You are on page 1of 17

PEMBERDAYAAN LAHAN KERING UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS

BERKELANJUTAN

Bambang Irawan dan Tri Pranadjil

ABSTRACT

Utilization of dry land for farming activities in Indonesia is presently less optimal compared with its
availability. In order to overcome the "big puzzle" of multidimensional crisis which is induced by monetary crisis in
mid of 1997, more attention of the Indonesian government on dry land farming represents a key factor. The
implementation of appropriate strategy in developing agribusiness in the dry land region is very important to
overcome both the short term economic problem induced by the crisis, and the long term national development
problem through its external benefit in reducing environment problem and natural resources degradation. In this
relation, efforts required are : (1) Infrastructures development particularly in outer island of Java where most of dry
land were located, (2) Arrangement of dry land use on the basis of river basin area in such away to ensure good
performance of water circulation system. In this relation, development of appropriate commodities to the land use
planned and land distribution forms an important strategy, (3) Policy makers especially in "Ekuin Circle" should
put more attention to the development of local resources economic base. To ensure sustainable economic
development the government should allocate more investment in the dry land area.

Key words: dry land, empowering, agribusiness, sustainability, other of Java, rural area

ABSTRAK

Pemanfaatan lahan kering di Indonesia hingga dewasa ini masih jauh dari optimal. Untuk menjawab
"teka-teki besar" krisis multi dimensi, yang berawal dari krisis ekonomi 1997, dan memperkecil peluang terjadinya
pengulangan kriris di kemudian hari, masyarakat Indonesia perlu melihat lahan kering sebagai salah satu kunci
pembukanya. Pemberdayaan lahan kering untuk pengembangan agribisnis bukan saja akan dapat membantu
mengatasi stagnasi dan krisis ekonomi dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang akan memberikan
manfaat eksternal yang relatif besar di bidang penyehatan ekosistem, pemeliharaan sumberdaya alam dan
pengembangan perspektif kegiatan ekonomi berwawasati kebangsaan secara lebih luas. Dalam kaitan itu
tersebut beberapa upaya yang diperlukan dalam rangka pemberdayaan lahan kering yaitu : (1) Pembangunan
infrastruktur ekonomi di luar Jawa dimana lahan kering terhampar relatif luas, (2) Penataan pola pemanfaatan
lahan kering dengan pendekatan wilayah DAS sedemikian rupa sehingga sistem lingkungan dan sirkulasi air
berlangsung secara baik. Dalam kaitan ini, pengembangan komoditas pertanian yang sesuai dengan tata guna
lahan dan distribusi penguasaan lahan merupakan langkah penting, (3) Perancang kebijakan pembangunan di
kalangan Ekuin harus lebih memperhatikan pembangunan sektor ekonomi yang berlandaskan pada kekuatan
sendiri. Untuk menjamin pembangunan ekonomi secara berkelanjutan maka pemerintah perlu lebih mengarahkan
investasinya ke wilayah lahan kering..

Kata kunci: lahan kering, pemberdayan, agribisnis, berkelanjutan, luar Jawa, wilayah pedesaan

pertanian masyarakat Indonesia di masa


PENDAHULUAN
datang. Pandangan bahwa seolah-olah hanya
lahan basah yang lebih berhak mendapat
Semacam ada kekeliruan pandangan kucuran investasi pemerintah bukan saja men-
yang bersifat sistematik di kalangan perancang jadikan lahan kering menjadi semacam "anak
kebijakan pembangunan pertanian di pusat, tiri" dalam pembangunan pertanian, melainkan
mereka seolah-olah tidak melihat bahwa lahan juga tanpa disadari hal itu menutup peluang
kering bisa menjadi "pintu gerbang" kemajuan . menjadikan lahan kering sebagai andalan per-

Masing-masing adalah Staf Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.

FAE. Volume 20 No. 2, Desember 2002 : 60 - 76

60
ekonomian nasional berbasis kegiatan agribis- pemberdayaan lahan kering sebagai basis
nis di pedesaan mendatang secara berkelan- kegiatan dan usaha pertanian perlu mendapat
jutan. Selama ini pemanfaatan lahan kering, dukungan kebijakan pemerintah yang lebih
jika tidak dikelola oleh sistem perkebunan terarah dan komprehensif.
besar atau perkebunan rakyat secara tidak
Peranan lahan kering untuk mengham-
ekonomis, lebih banyak dieksploitasi secara
bat dampak krisis ekonomi ke tingkat yang
semena-mena (misalnya melalui penebangan
lebih parah dapat dikatakan sangat besar.
hutan yang mengabaikan kelestariannya).
Melalui sistem pertanian yang tidak banyak
Dewasa ini dijumpai gejala yang menggunakan masukan impor seperti pada
menarik, di satu sisi masyarakat (pertanian) usaha perkebunan, penanaman palawija, horti-
dihadapkan pada kelaparan tanah; namun di kultura, hijauan untuk pakan dan padi ladang
sisi lain lahan kering yang tersedia di luar (Sunarto dkk, 1989) diharapkan dapat dihasil-
Jawa relatif masih luas. Gejala lain, masih ter- kan produk pertanian bernilai ekonomi relatif
kait dengan hal tadi, di satu sisi ekonomi tinggi. Hasil percobaan Kalo (1988) menunjuk-
nasional dihadapkan pada kelangkaan sum- kan bahwa pemanfaatan lahan kering yang
berdaya untuk mengatasi krisis dan di sisi lain ada dewasa ini masih jauh dari optimal. Hanya
sumberdaya lahan kering di luar Jawa yang saja, gambaran terhadap fakta ini hingga
relatif luas menanti sentuhan tangan trampil sekarang tidak cukup dicermati secara serius.
dari kalangan ahli pertanian dan kucuran Perhatian pemerintah terhadap pemanfaatan
investasi (dari kalangan perumus kebijakan lahan pertanian masih lebih terfokus pada
Ekuin) agar bisa menjadi alternatif pemberda- lahan persawahan yang umumnya dimanfaat-
yaan ekonomi masyarakat (pedesaan) yang kan untuk tanaman padi.
andal. Jika lahan kering yang ada saat ini bisa
Pemberdayaan lahan kering ke depan
diberdayakan untuk pengembangan agribisnis
perlu dilihat dari dua perspektif sekaligus, yaitu
yang komprehensif, munculnya gejala kekura-
perspektif jangka pendek dan jangka panjang.
ngan pangan (Pinstrup-Andersen and Pandya-
Dalam perspektif jangka pendek, pengemba-
Lorch, 2001; Anonimous, 2001; dan Malthus,
ngan lahan kering harus diarahkan untuk me-
1974), krisis ekonomi dan terjadinya pengula-
mulihkan perekonomian yang masih terpuruk
ngan krisis ekonomi di kemudian hari kemung-
akibat krisis. Mengkombinasikan upaya me-
kinan besar bisa diatasi.
ngatasi kemiskinan dengan penerapan pe-
Krisis ekonomi yang mulai mencuat per- ngembangan usaha pertanian berkelanjutan
tengahan 1997 seharusnya semakin menya- (Haeruman, 1992; Hadiwigeno et al., 1992;
darkan kita bahwa pembangunan ekonomi World Bank, 1994; dan Mundlak, Larson and
yang tidak berpijak pada kekuatan sendiri (foot Butzer, 2002) diperkirakan akan menjadi
lose) dapat menimbulkan ancaman serius bagi terobosan strategis pemberdayaan lahan ke-
perekonomian dan kelangsungan hidup ma- ring di Indonesia. Dalam perspektif jangka
syarakat dan Negara Kesatuan Republik panjang pemberdayaannya harus diarahkan
Indonesia (NKRI). Pendekatan pembangunan untuk mencegah terjadinya krisis ekonomi
yang 3-4 dekade lalu terlalu mengutamakan yang dapat dipicu oleh degradasi kapasitas
pencapaian pertumbuhan ekonomi setinggi- produksi pertanian. Oleh sebab itu, langkah
tingginya, dengan mengandalkan sektor indus- kebijakan pengembangan lahan kering dalam
tri yang sangat tergantung pada barang jangka pendek haruslah sejalan dan seirama
kapital, bahan baku dan modal impor ternyata dengan kebijakan pengembangan jangka pan-
telah menimbulkan kesenjangan struktural jangnya.
yang sangat parah. Selain itu kondisi pereko-
Kebijakan pengembangan lahan pertani-
nomian nasional menjadi sangat rentan terha-
an ke depan perlu dilandaskan pada perspektif
dap goncangan eksternal. Dad krisis tersebut
yang berbeda dibanding masa sebelumnya.
dapat ditarik pelajaran bahwa sektor pertanian
Dalam perspektif ke depan dan jangka
relatif, resisten terhadap goncangan
panjang kita tidak boleh lagi secara apriori
ekonOmi dibandingkan sektor ekonomi lainnya.
memandang bahwa lahan kering adalah
Oleh sebab itu, pembangunan ekonomi ke
sumberdaya yang tidak produktif atau bahkan
depan harus memperhitungkan sektor per-
kita anggap sebagai lahan marjinal. Selama ini
tanian sebagai andalannya. Dengan kata lain,

PEMBERDAYAAN LAHAN KERING UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BERKELANJUTAN Bambang lrawan dan
Tri Pranadji

61
kita cenderung memandang bahwa hanya tangga memiliki sumber penghasilan utama
lahan sawahlah yang bisa disebut sebagai pada sektor pertanian (BPS, 1993). Sebesar
lahan pertanian yang produktif dan responsif 51,4 persen dari penghasilan rumah tangga
terhadap kebijakan pembangunan. Dengan tersebut berasal dari kegiatan tanaman pa-
semakin terbatasnya lahan sawah dewasa ini, ngan, hal ini menunjukkan bahwa sektor perta-
justru masa depan sektor pertanian menjadi nian utamanya sub sektor tanaman pangan
sangat tergantung pada pemanfaatan lahan masih memiliki peranan penting dalam men-
kering. ciptakan lapangan pekerjaan dan pendapatan
rumah tangga.
Dalam kaitannya dengan memposisikan
lahan kering sebagai sumberdaya pertanian Sehubungan dengan peran penting
masa depan, maka cara pandang kita sektor pertanian dalam perekonomian nasional
terhadap pemanfaatan lahan kering juga perlu maka sektor pertanian harus dapat tumbuh
diperluas dan lebih komprehensif. Ada empat secara berkelanjutan. Pembangunan ekonomi
aspek penting yang perlu diperhitungkan seca- yang memprioritaskan pada pertumbuhan
ra serius dalam pemberdayaan lahan kering, industri dan mengesampingkan pertanian akan
yaitu: (1) Perannya sebagai stabilisasi dan menimbulkan sedikitnya dua masalah yaitu
peningkatan fungsi ekosistem (Soerianegara, masalah stagnasi pasar domestik dan masalah
1978) dan pelestarian sumberdaya alam, (2) neraca pembayaran. Jika pendapatan rumah
Lahan kering sebagai sumberdaya untuk pe- tangga pedesaan, yang umumnya mengandal-
ngembangan usaha ekonomi berbasis kegiat- kan pada usaha pertanian tidak meningkat
an agribisnis, (3) Lahan kering sebagai peno- maka perkembangan pasar dalam negeri un-
pang kehidupan berbagai masyarakat lokal tuk produk manufaktur akan terhambat. Seba-
yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, liknya keberhasilan pembangunan sektor in-
(4) Lahan kering sebagai simbol penguat dustri dan perkotaan akan meningkatkan
identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia pendapatan dan permintaan terhadap produk
(NKRI). pertanian dan jika produksi pertanian tidak
dapat tumbuh untuk memenuhi peningkatan
Makalah ini mengetengahkan bahasan
permintaan tersebut maka akan terjadi pening-
yang berkaitan dengan kebijakan pember-
katan impor yang pada akhirnya menimbulkan
dayaan lahan kering berbasis agribisnis dalam
masalah pada neraca pembayaran. Masalah
rangka mendukung pembangunan pertanian
tersebut akan menjadi lebih kritis jika keter-
berkelanjutan. Beberapa topik yang dijadikan
gantungan anggaran pemerintah terhadap
fokus bahasan adalah: (1) Pemanfaatan lahan
modal asing relatif tinggi seperti yang terjadi
kering sebagai sumberdaya pertanian, (2)
pada dua dekade lalu hingga dewasa ini.
Masalah dan pemberdayaan lahan kering
secara berkelanjutan, dan (3) Perspektif Dalam mendukung pertumbuhan sektor
kebijakan pengembangan lahan kering ke pertanian secara berkelanjutan maka penyiap-
depan. an lahan pertanian hingga Iayak pakai merupa-
kan upaya yang sangat penting. Namun fakta
menunjukkan bahwa luas lahan pertanian
PEMANFAATAN SEBAGAI SUMBERDAYA justru semakin berkurang karena lahan perta-
PERTANIAN nian yang sudah tersedia dikonversi ke peng-
gunaan lain di Iuar pertanian, sementara
upaya perluasan lahan pertanian melalui pem-
Perannya Dalam Penyediaan Lapangan bukaan areal baru belum mampu mengimba-
Usaha Pertanian ngi laju konversi lahan. Sensus Pertanian 1983
Hingga dewasa ini pertanian masih me- dan 1993 mengungkapkan bahwa pada
miliki peranan penting terutama dalam menye- periode tersebut telah terjadi konversi lahan
diakan kesempatan kerja dan bahan pangan. pertanian seluas 2,47 juta hektar sedangkan
Pada tahun 1998 jumlah tenaga kerja yang perluasan lahan hanya mencapai 1,19 juta
terserap di sektor pertanian sekitar 39,4 juta hektar, sehingga total lahan pertanian selama
atau sebesar 45 persen total tenaga kerja. 10 tahun berkurang seluas 1,28 juta hektar.
Sementara hasil Sensus Pertanian 1993 Konversi lahan pertanian tersebut sebagian
mengungkapkan bahwa 78,5 persen rumah besar ditujukan untuk pembangunan kompleks

FAE. Volume 20 No. 2, Desember 2002: 60 - 76

62
Tabel 1. Jumlah Rumah Tangga Pertanian Penggunaan Lahan, Sensus Pertanian 1983 dan 1993

Uraian 1983 1993 Perubahan


Jumlah rumah tangga (ribu)
- Penggunaan lahan pertanian 17.076 19.714 2.638
- Penggunaan lahan sawah 10.073 96.350 -438
- Penggunaan lahan kering 16.839 17.168 329

Proporsi rumah tangga terhadap total rumah


tangga pengguna lahan pertanian (%)
- Pengguna lahan sawah 59,0 48,9 -10,1
- Pengguna lahan kering 98,6 87,1 -11,5
Sumber Badan Pusat Statistik, 1983 dan 1993.

tangga tani. Hal ini lebih menegaskan bahwa


perumahan dan kawasan industri yang dam-
lahan kering mampu menyediakan lapangan
pak ekonominya bagi daerah pedesaan relatif
usaha pertanian yang lebih tinggi dibanding-
rendah.
kan lahan sawah. Dari 19,7 juta (1993) rumah
Sebagian besar konversi lahan pertanian tangga tani pengguna lahan pertanian, sekitar
terjadi pada lahan sawah dengan proporsi 87 persen menggunakan lahan kering sedang-
sekitar 68,3 persen dari keseluruhan luas kan pengguna lahan sawah hanya sekitar 49
lahan pertanian yang mengalami konversi. persen rumah tangga tani.
Oleh karena itu dapat dipahami jika jumlah
rumah tangga tani pengguna lahan sawah
semakin sedikit akibat berkurangnya luas Ketersediaan dan Pola Pemanfaatan Lahan
sawah yang tersedia, sebaliknya untuk rumah Kering
tangga pengguna lahan kering. Antara 1983
Badan Pusat Statistik memperkirakan
dan 1993 jumlah rumah tangga tani pengguna
luas lahan kering pada 1991 sekitar 52 juta
lahan sawah berkurang sekitar 438 ribu rumah
hektar, naik menjadi 61 juta hektar pada tahun
tangga sedangkan jumlah rumah tangga tani
2000 (BPS, 2001). Sebagian besar lahan ke-
pengguna lahan kering meningkat 329 ribu
ring tersebut dimanfaatkan untuk usaha
rumah tangga (Tabel 1). Hal ini mengungkap-
pertanian dan hanya sekitar 9 persen yang
kan bahwa usaha pertanian lahan kering me-
digunakan sebagai lahan pekarangan. Usaha
miliki peran semakin penting dalam penyedia-
an lapangan kerja pertanian di sektor produksi, tanaman perkebunan, tanaman keras lain
yang diusahakan oleh rakyat dan tanaman
sebaliknya untuk usaha pertanian lahan sa-
pangan yang diusahakan pada lahan tegalan
wah.
dan ladang merupakan pola pemanfaatan
Usaha pertanian yang dikembangkan di lahan kering yang paling dominan. Lahan
lahan kering umumnya memiliki tingkat kering yang dimanfaatkan untuk ketiga jenis
keragaman lebih tinggi dibandingkan lahan usaha pertanian tersebut sekitar 32,8 juta
sawah. Usaha tanaman perkebunan, tanaman hektar pada 1991 dan naik menjadi 38,4 juta
pangan tertentu, peternakan dan perikanan hektar pada 2000 atau sekitar 63 persen dari
darat umumnya dilakukan pada lahan kering, total lahan kering yang tersedia.
sedangkan pada lahan sawah biasanya hanya
Fakta di atas mengungkapkan bahwa
diusahakan tanaman pangan seperti padi dan
lahan kering memiliki hamparan lebih luas
palawija. Keragaman jenis usaha yang dikem-
dibandingkan lahan sawah, yang pada tahun
bangkan pada lahan kering menyebabkan
2000 memiliki hamparan sekitar 8 juta hektar.
jumlah rumah tangga tani pengguna lahan
Namun dari total lahan kering tersebut masih
kering jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
sangat banyak yang belum dimanfaatkan
jumlah rumah tangga pengguna lahan sawah,
untuk kegiatan produktif. Lahan kering yang
Pada tahun 1993 sekitar 17 juta rumah tangga
sementara tidak diusahakan diperkirakan
tani menggunakan lahan kering untuk menja-
seluas 7,7 juta hektar pada 1991, meningkat
lankan usaha pertaniannya sedangkan pada
menjadi 9,7 juta hektar pada tahun 2000 dan
lahan sawah hanya sekitar 10 juta rumah

PEMBERDAYAAN LAHAN KERING UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BERKELANJUTAN Bambang Irawan dan
Tri Pranadji

63
sekitar 5,1 juta hektar dapat dimanfaatkan sekitar 95 persen terdapat di Kalimantan dan
untuk pengembangan tanaman pangan. Hal ini Sumatera. Kondisi demikian dapat terjadi
mengungkapkan bahwa upaya ekstensifikasi karena sebagian besar lahan kering (70%)
usaha pertanian melalui pemanfaatan lahan terdapat di kedua pulau tersebut sementara
kering sebenarnya memiliki peluang yang tekanan penduduk terhadap kebutuhan lahan
cukup besar, apalagi jika diperhitungkan pula pertanian relatif kecil. Dad fakta tadi dapat
lahan rawa yang tidak ditanami, yang pada dikemukakan bahwa program ekstensifikasi
tahun 2000 meliputi areal seluas 4,4 juta usaha pertanian pada lahan kering seyogya-
hektar (Tabel 2). nya lebih difokuskan di Sumatera dan Kali-

Tabel 2. Luas Lahan Kering dan Pemanfaatannya pada 1991 dan 2000

1991 2000
Jenis pemanfaatan lahan Luas Proporsi Luas Proporsi
(ribu ha) (%) (ribu ha) (%)
Pekarangan/bangunan dan halaman 4.962 9,6 5.234 8,6
- Tegalan/kebun 8.722 16,9 9.291 15,3
- Ladang/huma 3.005 5,8 3.646 6,1
- Penggembalaan/padang rumput 2.105 4,1 2.209 3,6
- Rawa yang tidak ditanami 3.698 7,1 4.406 7,2
- Tambak 295 0,6 493 0,8
- Kolam/empang 166 0,3 184 0,3
- Hutan rakyat 10.227 19,8 8.803 14,5
- Perkebunan 10.860 21,0 16.714 27,5
Sementara tidak diusahakan 7.701 14,9 9.720 16,0
Total 51.743 100 60.690 100
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2001.

mantan mengingat sumberdaya lahan kering


Sebagian besar lahan kering terdapat di
yang belum dimanfaatkan untuk kegiatan
luar Jawa dengan luas hamparan 54,4 juta
produktif masih cukup luas di kedua daerah
hektar atau 89,7 persen dari total lahan kering
tersebut.
yang tersedia. Dad luas hamparan tersebut
sekitar 9,6 juta hektar tergolong belum diman-
faatkan atau sekitar 18,9 persen dari total
Struktur Penguasaan Lahan Kering
lahan kering yang dapat dimanfaatkan untuk
usaha pertanian di luar Jawa. Sedangkan di Data Sensus Pertanian mengungkapkan
Jawa proporsi tersebut hanya sekitar 1,5 bahwa struktur pemilikan lahan kering secara
persen atau sekitar 65 ribu hektar. Luas lahan agregat nasional tidak berbeda signifikan de-
tidur yang relatif tinggi di luar Jawa dapat ngan struktur pemilikan lahan sawah. Sekitar
terjadi akibat tekanan penduduk terhadap la- 50 persen rumah tangga tani pengguna lahan
han yang relatif rendah dilAndingkan di Jawa. kering maupun lahan sawah memiliki lahan
garapan di bawah 0,50 hektar (Tabel 3). Anta-
Jika dikaji menurut pulau, peluang
ra 1983 dan 1993 jumlah kelompok petani
ekstensifikasi usaha pertanian lahan kering
miskin tersebut mengalami peningkatan de-
melalui pemanfaatan lahan tidur sangat tinggi
ngan laju yang lebih besar untuk rumah tangga
untuk Kalimantan dan Sumatera (sekitar 80
tani pengguna lahan sawah. Hal ini menunjuk-
persen dari lahan kering yang sementara tidak
kan bahwa ketimpangan pemilikan lahan per-
diusahakan terdapat di kedua pulau tersebut).
tanian cenderung meningkat terutama untuk
Begitu pula lahan rawa yang tidak ditanami
lahan sawah.

FAE. Volume 20 No. 2, Desember 2002 : 60 - 76

64
Tabel 3. Proporsi Rumah Tangga Pertanian Pengguna Lahan Sawah dan Lahan Kering Menurut
Luas Lahan yang Dimiliki, Sensus Pertanian 1983 dan 1993

Luas Pemilikan Lahan (Ha)


Uraian
< 0,50 0,50 - 0,99 1,0 - 1,99 >2,00
1983
- Lahan sawah 38,8 22,3 17,3 21,6
- Lahan kering 45,8 19,5 16,3 18,4
1993
- Lahan sawah 49,9 22,9 15,9 11,2
- Lahan kering 48,4 21,0 16,9 13,7
Perubahan 1983-1993
- Lahan sawah 11,1 0,7 -1,4 -10,4
- Lahan kering 2,6 1,6 0,6 -4,7
Sumber: Badan Pusat Statistik, 1983 dan 1993.

Kajian mikro yang dilakukan oleh PSE kering daripada lahan sawah. Antara 1994 dan
melalui penelitian PATANAS (Panel Petani 1998 proporsi pemilikan lahan kering tersebut
Nasional) di beberapa provinsi mengungkap- umumnya meningkat, dengan kata lain,
kan gambaran yang senada. Indeks gini pe- pemilikan lahan pertanian oleh rumah tangga
nguasaan dan pemilikan pada lahan sawah pedesaan cenderung bergeser kepada lahan
(0,46 - 0,82) selalu lebih besar dibanding pada kering.
lahan kering (0,36 - 0,78). Dengan kata lain
ketimpangan distribusi pada lahan sawah le-
bih tinggi dibanding lahan kering (Tabel 4). MASALAH DAN PEMBERDAYAAN LAHAN
Antara 1994 dan 1998 ketimpangan distribu- KERING BERKELANJUTAN
si penguasaan lahan kering dan sawah me-
ngalami perubahan dengan pola yang berbe-
da. Di daerah dengan ketimpangan lahan Masalah Dalam Pemberdayaan Lahan
tinggi seperti Jawa Tengah, NTB dan Sulut Kering
distribusi penguasaan dan pemilikan lahan
semakin terpolarisasi, sebaliknya di daerah Fakta empirik mengungkapkan bahwa
dengan ketimpangan lahan relatif rendah lahan kering memiliki kuantitas yang sangat
besar untuk didayagunakan sebagai faktor
seperti Lampung dan Sulawesi Selatan.
produksi pertanian. Distribusi penguasaan dan
Rumah tangga pedesaan umumnya me- pemilikan lahan kering juga lebih merata
miliki lahan kering berupa tegalan dan atau dibandingkan lahan sawah. Dengan kata lain,
kebun, baik di daerah dengan agroekosistem upaya pemerataan pendapatan masyarakat di-
sawah maupun lahan kering. Secara umum perkirakan akan relatif lebih efektif jika dilaku-
proporsi pemilikan lahan kering tersebut lebih kan melalui pemberdayaan lahan kering untuk
besar dibanding lahan sawah, sekalipun di usaha pertanian yang bernilai ekonomi tinggi.
wilayah berbasis lahan sawah. Di daerah Disamping itu, rumah tangga tani yang terlibat
berbasis lahan sawah proporsi lahan kering dalam usaha pertanian lahan kering relatif jauh
yang dimiliki rumah tangga sekitar 41 persen lebih banyak dan dari tahun ke tahun cen-
hingga 76 persen dari total lahan garapan derung meningkat. Hal yang sebaliknya terjadi
yang dimiliki, sedangkan di daerah berbasis pada lahan sawah. Keadaan ini menjelaskan
lahan kering proporsi tersebut antara 70 per- bahwa ketergantungan rumah tangga tani
sen hingga 100 persen. Hal ini mengungkap- terhadap lahan kering sebagai sumber penda-
kan bahwa aset rumah tangga di pedesaan patan dan lapangan usaha di pedesaan sema-
sebenarnya lebih banyak yang berupa lahan kin tinggi.

PEMBERDAYAAN LAHAN KERING UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BERKELANJUTAN Bambang Irawan dan
Tri Pranadji

65
Tabel 4. Rataan Pemilikan Lahan dan Nilai Indeks Gini Lahan Sawah dan Lahan Kering di Lima
Provinsi Penelitian Patanas, 1994 dan 1998

Indeks Gini
Proporsi pemilikan lahan
Uraian Lahan Sawah Lahan Kering
tegalan dan kebun terhadap
total lahan Pemi- Pengua- Pemi- Pengua-
likan saan likan saan
1994
Seluruh tipe agroekosistem
- Lampung 82,1 0,61 0,56 0,55 0,47
- Jawa Tengah 63,6 0,82 0,79 0,78 0,77
- NTB 71,7 0,74 0,72 0,56 0,53
- Sulut 77,1 0,68 0,61 0,71 0,69
- Sulsel 72,9 0,51 0,46 0,37 0,36
Agroekosistem sawah
- Lampung 76,3
- Jawa Tengah 71,1
- NTB 41,3
- Sulut 65,0
- Sulsel 59,3
Agroekosistem lahan kering
- Lampung 89,8
- Jawa Tengah 100
- NTB 69,3
- Sulut 79,8
- Sulsel 83,2
1998
Seluruh tipe agro ekosistem
- Lampung 83,8 0,59 0,53 0,55 0,46
- Jawa Tengah 66,4 0,83 0,81 0,74 0,73
- NTB 75,0 0,81 0,77 0,63 0,62
- Sulut 81,3 0,69 0,63 0,73 0,72
- Sulsel 62,6 0,48 0,54 0,30 0,31
Agroekosistem sawah
- Lampung 73,5
- Jawa Tengah 78,1
- NTB 66,7
- Sulut 41,2
- Sulsel 57,5
Agroekosistem lahan kering
- Lampung 90,7
- Jawa Tengah 100
- NTB 69,7
- Sulut 83,4
- Sulsel 75,9
Sumber: PATANAS, PSE

liknya, ketersediaan lahan kering yang dapat


Sementara itu luas lahan sawah sema-
diberdayakan untuk usaha pertanian cende-
kin sempit akibat dikonversi ke penggunaan
rung mengalami peningkatan terutama di luar
lain di luar pertanian. Dengan kurangnya pem-
Jawa. Peningkatan lahan kering tersebut pada
batasan secara hukum secara tegas, proses
umumnya berasal dari pembukaan daerah
konversi lahan sawah tersebut sulit dibendung.
transmigrasi yang dilakukan pada masa lalu
Secara alamiah, mekanisme pasar bebas
dan pembukaan hutan untuk ladang berpin-
menggiring permintaan lahan sawah untuk
dah. Lahan kering yang telah dibuka tersebut
kegiatan di luar pertanian umumnya relatif
masih banyak yang belum dimanfaatkan,
tinggi. Terlebih lagi di daerah persawahan tadi
diperkirakan sekitar 9,7 juta hektar dan terse-
umumnya ditunjang infrastruktur yang cukup
bar terutama di pulau Sumatera dan Kaliman-
bagus (Pakpahan dan Syafa'at, 1996). Seba-
tan (Anonimous, 1992) .

FAE. Volume 20 No. 2, Desember 2002: 60 - 76

66
Memahami keterbatasan lahan sawah kan pada lahan sawah akibat kapasitas
sebagai penggerak ekonomi pedesaan di produksi per satuan lahan yang lebih ren-
masa datang maka sudah seharusnya peme- dah. Sebagai gambaran, dalam 30 tahun
rintah lebih mengarahkan pembangunan per- terakhir lahan sawah secara nasional
tanian dengan sasaran lahan kering. Keterba- dapat menghasilkan padi sekitar 4 — 7 ton
tasan lahan sawah tersebut bukan hanya gabah/ha/tahun, sedangkan untuk lahan
disebabkan oleh luas sawah yang semakin kering sekitar 2- 3 ton gabah/ha/tahun.
sempit tetapi disebabkan pula oleh daya serap
(2) Infrastruktur ekonomi di daerah lahan ke-
tenaga kerja yang semakin kecil pada lahan
ring umumnya tidak sebaik di daerah lahan
sawah. Kondisi demikian dapat disebabkan
sawah. Infrastruktur tersebut umumnya le-
oleh dua faktor yaitu: (1) Pada masa lalu daya
bih buruk di luar Jawa yang justru merupa-
serap tenaga kerja pada lahan sawah mening-
kan daerah lahan kering utama. Kondisi
kat sejalan dengan peningkatan teknologi
demikian menyebabkan pemasaran pro-
produksi seperti penggunaan varitas benih
duk pertanian yang dihasilkan petani lahan
berumur pendek yang mampu meningkatkan
kering tidak berlangsung secara efisien
intensitas tanam. Pada dewasa ini teknologi
dan cenderung merugikan petani. Aksesi-
produksi yang diterapkan pada usahatani
bilitas petani secara fisik juga relatif, ren-
lahan sawah relatif tidak berubah sehingga
dah terhadap pasar output dan input
peningkatan daya serap buruh tani pada lahan
usahatani yang dibutuhkan. Salah satu
sawah mengalami stagnasi. (2) Teknologi
konsekuensinya adalah penawaran hasil
mekanisasi yang mampu menggantikan tena-
pertanian lahan kering umumnya tidak
ga kerja manusia dalam kegiatan penyiapan
elastis terhadap perubahan harga, dengan
lahan dan panen semakin banyak digunakan
kata lain, kebijakan harga kurang efektif
petani lahan sawah. Pada masa lalu mekani-
untuk merangsang pemanfaatan lahan
sasi tersebut mampu memperluas kesempatan
kering dalam kegiatan usaha pertanian
kerja buruh tani akibat meningkatnya intensitas
(Pasandaran, 1995). Kebijakan harga ter-
tanam, tetapi dewasa ini mekanisasi tersebut
sebut lebih tidak efektif lagi untuk tanaman
justru mempersempit kesempatan kerja buruh
tahunan terutama yang tidak diusahakan
tani karena tidak terjadi lagi peningkatan inten-
secara intensif oleh petani seperti tanaman
sitas tanam secara signifikan.
buah-buahan.
Dengan kondisi lahan sawah seperti
(3) Keterbatasan biofisik lahan, penguasaan
disebutkan di atas maka pemberdayaan lahan
lahan petani dan infrastruktur ekonomi
sawah dewasa ini sulit diharapkan mampu
menyebabkan teknologi usahatani relatif
mendorong perekonomian di daerah pedesaan
mahal bagi petani lahan kering. Walaupun
seperti pada masa lalu, yang pada intinya
berbagai teknologi lahan kering telah
terkait dengan intensifikasi usahatani padi.
dikembangkan seperti pembuatan teras
Dalam kaitan ini dapat dikatakan bahwa
dengan penguat teras tanaman rumput
pemberdayaan lahan kering merupakan salah
pakan, sistem pertanaman lorong, strip
satu alternatif yang prospektif mengingat ke-
cropping tanaman pangan dengan legume
tersediaan lahan kering saat ini masih relatif
penutup tanah, dan seterusnya (Kalo,
luas. Namun pemberdayaan lahan kering ter-
1988). Kondisi demikian diperburuk pula
sebut tidak mudah akibat berbagai kendala
oleh pengembangan teknologi pertanian
dan masalah, yang secara ringkas dapat di-
selama ini yang bias kepada komoditas
gambarkan sebagai berikut:
padi sawah. Misalnya, selama 50 tahun
(1) Biofisik lahan kering tidak sebaik lahan sa- terakhir pemerintah telah melepas 78 vari-
wah. Sebagian besar lahan kering memiliki tas padi sawah dataran tinggi dan dataran
tingkat kesuburan rendah dan sumber rendah sedangkan untuk padi gogo hanya
pengairan terbatas kecuali dari curah hu- 22 varitas dan untuk tanaman palawija
jan yang distribusinya tidak dapat dikenda- yang biasanya diusahakan pada lahan
likan sesuai kebutuhan tanaman. Kondisi kering seperti ubikayu, jagung, kacang
demikian menyebabkan lahan kering tidak tanah dan kedelai secara total hanya
memiliki keunggulan untuk menghasilkan berjumlah 73 varitas. Begitu pula varitas
komoditas pertanian yang dapat diusaha- tanaman sayuran yang biasanya diusaha-

PEMBERDAYAAN LAHAN KERING UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BERKELANJUTAN Bambang Irawan dan
Tri Pranadji

67
kan petani lahan kering pengembangan- daerah bawah yang biasanya merupakan
nya relatip terbatas yaitu 18 varitas, 32 daerah persawahan (Haeruman, 1993).
varitas, 12 varitas dan 10 varitas masing-
(6) Mencermati fungsi lingkungan lahan kering
masing untuk bawang merah, cabai,
terutama di daerah hulu maka peman-
kentang dan kubis (Irawan et al, 2001).
faatan lahan kering sebagai faktor pro-
Terbatasnya pengembangan varitas tana-
man lahan kering tersebut tidak terlepas duksi haruslah memperhitungkan dampak
lingkungan yang ditimbulkan. Jika aspek
dari kebutuhan teknologi lahan kering yang
lingkungan dan konservasi diabaikan ma-
memang sangat beragam, sesuai dengan
ka pembangunan pertanian pada lahan
keragaman •jenis-jenis tanaman yang di-
usahakan petani. kering secara berkelanjutan sulit diwujud-
kan akibat degradasi kapasitas produksi
(4) Kualitas lahan dan penerapan teknologi (World Bank, 1994). Berbagai teknik kon-
pertanian yang terbatas menyebabkan va- servasi lahan sebenarnya telah diintroduk-
riabilitas produksi pertanian lahan kering sikan melalui berbagai program dan pro-
relatif tinggi. Adopsi teknologi pertanian yek pengembangan lahan kering namun
yang berlangsung dengan lambat akibat pengalaman menunjukkan bahwa teknik
berbagai kendala menyebabkan pertumbu- konservasi tersebut tidak diterapkan petani
han produksi komoditas yang dikembang- secara berkelanjutan. Pada umumnya kon-
kan pada lahan kering relatif lambat dan disi demikian disebabkan oleh dua faktor
berfluktuasi. Saat ini sulit mengharapkan yaitu (Kalo, 1988; Sunarto et al, 1989): (1)
lahan kering dijadikan basis sumberdaya Petani kurang merasakan manfaat penera-
untuk mensejahterakan masyarakat pede- pan teknik konservasi lahan yang bersifat
saan dan untuk mengatasi kemiskinan jangka panjang dan lebih bersifat ekterna-
(Pasandaran, 1995). Sebagai gambaran, litas, (2) Manfaat ekonomi dalam jangka
rata-rata pertumbuhan produksi padi sa- pendek tidak sepadan dengan biaya yang
wah dalam 30 tahun terakhir sekitar 3,84 harus dikeluarkan. Konsekuensinya adalah
persen per tahun dengan koefisien variasi jumlah Daerah Aliran Sungai (DAS) yang
117 persen. Sedangkan untuk padi ladang tergolong kritis yang umumnya dicirikan
dan ubikayu yang merupakan komoditas oleh kadar sedimen yang relatif tinggi,
utama pada lahan kering pertumbuhan perbedaan debit maksimum — minimum
produksinya hanya 1,69 persen dan 1,11 yang relatif tinggi dan penyusutan air ber-
persen per tahun dengan koefisien variasi Iangsung cepat mengalami peningkatan
443 persen dan 664 persen. dari 22 DAS pada 1985 menjadi 60 DAS
pada 1995 (Sumaryanto dan Sudaryanto,
(5) Lahan kering umumnya tersebar di daerah 2001).
lereng dan perbukitan. Daerah demikian
umumnya memiliki tingkat erosi relatif
tinggi yang berpotensi untuk menimbulkan
Agribisnis Sebagai Basis Pembangunan
degradasi kesuburan lahan. Daerah lahan
kering umumnya juga memiliki fungsi ling- Sudah menjadi komitmen pemerintah
kungan yang luas seperti menjaga keseim- untuk melaksanakan pembangunan pertanian
bangan tata air. Fungsi lingkungan terse- yang berwawasan agribisnis. Agribisnis meru-
but umumnya lebih besar pada kawasan pakan suatu sistem terpadu yang meliputi 4
hulu dan tengah DAS yang merupakan bagian yaitu: (1) Subsistem pengadaan sarana
daerah utama lahan kering. Kondisi demi- produksi, (2) Subsistem produksi pertanian
kian menyebabkan pemanfaatan lahan atau usahatani, (3) Subsistem pengolahan, (4)
kering sebagai faktor produksi usaha per- Subsistem distribusi dan pemasaran. Keempat
tanian dihadapkan pada risiko kerusakan subsistem tersebut saling terkait dan berada
dan penurunan kualitas lingkungan jika dalam alur vertikal mulai dari pengadaan
pemanfaatannya mengabaikan aspek eko- sarana produksi pertanian hingga pemasaran
logisnya. Masalah lingkungan yang ditim- produk pertanian kepada konsumen. Sebagai
bulkan tidak hanya menyangkut di daerah suatu sistem, kegiatan agribisnis tidak dapat
lahan kering itu sendiri tetapi juga di dipisahkan satu dengan lainnya yang saling
terkait. Oleh karena itu pembangunan perta-

FAE. Volume 20 No. 2, Desember 2002: 60 - 76

68
nian ke depan seharusnya tidak hanya me- spesialisasi secara spasial dengan tujuan
nyentuh subsistem produksi tetapi meliputi akhir peningkatan efisiensi. Dengan pen-
pula ketiga subsistem lainnya. dekatan ini maka hubungan yang bersifat
saling melengkapi atau komplementer
Pembangunan pertanian yang berbasis
antar wilayah pengembangan juga dapat
agribisnis berimplikasi kepada dua perubahan
dibangun.
kebijakan di sektor pertanian yaitu: (1) Produk-
si sektor pertanian hams lebih berorientasi (3) Pengelolaan agribisnis dilakukan secara
kepada permintaan pasar, balk pasar domestik konsolidatif vertikal dan horizontal dengan
maupun pasar luar negeri, dan (2) Pola usaha pola manajemen tunggal berdasarkan pro-
pertanian harus mengalami transformasi dari duk akhir yang dihasilkan. Konsolidasi
usaha pertanian subsisten yang berskala kecil vertikal diperlukan agar dapat dicapai
ke usaha pertanian komersial yang berskala Minimum Economic of Scale dan asas
lebih besar. Hal ini merupakan keharusan jika efisiensi dapat diterapkan pada agribisnis
produk pertanian harus bisa bersaing di pasar yang dikembangkan. Sedangkan konsoli-
bebas dan sektor pertanian harus menyedia- dasi horisontal perlu dikembangkan dalam
kan bahan baku bagi sektor industri pengo- rangka menciptakan sinergi dari berbagai
lahan. Bagi daerah yang memiliki potensi jenis agribisnis yang dikembangkan di se-
besar di sektor pertanian dan memiliki keung- tiap wilayah pengembangan
gulan komparatif maka industrialisasi pertanian
(4) Untuk mewujudkan pengelolaan agribisnis
hendaknya bersifat resource based atau agro-
yang terkonsolidasi secara vertikal dan
based.
horizontal maka perlu dikembangkan pola
Dalam rangka pembangunan lahan ke- kemitraan antar pelaku agribisnis. Dengan
ring berbasis agribisnis maka diperlukan bebe- pola ini maka dapat dihindari eksploitasi
rapa langkah strategis, yaitu (Rusastra et al., antar pelaku agribisnis balk secara terse-
2002) : lubung, legal dan terbuka. Beberapa ciri
dari pola pengelolaan demikian adalah: (a)
(1) Kegiatan agribisnis harus dipandang seba-
Pemilik "saham" terbesar kegiatan agribis-
gai suatu jaringan kegiatan ekonomi yang
nis adalah petani, (b) Kegiatan agribisnis
utuh, tidak tersekat-sekat. Dengan cara
yang dilakukan oleh setiap pelaku bisnis
pandang demikian pembangunan pertani-
bersifat integratif sehingga friksi antar ke-
an lahan kering tidak hanya difokuskan
giatan agribisnis dapat dihindari, (c) Output
pada aspek produksi bahan mentah ben-
kegiatan agribisnis bersifat stabil, bemilai
nilai tambah ekonomi rendah, tetapi meli-
tambah tinggi dan terstandarisasi, (d)
puti pula aspek pengadaan sarana pro-
Hubungan antar pelaku agribisnis bersifat
duksi, pengolahan hasil, distribusi dan
saling membutuhkan, sating tergantung
pemasaran produk pertanian yang bernilai
dan sating menguntungkan.
tambah ekonomi tinggi. Konsekuensi lebih
lanjut adalah pembangunan infrastruktur Penerapan agribisnis sebagai basis•ke-
ekonomi yang memadai merupakan pra- giatan pengembangan lahan kering memerlu-
kondisi yang harus dipenuhi dalam rangka kan dua strategi dasar yaitu: (1) Pendekatan
mendukung perkembangan agribisnis. agropolitan dalam konteks pengembangan
lnfrastruktur esensial bagi agribisnis seca- wilayah, (2) Konsolidasi dan restrukturisasi
ra umum adalah jaringan transportasi dan kegiatan agribisnis yang sudah berkembang.
telekomunikasi, pasar komoditas pertani- Pendekatan agropolitan dinilai strategis dalam
an, kelistrikan, dan lembaga permodalan. pengembangan komoditas pertanian berwa-
wasan agribisnis dengan sasaran tercapainya
(2) Jenis agribisnis yang dikembangkan dise-
sinergi pengembangan antar sektor ekonomi
suaikan dengan keunggulan komparatif
dan antar wilayah pengembangan. Sedangkan
lokasi pengembangan sehingga seluruh
konsolidasi kegiatan agribisnis secara vertikal
wilayah pengembangan terbagi atas jenis
diperlukan dalam rangka menumbuhkan agri-
agribisnis yang berbeda sesuai dengan
bisnis industrial yang berdaya saing tinggi.
keunggulannya. Pendekatan ini perlu di-
Konsolidasi kegiatan agribisnis tersebut diper-
tempuh dalam rangka pemanfaatan sum-
lukan pula untuk menekan inefisiensi dalam
berdaya secara optimal dan mendorong

PEMBERDAYAAN LAHAN KERING UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BERKELANJUTAN Bambang lrawan dan
Tri Pranadji

69
kegiatan produksi, pengolahan dan pemasaran Pencegahan degradasi kapasitas pro-
produk pertanian yang pada intinya bersumber duksi pertanian merupakan suatu keharusan
dari struktur agribisnis yang bersifat dispersal. dalam rangka mendukung pembangunan per-
tanian berkelanjutan (World Bank, 1994).
Pada pelaksanaannya pengembangan
Karena lahan pertanian merupakan faktor
unit-unit agribisnis industrial merupakan stra-
produksi utama dalam usaha pertanian maka
tegi operasional yang tepat dalam mewujud-
kapasitas produksi pertanian secara umum
kan kedua strategi dasar di atas. Unit agribis-
merupakan fungsi dari sumberdaya lahan yang
nis tersebut dikembangkan oleh swasta se-
tersedia dan rekayasa teknologi yang mampu
dangkan pemerintah hanya berperan sebagai
meningkatkan produktivitas lahan. Sumberda-
fasilitator, katalisator dan regulator melalui
ya lahan pertanian dapat dibedakan pula atas
pembangunan infrastruktur, konstruksi kelem-
kuantitas lahan dan kualitas lahan yang diref-
bagaan dan paket kebijakan insentif. Harus
Ieksikan oleh tingkat kesuburan, ketersediaan
diakui bahwa investasi pada usaha agribisnis
sumber pengairan dan kondisi topografi. Da-
di pedesaan umumnya kurang menarik di-
lam hal ini lahan kering umumnya memiliki
bandingkan dengan bidang usaha lainnya.
kapasitas produksi per satuan lahan relatif
Oleh karena itu pemacuan investasi swasta di
rendah, akibat kualitas lahan dan penerapan
bidang agribisnis perlu didukung dengan kebi-
teknologi yang terbatas.
jakan khusus seperti: (a) Penyediaan kredit
investasi jangka panjang, (b) Penyediaan seed Penurunan kapasitas produksi pertanian
capital atau modal awal oleh pemerintah yang secara umum berpeluang besar terjadi pada
nantinya dikembalikan bertahap setelah peru- lahan kering. Hal ini karena lahan kering
sahaan dapat tumbuh mandiri, (c) Pengem- umumnya terdapat di daerah lereng dan
bangan modal ventura dimana pemerintah perbukitan (atau bagian hulu dan bagian te-
bertindak sebagai mitra usaha bagi perusa- ngah DAS) yang berpotensi tinggi mengalami
haan agribisnis, dan (d) Pengembangan lem- proses pengikisan tanah akibat erosi. Proses
baga perkreditan pedesaan dan bank khusus tersebut tidak hanya dapat menimbulkan
agribisnis. degradasi kapasitas produksi lahan kering
tetapi juga lahan sawah di daerah hilir akibat
sedimentasi pada jaringan irigasi. Dengan kata
Pengelolaan Lahan Kering Berkelanjutan lain, erosi yang terjadi di daerah lahan kering
yang sebagian besar terdapat di bagian hulu
Memahami peran strategis pertanian da-
dan tengah DAS dapat menimbulkan dampak
lam perekonomian nasional maka "pembangu- luas terhadap penurunan kapasitas produksi
nan pertanian berkelanjutan" merupakan stra-
pertanian.
tegi jangka panjang yang harus diterapkan pe-
merintah dalam membangun sektor pertanian. Memahami potensi dampak lingkungan
Pembangunan pertanian berkelanjutan secara seperti disebutkan di atas maka pemanfaatan
umum dicirikan oleh: (1) Kemampuan tumbuh lahan kering untuk kegiatan agribisnis seyog-
secara stabil, (2) Sumberdaya pertanian dike- yanya tidak hanya berorientasi ekonomi tetapi
Iola secara bijaksana dan dalam perspektif memperhitungkan pula aspek konservasi ta-
jangka panjang, dan (3) Kegiatan pemba- nah dan lingkungan. Dampak lingkungan yang
ngunan yang dilakukan mampu menciptakan ditimbulkan umumnya berbeda menurut jenis
pemerataan. Aspek pengelolaan sumberdaya agribisnis yang dikembangkan. Potensi dam-
pertanian utamanya diperlukan dalam rangka pak yang ditimbulkan juga berbeda menurut
menghindari degradasi kapasitas produksi per- bagian DAS (hulu, tengah, hilir) tetapi dapat
tanian yang dapat berdampak kepada turun- saling terkait antar bagian DAS. Oleh karena
nya penawaran produk pertanian. Sedangkan itu pemanfaatan lahan kering untuk kegiatan
aspek pemerataan perlu dikedepankan untuk agribisnis seyoganya memperhitungkan as-
menghindari fenomena demand trap yang pek-aspek sebagai berikut:
dapat menghambat petumbuhan akibat stag-
(1) Jenis agribisnis yang dikembangkan pada
nasi pertumbuhan permintaan. Jika kedua
lahan kering harus memperhitungkan ke-
aspek tersebut dapat ditangani dengan baik
Iayakan ekonomi untuk menjamin viabilitas
maka sektor pertanian dapat diharapkan mam-
kegiatan agribisnis yang dikembangkan.
pu tumbuh dengan stabilitas tinggi.

FAE. Volume 20 No. 2, Desember 2002 : 60 - 76

70
(2) Kegiatan agribisnis yang dikembangkan akibat erosi yang tidak terkendali, keka-
harus memperhitungkan potensi dampak cauan sistem hidrologi, kekurangan udara
lingkungan yang ditimbulkan akibat kegiat- bersih, peningkatan kekacauan iklim mik-
an eksploitasi (Kalo, 1988; dan Pender, ro, dan penurunan jumlah dan mutu
Hazell and Garrett, 2001). biodiversitas. Peningkatan fungsi ekosis-
tem ini harus bisa ditunjukkan yang
(3) Lokasi pengembangan agribisnis harus semula hanya untuk stabilisasi ekosistem
memperhitungkan potensi dampak lingku-
menjadi dilengkapi pula dengan penyedia-
ngan yang ditimbulkan akibat kondisi bio-
an jasa keindahan alam dan kenyamanan
fisik lahan.
untuk hidup (Tabel 5).
(2) Nilai ekonomi yang dihasilkan jika lahan
PERSPEKTIF PENGEMBANGAN kering diternpatkan sebagai sumberdaya
strategis untuk pengembangan usaha
ekonomi berbasis agribisnis di pedesaan
Dapat dikemukakan bahwa masa depan secara berkelanjutan. Tersedianya lahan
pembangunan pertanian dan ketahanan eko- kering yang sangat luas di luar Jawa harus
nomi Indonesia sangat tergantung pada sejauh dipandang sebagai "raksasa yang masih
mana lahan kering yang ada dapat diberda- tidur" yang tidak produktif. "Si raksasa" ini
yakan. Pemberdayaan yang dimaksud harus- harus dibangunkan dari tidurnya (sehingga
Iah dengan mempertimbangkan paling tidak menjadi produktif) melalui investasi di
lima aspek, yaitu: bidang prasarana ekonomi, teknologi dan
peralatan yang digunakan, kompetensi
(1) Nilai ekonomi yang dibangkitkan jika lahan sumberdaya manusia (petani) dan kepe-
kering dimanfaatkan sebagai stabilisasi mimpinan yang mengelolanya (Pranadji,
dan peningkatan fungsi ekosistem. Fungsi 2001 dan Poensioen, 1969), dan jumlah
stabilisasi ekosistem yang dimaksud men- penduduk yang memadai untuk mengelola
cakup juga pencegahan kerugian ekonomi lahan kering di luar Jawa sebagai sumber-

Tabel 5. Perbandingan Tekanan Perhatian Pengembangan Lahan Kering antara Perspektif Dulu/Kini
dan Masa Datang pada Aspek Stabilisasi dan Peningkatan Fungsi Ekosistem Lahan Kering

Dulu/Kini Penciri Masa Datang


Kurang tajam Pencegahan erosi Harus lebih tajam

Kurang mendapat prioritas Sistem hidrologi Harus dijadikan prioritas penting

Kurang mendapat perhatian Keanekaragaman hayati Harus mendapat perhatian

Tidak mendesak Penyediaan 02 dan pembersih Harus dimulai dipikirkan


udara

Tidak dipandang sebagai Penyedia jasa lingkungan Harus dijadikan alternatif


aset ekonomi kegiatan ekonomi (misalnya:
agroturisme)

Belum dinilai sebagai aset Sumber pengetahuan alamiah Harus dinilai sebagai aset
penting penting

Belum menjadi prioritas Sumber kenyamanan hidup Harus dinilai sebagai prioritas
penting

Relatif rendah Ketergantungan dengan aktivitas Relatif tinggi


ekonomi

PEMBERDAYAAN LAHAN KERING UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BERKELANJUTAN Bambang lrawan dan
Tn Pranadji

71
daya agribisnis yang berdaya saing tinggi (5) Untuk memperkecil kemungkinan terjadi
(Tabel 6). distorsi penerima manfaat ekonomi, misal-
nya dalam bentuk kesenjangan bargaining
(3) Pemanfaatan lahan kering sebagai peno- politik-ekonomi (Muhaimin, 1990), seperti
pang kehidupan berbagai sistem subsis-
yang berlangsung selama 2-3 dekade
tensi masyarakat kecil atau etnis lokal
terakhir, maka penataan keorganisasian
yang tersebar dari Sabang sampai
ekonomi lahan kering harus memperhi-
Merauke. Ketergantungan sistem masya-
tungkan munculnya sinergi dua kekuatan,
rakat kecil terhadap habitatnya, yang
yaitu: pertumbuhan yang dilandaskan
umumnya adalah lahan kering, harus
pada kekuatan keadilan. Keorganisasian
dipandang sebagai interaksi yang cerdas
ekonomi harus bisa menjadi "jembatan
dan produktif antara sistim masyarakat
emas" untuk mengefektifkan pencapaian
dan ekosistemnya. Dengan menjaga kuali-
dua tuntutan, pertumbuhan dan keadilan
tas interaksi yang sudah melembaga tadi,
ekonomi.
hal itu berarti bahwa penyelenggaraan
pembangunan telah memberikan peluang Dad uraian di atas dapat dijelaskan bah-
terwujudnya keadilan sosial melalui ke- wa kebijakan pengembangan lahan kering ke
kuatan dan pemberian kepercayaan kepa- depan tidak lagi bisa dipandang sebagai ke-
da masyarakat itu sendiri. lanjutan dari kebijakan sebelumnya. Pengem-
bangan lahan kering ke depan haruslah
(4) Peningkatan manfaat lahan kering dad •
didasarkan pada perspektif yang berbeda
yang semula hanya dijadikan "ban serep"
sama sekali. Perbedaan tadi dapat dilihat dari
pembangunan pertanian (yang terfokus
tekanan perhatian dari kebijakan pengemba-
pada lahan persawahan untuk usahatani
ngan lahan kering antara yang berlaku dimasa
padi sawah) menjadi penguat identitas
lalu/kini dan masa mendatang (Tabel 5 dan
NKRI. Sebaran lahan kering yang luas
Tabel 6). Tekanan perhatian kebijakan pe-
memberikan peluang dikembangkannya
ngembangan lahan kering di masa datang
lahan kering sebagai benteng pertahanan
menjadi Iebih divergen dibanding dengan
ekonomi di daerah perbatasan dan daerah
masa lalu/kini.
yang jauh dari pusat. Pengembangan
ekonomi berbasis agribisnis yang kompe- Pendekatan kebijakan pengembangan
titif di daerah ini akan memberikan umpan lahan kering ke depan haruslah dipandang
balik yang sangat positif untuk penguatan sebagai upaya untuk memecahkan kebuntuan
integritas NKRI. sektor pertanian dalam rangka untuk mening-

Tabel 6. Perbandingan Tekanan Perhatian Pengembangan Lahan Kering sebagai Surnberdaya


Ekonomi antara Dulu/Kini dan Masa Datang

Dulu/Kini Penciri Masa Datang


Tidak harus dan kurang penting Basis utama Harus dan penting

Cadangan Sumber pertumbuhan ekonomi Utama


pertanian

Cadangan dan kurang penting Penyerapan lapangan kerja Utama dan penting

Relatif rendah (jenuh) Respon terhadap tambahan Relatif tinggi


kapital

Dianggap tidak responsif Respon terhadap teknologi Sangat responsif


Relatif kurang

Dianggap tidak mendesak Kebutuhan terhadap tambahan Mendesak


prasarana ekonomi baru

FAE. Volume 20 No. 2, Desember 2002: 60 - 76

72
katkan daya saing sektor pertanian dan dalam memperbaiki citra bangsa yang semula se-
rangka mengatasi krisis ekonomi saat ini dan olah-olah hanya mampu menguras sumber-
mengantisipasi krisis ekonomi berikutnya. Di- daya alam menjadi bangsa yang mampu
samping lima aspek yang disebut di muka mengelola sumberdaya alam secara lestari.
harus dijadikan pertimbangan keberlanjutan- Masa depan pertanian dan perekonomian ma-
nya dimasa datang, hal itu terkait juga dengan syarakat Indonesia, dengan demikian, sangat
pentingnya dijalankan konsep desentralisasi ditentukan oleh kemampuan kita mengelola
dalam penyelenggaraan kegiatan pembangu- lahan kering untuk pengembangan kegiatan
nan pertanian (CASER and World Bank, 2000; ekonomi yang mampu menjangkau pelaku
dan Pranadji, 1999). ekonomi dalam jumlah relatif besar di pe-
desaan.
Pola penyelenggaraan pembangunan
yang selama ini bersifat sentralistik ternyata Dipandang dari sudut kesumberdayaan
sangat kurang kondusif untuk mengakomodasi pertanian lahan kering yang ada dapat diang-
kelima aspek tadi sebagai bagian penting gap sebagai "raksasa yang masih tidur". Wa-
pembangunan pertanian. Dengan perspektif laupun kualitasnya cukup rendah untuk
pengembangan lahan kering ke depan ini, dimanfaatkan sebagai faktor produksi pertani-
Departemen Pertanian diperkirakan akan lebih an secara kuantitas lahan kering memiliki
mampu memberikan kontribusi yang besar potensi yang sangat besar untuk didayaguna-
terhadap pemaknaan pelaksanaan otonomi kan sebagai basis kegiatan pertanian. Sebagai
daerah. Implementasi setiap aspek dalam faktor produksi, dewasa ini lahan kering me-
kegiatan pengembangan lahan kering akan mang dapat dikatakan sebagai lahan marjinal
lebih mengena pada sasaran dan juga akan (atau sub-optimal). Faktor keterbatasan biofisik
lebih efisien. Terlebih lagi jika diingat bahwa lahan dan infrastruktur ekonomi di daerah
pengembangan lahan kering tadi relatif mudah lahan kering masih menjadi kendala berat
disejajarkan dengan pemberdayaan perekono- pengembangan lahan kering oleh masyarakat
mian dan keseluruhan kehidupan masyarakat setempat dan swasta. Persepsi demikian akan
di pedesaan. berbeda jika lahan kering, yang umumnya
terdapat di daerah lereng dan perbukitan,
Pengembangan lahan kering yang di-
dipandang dalam konteks lebih luas seperti
maksud haruslah ditempatkan dalam kerangka
faktor penjaga keseimbangan lingkungan dan
reformasi tatanan ekonomi. Dalam kaitan itu,
altematif sumber pendapatan. Sebagai gam-
aspek penataan, penguasaan dan pengaturan
baran, lahan kering memiliki peran lebih besar
pemanfaatan lahan kering haruslah menjadi
dibandingkan lahan sawah dalam menjaga
agenda awal yang harus dirumuskan dalam
stabilitas lingkungan yang dapat menimbulkan
kebijakan pembangunan pertanian. Walaupun
degradasi kapasitas produksi pertanian, seba-
kewenangan ini tidak dalam cakupan Departe-
gai lapangan usaha rumah tangga tani dan
men Pertanian, namun rumusan "reforma
sebagai media menciptakan pemerataan aki-
agraria" yang menyangkut lahan kering tadi
bat distribusi pemilikan dan penguasaan lahan
juga harus menjadi bagian yang harus dipi-
kering yang lebih merata dibanding lahan
kirkan oleh para perumus kebijakan pemba-
sawah.
ngunan pertanian.
Mengingat lahan basah semakin hari
cenderung semakin menyempit, baik karena
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN konversi lahan maupun akibat dari keterbata-
san anggaran pembangunan dan sumberdaya
lahan dan air untuk pembangunan lahan
Menjadikan lahan kering yang semula sawah, maka masa depan sektor pertanian sa-
dianggap sumberdaya marjinal atau sub- ngat tergantung kepada pemberdayaan lahan
optimal ke arah yang memiliki penting di kering sebagai sumberdaya ekonomi. Pember-
bidang ekonomi, sosial-politik dan lingkungan dayaan yang dimaksud tidak selalu harus di-
bukan saja akan menempatkan kita sebagai pandang dalam konteks sebagai faktor produk-
masyarakat yang memiliki peradaban tinggi si, melainkan juga perlu dipandang dalam
dalam menghargai fungsi strategis lahan konteks yang lebih luas seperti sebagai waha-
kering di masa datang, melainkan juga akan na kegiatan agroturisme. Jika diberdayakan

PEMBERDAYAAN LAHAN KERING UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BERKELANJUTAN Bambang lrawan dan
Tri Pranadji

73
sebagai faktor produksi maka pemberdayaan (1) Besarnya nilai ekonomi yang dapat di-
lahan kering harus memperhitungkan potensi bangkitkan jika lahan kering secara sadar
dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dalam dimanfaatkan sebagai stabilisasi dan pe-
kaitan ini pemberdayaan lahan kering membu- ningkatan fungsi ekosistem.
tuhkan pengaturan eksploitasi (lokasi dan jenis
(2) Relatif besamya nilai ekonomi dan man-
kegiatan) dalam perspektif jangka panjang
untuk mencegah degradasi kapasitas produksi faat sosial lainnya jika secara sadar lahan
pertanian akibat masalah lingkungan yang kering diposisikan sebagai sumberdaya
ditimbulkannya. Untuk menekan sekecil mung- strategis pengembangan usaha ekonomi
kin dampak lingkungan tersebut maka pen- berbasis agribisnis di pedesaan secara
dekatan wilayah Daerah Aliran Sungai dinilai berkelanjutan.
strategis untuk menata lokasi jenis-jenis agri- (3) Pentingnya menyadari fungsi lahan kering
bisnis yang dikembangkan. sebagai "habitat sosial" dan sumber kehi-
Dalam rangka mengantisipasi peruba- dupan kolektivitas masyarakat kecil atau
han lingkungan strategis sektor pertanian etnis lokal yang tersebar dari Sabang
mendatang, cara pandang terhadap kegiatan sampai Merauke.
agribisnis memerlukan perubahan. Agribisnis (4) Peningkatan status dan manfaat lahan
seyogyanya tidak lagi hanya dipandang seba- kering dari yang semula hanya sebagai
gai kegiatan produksi pertanian, melainkan "ban serep" pembangunan menjadi simbol
juga dipandang sebagai suatu rangkaian ke- penguat keberadaan dan identitas NKRI.
giatan ekonomi yang utuh, meliputi pengadaan
sarana pertanian, kegiatan produksi pertanian, (5) Pengintegrasian pengembangan lahan
pengolahan hasil pertanian, distribusi dan kering dengan penajaman makna pelak-
pemasaran produk pertanian. Perubahan cara sanaan desentralisasi dan otonomi pe-
pandang tersebut berimplikasi luas terhadap nyelenggaraan pembangunan, (sebagai
pelaksanaan pembangunan pertanian ke de- wujud membangun jaringan kepercayaan
pan, termasuk pemberdayaan lahan kering. antara pemerintah dan masyarakat
Dengan cara pandang tersebut maka pember- petani).
dayaan lahan kering seyogyanya dilaksanakan
dengan membentuk unit-unit agribisnis dimana
seluruh kegiatan agribisnis terkonsolidasi DAFTAR PUSTAKA
secara vertikal dan horizontal dengan tujuan
akhir meningkatkan daya saing agribisnis,
pemerataan antar pelaku agribisnis dan men- Anonimous. 1992. Peluang Pemanfaatan
ciptakan sinergis antar lokasi pengembangan Lahan Kering Untuk Meningkatkan
lahan kering. Dengan cara pandang demikian Kesempatan Kerja dan Pendapatan.
juga memungkinkan untuk menginternalkan Kerjasama antara Dirjen Tanaman
biaya konservasi lahan dalam sistem kegiatan Pangan dan Fakultas Pasca Sarjana.
ekonomi dalam arti yang lebih komprehensif. IPB. Bogor.
Dengan demikian, biaya tersebut tidak lagi Anonimous. 2001. Sustainable Food Security
menjadi beban atau "terpaksa" ditanggung for All by 2020. International Food
petani sendiri seperti yang berlaku selama ini, Policy Research Institute. Washington,
melainkan dapat menjadi tanggungan bersa- D.C.
ma, mencakup pelaku agribisnis dan pelaku
ekonomi lain di perkotaan. BPS. Survey Pertanian 1990 — 2000: Luas
Lahan Menurut Penggunaannya di
Upaya menempatkan lahan kering seba- Indonesia, 2001, Badan Pusat Statis-
gai sumberdaya strategis sektor pertanian dan tik. Jakarta.
wahana andalan perekonomian masyarakat
Indonesia ke depan perlu mendapat prioritas BPS. Sensus Pertanian 1983 dan 1993. Sen-
lebih tinggi. Perspektif kebijakan pengemba- sus Sample Rumah Tangga Pertanian
ngan lahan kering mendatang perlu memper- Pengguna Lahan. Badan Pusat Statis-
hatikan beberapa aspek berikut: tik. Jakarta.

FAE. Volume 20 No. 2, Desember 2002: 60 - 76

74
CASER and World Bank. 2000. Assesing the Mundlak, Y., D.F. Larson and R. Butzer. 2002.
Rural Development Impact of the Determinants of Agricultural Growth in
Crisis in Indonesia. Centre for Agro Indonesia, the Philippines, and
Sosio Economic Research, Bogor and Thailand. World Bank. Washington,
The World Bank. Washington, D.C. D.C.
Hadiwigeno, S, E. Pasandaran, P. Simatupang Pakpahan, A. dan N. Syafaat. 1999. Hubungan
and T. Sudaryanto. 1992. Agricultural Konservasi Tanah dan Air dengan
Research and Development Strategies Komoditas yang Diusahakan, Struktur
for Sustainable Agriculture. In Poverty Pendapatan serta Karakteristik Rumah
Alleviation with Sustainable Agriricul- Tangga: Kasus Das Cimanuk dan
ture and Rural Development in Citanduy. dalam Dinamika Inovasi So-
Indonesia. CASER (Bogor) and sial Ekonomi dan Kelembagaan Per-
CIIFAD (Ithaca). New York. tanian (Penyunting I.W. Rusastra
dkk..), Buku 1. Pusat Penelitian Sosial
Haeruman. H. 1992. The Implications of
Ekonomi Pertanian. Bogor
Environment, Narural Resources and
Population Imbalance to Sustainable Pasandaran,E. 1991. Penelitian Pola Usaha
Agriculture and Rural Development in Pertanian Lahan Kering di NTT dan
Indonesia. In: Poverty Alleviation with NTB (Kelembagaan, Struktur, Cost,
Sustainable Agririculture and Rural Pasar, Infrastructure, Pola Usaha).
Development in Indonesia. CASER Buku I (Rangkuman). Pusat Penelitian
(Bogor) and CIIFAD (Ithaca). New Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Pe-
York nelitian dan Pengembangan Pertani-
an. Bogor.
Irawan. et.al. 2001. Studi Kebijaksanaan
Pengembangan Agribisnis Komoditas Pasandaran.E. 1995. Studi Tentang Penang-
Unggulan Hortikultura. PSE. Bogor. gulangan Kemiskinan Terpadu Melalui
Usahatani Terpadu. Buku III (Agro
Kalo, H. Thamrin. 1988. Model Farm Sebagai
Ekosistem Lahan Kering). PSE. Badan
Sistem Usahatani Konservasi Tanah
Litbang Pertanian. Bogor.
Pada Lahan Kering Miring di DAS
Citanduy (Evaluasi Keberhasilan dan Pender, J., P. Hazel! and J.L. Garrett. 2001.
Tantangan Untuk Pelembagaannya). Reducuing Poverty and Protecting the
Unit Studi dan Evaluasi Sosial Eko- Environment: The Overlooked Poten-
nomi (USESE) Pengembangan Wila- tial of Less-Favored Lands. in The
yah DAS Citanduy, Ciamis, Jawa Unfinished Agenda: Perspective on
Barat. Overcoming Hunger, Poverty, and
Environmental Degradation (Edited by
Kasryno, F. 1999. Pemanfaatan Sumberdaya
P. Pinstrup-Andersen, and R. Pandya-
Pertanian dan Pengembangan Sistem
Lorch). International Food Policy
Usaha Pertanian Menuju Era Globali-
Research Institute. Washington, D.C.
sasi Ekonomi. dalam Dinamika Inovasi
Sosial Ekonomi dan Kelembagaan Pinstrup-Andersen, P. and R. Pandya-Lorch.
Pertanian (Penyunting I.W. Rusastra 2001. The Unfinished Agenda: Pers-
at a/.), Buku 1. Pusat Penelitian Sosial pective on Overcoming Hunger,
Ekonomi Pertanian. Bogor. Poverty, and Environmental Degrada-
tion. International Food Policy Re-
Malthus, T.R. 1976. An Essay on The Principle
search Institute. Washington, D.C.
of Population and A Summary View of
The Principle of Population. Penguin Poensioen, J.A. 1969. The Analysis of Social
Books Ltd. Middlesex. Change Reconcidered: A Sociological
Study. The Hague. Paris.
Muhaimin, Y.A. 1990. Bisnis dan Politik: Kebi-
jaksanaan Ekonomi Indonesia 1950- Pranadji, T. 1999. Desentralisasi dan Perce-
1980. LP3ES. Jakarta. patan Transformasi Agribisnis Secara
Berkelanjutan. dalam Dinamika Inova-

PEMBERDAYAAN LAHAN KERING UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BERKELANJUTAN Bambang Irawan dan
Tn Pranadji

75
si Sosial Ekonomi dan Kelembagaan Soerianegara, I. 1978. Pengelolaan Sumber-
Pertanian (Editor I.W. Rusastra dkk). daya Alam (Bagian I dan II). Sekolah
Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Per- Pasca Sarjana, Jurusan Pengelolaan
tanian. Bogor. Sumberdaya Alam dan Lingkungan,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pranadji, T. 2001. Pendekatan Sosio-Budaya
Dalam Transformasi (Pembangunan) Sumaryanto dan T. Sudaryanto. 2001. Pe-
Agribisis Berkelanjutan. Seminar Na- rubahan Paradigma Pendayagunaan
sional "Perspektif Pembangunan Sumberdaya Air dan lmplikasinya Ter-
Pertanian dan Kehutanan Tahun 2001 hadap Strategi Pengembangan Pro-
ke Depan" di Bogor, 9-10 Nopember duksi Pangan. Forum Agro Ekonomi.
2000. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Vol. 19 (2) : 66 — 79. Pusat Penelitian
Pertanian. Bogor. dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Pertanian. Bogor.
Rusastra. I. W, P. Simatupang dan B.
Rachman. Pembangunan Ekonomi Sunarto dkk. 1989. Prosiding Seminar Ilmiah
Pedesaan Berlandaskan Agribisnis. Pengelolaan dan Budidaya Pertanian
2002. In T. Sudaryanto (eds). Analisis Lahan Kering. Dies Natalis XXV
Kebijaksanaan Pembangunan Pertani- Universitas Jenderal Sudirman,
an Andalan Berwawasan Agribisnis. Purwokerto.
Monograph Series No. 23. Pusat
World Bank. 1994. Making Development Sus-
Penelitian dan Pengembangan Sosial
tainable. The World Bank. Washington
Ekonomi Pertanian Bogor.
D.C.

FAE. Volume 20 No. 2, Desember 2002: 60 - 76

76

You might also like