hasil Crosstab Antara Pengetahuan Dengan Praktik Konsumsi


Obat Kaki Gajah
Praktik Konsumsi
Total
Pengetahuan Tidak Minum Minum
F % F % F %
Kurang 21 22,3 14 14,9 35 37,2
Baik 15 22,6 44 46,8 59 62,8
Total 36 38,3 58 61,7 94 100%
P value = 0,001, CC = 0,325

Dari uji statistik chi Dengan coefisien contingency


square antara variabel sebesar 0,325 berarti kekuatan
pengetahuan dengan konsumsi hubungan antara pengetahuan
obat kaki gajah didapatkan p dengan konsumsi obat filariasis
value 0,001 sehingga Ho bersifat cukup erat
ditolak dan Ha diterima. Itu
Pengetahuan responden
menunjukkan ada pengaruh
yang kurang dapat menjadikan
antara pengetahuan masyarakat
tidak mengkonsumsi obat
tentang filariasis dengan
filariasis dimana 22,3%
konsumsi obat kaki gajah.
31
responden yang memiliki Pengetahuan merupa-
pengetahuan kurang, tidak kan faktor predisposi atau
mengkonsumsi obat filariasis. pemudah seseorang untuk
melakukan perubahan perilaku.
Pengetahuan adalah
faktor-faktor yang mem-
hasil tahu setelah orang
permudah atau mem-
melakukan penginderaan
predisposisi terjadinya perilaku
terhadap suatu objek tertentu.
dari pengetahuan diharapkan
Pengetahuan atau kognitif
dapat berpraktik baik dalam
merupakan domain yang
konsumsi obat kaki gajah.
sangat penting untuk
2. Pengaruh dukungan petugas
terbentuknya tindakan
terhadap konsumsi obat
seseorang (overt behavior).
filariasis
Perilaku yang tidak didasari
pengetahuan dan kesadaran
tidak akan berlangsung lama.
(Notoatmojo, 2003).
Tabel 7. Hasil Crosstab Antara Dukungan Petugas Kesehatan Dengan
Konsumsi Obat filariasis
Dukungan Praktik Konsumsi
Total
petugas Tidak minum Minum
kesehatan F % F % F %
Kurang 20 21,3 17 18,1 37 39,4
Baik 16 17,0 41 43,6 57 60,6
Total 36 38,3 58 61,7 94 100%
P Value = 0,011, CC = 0,253 .

Dari uji statistik chi sehingga Ho ditolak dan terima

square antara variabel Ha. Itu menunjukkan ada

dukungan petugas kesehatan pengaruh dukungan petugas

dengan konsumsi obat kaki kesehatan terhadap konsumsi

gajah didapatkan p value 0,011 obat kaki gajah. Dengan

32
coefisien contingency sebesar Sehingga masyarakat

0,253 yang berarti sifat melaksanakan pengobatan dan

hubungan antara variabel menyikapi dengan benar

dukungan petugas dengan apabila terjadi reaksi

konsumsi obat kaki gajah pengobatan dengan benar.

kurang erat. Sasaran dari kegiatan

ini adalah tokoh masyarakat,


Petugas kesehatan
tokoh agama, guru, LSM dan
merupakan orang yang
masyarakat umum. Selanjutnya
dipercaya oleh masyarakat
petugas kesehatan
dalam hal ilmu kesehatan
mendistribusikan obat filariasis
sehingga keberadaannya sangat
ke desa/kelurahan. Petugas
diperlukan ketika ada program
pemberi obat filariasis, harus
yang harus dijalani masyarakat.
memastikan bahwa obat-obat
Petugas kesehatan sebelum
yang diberikan dalam
memberikan pengobatan
pencegahan massal filariasis
massal, menjelang pengobatan
dikonsumsi penerima obat
kurang dari 1 bulan sebaiknya
secara langsung didepan
diadakan sosialisasi kepada
petugas tersebut.
masyarakat untuk
3. Pengaruh dukungan kader
meningkatkan pengetahuan
kesehatan (TPE) terhadap
tentang penyakit filariasis.
konsumsi obat filariasis

33
Tabel 8. Hasil Crosstab Antara Dukungan TPE Dengan Konsumsi
Obat filariasis
Praktik Konsumsi
Dukungan kader Total
Tidak minum Minum
TPE
F % F % F %
Kurang 27 28,7 0 0 27 28,7
Baik 9 9,6 58 61,7 67 71,3
Total 36 38,3 58 61,7 94 100%
P Value = 0,000, CC = 0,627 .

Dari uji statistik chi yang mendorong atau

square antara variabel memperkuat terjadinya

dukungan TPE dengan perilaku. Dalam hal ini adalah

konsumsi obat kaki gajah keberadaan kader yang

didapatkan p value 0,000 membagikan obat filariasis

sehingga Ho ditolak dan terima sehingga dapat menguatkan

Ha. Itu menunjukkan ada masyarakat untuk minum obat

hubungan antara dukungan kaki gajah.

TPE dengan konsumsi obat Motivasi dari tenaga

kaki gajah. Dengan coefisien pelaksana eliminasi filariasis

contingency sebesar 0,627 atau kader dapat berhubungan

berarti sifat hubungan antara dengan cakupan pengobatan

variabel dukungan TPE dengan massal filariasis dan periulaku

konsumsi obat kaki gajah erat . minum obat filariasis. TPE

Dukungan TPE merupakan penghubung antara

merupakan faktor penguat fasilitas kesehatan dan

(reinforing factors) atau faktor masyarakat umum. Mereka


34
bertanggungjawab untuk 2. Ada pengaruh dukungan petugas

menginformasikan kepada kesehatan terhadap konsumsi

orang-orang secara langsung obat kaki gajah di Kelurahan

tentang pentingnya minum Bligo Kabupaten Pekalongan

obat filariasis, mereka juga dengan p-value 0,011 dan

yang akan menjawab coefisien contingency sebesar

pertanyaan masyarakat seputar 0,253 yang berarti sifat

filariasis dan memastikan hubungan kurang erat.

orang-orang langsung 3. Ada pengaruh dukungan kader

meminum obat filariasis kesehatan (TPE) terhadap

tersebut. ( subdit Filariasis & konsumsi obat kaki gajah di

Schistosomiasis Departemen Kelurahan Bligo Kabupaten

Kesehatan RI, dkk., 2002 ). Pekalongan dengan p-value

KESIMPULAN 0,000 dan coefisien contingency

1. Ada pengaruh pengetahuan sebesar 0,627 yang berarti sifat

masyarakat tentang filariasis hubungan erat.

terhadap konsumsi obat kaki SARAN

gajah di Kelurahan Bligo 1. Kepada petugas kesehatan

Kabupaten Pekalongan dengan diharapkan memberikan

p-value 0,001 dan coefisien dukungan pengetahuan

contingency sebesar 0,325 penyuluhan tentang kaki gajah

berarti kekuatan hubungan kepada masyarakat Keluarahan

Bligo sehingga dapat


bersifat cukup erat.
meningkatkan penyebaran
35
informasi tentang penyakit kaki A. Wawan dan Dewi M. Teori &
Pengukuran Pengetahuan,
gajah dan dapat meningkatkan Sikap, dan Perilaku
Manusia.
konsumsi masyarakat akan obat
Arikunto, Suharsimi. 2002.
kaki gajah. Prosedur Penelitian
Pendekatan Suatu Praktek.
2. Kepada petugas TPE yang ada di Rineka Cipta. Jakarta
Kelurahan Bligo diharapkan
Bart Smet. 1994, Psikologi
meningkatkan sosialisasi tentang Kesehatan. Jakarta : PT
Grasindo.
obat kaki gajah sehingga

masyarakat Kelurahan Bligo Erwan Agus dan Dyah Ratih. 2007.


Metode Penelitian
meningkat pencapaian konsumsi Kuantitatif. Gafa Media.
Yogyakarta
obat kaki gajah dengan cara
Febriyanto, B, Astri Maharani I.P
selalu memberikan pengertian dan Widiarti, 2008, Faktor
Risiko Filariasis di Desa
tentang manfaat obat kaki gajah Samborejo, Kecamatan
Tirto, Kabupaten
ketika membagikan obat kaki Pekalongan Jawa Tengah”,
Buletin Penelitian Kesehatan,
gajah. Vol.36, No2,48 – 58,
Yogyakarta.
3. Kepada masyarakat Kelurahan

Bligo diharapkan selalu Mamdy, Zulasmi. 1980. Modifikasi


Green, Lawrence H, et,al,
mengkonsumsi obat kaki gajah. Perencanaan Pendidikan
Kesehatan Masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Sebuah pendidikan
diagnostik. Jakarta.
Depkes RI. 2006. Subdit Filariasis
& Schistosomiasis. Notoatmojo, Soekidjo. 2002,
Departemen Kesehatan RI. Promosi Kesehatan. Rineka
Jakarta Cipta, Jakarta.

Depkes RI. 2009. Pengendalian Notoatmojo, Soekidjo. 2010,


Penyakit Filarias. Pendidikan dan perilaku
Departemen Kesehatan RI. kesehatan. Rineka cipta.
Yogyakarta

36
Notoatmojo, Soekidjo. 2005, Minum Obat Filariasis pada
Promosi Kesehatan Teori Kegiatan Pengobatan
Dan Aplikasi. Rineka cipta, Massal Tahun 2010 di
Yogyakarta. Wilayah Kerja Puskesmas
Soreang Kabupaten
Nurhayati, Siti. 2009, Metodologi Bandung. Jurnal Tunas-
Penelitian Praktis. Fakultas Tunas Riset Kesehatan Vol II
Ekonomi Universitas Nomor 1 Februari 2012.
Pekalongan.
Sugiyono. 2005, Statistika Untuk
Sugiyanto,2010, Analisis Faktor- Penelitian, Alfabeta,
Faktor yang Berhubungan Bandung.
dengan Ketidakpatuhan

37

You might also like