Professional Documents
Culture Documents
Identifikasi Perilaku Pengunjung Pada Ruang Pentas Musik Jalanan Dan Dampaknya Terhadap Kualitas Pedestrian Malioboro
Identifikasi Perilaku Pengunjung Pada Ruang Pentas Musik Jalanan Dan Dampaknya Terhadap Kualitas Pedestrian Malioboro
Abstract: Malioboro area is one of the favorite tourist destinations in the city of Yogyakarta. There are many
reasons that Malioboro is a tourist destination that is often visited by visitors, one of which is activities that
are nuanced with regional arts, including street music performances. The street music performance was held
by a group of people from a music studio performed in the Malioboro pedestrian room on Saturdays or at
certain times. The purpose of this paper is to identify patterns of visitor behavior that occur in the street
music stage and its impact on the quality of the Malioboro pedestrian. The method used in this study uses
descriptive qualitative method, which is direct observation to the study location to find out, understand and
directly identify the actual conditions that exist in musical performances. In addition to analyzing the data, the
Behavior Mapping method is used, namely behavior mapping to see how pedestrians manage themselves in
the street music stage. The mapping technique used is person-centered mapping. The results of this study
are that there are several behavioral patterns that occur in the Malioboro street music stage and some of
them are directly influenced by the existence of street music performances which have an impact on the
reduced quality of Malioboro pedestrian.
Abstrak: Kawasan Malioboro merupakan salah satu destinasi wisata favorit di kota Yogyakarta. Banyak
alasan sehingga Malioboro menjadi tujuan wisata yang sering didatangi pengunjung, salah satunya adalah
kegiatan yang bernuansa kesenian daerah, contonhya pentas musik jalanan. Kegiatan pentas musik jalanan
diadakan oleh sekelompok orang dari sebuah sanggar musik yang dilakukan di ruang pedestrian Malioboro
pada setiap hari sabtu atau pada saat-saat tertentu. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengidentifikasi
pola perilaku pengunjung yang terjadi pada ruang pentas musik jalanan dan dampaknya terhadap kualitas
pedestrian Malioboro. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif
yakni melakukan observasi langsung ke lokasi studi untuk mengetahui, memahami serta mengidentifikasi
secara langsung kondisi aktual yang ada pada kegiatan pentas musik. Selain itu untuk menganalisis data
digunakan metode behaviour mapping, yakni pemetaan prilaku untuk melihat bagaimana pejalan kaki
mengatur dirinya dalam ruang pentas musik jalanan. Teknik pemetaan yang digunakan adalah person-
centered mapping. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat beberapa pola perilaku yang terjadi pada ruang
pentas musik jalan Malioboro dan beberapa diantaranya dipengaruhi langsung oleh keberadaan pentas
musik jalanan yang berdampak pada berkurangnya kualitas pedestrian Malioboro.
Pada pengamatan 1, terdapat beberapa pukul 23.00. Pengunjung yang diteliti pola
aktivitas pangunjung yang membentuk pola perilakunya berjumlah 10 orang.
perilaku pengunjung terhadap ruang pentas
musik, yakni ;
1. Menoton pentas musik,
2. Berdiri
3. Mendokumentasikan aktivitas ( foto dan
video ),
4. Bermain handphone,
5. Duduk di bangku,
6. Duduk di lantai,
7. Duduk di pot bunga
8. Berbelanja dan / melihat - lihat
9. Makan
10. Membuang sampah di tempat sampah
11. Menunggu kendaraan onlline
Gambar 7. Place-centered mapping pengunjung #3
Selain beberapa aktivitas di atas, pada
pengamatan yang dilakukan terdapat beberapa Gambar diatas merupakan gambar
pengunjung yang pasif dengan kegiatan pentas pemetaan perilaku pengunjung 3 yang diamati
musik yang terjadi. Pengunjung type ini hanya pada pengamatan kedua. Dari pemetaan di atas,
melewati dan tidak memberikan perhatian pada pengunjung 3 tidak memberi perhatian pada
pentas musik yang terjadi, namun pola pentas musik yang terjadi, namun pola
pergerakan mereka terpengaruh dengan kegiatan pergerakannya secara langsung terpengaruh, hal
ini, yakni mereka memilih untuk mengitari ini dapat dilihat dari pemilihan rute yang diambil.
kerumanan pentas musik dibanding dengan Teknik yang sama dilakukan pada 9
memilih rute pejalan kaki yang terdapat pada pengunjung lainnya dan dari 10 pemetaan pola
celah ruang pentas musik. perilaku yang didapat disatukan ke dalam 1 peta
sehingga akan diketahui pola perilaku dari 10
Pengamatan 2 pengunjung pada ruang pentas musik jalanan.
Pengamatan 2 dilakukan pada hari sabtu, Berikut data pemetaan pola perilaku dari 10
tanggal 15 Juni 2019, dari pukul 18.00 hingga pengunjung pada pengamatan kedua;
disebabkan dari perilaku pengunjung yang
menumpuk pada celah yang seharusnya
disediakan untuk ruang pejalan kaki, sehingga
membuat pejalan kaki harus mengitari titik pentas
musik dengan rute yang lain. Selain melalui
selasar toko, badan jalan Malioboro pun dijadikan
rute untuk berjalan kaki, terdapat 6 dari 20
pengunjung yang mengambil rute ini.
KESIMPULAN
Berdasarkan identifikasi yang dilakukan,
terdapat beberapa aktivitas pengunjung
yang membentuk pola perilaku pengunjung
pada ruang pentas musik jalanan Malioboro,
yakni;
1. Menoton pentas musik,
Gambar 9. Placed-centered mapping pengamatan 1 2. Berdiri
dan 2 dari 20 pengunjung 3. Mendokumentasikan aktivitas ( foto dan
Sumber: Analisa Penulis, 2019 video ),
4. Bermain handphone,
Kualitas pedestrian
5. Duduk di bangku,
Dalam Peraturan Daerah Kota Yogyakarta
Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata 6. Duduk di lantai,
Ruang Wilayah Kota Yogyakarta Tahun 2010 – 7. Duduk di pot bunga
2029 yang mengatur rencana detail tata ruang 8. Berbelanja dan / melihat - lihat
kawasan Malioboro yang akan dijadikan 9. Makan
kawasan pendestrian yang berorientasi dan 10. Membuang sampah di tempat sampah
ramah kepada pejalan kaki (Tarigan & 11. Menunggu kendaraan onlline
Yogyakarta, 2018). Untuk menciptakan pedestrian
yang ramah pejalan kaki terdapat beberapa aspek Pola perilaku pengunjung yang terbentuk
yang harus dipenuhi, diantaranya adalah antara lain;
aksesibilitas dan kenyamanan (Premier’s Physical 1. Kerumunan yang tinggi pada ruang
Activity Taskforce & Department of Sport and pentas musik mengakibatkan pola
Recreation, 2007). pemilihan rute pejalan kaki mengitari
Jika melihat dari pola perilaku pengunjung pentas musik
pada pemetaan di atas maka aspek aksesibilitas
dari pedestrian menjadi terganggu. Hal ini
2. Kehadiran titik pentas musik berdampak Meng, Q., Zhao, T., & Kang, J. (2018).
positif pada ruang usaha yang berada di Influence of music on the behaviors of
sekitarnya, karena secara tidak langsung crowd in urban open public spaces.
membentuk pola perilaku pengunjung Frontiers in Psychology, 9(APR), 1–13.
untuk melihat dan atau amembeli baik https://doi.org/10.3389/fpsyg.2018.0059
kuliner maupun non kuliner. 6
3. Selain menenonton, sebagian besar
pengunjung yang diamati, Premier’s Physical Activity Taskforce, &
mendokumentasikan pentas musik Department of Sport and Recreation, G.
jalananan dalam bentuk foto maupun of W. A. (2007). Walk WA: A Walking
video, sehingga membuat mereka Strategy for Western Australia 2007 –
mencari sudut pandang yang baik dan 2020.
kurang peduli pada kenyamanan diri
sendiri dan orang lain. Robert C. Bogdan dan Stevcen, J. T. (1992).
4. Ada beberapa pengunjung yang Pengantar metoda penelitian kualitatif :
menjadikan titik pentas musik sebagai suatu pendekatan fenomenologis
titik jemput kendaraan online. terhadap ilmu-ilmu sosial.
5. Pentas musik menarik banyak perhatian Tarigan, M. K., & Yogyakarta, U. M. (2018).
sehingga terjadi penumpukan Mewujudkan Pembangunan Dan
pengunjung pada titik ini dan Penataan Wilayah Malioboro Sebagai
mengakibatkan beberapa pengunjung Wilayah Wisata Ramah Lingkungan,
harus duduk pada lantai dan pot bunga. 3(1), 305–311.
6. Tersedianya tempat sampah hanya pada
satu sisi pedestrian menimbulkan
perilaku yang kurang baik dari
pengunjung sehingga memilih
membuang sampah tidak pada
tempatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Doughty, K., & Lagerqvist, M. (2016). The
ethical potential of sound in public
space: Migrant pan flute music and its
potential to create moments of
conviviality in a ‘failed’ public square.
Emotion, Space and Society, 20, 58–67.
https://doi.org/10.1016/j.emospa.2016.0
6.002