You are on page 1of 12

1.

922 Jurnal Pendidikan Guru Seolah Dasar Edisi 20 Tahun ke-7 2018

SIKAP PENERIMAAN SOSIAL SISWA REGULER TERHADAP SISWA ABK DI


KELAS ATAS SEKOLAH DASAR INKLUSI 1 NGULAKAN KULON PROGO
YOGYAKARTA

THE ATTITUDE OF SOCIAL ACCEPTANCE OF REGULAR CHILDREN TO


CHILDREN WITH SPECIAL NEEDED IN THE UPPER GRADE AT 1 NGULAKAN
INCLUSIVE ELEMENTARY SCHOOL
Oleh: Septi Wijiastuti, PSD/PGSD, email: septiwijiastuti3@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: (1) sikap penerimaan sosial
siswa reguler terhadap keberadaan siswa ABK, dan (2) variasi penerimaan sosial siswa reguler
terhadap siswa ABK di SD Inklusi 1 Ngulakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan mix method
dengan model Concurrent Triangulation Strategy. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 5,7 %
siswa SD Inklusi 1 Ngulakan memiliki sikap penerimaan sosial sangat tinggi, 34,6 % siswa SD Inklusi
1 Ngulakan memiliki sikap penerimaan sosial tinggi, 28, 8% siswa SD Inklusi 1 Ngulakan memiliki
sikap penerimaan sosial sedang, 25% siswa SD Inklusi 1 Ngulakan memiliki sikap penerimaan sosial
rendah, dan 5, 7% siswa SD Inklusi 1 Ngulakan memiliki sikap penerimaan sosial sangat rendah. Dari
data kualitatif disimpulkan bahwa pada umumnya siswa SD Inklusi 1 Ngulakan tidak menerima
apabila siswa ABK memiliki sikap, sifat dan kepribadian yang negatif, tetapi menerima kekurangan
atau kebutuhan khusus siswa ABK.

Kata kunci: sikap penerimaan sosial, siswa ABK

Abstract
This study aims to know and describe: (1) the attitude of social acceptance of regular
students to the existence of children with special needed and (2) the variation of social acceptance of
regular students to the existence of children with special needed at SD Inklusi 1 Ngulakan. This study
used the approach of mix method and the types of research was Concurrent Triangulation Strategy.
The result of this study show 5,7% students had a very high in the attitude of social acceptance,
34,6% students had a high level in the attitude of social acceptance, 28,8% students had medium in
the attitude of social acceptance, 25% students had a low level in the attitude of social acceptance,
and 5,7% students had a very low level in the attitude of social acceptance. Based on the qualitative
data, it can be concluded basically the students of SD Inklusi 1 Ngulakan do not accept the ABK
students if they have a negative attitude, a negative characteristic, and a negative personality but the
regular students can accept the weaknesses of children with special needed or their special needs.

Keywords: social acceptance, children with special needed


PENDAHULUAN dasar sebagai modal utama yang mampu
memberikan pengetahuan dan pengalaman
Pendidikan menjadi kunci bagi secara menyeluruh sebagai bekal untuk
keberlangsungan hidup umat manusia. menghadapi hal tersebut.
Pendidikan berperan penting dalam Pendidikan dasar atau sekolah dasar
meningkatkan sumber daya manusia yang ditempuh oleh anak pada masa kanak-kanak
unggul dan kompetitif sebagai upaya untuk akhir. “Masa ini dialami anak pada usia 6
mempersiapkan diri dalam menghadapi tahun sampai masuk ke masa pubertas dan
tantangan perkembangan zaman. Hal ini masa remaja awal yang berkisar pada usia
berlaku pada semua tahapan pendidikan, 11-13 tahun” Izzaty (2013: 103). Pada
mulai dari dasar hingga atas. Pendidikan dasarnya masa kanak-kanak akhir dibagi
Sikap Penerimaan Sosial …. (Septi Wijiastuti) 1.923

menjadi 2 fase. Fase yang pertama yaitu kurang tersebut dapat disebabkan oleh
masa kelas rendah Sekolah Dasar yang stigma yang negatif atas perbedaan yang
berlangsung antara usia 6/7 tahun – 9/10 dimiliki, selain itu belum dipahaminya
tahun, biasanya duduk di kelas 1, 2, dan 3 kebutuhan anak luar biasa.
Sekolah Dasar. Fase yang kedua yaitu masa Manfaat yang diharapkan dari adanya
kelas tinggi Sekolah Dasar, yang pendidikan inklusi ini adalah siswa lain
berlangsung antara usia 9/10 tahun – 12/13 dapat belajar dan mengenal tentang orang-
tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5, orang yang berbeda dengan dirinya. Mereka
dan 6 Sekolah Dasar (Izzaty, 2013: 114- dapat menghargai orang-orang dengan
115). kondisi yang berbeda, baik dari cara belajar,
Pendidikan dasar atau Sekolah dasar fisik, dan emosional melalui berbagai
memberikan pengalaman baru yang pengalaman yang didapatkan dari sekolah
menuntut anak untuk mengadakan inklusi. Manfaat lain yang dirasakan dari
penyesuaian dengan lingkungan sekolah. pendidikan inklusi adalah pandangan
Pengalaman saat masuk sekolah merupakan negatif dari pendidik ataupun siswa lain
peristiwa penting bagi kehidupan anak, mulai berubah. Mereka yang sudah mulai
sehingga mengakibatkan perubahan dalam bergaul dengan anak dengan kebutuhan
sikap, nilai dan perilaku. Dalam Undang- khusus mulai menerima dan mengenal
Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang mereka sebagai anggota kelas yang
menyatakan bahwa “Setiap warga Negara berharga.
berhak mendapat pendidikan”. Hal ini dapat Penerimaan sosial yang positif dapat
diartikan bahwa Negara Indonesia telah memudahkan anak dalam pembentukan
memberikan jaminan pendidikan bagi tingkah laku sosial yang diinginkan,
seluruh warganya tanpa terkecuali, reinforcement atau modeling dan pelatihan
termasuk mereka yang memiliki perbedaan secara langsung dapat meningkatkan
atau kelainan yang biasa disebut dengan keterampilan sosial. Pemilihan teman untuk
anak berkebutuhan khusus. aktivitas tertentu di dalam kelompok
Anak berkebutuhan khusus memiliki dimana anak tersebut menjadi anggota juga
kesempatan yang sama dalam memperoleh disebut sebagai penerimaan sosial. Hal
pendidikan. Pendidikan inklusi menyatukan tersebut dapat dijadikan indeks keberhasilan
siswa regular dan siswa ABK dalam kelas dari anak untuk berperan dalam kelompok
yang sama. Penyelenggaraan pendidikan sosial serta menunjukkan derajat rasa suka
inklusi disekolah regular secara umum dari anggota kelompok lain untuk
bertujuan untuk memberikan kesempatan bekerjasama dalam kelompok.
yang sama bagi seluruh siswa tanpa Sangat penting bagi seorang anak
terkecuali mereka para siswa yang untuk diterima oleh teman sebaya dalam
berkebutuhan khsus untuk sama-sama kelompok sosialnya. Penolakan dari teman
memperoleh pendidikan yang bermutu sebaya dalam kelompok sosialnya akan
sesuai dengan kebutuhan dan berpengaruh sangat besar bagi seorang
kemampuannya masing-masing. Anak anak, hal tersebut akan berpengaruh
dengan kebutuhan khusus memerlukan terhadap kehidupan sosial pada anak itu
penerimaan dari kelompoknya. Penerimaan sendiri. Apabila seorang anak mengalami
dari kelompok sangat penting bagi mereka, penolakan sosial dari kelompoknya akan
namun anak dengan kebutuhan khusus menyebabkan anak tersebut kesulitan dalam
memiliki hambatan dalam beradaptasi bersosialisasi sehingga menyebabkan
dengan lingkungannya. Hal tersebut dapat interaksi sosial anak tersebut menjadi
disebabkan karena kekurangan yang sempit. Hal tersebut akan menyebabkan
dimiliki maupun dikarenakan lingkungan anak tersebut menjadi pribadi yang tertutup,
yang masih kurang menerima kehadiran terutama apabila hal tersebut terjadi pada
mereka dalam kelompok. Penerimaan yang anak berkebutuhan khusus akan
1.924 Jurnal Pendidikan Guru Seolah Dasar Edisi 20 Tahun ke-7 2018

menyebabkan anak kurang percaya diri kepada guru atau teman yang lainnya ketika
terlebih dengan kebutuhan khusus yang mengalami kesulitan dalam kegiatan belajar
dimilikinya. mengajar.
Anak yang memiliki penerimaan diri Banyak terjadi kasus-kasus penolakan
yang positif akan merasa lebih puas dan siswa reguler terhadap siswa ABK.
bahagia terhadap dirinya sendiri. Terdapat 1 siswa ABK (slowlearner) di
Sebaliknya apabila seorang anak merasa kelas VI yang selalu diejek teman-teman
ditolak oleh kelompok sosial atau satu kelas karena siswa tersebut dianggap
masyarakat, ia akan merasa tidak bahagia sebagai sumber keributan dan selalu
dan kurang dapat menyesuaikan diri dengan menjahili teman-teman. Terdapat 2 siswa
lingkungan. Hal tersebut akan berdampak ABK (slowlearner) dikelas V diejek karena
pada konflik sosial antar teman sebaya di dia lama dalam membaca dan mengerjakan
sekolah. soal matematika sehingga membuat siswa
Berdasarkan hasil observasi pada hari yang lainnya menunggu lama. Terdapat 1
Jum’at, Sabtu dan Senin tanggal 3 Maret siswa ABK (tuna grahita) di kelas IV yang
2017, 4 Maret 2017 dan 6 Maret 2017 hanya mau duduk dan bermain dengan 1
diketahui bahwa di kelas IV terdapat 1 siswa saja, karena jika dengan siswa yang
siswa ABK yaitu tuna grahita, di kelas V lainnya dia selalu dijahili dan dipukuli.
terdapat 7 siswa ABK yaitu 4 siswa Siswa reguler belum mampu memahami
slowlearner dan 3 siswa tuna grahita, dan di keadaan siswa ABK dengan segala
kelas VI terdapat 1 siswa ABK yaitu tuna keterbatasannya, mereka memandang siswa
grahita. Terlihat beberapa siswa reguler ABK dengan kacamata mereka sebagai
kurang dapat menerima keberadaan siswa siswa normal, tanpa mencoba
ABK, hal tersebut terlihat ketika jam membayangkan bagaimana jika mereka
istirahat hanya beberapa siswa yang yang berada di posisi siswa ABK, akan
bersedia menjalin interaksi dengan siswa tetapi belum ada yang meneliti tentang
ABK, selebihnya terlihat cuek, menjauh sikap penerimaan sosial siswa reguler
dan enggan untuk berinteraksi dengan siswa terhadap siswa ABK di kelas atas. Oleh
ABK. Ketika di kelas ada siswa ABK yang sebab itu, penting dilakukan penelitian
hanya duduk menyendiri sedangkan yang mengenai sikap penerimaan sosial siswa
lain asyik mengobrol tanpa mencoba reguler di kelas IV, V, dan VI Sekolah
mengajak siswa ABK tersebut bergabung. Dasar inklusi 1 Ngulakan Kulon Progo
Hasil observasi pada hari Rabu Yogyakarta.
tanggal 8 Maret 2017 juga menunjukkan
bahwa sebagian besar siswa ABK yang ada
METODE PENELITIAN
disana cenderung tertutup, pemalu dan
pendiam. Tertutup, terlihat pada saat jam Jenis Penelitian
pelajaran berlangsung siswa ABK tidak Penelitian ini menggunakan metode
mau bertanya kepada guru atau pada siswa kombinasi (mixedmethod). Penelitian ini
lain dan pada saat istirahat siswa ABK tidak mengkombinasikan atau menggabungkan
ikut keluar kelas untuk bermain bersama antara suatu metode kuantitatif dan metode
siswa regular yang lain. Pemalu, terlihat kualitatif untuk digunakan secara bersama-
pada saat siswa ABK tidak mau disuruh sama dalam satu kegiatan penelitian,
membacakan hasil pekerjaan pada tugas sehingga dari penelitian tersebut diperoleh
bahasa Indonesia. Pendiam, terlihat pada data yang lebih komprehensif valid,
saat istirahat yaitu siswa tidak mengajak reliabel, dan obyektif. Penelitian ini
berbicara siswa yang lainnya. Hal tersebut menggunaan metode kombinasi model
didukung dengan hasil wawancara dengan Concurrent Triangulation Strategy
guru kelas IV, V dan VI. Beberapa siswa (Sugiyono, 2013:411)
slowlearner tidak mau meminta tolong
Sikap Penerimaan Sosial …. (Septi Wijiastuti) 1.925

benda-benda yang sangat kecil (proton dan


Tempat dan Waktu Penelitian electron) maupun yang sangat jauh (benda
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah ruang angkasa) dapat diobservasi secara
Dasar Negeri 1 Ngulakan Kecamatan jelas. Peneliti menggunakan teknik obervasi
Pengasih Kabupaten Kulon Progo, nonpartisipan, yaitu peneliti tidak terlibat
Yogyakarta. Waktu penelitian dilaksanakan hanya sebagai pengamat independen dan
pada tanggal 23 Mei hingga 14 Juni 2017. menggunakan observasi terstruktur yaitu
observasi yang telah dirancang secara
Populasi dan Sampel Penelitian sistematis tentang apa yang akan diamati,
Teknik pemilihan sampel dalam kapan, dan dimana tempatnya.
penelitian ini menggunakan teknik
sampling jenuh yaitu peneliti menggunakan
semua anggota populasi sebagai sampel. Instrumen Penelitian
Sampel dari penelitian ini ialah siswa yang Instrumen penelitian adalah alat ukur yang
berada satu kelas dengan siswa digunakan untuk mengukur fenomena alam
berkebutuhan khusus di SD Negeri 1 maupun sosial yang diamati (Sugiyono,
Ngulakan kelas IV, V, dan VI. Alasan 2013: 148). Langkah-langkah dalam
peneliti mengambil siswa yang berada penyusunan instrumen yang pertama
dalam satu kelas dengan siswa ABK adalah mendefinisikan konstrak dan yang ke dua
karena siswa yang berada satu kelas dengan menyidik faktor sehingga didapatkan
siswa ABK lebih mengetahui dan faktor-faktor yang mengkonstrak
memahami keadaan siswa ABK sehari-hari. penerimaan sosial siswa reguler terhadap
siswa ABK yaitu ekspresi wajah atau nada
suara dari oranglain, perlakuan terhadap
Teknik Pengumpulan Data siswa ABK, kesediaan melakukan apa yang
Teknik pengumpulan data dalam anak ABK inginkan, banyaknya teman atau
penelitian ini adalah menggunakan sahabat, perkataan orang lain, sebutan dari
kuesioner. Kuisioner atau angket orang lain. Dilanjutkan dengan menyusun
merupakan teknik pengumpulan data yang butir-butir pertanyaan (Hadi, 1991: 7-11).
dilakukan melalui cara memberi
seperangkat pertanyaan ataupun pernyataan Teknik Analisis Data
tertulis kepada responden untuk mereka Teknik analisis data kuantitatif dalam
jawab. Kuesioner dapat berupa pertanyaan penelitian ini menggunakan teknik analisis
terbuka ataupun pertanyaan tertutup data deskriptif kuantitatif. Untuk
(Sugiyono, 2013: 192). memperjelas proses analisis maka
Pada penelitian ini menggunakan dilakukan pengkategorian. Pengkategorian
angket tertutup untuk memperoleh data tersebut menggunakan Mean dan Standar
tentang penerimaan sosial siswa reguler di Deviasi. Menurut Azwar (2010: 43) untuk
kelas atas. Setelah siswa mengisi angket menentukan kriteria skor dengan
dilanjutkan teknik pengumpulan data menggunakan Penilaian Acuan Norma
berupa observasi. Observasi merupakan (PAN) dalam skala pada tabel 5 sebagai
kegiatan yang dilakukan untuk mengamati berikut :
suatu objek yang sedang diteliti. Menurut
Nasution (Sugiyono, 2013: 309)
menyatakan bahwa, obervasi adalah dasar
semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan
hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu
fakta mengenai dunia kenyataan yang
diperoleh melalui observasi. Data itu
dikumpulkan dan sering dengan bantuan
berbagai alat yang sangat canggih, sehingga
1.926 Jurnal Pendidikan Guru Seolah Dasar Edisi 20 Tahun ke-7 2018

data atau satuannya, berasal dari


Tabel 5. Norma Penilaian Tingkat sumber mana. Perlu diketahui
Penerimaan Sosial bahwa dalam pembuatan kode
No Interval Kategori untuk analisis data dengan
1 M + 1,5 SD < X Sangat tinggi computer cara kodenya lain, karena
M + 0,5 SD < X ≤ disesuaikan dengan keperluan
2 Tinggi analisis computer tersebut.
M + 1,5 SD
M - 0,5 SD < X ≤ b. Kategorisasi
3 Sedang 1) Menyusun kategori. Kategorisasi
M + 0,5 SD
M - 1,5 SD < X ≤ adalah upaya memilah-milah setiap
4 Rendah satuan ke dalam bagian-bagian yang
M - 0,5 SD
Sangat memiliki kesamaan.
5 X ≤ M - 1,5 SD 2) Setiap kategori diberi nama yang
Rendah
Sumber: Azwar, 2010: 43) disebut label.
Keterangan: c. Sintesisasi
M: Nilai rata-rata (Mean) 1) Mensintesiskan berarti mencari
X: Skor kaitan antara satu kategori dengan
SD : Stándar Deviasi kategori lainnya.
Menurut Sudijono (2009: 121) 2) Kaitan satu kategori dengan
rumus deskriptif persentase sebagai kategori lainnya diberi nama atau
berikut: label lagi.
P =F/N 100% d. Menyusun ‘Hipotesis Kerja’
Keterangan: Hal ini dilakukan dengan jalan
P = Persentase yang dicari merumuskan suatu pernyataan yang
(Frekuensi Relatif) proposisional. Hipotesis kerja ini
F = Frekuensi sudah merupakan teori substantif
N = Jumlah Responden (yaitu kategori yang berasal dan masih
Teknik analisis data kualitatif dalam terkait dengan data). Hipotesis kerja
penelitian ini menggunakan metode hendaknya terkait dan sekaligus
perbandingan tetap atau Comparative menjawab pertanyaan penelitian.
Method karena dalam analisis data secara
tetap membandingkan satu data dengan
data yang lain, dan kemudian secara tetap HASIL PENELITIAN DAN
membandingkan kategori dengan kategori PEMBAHASAN
yang lainnya ( Moleong, 2010: 288). Hasil Penelitian Kuantitatif
Secara umum proses analisis datanya Hasil analisis data sikap penerimaan
mencakup: sosial siswa reguler di kelas atas sekolah
a. Reduksi Data dasar inklusi 1 ngulakan diperoleh skor
1) Identifikasi satuan (unit). Pada terendah (minimum) 52,00 skor tertinggi
mulanya diidentifikasikan adanya (maksimum) 90,00 rerata (mean) 70,34
satuan yaitu bagian terkecil yang standardeviasi 9,28. Hasil selengkapnya
ditemukan dalam data yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
memiliki makna bila dikaitkan
dengan fokus dan masalah
penelitian.
2) Sesudah satuan diperoleh, langkah
berikutnya adalah membuat koding.
Membuat koding berarti
memberikan kode pada setiap
satuan, agar tetap dapat ditelusuri
Jurnal Pendidikan Guru SSekolah Dasar EdisiSikap Penerimaan
September Sosial
Tahun 2017….ke..20..
(Septi Wijiastuti) 1.927

Tabel 6. Statistik sikap penerimaan sosial Berdasarkan nilai rata-rata,


rata, yaitu 70,346
siswa reguler
uler terhadap siswa ABK di sikap penerimaan sosial siswa reguler di
kelas atas sekolah dasar inklusi 1 kelas atas sekolah dasar inklusi 1 Ngulakan
Ngulakan masuk dalam kategori “tinggi”. Apabila
Statistik ditampilkan
an dalam bentuk gambar, maka
N 52 data sikap penerimaan sosial siswa reguler
Mean 70,34 terhadap siswa ABK di kelas atas sekolah
Median 70,50 dasar inklusi 1 Ngulakan gambar 1 sebagai
Mode 78,00 berikut:
St. Deviasi 9,28
Sikap Penerimaan Sosial Siswa Reguler
Minimum 52,00
terhadap siswa ABK di Kelas Atas
Maximum 90,00 Sekolah Dasar Inklusi 1 Ngulakan
100
Apabila ditampilkan dalam bentuk 80
distribusi frekuensi, maka data sikap
60 34,615
penerimaan sosial siswa reguler terhadap 28,847 %
siswa ABK di kelas atas sekolah dasar 25 % %
40
inklusi 1 Ngulakan disajikan pada tabel
5,769% 5,769 %
sebagai berikut: 20
Tabel 7. Deskripsi sikap penerimaan sosial
0
siswa reguler terhadap siswa ABK di
kelas atas sekolah dasar inklusi 1
Ngulakan

No Interval Klasifikasi F %
1 84,26 Sangat 3 5,769% Gambar 1. Sikap Penerimaan Sosial Siswa
<X Tinggi Reguler terhadap siswa ABK di
2 74,98 Tinggi 18 34,615% Kelas Atas Sekolah Dasar Inklusi 1
< X ≤ Ngulakan.
84,26
3 65,70 Sedang 15 28,847% Hasil Penelitian kualitatif
< X ≤
Berdasarkan analisis jawaban per
74,98
indikator, dapat dikelompokkan sesuai
4 56,42 Rendah 13 25% dengan indikator penerimaan sosial, yaitu:
< X ≤ 1. Ekspresi wajah atau nada suara dari
65,70 orang lain
5 Sangat 3 5,769% Pernyataan yang menyangkut ekspresi
X ≤ rendah wajah atau nada suara dari orang lain
56,42 terdapat pada pernyataan nomor 1, 2, 3, 4,
Jumlah 52 100% dan 5. Dari 5 pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa responden menerima
Berdasarkan tabel di atas siswa ABK dalam bentuk ekspresi wajah
menunjukkan bahwa sikap penerimaan penggunaan nada
yang terlihat dan penggu
sosial siswa reguler di kelas atas sekolah terhadap siswa ABK. Pada pernyataan
dasar inklusi 1 ngulakan berada pada nomor 1, disimpulkan bahwa responden
kategori “sangat rendah” sebesar 5,796% tidak pernah mengekspresikan kemarahan
(3 siswa), kategori “rendah” 25% (13 terhadap ABK dalam bentuk kekerasan
siswa), kategori “sedang” 28,847% (15 dengan alasan kasihan namun ada 10
siswa), kategori “tinggi” 34,615% (18 responden yang memilih kadang
kadang-kadang
siswa), “sangat tinggi” 5,769% (3 siswa). dengan alasan siswa ABK me membuat
1.928 Jurnal Pendidikan Guru Seolah Dasar Edisi 20 Tahun ke-7 2018

responden jengkel. Pada pernyataan nomor karena siswa ABK mendapat perhatian
2 responden memilih jawaban kadang- khusus dari guru. Pada pernyataan nomor 9
kadang bercanda dengan siswa ABK responden tidak pernah menghindari siswa
dengan alasan agar siswa ABK selalu ABK dengan alasan karena tidak boleh
bergembira, namun terdapat 15 responden membeda-bedakan teman, namun terdapat
yang menjawab tidak pernah dengan alasan 3 responden yang menjawab sering dengan
karena tidak suka. Pada pernyataan nomor alasan karena tidak suka ABK.
3 responden yang menjawab tidak pernah 3. Kesediaan melakukan apa yang anak
menunjukkan ekspresi rasa iri dengan ABK inginkan
siswa ABK yang mendapatkan perhatian Pernyataan yang menyangkut kesediaan
khusus dari guru memberikan alasan melakukan apa yang anak ABK inginkan
karena siswa ABK memang perlu perhatian terdapat pada pernyataan nomor 10, 11, 12,
lebih khusus daripada siswa lainnya. Pada dan 13. Dari 4 pernyataan tersebut dapat
pernyataan nomor 4 responden kadang- disimpulkan bahwa responden menerima
kadang berbicara menggunakan nada siswa ABK dalam bentuk kesediaan
rendah ke siswa ABK dengan alasan responden melakukan apa yang anak ABK
karena hanya membicarakan yang rahasia inginkan. Pada pernyataan nomor 10
misal diskusi kelompok, tetapi terdapat 14 responden kadang-kadang ikut membantu
responden yang memilih jawaban tidak siswa ABK saat mengalami kesulitan
pernah dengan alasan karena suara tidak karena kasihan kepada siswa ABK, namun
terdengar. Pada pernyataan nomor 5 terdapat 5 responden yang memilih
responden tidak pernah berbicara jawaban tidak pernah karena tidak tahu apa
menggunakan nada tinggi ke siswa ABK yang harus dibantu. Pada pernyataan
dengan alasan tidak baik dan merasa nomor 11 responden kadang-kadang mau
kasihan namun ada 18 responden yang bekerja kelompok bersama dengan siswa
memilih jawaban kadang-kadang dengan ABK dengan alasan karena siswa ABK
alasan karena kesal dengan siswa ABK. sering mengemukakan pendapat, namun
2. Perlakuan terhadap siswa ABK terdapat 15 responden yang menjawab
Pernyataan yang menyangkut perlakuan tidak pernah dengan alasan karena tidak
terhadap siswa ABK terdapat pada suka ABK. Pada pernyataan nomor 12
pernyataan nomor 6, 7, 8, dan 9. Dari 4 responden sering mendengarkan ketika
pernyataan tersebut dapat disimpulkan siswa ABK berbicara dengan alasan jika
bahwa responden menerima siswa ABK ada yang berbicara harus mendengarkan
dalam bentuk perlakuan yang mereka bukan mencela, namun terdapat 2
berikan kepada siswa ABK. Pada responden yang memilih jawaban tidak
pernyataan nomor 6 responden mengajak pernah dengan alasan karena siswa ABK
berbicara siswa ABK dengan alasan karena nakal. Pada pernyataan nomor 13
kasihan jika sendirian namun terdapat 6 responden tidak penah menolak ajakan
responden yang menjawab tidak pernah siswa ABK untuk bermain bersama dengan
karena siswa ABK menjengkelkan. Pada alasan supaya bisa lebih akrab dengan
pernyataan nomor 7 responden mengajak siswa ABK, namun terdapat 2 responden
siswa ABK bermain bersama agar mereka yang menjawab selalu dengan alasan malu.
senang dan tidak bersedih, tetapi terdapat 4. Banyaknya teman atau sahabat
11 responden yang menjawab tidak pernah Pernyataan yang menyangkut banyaknya
dengan alasan tidak suka bermain dengan teman atau sahabat terdapat pada
siswa ABK. Pada pernyataan nomor 8 pernyataan nomor 14, 15, 16, 17 dan 18.
responden selalu menganggap siswa ABK Dari 5 pernyataan tersebut dapat
sebagai teman yang sama dengan teman disimpulkan bahwa responden menerima
yang lainnya, namun terdapat 7 responden siswa ABK dalam bentuk mau menjadi
yang menjawab tidak pernah dengan alasan teman atau sahabat siswa ABK. Pada
Sikap Penerimaan Sosial …. (Septi Wijiastuti) 1.929

pernyataan nomor 14 responden tidak pernah dengan alasan karena tidak ada
pernah menolak menjadi teman satu yang dipuji.
bangku dengan siswa ABK dengan alasan 6. Sebutan dari orang lain
kasihan dan jika ada yang kesusahan bisa Pernyataan yang menyangkut sebutan ABK
saling membantu, namun ada 3 responden dari responden terdapat pada pernyataan
yang memilih jawaban selalu dengan nomor 21, 22, dan 23. Dari 3 pernyataan
alasan karena tidak suka ABK. Pada tersebut dapat disimpulkan bahwa
pernyataan nomor 15 responden kadang- responden menerima siswa ABK dalam
kadang mau menjadi teman satu kelompok bentuk sebutan ABK dari responden. Pada
saat mengerjakan tugas dengan siswa ABK pernyataan nomor 21 responden selalu
dengan alasan terpaksa karena keputusan memanggil siswa ABK sesuai dengan
dari guru, namun terdapat 10 responden namanya alasannya karena kalau
yang mejawab tidak pernah dengan alasan memanggil bukan nama akan menyakiti
karena tidak suka ABK. Pada pernyataan hati ABK. Pada pernyataan nomor 22
nomor 16 responden selalu bersedia responden tidak pernah menganggap semua
menjadi teman bermain siswa ABK dengan siswa ABK itu “tidak pintar” dengan alasan
alasan bermain dengan teman yang lebih karena siswa ABK itu pintar karena
banyak akan menyenangkan, namun ada 13 memiliki bakat yang berbeda. Pada
responden yang menjawab tidak pernah pernyataan nomor 23 responden tidak
dengan alasan karena tidak suka ABK. pernah memiliki julukan khusus untuk
Pada pernyataan nomor 17 responden tidak siswa ABK karena siswa ABK sudah
pernah menolak menjadi sahabat siswa memiliki nama dari orang tua masing-
ABK dengan alasan karena mempunyai masing.
banyak sahabat akan lebih menyenangkan, Berdasarkan analisis pada tiap
namun terdapat 1 responden yang memilih indikator yang telah dikemukakan di atas,
jawaban selalu dengan alasan karena selalu dapat diambil kesimpulan mengenai sikap
menghindar dari ABK. Pada pernyataan penerimaan sosial oleh responden terhadap
nomor 18 responden tidak pernah menjauh siswa ABK di kelas atas SD Inklusi 1
saat ada siswa ABK di kelas dengan alasan Ngulakan adalah sebagai berikut:
karena kasihan jika siswa ABK sendiri. Dari enam indikator di atas yaitu
5. Perkataan orang lain ekspresi wajah atau nada suara dari orang
Pernyataan yang menyangkut perkataan lain, perlakuan terhadap siswa ABK,
orang lain terhadap ABK terdapat pada kesediaan melakukan apa yang anak ABK
pernyataan nomor 19 dan 20. Dari 2 inginkan, banyaknya teman atau sahabat,
pernyataan tersebut dapat disimpulkan perkataan orang lain dan sebutan dari orang
bahwa responden menerima siswa ABK lain dengan pernyataan sebanyak 23 butir
dalam bentuk perkataan responden didapatkan kesimpulan bahwa responden,
terhadap siswa ABK. Pada pernyataan yaitu siswa kelas atas SD Inklusi 1
nomor 19 responden tidak pernah Ngulakan menerima adanya siswa ABK di
menggunakan kata-kata tidak baik saat kelas ataupun kelompok mereka. Dari
berbicara dengan siswa ABK karena katut enam indikator di atas dapatdilihat bahwa
menyinggung perasaan mereka, namun responden memiliki sikap penerimaan
terdapat 6 responden yang memilih sosial yang tinggi terhadap siswa ABK di
jawaban kadang-kadang dengan alasan sekolah mereka. Hal tersebut ditunjukkan
karena siswa ABK sering menjengkelkan. pada setiap item pada tiap indikator,
Pada pernyataan nomor 20 responden responden mengemukakan alasan bahwa
kadang-kadang memuji siswa ABK dengan mereka tidak mempermasalahkan
alasan karena merasa kasihan dan agar kebutuhan khusus siswa ABK walaupun
siswa ABK senang, namun terdapat 11 tidak setuju dengan perilaku atau sifat
responden yang memilih jawaban tidak buruk yang dilakukan oleh siswa ABK.
1.930 Jurnal Pendidikan Guru Seolah Dasar Edisi 20 Tahun ke-7 2018

Terdapat variasi pada penerimaan penerimaan sosial siswa yang tinggi


sosial oleh responden terhadap adanya memiliki persentase yang lebih tinggi
siswa ABK di kelas atas SD Inklusi 1 daripada tingkat penerimaan sosial yang
Ngulakan, yaitu: (1) Siswa kelas atas SD rendah yaitu 34,6 % dan 25%. Sementara
Inklusi 1 Ngulakan pada umumnya tingkat penermaan sosail siswa dengan
menerima keadaan siswa ABK terkait kategori sangat tinggi memiliki persentase
dengan kebutuhan khusus yang dialami 5,7 % dan tingkat penerimaan sosial
oleh siswa ABK, tetapi dapat disimpulkan dengan kategori sangat rendah memiliki
ada kolom alasan responden memberikan persentase 5,7 %. Dari persentase di atas
pernyataan bahwa mereka menerima siswa dapat dilihat bahwa persentase antara siswa
ABK di kelas mereka, tetapi tidak pernah yang memiliki penerimaan sosial dengan
atau tidak menerima apabila siswa ABK kategori sangat tinggi dan tinggi dengan
memiliki sikap dan perilaku atau kategori rendah dan sangat rendah hampir
kepribadian yang negatif. Sehingga pilihan seimbang. Tetapi menurut analisis
pada angket yang diberikan, responden kualitatif yang didapat dari alasan yang
memilih pilihan jawaban kadang-kadang dikemukakan oleh responden pada setiap
atau tidak pernah pada pernyataan negatif, pernyataan menyatakan bahwa siswa
tetapi pada kolom alasan responden menerima kebutuhan khusus yang dimiliki
menyatakan bahwa mereka tidak menerima siswa ABK di kelas mereka.
atau setuju pada sikap, perilaku atau Hal tersebut dikarenakan pada angket
kepribadian yang negatif tetapi idak dengan pilihan jawaban skala responden
mempermasalahkan kebutuhan khusus memang memiliki variasi jawaban dari
yang dimiliki siswa ABK. (2) Terdapat selalu, sering, kadang-kadang dan tidak
beberapa responden yang tidak menerima pernah sehingga diperoleh deskripsi
siswa ABK pada beberapa pernyataan persentase antara siswa yang memiliki
dengan memberikan alasan bahwa siswa penerimaan sosial dengan kategori rendah
ABK kadang menjengkelkan. dan sangat rendah hampir seimbang. Hasil
Hasil dari analisis kualitatif yaitu deskripsi kuantitatif dan kualitatif dapat
siswa tidak menerima siswa ABK apabila dikatakan berbeda, tetapi apabila dicermati
siswa ABK menunjukkan sikap dan lebih lanjut pada data kualitatif yaitu alasan
perilaku sosial yang rendah, tetapi siswa yang dikemukakan oleh responden,
pada umumnya menerima kebutuhan responden yang memiliki jawaban kadang-
khusus atau kekurangan yang dimiliki oleh kadang dan tidak pernah yang
siswa. menghasilkan deskripsi tingkat penerimaan
Kebanyakan siswa ABK di kelas atas sosial rendah dan sangat rendah
SD Inklusi 1 Ngulakan memiliki perilaku dikarenakan responden tidak menerima
yang baik, hal tersebut ditunjukkan oleh tindakan/perilaku/sifat negatif yang
alasan yang dikemukakan siswa yaitu ditunjukkan oleh siswa ABK. Responden
siswa ABK pandai dalam menyampaikan tidak menyatakan bahwa mereka tidak
pendapat saat berdiskusi dan aktif di dalam menerima keadaan berbeda yang dimiliki
kelompok. Tetapi ada siswa ABK yang oleh siswa ABK. Bahkan dari beberapa
nakal dan sering membuat jengkel. alasan yang dikemukakan oleh siswa
dilihat bahwa mereka memaklumi keadaan
siswa ABK sehingga mungkin saja untuk
Pembahasan melalukan tindakan/perilaku/memiliki sifat
Pada bagian ini dibahas mengenai yang negatif.
hasil penelitian yang telah di lakukan di SD Hasil tersebut didukung oleh
Inklusi 1 Ngulakan kelas IV, V, dan VI. pernyataan Hurlock (1978: 296) bahwa
Hasil penelitian dengan analisis data diterimanya seorang anak oleh orang lain
kuantitatif menunjukkan bahwa sikap dapat dilihat dari bagaimana cara orang
Sikap Penerimaan Sosial …. (Septi Wijiastuti) 1.931

lain memperlakukannya, ciri-cirinya yaitu dalam kolom alasan yang dikemukakan


ekspresi wajah atau nada suara dari orang oleh responden, mereka menyatakan bahwa
lain, perlakuan yang diterima anak dari penolakan (tidak pernah) terhadap
orang lain, kesediaan orang lain dalam pernyataan negatif pada indikator ekspresi
melakukan apa yang anak inginkan, wajah ataua nada suara dari orang lain,
banyaknya teman atau sahabat, perkataan perlakuan, kesediaan melakuakan sesuatu,
orang lain, dan sebutan dari orang lain. banyaknya teman atau sahabat, perkataan,
Dalam penelitian ini ciri-ciri penerimaan dan sebutan, bukan karena keadaan siswa
sosial responden terhadap siswa ABK ABK yang memiliki kekurangan.
adalah ekspresi wajah atau nada suara yaitu Pada beberapa alasan yang
ekpresi wajah dan tinggi rendahnya nada, dikemukakan oleh responden menyatakan
perlakuan yaitu mengajak berbicara, bahwa hampir seluruh siswa ABK pandai
bermain, menganggap sebagai teman yang dalam menyampaikan pendapat saat
sama dengan teman yang lainnya, berdiskusi dan aktif di dalam kelompok.
kesediaan melakukan apa yang ABK Hal tersebut merupakan dampak dari
inginkan yaitu membantu ABK saat penerimaan sosial yang tinggi, sejalan
mengalami kesulitan, bekerja kelompok, dengan pendapat dari Hurlock (1978: 298)
mendengarkan siswa ABK berbicara, bahwa dampak positif apabila seseorang
bermain bersama, banyaknya teman atau individu diterima oleh kelompok sosialnya,
sahabat yaitu teman satu bangku, teman yaitu memiliki perasaan senang dan aman,
satu kelompok, teman bermain, menjadi anak dapat mengembangkan konsep diri
sahabat, menghindari siswa ABK, yang menyenangkan dalam dirinya,
perkataan orang lain yaitu menggunakan memiliki kesempatan untuk mempelajari
kata-kata tidak baik dan memuji siswa dan mengembangkan berbagai pola
ABK, sebutan dari orang lain yaitu perilaku yang dapat diterima dan
memanggil nama siswa ABK, julukan mengembangkan keterampilan sosial, dan
siswa ABK dan julukan khusus saat memiliki kebebasan untuk dapat berbaur
berbicara dengan siswa ABK. dan menaruh minat pada orang atau sesuatu
Sesuai dengan pernyataan dari yang ada di luar diri mereka. Hal tersebut
Izzaty (2013: 102) bahwa seoranga anak juga diperkuat dengan pendapat Mappiare
dikatakan berhasil melaksanakan tugas (1982: 172-173) bahwa anak yang
perkembangan apabila ia memiliki memperoleh penerimaan sosial maka ia
penyesuaian sosial yang baik, dalam akan merasa dirinya lebih berharga, berarti,
penelitian ini siswa ABK memiliki dan merasa dibutuhkan menjadi bagian
kebutuhan khusus yang berbeda dengan dalam kelompok teman sebaya.
siswa normal lainnya dikarenakan Dalam penelitian ini juga dapat
kekurangan yang dimiliki, tetapi dilihat bahwa beberapa responden yang
penerimaan sosial sangat didukung oleh tidak menerima keadaan siswa ABK
perilaku sosial dan kepribadian seseorang. melihat dari penampilan fisik, sesuai
Dalam penelitian ini, dapat dilihat bahwa dengan pendapat Hurlock (1978: 296) dan
sebagian besar responden dalam alasan Izzaty (2013: 115) bahwa salah satu ciri-
yang mereka kemukakan menyatakan ciri masa kelas tinggi sekolah dasar yaitu
bahwa perilaku sosial dan kepribadian anak-anak suka membentuk kelompok
siswa ABK sangat mepengaruhi sebaya atau peergroup (kelompok sosial),
penerimaan responden terhadap mereka. diterimanya seseorang dalam kelompok
Responden tidak menerima perilaku sosial tersebut bisa dilihat dari ekspresi wajah
dan kepribadian yang negatif, hal tersebut atau nada suara dari orang lain, perlakuan
terlihat pada hasil deskripsi analisis terhadap siswa ABK, kesediaan melakukan
kuantitatif yang menyatakan penerimaan apa yang siswa ABK inginkan, banyaknya
sosial memiliki persentase 25%. Tetapi teman atau sahabat, perkataan orang lain,
1.932 Jurnal Pendidikan Guru Seolah Dasar Edisi 20 Tahun ke-7 2018

dan sebutan dari orang lain, sedangkan (Marthan, 2007: 141). Kolaborasi antara
pada siswa ABK di kelas atas SD Inklusi 1 guru kelas dan Guru Pendamping
Ngulakan mereka memiliki sikap dan sifat Khusus(GPK) diharapkan dapat dilakukan
yang berbeda dengan teman-teman yang di SD Inklusi 1 Ngulakan sebagai salah
lainnya, yaitu kebutuhan khsus yang satu sekolah inklusi di Kulon Progo.
dimiliknya. Kolaborasi tersebut diharapkan akan lebih
Penerimaan sosial yang didasarkan membantu siswa ABK di sekolah, sehingga
pada indikator yang merujuk pada teori siswa ABK tidak mengalami kesulitan
dari Hurlock (1978: 296) yaitu ekspresi yang berarti di sekolah dan dapat
wajah atau anada suara dari orang lain, mengoptimalkan potensi yang dimiliki.
perlakuan terhadap siswa ABK, kesediaan
melakukan apa yang siswa ABK inginkan,
banyaknya teman atau sahabat, perkataan SIMPULAN DAN SARAN
orang lain, dan sebutan dari orang lain. Simpulan
Teman sekolah atau teman sebaya Setelah dilakukan analisis terhadap
memiliki pengaruh yang sangat besar bagi hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa
arah perkembangan sosial anak baik yang hasil penelitian dengan analisis data
bersifat positif maupun negatif, pengaruh kuantitatif menunjukkan bahwa sikap
positif terlihat pada perkembangan konsep penerimaan sosial siswa yang tinggi
diri dan pembentukan harga diri Izzaty memiliki persentase yang lebih tinggi
(2013: 112). Hal tersebut menunjukkan daripada tingkat penerimaan sosial yang
bahwa masa kanak-kanak akhir yaitu rendah yaitu 34,6 % dan 25%. Sementara
rentang usia 6-13 tahun, anak akan tingkat penermaan sosail siswa dengan
menetapkan kriteria baru dalam memilih kategori sangat tinggi memiliki persentase
teman bermain yaitu jenis kelamin, ukuran 5,7 % dan tingkat penerimaan sosial
tubuh, usia konologis, usia mental, dengan kategori sangat rendah memiliki
kematangan sosial, dan minat yang sama presentase 5,7 %. Sedangkan menurut
dengan mereka. analisa data kualitatif yang didapat dari
Pada responden yang memiliki alasan yang dikemukakan oleh responden
penerimaan sosial redah terhadap siswa pada setiap pernyataan bahwa mereka
ABK dapat ditingkatkan melalui ajakan menerima siswa ABK yang ada di kelas
guru. Menurut Hurlock (1978: 293) mereka, tetapi tidak setuju atau tidak
penerimaan sosial sangat berarti bagi menerima apabila siswa ABK memiliki
seseorang karena penerimaan sosial sikap, perilaku atau kepribadian yang
menjadi indeks keberhasilan bagi negatif. Hipotesis “Terdapat variasi
seseorang untuk dapat berperan aktif dalam penerimaan sosial terhadap siswa ABK di
kelompok sosial dan menunjukkan derajat SD Inklusi 1 Ngulakan” terbukti
rasa suka orang lain untuk bekerjasama dan kebenarannya melalui penelitian yang telah
bermain bersama. Sehingga dalam hal ini dilakukan.
guru kelas berberan penting dalam
meningkatkan penerimaan sosial siswa
Saran
terhadap siswa ABK di kelas atas SD
Berdasarkan hasil secara keseluruhan
Inklusi 1 Ngulakan.
dari penelitian ini, peneliti memberikan
Adanya pendidikan inklusi di SD
beberapa saran, diantaranya:
Inklusi 1 Ngulakan yang menerima siswa
1. Guru kelas
berkebutuhan khsus di kelas reguler yang
Guru kelas secara berkelanjutan perlu
berlokasi di daerah mereka dan
memberikan pemahaman dan layanan
mendapatkan berbagai pelayanan
kepada siswa khususnya dalam bidang
pendukung dan pendidikan berdasarkan
bimbingan sosial untuk meningkatkan
pada kebutuhan mereka masing-masing
sikap penerimaan sosial terhadap siswa
Sikap Penerimaan Sosial …. (Septi Wijiastuti) 1.933

ABK pada siswa yang masih memiliki


tingkat penerimaan sosial yang rendah.
Guru kelas juga dapat berkolaborasi
dengan Guru Pendamping Khusus
(GPK) dalam membantu siswa ABK.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat mengkaji cara
meningkatkan penerimaan sosial
terhadap siswa ABK di sekolah inklusi.
3. Bagi siswa
Siswa dapat mengetahui dan memahami
variasi sikap penerimaan sosial serta
pentingnya penerimaan sosial terhadap
teman sebayanya, sehingga dapat
memiliki sikap penerimaan sosial yang
tinggi terhadap anggota dalam
kelompok sosialnya.

DAFTAR PUSTAKA

Mappiare, A. (1982). Psikologi Remaja.


Surabaya: Usaha Nasional.
Hurlock, E. B. (1978). Perkembangan
Anak. (Alih bahasa: Med Meitasari
dan Tjandrasa dan Muslichah
Zarkasih). Jakarta: Erlangga.
Marthan, L. K. (2007). Manajemen
Pendidikan Inklusif. Jakarta:
Depdiknas, Dikti, Direktorat
Ketenagaan.
Izzaty, R. E. dkk. (2013). Perkembangan
Peserta Didik. Yogyakarta: UNY
Press.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Kombinasi (Mixed Methods).
Bandung: Alfabeta
Hadi, S. (1997). Analisis Butir Untuk
Instrumen Angket, Tes, dan Skala
Nilai Dengan Basica. Yogyakarta:
Andioffset.

You might also like