You are on page 1of 69

Manajemen

Pengawakan Kapal
Ship’s Manning Management for
Recruitment, Placement and Repatriation
of the Seafarers
Undang-Undang dan
Peraturan Indonesia
Untuk apa
Mengapa itu Kapan
landasan
penting? digunakan?
hukum?
January , 2018 – Port of Durban
The multinational crew working aboard tug/supply
ship PSD2 had not been paid for as long as 15 months
and were in need of food and fresh water. Two crew
members were also in need of immediate medical

1
attention while all of them desperately needed
money to send home to their families.

August , 2017 – Mombasa Port


A fishing vessel were not paid their wages, denied shore
leave and had to endure poor living conditions. It was
detained by Kenya Maritime Authority when port state
control officers found the ship to be unseaworthy.
The crew were only provided with rice and chicken, with

2
no vegetables and fruit, and limited drinking water,” said
George who is the AoS Coordinator in Mombasa.
Mei, 2019
Dewan Pimpinan Pusat Pergerakan Pelaut Indonesia (PPI)
meminta pemerintah Indonesia membantu 7 pelaut
Indonesia yang saat ini sedang bermasalah di perairan

3 Shanghai, China

Enam ABK WNI lainnya yang terkatung-katung di atas


kapal Mereka dipekerjakan di Taiwan sejak 7 Januari 2019
melalui agen pengerah tenaga kerja PT Maderland
Crewing Agency, yang beralamat di Koja, Jakarta Utara..
Adapun Waryanto, selaku kapten kapal, diberangkatkan
ke Taiwan oleh agen Vanguard Ship Management ,yang
beralamat di Batam.

“Untuk berangkat kerja ke Taiwan saya juga harus


membayar uang sebesar Rp8 juta. Saya sudah lapor agen,
malah disuruh ikuti saja apa maunya orang kantor,” kata
Waryanto.

 https://www.antaranews.com/berita/851685/tujuh-abk-wni-terkatung-katung-dua-pekan-di-
perairan-shanghai
 https://www.antaranews.com/berita/860352/tujuh-abk-telantar-dapat-bantuan-logistik
 https://www.antaranews.com/berita/856501/kisah-ironi-di-hari-buruh
Undang-Undang dan Peraturan Indonesia
 DJPL- HK 103/1/5/DJPL-13  UU No. 17 Tahun 2008
tanggal 8 April 2013 Tentang Tentang Pelayaran
Tata Cara Pelaksanaan Pengujian  KUHD – psl.341 s/d psl.452
dan Penilaian Tingkat Kesehatan
Bagi Pelaut
DJPL  UU No.15-2016 Pengesahan
MLC Convention, 2006
 KKP.105/4/14/KKP-2017
Juknis Penerbitan Sertifikat
Kesehatan Pelaut
 PP No.7-2000 tentang

UU
Kepelautan
KM PP
 KM No.70-1998 Tentang
Pengawakan Kapal Niaga  PM No.84-2013 Perekrutan dan
 KM No.30-2008 Dokumen Penempatan Awak Kapal.
Identitas Pelaut  PM No.40-2019 Pemeriksaan
PM Kesehatan Pelaut, Tenaga Penunjang
Keselamatan Pelayaran dan
Lingkungan Kerja Pelayaran
UU No. 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran
Pasal 135 Pengawakan Kapal
Setiap kapal wajib diawaki oleh Awak Kapal yang memenuhi
persyaratan kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan ketentuan
nasional dan internasional.

Pasal 145
Setiap orang dilarang mempekerjakan seseorang di kapal dalam
jabatan apa pun tanpa disijil dan tanpa memiliki kompetensi
dan keterampilan serta dokumen pelaut yang dipersyaratkan.
UU No. 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran
Pasal 151 Kesejahteraan Awak Kapal dan Kesehatan Penumpang
(1) Setiap Awak Kapal berhak mendapatkan kesejahteraan yang meliputi:
a. gaji;
b. jam kerja dan jam istirahat;
c. jaminan pemberangkatan ke tempat tujuan dan pemulangan ke tempat asal;
d. kompensasi apabila kapal tidak dapat beroperasi karena mengalami kecelakaan;
e. kesempatan mengembangkan karier;
f. pemberian akomodasi, fasilitas rekreasi, makanan atau minuman; dan
g. pemeliharaan dan perawatan kesehatan serta pemberian asuransi kecelakaan kerja.
(2) Kesejahteraan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dalam perjanjian kerja
antara Awak Kapal dengan pemilik atau operator kapal sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 224
Sijil Awak Kapal
Setiap orang yang bekerja di kapal dalam jabatan apa pun harus memiliki kompetensi,
dokumen pelaut, dan disijil oleh Syahbandar.
UU No. 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran
KETENTUAN PIDANA
Pasal 310
Setiap orang yang mempekerjakan Awak Kapal tanpa memenuhi
persyaratan kualifikasi dan kompetensi sebagaimana dimaksud dalam
pasal 135 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan
denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Pasal 312
Setiap orang yang mempekerjakan seseorang di kapal dalam jabatan apa
pun tanpa disijil dan tanpa memiliki kompetensi dan keterampilan serta
dokumen pelaut yang dipersyaratkan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 145 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan
denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
UU No.15-2016 Tentang
Pengesahan MLC Convention, 2006
Tujuan dari Konvensi Ketenagakerjaan Maritim
Internasional
Dalam rangka memberikan perlindungan kepada
pelaut dan awak kapal terkait dengan pemenuhan
hak dasar antara lain upah, syarat kerja termasuk
waktu kerja dan waktu istirahat, perawatan
medik, jaminan kesehatan, perekrutan dan
penempatan, pelatihan, dan pengawasan.
UU No.15-2016 Tentang
Pengesahan MLC Convention, 2006
Kewajiban negara Anggota Konvensi
 Setiap Negara Anggota wajib memberlakukan secara penuh
ketentuan-ketentuan dalam Maritime Labour Convention, 2006
(Konvensi Ketenagakerjaan Maritim, 2006).

 Negara-negara Anggota wajib saling bekerjasama dengan


maksud untuk memastikan pelaksanaan dan penegakan
Maritime Labour Convention, 2OO6 (Konvensi Ketenagakerjaan
Maritim, 2006) ini secara efektif.
UU No.15-2016 Tentang
Pengesahan MLC Convention, 2006
Hak Dasar Pelaut
Setiap orang yang berprofesi sebagai pelaut dan awak
kapal dan bekerja di atas kapal yang berlayar melewati
wilayah perairan internasional, mempunyai hak yang
sama sebagaimana pekerja/buruh yang bekerja di darat.

Hak-hak tersebut sebagaimana tercantum dalam 8


(delapan) Konvensi Dasar ILO dan telah diakomodir
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
nasional
UU No.15-2016 Tentang
Pengesahan MLC Convention, 2006
Hak Dasar Pelaut
 Hak-hak tersebut antara lain hak untuk bebas dari perbudakan, hak
untuk terhindar dari diskriminasi, hak untuk mendapatkan upah
yang sama untuk jenis pekerjaan yang sama nilainya, hak untuk
berunding bersama dan berserikat, hak untuk tidak mempekerjakan
anak dalam jenis pekerjaan terburuk.

 pelaut dan awak kapal juga berhak mendapatkan perlindungan atas


pekerjaan dan sosial, antara lain hak untuk mendapatkan tempat
kerja yang aman, hak untuk mendapatkan perlindungan terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja, hak untuk mendapatkan jaminan
sosial, dan hak untuk mendapatkan perawatan medik, fasilitas dan
akomodasi termasuk rekreasi.
UU No.15-2016 Tentang
Pengesahan MLC Convention, 2006
Pasal 1
Mengesahkan Maritime Labour Convention, 2O06 (Konvensi
Ketenagakerjaan Maritim, 2006l yang salinan naskah aslinya dalam bahasa
Inggris dan bahasa Perancis serta terjemahannya dalam bahasa Indonesia
sebagaimana terlampir dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Undang-Undang ini.

Pasal 2
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Artinya Indonesia sebagai negara (6 Oktober 2016)

Anggota sudah me-ratifikasi Konvensi


UU No.15-2016 Tentang (6 Oktober 2016)
Pengesahan MLC Convention, 2006
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15
TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN MARITIME LABOUR CONVENTION,
2006 (KONVENSI KETENAGAKERJAAN MARITIM, 2006)
Untuk memberikan perlindungan kepada pelaut dan para awak kapal yang
bekerja di kapal yang berbendera asing, ILO telah mengadopsi Maritime
Labour Convention, 2006 (Konvensi Ketenagakerjaan Maritim, 2006) pada
Sidang Ketenagakerjaan Internasional ke-94 yang telah diselenggarakan di
Jenewa pada tanggal 23 Februari 2006, dan mulai berlaku secara
internasional pada tanggal 20 Agustus 2013.
Maritime Labour Convention, 2006 (Konvensi Ketenagakerjaan Maritim,
2006) diadopsi oleh ILO untuk menciptakan suatu instrumen tunggal yang
memuat semua prinsip dan standar ketenagakerjaan internasional yang
berlaku di industri pelayaran, untuk selanjutnya dapat diratifikasi oleh
Negara Anggota.
https://www.ilo.org/global/standards/maritime-labour-convention/database-ratification-implementation/lang--
en/index.htm
KUHD
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
Nakhoda: Pasal 341 – 374
Anak Buah Kapal: Pasal 375 – 392
Perjanjian Kerja Laut Umumnya: Pasal 395 –
407
Perjanjian Kerja Laut Nakhoda: Pasal 408 –
411
Perjanjian Kerja Laut Anak Buah Kapal:
Pasal 413 – 426.
KUHD
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
Nakhoda: Pasal 341 – 374
Pasal 343
Nakhoda wajib menaati dengan seksama peraturan yang lazim dan
ketentuan yang ada untuk menjamin kesanggupan berlayar dan
keamanan kapal, keamanan para penumpang dan pengangkutan
muatannya. Ia tidak akan melakukan perjalanannya, kecuali bila
kapalnya untuk melaksanakan itu memenuhi syarat, dilengkapi
sepantasnya dan diberi anak buah kapal secukupnya.
KUHD
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
Anak Buah Kapal: Pasal 375 – 392
Pasal 376
Daftar anak buah kapal dibuat rangkap dua, satu lembar diperuntukkan
bagi pagawai pendaftar anak buah kapal, lembar lainnya bagi Nakhoda.
Daftar anak buah kapal menyebut;
- Nama para anak buah kapal
- Nama kapalnya
- Nama Pengusaha kapalnya dan Nakhodanya
- Jabatan tiap anak buah kapal yang akan melakukan dinasnya diatas kapal
Daftar itu ditandatangani oleh atau atas nama Nakhoda dan oleh pagawai
pendaftaran anak buah kapal
KUHD
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
Perjanjian Kerja Laut Umumnya: Pasal 395 – 407
Pasal 395
Adalah perjanjian yang diadakan antara seorang pengusaha perkapalan disatu pihak dengan
buruh dipihak lain, dst…
Pasal 401
Perjanjian antara pengusaha kapal dengan orang yang akan menjadi anak buah kapal harus
memuat,:
- Nama dan nama depan, hari kelahiran, tempat kelahiran.
- Tempat dan hari penutupan perjanjian.
- Penunjukan kapal tempat akan bekerja
- Jabatan yang akan dipegang dalam dinasnya
- Hari dan tempat akan dimualinya dinas kapal
- Hak atas hari libur
- Pengakhiran hubungan kerja
Perjanjian Kerja Laut Nakhoda: Pasal 408 – 411
Perjanjian Kerja Laut Anak Buah Kapal: Pasal 413 – 426.
 DJPL- HK 103/1/5/DJPL-13  UU No. 17 Tahun 2008
tanggal 8 April 2013 Tentang Tentang Pelayaran
Tata Cara Pelaksanaan Pengujian  KUHD – psl.341 s/d psl.452
dan Penilaian Tingkat Kesehatan
Bagi Pelaut
DJPL  UU No.15-2016 Pengesahan
MLC Convention, 2006
 KKP.105/4/14/KKP-2017
Juknis Penerbitan Sertifikat
Kesehatan Pelaut
 PP No.7-2000 tentang

UU
Kepelautan
KM PP
 KM No.70-1998 Tentang
Pengawakan Kapal Niaga  PM No.84-2013 Perekrutan dan
 KM No.30-2008 Dokumen Penempatan Awak Kapal.
Identitas Pelaut  PM No.40-2019 Pemeriksaan
PM Kesehatan Pelaut, Tenaga Penunjang
Keselamatan Pelayaran dan
Lingkungan Kerja Pelayaran
PP No.7-2000 tentang Kepelautan
Pasal 2 Pelaut
(1) Setiap pelaut yang bekerja pada kapal niaga, kapal penangkap ikan,
kapal sungai dan danau harus mempunyai kualifikasi keahlian atau
keterampilan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini.
(2) Kualifikasi keahlian dan keterampilan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) tidak berlaku terhadap pelaut yang bekerja pada :
a. Kapal layar motor;
b. Kapal layar;
c. Kapal motor dengan ukuran kurang dari GT 35;
d. Kapal pesiar pribadi yang dipergunakan tidak untuk berniaga;
e. Kapal-kapal khusus.
PP No.7-2000 tentang Kepelautan

Pasal 3
Pengawakan kapal niaga
(1) Setiap awak kapal harus memiliki sertifikat kepelautan.
(2) Jenis sertifikat kepelautan yang dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari :
a. Sertifikat Keahlian Pelaut;
b. Sertifikat Keterampilan pelaut.

Pasal 4
(1) Jenis Sertifikat Keahlian Pelaut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a
terdiri dari :
a. Sertifikat Keahlian Pelaut Nautika;
b. Sertifikat Keahlian Pelaut Teknik Permesinan;
c. Sertifikat Keahlian Pelaut Radio Elektronika.
(2) Jenis Sertifikat Keterampilan Pelaut sebagimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf
b terdiri dari :
a. Sertifikat Keterampilan Dasar Pelaut;
b. Sertifikat Keterampilan Khusus
PP No.7-2000 tentang Kepelautan
Pasal 17 Persyaratan kerja di kapal
Untuk dapat bekerja sebagai awak kapal, wajib memenuhi persyaratan :
a. Memiliki Sertifikat Keahlian Pelaut dan/atau Sertifikat Keterampilan Pelaut;
b. Berumur sekurang-kurangnya 18 tahun;
c. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan yang
khusus dilakukan untuk itu;
d. Disijil.
Pasal 18
(1) Setiap pelaut yang akan disijil harus memiliki Perjanjian Kerja Laut
yang masih berlaku
PP No.7-2000 tentang Kepelautan

Penempatan Pelaut
Pasal 19
a. Pelaut Indonesia bisa bekerja di kapal asing atau kapal Indonesia sesuai
dengan sertifikat keahlian pelaut yang dimiliki.
b. Penempatan tenaga kerja pelaut dapat dilakukan oleh perusahaan
pelayaran nasional atau oleh perusahaan jasa penempatan tenaga kerja
pelaut yang memenuhi persyaratan.
c. Pelaut yang bekerja di kapal asing;
 Membuat PKL
 Hukum yang berlaku jika terjadi perselisihan
 Melapor di kedutaan Indonesia
PP No.7-2000 tentang Kepelautan

Pasal 21 – 31 Kesejahteraan Awak Kapal

Pasal 32 – 40 Akomodasi Awak Kapal


Persyaratan bekerja di atas kapal
1. Memiliki Sertifikat Kepelautan
2. Memiliki badan yang sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan
berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan yang khusus dilakukan untuk itu
dari Rumah Sakit yang ditunjuk
3. Pengukuhan (Endorsement) bagi yang akan memegang jabatan minimal
sebagai Officer on Watch (OOW)
4. Memiliki Perjanjian Kerja Laut
5. Memiliki Buku Pelaut
6. Disijil
7. Memiliki Buku Kesehatan (yang diterbitkan oleh Dinas Kesehatan
Pelabuhan)
8. Memiliki Pasport (bagi yang berlayar ke luar negeri yang diterbitkan oleh
Imigrasi Pelabuhan)
Kesejahteraan Awak Kapal
Ketentuan mengenai kesejahteraan awak kapal diatur dalam Peraturan
Pemerintah No.7 Tahun 2000 tentang Kepelautan yang meliputi :
1. Jam kerja maksimal
2. Waktu istirahat
3. Upah minimum
4. Hak cuti tahunan
5. Hak apabila jatuh sakit atau tertimpa kecelakaan dalam dinas
6. Hak atas makanan yang cukup dan tempat tinggal yang pantas
7. Hak atas upah pekerjaan lembur bagi awak kapal
8. Hak awak kapal yang telah habis kontrak kerjanya
9. Ganti rugi kepada awak kapal yang kapalnya karam
10. Hak jika awak kapal meninggal dunia di atas kapal
 DJPL- HK 103/1/5/DJPL-13  UU No. 17 Tahun 2008
tanggal 8 April 2013 Tentang Tentang Pelayaran
Tata Cara Pelaksanaan Pengujian  KUHD – psl.341 s/d psl.452
dan Penilaian Tingkat Kesehatan
Bagi Pelaut
DJPL  UU No.15-2016 Pengesahan
MLC Convention, 2006
 KKP.105/4/14/KKP-2017
Juknis Penerbitan Sertifikat
Kesehatan Pelaut
 PP No.7-2000 tentang

UU
Kepelautan
KM PP
 KM No.70-1998 Tentang
Pengawakan Kapal Niaga  PM No.84-2013 Perekrutan dan
 KM No.30-2008 Dokumen Penempatan Awak Kapal.
Identitas Pelaut
PM  PM No.40-2019 Pemeriksaan
Kesehatan Pelaut, Tenaga Penunjang
Keselamatan Pelayaran dan
Lingkungan Kerja Pelayaran
PM No.84-2013 Tentang Perekrutan
dan Penempatan Awak Kapal

Pasal 2 Ketentuan Umum


1) Kegiatan usaha keagenan awak kapal dilakukan oleh badan usaha yang
didirikan khusus untuk usaha keagenan awak kapal.
2) Badan usaha yang didirikan khusus untuk keagenan awak kapal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam melaksanakan perekrutan
dan penempatan pelaut di kapal wajib memiliki izin usaha keagenan
awak kapal dari Menteri.
3) Perusahaan angkutan laut nasional dapat melaksanakan kegiatan
perekrutan dan penempatan awak kapal hanya untuk kebutuhan
perusahaan angkutan laut nasional sendiri.
PM No.84-2013 Tentang Perekrutan
dan Penempatan Awak Kapal
Pasal 3 – 10 Persyaratan dan Kelengkapan
 Pasal 3.2.(g)
 memiliki perjanjian keagenan (manning agreement) dengan pemilik kapal/operator
kapal (principal)
1. surat penunjukan (letter of appointment) dan wajib diketahui oleh perwakilan Indonesia bagi
principal yang berkedudukan di luar negeri;
2. surat keterangan terdaftar pada Kementrian berwenang di negara masing-masing (commercial
registration) dan wajib diketahui oleh perwakilan Indonesia bagi principal yang berkedudukan di
luar negeri;
3. Kesepakatan Kerja Bersama (KKBI - Collective Bargaining Agreement CBA) dengan serikat
pekerja;
4. surat kuasa untuk bertindak atas nama pemilik kapal/operator kapal (power of attorney to act on
behalf of principal hanya untuk proses perekrutan dan penempatan awak kapal; dan
5. salinan draft PKL dari pemilik kapal/operator kapal.
Memiliki ijin usaha – SIUPAK - Surat Izin Usaha Perekrutan dan Penempatan
Awak Kapal
PM No.84-2013 Tentang Perekrutan
dan Penempatan Awak Kapal
Pasal 11 – 12
Perusahaan keagenan awak kapal wajib memiliki sistem manajemen mutu yang
terstandar,.
a. Perizinan; Sistem Manajemen Mutu
b. Organisasi
c. Persyaratan tenaga ahli;
d. Tanggung jawab manajemen usaha keagenan;
e. Sistem seleksi dan penerimaan awak kapal;
f. Program pembekalan dan pengembangan pengetahuan pelaut yang akan ditempatkan;
g. Monitoring pelaut yang dipekerjakan;
h. Verifikasi, internal audit, dan tinjauan manajemen;
i. kesiapan menangani keadaan darurat;
j. pelaporan dan analisa ketidaksesuaian dan perselisihan yang timbul;
k. prosedur penyampaian keluhan (complaint) pelaut dan penanganannya;
l. penetapan suatu sistem perlindungan terhadap kesehatan, pengobatan, kesejahteraan dan
jaminan sosial; dan
m. pendokumentasian.
PM No.84-2013 Tentang Perekrutan
dan Penempatan Awak Kapal

Pasal 13 Tata Cara Perekrutan dan Penempatan Awak Kapal


Pasal 14 – 20 Tanggung Jawab
Pasal 21 – 24 Perjanjian Kerja Laut (PKL)
Pasal 25 – 26 Proses Pengesahan Perjanjian Kerja Laut (PKL) dan
Penyijilan Buku Pelaut

Pasal 27 – 31 Tenaga Kerja Pelaut Asing


Pasal 32 – 35 SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 36 Penyelesaian Perselisihan Pelaut
PM No.84-2013 Tentang Perekrutan
dan Penempatan Awak Kapal
Pasal 37 – 40 Ketentuan Lain-Lain

Pasal 41 – 42 Ketentuan Peralihan


Dalam hal perusahaan keagenan awak kapal menempatkan awak kapal di
atas kapal berbendera negara dan/atau mempunyai kerjasama dengan
pemilik atau operator kapal dari negara yang tidak mempunyai hubungan
diplomatik dengan Negara Republik Indonesia, maka Kesepakatan Kerja
Bersama (KKB) antara pemilik kapal atau operator kapal dengan perusahaan
keagenan awak kapal harus diketahui oleh Kantor Dagang dan Ekonomi
Indonesia di negara tersebut dengan disertai surat pernyataan bersedia
membantu penyelesaian permasalahan pelaut dari Kantor Dagang dan
Ekonomi Indonesia.
 DJPL- HK 103/1/5/DJPL-13  UU No. 17 Tahun 2008
tanggal 8 April 2013 Tentang Tentang Pelayaran
Tata Cara Pelaksanaan Pengujian  KUHD – psl.341 s/d psl.452
dan Penilaian Tingkat Kesehatan
Bagi Pelaut
DJPL  UU No.15-2016 Pengesahan
MLC Convention, 2006
 KKP.105/4/14/KKP-2017
Juknis Penerbitan Sertifikat
Kesehatan Pelaut
 PP No.7-2000 tentang

UU
Kepelautan
KM PP
 KM No.70-1998 Tentang
Pengawakan Kapal Niaga  PM No.84-2013 Perekrutan dan
 KM No.30-2008 Dokumen Penempatan Awak Kapal.
Identitas Pelaut
PM  PM No.40-2019 Pemeriksaan
Kesehatan Pelaut, Tenaga Penunjang
Keselamatan Pelayaran dan
Lingkungan Kerja Pelayaran
PM No.40-2019 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Pelaut,
Tenaga Penunjang Keselamatan Pelayaran dan Lingkungan
Kerja Pelayaran
Pasal 2 Tujuan Pemeriksaan Kesehatan
bertujuan untuk:
a. mewujudkan Pelaut dan Tenaga Penunjang Keselamatan Pelayaran yang sehat dan
produktif;
b. menetapkan standar kesehatan untuk Pelaut bekerja di atas Kapal;

Pemeriksaan Kesehatan – Umum


Pasal 4 – 6
 Pelaut harus memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan jabatan di atas kapal.
 Pemeriksaan kesehatan dilakukan ketika:
1. akan bekerja di atas Kapal;
2. masa berlaku sertifikat kesehatan habis;
3. bertugas kembali ke kapal setelah menjalani proses pengobatan
4. untuk persyaratan buku Pelaut;
5. untuk melaksanakan praktik laut;
6. untuk Diklat Keahlian Pelaut; dan
7. untuk Diklat Keterampilan Pelaut.
 Pemeriksaan kesehatan Pelaut dilakukan oleh BKKP atau RS / Klinik Utama yang ditetapkan
oleh DJPL
PM No.40-2019 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Pelaut,
Tenaga Penunjang Keselamatan Pelayaran dan Lingkungan
Kerja Pelayaran
Pasal 7 – 11 Penetapan Rumah Sakit atau Klinik Utama

Pasal 12 – 15 Penetapan Rumah Dokter Pemeriksaan Kesehatan

Pasal 16 – 21 Tata Cara Pemeriksaan Kesehatan Pelaut


 Persyaratan dokumen (KTP, BST, Pas photo)
 Hasil pemeriksaan >>> Sertifikat Kesehatan Pelaut
 Pelaut yang bertugas di Steward department >>> Pemeriksaan tambahan (anal swab, rambut,
kuku tangan/kaki)
 Hasil pemeriksaan dicatat >>>buku catatan medik (medical record)
 Kategori kesehatan pelaut:
1. sehat, tidak ada batasan pekerjaan (fit for unrestricted sea Service).
2. sehat, tidak ada batasan tetapi memerlukan pengawasan medis (fit for unrestricted sea Service,
subject to medical surveillance)
3. sehat, dengan batasan pekerjaan (fit for sea Service with restrictions)
4. tidak sehat sementara (temporarily unfit for sea Service)
5. tidak sehat permanen (permanently unfit for sea Service)
PM No.40-2019 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Pelaut,
Tenaga Penunjang Keselamatan Pelayaran dan Lingkungan
Kerja Pelayaran
(sambungan)
 Sertifikat kesehatan Pelaut dengan masa berlaku:
• 2 tahun untuk pelaut, dengan masa tenggang 3 bulan
• 1 tahun untuk kadet (tidak bisa diperpanjang)
 Sertifikat kesehatan pelaut dalam BAHASA INDONESIA dan INGGRIS
 Harus tetap berada diatas kapal
Pasal 25 – Tarif sesuai peraturan perundangan

Pasal 26 - Sistem Informasi Sertifikasi Kesehatan Pelaut


Indonesia, bisa cek sertifikasi online di website BKKP
http://bkkp.dephub.go.id/
http://bkkp.dephub.go.id/index.php/article/daftar-rsik.html
Cek SERTIFIKAT KESEHATAN PELAUT ONLINE

Masukkan Seafarer Code

http://bkkp.dephub.go.id/
Contoh SERTIFIKAT KESEHATAN PELAUT
Contoh
Cek ONLINE
SERTIFIKAT
KESEHATAN
PELAUT
Contoh BUKU STATUS KESEHATAN PELAUT
Contoh Surat Keterangan Kesehatan Mata dan Telinga
 DJPL- HK 103/1/5/DJPL-13  UU No. 17 Tahun 2008
tanggal 8 April 2013 Tentang Tentang Pelayaran
Tata Cara Pelaksanaan Pengujian  KUHD – psl.341 s/d psl.452
dan Penilaian Tingkat Kesehatan
Bagi Pelaut
DJPL  UU No.15-2016 Pengesahan
MLC Convention, 2006
 KKP.105/4/14/KKP-2017
Juknis Penerbitan Sertifikat
Kesehatan Pelaut
 PP No.7-2000 tentang

UU
Kepelautan
KM PP
 KM No.70-1998 Tentang
Pengawakan Kapal Niaga  PM No.84-2013 Perekrutan dan
Penempatan Awak Kapal.
 KM No.30-2008 Dokumen
Identitas Pelaut PM  PM No.40-2019 Pemeriksaan
Kesehatan Pelaut, Tenaga Penunjang
Keselamatan Pelayaran dan
Lingkungan Kerja Pelayaran
KM No.70-1998 Tentang Pengawakan
Kapal Niaga
Pasal 2 Susunan Awak Kapal
 Pada setiap kapal niaga yang berlayar, harus diawaki dengan :
a. Seorang Nakhoda;
b. Sejumlah perwira;
c. Sejumlah rating;
 Susunan awak kapal didasarkan pada :
a. Daerah pelayaran;
b. Tonase kotor kapal (gross tonnage/GT);
c. Ukuran tenaga penggerak kapal (kilowatt/KW).

PERSYARATAN AWAK KAPAL NIAGA DAN JENIS SERTIFIKAT


Pasal 3 – 8 KEPELAUTAN YANG HARUS DIMILIKI OLEH
AWAK KAPAL NIAGA
KM No.70-1998 Tentang Pengawakan
Kapal Niaga
STANDAR KEAHLIAN DAN KETERAMPILAN PELAUT
Pasal 9 – 10
 Bagian Dek
• Nakhoda dan Mualim I pada kapal ukuran GT 3.000 atau lebih.
• Nakhoda dan Mualim I pada kapal ukuran GT 500 s/d kurang dari GT 3.000.
• Nakhoda pada kapal ukuran kurang dari GT 500.
• Mualim Jaga
• Rating
 Bagian Mesin
• Kepala Kamar Mesin (Chief Engineer) dan Masinis II (Second Engineer) pada kapal
dengan tenaga penggerak 750 KW s/d kurang dari 3.000 KW
• Masinis yang melaksanakan tugas jaga.
• Rating bagian mesin yang melaksanakan tugas jaga.
• Rating bagian mesin lainnya
KM No.70-1998 Tentang Pengawakan
Kapal Niaga

Pasal 9 -10 STANDAR KEAHLIAN DAN KETERAMPILAN PELAUT

Pasal 11 – 17 PERSYARATAN JUMLAH JABATAN, SERTIFIKAT KEPELAUTAN


DAN JUMLAH AWAK KAPAL

Pasal 18 – 22 KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB PIHAK-PIHAK YANG


BERKAITAN DENGAN PENGAWAKAN KAPAL

Pasal 23 – Peraturan ini tidak berlaku untuk KLM dan Kapal Layar
Pasal 24 – 26 Dispensasi Pengawakan
STANDAR
KEAHLIAN DAN PERSYARATAN MINIMAL SERTIFIKAT Lampiran : I
KETERAMPILAN PERWIRA DI KAPAL-KAPAL NIAGA SK. No. : KM. 70 Thn 1998
PELAUT Tanggal : 21 Oktober 1998
PELAYARAN SEMUA LAUTAN
STANDAR
KEAHLIAN DAN PERSYARATAN MINIMAL SERTIFIKAT Lampiran : I
KETERAMPILAN PERWIRA DI KAPAL-KAPAL NIAGA SK. No. : KM. 70 Thn 1998
PELAUT Tanggal : 21 Oktober 1998
NEAR COASTAL VOYAGE
STANDAR
KEAHLIAN DAN PERSYARATAN MINIMAL SERTIFIKAT Lampiran : I
KETERAMPILAN PERWIRA DI KAPAL-KAPAL NIAGA SK. No. : KM. 70 Thn 1998
PELAUT Tanggal : 21 Oktober 1998
LOCAL VOYAGE
SERTIFIKAT KETERAMPILAN KHUSUS
(CERTIFICATE OF PROFICIENCY) - NAUTIKA
9a(2-8) / 9b(2-8) / 9c(2-8) 9f
1. COC 1. BST
2. ORU 2. Survival Craft and Rescue Boats
3. Radar Observation 3. Tanker Familiarization ( Oil Tanker/ Chemical
4. Medical Care o/ b Carriers / Gas Carriers )
5. Sertifikat Keselamatan Oil Tanker/ Chemical 4. Ro – Ro Passenger
Carriers/ Gas Carriers 5. Advance Fire Fighting
6. Ro – Ro Passenger 6. Sertifikat Kesehatan
7. Advance Fire Fighting 9g
8. Sertifikat Kesehatan 1. BST
9d(2- 7) 2. Sertifikat Khusus Sesuai Jenis Kapal
1. COC 3. Sertifikat Kesehatan
2. ORU
3. Radar Observation
4. Sertifikat Keselamatan Oil / Chemical Carriers /
Gas Carriers
5. Ro – Ro Passenger
6. Advance Fire Fighting
7. Sertifikat Kesehatan
SERTIFIKAT KETERAMPILAN KHUSUS
(CERTIFICATE OF PROFICIENCY) - TEKNIKA
10a(2-5) / 10b(2-5) / 10c(2-5) 10 e
1. COC 1. BST
2. Oil Tanker / Chemical Carriers / 2. Sertifikat Keterampilan sesuai jenis
Gas Carriers kapal
3. Ro – Ro Passenger Ship 3. Sertifikat Kesehatan.
4. Advanced Fire Fighting
5. Sertifikat Kesehatan.
10 d
1. BST
2. Tanker Familiarization
3. Ro – Ro Passenger Ship
4. Advanced Fire Fighting
5. Sertifikat Kesehatan.
 DJPL- HK 103/1/5/DJPL-13  UU No. 17 Tahun 2008
tanggal 8 April 2013 Tentang Tentang Pelayaran
Tata Cara Pelaksanaan Pengujian  KUHD – psl.341 s/d psl.452
dan Penilaian Tingkat Kesehatan
Bagi Pelaut
DJPL  UU No.15-2016 Pengesahan
MLC Convention, 2006
 KKP.105/4/14/KKP-2017
Juknis Penerbitan Sertifikat
Kesehatan Pelaut
 PP No.7-2000 tentang

UU
Kepelautan
KM PP
 KM No.70-1998 Tentang
Pengawakan Kapal Niaga  PM No.84-2013 Perekrutan dan
Penempatan Awak Kapal.
 KM No.30-2008 Dokumen
Identitas Pelaut PM  PM No.40-2019 Pemeriksaan
Kesehatan Pelaut, Tenaga Penunjang
Keselamatan Pelayaran dan
Lingkungan Kerja Pelayaran
KM No.30-2008 Tentang
Dokumen Identitas Pelaut
Pasal2
 Dokumen ldentitas Pelaut merupakan dokumen bagi Pelaut, yang terdiri
atas:
a. Buku Pelaut;
b. Kartu ldentitas Pelaut
Pasal 3 – 11 Buku Pelaut

Pasal 12 – 17 Kartu Identitas Pelaut


KM No.30-2008 Tentang
Dokumen Identitas Pelaut
Kartu Identitas Pelaut

 Kartu identitas pelaut digunakan untuk pelaut yang akan berlayar keluar negeri.
 Kartu ldentitas Pelaut mengajukan permohonan secara langsung atau melalui media
elektronik kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut atau Syahbandar Pelabuhan
Tanjung Perak, persyaratan sebagai berikut:
• fotokopi Sertifikat Keahlian Pelaut atau Sertifikat Keterampilan Pelaut (Basic Safety Training)
• Surat Keterangan Catatan Kepolisian;
• paspor yang masih berlaku
 Kartu identitas pelaut bukan pengganti paspor
 Pembuatan dan penerbitan Kartu ldentitas Pelaut dilakukan di Kantor Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut atau Syahbandar Pelabuhan Tanjung Perak.
 Verifikasi Kartu ldentitas Pelaut dilakukan oleh Syahbandar pada Pelabuhan Belawan, Pelabuhan
Batam, Pelabuhan Balikpapan, Pelabuhan Tanjung Prick, Pelabuhan Tanjung Emas, Pelabuhan
Tanjung Perak, Pelabuhan Makassar, Pelabuhan Bitung, dan Pelabuhan Sorong.
 Kartu ldentitas Pelaut dikenakan biaya sesuai dengan ketentuan .
KM No.30-2008 Tentang
Dokumen Identitas Pelaut
Buku Pelaut
 Setiap pelaut yang bekerja sebagai awak kapal GT>45 wajib punya Buku Pelaut.
 Buku pelaut untuk pelaut yang punya sertifikat keterampilan atau Taruna praktek
 Buku pelaut diterbitkan oleh DJPL dan bisa dilimpahkan kepada Syahbandar, Direktorat Kepelautan
atau Kedutaan Besar atau Konjen Indonesia
 Penggantian Buku Pelaut yang hilang, habis masa berlaku atau buat baru mengikuti ketentuan yang
ditetapkan.
 Selama di kapal buku pelaut disimpan oleh Nakhoda
 Buku pelaut diserahkan ke pemegang setelah sign off/ turun dari kapal.
 Jika pelaut meninggalkan kapal tanpa Pemberitahuan, buku pelaut diserahkan kepada Syahbandar.
 Buku pelaut harus sign on dan sign off, oleh pejabat berwenang, Syahbandar atau Pejabat Kedutaan
atau Konjen Indonesia
 Surat Keterangan Masa Berlayar berdasarkan Buku Pelaut.
 Masa berlaku buku pelaut 3 tahun, dapat diperpanjang 2 kali masing masing selama 2 tahun.
 Buku pelaut tidak sah jika dipalsukan atau diperoleh dengan tidak sah.
Data Sijil Sign-On dan
Buku Pelaut Data Pemegang
Sign-Off
Tampak Depan Buku Pelaut
Buku Pelaut

https://infopelaut.com/cara-daftar-buku-pelaut-online-seaman-book-online/
https://pelaut.dephub.go.id/
Contoh SID Indonesia
 DJPL- HK 103/1/5/DJPL-13  UU No. 17 Tahun 2008
tanggal 8 April 2013 Tentang Tentang Pelayaran
Tata Cara Pelaksanaan Pengujian  KUHD – psl.341 s/d psl.452
dan Penilaian Tingkat Kesehatan
Bagi Pelaut
DJPL  UU No.15-2016 Pengesahan
MLC Convention, 2006

 KKP.105/4/14/KKP-2017
Juknis Penerbitan Sertifikat
Kesehatan Pelaut  PP No.7-2000 tentang

UU
Kepelautan
KM PP
 KM No.70-1998 Tentang
Pengawakan Kapal Niaga  PM No.84-2013 Perekrutan dan
Penempatan Awak Kapal.
 KM No.30-2008 Dokumen
Identitas Pelaut PM  PM No.40-2019 Pemeriksaan
Kesehatan Pelaut, Tenaga Penunjang
Keselamatan Pelayaran dan
Lingkungan Kerja Pelayaran
KKP.105/4/14/KKP-2017 Juknis
Penerbitan Sertifikat Kesehatan Pelaut
KKP.105/4/14/KKP-2017 Juknis
Penerbitan Sertifikat Kesehatan Pelaut
KKP.105/4/14/KKP-2017 Juknis
Penerbitan Sertifikat Kesehatan Pelaut
KKP.105/4/14/KKP-2017 Juknis
Penerbitan Sertifikat Kesehatan Pelaut
DJPL- HK 103/1/5/DJPL-13 tanggal 8 April 2013 Tentang
Tata Cara Pelaksanaan Pengujian dan Penilaian Tingkat
Kesehatan Bagi Pelaut
http://bkkp.dephub.go.id/index.php/article/daftar-rsik.html

You might also like