You are on page 1of 8

J.Aquawarman. Vol. 5 (2): 162-169.

Oktober 2019 ISSN : 2460-9226

AQUAWARMAN
JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI AKUAKULTUR
Alamat : Jl. Gn. Tabur. Kampus Gn. Kelua. Jurusan Ilmu Akuakultur
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman

Analisis Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan


Gabus (Channa striata Bloch) yang Diberi Pakan Dengan
Penambahan Vitamin B1 (Thiamine)
Analysis of Survival and Growth Rate Snakehead Murrel Fries (Channa striata
Bloch) Feed with Addition of Vitamin B1 (Thiamine)

Aulia Firda Melati1), Komsanah Sukarti2), Isriansyah3)

1)
Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
2),3) )
Staf Pengajar Jurusan Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman

Abstract

The study were aimed to analyze the effect of the addition vitamin B1 (Thiamine) in
feed diet and to determine the optimum dose of vitamin B1 for survival rate and
growth rate of the snakehead murrel fries (Channa striata Bloch). The design used
in this study was Completely Randomized Design (CRD) with 5 and 3 replicated,
there are : P1 = 0 mg/kg feed (without vitamin B1 addition), P2 = 0,6 mg/kg feed, P3
= 1,2 mg/kg feed, P4 = 1,8 mg/kg feed and P5 = 2,4 mg/kg feed. The data were
analyzed using ANOVA with F test and proceed by the Duncan’s Multiple Range Test
on 5% degree. Results of this research showed that the addition of vitamin B1 in
feed diet effected towards growth, conversion and efficiency of feed dietary for
snakehead murrel. Highest result of specific growth rate exist in treatment P4 (1,8
mg/kg feed) in the amount of 4,44 %/day, and the lowest found in treatment P1 (0
mg/kg feed) in the amount 3,18 %/day. Treatment which showed the highest result
of feed efficiency is treatment P4 (1,8 mg/kg feed) in amount 122,90% and the
lowest found in treatment P1 (0 mg/kg feed) in the amount 72,85%.

Keywords: Snakehead murrel (C. Striata Bloch), Vitamin B1 (Thiamine), Survival rate, Growth.

1. PENDAHULUAN Krampitz (1969) dalam Halver (1989)


menyatakan vitamin B1 merupakan unsur
Vitamin merupakan salah satu unsur
penting yang berguna untuk menambah atau
dalam pakan yang berperan sangat penting
meningkatkan nafsu makan ikan,
dan dibutuhkan meskipun dalam jumlah yang
memperlancar pencernaan serta penting bagi
sedikit. Contohnya seperti vitamin B1
pertumbuhan dan perkembangan ikan.
(Thiamine), vitamin ini diperlukan dalam
Informasi kebutuhan vitamin B1 untuk
metabolisme semua hewan termasuk ikan.
beberapa spesies ikan telah ditentukan.
162
J.Aquawarman. Vol. 5 (2): 162-169. Oktober 2019 ISSN : 2460-9226

Halver (1989) melaporkan bahwa jenis yang diisi air dengan volume ±50 liter dan
ikan Carp dan Channel Catfish sama-sama dilengkapi dengan aerasi serta ditambahkan
membutuhkan pakan dengan kandungan tanaman air hydrilla sebagai peidung. Benih
vitamin B1 mencapai 3 mg/kg pakan untuk ikan gabus yang digunakan berukuran berat
tumbuh normal dan terhindar dari gejala ±0,60 gram dan panjang total ±4 cm. Benih
defisiensi. Menurut Giri et al. (2005) ikan gabus ditebar sebanyak 10 ekor per
kebutuhan vitamin B1 untuk ikan lainnya wadah. Pemeliharaan dilakukan selama 30
seperti ikan kerapu bebek mencapai 2,4 hari. Pakan yang digunakan berbahan dasar
mg/kg pakan. udang rebon dan ditambahkan vitamin B1
Sampai saat ini belum ada informasi sesuai perlakuan. Pakan selama pemeliharaan
kebutuhan vitamin B1 untuk ikan gabus, benih diberikan secara ad satiation.
khususnya pada fase benih. Oleh karena itu
tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis C. Pengumpulan Data
kegunaan penambahan vitamin B1 pada 1. Kelangsungan hidup (Survival rate)
pakan dengan dosis yang berbeda terhadap Rumus yang digunakan berdasarkan
kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih Zonneveld et al. (1991), sebagai berikut :
Nt
ikan gabus. SR = No × 100%

2. BAHAN DAN METODE Keterangan :


SR = Survival Rate (%)
Penelitian dilakukan pada bulan Januari
Nt = Jumlah ikan di akhir penelitian (ekor)
hingga Juli 2019 yang meliputi tahap
No = Jumlah ikan di awal penelitian (ekor)
persiapan, pelaksanaan dan pengolahan data
hasil penelitian. Penelitian ini dilakukan
2. Pertumbuhan panjang
selama 30 hari. Bertempat di Laboratorium
Rumus yang digunakan berdasarkan
Pengembangan Ikan. Pengukuran kualitas air
Effendie (2002), sebagai berikut :
dilakukan di Laboratorium Lingkungan
∆L = Lt – Lo
Akuakultur dan Laboratorium Sistem
Keterangan :
Teknologi Akuaklutur, Fakultas Perikanan dan
∆L = Pertumbuhan panjang ikan (cm)
Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman.
Lt = Panjang ikan di akhir penelitian (cm)
A. Rancangan Penelitian
Lo = Panjang ikan di awal penelitian (cm)
Rancangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap
3. Pertumbuhan berat mutlak
(RAL) dengan 5 perlakuan dan masing-masing
Rumus pertumbuhan berat mutlak
perlakuan memiliki 3 ulangan. Perlakuan yang
menurut Zonneveld et al. (1991) adalah
dicobakan yaitu perbedaan dosis
sebagai berikut :
penambahan vitamin B1 pada pakan yang
∆W = Wt – Wo
diberikan kepada benih ikan gabus, yang
Keterangan :
terdiri atas 5 perlakuan sebagai berikut :
∆W = Berat mutlak ikan (g)
P1 = 0 mg/kg pakan (tanpa penambahan
Wt = Berat ikan di akhir penelitian (g)
vitamin B1)
Wo = Berat ikan di awal penelitian (g)
P2 = 0,6 mg/kg pakan
P3 = 1,2 mg/kg pakan
4. Laju pertumbuhan spesifik
P4 = 1,8 mg/kg pakan
Rumus laju pertumbuhan spesifik
P5 = 2,4 mg/kg pakan
(Spesific Growth Rate) menurut Zonneveld et
B. Prosedur Penelitian al. (1991) adalah sebagai berikut :
Benih ikan gabus dipelihara di dalam
(LnWt-LnWo)
wadah berupa drum plastik sebanyak 15 unit SGR = × 100%
t

163
J.Aquawarman. Vol. 5 (2): 162-169. Oktober 2019 ISSN : 2460-9226

Keterangan :
SGR = Specific Growth Rate (%/hari) D. Data Penunjang
Wt = Berat rata-rata ikan di akhir penelitian Data penunjang dalam penelitian ini
(g) merupakan data kualitas air yang meliputi
Wo = Berat rata-rata ikan di awal penelitian suhu, derajat keasaman (pH), oksigen
(g) terlarut, CO2 dan amoniak. Pengukuran
t = Lama waktu penelitian (hari) kualitas air dilakukan setiap 1 minggu sekali.

5. Laju pertumbuhan E. Analisis Data


Laju pertumbuhan (Growth Rate) Analisis yang dilakukan yaitu analisis
dihitung dengan menggunakan rumus sidik ragam (ANOVA) pada tingkat
menurut Zonneveld et al. (1991), sebagai kepercayaan 95%. Bila terdapat perbedaan
berikut : nyata dilanjutkan dengan uji lanjut dengan
GR =
Wt - Wo menggunakan metode uji DMRT (Duncan
t Multiple Range Test) untuk mengetahui
Keterangan :
perbedaan antar masing-masing perlakuan.
GR = Growth Rate (g/hari)
Data kualitas air yang diperoleh selama
Wt = Berat rata-rata ikan di akhir penelitian
penelitian dianalisis secara deskriptif.
(g)
Wo = Berat rata-rata ikan di awal penelitian
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
(g)
t = Lama waktu penelitian (hari)
A. Kelangsungan Hidup
120 93,33a 93,33a
Kelangsungan Hidup (%)

6. Konversi pakan 86,67a 90,00a 93,33a


Perhitungan konversi pakan (Feed 100
Conversion) dapat dihitung berdasarkan 80
rumus Zonneveld et al. (1991), sebagai 60
berikut : 40
F
FC = (Wt + D) - Wo 20
Keterangan : 0
FCR = Feed Conversion P1 P2 P3 P4 P5
F = Jumlah total pakan yang diberikan selama
Perlakuan
pemeliharaan (g)
Wt = Berat total ikan di akhir penelitian (g) Gambar 1. Kelangsungan hidup benih ikan
Wo = Berat total ikan di awal penelitian (g) gabus. (Keterangan: notasi yang
D = Berat total ikan mati pada penelitian (g) sama menunjukan tidak adanya
perbedaan nyata antar perlakuan
7. Efisiensi Pakan {P>0,05}).
Rumus perhitungan efisiensi pakan
(Feed Efficiency) yaitu berdasarkan rumus Tingkat kelangsungan hidup benih ikan
Zonneveld et al. (1991) seperti berikut : gabus ditiap perlakuan relatif sama, secara
(Wt + D ) - Wo
FE = × 100% keseluruhan dengan persentase
F
Keterangan : kelangsungan hidup benih ikan gabus berkisar
FE = Feed Efficiency (%) antara 86,67% sampai dengan 93,33%. Hasil
Wt = Berat total ikan di akhir penelitian (g) analisis menunjukkan bahwa pemberian
Wo = Berat total ikan di awal penelitian (g) pakan dengan penambahan vitamin B1 tidak
D = Berat total ikan yang mati (g) memberikan pengaruh yang berbeda nyata
F = Jumlah total pakan yang diberikan (g)
164
J.Aquawarman. Vol. 5 (2): 162-169. Oktober 2019 ISSN : 2460-9226

terhadap tingkat kelangsungan hidup benih B. Pertumbuhan Panjang dan Berat


ikan gabus (P>0,05). 1. Pertumbuhan panjang
Tingkat kelangsungan hidup benih ikan

Pertumbuhan Panjang (cm)


2.5
1,86b 1,88b 1,90b 1,90b
gabus pada penelitian ini termasuk cukup 1,51a
2.0
tinggi, hal ini diduga karena fungsi dari
1.5
vitamin B1 yang diberikan dapat membantu
proses metabolisme pada pencernaan benih 1.0
ikan menjadi lebih tinggi. 0.5
Dengan berjalannya proses metabolisme yang 0.0
lebih baik maka benih ikan gabus dapat P1 P2 P3 P4 P5
menghasilkan energi dari hasil penyerapan
Perlakuan
pakan yang dicerna. Diduga energi yang
dihasilkan dapat mencukupi kebutuhan Gambar 2. Pertumbuhan panjang mutlak
energi dari benih ikan gabus untuk tetap benih ikan gabus. (Keterangan:
hidup, tumbuh, dan berkembang dengan notasi yang sama menunjukan
lebih baik. tidak adanya perbedaan nyata
Kelangsungan hidup terendah terjadi antar perlakuan {P>0,05}).
pada perlakuan yang diberi pakan tanpa
penambahan vitamin B1, hal ini diduga terjadi 2. Pertumbuhan berat mutlak
Pertumbuhan Berat
b
karena adanya perbedaan tingkat nafsu 2.5 1,69b 1,71 1,60b
makan dari masing-masing benih ikan gabus. 1,59b
Mutlak (g)

2.0
Menurut Krampitz (1969) dalam Halver 1.5 0,98a

(1989) bahwa vitamin B1 berfungsi untuk 1.0


meningkatkan nafsu makan pada ikan. 0.5
Nafsu makan yang rendah dapat 0.0
menyebabkan ikan mendapatkan sumber P1 P2 P3 P4 P5
energi yang kurang. Rendahnya energi yang Perlakuan
dihasilkan benih ikan gabus pada penelitian
ini diduga menjadi penyebabnya masih Gambar 3. Pertumbuhan berat mutlak benih
ditemukan ikan yang terlihat lebih lemah ikan gabus. (Keterangan: notasi
pergerakannya dibandingkan dengan ikan yang sama menunjukan tidak
yang lain. Menurut pengamatan saat adanya perbedaan nyata antar
penelitian, didapati bahwa salah satu ikan perlakuan {P>0,05}).
yang akan mati mengalami ciri-ciri seperti 3. Laju pertumbuhan spesifik
berdiam di dasar dan berenang secara tidak
Laju Pertumbuhan

6 4,29b 4,44b
Spesifik (%/hari)

terarah. 4,14b
5 4,09b
3,18a
Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa 4
perlakuan dengan penambahan vitamin B1 3
semuanya memiliki nilai yang lebih tinggi 2
1
yaitu 90,00% sampai dengan 93,33%
0
dibandingkan dengan pemberian pakan tanpa
P1 P2 P3 P4 P5
penambahan vitamin B1. Hal ini terjadi juga
pada penelitian Giri et al. (2005) terhadap Perlakuan
ikan kerapu bebek yang diberi pakan dengan
Gambar 4. Laju pertumbuhan spesifik benih
penambahan vitamin B1 menunjukan tingkat
ikan gabus. (Keterangan: notasi
kelangsungan hidup yang lebih tinggi
yang sama menunjukan tidak
dibandingkan dengan pemberian pakan tanpa
adanya perbedaan nyata antar
penambahan vitamin B1.
perlakuan {P>0,05}).
165
J.Aquawarman. Vol. 5 (2): 162-169. Oktober 2019 ISSN : 2460-9226

yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang


4. Laju petumbuhan
b
tidak diberikan penambahan vitamin. Hal ini
Laju Pertumbuhan 0.08 0,056b 0,057 diduga karena vitamin B1 berfungsi dalam
Harian (g/hari) 0,053b 0,053b
0.06 meningkatkan nafsu makan sehingga ikan
0,033a
lebih aktif dalam menyantap pakan selama
0.04
waktu pemeliharaan dan diduga dengan
0.02 meningkatnya nafsu makan ikan maka dapat
0.00 meningkatkan pula pertumbuhan dari benih
P1 P2 P3 P4 P5 ikan gabus.
Perlakuan
Pernyataan ini didukung dari penelitian
Giri et al. (2005) yang menyebutkan bahwa
Gambar 5. Laju pertumbuhan benih ikan kandungan vitamin B1 dalam pakan
gabus. (Keterangan: notasi yang berpengaruh terhadap nafsu makan ikan.
sama menunjukan tidak adanya Berdasarkan hasil analisis perlakuan P4 bukan
perbedaan nyata antar perlakuan merupakan perlakuan dengan dosis
{P>0,05}). penambahan vitamin B1 tertinggi namun
menjadi perlakuan dengan nilai tertinggi
Perlakuan dengan penambahan vitamin dalam meningkatkan pertumbuhan berat
B1 pada pakan dalam penelitian ini mutlak ikan bila dibandingkan dengan
menunjukkan hasil pertumbuhan lebih tinggi perlakuan lain.
dari pada perlakuan yang tidak diberi Menurut Steffens (1989) ikan yang
penambahan vitamin B1. Halver (1989) kekurangan vitamin B1 dapat menyebabkan
menyatakan bahwa vitamin B1 berfungsi kehilangan nafsu makan, pergerakan renang
sebagai bagian dari koenzim dalam melamban, atrofi sel, melambatnya
dekarboksilasi oksidatif asam alfa-keto serta pertumbuhan dan warna tubuh ikan menjadi
berperan pada metabolisme protein, pucat. Pada penelitian ini tidak ditemukan
karbohidrat dan lemak. adanya ciri-ciri ikan yang kekurangan vitamin
Menurut Effendie (2002), faktor yang B1 seperti yang telah disebutkan sehingga
mempengaruhi pertumbuhan dibagi menjadi ikan mengalami pertumbuhan berat, hal ini
dua yaitu faktor dalam dan faktor luar. diduga karena kebutuhan vitamin B1 pada
Berdasarkan hasil pengamatan selama benih ikan gabus sudah tercukupi.
penelitian, penambahan bobot dalam laju
pertumbuhan harian diduga dipengaruhi oleh C. Konversi dan Efisiensi Pakan
beberapa faktor diantaranya daya saing ikan 1. Konversi pakan
dalam perebutan makanan dan kemampuan 2.0 1,38a
metabolisme dari masing-masing ikan.
Konversi

1.5 0,95b 0,92b 0,81b 0,93b


Pakan

Berdasarkan hasil pengamatan selama


1.0
penelitian terlihat bahwa beberapa ikan
0.5
mengalami laju pertumbuhan yang lebih
0.0
pesat sehingga menjadikan ukuran tubuh ikan
P1 P2 P3 P4 P5
ini lebih besar dibandingkan dengan ikan yang
lain. Perlakuan
Adanya penambahan vitamin B1 diduga
dapat meningkatkan nafsu makan ikan dan Gambar 6. Konversi pakan benih ikan gabus.
juga meningkatkan aktifitas penyerapan pada (Keterangan: notasi yang sama
pencernaan ikan. Dan berdasarkan hasil menunjukan tidak adanya
pengamatan selama penelitian ikan yang perbedaan nyata antar perlakuan
diberikan penambahan vitamin B1 secara {P>0,05}).
fisiologis lebih aktif dan memiliki nafsu makan
166
J.Aquawarman. Vol. 5 (2): 162-169. Oktober 2019 ISSN : 2460-9226

Konversi pakan tertinggi terdapat pada Hasil dari analisis menunjukan bahwa
perlakuan P1 dengan nilai sebesar 1,38. penambahan vitamin B1 pada pakan dapat
Diikuti dengan perlakuan P2, P5 dan memberikan pengaruh yang berbeda
perlakuan P3 berturut-turut dengan nilai terhadap konversi dan efisiensi pakan benih
0,95, 0,93 dan 0,92. Perlakuan dengan rasio ikan gabus dibandingkan dengan tanpa
konversi pakan terendah yaitu pada penambahan vitamin B1. Diduga dengan
perlakuan P4 dengan penambahan 1,8 mg adanya penambahan vitamin B1 ikan gabus
vitamin B1 per kilogram pakan dengan nilai dapat memanfaatkan pakan yang diberikan
sebesar 0,81 sebagaimana yang dapat dilihat dengan lebih baik, dikarenakan fungsi dari
pada Gambar 6. vitamin B1. Menurut Nurkhozin dan Mulyanti
(2017), vitamin B1 berfungsi sebagai koenzim
2. Efisiensi pakan
b
pada proses metabolisme karbohidrat yang
Efisiensi Pakan (%)

b 122,90 109,02b
150 105,81b 109,49 dibutuhkan dalam reaksi pengubahan piruvat
100 72,85a menjadi asetil-KoA. Asetil-KoA dimanfaatkan
dalam proses metabolisme pada siklus krebs
50 dan dapat menghasilkan energi.
0 Energi yang dihasilkan kemungkinan
P1 P2 P3 P4 P5
dapat mencukupi kebutuhan ikan untuk
mencerna pakan dengan baik sehingga
Perlakuan
meningkatkan konversi pakan dan juga
efisiensi pakan pada ikan. Energi yang
Gambar 7. Efisiensi pakan benih ikan gabus. dihasilkan diduga juga memenuhi kebutuhan
(Keterangan: notasi yang sama ikan untuk beraktivitas sehari-hari seperti
menunjukan tidak adanya berenang, kemudian kelebihan energi yang
perbedaan nyata antar perlakuan dihasilkan digunakan untuk penunjang
{P>0,05}). pertumbuhan ikan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Effendie (2002) bahwa
Nilai efisiensi pemanfaatan pakan benih
pertumbuhan individu terjadi bila ada
ikan gabus dapat dilihat pada Gambar 7,
kelebihan energi dan protein yang berasal
dimana penambahan vitamin B1 dengan dosis
dari pakan, setelah digunakan untuk
yang berbeda pada pakan memberikan hasil
kebutuhan metabolisme dasar dan
berpengaruh nyata, dimana P4 merupakan
pergerakan maka akan digunakan untuk
perlakuan tertinggi.
perawatan bagian tubuh atau pergantian sel-
Konversi pakan merupakan
sel yang rusak.
perbandingan antara jumlah pakan yang
Berdasarkan data hasil perhitungan
diberikan dengan jumlah pertumbuhan berat
konversi dan efisiensi pakan maka
ikan yang dihasilkan (Zonneveld et al., 1991).
penambahan 1,8 vitamin B1 mg per kilogram
Konversi pakan adalah penggambaran banyak
pakan merupakan dosis optimal untuk benih
atau sedikitnya pemberian pakan pada ikan
ikan gabus. Pada penelitian ini didapatkan
dalam jangka waktu tertentu selama masa
bahwa kebutuhan vitamin B1 pada ikan gabus
pemeliharaan. Nilai konversi pakan tertinggi
yang merupakan ikan karnivora yaitu sebesar
didapatkan pada perlakuan P1, konversi
1,8 mg per kilogram pakan. Jika dibandingkan
pakan terendah dalam penelitian ini terdapat
dengan kebutuhan vitamin B1 dengan ikan
pada perlakuan P4. Semakin rendah nilai yang
karnivora lain seperti ikan kerapu bebek (0,6
didapat maka semakin baik hasilnya. Dapat
mg per kilogram pakan) pada percobaan Giri
dikatakan bahwa dengan jumlah pakan yang
et al. (2005), maka kebutuhan vitamin B1
kurang dari 1 kg dapat menghasilkan daging
pada ikan gabus cenderung lebih tinggi.
ikan sebanyak 1 kg.
Berbeda halnya dengan sesama jenis
ikan yang hidup pada habitat perairan tawar,
167
J.Aquawarman. Vol. 5 (2): 162-169. Oktober 2019 ISSN : 2460-9226

kebutuhan vitamin B1 ikan gabus cenderung gabus masih mampu bertahan hidup dengan
lebih rendah jika dibandingkan dengan kandungan CO2 yang cukup tinggi. Hartini et
kebutuhan vitamin B1 pada beberapa spesies al. (2013) menyatakan bahwa ikan gabus
ikan air tawar lain yang mencapai 10-15 mg mampu mentoleransi kandungan CO2 sebesar
per kilogram pakan dalam Halver (1989). kurang dari 5 mg/liter.
Amoniak (NH3) merupakan salah satu
D. Kualitas Air parameter perairan yang penting karena
Hasil dari kualitas air pada penelitian ini menurut Boyd (2015) amoniak adalah zat
masih tergolong cukup baik dan juga ikan utama yang dihasilkan dari proses ekskresi
gabus merupakan ikan yang lebih tinggi biota perairan termasuk ikan. Seperti hasil
tingkat toleransinya terhadap kondisi kualitas ekskresi yang lain, zat ini dapat menjadi racun
air yang kurang baik. Kisaran parameter apabila tidak bisa diekskresikan. Toleransi
kualitas air pada penelitian ini masih dalam ikan terhadap amoniak bervariasi tergantung
kisaran normal untuk kelangsungan hidup dengan spesies, kondisi fisiologis dan kondisi
dan pertumbuhan benih ikan gabus. lingkungan. Konsentrasi mematikan untuk
Berdasarkan hasil pengamatan suhu pada jangka waktu pendek (24 sampai 72 jam)
media pemeliharaan berada pada kisaran 27- adalah diantara 0,4 dan 2,0 mg/liter (Boyd
32ºC, kondisi ini sesuai dengan pernyataan dan Pillai, 1984).
BPBAT Mandiangin (2014) bahwa ikan gabus Konsentrasi amoniak yang teramati pada
dapat hidup dan tumbuh dengan baik pada penelitian ini tergolong rendah karena nilai
suhu perairan dengan kisaran 26,8-32,1ºC. yang didapatkan yaitu 0,002-0,049 mg/liter,
Derajat keasaman atau pH yang terukur ikan gabus dapat bertahan hidup dan tumbuh
pada media pemeliharaan selama penelitian dengan baik pada kondisi seperti ini selama
yaitu berkisar 7,42-8,95. Muflikhah (2007) penelitian. Hal ini sesuai dengan pernyataan
menyatakan bahwa ikan gabus sangat toleran Bijaksana (2010), bahwa pada perairan rawa
terhadap kondisi anaerob, karena memiliki yang menjadi habitat dari ikan gabus didapati
alat pernafasan tambahan yang terletak di konsentrasi amoniak yang cukup tinggi yang
atas insang, dengan demikian ikan gabus konsentrasinya berkisar 0,3-0,6 mg/liter.
dapat hidup pada perairan dengan kondisi pH
yang berkisar antar 4-9. 4. KESIMPULAN
Kadar oksigen terlarut pada penelitian ini
masih dalam kisaran normal dengan nilai a. Penambahan vitamin B1 dalam pakan
konsentrasi 2,83-6,69 mg/liter. Bijaksana dengan dosis yang berbeda tidak
(2010) menyatakan bahwa ikan gabus menunjukkan adanya pengaruh yang
termasuk salah satu jenis ikan yang mampu berbeda nyata terhadap kelangsungan
mempertahankan hidupnya dalam kondisi hidup, tetapi menunjukkan pengaruh
lingkungan dengan kadar oksigen terlarut yang berbeda nyata terhadap
rendah berkisar 1,9-3,7 mg/liter. pertumbuhan panjang, pertumbuhan
Menurut BPBAT Mandiangin (2014), berat benih ikan gabus dan konversi
bahwa ikan gabus pada tahap pendederan serta efisiensi pakan.
benih dapat menunjukan pertumbuhan yang b. Penambahan vitamin B1 dalam pakan
baik pada kisaran oksigen terlarut sekitar 0,5- pada perlakuan P4 (1,8 mg vitamin B1 /
7,4 mg/liter. kg pakan) menunjukkan hasil
Menurut Gaffar et al. (2012) benih ikan kelangsungan hidup, pertumbuhan dan
gabus dapat tumbuh pada perairan dengan efisiensi pakan yang lebih tinggi serta
konsentrasi karbon dioksida (CO2) berkisar konversi pakan yang terendah
2,4-3,6 mg/liter. Pada penelitian ini nilai dibandingkan perlakuan lainnya.
konsentrasi CO2 yang didapatkan memiliki
nilai tertinggi yaitu 3,30 mg/liter. Diduga ikan
168
J.Aquawarman. Vol. 5 (2): 162-169. Oktober 2019 ISSN : 2460-9226

DAFTAR PUSTAKA Muflikhah, N. 2007. Domestikasi Ikan Gabus


(Channa striata). BAWAL 1(5): 169-175.
Bijaksana, U. 2010. Kajian Fisiologi Reproduksi Nurkhozin, M. dan S. Mulyanti. 2017.
Ikan Gabus, Channa striata Blkr di Dalam Biokimia: Enzim dan Metabolisme
Wadah dan Perairan Rawa Sebagai Upaya Karbohidrat. ANDI, Yogyakarta, 360 hal.
Domestikasi. Disertasi Doktor. Sekolah Steffens, W. 1989. Principles of Fish Nutrition.
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, English Edition. Ellis Horwood Limited.
Bogor, 117 hal. Chichester, West Sussex, 384 p.
Boyd, C.E. 2015. Water Quality: An Zonneveld, N., E.A. Huisman dan J.H. Boon.
Introduction. Second Edition. Springer 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. PT
International Publishing, Switzerland, 357 Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 336 hal.
p.
Boyd, C.E. and V.K. Pillai. 1984. Water Quality
Management in Aquaculture. CMFRI
Special Publication Number 22: 105 p.
BPBAT Mandiangin. 2014. Naskah Akademik
Ikan Gabus (Channa striata Bloch 1793)
Hasil Domestikasi. Direktorat Jendral
Kementerian Kelautan dan Perikanan, 67
hal.
Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan.
Cetakan Kedua. Yayasan Pustaka
Nusatama, Yogyakarta, 163 hal.
Gaffar, A.K., D. Muthmainnah dan N.K.
Suryati. 2012. Perawatan Benih Ikan Gabus
Channa striata dengan Perbedaan Padat
Tebar dan Perbedaan Volume Pakan.
Prosiding InSINas 0727: 303-306.
Giri, N.A., K. Suwirya, M. Marzuqi dan F.J.
Ravael. 2005. Kebutuhan Thiamin Untuk
Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek
(Cromileptes altivelis). Aquacultura
Indonesiana 6(3): 123-130.
Halver, J.E. 1989. The Vitamins. In Halver, J.E
(ed.). Fish Nutrition. Second Edition.
Academic Press, Inc. San Diego, California,
31-109 p.
Hartini, S., A.D Sasanti dan F.H. Taqwa. 2013.
Kualitas Air, Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan Benih Ikan Gabus (Channa
striata) yang Dipelihara Dalam Media
Dengan Penambahan Probiotik. Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia 1(2): 192-202.
Kumar, D., K. Marimuthu, M.A. Haniffa dan
T.A. Sethuramalingam. 2008. Effect of
Different Live Feed on Growth and Survival
of Striped Murrel Channa striatus larvae.
Journal of Fisheries and Aquatic Sciences
25(2): 105-110.
169

You might also like