Professional Documents
Culture Documents
922 Jurnal Pendidikan Guru Seolah Dasar Edisi 20 Tahun ke-7 2018
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: (1) sikap penerimaan sosial
siswa reguler terhadap keberadaan siswa ABK, dan (2) variasi penerimaan sosial siswa reguler
terhadap siswa ABK di SD Inklusi 1 Ngulakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan mix method
dengan model Concurrent Triangulation Strategy. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 5,7 %
siswa SD Inklusi 1 Ngulakan memiliki sikap penerimaan sosial sangat tinggi, 34,6 % siswa SD Inklusi
1 Ngulakan memiliki sikap penerimaan sosial tinggi, 28, 8% siswa SD Inklusi 1 Ngulakan memiliki
sikap penerimaan sosial sedang, 25% siswa SD Inklusi 1 Ngulakan memiliki sikap penerimaan sosial
rendah, dan 5, 7% siswa SD Inklusi 1 Ngulakan memiliki sikap penerimaan sosial sangat rendah. Dari
data kualitatif disimpulkan bahwa pada umumnya siswa SD Inklusi 1 Ngulakan tidak menerima
apabila siswa ABK memiliki sikap, sifat dan kepribadian yang negatif, tetapi menerima kekurangan
atau kebutuhan khusus siswa ABK.
Abstract
This study aims to know and describe: (1) the attitude of social acceptance of regular
students to the existence of children with special needed and (2) the variation of social acceptance of
regular students to the existence of children with special needed at SD Inklusi 1 Ngulakan. This study
used the approach of mix method and the types of research was Concurrent Triangulation Strategy.
The result of this study show 5,7% students had a very high in the attitude of social acceptance,
34,6% students had a high level in the attitude of social acceptance, 28,8% students had medium in
the attitude of social acceptance, 25% students had a low level in the attitude of social acceptance,
and 5,7% students had a very low level in the attitude of social acceptance. Based on the qualitative
data, it can be concluded basically the students of SD Inklusi 1 Ngulakan do not accept the ABK
students if they have a negative attitude, a negative characteristic, and a negative personality but the
regular students can accept the weaknesses of children with special needed or their special needs.
menjadi 2 fase. Fase yang pertama yaitu kurang tersebut dapat disebabkan oleh
masa kelas rendah Sekolah Dasar yang stigma yang negatif atas perbedaan yang
berlangsung antara usia 6/7 tahun – 9/10 dimiliki, selain itu belum dipahaminya
tahun, biasanya duduk di kelas 1, 2, dan 3 kebutuhan anak luar biasa.
Sekolah Dasar. Fase yang kedua yaitu masa Manfaat yang diharapkan dari adanya
kelas tinggi Sekolah Dasar, yang pendidikan inklusi ini adalah siswa lain
berlangsung antara usia 9/10 tahun – 12/13 dapat belajar dan mengenal tentang orang-
tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5, orang yang berbeda dengan dirinya. Mereka
dan 6 Sekolah Dasar (Izzaty, 2013: 114- dapat menghargai orang-orang dengan
115). kondisi yang berbeda, baik dari cara belajar,
Pendidikan dasar atau Sekolah dasar fisik, dan emosional melalui berbagai
memberikan pengalaman baru yang pengalaman yang didapatkan dari sekolah
menuntut anak untuk mengadakan inklusi. Manfaat lain yang dirasakan dari
penyesuaian dengan lingkungan sekolah. pendidikan inklusi adalah pandangan
Pengalaman saat masuk sekolah merupakan negatif dari pendidik ataupun siswa lain
peristiwa penting bagi kehidupan anak, mulai berubah. Mereka yang sudah mulai
sehingga mengakibatkan perubahan dalam bergaul dengan anak dengan kebutuhan
sikap, nilai dan perilaku. Dalam Undang- khusus mulai menerima dan mengenal
Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang mereka sebagai anggota kelas yang
menyatakan bahwa “Setiap warga Negara berharga.
berhak mendapat pendidikan”. Hal ini dapat Penerimaan sosial yang positif dapat
diartikan bahwa Negara Indonesia telah memudahkan anak dalam pembentukan
memberikan jaminan pendidikan bagi tingkah laku sosial yang diinginkan,
seluruh warganya tanpa terkecuali, reinforcement atau modeling dan pelatihan
termasuk mereka yang memiliki perbedaan secara langsung dapat meningkatkan
atau kelainan yang biasa disebut dengan keterampilan sosial. Pemilihan teman untuk
anak berkebutuhan khusus. aktivitas tertentu di dalam kelompok
Anak berkebutuhan khusus memiliki dimana anak tersebut menjadi anggota juga
kesempatan yang sama dalam memperoleh disebut sebagai penerimaan sosial. Hal
pendidikan. Pendidikan inklusi menyatukan tersebut dapat dijadikan indeks keberhasilan
siswa regular dan siswa ABK dalam kelas dari anak untuk berperan dalam kelompok
yang sama. Penyelenggaraan pendidikan sosial serta menunjukkan derajat rasa suka
inklusi disekolah regular secara umum dari anggota kelompok lain untuk
bertujuan untuk memberikan kesempatan bekerjasama dalam kelompok.
yang sama bagi seluruh siswa tanpa Sangat penting bagi seorang anak
terkecuali mereka para siswa yang untuk diterima oleh teman sebaya dalam
berkebutuhan khsus untuk sama-sama kelompok sosialnya. Penolakan dari teman
memperoleh pendidikan yang bermutu sebaya dalam kelompok sosialnya akan
sesuai dengan kebutuhan dan berpengaruh sangat besar bagi seorang
kemampuannya masing-masing. Anak anak, hal tersebut akan berpengaruh
dengan kebutuhan khusus memerlukan terhadap kehidupan sosial pada anak itu
penerimaan dari kelompoknya. Penerimaan sendiri. Apabila seorang anak mengalami
dari kelompok sangat penting bagi mereka, penolakan sosial dari kelompoknya akan
namun anak dengan kebutuhan khusus menyebabkan anak tersebut kesulitan dalam
memiliki hambatan dalam beradaptasi bersosialisasi sehingga menyebabkan
dengan lingkungannya. Hal tersebut dapat interaksi sosial anak tersebut menjadi
disebabkan karena kekurangan yang sempit. Hal tersebut akan menyebabkan
dimiliki maupun dikarenakan lingkungan anak tersebut menjadi pribadi yang tertutup,
yang masih kurang menerima kehadiran terutama apabila hal tersebut terjadi pada
mereka dalam kelompok. Penerimaan yang anak berkebutuhan khusus akan
1.924 Jurnal Pendidikan Guru Seolah Dasar Edisi 20 Tahun ke-7 2018
menyebabkan anak kurang percaya diri kepada guru atau teman yang lainnya ketika
terlebih dengan kebutuhan khusus yang mengalami kesulitan dalam kegiatan belajar
dimilikinya. mengajar.
Anak yang memiliki penerimaan diri Banyak terjadi kasus-kasus penolakan
yang positif akan merasa lebih puas dan siswa reguler terhadap siswa ABK.
bahagia terhadap dirinya sendiri. Terdapat 1 siswa ABK (slowlearner) di
Sebaliknya apabila seorang anak merasa kelas VI yang selalu diejek teman-teman
ditolak oleh kelompok sosial atau satu kelas karena siswa tersebut dianggap
masyarakat, ia akan merasa tidak bahagia sebagai sumber keributan dan selalu
dan kurang dapat menyesuaikan diri dengan menjahili teman-teman. Terdapat 2 siswa
lingkungan. Hal tersebut akan berdampak ABK (slowlearner) dikelas V diejek karena
pada konflik sosial antar teman sebaya di dia lama dalam membaca dan mengerjakan
sekolah. soal matematika sehingga membuat siswa
Berdasarkan hasil observasi pada hari yang lainnya menunggu lama. Terdapat 1
Jum’at, Sabtu dan Senin tanggal 3 Maret siswa ABK (tuna grahita) di kelas IV yang
2017, 4 Maret 2017 dan 6 Maret 2017 hanya mau duduk dan bermain dengan 1
diketahui bahwa di kelas IV terdapat 1 siswa saja, karena jika dengan siswa yang
siswa ABK yaitu tuna grahita, di kelas V lainnya dia selalu dijahili dan dipukuli.
terdapat 7 siswa ABK yaitu 4 siswa Siswa reguler belum mampu memahami
slowlearner dan 3 siswa tuna grahita, dan di keadaan siswa ABK dengan segala
kelas VI terdapat 1 siswa ABK yaitu tuna keterbatasannya, mereka memandang siswa
grahita. Terlihat beberapa siswa reguler ABK dengan kacamata mereka sebagai
kurang dapat menerima keberadaan siswa siswa normal, tanpa mencoba
ABK, hal tersebut terlihat ketika jam membayangkan bagaimana jika mereka
istirahat hanya beberapa siswa yang yang berada di posisi siswa ABK, akan
bersedia menjalin interaksi dengan siswa tetapi belum ada yang meneliti tentang
ABK, selebihnya terlihat cuek, menjauh sikap penerimaan sosial siswa reguler
dan enggan untuk berinteraksi dengan siswa terhadap siswa ABK di kelas atas. Oleh
ABK. Ketika di kelas ada siswa ABK yang sebab itu, penting dilakukan penelitian
hanya duduk menyendiri sedangkan yang mengenai sikap penerimaan sosial siswa
lain asyik mengobrol tanpa mencoba reguler di kelas IV, V, dan VI Sekolah
mengajak siswa ABK tersebut bergabung. Dasar inklusi 1 Ngulakan Kulon Progo
Hasil observasi pada hari Rabu Yogyakarta.
tanggal 8 Maret 2017 juga menunjukkan
bahwa sebagian besar siswa ABK yang ada
METODE PENELITIAN
disana cenderung tertutup, pemalu dan
pendiam. Tertutup, terlihat pada saat jam Jenis Penelitian
pelajaran berlangsung siswa ABK tidak Penelitian ini menggunakan metode
mau bertanya kepada guru atau pada siswa kombinasi (mixedmethod). Penelitian ini
lain dan pada saat istirahat siswa ABK tidak mengkombinasikan atau menggabungkan
ikut keluar kelas untuk bermain bersama antara suatu metode kuantitatif dan metode
siswa regular yang lain. Pemalu, terlihat kualitatif untuk digunakan secara bersama-
pada saat siswa ABK tidak mau disuruh sama dalam satu kegiatan penelitian,
membacakan hasil pekerjaan pada tugas sehingga dari penelitian tersebut diperoleh
bahasa Indonesia. Pendiam, terlihat pada data yang lebih komprehensif valid,
saat istirahat yaitu siswa tidak mengajak reliabel, dan obyektif. Penelitian ini
berbicara siswa yang lainnya. Hal tersebut menggunaan metode kombinasi model
didukung dengan hasil wawancara dengan Concurrent Triangulation Strategy
guru kelas IV, V dan VI. Beberapa siswa (Sugiyono, 2013:411)
slowlearner tidak mau meminta tolong
Sikap Penerimaan Sosial …. (Septi Wijiastuti) 1.925
No Interval Klasifikasi F %
1 84,26 Sangat 3 5,769% Gambar 1. Sikap Penerimaan Sosial Siswa
<X Tinggi Reguler terhadap siswa ABK di
2 74,98 Tinggi 18 34,615% Kelas Atas Sekolah Dasar Inklusi 1
< X ≤ Ngulakan.
84,26
3 65,70 Sedang 15 28,847% Hasil Penelitian kualitatif
< X ≤
Berdasarkan analisis jawaban per
74,98
indikator, dapat dikelompokkan sesuai
4 56,42 Rendah 13 25% dengan indikator penerimaan sosial, yaitu:
< X ≤ 1. Ekspresi wajah atau nada suara dari
65,70 orang lain
5 Sangat 3 5,769% Pernyataan yang menyangkut ekspresi
X ≤ rendah wajah atau nada suara dari orang lain
56,42 terdapat pada pernyataan nomor 1, 2, 3, 4,
Jumlah 52 100% dan 5. Dari 5 pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa responden menerima
Berdasarkan tabel di atas siswa ABK dalam bentuk ekspresi wajah
menunjukkan bahwa sikap penerimaan penggunaan nada
yang terlihat dan penggu
sosial siswa reguler di kelas atas sekolah terhadap siswa ABK. Pada pernyataan
dasar inklusi 1 ngulakan berada pada nomor 1, disimpulkan bahwa responden
kategori “sangat rendah” sebesar 5,796% tidak pernah mengekspresikan kemarahan
(3 siswa), kategori “rendah” 25% (13 terhadap ABK dalam bentuk kekerasan
siswa), kategori “sedang” 28,847% (15 dengan alasan kasihan namun ada 10
siswa), kategori “tinggi” 34,615% (18 responden yang memilih kadang
kadang-kadang
siswa), “sangat tinggi” 5,769% (3 siswa). dengan alasan siswa ABK me membuat
1.928 Jurnal Pendidikan Guru Seolah Dasar Edisi 20 Tahun ke-7 2018
responden jengkel. Pada pernyataan nomor karena siswa ABK mendapat perhatian
2 responden memilih jawaban kadang- khusus dari guru. Pada pernyataan nomor 9
kadang bercanda dengan siswa ABK responden tidak pernah menghindari siswa
dengan alasan agar siswa ABK selalu ABK dengan alasan karena tidak boleh
bergembira, namun terdapat 15 responden membeda-bedakan teman, namun terdapat
yang menjawab tidak pernah dengan alasan 3 responden yang menjawab sering dengan
karena tidak suka. Pada pernyataan nomor alasan karena tidak suka ABK.
3 responden yang menjawab tidak pernah 3. Kesediaan melakukan apa yang anak
menunjukkan ekspresi rasa iri dengan ABK inginkan
siswa ABK yang mendapatkan perhatian Pernyataan yang menyangkut kesediaan
khusus dari guru memberikan alasan melakukan apa yang anak ABK inginkan
karena siswa ABK memang perlu perhatian terdapat pada pernyataan nomor 10, 11, 12,
lebih khusus daripada siswa lainnya. Pada dan 13. Dari 4 pernyataan tersebut dapat
pernyataan nomor 4 responden kadang- disimpulkan bahwa responden menerima
kadang berbicara menggunakan nada siswa ABK dalam bentuk kesediaan
rendah ke siswa ABK dengan alasan responden melakukan apa yang anak ABK
karena hanya membicarakan yang rahasia inginkan. Pada pernyataan nomor 10
misal diskusi kelompok, tetapi terdapat 14 responden kadang-kadang ikut membantu
responden yang memilih jawaban tidak siswa ABK saat mengalami kesulitan
pernah dengan alasan karena suara tidak karena kasihan kepada siswa ABK, namun
terdengar. Pada pernyataan nomor 5 terdapat 5 responden yang memilih
responden tidak pernah berbicara jawaban tidak pernah karena tidak tahu apa
menggunakan nada tinggi ke siswa ABK yang harus dibantu. Pada pernyataan
dengan alasan tidak baik dan merasa nomor 11 responden kadang-kadang mau
kasihan namun ada 18 responden yang bekerja kelompok bersama dengan siswa
memilih jawaban kadang-kadang dengan ABK dengan alasan karena siswa ABK
alasan karena kesal dengan siswa ABK. sering mengemukakan pendapat, namun
2. Perlakuan terhadap siswa ABK terdapat 15 responden yang menjawab
Pernyataan yang menyangkut perlakuan tidak pernah dengan alasan karena tidak
terhadap siswa ABK terdapat pada suka ABK. Pada pernyataan nomor 12
pernyataan nomor 6, 7, 8, dan 9. Dari 4 responden sering mendengarkan ketika
pernyataan tersebut dapat disimpulkan siswa ABK berbicara dengan alasan jika
bahwa responden menerima siswa ABK ada yang berbicara harus mendengarkan
dalam bentuk perlakuan yang mereka bukan mencela, namun terdapat 2
berikan kepada siswa ABK. Pada responden yang memilih jawaban tidak
pernyataan nomor 6 responden mengajak pernah dengan alasan karena siswa ABK
berbicara siswa ABK dengan alasan karena nakal. Pada pernyataan nomor 13
kasihan jika sendirian namun terdapat 6 responden tidak penah menolak ajakan
responden yang menjawab tidak pernah siswa ABK untuk bermain bersama dengan
karena siswa ABK menjengkelkan. Pada alasan supaya bisa lebih akrab dengan
pernyataan nomor 7 responden mengajak siswa ABK, namun terdapat 2 responden
siswa ABK bermain bersama agar mereka yang menjawab selalu dengan alasan malu.
senang dan tidak bersedih, tetapi terdapat 4. Banyaknya teman atau sahabat
11 responden yang menjawab tidak pernah Pernyataan yang menyangkut banyaknya
dengan alasan tidak suka bermain dengan teman atau sahabat terdapat pada
siswa ABK. Pada pernyataan nomor 8 pernyataan nomor 14, 15, 16, 17 dan 18.
responden selalu menganggap siswa ABK Dari 5 pernyataan tersebut dapat
sebagai teman yang sama dengan teman disimpulkan bahwa responden menerima
yang lainnya, namun terdapat 7 responden siswa ABK dalam bentuk mau menjadi
yang menjawab tidak pernah dengan alasan teman atau sahabat siswa ABK. Pada
Sikap Penerimaan Sosial …. (Septi Wijiastuti) 1.929
pernyataan nomor 14 responden tidak pernah dengan alasan karena tidak ada
pernah menolak menjadi teman satu yang dipuji.
bangku dengan siswa ABK dengan alasan 6. Sebutan dari orang lain
kasihan dan jika ada yang kesusahan bisa Pernyataan yang menyangkut sebutan ABK
saling membantu, namun ada 3 responden dari responden terdapat pada pernyataan
yang memilih jawaban selalu dengan nomor 21, 22, dan 23. Dari 3 pernyataan
alasan karena tidak suka ABK. Pada tersebut dapat disimpulkan bahwa
pernyataan nomor 15 responden kadang- responden menerima siswa ABK dalam
kadang mau menjadi teman satu kelompok bentuk sebutan ABK dari responden. Pada
saat mengerjakan tugas dengan siswa ABK pernyataan nomor 21 responden selalu
dengan alasan terpaksa karena keputusan memanggil siswa ABK sesuai dengan
dari guru, namun terdapat 10 responden namanya alasannya karena kalau
yang mejawab tidak pernah dengan alasan memanggil bukan nama akan menyakiti
karena tidak suka ABK. Pada pernyataan hati ABK. Pada pernyataan nomor 22
nomor 16 responden selalu bersedia responden tidak pernah menganggap semua
menjadi teman bermain siswa ABK dengan siswa ABK itu “tidak pintar” dengan alasan
alasan bermain dengan teman yang lebih karena siswa ABK itu pintar karena
banyak akan menyenangkan, namun ada 13 memiliki bakat yang berbeda. Pada
responden yang menjawab tidak pernah pernyataan nomor 23 responden tidak
dengan alasan karena tidak suka ABK. pernah memiliki julukan khusus untuk
Pada pernyataan nomor 17 responden tidak siswa ABK karena siswa ABK sudah
pernah menolak menjadi sahabat siswa memiliki nama dari orang tua masing-
ABK dengan alasan karena mempunyai masing.
banyak sahabat akan lebih menyenangkan, Berdasarkan analisis pada tiap
namun terdapat 1 responden yang memilih indikator yang telah dikemukakan di atas,
jawaban selalu dengan alasan karena selalu dapat diambil kesimpulan mengenai sikap
menghindar dari ABK. Pada pernyataan penerimaan sosial oleh responden terhadap
nomor 18 responden tidak pernah menjauh siswa ABK di kelas atas SD Inklusi 1
saat ada siswa ABK di kelas dengan alasan Ngulakan adalah sebagai berikut:
karena kasihan jika siswa ABK sendiri. Dari enam indikator di atas yaitu
5. Perkataan orang lain ekspresi wajah atau nada suara dari orang
Pernyataan yang menyangkut perkataan lain, perlakuan terhadap siswa ABK,
orang lain terhadap ABK terdapat pada kesediaan melakukan apa yang anak ABK
pernyataan nomor 19 dan 20. Dari 2 inginkan, banyaknya teman atau sahabat,
pernyataan tersebut dapat disimpulkan perkataan orang lain dan sebutan dari orang
bahwa responden menerima siswa ABK lain dengan pernyataan sebanyak 23 butir
dalam bentuk perkataan responden didapatkan kesimpulan bahwa responden,
terhadap siswa ABK. Pada pernyataan yaitu siswa kelas atas SD Inklusi 1
nomor 19 responden tidak pernah Ngulakan menerima adanya siswa ABK di
menggunakan kata-kata tidak baik saat kelas ataupun kelompok mereka. Dari
berbicara dengan siswa ABK karena katut enam indikator di atas dapatdilihat bahwa
menyinggung perasaan mereka, namun responden memiliki sikap penerimaan
terdapat 6 responden yang memilih sosial yang tinggi terhadap siswa ABK di
jawaban kadang-kadang dengan alasan sekolah mereka. Hal tersebut ditunjukkan
karena siswa ABK sering menjengkelkan. pada setiap item pada tiap indikator,
Pada pernyataan nomor 20 responden responden mengemukakan alasan bahwa
kadang-kadang memuji siswa ABK dengan mereka tidak mempermasalahkan
alasan karena merasa kasihan dan agar kebutuhan khusus siswa ABK walaupun
siswa ABK senang, namun terdapat 11 tidak setuju dengan perilaku atau sifat
responden yang memilih jawaban tidak buruk yang dilakukan oleh siswa ABK.
1.930 Jurnal Pendidikan Guru Seolah Dasar Edisi 20 Tahun ke-7 2018
dan sebutan dari orang lain, sedangkan (Marthan, 2007: 141). Kolaborasi antara
pada siswa ABK di kelas atas SD Inklusi 1 guru kelas dan Guru Pendamping
Ngulakan mereka memiliki sikap dan sifat Khusus(GPK) diharapkan dapat dilakukan
yang berbeda dengan teman-teman yang di SD Inklusi 1 Ngulakan sebagai salah
lainnya, yaitu kebutuhan khsus yang satu sekolah inklusi di Kulon Progo.
dimiliknya. Kolaborasi tersebut diharapkan akan lebih
Penerimaan sosial yang didasarkan membantu siswa ABK di sekolah, sehingga
pada indikator yang merujuk pada teori siswa ABK tidak mengalami kesulitan
dari Hurlock (1978: 296) yaitu ekspresi yang berarti di sekolah dan dapat
wajah atau anada suara dari orang lain, mengoptimalkan potensi yang dimiliki.
perlakuan terhadap siswa ABK, kesediaan
melakukan apa yang siswa ABK inginkan,
banyaknya teman atau sahabat, perkataan SIMPULAN DAN SARAN
orang lain, dan sebutan dari orang lain. Simpulan
Teman sekolah atau teman sebaya Setelah dilakukan analisis terhadap
memiliki pengaruh yang sangat besar bagi hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa
arah perkembangan sosial anak baik yang hasil penelitian dengan analisis data
bersifat positif maupun negatif, pengaruh kuantitatif menunjukkan bahwa sikap
positif terlihat pada perkembangan konsep penerimaan sosial siswa yang tinggi
diri dan pembentukan harga diri Izzaty memiliki persentase yang lebih tinggi
(2013: 112). Hal tersebut menunjukkan daripada tingkat penerimaan sosial yang
bahwa masa kanak-kanak akhir yaitu rendah yaitu 34,6 % dan 25%. Sementara
rentang usia 6-13 tahun, anak akan tingkat penermaan sosail siswa dengan
menetapkan kriteria baru dalam memilih kategori sangat tinggi memiliki persentase
teman bermain yaitu jenis kelamin, ukuran 5,7 % dan tingkat penerimaan sosial
tubuh, usia konologis, usia mental, dengan kategori sangat rendah memiliki
kematangan sosial, dan minat yang sama presentase 5,7 %. Sedangkan menurut
dengan mereka. analisa data kualitatif yang didapat dari
Pada responden yang memiliki alasan yang dikemukakan oleh responden
penerimaan sosial redah terhadap siswa pada setiap pernyataan bahwa mereka
ABK dapat ditingkatkan melalui ajakan menerima siswa ABK yang ada di kelas
guru. Menurut Hurlock (1978: 293) mereka, tetapi tidak setuju atau tidak
penerimaan sosial sangat berarti bagi menerima apabila siswa ABK memiliki
seseorang karena penerimaan sosial sikap, perilaku atau kepribadian yang
menjadi indeks keberhasilan bagi negatif. Hipotesis “Terdapat variasi
seseorang untuk dapat berperan aktif dalam penerimaan sosial terhadap siswa ABK di
kelompok sosial dan menunjukkan derajat SD Inklusi 1 Ngulakan” terbukti
rasa suka orang lain untuk bekerjasama dan kebenarannya melalui penelitian yang telah
bermain bersama. Sehingga dalam hal ini dilakukan.
guru kelas berberan penting dalam
meningkatkan penerimaan sosial siswa
Saran
terhadap siswa ABK di kelas atas SD
Berdasarkan hasil secara keseluruhan
Inklusi 1 Ngulakan.
dari penelitian ini, peneliti memberikan
Adanya pendidikan inklusi di SD
beberapa saran, diantaranya:
Inklusi 1 Ngulakan yang menerima siswa
1. Guru kelas
berkebutuhan khsus di kelas reguler yang
Guru kelas secara berkelanjutan perlu
berlokasi di daerah mereka dan
memberikan pemahaman dan layanan
mendapatkan berbagai pelayanan
kepada siswa khususnya dalam bidang
pendukung dan pendidikan berdasarkan
bimbingan sosial untuk meningkatkan
pada kebutuhan mereka masing-masing
sikap penerimaan sosial terhadap siswa
Sikap Penerimaan Sosial …. (Septi Wijiastuti) 1.933
DAFTAR PUSTAKA