Professional Documents
Culture Documents
1 PB PDF
1 PB PDF
2015
ABSTRACT
The water requirement of rice crop is compose of saturation, percolation, flooding and evapotranspiration. The amount of
evapotranspiration can be determined based on the value of potential evaporation and the rice crop coefficient values for
each period of growth. This study was aimed to assess the value of evapotranspiration and coefficient of IR64 iice (var.
Oryza sativa L.) in green house with inundation of 5 cm and 10 cm high. The results showed that the value of the
coefficient of the rice plant at 5 cm water level was 0.96 in early growth phase, 0.88 in the phase of active growth, 0.84 in
reproductive growth phase, and 0.56 in the ripening phase, while for the water level of 10 cm was 1.03 in the early growth
phase, 1.10 in the active growth phase, 1.03 in reproductive growth phase, and 0.71 in the ripening phase. Average of
rice productivity was 746.7 grains/plots for the water level 5 cm, and at 10 cm was 723.1 grains/plot. Inundation height of
5 cm could save water by 50% compared to 10 cm high inundation.
412
kali sebanyak itu (Sosrodarsono dan Takeda, Dimana:
1983). ETc = evapotranspirasi tanaman
Di lapangan, kendala yang sering dihadapi (mm/hari)
adalah dalam menentukan besarnya ETo = evaporasi potensial (mm/hari)
evapotranspirasi tanaman, karena keterbatasan 3. Nilai perkolasi diukur secara langsung yaitu
kesediaan alat yang akurat seperti lisimeter. Cara dengan menggunakan rumus:
menentukan evapotranspirasi tanaman selama
ini dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan
Dimana:
menentukan besarnya evaporasi potensial pada
h1 = tinggi awal (cm)
lokasi/wilayah pertanian kemudian dikalikan
h2 = tinggi akhir (cm)
dengan nilai koefisien tanamannya. Nilai
t = waktu selama 24 jam
koefisien tanaman yang digunakan diperoleh dari
4. Berat kering diperoleh dari seluruh bahan
data sekunder yang bukan dari tanaman yang
tanaman padi dipotong termasuk yang sudah
ditentukan nilai evapotranspirasinya. Kesulitan
layu kecuali gabah. Kemudian diovenkan
lain yang dihadapi di lapangan adalah
pada suhu ±700C selama 48 jam, setelah itu
memisahkan komponen-komponen kebutuhan air
ditimbang. Dan produksi tanaman padi
areal tanaman padi secara rinci, seperti
diperoleh dari jumlah gabah yang terkumpul
evapotranspirasi, perkolasi, penggenangan, dan
per plotnya, baik bulir yang berisi maupun
rembesan. Untuk itu perlu kajian awal di
bulir yang tidak berisi.
laboratorium/rumah kaca untuk menentukan
5. Untuk mengetahui signifikansi perbedaan
komponen-komponen kebutuhan air tersebut,
dalam jumlah bulir padi pada tinggi
secara lebih rinci, khususnya nilai
penggenangan 5 cm dan tinggi
evapotranspirasi dan koefisien tanaman padi
penggenangan 10 cm, maka digunakan
varietas IR64 (Oryza sativa) untuk setiap tahap
rumus uji-t yaitu:
pertumbuhannya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji evapotranspirasi dan koefisien tanaman
padi varietas IR64 (Oryza sativa L.) di rumah √( ) ( )
kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara.
dimana:
X = Rata-rata jumlah bulir padi dengan
BAHAN DAN METODE tinggi pengenangan 5 cm
Y = Rata-rata jumlah bulir padi dengan
Bahan-bahan yang digunakan dalam tinggi penggenangan 10 cm
penelitian ini adalah benih tanaman padi varietas SDx = Standar deviasi jumlah bulir padi
IR64, air, tanah, dan selotip (lakban). Alat-alat dengan tinggi penggenangan 5
yang digunakan dalam penelitian ini adalah cm
polibeg dengan ukuran diameter 24 cm dan tinggi SDy = Standar deviasi jumlah bulir padi
42 cm, plastik, penggaris, pancang kayu, pisau, dengan tinggi penggenangan 10
ember, gunting, stopwatch, alat tulis dan cm
kalkulator. N = Jumlah ulangan
Penelitian ini menggunakan metode
percobaan (eksperimen) untuk mengetahui
Evapotranspirasi dan koefisien tanaman padi HASIL DAN PEMBAHASAN
varietas IR64 (Oryza sativa L.). Besarnya
Evapotranspirasi Tanaman (Etc)
evaporasi diukur dengan evapopan class A. Hasil
Dari hasil pengukuran, nilai
pengukuran dengan evapopan dikalikan dengan
evapotranspirasi tanaman (Etc) pada setiap fase
koefisien 0,7.
pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 1.
1. Besarnya nilai evapotranspirasi tanaman
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa nilai
dapat diukur secara langsung yaitu dengan
evapotranspirasi tanaman yang terbesar terdapat
menggunakan skala per minggu, dimana:
pada fase pertumbuhan reproduktif yaitu untuk
Etc = rata-rata dari pengukuran per minggu x
genangan 5 cm sebesar 1,70 mm/hari dan untuk
0,50 kali (ukuran diameter polibeg 24
genangan 10 cm sebesar 2,10 mm/hari dan nilai
cm hasil pengukuran perlu dikalikan
evapotranspirasi tanaman yang terkecil terdapat
dengan koefisien 0,5).
pada fase pertumbuhan awal (vegetatif) yaitu
2. Nilai koefisien tanaman dapat ditentukan
untuk genangan 10 cm sebesar 1,45 mm/hari
dengan menggunakan rumus:
dan untuk genangan 5 cm terdapat pada fase
pemasakan sebesar 1,25 mm/hari, sedangkan
413
pada fase pertumbuhan aktif dan fase menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif
pertumbuhan pemasakan nilai evapotranspirasi tanaman maksimal terjadi pada periode tengah
tanamannya lebih kecil daripada fase pertumbuhan. Selain itu luas permukaan
pertumbuhan reproduktif dan lebih besar tanaman pada periode ini sudah mencapai
daripada fase pertumbuhan pemasakan, karena maksimum sehingga penguapan lebih besar.
fase pertumbuhan reproduktif lebih banyak Sedangkan pada periode awal, evapotranspirasi
membutuhkan air dibandingkan dengan fase lebih rendah karena tanaman masih kecil
pertumbuhan yang lain. Hal ini sesuai dengan sehingga luas permukaan tanaman untuk
literatur Islami dan Utomo (1995) yang melakukan penguapan lebih kecil.
414
Tabel 3. Nilai Koefisien Tanaman Padi (Kc)
Fase pertumbuhan Koefisin tanaman padi (Kc)
Untuk genangan 5 cm Untuk genangan 10 cm
Fase vegetative (0-30 hari) 0,96 1,03
Fase vegetative (31-45 hari) 0,88 1,10
Fase reproduktif (46-80 hari) 0,84 1,03
Fase pemasakan (81-110 hari) 0,56 0,71
Rata-Rata 0,81 0,98
415
dan tanah yang digenangi 10 cm yaitu 723,1 Semarang Press, Semarang.
biji/polibag.
Purwasasmita, M., dan A. Sutaryat, 2012. Padi
Sri Organik Indonesia. Penebar
DAFTAR PUSTAKA
Swadaya, Jakarta.
Hansen,V.E., O.W. Israelsen dan G.E.
Stringham, 1992. Dasar dasar dan Praktek Soewarno, 2000. Hidrologi Operasional. Jilid
Irigasi. Penejemah: Endang. Erlangga, kesatu. Citra Aditya Bakti, Bandung
Jakarta.
Sosrodarsono, S dan K. Tekada, 1983.
Islami, T., dan W.H. Utomo, 1995. Hubungan Hidrologi untuk pengairan. Pradnya
Tanah, Air dan tanaman. IKIP
Paramita, Jakarta.
416