You are on page 1of 16

STRATEGI PENGURANGAN

KETIDAKPASTIAN DALAM SISTEM


KOMUNIKASI INTERPERSONAL
(Studi Fenomenologi pada Peserta On The
Job Training Program Ke Jepang dari
PT. Hitachi Construction Machinery
Indonesia Periode Pemberangkatan
Tahun 2009-2012)

Nurvita Wahyu Febriani & Fajar Iqbal


Alumni & Dosen Prodi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

ABSTRACT

As a social human and God’s creature, people interacting with others through human communication
(interpersonal communication). Interpersonal communication generally involves two people whose communicate
each other, whether they already knew or never known each other. Berger and Calabresse (in West and Turner,
2013: 174) believed it is natural to have doubts about our ability to predict the outcome of initial encounters. He
is also argued that the beginnings of personal relationships are fraught with uncertainties and communication
becomes the primary method to reduce these uncertainties. On The Job Training Program is a program that was
organized for the subsidiaries of Hitachi Construction Machinery (HCM) Group that is in some countries such
as Indonesia, Russia, China, Malaysia, etc. Since they start of the program in Japan, the participants especially
from PT. Hitachi Construction Machinery Indonesia feel the differences such as the work climate, culture, and the
personal character of the Japanese people. These differences make the participants feel the uncertainty. By applying
Uncertainty Reduction Theory, this research is aim to examine uncertainties perceived by the participants On The
Job Training Program of PT. Hitachi Construction Machinery Indonesia, especially in their interpersonal com-
munication activities with other participants from Japan. In addition, this research aims to examine participant
strategies to reduce these uncertainties.

Keywords: uncertainty reduction, human communication, On the Job Training Program.

Vol. 08/No.02/Oktober 2015


65
A. PENDAHULUAN komunikasi interpersonal berperan dalam
Komunikasi interpersonal pada mengurangi ketidakpastian para peserta. Hal ini
dasarnya merupakan sebuah sistem, yang dapat sesuai dengan pernyataan Berger dan Cala-
dipengaruhi oleh aturan dan harapan, serta bresse (dalam West dan Turner, 2013: 174),
persepsi dan konsep diri pihak-pihak yang bahwa komunikasi merupakan alat untuk
saling berkomunikasi. Komunikasi interper- mengurangi ketidakpastian seseorang. Lebih
sonal dapat meliputi beberapa konteks, yaitu lanjut keduanya juga mengemukakan bahwa un-
konteks keluarga, pernikahan, komunikasi tuk mengurangi ketidakpastian, seseorang yang
bermedia, dan organisasi. Komunikasi interper- mengalami ketidakpastian tersebut memerlukan
sonal dalam konteks organisasi dapat terjadi di berbagai strategi agar memperoleh informasi
lingkungan kerja (perusahaan) yang melibatkan secara pasti.
seluruh karyawan dengan latar belakang per- Penelitian ini berangkat dari rasa ingin
sonal maupun kultural yang berbeda-beda. tahu peneliti akan strategi pengurangan ketidak-
Keadaan ini juga sangat mungkin terjadi dalam pastian dalam sistem komunikasi interpersonal
perusahaan berskala multinasional karena pada peserta On The Job Training Program dari
melibatkan banyak pihak dari berbagai negara. PT. Hitachi Construction Machinery Indone-
Salah satu contohnya adalah Hitachi Construction sia periode pemberangkatan tahun 2009-2012.
Machinery Group (HCM Group), yaitu per- Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
usahaan manufaktur yang memproduksi menjelaskan strategi pengurangan ketidak-
berbagai jenis alat berat dan berpusat di Jepang, pastian dalam sistem komunikasi interpersonal
yang memiliki beberapa anak perusahaan di pada peserta On The Job Training Program dari
berbagai negara yaitu di Indonesia, India, Ma- PT. Hitachi Construction Machinery Indone-
laysia, Thailand, Cina, Afrika dan Amerika sia periode pemberangkatan tahun 2009-2012.
(sumber: www.hitachi-c-m.com, 2014). Subjek dalam penelitian ini adalah para
Kesadaran akan perlunya peningkatan peserta On The Job Training Program ke Jepang
kualitas skill para karyawannya menyebabkan dari PT. Hitachi Construction Machinery Indo-
HCM Group mengadakan pelatihan kepada nesia yang berangkat pada tahun 2009-2012,
karyawan dari berbagai cabang perusahaannya yang dipilih secara purposif dengan kriteria
melalui On The Job Training Program. Program yaitu: (a) informan merupakan peserta On The
ini berlangsung selama satu tahun sampai tiga Job Training Program dari PT. Hitachi Construc-
tahun di Jepang, yang bertujuan untuk mening- tion Machinery Indonesia periode pemberang-
katkan kualitas kompetensi kerja yang diharap- katan tahun 2009-2012, (b) informan telah
kan serta meningkatkan kemampuan berbahasa bekerja lebih dari lima tahun di PT. Hitachi
Jepang para karyawan. On The Job Training Pro- Construction Machinery Indonesia, (c)
gram salah satunya diikuti oleh karyawan dari informan sudah pernah berinteraksi langsung
PT. Hitachi Construction Machinery Indone- dengan warga negara Jepang selama lebih dari
sia (PT. HCMI). satu tahun. Adapun objek penelitian ini adalah
Meskipun telah mengikuti karantina strategi pengurangan ketidakpastian dalam
maupun pelatihan bahasa sebagai persiapan, komunikasi interpersonal pada peserta On The
namun para peserta On The Job Training Program Job Training Program dari PT. Hitachi Construc-
tetap mengalami ketidakpastian (uncertainty). tion Machinery Indonesia periode pembe-
Selain karena belum memiliki gambaran pasti rangkatan tahun 2009-2012.
mengenai situasi negara Jepang maupun karakter Teknik pengumpulan data yang
masyarakat disana, keterbatasan kemampuan digunakan dalam penelitian ini adalah wawan-
berbahasa Jepang juga seringkali menyebabkan cara mendalam secara langsung dan bersifat
mereka mengalami ketidakpastian. Disinilah semi-terstruktur untuk mengumpulkan data

Jurnal Komunikasi PROFETIK


66
primer. Dimana dalam pelaksanaannya peneliti oleh subjek penelitian berkaitan dengan
terlebih dahulu merancang serangkaian fenomena tersebut.
pertanyaan sebagai panduan wawancara, untuk Selain itu dalam jurnal Pendekatan
penuntun bukan mendikte proses wawancara Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian dalam
tersebut. Sedangkan untuk data sekunder Ilmu Sosial dan Komunikasi (2008: Hasbiansyah)
diperoleh peneliti dengan melakukan disebutkan bahwa pada dasarnya, ada dua hal
pengumpulan dokumen, yaitu foto kegiatan utama yang menjadi fokus dalam penelitian
para peserta selama mengikuti program fenomenologi, yakni: (1) textural description, yaitu
tersebut. apa yang dialami oleh subjek penelitian tentang
Jenis penelitian ini adalah kualitatif sebuah fenomena maupun apa yang dialami
dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian oleh aspek objektif, (2) structural description, yaitu
ini dibatasi pada interaksi para peserta On The bagaimana subjek mengalami dan memaknai
Job Training Program dari PT. HCMI dalam pengalamannya sehingga deskripsi yang
melakukan komunikasi interpersonal dengan diuraikan berisi aspek subjektif yang berkaitan
rekan-rekan kerja mereka di Jepang, bukan ter- dengan pendapat, penilaian, perasaan, harapan
masuk meliputi kehidupan sosial dengan serta respon subjektif lainnya dari subjek
masyarakat sekitar. Melalui pendekatan feno- penelitian, yang berkaitan dengan pengalaman
menologi, peneliti dapat mengetahui arti tersebut. Namun dalam melakukan penelitian
pengalaman dalam kehidupan seseorang. ini, peneliti akan fokus pada apa yang dialami
Edmund Husserl (dalam Kuswarno, 2009: 10) oleh subjek penelitian tentang sebuah fenomena
menyatakan bahwa pendekatan fenomenologi (textural description).
bertujuan untuk mempelajari bentuk-bentuk Pembahasan dalam penelitian ini
pengalaman dari sudut pandang orang yang menggunakan pendekatan fenomenologi
mengalaminya secara langsung, sehingga seolah- transendental yang dicetuskan Edmund Husserl.
olah kita ikut mengalaminya. Alex Sobur (2013: Edmund Husserl (dalam Kuswarno, 2009: 47-
x) menyatakan bahwa pada dasarnya penelitian 53) menguraikan keempat tahap dalam pene-
fenomenologi merupakan penelitian yang litian fenomenologi transendental yaitu: (1)
mencoba memahami persepsi masyarakat, epoche, yaitu pemutusan hubungan dengan peng-
perspektif, dan pemahaman terhadap situasi alaman dan pengetahuan yang peneliti miliki
tertentu (fenomena). Dengan kata lain, sebelumnya yang bertujuan agar kita mampu
penelitian fenomenologi berusaha menjawab mengesampingkan penilaian, bias, dan pertim-
pertanyaan “Bagaimana rasanya mengalami hal bangan awal kita terhadap suatu objek, (2)
ini dan itu?.” Oleh karena itu dengan melihat reduksi fenomenologi, yaitu membahasakan
berbagai perspektif dari situasi yang sama, bagaimana objek itu terlihat yang bukan hanya
peneliti dapat membuat berbagai generalisasi dalam konteks objek secara ekternal, namun
atas sebuah pengalaman dari perspektif insider. juga meliputi kesadaran dalam tindakan inter-
Alasan peneliti menggunakan metode nal, pengalaman, ritme dan hubungan antara
ini karena peneliti ingin menjelaskan tentang fenomena dengan “aku” sebagai subjek
fenomena pengurangan ketidakpastian ber- penelitian, (3) variasi imajinasi, yaitu mencari
dasarkan pengalaman-pengalaman seseorang makna-makna dengan memanfaatkan imajinasi,
dalam menghadapi situasi tertentu, dari sudut kerangka rujukan, pemisahan dan pembalikan,
pandang yang dimilikinya. Oleh karena itu hal pendekatan terhadap fenomena dari perspektif,
tersebut harus digali secara mendalam tanpa posisi, peranan, serta fungsi yang berbeda, (4)
adanya reduksi ataupun isolasi terhadap sintesis makna dan esensi, yaitu penyatuan dasar-
variabel-variabel tertentu. Hal ini bertujuan dasar deskripsi tesktural dan struktural, ke
agar peneliti dapat mengetahui apa yang dialami dalam suatu pernyataan yang menggambarkan

Vol. 08/No.02/Oktober 2015


67
hakikat suatu fenomena secara keseluruhan. terhadap salah seorang peserta, untuk mem-
Fenomenologi merupakan salah satu peroleh gambaran umum mengenai pengalam-
pendekatan yang digunakan dalam penelitian annya terhadap fenomena yang telah ditentukan.
jenis kualitattif. Oleh karena itu dalam data-data Tahap selanjutnya, peneliti menyusun
yang diperoleh dianalisis selanjutnya meng- daftar pertanyaan sebagai panduan untuk
gunakan teknik analisis data Miles dan Huber- melakukan wawancara (inter view guide).
man Punch. Pawito (2008: 104) menyebutkan Pertanyaan-pertanyaan yang disusun bertujuan
teknik analisis tersebut memiliki tiga tahap, yaitu untuk mengungkapkan makna pengalaman para
(a) reduksi data yang mempunyai tiga tahap yang peserta terhadap fenomena ketidakpastian dan
pertama pengelompokan dan peringkasan data, strategi pengurangan ketidakpastian. Selain itu
kedua yaitu penyusunan catatan-catatan tentang berbagai pertanyaan tersebut juga dimaksudkan
berbagai hal yang berkaitan dengan unit analisis, untuk menanyakan kepada informan, guna
ketiga yaitu konseptualisasi tema-tema dan pola- menguraikan pengalaman- pengalaman penting
pola data, (b) penyajian data yaitu pengor- para peserta selama mengikuti On The Job Train-
ganisasian data dengan menjalin atau meng- ing Program berkaitan dengan fenomena yang
aitkan atau mengaitkan kelompok data yang telah ditentukan.
satu dengan kelompok data yang lain, (c) pe- Tahap ketiga yang dilakukan peneliti
narikan atau pengujian kesimpulan yaitu adalah melakukan pengumpulan data, baik
pengimplementasian prinsip induktif dengan melalui pengumpulan dokumentasi maupun
mempertimbangkan pola-pola data yang ada. wawancara mendalam kepada para informan.
Selanjutnya untuk menunjukkan keab- Pengumpulan dokumentasi dilaksanakan pada
sahan data yang diperoleh dalam penelitian ini, 13 April - 26 April 2015, sedangkan wawancara
peneliti menggunakan triangulasi sumber data. mendalam dilaksanakan pada 27 April – 29
Rachmat Kriyantono (2006: 70-71) menyatakan April 2015 dan bertempat di PT. HCMI.
bahwa triangulasi sumber atau triangulasi data Adapun jumlah informan yang diwawancari
adalah membandingkan atau mengecek ulang peneliti sejumlah 11 orang yang berasal dari
derajat kepercayaan sebuah informasi yang berbagai section dan beberapa periode tahun
diperoleh dari berbagai sumber yang berbeda. pemberangkatan. Namun untuk menyesuaikan
Proses penelitian ini diawali dengan kriteria informan yang telah ditentukan, peneliti
menetapkan lingkup fenomena yang akan kemudian memilih tujuh dari 11 informan yang
diteliti, yaitu bagaimana seseorang mengalami telah diwawancari, untuk selanjutnya dianalisis
sebuah fenomena ketidakpastian dan strategi secara mendalam.
pengurangan ketidakpastian yang dilakukan
dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam hal B. PEMBAHASAN
ini, peneliti menetapkan fenomena ketidak- Fokus dalam penelitian ini adalah
pastian dan strategi pengurangan ketidakpastian pengurangan ketidakpastian yang terjadi pada
para peserta On The Job Training Program dari PT. aktivitas komunikasi interpersonal para karya-
Hitachi Construction Machinery Indonesia wan dalam konteks komunikasi organisasi, yang
(selanjutnya ditulis PT. HCMI). Berbekal dianalisis menggunakan teori Pengurangan
fenomena yang telah ditetapkan, peneliti Ketidakpastian dari Charles Berger dan Rich-
kemudian memilih informan (subjek), yaitu para ard Calabresse (1975). Oleh karena itu peneliti
peserta On The Job Training Program dari PT. perlu menjelaskan sejumlah konsep dan peng-
HCMI yang berangkat pada tahun 2009-2012 ertian yang berhubungan dengan komunikasi
dan dipilih secara purposif berdasarkan kriteria interpersonal terlebih dahulu, khususnya yang
yang telah ditentukan. Namun sebelumnya digunakan dalam penelitian ini.
terlebih dahulu peneliti melakukan pra penelitian

Jurnal Komunikasi PROFETIK


68
B.I. Konsep-konsep Dasar sonal. William C. Schutz (dalam Muhammad,
1. Komunikasi interpersonal 2009: 161-165) menguraikan bahwa ada tiga
Komunikasi interpersonal menurut jenis kebutuhan interpersonal, yang mendorong
Devito (dalam Effendy, 2003: 30) adalah orang-orang dalam sebuah organisasi untuk
penyampaian pesan oleh satu orang dan melakukan komunikasi interpersonal. Tiga jenis
penerimaan pesan oleh orang lain atau kebutuhan interpersonal tersebut yaitu: (a) kasih
sekelompok kecil orang, dengan berbagai sayang, yaitu berkaitan dengan keinginan setiap
dampaknya, dan dengan peluang untuk individu dalam sebuah organisasi atau
memberikan umpan balik segera. Suranto Aw perusahaan untuk disukai oleh orang lain,
(2011: 56) menyebutkan bahwa komunikasi in- sehingga dapat terjalin kerjasama yang baik antar
terpersonal pada dasarnya merupakan sebuah individu, (b) diikutsertakan, yaitu keinginan
sistem, yang dalam prosesnya dapat setiap individu untuk merasa berarti dan
dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu input, diperhitungkan keberadaannya sebagai bentuk
proses dan output. Input adalah komponen penghargaan atas kinerjanya dalam organisasi
penggerak atau sumber daya awal yang atau perusahaan yang menaunginya, (c) kontrol,
menggerakkan proses komunikasi interper- yaitu kebutuhan yang timbul karena rasa
sonal, yang terdiri atas aturan dan harapan, serta tanggungjawab dan kepemimpinan terhadap
persepsi dan konsep diri. Adapun komponen tugas, fungsi dan pekerjaan yang ia miliki dalam
proses merupakan proses komunikasi interper- sebuah organisasi atau perusahaan.
sonal itu sendiri, sedangkan komponen output
yaitu tujuan yang dicapai baik ber upa 3. Teori Pengurangan
pengetahuan, sikap, maupun perilaku yang Ketidakpastian
dihasilkan dari proses komunikasi yang terjadi. Teori Pengurangan Ketidakpastian (Un-
certainty Reduction Theory) dipelopori oleh Charles
2. Komunikasi Interpersonal Berger dan Ricard Calabresse pada tahun 1975.
dalam Konteks Organisasi Berger dan Calabresse (dalam West dan Turner,
West dan Turner (2013: 36) menyebutkan 2013: 173-175) menyatakan bahwa komunikasi
bahwa komunikasi interpersonal memiliki merupakan alat untuk mengurangi ketidak-
beberapa konteks yaitu lingkungan keluarga, pastian seseorang terutama bagi orang-orang
pernikahan, media massa, dan organisasi. yang belum saling mengenal satu sama lain, se-
Komunikasi interpersonal dalam konteks hingga saat ketidakpastian itu berkurang maka
organisasi, salah satunya terjadi di lingkungan kerja akan tercipta suasana yang kondusif untuk peng-
atau perusahaan. Arni Muhammad (2009: 158) embangan hubungan interpersonal. Ada dua
menyatakan bahwa komunikasi interpersonal yang jenis ketidakpastian yang mungkin dialami
efektif merupakan pondasi keberhasilan sebuah seseorang yaitu ketidakpastian kognitif atau cog-
organisasi, termasuk perusahaan. Sebab nitive uncertainty dan ketidakpastian perilaku atau
komunikasi interpersonal dalam sebuah behavioral uncertainty. Morissan (2010: 88)
perusahaan melibatkan seluruh karyawan yang mengurangikan bahwa ketidakpastian kognitif
memiliki latar belakang personal maupun kultural merujuk pada tingkat ketidakpastian tentang
yang berbeda-beda, sehingga harus dapat terjalin keyakinan atau sikap seseorang. Sedangkan ke-
dengan baik demi tercapainya tujuan bersama tidakpastian perilaku berkaitan dengan seberapa
dalam perusahaan tersebut. jauh kita dapat memperkirakan perilaku pada
Namun setiap orang dalam sebuah situasi tertentu.
organisasi, tentu memiliki kebutuhan sosial atau Namun demikian, ketidakpastian
interpersonal yang berbeda-beda dan hanya merupakan kondisi yang dapat menyebabkan
dapat terpenuhi melalui komunikasi interper- timbulnya rasa tidak nyaman bagi orang-orang

Vol. 08/No.02/Oktober 2015


69
yang mengalaminya. Oleh karena itu mereka melakukan komunikasi secara lebih
akan terdorong untuk berusaha mengurangi spontan dan mulai mengungkapkan
ketidakpastian tersebut. Menurut Em Griffin informasi yang lebih bersifat individual.
(2011: 125) terdapat tiga faktor yang men- Tahap personal bisa terjadi berbarengan
dorong seseorang untuk mengurangi ketidak- dengan tahap awal, namun umumnya
pastian yang dialaminya, yaitu: (a) mengan- terjadi setelah beberapa kali interaksi.
tisipasi interaksi selanjutnya karena akan Ketiga fase akhir, yaitu tahap saat
bertemu lagi dengan orang tersebut, (b) adanya seseorang memutuskan untuk menerus-
nilai insentif karena ia merasa orang tersebut kan hubungan yang telah terjadi atau
memiliki sesuatu yang diinginkan, (c) adanya justru memutuskan hubungan tersebut.
sikap yang menyimpang dari orang yang baru e) Komunikasi antarpribadi merupakan
dikenalnya tersebut. alat utama untuk mengurangi
Sebagaimana teori-teori pada umumnya, ketidakpastian.
Teori Pengurangan Ketidakpastian juga diba- f) Jumlah dan sifat informasi yang dimiliki
ngun atas berbagai asumsi, yang menggambar- seseorang berubah sepanjang waktu,
kan tentang pandangan para pendirinya. Asum- sebab komunikasi antarpribadi ber-
si-asumsi dalam Teori Pengurangan Ketidak- kembang secara bertahap dan interaksi
pastian yaitu: awal merupakan elemen penting dalam
a) Individu mengalami ketidakpastian proses perkembangan hubungan inter-
dalam latar interpersonal saat berko- personal.
munikasi dengan orang yang tidak g) Sangat mungkin bagi kita untuk men-
dikenalnya. duga perilaku seseorang orang berda-
b) Ketidakpastian merupakan situasi yang sarkan kesamaan karakternya dengan
tidak disukai dan dapat menimbulkan orang-orang yang memiliki gaya hidup
stres secara kognitif sebab seseorang yang sama (dalam West dan Turner,
membutuhkan energi cukup besar untuk 2013: 150).
menghadapi situasi tersebut.
c) Ketika dua orang yang tidak saling Pada dasarnya Teori Pengurangan Keti-
mengenal bertemu dan terlibat perca- dakpastian dikumpulkan berdasarkan hasil
kapan, maka mereka akan berupaya penelitian dan memiliki beberapa aksioma, yang
untuk mengurangi ketidakpastian atau masing-masing menunjukkan adanya hubungan
meningkatkan prediktabilitas (kemam- antara ketidakpastian dengan sejumlah konsep
puan membuat perkiraan terhadap lainnya. Terdapat sembilan aksioma yang
pihak lain). Untuk meningkatkan dikemukakan Berger dan Calabresse (dalam
prediktabilitas, maka seseorang perlu West dan Turner, 2013: 153-155), yaitu:
mencari informasi dengan bertanya a) Ketidakpastian yang tinggi pada tahap
kepada orang yang baru dikenalnya itu. awal dalam komunikasi, akan men-
Semakin banyak interaksi yang terjadi, dorong peningkatan komunikasi verbal
ketidakpastian akan semakin berkurang. diantara orang yang tidak saling
d) Komunikasi interpersonal merupakan mengenal, sehingga tingkat ketidak-
proses yang berkembang setelah melalui pastian semakin menurun.
beberapa tahapan atau fase. Pertama b) Pada tahap awal interaksi, saat
fase awal, yaitu tahapan awal saat komunikasi nonverbal meningkat maka
seseorang memulai interaksi dengan ketidakpastian menurun.
orang lain yang baru dikenal. Kedua c) Tingkat ketidakpastian tinggi akan
fase personal, yaitu tahapan saat mereka meningkatkan upaya pencarian infor-

Jurnal Komunikasi PROFETIK


70
masi mengenai perilaku orang lain. Manusia pada dasarnya merupakan
d) Tingkat ketidakpastian yang tinggi makhluk individu sekaligus makhluk sosial.
dalam suatu hubungan menyebabkan Manusia sebagai makhluk individu berarti
penurunan tingkat keakraban isi komu- bahwa setiap manusia memiliki ciri khas dalam
nikasi. dirinya, yang membedakan dengan orang lain.
e) Tingkat ketidakpastian yang tinggi Sedangkan sebagai makhluk sosial artinya,
menghasilkan tingkat resiprositas yang manusia tidak dapat hidup sendiri sehingga
tinggi pula. senantiasa berinteraksi dengan manusia lainnya
f) Kesamaan atau kemiripan yang ada melalui interaksi interpersonal. Suranto Aw
antara komunikan dan komunikator (2011: 53) menyebutkan bahwa salah satu
akan menurunkan tingkat ketidak- bentuk interaksi interpersonal tersebut adalah
pastian. komunikasi interpersonal.
g) Ketidakpastian yang meningkat akan Lebih lanjut Suranto Aw (2011: 56)
mengurangi ketertarikan untuk saling menguraikan bahwa komunikasi interpersonal
berinteraksi, dan sebaliknya yaitu pada dasarnya merupakan sebuah sistem. Hal
penurunan tingkat ketidakpastian akan ini berarti bahwa dalam komunikasi interper-
meningkatkan ketertarikan. sonal terdapat komponen-komponen yang
h) Tingkat intensitas interaksi yang semakin saling berpengaruh, yaitu komponen input,
tinggi antarpihak yang saling berko- proses dan output. Input adalah komponen
munikasi akan menurunkan tingkat penggerak atau sumber daya awal yang
ketidakpastian. menggerakkan proses komunikasi interper-
i) Tingkat ketidakpastian yang semakin sonal, yang terdiri atas aturan dan harapan, serta
ting gi membuat kepuasan dalam persepsi dan konsep diri. Adapun komponen
berkomunikasi semakin rendah. proses merupakan proses komunikasi interper-
sonal itu sendiri, sedangkan komponen output
Lebih lanjut Berger (dalam West dan yaitu tujuan yang dicapai baik ber upa
Turner, 2013: 184), menyatakan bahwa untuk pengetahuan, sikap, maupun perilaku yang
mengurangi ketidakpastian, seseorang dapat dihasilkan dari proses komunikasi yang terjadi.
menggunakan tiga strategi pengurangan
ketidakpastian yaitu: (a) strategi pasif dengan a. Aturan dan Harapan dalam
mengamati seseorang yang baru dikenal saat Komunikasi Interpersonal
orang tersebut sedang melakukan sesuatu
Manusia merupakan makhluk sosial
maupun bereaksi terhadap sesuatu karena or-
yang selalu hidup di lingkungan masyarakat,
ang lain, (b) strategi aktif dengan melakukan
sehingga senantiasa saling berkomunikasi
sesuatu untuk mencari tahu mengenai seseorang,
manusia lain. Namun setiap lingkungan
tanpa berhubungan secara langsung dengan
masyarakat memberlakukan aturan baik berupa
orang tersebut. Misalnya dengan menanyakan
nilai-nilai, norma maupun etika yang saling
pada orang lain yang telah mengenal orang
berbeda. Aturan tersebut kemudian kemudian
tersebut, maupun mencari informasi melalui
diadobsi, sehingga menjadi sebuah kebiasaan
media massa, (c) strategi interaktif melalui
yang memengaruhi pola perilaku dan cara
interaksi dan komunikasi secara langsung
berkomunikasi seseorang.
dengan orang yang sebelumnya telah kita cari
Aturan juga berlaku dalam komunikasi
informasi tentangnya.
interpersonal. Terlebih bila antar manusia yang
terlibat dalam komunikasi interpersonal
B.II. Komponen Komunikasi On tersebut berasal dari negara berbeda. Tentu
the Job Training HCMI mereka memiliki perbedaan aturan dalam

Vol. 08/No.02/Oktober 2015


71
berkomunikasi dan menginternalisasikan pesan peserta menggunakan Bahasa Jepang secara for-
yang diterima, sehingga mereka akan dipeng- mal untuk menunjukkan rasa hormat dan sopan.
aruhi norma-norma sosial budaya negaranya Namun untuk berkomunikasi dengan rekan-
masing. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kitty rekan kerja sejawat, para peserta menggunakan
O. Locker (dalam Aw, 2011: 58) bahwa cara Bahasa Jepang secara non formal. Biasanya
berkomunikasi seseorang dipengaruhi oleh mereka menyebutnya sebagai Bahasa Jepang
norma sosial budaya yang bersumber dari na- gaul.
tional culture (budaya bangsa) dan organizatonal Selain aturan dalam berkomunikasi
culture (budaya organisasi). secara verbal, terdapat pula aturan dalam
Adanya perbedaan aturan dalam berkomunikasi secara non verbal di negara
melakukan komunikasi interpersonal ini, Jepang. Aturan tersebut diantaranya tidak boleh
dialami pula oleh para peserta On The Job Train- menepuk pantat namun boleh menyentuh
ing Program dari PT. HCMI. Memasuki ling- kepala, serta boleh menggunakan jari telunjuk
kungan kerja baru di negara lain yaitu Jepang, untuk ketika saling berkomunikasi. Aturan
membuat para peserta menemukan berbagai dalam berkomunikasi non verbal tersebut
perbedaan aturan dalam berkomunikasi. Para berkebalikan dengan Indonesia, yang justru
peserta pun harus menyesuaikan diri dengan tidak memperbolehkan untuk menyentuh
perbedaan-perbedaan aturan tersebut, sehingga kepala maupun menunjuk-nunjuk orang lain
dapat melakukan komunikasi secara efektif dan karena dianggap tidak sopan.
baik di lingkungan kerja baru mereka. Selain adanya aturan yang harus ditaati,
Ketika mengikuti karantina, para setiap manusia tentu juga memiliki harapan dan
peserta On The Job Training Program dari PT. tujuan dalam berkomunikasi. Harapan yang
HCMI memang sudah mulai mendapatkan dimiliki setiap manusia tentu saling berbeda
informasi mengenai budaya di Jepang. Dian- yang dipengaruhi oleh motivasi, pengalaman
taranya adalah bahwa negara Jepang dan masya- dan kepribadian masing-masing. Suranto Aw
rakatnya tidak menyukai kegaduhan, sehingga (2011: 57) menyatakan bahwa, setiap individu
suasana senantiasa tenang. Oleh karena itu, para melakukan komunikasi interpersonal karena
peserta berusaha untuk senantiasa menjaga digerakkan oleh harapan yang dimilikinya.
ketenangan dalam keseharian mereka. Dalam hal ini harapan juga menjadi motivasi
Namun demikian, adapula aturan- yang menggerakkan para peserta On The Job
aturan lain dalam berkomunikasi yang dipe- Training Program dari PT. HCMI, untuk mela-
ngaruhi oleh national culture atau budaya bangsa kukan komunikasi interpersonal dengan rekan-
yaitu Jepang. Sebelum berangkat ke Jepang, para rekan barunya di Jepang.
peserta terlebih dahulu berusaha mencari infor- Para peserta ingin menjalin interaksi
masi bagaimana untuk berkomunikasi disana. dengan rekan-rekan baru mereka di Jepang,
Tetapi setelah sampai di Jepang dan mulai karena. agar nantinya dapat saling membantu
berinteraksi dengan masyarakat disana, para ketika mengalami kesulitan. Namun adapula
peserta pun mulai mengetahui secara langsung harapan peserta yang ingin berkomunikasi
aturan-aturan dalam berkomunikasi di Jepang. dengan rekan-rekan barunya untuk berinteraksi
Untuk berkomunikasi secara verbal, secara nyaman dengan mereka, sehingga
para peserta mulai menyesuaikan dengan nantinya terjalin keakraban dan persahabatan
beberapa aturan yang ada. Mereka harus agar tidak merasa kesepian.
senantiasa berucap secara sopan, dengan tidak Harapan lainnya yang dimiliki para
boleh mengucapkan kata-kata kasar untuk peserta untuk menjalin interaksi dengan rekan-
berkomunikasi kepada siapapun. Selain itu rekan baru mereka di Jepang, adalah untuk
untuk berkomunikasi dengan atasan, para mempelajari berbagai hal termasuk Bahasa

Jurnal Komunikasi PROFETIK


72
Jepang lebih mendalam. Sebab melalui interaksi buat mereka belum memiliki gambaran pasti
dengan rekan-rekannya tersebut, para peserta terhadap segala hal yang akan dihadapi nantinya.
dapat memperkaya kosakata yang mereka Sebab para peserta belum pernah pergi Jepang
miliki. Maka selain terjalin keakraban, mereka sebelumnya maupun berinteraksi secara akrab
juga dapat meningkatkan kemampuannya dalam dengan orang Jepang. Bahkan ada beberapa
berbahasa Jepang. peserta yang belum pernah sama sekali
Adanya perbedaan aturan dan harapan berinteraksi dengan orang Jepang. Hal tersebut
yang dimiliki setiap individu kemudian membuat para peserta hanya mampu
menghasilkan cara berkomunikasi yang unik, memprediksikan bagaimana situasi negara
sehingga berbeda dengan antara satu orang Jepang dan karakter masyarakat disana, berda-
dengan lainnya. Aturan dan harapan merupakan sarkan persepsi mereka masing-masing.
faktor input yang memengaruhi dan meng- FAH, salah satu peserta On The Job Train-
gerakkan komunikasi interpersonal yang terjadi. ing Program dari PT. HCMI sebelum berangkat
Terlebih bila antar individu yang terlibat dalam ke Jepang mempersepsikan bahwa Jepang
komunikasi interpersonal tersebut berasal dari merupakan negara dengan aktivitas yang sangat
dua negara berbeda, maka mereka akan sibuk dan ramai. Adapun mengenai karakter
memiliki perbedaan aturan dan harapan yang masyarakat disana, ia membayangkan mereka
sangat kompleks. Sebab dalam berkomunikasi memiliki kepribadian yang keras dan disiplin
dan menginternalisasikan pesan yang diterima, sehingga membuatnya merasa cemas. Sama
mereka akan dipengaruhi norma-norma sosial halnya dengan FAH, peserta lainnya yaitu EA
budaya negaranya masing. Hal inilah yang juga juga memiliki persepsi yang hampir sama
terjadi dalam komunikasi interpersonal antara mengenai bagaimana situasi negara Jepang dan
para peserta On The Job Training Program dari PT. karakter masyarakat disana. EA yang belum
HCMI dengan rekan-rekan baru mereka di pernah berinteraksi dengan orang Jepang
Jepang. sempat merasa khawatir, mempersepsikan
bahwa mereka sangat disiplin dan berkepriba-
b. Persepsi dan Konsep Diri dian keras.
Partisipan On the Job Training Adapula peserta On The Job Training Pro-
HCMI gram dari PT. HCMI lainnya yaitu PD, yang juga
memiliki persepsi tersendiri mengenai situasi
Persepsi adalah pemberian makna
negara Jepang dan karakter masyarakat disana.
terhadap stimuli inderawi yang berasal dari
Walau sudah pernah berinteraksi dengan orang
rekan komunikasi kita, baik berupa pesan ver-
Jepang, namun interaksi tersebut belum terjalin
bal maupun nonverbal. Persepsi berperan
akrab sehingga belum membuatnya memiliki
penting dalam keberhasilan komunikasi,
gambaran pasti tentang mereka. PD mempe-
sebab bila stimuli (pesan) ditafsirkan salah
rsepsikan bahwa Jepang merupakan negara
maka akan menimbulkan kesalahpahaman ter-
yang maju dan teratur. Sedangkan baginya,
hadapnya. Komunikasi interpersonal yang ber-
masyarakat Jepang merupakan orang yang
kesinambungan akan membawa dampak
berkepribadian serius dan tidak suka bergurau.
terhadap perubahan persepsi antara komunikan
Sebagaimana PD peserta On The Job
dan komunikator, menjadi lebih baik atau lebih
Training Program dari PT. HCMI lainnya yaitu
buruk.
MS mempersepsikan bahwa orang Jepang
Pengaruh persepsi terhadap komunikasi
memiliki karakter keras dan tegas, sebagaimana
interpersonal juga dialami oleh para peserta On
yang sering ia lihat di televisi. Ia juga sempat
The Job Training Program dari PT. HCMI. Keter-
membayangkan, bahwa Jepang merupakan
batasan informasi mengenai situasi negara
negara maju yang seluruhnya merupakan
Jepang dan karakter masyarakat disana, mem-

Vol. 08/No.02/Oktober 2015


73
daerah perkotaan. BP juga memiliki persepsi sahaan. MY yang menyukai keramaian sempat
tersendiri, baik mengenai negara Jepang merasa tertekan bahkan ingin pulang karena
maupun karakter masyarakat disana. Persepsi tidak betah dengan suasana yang sepi. Ia juga
tersebut timbul karena ia sering melihat bagai- sempat menyesali keputusannya untuk
mana situasi negara Jepang maupun gambaran berangkat ke sana dan merasa stress karena tidak
masyarakatnya di televisi. Ia membayangkan nyaman dengan situasi tersebut. Bahkan ia pun
bahwa masyarakat Jepang memiliki karakter sempat memprediksikan bahwa ia tidak akan
yang kaku dan sangat disiplin sebagaimana yang nyaman tinggal di Jepang maupun untuk
sering dilihat di televisi. bersosialisasi disana, sehingga membuatnya
Persepsi yang dimiliki peserta On The ingin pulang. Rasa menyesal dan stress yang
Job Training Program dari PT. HCMI mengenai dialami MY tersebut merupakan bentuk
situasi negara Jepang maupun karakter masya- ketidakpastian kognitif, yang timbul karena
rakat Jepang cenderung negatif. Hal tersebut persepsi yang ia miliki terhadap negara Jepang
membuat mereka merasa cemas dan khawatir, kurang tepat sehingga tidak sesuai dengan
sehingga menimbulkan ketidaknyamanan untuk kepribadiannya.
berinteraksi dan beraktivitas disana. Rasa Peserta lainnya yang juga merasakan
cemas dan khawatir yang dialami para peserta pengaruh konsep diri terhadap komunikasi in-
merupakan bentuk ketidakpastian kognitif. terpersonal adalah PD dan MS. Keduanya
Sebab mereka memiliki keyakinan tersendiri memiliki konsep diri yang tidak bisa jauh dari
atas apa yang dibayangkan mengenai situasi keluarga, sehingga ketika berpisah untuk
negara Jepang dan karakter masyarakat disana, mengikuti On The Job Training Program membuat
sehingga menimbulkan rasa cemas dan khawatir. mereka menjadi kesepian, tertekan dan tidak
Selain persepsi, konsep diri seseorang dapat bersosialisasi serta beraktivitas dengan
juga dapat memengaruhi komunikasi interper- nyaman. Mereka akhirnya memutuskan mem-
sonal yang terjadi. Konsep diri merupakan bawa keluarga masing-masing untuk turut serta
gambaran dan penilaian diri juga pandangan tinggal di Jepang. Rasa tertekan dan tidak
dan perasaan tentang diri kita sendiri. Konsep nyaman yang dialami PD dan MS juga
diri dapat memengaruhi komunikasi inter- merupakan bentuk ketidakpastian kognitif.
personal, karena setiap individu elakukan Persepsi dan konsep diri juga meru-
tindakan yang berdasarkan konsep diri yang ia pakan faktor input yang memengar uhi
miliki. komunikasi interpersonal yang terjadi. Dimana
Pengaruh konsep diri terhadap komuni- persepsi dan konsep diri yang negatif dapat
kasi interpersonal juga dialami oleh para pe- menghambat komunikasi interpersonal yang
serta On The Job Training Program dari PT. HCMI. terjadi, sehingga tidak berjalan dengan baik
MY mengakui bahwa sebelum berangkat, ia bahkan dapat menimbulkan ketidakpastian
memiliki bayangan indah mengenai situasi diantara pihak-pihak yang terlibat di dalam.
negara Jepang. Namun ternyata bayangannya Sebagaimana para peserta On The Job Training
tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataan Program dari PT. HCMI yang mengalami keti-
yang ia temui di Jepang. MY sebelumnya dakpastian berupa rasa cemas, khawatir, stress
membayangkan bahwa, Jepang merupakan dan tidak nyaman karena memiliki persepsi dan
negara yang ramai dan dipenuhi orang-orang konsep diri yang negatif.
yang beraktivitas. Namun setelah sampai disana,
ternyata apa yang ia bayangkan tidak sesuai c. Ketidakpastian dalam
dengan kenyataan yang ada. Komunikasi Interpersonal
Situasi di Jepang ternyata sepi karena Komunikasi interpersonal umumnya
masing-masing berkerja di berbagai peru- melibatkan dua orang yang saling berkomuni-

Jurnal Komunikasi PROFETIK


74
kasi, baik yang sudah saling mengenal maupun nyaman dalam diri para peserta sehingga
yang belum pernah saling mengenal. Namun menimbulkan rasa tidak nyaman untuk berakti-
demikian bagi orang-orang yang baru bertemu vitas maupun bersosialisasi. Hal tersebut pada
kemudian saling terlibat percakapan, terdapat dasarnya disebabkan oleh adanya ketidakpastian
kecenderungan munculnya ketidakpastian atau dalam diri para peserta. Sebab para peserta
uncertainty. Hal ini sesuai dengan pernyataan belum memiliki gambaran pasti mengenai situasi
Berger (dalam Griffin, 2011: 125) bahwa “the maupun karakter orang-orang yang akan
beginnings of personal relationships are fraught with ditemui nantinya, sehingga membuat mereka
uncertainties” (awal dari sebuah hubungan pribadi tidak siap dengan segala hal yang terjadi.
akan penuh dengan ketidakpastian). Selain keterbatasan informasi mengenai
Ketidakpastian pada dasarnya situasi negara Jepang dan karakter masyarakat
merupakan ketidakmampuan seseorang untuk disana, keterbatasan kemampuan berbahasa
memprediksikan bagaimana karakter orang- Jepang seringkali membuat para peserta tidak
orang yang baru dikenalnya, maupun situasi dapat memahami perbincangan dengan rekan-
yang akan ia alami. Salah satu penyebab rekannya di Jepang. Hal tersebut juga menjadi
timbulnya ketidakpastian adalah ketidaktahuan penyebab timbulnya ketidakpastian dalam diri
seseorang mengenai hal-hal yang berkaitan mereka. Bahkan beberapa diantara para peserta
dengan orang-orang yang baru dikenalnya juga seringkali merasa canggung untuk
maupun situasi baru tersebut, baik secara berkomunikasi, karena merasa belum mahir
kultural maupun personal. Oleh karena itu ia berbahasa Jepang.
harus berinteraksi pada situasi itu dan Sebelum berangkat ke Jepang, para
berkomunikasi secara interpersonal dengan peserta On The Job Training Program dari PT.
orang-orang yang baru dikenalnya terse- HCMI memang terlebih dahulu berkewajiban
but, untuk mendapatkan informasi pasti me- mengikuti pelatihan Bahasa Jepang selama tiga
ngenai keduanya. Maka dengan memperoleh hingga empat bulan. Namun demikian pelatihan
informasi secara pasti, ketidakpastian akan tersebut hanya meliputi Bahasa Jepang secara
berkurang sehingga interaksi dapat berjalan baik non formal. Padahal dalam berkomunikasi
dan terjalin keakraban. sehari-hari di luar masalah pekerjaan, orang
Pada dasarnya ketidakpastian yang Jepang lebih banyak menggunakan Bahasa
dialami para peserta On The Job Training Program Jepang non formal. Hal ini seringkali menim-
dari PT. HCMI, disebabkan oleh keterbatasan bulkan ketidakpastian secara kognitif dalam
kemampuan mereka untuk berbahasa Jepang diri para peserta, karena mereka tidak dapat
dan keterbatasan informasi mengenai situasi memahami apa yang dibicarakan oleh rekan-
negara Jepang serta karakter masyarakat disana. rekannya.
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa
keterbatasan informasi mengenai situasi negara B.III. Strategi Pengurangan
Jepang serta karakter masyarakat disana, Ketidakpastian
berdampak pada timbulnya persepsi negatif
Berbagai faktor menjadi penyebab
dalam diri para peserta mengenai situasi ma-
timbulnya ketidakpastian dalam interaksi, yang
upun karakter orang-orang yang akan mereka
terjadi diantara para peserta On The Job Training
temui nantinya. Terlebih beberapa diantara
Program dari PT. HCMI dengan rekan-rekan
peserta memiliki konsep diri yang tidak sesuai,
baru mereka di Jepang. Disinilah komunikasi
dengan situasi yang mereka temui di Jepang.
berperan untuk mengurangi ketidakpastian
Persepsi negatif dan konsep diri yang
tersebut. Berger dan Calabrese (dalam West
tidak sesuai dengan situasi yang ada tersebut
dan Turner, 2013: 173-175) menyatakan bahwa
menimbulkan rasa khawatir, cemas dan tidak
komunikasi merupakan alat untuk mengurangi

Vol. 08/No.02/Oktober 2015


75
ketidakpastian seseorang, sehingga saat terlebih dahulu mengikuti On The Job Training
ketidakpastian itu berkurang akan tercipta Program, beberapa pesera juga berusaha
suasana yang kondusif untuk pengembangan mencari informasi melalui internet maupun
hubungan interpersonal. Lebih lanjut Charles acara-acara televisi yang menyajikan informasi
Berger (dalam West dan Turner, 2013: 184), mengenai negara Jepang dan karakter masya-
menyebutkan untuk mengurangi ketidakpastian rakat disana. Melalui internet mereka mencari
seseorang dapat menggunakan tiga strategi tahu mengenai budaya, apa yang disukai dan
pengurangan ketidakpastian yang ada yaitu tidak disukai serta situasi pergaulannya
strategi pasif, aktif dan interaktif sehingga dapat masyarakat Jepang. Sedangkan pencarian
memperoleh informasi secara pasti berkaitan informasi dengan menyaksikan acara-acara
dengan orang-orang yang baru dikenalnya. televisi, biasanya dilakukan para peserta untuk
mengetahui bagaimana cara berkomunikasi
a. Strategi aktif masyarakat Jepang.
Strategi aktif, yaitu dengan melakukan Pencarian informasi yang dilakukan para
sesuatu untuk mencari tahu mengenai karakter peserta On The Job Training Program dari PT.
orang-orang yang akan ditemui maupun situasi HCMI tersebut, merupakan menunjukkan
yang akan dihadapi, tanpa berinteraksi secara adanya ketidakpastian dalam diri mereka. Sebab
langsung dengan di dalamnya maupun dengan mereka merasa belum memiliki gambaran pasti
orang-orang tersebut. Sebelum berangkat ke mengenai situasi negara Jepang dan karakter or-
Jepang, para peserta On The Job Training Program ang-orang yang akan ditemui nantinya. Maka
berusaha mencari informasi mengenai situasi dengan mengumpulkan informasi, mereka dapat
negara Jepang dan karakter masyarakat disana. mulai memperoleh informasi mengenai situasi
Hal ini dilakukan karena para peserta merasa negara Jepang dan karakter masyarakat disana.
belum mempunyai gambaran pasti, mengenai Hal tersebut menjadi langkah persiapan diri,
situasi negara Jepang dan karakter masyarakat sebelum para peserta mulai mengikuti On The
disana sehingga menimbulkan ketidakpastian Job Training Program.
dalam diri mereka. Oleh karena itu mereka
berusaha mengumpulkan informasi untuk b. Strategi pasif
mengurangi ketidakpastian yang dialami. Walaupun sebelum berangkat para
Pencarian informasi yang dilakukan peserta telah mencari informasi mengenai situasi
para peserta merupakan bentuk strategi pengu- negara maupun karakter masyarakat disana,
rangan ketidakpastian secara aktif. Sebab penca- namun mereka merasa belum mempunyai
rian informasi tersebut dilakukan melalui or- gambaran pasti terhadap keduanya. Oleh karena
ang-orang maupun media yang mengetahui dan itu para peserta tidak serta merta berinteraksi
menyediakan informasi mengenai situasi negara langsung dengan rekan-rekan barunya di Jepang.
Jepang serta karakter masyarakat disana. Para Maka terlebih dahulu mereka berusaha mencari
Peserta biasanya mengumpulkan informasi informasi mengenai situasi lingkungan maupun
dengan bertanya kepada rekan-rekan mereka karakter rekan-rekan barunya tersebut dengan
yang telah terlebih dahulu mengikuti On The Job melakukan pengamatan.
Training Program. Mereka ingin mengetahui apa Pengamatan yang dilakukan para
saja yang dibutuhkan selama berada di Jepang, peserta On The Job Training Program dari PT.
apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama HCMI biasanya berfokus pada karakter dan
di Jepang, serta bagaimana untuk berkomuni- cara kerja orang Jepang, dalam situasi ling-
kasi dengan orang Jepang. kungan kerja mereka yang baru. Berdasarkan
Selain mencari informasi dengan pengamatan yang telah dilakukan, para peserta
bertanya kepada rekan-rekan mereka yang telah memiliki kesimpulan yang sama bahwa situasi

Jurnal Komunikasi PROFETIK


76
negara Jepang termasuk di lingkungan kerja Setelah semakin sering berkomunikasi,
memang sangat disiplin dan sepi karena fokus mereka pun sering pergi bersama untuk
pada pekerjaan masing-masing. Selain itu menjalin interaksi yang semakin akrab. Mereka
pengamatan juga dilakukan ketika rekan-rekan sering berkebun, berolah raga, mengikuti
baru mereka di Jepang tengah saling berinteraksi berbagai perayaan di Jepang, serta mengadakan
dan berbincang. Melalui pengamatan tersebut, naomikai. Bahkan mereka tak sungkan lagi untuk
para peserta dapat mengetahui cara nkerja dan saling berbagi uneg-uneg maupun masalah
karakter mereka, misalnya gemar bergurau atau pribadi masing-masing seperti masalah
tidak, bagaimana cara dia berbicara dan keluarga.
bagaimana dia bersikap kepada orang lain. Selain itu strategi pengurangan
Pengamatan yang dilakukan para ketidakpastian secara interaktif juga dilakukan
peserta merupakan bentuk strategi pengu- para peserta On The Job Training Program, ketika
rangan ketidakpastian secara pasif. Meski ber- tidak dapat memahami perbincangan dengan
langsung satu arah, namun pengamatan tersebut rekan-rekannya di Jepang. Biasanya mereka akan
dapat mulai memberikan gambaran mengenai berusaha meminta penjelasan ulang dari rekan-
situasi dan karakter rekan-rekan baru yang rekannya tersebut, agar dapat memahami
mereka temui. Hal ini membuat para peserta perbincangan yang ada. Para peserta tidak
dapat menyesuaikan diri untuk kemudian segan untuk mengatakan secara langsung bahwa
memulai interaksi secara langsung, dengan mereka tidak memahami perbincangan ter-
rekan-rekan baru mereka di Jepang. sebut, sehingga meminta untuk penjelasan ulang
baik berupa gerakan tangan, gambar, maupun
c. Strategi interaktif bahasa yang lebih sederhana. Namun tak jarang
Setelah memperoleh gambaran melalui bila pembicaraan yang dimaksud adalah suatu
pengamatan yang telah dilakukan, para peserta benda, rekan-rekan mereka menunjukkan benda
mulai menjalin interaksi secara langsung dengan tersebut secara langsung.
rekan-rekan baru mereka di Jepang. Interaksi
secara langsung merupakan bentuk strategi • Output Interaksi
pengurangan ketidakpastian secara interaktif. Sebagaimana telah diuraikan sebelum-
Melalui interaksi langsung tersebut para peserta nya bahwa komunikasi interpersonal yang
dapat memperoleh gambaran pasti mengenai berkesinambungan, akan membawa dampak
karakter rekan-rekan barunya di Jepang, terhadap perubahan persepsi antara komunikan
sehingga lebih mudah untuk menyesuaikan diri. dan komunikator menjadi lebih baik atau lebih
Selain itu dengan memperoleh informasi secara buruk. Dalam hal ini persepsi negatif para
pasti, para peserta dapat berinteraksi secara peserta On The Job Training Program dari PT.
nyaman dengan rekan-rekannya dan memenuhi HCMI terutama mengenai karakter orang
harapan mereka untuk berkomunikasi secara Jepang, berubah seiring dengan interaksi yang
interpersonal. terjadi. Hal ini dikarenakan mereka sudah
Para peserta memulai interaksi secara memperoleh gambaran pasti mengenai karakter
langsung dengan rekan-rekan barunya di rekan-rekan barunya di Jepang, melalui interaksi
Jepang dengan saling berkenalan dan menyapa. secara langsung yang telah terjadi. Bila sebelum
Mereka saling memperkenalkan diri dan berangkat mereka mempersepsikan bahwa
berbincang ketika sedang beristirahat bersama. masyarakat Jepang memiliki karakter yang
Maka setelah mendapatkan respon yang baik, keras, sangat disiplin, tidak suka berguran, dan
mereka saling berbincang lebih jauh mengenai kaku, maka setelah berinteraksi secara langsung
pekerjaan, kesulitan yang dihadapi, juga masalah persepsi tersebut berubah. Para peserta pun
perbedaan budaya. menyimpulkan bahwa masyarakat Jepang adalah

Vol. 08/No.02/Oktober 2015


77
sebagaimana karakter masyarakat Indonesia rekannya di Jepang.
pada umumnya. Mereka ada yang memiliki Selain itu keakraban diantara para
karakter yang keras dan kaku, namun adapula peserta On The Job Training Program dari PT.
yang ramah dan baik. HCMI dengan rekan-rekannya di Jepang masih
Bukan hanya perubahan persepsi, terus terjaga, walaupun mereka sudah kembali
harapan para peserta On The Job Training Pro- ke Indonesia. Meskipun jarang, namun mereka
gram dari PT. HCMI dapat terpenuhi melalui seringkali saling bertukar kabar. Biasanya
komunikasi mereka dengan rekan- rekan mereka berkomunikasi melalui media sosial
barunya di Jepang. Sebelum berinteraksi secara baik Facebook, Line maupun Email kantor.
akrab dengan mereka, para peserta memiliki
harapan bahwa melalui interaksi tersebut C. SIMPULAN
nantinya mereka dapat saling membantu, dapat Berdasarkan data penelitian yang telah
mempelajari berbagai hal termasuk Bahasa diperoleh dan didukung teori-teori yang telah
Jepang secara lebih mendalam, dan dapat diuraikan, peneliti dapat menarik kesimpulan
berinteraksi dengan nyaman agar terjalin bahwa ketidakpastian yang dialami para peserta
keakraban serta persahabatan. Hal ini nampak On The Job Training Program dari PT. Hitachi
dari keakraban para peserta yang sering pergi Construction Machinery Indonesia periode
bersama dan saling berbagi uneg-uneg maupun pemberangkatan tahun 2009-2012 merupakan
kesulitan baik dalam masalah pekerjaan atau jenis ketidakpastian kognitif yang disebabkan
pribadi. oleh dua faktor. Pertama keterbatasan kemam-
Pada dasarnya para peserta On The Job puan berbahasa Jepang. Hal ini membuat
Training Program melakukan komunikasi inter- mereka seringkali tidak mampu memahami
personal dengan rekan-rekan mereka di Jepang, perbincangan dengan rekan-rekannya di Jepang
adalah untuk mengurangi ketidakpastian yang sehingga mereka mengalami ketidakpastian
mereka alami. Pengurangan ketidakpastian kognitif, karena bingung bagaimana untuk
tersebut juga sesuai dengan pernyataan Griffin merespon perbincangan tersebut.
(2011: 125), bahwa salah satu faktor yang Kedua, keterbatasan informasi dan
mendorong seseorang mengurangi ketidak- pengetahuan mereka terhadap situasi negara
pastian adalah incentive value, because they have some- Jepang maupun karakter masyarakat disana.
thing we want (nilai insentif, sebab kita merasa Ketidakpastian yang dialami para peserta
orang tersebut memiliki sesuatu yang kita membuat mereka merasa khawatir dan cemas
inginkan). Dalam hal ini para peserta On The dalam menghadapi situasi di lingkungan baru-
Job Training Program dari PT. HCMI ingin mela- nya, karena tidak sesuai dengan persepsi dan
kukan komunikasi interpersonal untuk konsep diri yang dimiliki. Bahkan beberapa
mengurangi ketidakpastian yang mereka alami, peserta juga merasa canggung untuk mulai
sehingga dapat memenuhi harapan yang dimiliki berinteraksi dengan rekan-rekan barunya di
sebelumnya. Berkaitan pula dengan harapan Jepang.
yang memotivasi para peserta On The Job Train- Para peserta kemudian termotivasi
ing Program dari PT. HCMI untuk mengurangi mengurangi ketidakpastian mereka, dengan
ketidakpastian yang mereka alami, juga mengaplikasikan strategi-stretegi pengurangan
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan ketidakpastian yang dikemukakan oleh Charles
komunikasi interpersonal dalam konteks Berger. Motivasi pengurangan ketidakpastian
organisasi. Dalam hal ini mereka ingin dilakukan para peserta untuk mendapatkan nilai
memenuhi kebutuhan kasih sayang untuk insentif, yang juga berkaitan dengan pemenuhan
disukai, sehingga dapat beraktivitas dan kebutuhan komunikasi interpersonal dalam
berinteraksi secara nyaman dengan rekan- konteks organisasi. Dalam hal ini mereka ingin

Jurnal Komunikasi PROFETIK


78
memenuhi kebutuhan kasih sayang untuk D. DAFTAR PUSTAKA
disukai, sehingga menjalin interaksi secara akrab Arni, Muhammad. 2009. Komunikasi
dengan rekan-rekan barunya di Jepang. Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. Aw,
Ada tiga strategi pengurangan ketidak- Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal.
pastian dilakukan para peserta On The Job Train- Yogyakarta: Graha Ilmu.
ing Program. Pertama, strategi aktif yang dila-
kukan para peserta dengan mencari informasi Griffin, Em. 2011. A First Look at Communica-
mengenai bagaimana situasi negara Jepang, tion Theory Eight Edition. New York:
karakter masyarakat disana, dan bagaimana McGraw-Hill.
aturan dalam berkomunikasi di Jepang baik
melalui internet maupun bertanya kepada se- Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis
nior-senior yang telah terlebih dahulu mengikuti Riset Komunikasi Cetakan keempat.
program tersebut. Pencarian informasi yang Jakarta: Kencana Prenada Media
dilakukan para peserta merupakan bentuk Group.
strategi pengurangan ketidakpastian secara Kuswarno, Engkus. 2009. Metodologi Penelitian
aktif. Komunikasi, Fenomenologi, Konsepsi,
Kedua, strategi pasif dimana para Pedoman Dan Contoh Penelitian.
peserta tidak serta merta berinteraksi langsung Bandung: Widya Padjajaran.
dengan rekan-rekan baru mereka di Jepang,
melainkan terlebih dahulu berusaha mencari Onong U. Effendy. 2003. Ilmu Komunikasi
informasi mengenai situasi lingkungan maupun Teori dan Praktek. Bandung: PT.
karakter rekan-rekan barunya tersebut melalui Remaja Rosdakarya.
pengamatan. Pengamatan yang dilakukan para
Pawito. 2008. Penelitian Komunikasi Kualitatif.
peserta merupakan bentuk strategi pengu-
Yogyakarta: LKiS.
rangan ketidakpastian secara pasif. Pengamatan
tersebut berkaitan dengan bagaimana cara kerja Sobur, Alex. 2013. Filsafat Komunikasi: Tradisi
orang Jepang dan bagaimana karakter mereka dan Metode Fenomenologi. Bandung: PT.
dalam interaksi interpersonal yang dilakukan. Remaja Rosdakarya.
Ketiga, strategi interaktif yaitu setelah
West, Richard & Lynn H. Turner. 2013.
memperoleh gambaran melalui pengamatan
Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan
yang telah dilakukan, para peserta mulai
Aplikasi Edisi 3 (Brian Marswendy.
menjalin interaksi dengan rekan-rekan barunya
Terjemahan). Jakarta: Salemba
di Jepang. Mereka melakukan interaksi langsung
Humanika.
dengan menyapa, berbincang dan pergi
bersama. Interaksi secara langsung yang Hasbiansyah, O. 2008. Pendekatan Fenomenologi:
dilakukan para peserta On The Job Training Pro- Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu
gram dengan rekan-rekan barunya di Jepang, Sosial dan Komunikasi. Mediator. Vol.
merupakan bentuk strategi pengurangan 9, No. 1.
ketidakpastian secara interaktif.
www.hitachi-c-m.com, 2014 (diakses pada 30/4/
2015 pukul 09:50 WIB)

Vol. 08/No.02/Oktober 2015


79
Jurnal Komunikasi PROFETIK
80

You might also like