Professional Documents
Culture Documents
Konseptualisasi Omnibus Law Dalam Menyelesaikan Permasalahan Regulasi Pertanahan PDF
Konseptualisasi Omnibus Law Dalam Menyelesaikan Permasalahan Regulasi Pertanahan PDF
Abstract
One of the factorsthat hampers theimprovement of the investment climatein Indonesia is due to
regulatory issues. Regulatory issues related to several industries including the land sector. Based
on data from the Ministry of Agricultural and Spatial Planning / National Land Agency of Republic
of Indonesia there are about 632 regulations related to land whereas 208 are no longer valid
leaving only 424 regulations applicable. Regulation of some 424 hadimplementationproblems
and conflicts between agencies.The primary key of law enforcement begins with the quality
of theregulation. Due to regulation which has many shortcomings that need to be addressed
to improve the investment climate in Indonesia. To overcpme these problems the Minister
of Agrarian and Spatial Planning / National Land Agency of the Republic of Indonesia, Mr.
Sofyan Jalil threw the idea of omnibus law to resolve regulations problems that influence
the growth of investment in Indonesia. Sofyan jalil said that the government is discussing the
legislation remedial solutions through the Omnibus Law. Omnibus Law’s existence has been
known in legal theories from common law countries. However, the existence of omnibus law
is still lessknownamong the academic community of the faculty of law in Indonesia. For that
purpose than this article to understand the omnibus law and its use to resolve the regulatory
issues in Indonesia.
Key words: omnibus law, legislation, harmonization, regulatory reform
Abstrak
Salah satu faktor yang menghambat peningkatan iklim investasi di Indonesia disebabkan
karena permasalahan regulasi. Permasalahan regulasi terkait dengan beberapa bidang industri
diantaranya adalah bidang pertanahan. Berdasarkan data yang dirilis dari Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia ada sekitar 632 regulasi
yang terkait bidang pertanahan dimana 208 peraturan sudah tidak berlaku lagi sehingga yang
berlaku 424 regulasi. Regulasi sebanyak 424 beberapa memiliki permasalahan penerapannya
dan benturan antar instansi. Padahal kunci utama penegak hukum dimulai dari kualitas mutu
regulasi yang berlaku. Akibat regulasi yang memiliki banyak kekurangan maka perlu untuk
dibenahi karena menjadi faktor penghambat peningkatan iklim investasi di Indonesia. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut maka Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia Bapak Sofyan Jalil melontarkan gagasan konsep
Omnibus Lawuntuk menyelesaikan pemasalahan regulasi yang menghambat pertumbuhan
investasi di Indonesia. Sofyan jalil mengatakan bahwa pemerintah tengah menggodok solusi
perbaikan undang-undang melalui Omnibus Law. Keberadaan Omnibus Law sudah dikenal
dalam teori-teori hukum. Teori Omnibus Law berasal dari negara yang menganut sistem hukum
common law. Akan tetapi keberadaan Omnibus Lawmasih kurang diketahui dikalangan civitas
akademika fakultas hukum di Indonesia. Untuk itu tujuan daripada tulisan ini untuk memahami
Omnibus Lawdan penggunaannya untuk membenahi permasalahan regulasi di Indonesia.
Kata kunci: omnibus law, peraturan perundang-undangan, harmonisasi, reformasi regulasi
saat itu sehingga lahirlah Undang-undang tersebut bila diterapkan dikhawatirkan akan
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan mengganggu sistem ketatanegaraan Indonesia
Dasar Pokok-Pokok Agraria yang selanjutnya karena disinyalir penyebabnya sistem hukum
disebut UUPA yang diberlakukan sejak yang dianut di Indonesia yang dominan
tanggal 24 September 1960 sampai dengan adalah Civil Law, sedangkan Omnibus Law
sekarang. ini berasal dari sistem hukum Common Law.
Keberadaan UUPA memiliki asas-asas Inilah kemudian gagasan tersebut menjadi
yang penting antara lain asas sosial, asas menarik untuk dikaji dari sistem hukum yang
penguasaan negara, asas kepastian hukum. berlaku di Indonesia.
Adapun yang menjadi Grundnorm UUPA Dari uraian tersebut timbul permasalahan
tersebut berpijak pada Pasal 33 ayat (3) UUD yang akan dibahas yaitu apakah gagasan
NRI Tahun1945. Omnibus Law dapat menyelesaikan
Indonesia telah melewati rezim permasalahan regulasi bidang pertanahan di
pemerintahan dari pemerintahan Orde Lama Indonesia?
hingga Orde Reformasi. Pergantian Presiden
dan kabinet pemerintahan yang mengakibatkan Pembahasan
lahirnya banyak peraturan perundang- Indonesia merupakan negara hukum
undangan sesuai keinginan masing-masing sebagaimana dinyatakan dalam Konstitusi
pemerintahan yang berkuasa saat itu. Hal ini Indonesia yang dinyatakan dalam Pasal 1
kemudian menimbulkan persoalan regulasi ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yaitu Negara
dimana ada beberapa peraturan perundang- Indonesia adalah negara hukum (Rechtstaats)
undangan yang tumpah tindih sehingga bukan negara kekuasaan (Machtsstaat).
menimbulkan konflik kebijakan antara satu Pada negara yang menjunjung tinggi hukum
kementerian/departemen dengan kementerian/ memiliki tujuan hukum antara lain ketertiban,
departemen lainnya. Hal tersebut menjadi ketentraman, kedamaian, kesejahteraan
perhatian pemerintah dan para praktisi dan kebahagiaan dalam tata kehidupan
di bidang agraria. Untuk menyelesaikan bermasyarakat2.
persoalan regulasi tersebut dibutuhkan suatu Negara yang menjunjung tinggi hukum
terobosan hukum yang tepat dan salah satu harus berlandaskan hukum yang ajeg, kuat
jalan keluarnya melalui konsep Omnibus Law. dan memberikan rasa keadilan.Hukum
Bagi sebagian kalangan masyarakat masih memang dibuat oleh negara tidak semata-
terasa asing mendengar istilah Omnibus Law. mata menjadi alat perekayasa sosial, tetapi
Bahkan beberapa kalangan akademisi hukum lebih dari itu untuk menegakkan keadilan
masih memperdebatkan konsep Omnibus Law dan melindungi harkat manusia. Tidak sedikit
2 Firman Freaddy Busroh, Teknik Perundang-undangan suatu Pengantar, (Jakarta: Cintya Press, 2016), hlm. 17.
230 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 2, Agustus 2017, Halaman 227-250
3 Soerjono Soekanto, Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat, (Jakarta: Rajawali, 1979), hlm. 43.
4 Roscoe Pond, An Introduction to the Philosophy of Law, terjemahan, (Jakarta: Bhatara Niaga Media, 1996),
hlm. 56.
5 Azhary, Negara Hukum Indonesia Analisis Yuridis Normatif Tentang Unsur-unsurnya, (Jakarta: Universitas
Indonesia Press, 1995), hlm. 21.
Firman Freaddy Busroh, Konseptualisasi Omnibus Law dalam Menyelesaikan ... 231
6 Bernhard Limbong, Konflik Pertanahan, (Jakarta: MP Pustaka Margaretha, 2012), hlm. 159.
232 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 2, Agustus 2017, Halaman 227-250
Usaha Air (HGUA) dan Hak Guna Pakai Air ulayat masyarakat adat dan tanah hak.
(HGPA). Istilah hak tersebut kurang tepat Sedangkan UUK hanya mengakui keberadaan
karena senyatanya bentuk riilnya adalah hutan negara dan hutan hak. Hal ini seringkali
pemberian ijin. Hal tersebut menunjukkan menimbulkan permasalahan implementasi
perbedaan dengan Pasal 47 UUPA. Apalagi dilapangan karena pemberian hak yang
kemudian UUSDA telah dibatalkan oleh salah akibat tidak ada koordinasi antara BPN
Mahkamah Konstitusi dengan Putusan Nomor dengan Kementerian Kehutanan. UUK sama
85/PUU-XI/2013 sehingga memberlakukan sekali tidak mengakui keberadaan hutan adat,
kembali UU Nomor 11 Tahun 1974. Hal padahal hutan adat merupakan bagian dari hak
ini menimbulkan persoalan regulasi pada ulayat yang sampai saat ini masih dilindungi
implementasinya sampai saat ini. oleh negara sebagaimana amanat UUPA.
Selanjutnya munculnya persoalan UUK memasukkan UUPA sebagai dasar
dengan UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang yuridis akan tetapi pada batang tubuhnya tidak
Pertambangan Mineral dan Batubara (UU mengacu kepada pasal-pasal di dalam UUPA
Minerba). Inkonsistensi muncul karena sehingga menimbulkan disharmoni peraturan
tidak menjadikan UUPA sebagai sumber perundang-undangan tersebut.
hukum.Orientasi UU Minerba lebih condong Adapun analisis penulis penyebab
kepada produksi bukan konservasi. Hal ini terjadinya disharmoni peraturan perundang-
menguntungkan pihak swasta dan pengelola undangan antara lain:
dan dapat merugikan negara. Polemik UU 1. Adanya pergantian rezim pemerintahan
Minerba antara rezim pemerintah juga menguat sehingga penyusunan peraturan
karena perbedaan kepentingan rezim. Sejak perundang-undangan lebih sering
keberadaan UU Minerba pemerintah dinilai berubah dan tidak berkelanjutan.
kalah dengan kepentingan perusahaan karena 2. Belum ada standar baku, cara dan
banyak perusahaan yang tidak memenuhi metodologi penyusunan peraturan
kewajibannya serta cenderung mengabaikan perundang-undangan. Masing-
kewajibannya kepada pemerintah. UU Nomor masing instansi memiliki keinginan
4 Tahun 2009 juga tidak tegas mengatur dan egosentris lebih mengutamakan
mengenai ganti rugi bagi pemegang hak kepentingan instansinya.
atas tanah yang tanahnya diambil untuk 3. Pembentuk peraturan perundang-
kepentingan kegiatan pertambangan. undangan yang kurang menguasai
Permasalahan regulasi juga terjadi dengan permasalahan akibat seringkali terjadi
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 pergantian antara pejabat.
tentang Kehutanan (UUK). UUPA mengakui 4. Masih kurangnya akses masyarakat untuk
keberadaan keberadaan tanah negara, tanah turut serta dalam penyusunan rancangan
Firman Freaddy Busroh, Konseptualisasi Omnibus Law dalam Menyelesaikan ... 233
7 Lastuti Abubakar, “Revitalisasi Hukum Adat sebagai Sumber Hukum dalam Membangun sistem Hukum
Indonesia”, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 13, No. 2, (Mei 2013): 323.
Firman Freaddy Busroh, Konseptualisasi Omnibus Law dalam Menyelesaikan ... 235
8 Soerjono Soekanto, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
1983), hlm. 32.
236 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 2, Agustus 2017, Halaman 227-250
menghidupkan atau mematikan mesin Hal ini dapat di lihat dari Legal Culture
itu adalah legal culture (budaya hukum), atau budaya hukum, yaitu bagaimana
dan mesin itu adalah structure (aparat) persepsi, pemerintah, swasta, lembaga
sedangkan produksi perundang-undangan dan masyarakat internal/eksternal
itu adalah subtstance (hasil mesin), serta terhadap hukum.Jadi tidak benar hanya
legal system (sistem hukum) adalah masyarakat yang menilai hukum.Ternyata
Pabrik. L. M. Friedman menjelaskan ikut juga semua unsur atau elemen dalam
hal itu sebagai berikut: Another way menentukan budaya hukum. Kemudian
to visualize the three elements of law dalam substansi, yaitu peraturan daerah,
is to imagine legal “structure” as a ternyata di Negara berkembang ada juga
kind of machine. “Substance” is what aturan-aturan yang berbentuk kebiasaan,
the machine manufactures or does. hukum adat.
The “legal culture” is whatever or 5. Selanjutnya teori legal system dari L.
whoever decides to turn the machine on M. Friedman ini kurang baik dalam
and off, and determines how it will be hal menganalisis suatu masalah yang
used. Dalam pengamatan penulis yang lama. Karena obyektifitasnya dapat
menghidupkan atau mematikan suatu memberikan hasil yang buruk. Hal yang
produk perundang-undangan itu bukanlah lama dalam tulisan ini adalah suatu produk
semata-mata masyarakat, tetapi bisa juga perundang-undangan atau kasus pidana,
pihak legislatif, judikatif, eksekutif, dan perdata dan sekalipun kasus internasional
organisasi lainnya. dan lain sebagainya. Hal mana para
3. Dalam hal kaitannya produk perundang- pelaku pembuat undang-undang, dalam
undangan, ternyata ada beberapa lagi kasus pidana, perdata, tata usaha negara,
yang bisa menghidupkan atau mematikan internasional, para pembuat dan pelaku
suatu kebijakan. Pada saat itu Friedman atau para pemilik serta penjabat yang
tidak memikirkan hal ini sesuai dengan menangani hal tersebut sudah tidak ada
perkembangan dan perubahan zaman. lagi. Oleh karenanya untuk mencari data,
4. Jadi teori L.M. Friedman mengenai informasi dan fakta kejadian pada waktu
Sistem Hukum, dalam struktur, bukan itu sukar diperoleh atau akurasi datanya
hanya meliputi, eksekutif, legislatif dan kurang obyektif, yang barangkali hanya
judikatif melainkan juga pihak badan dapat dianalisis melalui pendekatan
hukum, Pemerintah, swasta, LSM serta sejarah. Karena sejarah adalah masa
masyarakat internal/eksternal, organisasi lampau, maka kebenarannya sangat sulit
Internasional, Negara maupun sekutu dibuktikan.
dari beberapa Negara, dan lain-lainnya. Kembali kepada ketiga komponen sistem
Firman Freaddy Busroh, Konseptualisasi Omnibus Law dalam Menyelesaikan ... 237
hukum itu harus saling menunjang satu sama demikian dalam negara yang baru merdeka
lain secara integratif agar hukum tersebut masih dapat dipahami karena menyangkut
berlaku efektif. Umpamanya suatu substansi ketersediaan sumber daya manusia9.
hukum (norma hukum) tidak dapat ditegakkan Salah satu untuk menata peraturan
tanpa adanya dukungan dari struktur hukum perundang-undangan yaitu melalui harmonisasi
dan budaya hukum yang menggerakkannya, hukum.Pengembangan harmonisasi hukum
Begitu juga sebaliknya, hukum pada sudah muncul di Jerman tahun 1902. Rudolf
hakekatnya merupakan abstraksi dan Stammler mengemukakan suatu konsep
ketetapan/penegasan norma-norma dalam fungsi hukum adalah harmonisasi berbagai
masyarakat, gambaran normatif ini secara maksud, tujuan dan kepentingan antara
sosiologis dirumuskan dalam pengertian individu dengan individu dan antara individu
penegakan hukum sebagai suatu proses untuk dengan masyarakat. Kemudian dalam praktik
mewujudkan keinginan hukum menjadi hukum di Roma tahun 1926, International
kenyataan. Institute for the Unification of Private Law
Sebagai sebuah negara hukum (rechsstaat) (UNIDROIT) Badan Internasional yang
prinsip the rules of law harus ditegakkan
didirikan menurut perjanjian multilateral yang
dalam Negara Republik Indonesia. Bagi kita
difasilitasi oleh Persatuan Bangsa Bangsa
prinsip the rules of law itu tidak lain dari pada
(United Nations) telah menciptakan cara untuk
the rules of justice, penegakan hukum yang
mengharmonisasikan dan mengkoordinasikan
berintikan keadilan. Prinsip demikian perlu
ketentuan-ketentuan Hukum Perdata dari
ditegaskan, karena diskriminasi penerapan
negara-negara anggotanya.
hukum dalam realitasnya terlampau
Pada Tahun 1951 di Paris terbentuk
mencolok. Produk hukum dan penegakannya
Verdrag van Parijs tot Oprichting van
lebih berpihak kepada the rulling class,
Europese Gemeenschap voor Kolen en Staal
kelompok masyarakat yang mempunyai
(masyarakat Batubara dan Baja Eropa) melalui
kekuasaan ekonomi atau kekuasaan politik
Perjanjian Paris 1951. Kemudian diikuti
pada pihak lain. Hak-hak masyarakat
dengan Perjanjian Roma 1957 terbentuk
pencari keadilan yang sebagian besar berasal
European Gemeenschap van Atoomenergie
dari kelompok-kelompok powerlesness
(Masyarakat Energi dan Atom Eropa) dan
selalu dikesampingkan, substantive atau
European Economic Community (Masyarakat
sociological justice selalu dinikmati oleh
Ekonomi Eropa). Secara bersama merupakan
mereka yang powerfull sedang powerless
hanya mendapatkan formil justice. Keadaan kesatuan European Community dalam usaha
9 Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, (Bandung: Sinar Baru, 1983), hlm. 109.
238 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 2, Agustus 2017, Halaman 227-250
10 Kusnu Goesniadhie, Harmonisasi Sistem Hukum: Mewujudkan Tata Pemerintahan Yang Baik, (Malang: Nasa
Media, 2010), hlm. 11.
Firman Freaddy Busroh, Konseptualisasi Omnibus Law dalam Menyelesaikan ... 239
supreme law of the land, yang mampu An ‘order’ is a system of rules. Law is not, as
menjamin kepastian, ketertiban, penegakan it is sometimes said, a rule. It is a set of rules
dan perlindungan hukum yang berintikan having the kind of unity we understand by a
keadilan dan kebenaran. Untuk memahami system.
hukum nasional, perlu dikemukakan terlebih Hukum adalah seperangkat peraturan
dahulu pengertian sistem itu sendiri, karena perundang-undangan yang mengandung
hukum nasional sebagai suatu sistem akan semacam kesatuan atau daya pengikat yang
mengikuti pada batasan-batasan dan ciri- dipahami sebagai suatu sistem. UUD NRI
ciri sistem. Istilah sistem telah banyak Tahun 1945 dan segala peraturan perundang-
dirumuskan oleh para pakar, sehingga bunyi
undangan penjabaran dan pelaksanaannya,
batasannya berbeda satu dengan lainnya
juga memiliki kesatuan atau daya pengikat
yang penekanannya sesuai dengan konteks
bangsa Indonesia sebagai suatu sistem dalam
pembahasannya.
negara.
Dalam Black Law Dictionary, dinyatakan:
Sistem merupakan tatanan yang teratur
A system is orderly combination as of
dari bagian-bagian yang berkaitan satu sama
particulars, parts or elements into a whole;
especially such combination according to lain yang kemudian membentuk suatu pola
some rational principle. tertentu. Dalam suatu sistem yang baik tidak
Menurut Bellefroid, “rechts systeem is boleh terjadi tumpang tindih antara bagian-
een aan eensluitend geheel van rechtsregels, bagian tersebut. Sistem memiliki unsur-unsur
die naar beginselen georden zijn”. Dikatakan yang bersumber dari nilai dan asas tertentu.
oleh Bertalanffy, “systems are complexes of Begitu pula sistem hukum yang merupakan
elements in interaction, to which certain law tatanan teratur dari norma-norma yang
can be applied”. Menurut Bertalanffy, sistem berkaitan satu sama lainnya sehingga dapat
adalah himpunan unsur-unsur yang saling berfungsi dengan baik dan mencapai tujuan
mempengaruhi, untuk mana hukum tertentu
yang hendak dicapai.
menjadi berlaku.
Menurut Lon L. Fuller dalam “Morality of
Hukum positif tersusun dalam suatu
Law” sebagaimana dikutip dalam buku Kusnu
tatanan, mulai dari hukum dasar sampai pada
Goesniadhie11, menerangkan,“A total failure
hukum yang paling konkret dan individual,
in any one of these eight directions does not
harus bersumber pada tata nilai dasar yang
simply result in a bad system of law, it results
mengandung penilaian-penilaian etis. Nilai-
nilai tersebut terdapat pada norma dasar yang in something that is not properly called a legal
menjadi pengikat susunan norma-norma system at all” yang diartikan “Kegagalan total
positif sebagai satu kesatuan. Menurut Kelsen,
salah satu dari delapan tujuan ini tidak hanya menciptakan sistem hukum yang baik.
menghasilkan sistem hukum yang buruk, 6. Hukum tidak boleh berlebihan dan
namun juga menghasilkan sesuatu yang melebihi kemampuan serta kapasitas
sama sekali tidak disebut sistem hukum sama pihak tertentu. Dengan demikian hukum
sekali”. tidak menjadi beban bagi pihak tertentu.
Pernyataan Lon L.Fuller tersebut 7. Hukum harus statis, tidak mudah berubah-
menerangkan bahwa sistem hukum ubah dan berlaku untuk jangka panjang.
mengandung integritas moral tertentu. Hal Proses pembentukan hukum sudah harus
tersebut diatur dalam prinsip-prinsip hukum bisa menjangkau kebutuhan hukum yang
1. Hukum harus berlaku untuk semua tanpa 8. Hukum harus bisa diterapkan dan
dilaksanakan masyarakat. Dengan
pengecualian dan sifatnya permanen. Hal
demikian masyarakat menerima hukum
ini disebut asas kesetaraan dihadapan
dengan sukarela tanpa ada rasa paksaan
hukum (Equality before the Law).
dari penguasa.
2. Hukum harus diumumkan dan dipahami
Dalam proses pembentukan suatu
oleh semua pihak. Keberadaan hukum
peraturan perundang-undangan maka
bukanlah suatu rahasia. Sehingga semua
kesadaran bahwa hukum itu adalah suatu
orang tahu mana yang boleh dilakukan
sistem dapat diwujudkan dengan melakukan
dan mana yang dilarang.
harmonisasi dan sinkronisasi terlebih dahulu.
3. Hukum tidak boleh berlaku surut (asas
Istilah harmonisasi lebih menekankan
non retroaktif). Bilamana hukum berlaku
pada keberadaan indikator-indikator dan
surut maka akan memberikan rasa tidak
karateristik yang sama dalam suatu peraturan,
nyaman dan ketidakpastian hukum. Hal
sedang sinkronisasi lebih mementingkan
ini selaras dengan asas legalitas.
unsur penyelarasan bahwa suatu peraturan
4. Hukum harus jelas, tidak ambigu dan
tidak boleh bertentangan dengan peraturan
multitafsir. Hukum yang kabur akan
yang lain.
menciptakan kekhawatiran bagi pihak- Dasar kebijakan pembentukan sistem
pihak tertentu dalam melaksanakan suatu hukum dan penegakkannya bergantung
kebijakan. Hal ini akan menghambat pada politik hukum yang stabil, tetap dan
jalannya hukum. berkelanjutan sebagaimana dikemukakan
5. Hukum tidak boleh ada pertentangan Bagir Manan antara lain : 12
antara satu sama lainnya. Hukum harus 1. Satu kesatuan sistem hukum nasional;
selaras satu sama lain yang kemudian 2. Sistem Hukum Nasional yang dibangun
12 Bagir Manan, Beberapa Masalah Hukum Tata Negara Indonesia, (Bandung: Alumni, 1997), hlm. 144.
Firman Freaddy Busroh, Konseptualisasi Omnibus Law dalam Menyelesaikan ... 241
harus berdasarkan Pancasila dan UUD waktu yang cukup lama dan biaya yang tidak
NRI Tahun 1945; sedikit. Belum lagi proses perancangan dan
3. Tidak ada diskriminasi hukum yang pembentukan peraturan perundang-undangan
memberikan hak istimewa kepada di pihak legislatif seringkali menimbulkan
individu, kelompok, suku, ras dan agama; deadlock atau tidak sesuai kepentingan.
4. Pembentukan hukum harus Hal ini pada akhirnya menghabiskan
memperhatikan kemajemukan bangsa energi, waktu, biaya dan tujuan yang hendak
Indonesia; dicapai tidak tepat sasaran. Ditambah lagi
5. Hukum adat dan hukum kebiasaan turunnya tingkat kepercayaan publik terhadap
diakui sebagai bagian sistem hukum kinerja legislatif. Untuk itu diperlukan
nasional sepanjang masih ada dan tetap terobosan hukum dari pemerintah untuk
dipertahankan dalam masyarakat; menyelesaikan permasalahan regulasi.
6. Pembentukan hukum harus didasarkan Untuk mencapainya maka perlu dilandasi
pada partisipasi masyarakat; regulasi yang kuat. Salah satu negara yang
7. Hukum yang dibentuk dan ditegakkan mengadopsi Omnibus Law adalah Serbia.
harus membawa kesejahteraan umum Omnibus Law adalah hukum yang diadopsi
dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat pada Tahun 2002 yang mengatur status
Indonesia sehingga terwujud masyarakat otonom Provinsi Vojvodina yang termasuk
yang demokratis dan mandiri. di dalam Serbia. Hukum tersebut mencakup
Politik hukum yang stabil tersebut harus
yuridiksi pemerintah Provinsi Vojvodina
dipresentasikan melalui wakil-wakil rakyat
mengenai budaya, pendidikan, bahasa, media,
dalam membentuk peraturan perundang-
kesehatan, sanitasi, jaminan kesehatan,
undangan (regulasi).
pensiun, perlindungan sosial, pariwisata,
Akan tetapi permasalahan regulasi di
pertambangan, pertanian, dan olahraga.
Indonesia tidak hanya bisa diselesaikan
Omnibus Law termasuk hal yang baru di
melalui harmonisasi melainkan butuh
Indonesia walaupun negara-negara lain telah
terobosan hukum salah satunya melalui
menerapkan seperti Amerika Serikat (The
konsep Omnibus Law. Konsep Omnibus Law
Omnibus Actof June 1868, The Omnibus
yang diterapkan di beberapa negara seperti
Actof February 22,1889), Kanada (Criminal
Amerika Serikat, Belgia, Inggris menawarkan
Law Amandment Act, 1968-69), Philipine
pembenahan permasalahan timbulnya konflik
(Tobacco Regulation Act of 2003) dan 39
dan tumpang tindih (overlapping) suatu norma/
negara yang mengadopsi Omnibus Law dalam
peraturan perundang-undangan. Bila hendak
hal perlindungan data personal yang dirilis
dibenahi satu persatu maka akan memakan
13 Privacy Exchange.org, “A global information resource on consumers,commerce, and data protection worldwide
National Omnibus Laws”, http://www.privacyexchange.org/legal/nat/omni/nol.html, diakses 13 April 2017.
242 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 2, Agustus 2017, Halaman 227-250
pada sesuatu itu, Artinya, pada sesuatu itu suatu kebutuhan sekaligus reformasi
ada makna, sesuatu itu sekedar simbol dari regulasi pertanahan, melakukan penguatan
makna dan tindakan manusia ditujukan untuk kelembagaan Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional Republik
mengejar makna itu
Indonesia, dan membentuk lembaga peradilan
Kedua, bahwa makna tentang sesuatu
adhoc khusus menyelesaikan masalah
berkembang dari atau melalui interaksi antar
pertanahan.
manusia dalam kehidupan sehari-hari, ini
Keadilan agraria yang dicita-citakan
sejalan dengan arus perkembangan budaya itu
sepertinya menjadi suatu utopia bagi
sendiri, sebagai suatu hasil saling membagi
masyarakat dinegeri ini yang sebagian besar
makna (“shared system of meanings”)
mata pencahariannya di bidang agraris. Akses
makna-makna dimaksud dipelajari, direvisi,
terhadap tanah belum sepenuhnya dirasakan
dipelihara dan diberi batasan-batasan dalam
oleh para petani. Bersamaan dengan itu, konflik
konteks interaksi manusia.
pertanahan pun tak kunjung reda, terutama
Ketiga, makna-makna tersebut di pegang,
konflik yang dilatar belakangi oleh pemilikan
dijadikan acuan dan interpretasikan oleh
dan pemanfaatan tanah atau yang dikenal
seseorang dalam berhubungan dengan sesuatu
dengan konflik struktural. Masyarakat berada
yang dihadapi, ia gunakan sebagai acuan
dalam konflik berhadapan dengan struktural
untuk menafsirkan sesuatu situasi, keadaan,
dalam masyarakat entah itu pemerintah
benda atau lainnya dalam kehidupan sehari- atau badan hukum swasta. Kenyataan ini
14 Satjipto Rahardjo, Hukum, Masyarakat& Pembangunan, (Bandung: Alumni, 1981), hlm. 29.
15 Ibid., hlm. 24.
Firman Freaddy Busroh, Konseptualisasi Omnibus Law dalam Menyelesaikan ... 245
memberikan sebuah asertasi bahwa reformasi atau tata kelola pemerintahan yang baik
agraria mendesak untuk dilaksanakan. dalam menjalankan wewenangnya. Layanan
Keadilan agraria harus ditegakkan dan profesional, transparansi, akuntabilitas
mewujud dalam pendistribusian tanah dan harus benar-benar diterapkan dan dijalankan
ketersediaan akses terhadap tanah bagi mulai dari jajaran pimpinan sampai jajaran
masyarakat. pelaksana tugas.
Reformasi agraria harus dibuktikan Selain ituKementerian Agraria dan Tata
dalam tindakan nyata, bukan sekedar retorika Ruang/Badan Pertanahan Nasional Republik
atau teori semata. Di dalam Tap MPR RI Indonesia perlu untuk meningkatkan
Nomor:IX/MPR/2001 mengamanatkan DPR hubungaan koordinasi antar lembaga
RI bersama Presiden untuk segera mengatur atau institusi pemerintahan terkait dalam
lanjut pelaksanaan pembaharuan agraria dan menyelesaikan konflik misalnya konflik tanah
pengelolaan sumber daya alam lebih lanjut perkebunan, pengambilan tanah hutan negara.
serta mencabut, mengubah dan/atau mengganti Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
semua peraturan perundangan-undangan Pertanahan Nasional Republik Indonesia telah
terkait yang tidak sejalan dengan ketetapan ini. diberikan kewenangan yang menyangkut
Mandat ini seyogyanya ditindak lanjuti secara semua atribusi yang berkaitan dengan
konkret oleh Pemerintah dan DPR dengan
pengelolaan, pemanfaatan, serta peruntukkan
meninjau kembali peraturan perundangan
tanah. Oleh karena itu Kementerian Agraria
yang ada dan mensinkronkannya serta
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
menyesuaikannya dengan prinsip dan arahan
Republik Indonesia harus seintensif
kebijakan yang dimandatkan dalam ketetapan
mungkin berkoordinasi dengan kementerian-
ini. Pelaksanaan reforma agraria tentu akan
kementerian terkait dalam menyelesaikan
menghasilkan politik hukum pertanahan yang
konflik pertanahan.
mampu menjamin perlindungan hukum dan
Masalah pertanahan merupakan persoalan
peningkatan kesejahteraan serta mendorong
bangsa yang sifatnya kompleks terutama
kegiatan ekonomi bagi masyarakat.
karena menyangkut hajat hidup orang banyak.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Tanah merupakan sarana produksi dan turut
Badan Pertanahan Nasional Republik
menjamin kesejahteraan rakyat. Akibatnya,
Indonesia sebagai lembaga yang diberikan
konflik pertanahan rawan terjadi terutama
kewenangan khusus untuk mengelola
bila masyarakat tidak lagi memiliki akses
pertanahan nasional harus dibenahi secara
terhadap tanah. Untuk membenahi semua
kelembagaan dan organisasi mulai dari tingkat
pusat hingga daerah. Kementerian Agraria persoalan pertanahan maka suatu keharusan
dan Tata Ruang/BPN RI harus menjalankan untuk melakukan reformasi regulasi dibidang
prinsip 3G (good goverment governance) pertanahan. Omnibus Law yang nanti bisa
246 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 2, Agustus 2017, Halaman 227-250
16 Lili Rasjidi dan Liza Sonia Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2016), hlm. 159.
Firman Freaddy Busroh, Konseptualisasi Omnibus Law dalam Menyelesaikan ... 247
Hukum, Teori Hukum dan Filsafat Hukum. menghambat iklim investasi. Lahirnya Perpu
Persoalan regulasi dibidang pertanahan tersebut melalui koordinasi dengan beberapa
refleksi tujuan kritis daripada pengembangan kementerian terkait agar tidak menimbulkan
hukum itu sendiri. Hukum harus hidup permasalahan dikemudian harinya.
diantara masyarakat dan dapat merekayasa Ada beberapa kelebihan penerapan konsep
masyarakat untuk tujuan yang baik. Omnibus Law dalam menyelesaikan sengketa
Keberadaan lembaga legislasi yang regulasi di Indonesia antara lain:
menjalankan fungsinya dengan baik. Proses 1. Mengatasi konflik peraturan perundang-
pembentukan peraturan perundang-undangan undangan secara cepat, efektif dan
adalah proses pembentukan peraturan efisien.
perundang-undangan terdiri dari beberapa 2. Menyeragamkan kebijakan pemerintah
tahap legislasi dimulai dari perencanaan, baik di tingkat pusat maupun didaerah
persiapan, teknik penyusunan, perumusan, untuk menunjang iklim investasi;
pembahasan, pengesahan, pengundangan dan 3. Pengurusan perizinan lebih terpadu,
penyebarluasan17 . efisien dan efektif;
Proses pembentukan hukum yang 4. Mampu memutus rantai birokrasi yang
baik tidak akan melahirkan permasalahan berlama-lama;
dikedepannya. Persoalan saat ini dalam 5. Meningkatnya hubungan koordinasi
proses pembentukan hukum banyak antar instansi terkait karena telah diatur
sekali kepentingan para pihak. Inilah yang dalam kebijakan omnibus regulation
menyebabkan produk perundang-undangan yang terpadu
yang cacat sejak lahir. Untuk memperbaiki 6. Adanya jaminan kepastian hukum dan
pun membutuhkan biaya, waktu, tenaga perlindungan hukum bagi pengambil
dan proses yang cukup rumit seperti halnya
kebijakan.
pengajuan judicial review ke Mahkamah
Penataan reformasi regulasi dengan
Agung.
menggunakan konsep Omnibus Law akan
Pemerintah perlu mengambil langkah
sulit untuk diterapkan dilapangan apabila
hukum dengan mengeluarkan paket kebijakan
tidak ada peran serta pemangku kepentingan
yang dapat membantu menyelesaikan
dan koordinasi antar instansi terkait. Merujuk
sengketa regulasi di bidang pertanahan.
kepada konsep pelayanan satu atap harus
Teknisnya Presiden bisa menerbitkan
menjadi model pelayanan dan pemberian izin
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
sehingga para investor tidak direpotkan atau
undang (Perpu). Dengan Perpu tersebut
merasa dipermainkan oleh instansi terkait.
diharapkan adanya percepatan penyelesaian
Tentunya subtansi peraturan perundang-
regulasi dibidang pertanahan yang dapat
17 Saldi Isra, Fungsi Legislasi Setelah Perubahan UUD 1945, (Jakarta: Jurnal Hukum Jentera, 2010), hlm. 34.
248 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 2, Agustus 2017, Halaman 227-250
undangan yang baru harus dibuat seefisien Reformasi regulasi pertanahan perlu
mungkin. Perizinan yang sifatnya tidak perlu dilakukan pemerintah dengan mengacu
dan memanjang birokrasi harus dibabat habis. sistem hukum di Indonesia. Sistem Hukum
Sedangkan kelemahan penerapan konsep Indonesia sangat menentukan arah kebijakan
ini bila diterapkan antara lain: pemerintah. Bila sistem hukumnya baik maka
1. Membuka peluang akan ditolak pada saat arah kebijakan pemerintah akan tersistematis
paripurna atau di judial review terhadap dan efektif.
kebijakan omnibus regulation yang Inilah saatnya pemerintah untuk
diterbitkan; merekonstruksi regulasi salah satunya
2. Legislatif merasa “dikebiri” karena proses regulasi pertanahan agar dapat meningkatkan
pembentukan peraturan perundang- iklim investasi di Indonesia. Akan tetapi
undangan tidak melibatkan legislatif; reformasi regulasi tersebut jangan sampai
3. Akan mempengaruhi stabilitas sistem mengorbankan kepentingan dan kesejahteraan
hukum nasional akibat orientasi rakyat Indonesia.
kebijakan pemerintah yang berubah Gagasan konsep Omnibus Law diharapkan
sesuai kehendak rezim yang memerintah. dapat menyelesaikan konflik regulasi di
Untuk meningkatkan pelayanan perizinan bidang pertanahan dan diharapkan efektif
investasi perlu didukung dengan sarana menyelesaikan konflik regulasi yang sudah
prasarana hukum, salah satunya dengan lama mendera dan akibatnya bisa berujung
memanfaatkan sistem teknologi informasi kepada kriminalisasi pejabat. Untuk itu
yang disiapkan sesuai kebutuhan. Sistem dalam menerapkan konsep ini, maka harus
informasi teknologi tersebut dirangkai satu diberikan landasan hukum yang kuat sehingga
kesatuan dan terkoneksi antar instansi terkait. tidak bertentangan dengan asas dan norma
Dengan demikian kecepatan pelayanan pembentukan peraturan perundang-undangan.
perizinan investasi dapat maksimal. Teknisnya bisa dengan menerbitkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang
Simpulan (Perppu). Dengan Perppu tersebut diharapkan
Kebutuhan reformasi regulasi di bidang adanya percepatan penyelesaian regulasi
pertanahan sangat mendesak dilakukan dibidang pertanahan yang dapat menghambat
karena dapat berimbas kepada turunnya iklim iklim investasi. Beberapa kelebihan penerapan
investasi di Indonesia. Terjadinya konflik konsep Omnibus Law dalam menyelesaikan
agraria salah satunya disebabkan konflik sengketa regulasi di Indonesia antara lain:
regulasi. Untuk itu perlu dicarikan solusi 1. Mengatasi konflik peraturan perundang-
atau terobosan untuk menata kembali politik undangan secara cepat, efektif dan
pertanahan. efisien.
Firman Freaddy Busroh, Konseptualisasi Omnibus Law dalam Menyelesaikan ... 249
Busroh, Firman Freaddy. Teknik Perundang- Jakarta: Bhatara Niaga Media, 1996.