Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Batik is an ancestral heritage of Indonesia need to be preserved and developed.
Various efforts to develop batik have been done from the government, private institutions,
and producers batik. For that reason, this research study about the entrepreneurs’s strategy in
developing batik in Gajah Mada Batik Entrepreneurs, Village Mojosari, Kauman District,
Tulungagung District. This study aims to describe the strategy of small entrepreneurs of batik
Gajah Mada to develop their business and the problems it faces. The methods used in this
research is qualitative approach from February to May 2017. Data collected by observation,
free interview, and depth, and collecting documents related to research theme. The theory
used in this study is the moral economic theory of James Scott and the rational theory of
Samuel Popkin because in developing batik business involving family labor, neighbors and
entrepreneurs trying to get a profit. The involvement of family and neighborhood labor
requires a moral approach for good relations with partner. The results of this study that the
problems faced by batik entrepreneurs are a) the expensive raw materials that are not equal to
the price, b) batik labor is hard to find, c) lack of manpower in the management department.
Employers' strategies to expand their business are a) involve family labor for wages to be
negotiated, b) obtain fund from bank loans, cooperatives and Disperindag, c) use high quality
raw materials such as in dyes and fabrics, d) use relations of relatives in developing
especially in terms of marketing, e) establishing good relationships with business partners, f)
marketing products through social media and boutiques, g) following exhibitions and training
held by the government.
Keywords : small entrepreneurs, moral - rational perspective, batik development, Javanese
villages.
Abstrak
Batik merupakan warisan leluhur bangsa Indonesia perlu dilestarikan dan
dikembangkan. Berbagai upaya untuk mengembangkan batik telah dilakukan dari
pemerintah, lembaga swasta, dan produsen sebagai pembatik. Untuk itu dilakukan penelitian
tentang Strategi Pengusaha Dalam Mengembangkan Usaha Kecil Batik Gajah Mada, Desa
Mojosari, Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan strategi pengusaha kecil batik Gajah Mada untuk mengembangkan
usahanya dan persoalan - persoalan yang dihadapinya. Untuk itu dilakukan penelitian dengan
metode pendekatan kualitatif pada bulan Februari sampai dengan Mei 2017. Pengumpulan
data dengan observasi, wawancara bebas dan mendalam dan mengumpulkan dokumen yang
terkait dengan tema penelitian. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
ekonomi moral dari James Scott dan teori rasional dari Samuel Popkin karena dalam
mengembangkan usaha batik melibat tenaga kerja keluarga, tetangga dan pengusaha
berusaha untuk mendapatkan keuntungan. Keterlibatan tenaga kerja keluarga dan tetangga
tentunya memerlukan pendekatan - pendekatan moral untuk menjalin hubungan baik dengan
AntroUnairdotNet, Vol.VII/No.3/Oktober 2018, hal 282
rekan kerjanya. Hasil penelitian ini bahwa persoalan yang dihadapi pengusaha batik adalah
a) mengenai bahan baku yang mahal, kualitas tidak sepadan dengan harga, b) tenaga kerja
pembatik yang sulit ditemukan, c) kurangnya tenaga kerja pada bagian pengelolaan
manajemen. Strategi pengusaha untuk mengembangkan usahanya a) melibatkan tenaga kerja
keluarga agar upah dapat dinegosiasi, b) mendapatkan modal dari pinjaman bank, koperasi
dan Disperindag, c) menggunakan bahan baku yang berkualitas tinggi seperti pada zat
pewarna dan kain, d) menggunakan hubungan kerabat dalam mengembangkan usaha
khususnya pada segi pemasaran, e) menjalin relasi yang baik dengan rekan bisnisnya, f)
memasarkan produk melalui media sosial dan mendirikan butik, g) mengikuti pameran dan
pelatihan yang diadakan oleh Disperindag.
Kata-kata kunci: pengusaha kecil, strategi moral - rasional, pengembangan batik, pedesaan
Jawa.
khas dari Indonesia yang telah ada sejak yang dilakukan oleh Disperindag
berabad-abad tahun yang lalu. Sejarah Kabupaten Tulungagung pada tahun 2017,
Majapahit. Pada abad XVIII sampai abad berkembang dan bertahan terdapat 4
XX batik tulis sangatlah popular. Dalam Industri batik yaitu ; batik Baronggung,
sebuah karya seni yang berwujud kain, dan terakhir batik Gajah Mada.
dapat dikatakan batik merupakan warisan Industri Batik Gajah Mada. Industri batik
budaya leluhur yang perlu dilestarikan Gajah Mada sudah berdiri sejak tahun
serta merupakan bukti peninggalan sejarah 1979. Pemilik usaha industri kecil batik
maju maka kesenian khas batik Indonesia batik itu memerlukan ketelatenan dan
pengaruh dari budaya asing maupun dalam Wirausaha yang dilakukan oleh para
Perubahan dan perkembangan yang yaitu orang yang pandai atau berbakat
memberikan dampak pada pola pikir para serta pandai mengatur permodalan
Dampak tersebut mengubah cara dan Indonesia). Menurut J.B Say (1803),
strategi dalam mengelola usaha batik yang pengusaha yang mampu mengelola sumber
mereka jalankan baik dalam segi produksi, daya yang dimilki secara ekonomis (efektif
Perkembangan batik ini tidak hanya rendah menjadi lebih tinggi (Mienyantono,
besar saja, namun juga berkembang di Fokus permasalahan yang akan diteliti
oleh peneliti ini bukan hanya pada
AntroUnairdotNet, Vol.VII/No.3/Oktober 2018, hal 284
pemberian nama brand batik “Gajah dan menengah karena dari proses produksi,
Mada” melainkan terkait dengan hasil produksi, sampai proses pemasaran
bagaimana strategi pengusaha dalam produk pemilik usaha batik Gajah Mada
mengembangkan usaha kecil batik Gajah target pasarannya dengan memasarkan
Mada. Sehingga siasat yang digunakan produknya ke masyarakat menenengah ke
oleh pengusaha batik Gajah Mada untuk atas dan menengah ke bawah walaupun
dapat berkembang hingga sekarang adalah pengusaha sekarang lebih memfokuskan
peran daripada pengusaha batik dalam untuk bekerja sama dengan perusahaan-
memilih startegi yang tepat demi perusahaan besar. Yaitu menggunakan
mengembangkan usahanya agar tidak konsep “Learn Enterprise” dimana
mengalami gulung tikar. industri batik Gajah Mada sebagai
Maka dari itu untuk mengembangkan pemasok untuk memenuhi permintaan
sebuah usaha maka diperlukan sekali buyer.
karakteristik dan sikap kewirausahaan Peneliti menganalisis sesuai dengan
yang harus dimiliki oleh pengusaha asumsi yang dikemukakan oleh Samuel
tersebut. Sehingga usaha yang dijalankan Popkin dan James Scott yaitu dengan
selama ini dapat berjalan dengan lancar. menggunakan perspektif teori ekonomi
Karakteristik kewirausahaan ini memilki moral dan rasional.
ciri yaitu : 1) adanya modal atau Pada buku yang ditulis oleh Heddy
pendanaan untuk mengembangkan usaha Shri Ahimsa-Putra yang berjudul
kecil, 2) sarana dan prasana untuk “Ekonomi Moral, Rasional, dan Politik
mendukung pengembangan usaha seperti dalam Industri Kecil di Jawa” menulis
memiliki alat produksi yang memadai, bahwa James Scoot menggunakan prinsip
teknologi yang cukup memadai, 3) “utamakan selamat” safety first yaitu pola
Memiliki relasi dengan perusahaan lain, 4) perilaku wirausahawan dalam menghadapi
Adanya perijinan usaha, 5) Adanya atau memandang resiko itu bukanlah suatu
bantuan dari kelembagaan swasta dan yang menakutkan, yang harus dihindari
pemerintah untuk memfasilitasi asal pelaku (wirausahawan) dapat
pengembangan usaha baik dalam segi mengambil keputusan dan menggunakan
produksi dan distribusi, 6) Dan adanya strategi yang tepat (Ahimsa, 2003).
kesempatan berusaha (Ni Made Wirastika Sedangkan teori rasional Samuel
Sari, 2016). Popkin lebih mementingkan akan pikiran
Usaha batik Gajah Mada dapat yang “rasional”, segala keputusan yang
dikategorikan sebagai Usaha Mikro kecil dipilih selalu memiliki resiko. Dari sudut
AntroUnairdotNet, Vol.VII/No.3/Oktober 2018, hal 285
pandang ekonomi rasional bahwa Penggalian informasi ini difokuskan
pengusaha bahwa keinginan untuk pada tiga hal penting yaitu : 1) Para
mendapatkan keuntungan yang besar pengrajin batik Gajah Mada dan pemilik
selalu diinginkan oleh semua yang industri lokal batik Gajah Mada, 2)
menjalankan bisnis usaha, sehingga Pemerintah Desa Mojosari Kecamatan
keinginan untuk mendapatkan rugi akan Kauman Kabupaten Tulungagung untuk
diminimalisirkan demi mendapatkan dapat mengetahui asal – usul atau sejarah,
keuntungan yang cukup tinggi. Naluri demografi,geografisnya, kebudayaannya.
secara rasional seperti inilah yang tanpa Penelitian ini dilakukan di Desa
disadari selalu muncul pada jiwa Mojosari Kecamatan Kauman Kabupaten
pengusaha, sehingga strategi pemasaran Tulungagung. Dengan melakukan
yang dilakukan oleh pengusaha selalu observasi di tempat industri batik Gajah
melakukan berbagai cara demi Mada dan toko batik yang di buka di
mempertahankan hasil usahanya di bidang samping Stasiun Tulungagung serta
bisnis (Ahimsa, 2003). melakukan pendekatan observasi secara
langsung dengan pengrajin batik Gajah
METODE Mada dan pemilik usaha industri batik
Penelitian ini merupakan jenis gajah mada.
penelitian kualitatif. Peneliti menggunakan Untuk mendapatkan data yang
metode etnografi. Pengumpulan data yang menyeluruh mengenai strategi pengusaha
digunakan oleh peneliti melalui observasi dalam industri batik Gajah Mada. Peneliti
di lokasi obyek penelitian, wawancara melakukan kurang lebih 7 kali observasi
terhadap informan. Berdasarkan metode secara langsung di lokasi obyek penelitian.
etnografi melakukan observasi dan Selain melakukan observasi secara
wawancara mendalam dengan informan langsung peneliti juga melakukan
(pelaku yang saling berhubungan langsung observasi secara tidak langsung dengan
demi menjaga mempertahankan dan memanfaatkan akses internet untuk
mengambangkan industri batik Gajah mencari artikel - artikel yang berkaitan
Mada). Penelitian ini juga mengamati dengan asal-mula batik Gajah Mada yang
peran masyarakat terhadap industri lokal hingga sekarang masih berkembang dan
batik Gajah Mada saat ini serta pengaruh bertahan. Selain melakukan observasi
industri batik Gajah Mada terhadap secara langsung dan tidak langsung
kehidupan sehari-hariya. peneliti mendapatkan informasi melalui
studi pustaka. Seperti menggunakan media
AntroUnairdotNet, Vol.VII/No.3/Oktober 2018, hal 286
massa, dan media cetak (buku – buku yang HASIL DAN PEMBAHASAN
relevan dengan tema perindustrian batik)
Perkembangan Usaha Batik Gajah
maupun media online (artikel online,
Mada
jurnal online)
Awal mula industri batik Gajah Mada
Peneliti memperoleh data selain
merupakan home industri yang hanya
melakukan observasi, dan studi pustaka
menyediakan bahan baku batik, sedangkan
peneliti juga melakukan sesi wawancara
pengerjaan masih dikerjakan sendiri tanpa
terhadap informan. Dengan alat bantu
menggunakan tenaga kerja orang lain.
berupa catatan lapangan, perekam suara,
Sebelum mendirikan usaha industri batik
smartphone dan beberapa catatan daftar
Gajah Mada, pengusaha sudah mampu
pertanyaan untuk memulai awal
membatik tulis sendiri.
percakapan yang baik antara informan
Awal mulanya berdiri industri batik
dengan peneliti. Selama proses wawancara
Gajah Mada pada tahun 1979. Batik Gajah
berlangsung peneliti menggunakan bahasa
Mada hanya memproduksi batik tulis yang
Indonesia. Karena disini kendala peneliti
berupa kain panjang,“nyamping” (jarik).
kurang baik dalam menguasai bahasa
Dalam perkembangnnya batik Gajah Mada
daerah sehingga peneliti lebih memilih
yang didirikan oleh Bapak Danu Mulya
menggunakan bahasa Indonesia
(60 tahun) dan ibu Munganah (57tahun)
keseluruhannya selain itu alasan peneliti
ini mulai berani mengembangkan
memilih untuk menggunakan bahasa
usahanya awalnya berani memadukan
Indonesia karena informan juga mengikuti
batik dan kombinasi kain batik cap dan
alur tanya jawab saat sesi wawancara
batik tulis.
dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Seiring dengan perkembangan fashion
Dalam satu hari sesi wawancara peneliti
dan kebutuhan konsumen, usaha kecil
dapat mewawancara informan kurang lebih
batik yang dirintis oleh ibu Munganah dan
1-2 informan dengan durasi kurang lebih
bapak Danu Mulya mulai berkembang dari
15 menit – 60 menit. Peneliti melakukan
yang sebelumnya masih usaha kecil batik
sesi wawancara dengan 11 informan.
Gajah Mada sekarang sudah menjadi CV.
Kesebelas informan tersebut meliputi :
Saha Perkasa Gajah Mada.
Tokoh pengusaha batik Gajah Mada
Tercatat secara legitas bahwa pada
(Pemilik Usaha), Karyawan batik Gajah
tanggal diresmikankannya CV Saha
Mada, Tokoh pemerintah (Kasubag
Perkasa Gajah Mada pada tanggal 22 Juli
Disperindag), Tokoh masyarakat Desa
tahun 2000. Dengan tanda daftar
Mojosari (Kepala Desa Mojosari).
AntroUnairdotNet, Vol.VII/No.3/Oktober 2018, hal 287
perusahaan (TDP) 13.32.3.17.004151 yang diminati oleh para konsumen batik Gajah
dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian dan Mada.
Perdagangan Kabupaten Tulungagung. 1. Pertam Buntal Merak.
Setelah berubahnya nama Industri
milik Ibu Munganah dan Bapak Danu
Mulya mereka mulai menciptakan mutu
dan warna yang lebih modern untuk batik
yang lebih cocok dengan permintaan
pasaran sekarang, untuk desain fashion
(dibuat busana siap pakai) yang sedang
trend (model pakaian yang digemari oleh
Kata “buntal” memiliki arti yaitu
konsumen).
menyampaikan pesan semangat persatuan
Dengan meningkatkan kreatifitas dan
dan kesatuan, sedangkan “merak” sebagai
berani berinovasi pengusaha batik Gajah
salah satu ciri khas batik Solo. Selain itu
Mada mulai berani bersaing dengan
alasan pemberian nama motif pertam
pengusaha - pengusaha batik daerah
buntal merak memiliki arti keindahan.
lainnya. Pada tahun 1991 industri batik
Batik di Tulungagung identik dengan
Gajah Mada memulai kreatifitas di bidang
motif flora fauna (Dwikurnia, 2015). Maka
batik printing yang mendapat pesanan
dari itu didominasi warna dasar coklat
PEPABRI dengan skala nasional, tahun
terang dan adanya gambar merak
2001 industri batik Gajah Mada diberi
merupakan salah satu ciri khas batik
kesempatan untuk mengikuti pemeran di
Tulungagung. Batik ini dibandrol dengan
arena Pekan Raya Jakarta untuk mewakili
harga Rp 450.000,- dengan panjang 2,25 m
batik dari Tulungagung ditahun yang sama
dan lebar 1 m.
juga industri batik Gajah Mada juga diberi
2. Pertam Buntal Merak
kesempatan untuk mewakili batik
Tulungagung untuk mengikuti pameran di
Surabaya EXPO.
Motif yang sampai sekarang paling
banyak yang diminati oleh konsumen
pertama adalah batik Buntal Merak. Kedua
Latar buntal latar ireng, dan ketiga motif
sekar jagad rante. Ketiga motif batik
tersebut adalah motif yang banyak
AntroUnairdotNet, Vol.VII/No.3/Oktober 2018, hal 288
. Motif Latar Merak Ireng Kipas ini Sekar Jagad Rante ini dijual dipasaran
merupakan batik yang sudah turun dengan harga Rp 450.000,-.
temurun dengan dasaran batik berwarna Proses Produksi
hitam. Sedangkan kata “kipas” mempunya Proses produksi batik dari dahulu
arti kesegaran. Arti kata “kipas” ini sampai sekarang tidak banyak mengalami
menyampaikan pesan bahwa batik ini perubahan. Kegiatan membuat batik tulis
dapat dipakai untuk siapa saja dalam juga masih menggunakan alat tradisional.
suasana apa saja (Dwikurnia, 2015). Walaupun motif dan corak semakin
Karena motif pada kain batik berkembang, namun proses pembuatan
menggambarkan burung merak dengan batik pada dasarnya juga masih sama.
ekornya yang menyerupai kipas dan warna 1. Bahan baku
dasar yang gelap, tidak terlalu banyak Proses pembuatan batik tulis, batik
warna cokelat. Batik ini dibandrol dengan cap, maupun batik printing di batik Gajah
harga yang sama dengan motif Pertam Mada semulanya berasal dari Yogyakarta
Buntal Merak yaitu sekitar Rp 450.000,-. dan Solo. Karena daerah Tulungagung
berdasarkan pemetaan kebudayaan Jawa
3. Sekar Jagad Rante Timur termasuk daerah kawasan
“Mataraman” yang artinya memiliki
kebudayaan dan adat istiadatnya hampir
sama dengan kebudayaan yang dimiliki
oleh daerah Surakarta dan Yogakarta.
Sehingga banyak para pengrajin batik
di Tulungagung yang merantau untuk
sekedar menimba ilmu agar dapat
membatik dengan baik dan agar dapat
Motif Sekar Jagad Rante juga
memperdagangkan barangnya di daerah
memiliki arti nama yaitu, Kata “kar” pada
Yogyakarta dan Solo.
bahasa Belanda berarti peta, sedangkan
Bahan baku yang digunakan oleh
“Jagad” dalam bahasa Jawa yang artinya
industri batik Gajah Mada adalah kain
dunia. Motif Sekar Jagad Rante ini intinya
mori, pengusaha mengaku bahwa kain
memilki arti keanekaragaman, baik yang
mori yang mereka berasal dari daerah
terdapat di Indonesia maupun seluruh
Solo. Bahan bakunya pun juga sama
dunia dan kecantikan serta keindahan yang
seperti pada batik-batik khas daerah lain.
mempesona (Dwikurnia, 2015). Motif
bahan baku terkadang juga tidak sesuai Peneliti menganalisis bahwa strategi
dengan yang diharapkan. Ketiga yang digunakan pengusaha batik Gajah
kurangnya tenaga kerja bagian Mada dalam mengembangkan usaha batik
pengelolaan manajemen. dalam segi produksi, maupun dari segi
Untuk mendapatkan bahan baku pemasarannya pengusaha melibatkan
dengan kualitas tinggi. Industri batik tenaga kerja keluarga, tetangga agar
Gajah Mada selalu menggunakan bahan pengusaha berusaha untuk mendapatkan
pewarna yang berkualitas tinggi. Selain itu keuntungan.
AntroUnairdotNet, Vol.VII/No.3/Oktober 2018, hal 293
James Scoot (1982 : 7) dalam buku Mada memahami betul bagaimana karakter
Moral Ekonomi Petani mengemukakan tetangganya sendiri. Lingkungan tempat
bahwa mengenai permasalahan yang proses industri yang bertepatan di Desa
dihadapi kebanyakan rumah tangga petani. Mojosari, maka dari itu karyawan yang
Seperti kendala pada cuaca dan musim, bekerja di industri batik Gajah Mada
lalu tidak pandai dalam mengambil mayoritas juga bertempat tinggal di Desa
peluang. Maka dari itu teori moral yang Mojosari juga memiliki sikap kegotong –
dikemukakan oleh James Scoot ini royongan saling tolong menolong. Hal
memiliki prinsip ‘’savety - first’’ yaitu tersebut juga terbukti dari sikap Ibu
enggan beresiko dimana petani Munganah dan Bapak Danu Mulya yang
mengesampingkan pilihan-pilihan yang juga ikut terjun langsung dan membantu
dapat beresiko bagi substansinya. dalam proses pembuatan batik.
Dari teori moral James Scott tersebut Selain menggunakan teori moral dari
peneliti dapat menganalisis strategi James Scott peneliti juga memadukan teori
pengembangan yang dilakukan oleh Rasional yang dikemukakan oleh Samuel
pengusaha batik Gajah Mada yang lebih Popkin (1986) dalam buku Moral Ekonomi
memilih untuk melibatkan hubungan kerja Petani yang beranggapan bahwa dalam
dengan kerabatnya dan tetangganya buku tersebut para petani ini memiliki
sendiri. Alasan pengusaha memilih untuk sikap rasioanalitas. Petani merupakan
melibatkan keluarga dan tetangga sekitar orang – orang yang kreatif yang penuh
tempat industri dalam hubungan kerja perhitungan. Sehingga mereka ingin
karena dirasa lebih menguntungkan dari menerapkan praktek untung rugi.
pada mengambil tenaga kerja luar. Dengan Meminimalisir kerugian sebesar mungkin
memanfaatkan hubungan kerja dengan agar mendapatkan keuntungan secara
kerabatnya sendiri, pengusaha dapat individual bukan secara keuntungan
menekan atau meminimalisir pengeluaran kelompok hal tersebut merupakan
gaji yang harus dikeluarkan setiap bulan. anggapan Samuel Popkin (1986) dalam
Selain memanfaatkan hubungan kerja karyanya Petani Rasional (Ahimsa, 2003).
dengan kerabatnya pengusaha batik Gajah Dalam strategi rasional yang dapat dilihat
Mada yaitu Ibu Munganah lebih memilih dari sikap pengusaha batik Gajah Mada ini
untuk menjalin hubungan kerja dengan demi mengembangkan usaha kecilnya.
tetangganya. Ibu Munganah yang sudah Yaitu Ibu Munganah dan Bapak Danu
mengenal baik lingkungan sekitar tempat Mulya selaku pemilik usaha batik Gajah
industri proses pembuatan batik Gajah Mada beliau menambah jumlah karyawan.
AntroUnairdotNet, Vol.VII/No.3/Oktober 2018, hal 294
Dapat dilihat bahwa dari perilaku Yaitu ; mengenai permodalan, ketenagaan
beliau agar dapat mengembangkan kerja, produksi dan pengembangan produk
usahanya beliau menambah karyawannya maupun pengembangan distribusi. Seperti
agar dapat mengerjakan orderan yang menjalin hubungan kerja dengan tetangga
semakin bertambah. Karena jumlah sekitar lingkungan industri, memiliki sikap
orderan juga semakin bertambah Ibu peduli terhadap karyawannya, menjalin
Munganah juga mendapat modal dari hubungan kerja dengan kerabatnya sendiri,
pinjaman Bank. mengikuti pameran dan pelatihan yang
Selain itu anak dari pemilik usaha diundang oleh Disperindag sehingga
batik Gajah Mada juga memilih membeli pengusaha juga dapat mempromosikan
bahan baku seperti malam lilin, kain mori, batiknya menggunakan bahan baku
dan zat pewarna ke perusahaan-perusahaan dengan kualitas yang tinggi, melakukan
besar seperti Solo dan Yogayakarta. inovasi pada produk batiknya seperti baju,
Namun kadang pengusaha juga membeli accessories, hiasan rumah tangga,
bahan baku di perusahaan Pekalongan. memasarkan produknya dengan
Pengusaha sudah berlangganan ke menggunakan konsep yang sudah maju
perusahaan – perusahaan besar pada tahun dari pada industri batik daerah
2000. Tulungagung lainnya yaitu konsep “Learn
Enterprise”, mendirikan tiga butik di
Pengusaha bisa mengenal perusahaan-
daerah Tulungagung. Selain itu juga
perusahaan besar tersebut karena
memasarkannya produk batik melalui
sebelumnya pemilik usaha batik Gajah
website dan media sosial dan juga
Mada menjual produknya ke pasar-pasar
mempromosikannya produknya melalui
tradisional dari situlah beliau mengenal
kartu nama, dan katalog.
perusahaan – perusahaan besar yang
Perspektif rasional ini dalam
menjual bahan baku batik. Pengusaha
wirausaha adalah bagaimana pelaku
selalu memberikan kesan yang baik agar
tersebut secara langsung dalam mengatasi
dapat membangun relasi baik dengan
usaha bisnisnya baik dari segi produknya
rekan bisnisnya.
dengan cara menggunakan bahan baku
SIMPULAN yang berkualitas tinggi demi mendapatkan
keuntungan yang sewajarnya. Agar dapat
Pemilik industri batik Gajah Mada
diterima oleh konsumen atau tidak lalu
tersebut secara garis besar sudah sesuai
proses pendistribusianya atau pemasaran
dengan teori yang digunakan oleh peneliti.