You are on page 1of 16

Strategi Pengusaha Dalam Mengembangkan Usaha Kecil Batik Gajah Mada Di Desa

Mojosari Kecamatan Kauman Kabupaten Tulungagung


(Perspektif Teori Moral - Rasional)

Iqke Putri Rahmasari


iqkeputri@gmail.com
Departemen Antropologi, Fisip Universitas Airlangga

Abstract
Batik is an ancestral heritage of Indonesia need to be preserved and developed.
Various efforts to develop batik have been done from the government, private institutions,
and producers batik. For that reason, this research study about the entrepreneurs’s strategy in
developing batik in Gajah Mada Batik Entrepreneurs, Village Mojosari, Kauman District,
Tulungagung District. This study aims to describe the strategy of small entrepreneurs of batik
Gajah Mada to develop their business and the problems it faces. The methods used in this
research is qualitative approach from February to May 2017. Data collected by observation,
free interview, and depth, and collecting documents related to research theme. The theory
used in this study is the moral economic theory of James Scott and the rational theory of
Samuel Popkin because in developing batik business involving family labor, neighbors and
entrepreneurs trying to get a profit. The involvement of family and neighborhood labor
requires a moral approach for good relations with partner. The results of this study that the
problems faced by batik entrepreneurs are a) the expensive raw materials that are not equal to
the price, b) batik labor is hard to find, c) lack of manpower in the management department.
Employers' strategies to expand their business are a) involve family labor for wages to be
negotiated, b) obtain fund from bank loans, cooperatives and Disperindag, c) use high quality
raw materials such as in dyes and fabrics, d) use relations of relatives in developing
especially in terms of marketing, e) establishing good relationships with business partners, f)
marketing products through social media and boutiques, g) following exhibitions and training
held by the government.
Keywords : small entrepreneurs, moral - rational perspective, batik development, Javanese
villages.

Abstrak
Batik merupakan warisan leluhur bangsa Indonesia perlu dilestarikan dan
dikembangkan. Berbagai upaya untuk mengembangkan batik telah dilakukan dari
pemerintah, lembaga swasta, dan produsen sebagai pembatik. Untuk itu dilakukan penelitian
tentang Strategi Pengusaha Dalam Mengembangkan Usaha Kecil Batik Gajah Mada, Desa
Mojosari, Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan strategi pengusaha kecil batik Gajah Mada untuk mengembangkan
usahanya dan persoalan - persoalan yang dihadapinya. Untuk itu dilakukan penelitian dengan
metode pendekatan kualitatif pada bulan Februari sampai dengan Mei 2017. Pengumpulan
data dengan observasi, wawancara bebas dan mendalam dan mengumpulkan dokumen yang
terkait dengan tema penelitian. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
ekonomi moral dari James Scott dan teori rasional dari Samuel Popkin karena dalam
mengembangkan usaha batik melibat tenaga kerja keluarga, tetangga dan pengusaha
berusaha untuk mendapatkan keuntungan. Keterlibatan tenaga kerja keluarga dan tetangga
tentunya memerlukan pendekatan - pendekatan moral untuk menjalin hubungan baik dengan
AntroUnairdotNet, Vol.VII/No.3/Oktober 2018, hal 282
rekan kerjanya. Hasil penelitian ini bahwa persoalan yang dihadapi pengusaha batik adalah
a) mengenai bahan baku yang mahal, kualitas tidak sepadan dengan harga, b) tenaga kerja
pembatik yang sulit ditemukan, c) kurangnya tenaga kerja pada bagian pengelolaan
manajemen. Strategi pengusaha untuk mengembangkan usahanya a) melibatkan tenaga kerja
keluarga agar upah dapat dinegosiasi, b) mendapatkan modal dari pinjaman bank, koperasi
dan Disperindag, c) menggunakan bahan baku yang berkualitas tinggi seperti pada zat
pewarna dan kain, d) menggunakan hubungan kerabat dalam mengembangkan usaha
khususnya pada segi pemasaran, e) menjalin relasi yang baik dengan rekan bisnisnya, f)
memasarkan produk melalui media sosial dan mendirikan butik, g) mengikuti pameran dan
pelatihan yang diadakan oleh Disperindag.
Kata-kata kunci: pengusaha kecil, strategi moral - rasional, pengembangan batik, pedesaan
Jawa.

AntroUnairdotNet, Vol.VII/No.3/Oktober 2018, hal 283


PENDAHULUAN wilayah-wilayah daerah seperti Kabupaten

Batik merupakan salah satu kesenian Tulungagung. Berdasarkan hasil survey

khas dari Indonesia yang telah ada sejak yang dilakukan oleh Disperindag

berabad-abad tahun yang lalu. Sejarah Kabupaten Tulungagung pada tahun 2017,

batik di Indonesia pada awalnya berkaitan Sentra industri batik di Tulungagung

dengan perkembangan masa kerajaaan yang sampai sekarang masih bisa

Majapahit. Pada abad XVIII sampai abad berkembang dan bertahan terdapat 4

XX batik tulis sangatlah popular. Dalam Industri batik yaitu ; batik Baronggung,

perkembangannya batik menghasilkan batik Satrio Manah, batik Kalang Kusomo

sebuah karya seni yang berwujud kain, dan terakhir batik Gajah Mada.

kayu, dan dekorasi tertentu. Salah satu batik yang masih

Pada umumnya setiap motif pada berkembang dan bertahan di pasaran

batik memiliki filosofi tersendiri sehingga perindustrian batik di Tulungagung yaitu

dapat dikatakan batik merupakan warisan Industri Batik Gajah Mada. Industri batik

budaya leluhur yang perlu dilestarikan Gajah Mada sudah berdiri sejak tahun

serta merupakan bukti peninggalan sejarah 1979. Pemilik usaha industri kecil batik

budaya bangsa Indonesia. Dengan Gajah Mada di Tulungagung ini

berkembangnya teknologi yang semakin mengatakan bahwa menjadi usahawan

maju maka kesenian khas batik Indonesia batik itu memerlukan ketelatenan dan

menjadi lebih dinamis, baik karena membutuhkan kesabaran.

pengaruh dari budaya asing maupun dalam Wirausaha yang dilakukan oleh para

negeri (Asti Musman, 2011). usahawan sama dengan pengertiannya

Perubahan dan perkembangan yang yaitu orang yang pandai atau berbakat

disebabkan oleh budaya asing ternyata mengenali produk baru, memasarkannya

memberikan dampak pada pola pikir para serta pandai mengatur permodalan

pengusaha pengrajin batik di Indonesia. operasinya (Kamus Besar Bahasa

Dampak tersebut mengubah cara dan Indonesia). Menurut J.B Say (1803),

strategi dalam mengelola usaha batik yang pengusaha yang mampu mengelola sumber

mereka jalankan baik dalam segi produksi, daya yang dimilki secara ekonomis (efektif

distribusi maupun pemasarannya. dan efisien) dan tingkat produktivitas

Perkembangan batik ini tidak hanya rendah menjadi lebih tinggi (Mienyantono,

berkembang di daerah ibukota - ibukota 2013).

besar saja, namun juga berkembang di Fokus permasalahan yang akan diteliti
oleh peneliti ini bukan hanya pada
AntroUnairdotNet, Vol.VII/No.3/Oktober 2018, hal 284
pemberian nama brand batik “Gajah dan menengah karena dari proses produksi,
Mada” melainkan terkait dengan hasil produksi, sampai proses pemasaran
bagaimana strategi pengusaha dalam produk pemilik usaha batik Gajah Mada
mengembangkan usaha kecil batik Gajah target pasarannya dengan memasarkan
Mada. Sehingga siasat yang digunakan produknya ke masyarakat menenengah ke
oleh pengusaha batik Gajah Mada untuk atas dan menengah ke bawah walaupun
dapat berkembang hingga sekarang adalah pengusaha sekarang lebih memfokuskan
peran daripada pengusaha batik dalam untuk bekerja sama dengan perusahaan-
memilih startegi yang tepat demi perusahaan besar. Yaitu menggunakan
mengembangkan usahanya agar tidak konsep “Learn Enterprise” dimana
mengalami gulung tikar. industri batik Gajah Mada sebagai
Maka dari itu untuk mengembangkan pemasok untuk memenuhi permintaan
sebuah usaha maka diperlukan sekali buyer.
karakteristik dan sikap kewirausahaan Peneliti menganalisis sesuai dengan
yang harus dimiliki oleh pengusaha asumsi yang dikemukakan oleh Samuel
tersebut. Sehingga usaha yang dijalankan Popkin dan James Scott yaitu dengan
selama ini dapat berjalan dengan lancar. menggunakan perspektif teori ekonomi
Karakteristik kewirausahaan ini memilki moral dan rasional.
ciri yaitu : 1) adanya modal atau Pada buku yang ditulis oleh Heddy
pendanaan untuk mengembangkan usaha Shri Ahimsa-Putra yang berjudul
kecil, 2) sarana dan prasana untuk “Ekonomi Moral, Rasional, dan Politik
mendukung pengembangan usaha seperti dalam Industri Kecil di Jawa” menulis
memiliki alat produksi yang memadai, bahwa James Scoot menggunakan prinsip
teknologi yang cukup memadai, 3) “utamakan selamat” safety first yaitu pola
Memiliki relasi dengan perusahaan lain, 4) perilaku wirausahawan dalam menghadapi
Adanya perijinan usaha, 5) Adanya atau memandang resiko itu bukanlah suatu
bantuan dari kelembagaan swasta dan yang menakutkan, yang harus dihindari
pemerintah untuk memfasilitasi asal pelaku (wirausahawan) dapat
pengembangan usaha baik dalam segi mengambil keputusan dan menggunakan
produksi dan distribusi, 6) Dan adanya strategi yang tepat (Ahimsa, 2003).
kesempatan berusaha (Ni Made Wirastika Sedangkan teori rasional Samuel
Sari, 2016). Popkin lebih mementingkan akan pikiran
Usaha batik Gajah Mada dapat yang “rasional”, segala keputusan yang
dikategorikan sebagai Usaha Mikro kecil dipilih selalu memiliki resiko. Dari sudut
AntroUnairdotNet, Vol.VII/No.3/Oktober 2018, hal 285
pandang ekonomi rasional bahwa Penggalian informasi ini difokuskan
pengusaha bahwa keinginan untuk pada tiga hal penting yaitu : 1) Para
mendapatkan keuntungan yang besar pengrajin batik Gajah Mada dan pemilik
selalu diinginkan oleh semua yang industri lokal batik Gajah Mada, 2)
menjalankan bisnis usaha, sehingga Pemerintah Desa Mojosari Kecamatan
keinginan untuk mendapatkan rugi akan Kauman Kabupaten Tulungagung untuk
diminimalisirkan demi mendapatkan dapat mengetahui asal – usul atau sejarah,
keuntungan yang cukup tinggi. Naluri demografi,geografisnya, kebudayaannya.
secara rasional seperti inilah yang tanpa Penelitian ini dilakukan di Desa
disadari selalu muncul pada jiwa Mojosari Kecamatan Kauman Kabupaten
pengusaha, sehingga strategi pemasaran Tulungagung. Dengan melakukan
yang dilakukan oleh pengusaha selalu observasi di tempat industri batik Gajah
melakukan berbagai cara demi Mada dan toko batik yang di buka di
mempertahankan hasil usahanya di bidang samping Stasiun Tulungagung serta
bisnis (Ahimsa, 2003). melakukan pendekatan observasi secara
langsung dengan pengrajin batik Gajah
METODE Mada dan pemilik usaha industri batik
Penelitian ini merupakan jenis gajah mada.
penelitian kualitatif. Peneliti menggunakan Untuk mendapatkan data yang
metode etnografi. Pengumpulan data yang menyeluruh mengenai strategi pengusaha
digunakan oleh peneliti melalui observasi dalam industri batik Gajah Mada. Peneliti
di lokasi obyek penelitian, wawancara melakukan kurang lebih 7 kali observasi
terhadap informan. Berdasarkan metode secara langsung di lokasi obyek penelitian.
etnografi melakukan observasi dan Selain melakukan observasi secara
wawancara mendalam dengan informan langsung peneliti juga melakukan
(pelaku yang saling berhubungan langsung observasi secara tidak langsung dengan
demi menjaga mempertahankan dan memanfaatkan akses internet untuk
mengambangkan industri batik Gajah mencari artikel - artikel yang berkaitan
Mada). Penelitian ini juga mengamati dengan asal-mula batik Gajah Mada yang
peran masyarakat terhadap industri lokal hingga sekarang masih berkembang dan
batik Gajah Mada saat ini serta pengaruh bertahan. Selain melakukan observasi
industri batik Gajah Mada terhadap secara langsung dan tidak langsung
kehidupan sehari-hariya. peneliti mendapatkan informasi melalui
studi pustaka. Seperti menggunakan media
AntroUnairdotNet, Vol.VII/No.3/Oktober 2018, hal 286
massa, dan media cetak (buku – buku yang HASIL DAN PEMBAHASAN
relevan dengan tema perindustrian batik)
Perkembangan Usaha Batik Gajah
maupun media online (artikel online,
Mada
jurnal online)
Awal mula industri batik Gajah Mada
Peneliti memperoleh data selain
merupakan home industri yang hanya
melakukan observasi, dan studi pustaka
menyediakan bahan baku batik, sedangkan
peneliti juga melakukan sesi wawancara
pengerjaan masih dikerjakan sendiri tanpa
terhadap informan. Dengan alat bantu
menggunakan tenaga kerja orang lain.
berupa catatan lapangan, perekam suara,
Sebelum mendirikan usaha industri batik
smartphone dan beberapa catatan daftar
Gajah Mada, pengusaha sudah mampu
pertanyaan untuk memulai awal
membatik tulis sendiri.
percakapan yang baik antara informan
Awal mulanya berdiri industri batik
dengan peneliti. Selama proses wawancara
Gajah Mada pada tahun 1979. Batik Gajah
berlangsung peneliti menggunakan bahasa
Mada hanya memproduksi batik tulis yang
Indonesia. Karena disini kendala peneliti
berupa kain panjang,“nyamping” (jarik).
kurang baik dalam menguasai bahasa
Dalam perkembangnnya batik Gajah Mada
daerah sehingga peneliti lebih memilih
yang didirikan oleh Bapak Danu Mulya
menggunakan bahasa Indonesia
(60 tahun) dan ibu Munganah (57tahun)
keseluruhannya selain itu alasan peneliti
ini mulai berani mengembangkan
memilih untuk menggunakan bahasa
usahanya awalnya berani memadukan
Indonesia karena informan juga mengikuti
batik dan kombinasi kain batik cap dan
alur tanya jawab saat sesi wawancara
batik tulis.
dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Seiring dengan perkembangan fashion
Dalam satu hari sesi wawancara peneliti
dan kebutuhan konsumen, usaha kecil
dapat mewawancara informan kurang lebih
batik yang dirintis oleh ibu Munganah dan
1-2 informan dengan durasi kurang lebih
bapak Danu Mulya mulai berkembang dari
15 menit – 60 menit. Peneliti melakukan
yang sebelumnya masih usaha kecil batik
sesi wawancara dengan 11 informan.
Gajah Mada sekarang sudah menjadi CV.
Kesebelas informan tersebut meliputi :
Saha Perkasa Gajah Mada.
Tokoh pengusaha batik Gajah Mada
Tercatat secara legitas bahwa pada
(Pemilik Usaha), Karyawan batik Gajah
tanggal diresmikankannya CV Saha
Mada, Tokoh pemerintah (Kasubag
Perkasa Gajah Mada pada tanggal 22 Juli
Disperindag), Tokoh masyarakat Desa
tahun 2000. Dengan tanda daftar
Mojosari (Kepala Desa Mojosari).
AntroUnairdotNet, Vol.VII/No.3/Oktober 2018, hal 287
perusahaan (TDP) 13.32.3.17.004151 yang diminati oleh para konsumen batik Gajah
dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian dan Mada.
Perdagangan Kabupaten Tulungagung. 1. Pertam Buntal Merak.
Setelah berubahnya nama Industri
milik Ibu Munganah dan Bapak Danu
Mulya mereka mulai menciptakan mutu
dan warna yang lebih modern untuk batik
yang lebih cocok dengan permintaan
pasaran sekarang, untuk desain fashion
(dibuat busana siap pakai) yang sedang
trend (model pakaian yang digemari oleh
Kata “buntal” memiliki arti yaitu
konsumen).
menyampaikan pesan semangat persatuan
Dengan meningkatkan kreatifitas dan
dan kesatuan, sedangkan “merak” sebagai
berani berinovasi pengusaha batik Gajah
salah satu ciri khas batik Solo. Selain itu
Mada mulai berani bersaing dengan
alasan pemberian nama motif pertam
pengusaha - pengusaha batik daerah
buntal merak memiliki arti keindahan.
lainnya. Pada tahun 1991 industri batik
Batik di Tulungagung identik dengan
Gajah Mada memulai kreatifitas di bidang
motif flora fauna (Dwikurnia, 2015). Maka
batik printing yang mendapat pesanan
dari itu didominasi warna dasar coklat
PEPABRI dengan skala nasional, tahun
terang dan adanya gambar merak
2001 industri batik Gajah Mada diberi
merupakan salah satu ciri khas batik
kesempatan untuk mengikuti pemeran di
Tulungagung. Batik ini dibandrol dengan
arena Pekan Raya Jakarta untuk mewakili
harga Rp 450.000,- dengan panjang 2,25 m
batik dari Tulungagung ditahun yang sama
dan lebar 1 m.
juga industri batik Gajah Mada juga diberi
2. Pertam Buntal Merak
kesempatan untuk mewakili batik
Tulungagung untuk mengikuti pameran di
Surabaya EXPO.
Motif yang sampai sekarang paling
banyak yang diminati oleh konsumen
pertama adalah batik Buntal Merak. Kedua
Latar buntal latar ireng, dan ketiga motif
sekar jagad rante. Ketiga motif batik
tersebut adalah motif yang banyak
AntroUnairdotNet, Vol.VII/No.3/Oktober 2018, hal 288
. Motif Latar Merak Ireng Kipas ini Sekar Jagad Rante ini dijual dipasaran
merupakan batik yang sudah turun dengan harga Rp 450.000,-.
temurun dengan dasaran batik berwarna Proses Produksi
hitam. Sedangkan kata “kipas” mempunya Proses produksi batik dari dahulu
arti kesegaran. Arti kata “kipas” ini sampai sekarang tidak banyak mengalami
menyampaikan pesan bahwa batik ini perubahan. Kegiatan membuat batik tulis
dapat dipakai untuk siapa saja dalam juga masih menggunakan alat tradisional.
suasana apa saja (Dwikurnia, 2015). Walaupun motif dan corak semakin
Karena motif pada kain batik berkembang, namun proses pembuatan
menggambarkan burung merak dengan batik pada dasarnya juga masih sama.
ekornya yang menyerupai kipas dan warna 1. Bahan baku
dasar yang gelap, tidak terlalu banyak Proses pembuatan batik tulis, batik
warna cokelat. Batik ini dibandrol dengan cap, maupun batik printing di batik Gajah
harga yang sama dengan motif Pertam Mada semulanya berasal dari Yogyakarta
Buntal Merak yaitu sekitar Rp 450.000,-. dan Solo. Karena daerah Tulungagung
berdasarkan pemetaan kebudayaan Jawa
3. Sekar Jagad Rante Timur termasuk daerah kawasan
“Mataraman” yang artinya memiliki
kebudayaan dan adat istiadatnya hampir
sama dengan kebudayaan yang dimiliki
oleh daerah Surakarta dan Yogakarta.
Sehingga banyak para pengrajin batik
di Tulungagung yang merantau untuk
sekedar menimba ilmu agar dapat
membatik dengan baik dan agar dapat
Motif Sekar Jagad Rante juga
memperdagangkan barangnya di daerah
memiliki arti nama yaitu, Kata “kar” pada
Yogyakarta dan Solo.
bahasa Belanda berarti peta, sedangkan
Bahan baku yang digunakan oleh
“Jagad” dalam bahasa Jawa yang artinya
industri batik Gajah Mada adalah kain
dunia. Motif Sekar Jagad Rante ini intinya
mori, pengusaha mengaku bahwa kain
memilki arti keanekaragaman, baik yang
mori yang mereka berasal dari daerah
terdapat di Indonesia maupun seluruh
Solo. Bahan bakunya pun juga sama
dunia dan kecantikan serta keindahan yang
seperti pada batik-batik khas daerah lain.
mempesona (Dwikurnia, 2015). Motif

AntroUnairdotNet, Vol.VII/No.3/Oktober 2018, hal 289


Seperti Malam lilin, Kain Mori, dan Zat Perkembangan motif batik Gajah
Pewarna Kimia dan Zat Pewarna Alami. Mada yang semakin beragam seperti motif
2. Alat Produksi buntal merah, sekar jagad, latar ireng
Untuk memproduksi batik tulis, batik merak kipas dan masih banyak lagi.
cap, batik printing, perlu beberapa Pengusaha juga mengolah hasil
peralatan yang harus dimiliki industri batik produksinya tidak hanya sebagai bahan
Gajah Mada yaitu ; jarik saja “nyamping”.
(1) Canting merupakan alat pembentuk Tapi juga diolah sebagai pakaian
motif, (2) Panci atau kompor juga sering seperti (kemeja, baju untuk pesta, formal,
disebut dengan istilah “anglo” yang santai, maupun untuk baju kesaharian-
digunakan untuk memanaskan dan harian di rumah). Selain baju batik Gajah
menjaga “malam” agar tetap cair. Mada juga menjual produk yang diinovasi
(3) Gawangan yang digunakan untuk seperti kotak perhiasan, boneka, souvenir,
menyampirkan kain batik, alat ini biasanya bantal sofa.
digunakan untuk membatik tulis, 4) Tong Pemasaran
Penglorod tong ini merupakan tempat yang Pemasaran adalah suatu proses
biasanya digunakan memlorod kain batik kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai
yang telah ditutup oleh pembatik, (5) faktor sosial, budaya, politik, ekonomi,
“Kolah” (kolam) tempat untuk merendam dan manajerial. Pemasaran merupakan
kain batik dengan air keras, (6) Plankan unsur penting dari sebuah kegiatan usaha.
yaitu untuk membuat gambar/batik, pada Semua kegiatan yang bertujuan untuk
kain sebagai media, menciptakan suatu produk agar dapat
3. Hasil Produksi dikembangkan dan didistribusikan guna
Industri batik Gajah Mada memenuhi kebutuhan masyarakat.
menghasilkan beberrapa jenis produk Pemasaran yang dilakukan pengrajin atau
seperti batik tulis, batik cap dan batik pengusaha batik Gajah Mada adalah
printing. Sedangkan warna yang dihasilkan dengan metode pemasaran langsung dan
oleh produk batik Gajah Mada ini seperti pemasaran tidak langsung.
batik pesisir, seperti warna hijau, biru, Pemasaran langsung yang dilakukan
merah dan kuning. Karena Batik Gajah adalah dengan menawarkan produk -
Mada termasuk batik “Kalangbretan”motif produknya langsung kepada konsumen,
yang diproduksi oleh batik Gajah Mada misalkan saja di beberapa kantor - kantor
cenderung ke ornamen seperti fauna, flora, mengingat pemerintah daerah Kabupaten
yang ada dilingkungan sekitarnya. Tulungagung telah menganjurkan untuk
AntroUnairdotNet, Vol.VII/No.3/Oktober 2018, hal 290
memakai pakaian seragam batik lokal industri lain, seperti perusahaan batik
yang menjadi ciri khas daerah kepada Sidoarjo, batik Mojokerto. Pemilik usaha
berbagai instansi, serta dengan mengikuti batik Gajah Mada juga melakukan
berbagai acara dan pameran-pameran yang hubungan silaturahmi dengan keluarga
diadakan di berbagai kota besar di rekan bisnis mereka. Seperti pada perayaan
Indonesia. Idul Fitri mereka mengajak sekeluarga
Strategi Pemasaran untuk “sowan” (bertamu) dengan rekan
1. Menggunakan Konsep “Learn bisnis mereka. Karena Ibu Munganah
Enterprise” (pemilik usaha) memiliki sikap yang
Mengenai kegiatan distribusi atau terbuka, beliau selalu menganggap rekan
pemasaran batik Gajah Mada dalam kerjanya seperti saudaranya sendiri. Selain
mengembangkan usaha industri batik itu pengusaha batik Gajah Mada selalu
Gajah Mada, pengusaha melakukan memberikan pengerjaan yang baik pada
beberapa strategi agar usahanya dapat rekan bisnisnya, seperti memberikan
berkembang sampai hingga sekarang. kualitas dan mutu produk dengan proses
Salah satu strategi yang digunakan oleh pembuatan yang baik.
pengusaha batik Gajah Mada yaitu
menggunakan konsep “Learn Enterprise” 3. Mengikuti Pameran dan Pelatihan
dengan “buyer” yang sudah memiliki Mengikuti pameran dan pelatihan yang
“brand atau merk” ternama. Berbeda ditawarkan oleh pemerintah merupakan
dengan konsep pembelian tradisional, salah satu strategi distribusi/pemasaran
dimana ada pembeli ada (buyer) dan ada yang digunakan oleh pengusaha batik
pemasok (supplier) sebagai pihak yang Gajah Mada. Pameran yang ditawarkan
memenuhi permintaan atau kebutuhan oleh disperindag biasnya beragantian.
buyer.Akitfitas yang dilakukan dengan Dalam arti bergantian, tidak setiap tahun
menggunakann konsep “lean” adalah batik Gajah Mada mengikuti pameran,
partnership yaitu “kooperasi”antara buyer karena bergantian dengan industri batik
dan supplier adalah partner. Jadi jika buyer lainnya. Perwakilan dari batik Gajah Mada
menikmati kesuksesan , maka supplier saat diadakannya lomba motif batik di
juga akan menikmatinya. Tulungagung.
2. Membangun Relasi Dengan Industri Selain itu industri batik Gajah Mada
Batik Luar Daerah Tulungagung juga selalu memenuhi undangan yang
Pemilik usaha batik Gajah Mada selain dikirm dari Disperindag. Seperti pameran
melakukan hubungan bisnis dengan di Surabaya ada pameran batik dan
AntroUnairdotNet, Vol.VII/No.3/Oktober 2018, hal 291
accessories yang dilakukan setiap tahun dihubungi jika konsumen ingin mengoder
rutin, ada juga di INAKRAF, Pameran produk batik Gajah Mada. Melalui media
INAKRAF diadakan di Jakarta. Selain di sosial seperti Instagram, Facebook dan
Surabaya dan Jakarta, industri batik gajah Whatsapp.
mada juga mengikuti pameran-pemeran 6. Mendirikan Butik
seperti di Yogyakarta dan Solo. Mendirikan tiga“outlet” dimana tiga
4. Menjalin Hubungan Kerja Dengan diantaranya berada di sekitaran Stasiun
Kerabat Tulungagung, yaitu yang dua outlet
Salah satu faktor pendukung industri menghadap ke barat dan yang satu
batik Gajah Mada dapat berkembang dan menghadap ke utara. Selain menjual
bertaahan adalah meneruskan usahanya produknya di butik, industri batik Gajah
dengan cara turun - temurun. Dengan Mada juga menjual produknya di rumah
mewariskan bakat sebagai pengrajin batik, produksi “gallery”. Di Butik Gajah Mada
Pemilik usaha batik Gajah Mada juga juga memberikan kartu nama, dan tas
mengajarkan kepada anak sulungnya yaitu yang dilabeli batik Gajah Mada ke
agar dapat mengembangkan usaha industri konsumen.
batik Gajah Mada terutama dalam bidang 7. Mempromosikan Melalui Iklan
pemasaran. Pemilik usaha batik Gajah Televisi dan Radio
Mada yang menganggap anaknya lebih Mempromosikan melalui media
paham dalam segi penjualan atau eletronik seperti saluran (radio perkasa fm
pemasaran jaman sekarang yang lebih Tulungagung) dan media televisi daerah
diminati oleh konsumen sekarang. (SIGI Tv). Mempromosikan produk
5. Memasarkannya melalui media online batiknya melalui iklan dari radio dan
Dalam mengembangkan usaha batik televisi dilakukan oleh pengusaha karena
Gajah Mada pengusaha juga melakukan dirasa cukup menjanjikan bagi pemilik
beberapa strategi agar usahanya dapat usaha batik Gajah Mada agar tertarik
berkembang hingga sekarang. dengan produk batik yang mereka jual di
Berikut strategi pemasaran yang pasaran. Seperti dengan melalui iklan para
dilakukan oleh pengusaha batik Gajah konsumen memiliki gambaran batik yang
Mada. Batik Gajah Mada memasarkan ingin mereka beli melalui iklan yang
hasil produknya secara online Melalui web dipasang di radio dan televisi.
online yaitu http://batikgajahmada,com/. Kendala Pengusaha Batik Gajah Mada
Dalam web tersebut pengusaha Pertama adalah kendala mengenai
mencantumkan nomer yang dapat ketenagaan kerja. Yaitu kurangnya tenaga
AntroUnairdotNet, Vol.VII/No.3/Oktober 2018, hal 292
kerja pengrajin batik. Kendala tersebut kain mori yang digunakan oleh industri
yang sampai sekarang mengganggu batik Gajah Mada menggunakan Kain
perkembangan industri batik Gajah Mada Mori Primisima. Kain mori primisima
karena menurut Ibu Munganah mencari jenis kain yang terahalus dan, seratnya
pengrajin batik yang telaten itu susah. rapat, halus dan tebal (Salamun, 2013).
Pengrajin batik tulis yang bekerja di Namun karena kain mori dan bahan
industri batik Gajah Mada juga masih pewarna yang mahal, banyak perusahaan
pengrajin batik kasaran, membatik mereka yang kadang tidak menyetock bahan baku
masih belum bisa sehalus dengan pngrajin tersebut. Karena bahan baku tersebut
batik sebelumnya. masih import (barang luar negeri) sehingga
Kedua adalah bahan baku. Untuk pengusaha batik Gajah Mada membeli
mendapatkan bahan baku dengan kualitas bahan baku terkadang juga tidak sesuai
tinggi. Industri batik Gajah Mada selalu dengan yang diharapkan.
menggunakan bahan pewarna yang Keempat adalah kurangnya tenaga kerja
berkualitas tinggi. Selain itu kain mori bagian pengelolaan manajemen. Pemilik
yang digunakan oleh industri batik Gajah dan pendiri usaha batik Gajah Mada
Mada menggunakan Kain Mori Primisima. mempercayakan sepenuhnya kepada
Kain mori primisima jenis kain yang sekretarisnya yaitu Sekretaris tersebut juga
terahalus dan, seratnya rapat, halus dan merangkap sebagai bendahara. Selain itu
tebal (Salamun, 2013). juga bertugas untuk melayani pelanggan
Namun karena kain mori dan bahan yang membeli produk batik Gajah Mada.
pewarna yang mahal, banyak perusahaan Sehingga dalam pengelolaan manajemen.
yang kadang tidak menyetock bahan baku keuangan, pengusaha tersebut belum dapat
tersebut. Karena bahan baku tersebut mengelola dengan maksimal.
masih import (barang luar negeri) sehingga Strategi Moral dan Rasional Pengusaha
pengusaha batik Gajah Mada membeli Batik Gajah Mada

bahan baku terkadang juga tidak sesuai Peneliti menganalisis bahwa strategi
dengan yang diharapkan. Ketiga yang digunakan pengusaha batik Gajah
kurangnya tenaga kerja bagian Mada dalam mengembangkan usaha batik
pengelolaan manajemen. dalam segi produksi, maupun dari segi
Untuk mendapatkan bahan baku pemasarannya pengusaha melibatkan
dengan kualitas tinggi. Industri batik tenaga kerja keluarga, tetangga agar
Gajah Mada selalu menggunakan bahan pengusaha berusaha untuk mendapatkan
pewarna yang berkualitas tinggi. Selain itu keuntungan.
AntroUnairdotNet, Vol.VII/No.3/Oktober 2018, hal 293
James Scoot (1982 : 7) dalam buku Mada memahami betul bagaimana karakter
Moral Ekonomi Petani mengemukakan tetangganya sendiri. Lingkungan tempat
bahwa mengenai permasalahan yang proses industri yang bertepatan di Desa
dihadapi kebanyakan rumah tangga petani. Mojosari, maka dari itu karyawan yang
Seperti kendala pada cuaca dan musim, bekerja di industri batik Gajah Mada
lalu tidak pandai dalam mengambil mayoritas juga bertempat tinggal di Desa
peluang. Maka dari itu teori moral yang Mojosari juga memiliki sikap kegotong –
dikemukakan oleh James Scoot ini royongan saling tolong menolong. Hal
memiliki prinsip ‘’savety - first’’ yaitu tersebut juga terbukti dari sikap Ibu
enggan beresiko dimana petani Munganah dan Bapak Danu Mulya yang
mengesampingkan pilihan-pilihan yang juga ikut terjun langsung dan membantu
dapat beresiko bagi substansinya. dalam proses pembuatan batik.
Dari teori moral James Scott tersebut Selain menggunakan teori moral dari
peneliti dapat menganalisis strategi James Scott peneliti juga memadukan teori
pengembangan yang dilakukan oleh Rasional yang dikemukakan oleh Samuel
pengusaha batik Gajah Mada yang lebih Popkin (1986) dalam buku Moral Ekonomi
memilih untuk melibatkan hubungan kerja Petani yang beranggapan bahwa dalam
dengan kerabatnya dan tetangganya buku tersebut para petani ini memiliki
sendiri. Alasan pengusaha memilih untuk sikap rasioanalitas. Petani merupakan
melibatkan keluarga dan tetangga sekitar orang – orang yang kreatif yang penuh
tempat industri dalam hubungan kerja perhitungan. Sehingga mereka ingin
karena dirasa lebih menguntungkan dari menerapkan praktek untung rugi.
pada mengambil tenaga kerja luar. Dengan Meminimalisir kerugian sebesar mungkin
memanfaatkan hubungan kerja dengan agar mendapatkan keuntungan secara
kerabatnya sendiri, pengusaha dapat individual bukan secara keuntungan
menekan atau meminimalisir pengeluaran kelompok hal tersebut merupakan
gaji yang harus dikeluarkan setiap bulan. anggapan Samuel Popkin (1986) dalam
Selain memanfaatkan hubungan kerja karyanya Petani Rasional (Ahimsa, 2003).
dengan kerabatnya pengusaha batik Gajah Dalam strategi rasional yang dapat dilihat
Mada yaitu Ibu Munganah lebih memilih dari sikap pengusaha batik Gajah Mada ini
untuk menjalin hubungan kerja dengan demi mengembangkan usaha kecilnya.
tetangganya. Ibu Munganah yang sudah Yaitu Ibu Munganah dan Bapak Danu
mengenal baik lingkungan sekitar tempat Mulya selaku pemilik usaha batik Gajah
industri proses pembuatan batik Gajah Mada beliau menambah jumlah karyawan.
AntroUnairdotNet, Vol.VII/No.3/Oktober 2018, hal 294
Dapat dilihat bahwa dari perilaku Yaitu ; mengenai permodalan, ketenagaan
beliau agar dapat mengembangkan kerja, produksi dan pengembangan produk
usahanya beliau menambah karyawannya maupun pengembangan distribusi. Seperti
agar dapat mengerjakan orderan yang menjalin hubungan kerja dengan tetangga
semakin bertambah. Karena jumlah sekitar lingkungan industri, memiliki sikap
orderan juga semakin bertambah Ibu peduli terhadap karyawannya, menjalin
Munganah juga mendapat modal dari hubungan kerja dengan kerabatnya sendiri,
pinjaman Bank. mengikuti pameran dan pelatihan yang
Selain itu anak dari pemilik usaha diundang oleh Disperindag sehingga
batik Gajah Mada juga memilih membeli pengusaha juga dapat mempromosikan
bahan baku seperti malam lilin, kain mori, batiknya menggunakan bahan baku
dan zat pewarna ke perusahaan-perusahaan dengan kualitas yang tinggi, melakukan
besar seperti Solo dan Yogayakarta. inovasi pada produk batiknya seperti baju,
Namun kadang pengusaha juga membeli accessories, hiasan rumah tangga,
bahan baku di perusahaan Pekalongan. memasarkan produknya dengan
Pengusaha sudah berlangganan ke menggunakan konsep yang sudah maju
perusahaan – perusahaan besar pada tahun dari pada industri batik daerah
2000. Tulungagung lainnya yaitu konsep “Learn
Enterprise”, mendirikan tiga butik di
Pengusaha bisa mengenal perusahaan-
daerah Tulungagung. Selain itu juga
perusahaan besar tersebut karena
memasarkannya produk batik melalui
sebelumnya pemilik usaha batik Gajah
website dan media sosial dan juga
Mada menjual produknya ke pasar-pasar
mempromosikannya produknya melalui
tradisional dari situlah beliau mengenal
kartu nama, dan katalog.
perusahaan – perusahaan besar yang
Perspektif rasional ini dalam
menjual bahan baku batik. Pengusaha
wirausaha adalah bagaimana pelaku
selalu memberikan kesan yang baik agar
tersebut secara langsung dalam mengatasi
dapat membangun relasi baik dengan
usaha bisnisnya baik dari segi produknya
rekan bisnisnya.
dengan cara menggunakan bahan baku
SIMPULAN yang berkualitas tinggi demi mendapatkan
keuntungan yang sewajarnya. Agar dapat
Pemilik industri batik Gajah Mada
diterima oleh konsumen atau tidak lalu
tersebut secara garis besar sudah sesuai
proses pendistribusianya atau pemasaran
dengan teori yang digunakan oleh peneliti.

AntroUnairdotNet, Vol.VII/No.3/Oktober 2018, hal 295


hasil produk batiknya yang semakin u.ac.id/, diakses pada tanggal 17
diperluas. Juli 2019 pada pukul 15.00 WIB).
Selain dari perpektif rasional pengusaha Dwikurnia, D. (2015). Simbolisme Seni
batik Gajah Mada ini dalam menjalankan Dalam Budaya Jawa Di Era
usaha batiknya agar dapat berkembang Global : Suatu Kajian Dari Batik
tidak memandang dalam sudut pandang Dan Tari Klasik Gaya Yogyakarta.
rasionalitas saja yang didasarkan pada Suatu Pengajar Jurusan
kepentingan sosial atau hanya Pendidikan Sejarah FIS UNY , 84-
mendapatkan keuntungan saja melainkan 86.
pengusaha industri batik Gajah Mada
Handoyo, W. (2014). Pengusaha Batik
disini juga mengikatkan sikap yang tidak
Tulis Kain Gedog Tuban.
bersifat individu (gotong royong). Dapat
Surabaya: Universitas Airlangga.
dijelaskan dengan perspektif moral bahwa
usaha batik Gajah Mada yang didirikan Mienyantono. (2013). Pengertian dan
oleh Bapak Danu Mulya dan Ibu Definisi Wirausaha Menurut Para
Munganah memiliki karakteristik yang Ahli.
tampak dari masyarakat pedesaan. Seperti (http://kresnabayutour.com/kampu
perilaku pengusaha batik Gajah Mada ng-batik-gajah-mada/ diakses pada
yang terus mewariskan usahanya secara tanggal 17 Mei 2018 pukul 15.33
turun-temurun, usaha yang dibangun WIB).
berdasarkan kekerabatan, memperkerjakan Salamun, C. A. (2013). Kerajinan Batik
dan bekerja sama dengan para tetangga dan Tenun. Yogyakarta: Balai
dengan memperkejakan mereka sebagai
Sari, H. K. (2016). Pengrauh Karakteristik
karyawannya.
Kewirausahaan Terhadap Kinerja
DAFTAR PUSTAKA Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) Gula Area di Kabupaten
Ahimsa, Putra, H. S. (2003). Ekonomi
Lombok Barat, 51-52.
Moral, Rasional dan Politik
Dalam Usaha Industri Kecil di Spradley, J. P. (2007). Metode Etnografi.

Jawa. Yogyakarta: Kepel Press. In M. Z. Elizabeth, Metode tnografi


pp. 61-70). Yogyakarta: Tiara
Anonim.(2017). Teori Etika Subsistensi
Wacana.
Etika (http
//repositoryUSUPDFrepository.us Wida Purwidianti, Tri Septin Muji ahayu.
(2015). Pengaruh aktorInternal dan
AntroUnairdotNet, Vol.VII/No.3/Oktober 2018, hal 296
Eksternal erhadap Kinerja Usaha
Industri Kecil Dan Menengah di
Purwokerto Utara. Kinerja ,150-
151.

AntroUnairdotNet, Vol.VII/No.3/Oktober 2018, hal 297

You might also like