Professional Documents
Culture Documents
Budaya atau kebudayaan adalah suatu cara hidup yang berkemabang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwarisikan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan sebahagian dari diri
manusia yang tidak dapat dipisahkan sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan
secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeza budaya
dan menyesuaikan perbezaannya,membuktikan bahawa budaya itu dipelajar
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Ia bersifat kompleks, abstrak, dan luas.Banyak aspek
budaya turut menentukan perilaku berkomunikasi. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan
meliputi banyak kegiatan sosial manusia
Daripada kesemua pengertian ini,kebudayaan bolehlah disimpulkan sebagai keseluruhan cara hidup
manusia termasuk hasil ciptaan dan pemikiran yang sesuai dengan kehendak rohani dan jasmani
yang menjadi amalan untuk kesejahteraan hidup sesuatu kelompok masyarkat.
Kebudayaan mempunyai hubungan erat dengan masyarakat. Menurut Melville J.Herskovits dan
Bronislaw Malinowksi, segala sesuatu yang terdapat di dalam sesebuah masyarakat mempunyai
hubungkait atau boleh ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki masyarakat itu sendiri. Fahaman ini
dikenali di kalangan ahli antropologi (kajian manusia) sebagai fahaman determinisme (atau
penentuan) budaya. Herskovits seterusnya memandang budaya sebagai sesuatu yag diperturunkan
daripada satu gnerasi ke generasi seterusnya dan konsep ini disebut sebagai organik lampau.
Perkataan budi berasal daripada kata Sanskrit iaitu Buddhi yang bermaksud bijak, pekerti baik dan
mulia (Teuku Iskandar, 1970).
Pengertian ini merujuk kepada tingkah laku manusia yang baik, mulia dan memberikan kebaikan
kepada orang lain.
Menurut Kamus Dewan (2005), budi ialah akal dan kebijaksanaan atau perangai, akhlak, tingkah
laku, kelakuan, watak dan daya upaya yang baik.
Pengertian ini membawa maksud budi ialah kebaikan atau kebijaksanaan yang dilakukan oleh
seseorang individu atau kumpulan.
Mengikut Kamus Dewan (2002), menjelaskan maksud bahasa ialah sistem lambang bunyi suara yang
dipakai sebagai alat perhubungan dalam lingkungan satu kelompok manusia dan percakapan yang
baik.
Menurut Ferdinand de Saussure(1960), beliau menyatakan bahasa merupakan satu sistem isyarat
yang abstrak yang mempunyai struktur tertentu yang digunakan untuk berinteraksi dalam
masyarakat.
Menurut Noam Chomsky (1957), bahasa mengandungi satu set ayat yang tidak terhingga dan tidak
terbatas yang terbentuk daripada unsur bahasa yang dikenali sebagai fonem.
Menurut Asmah Hj. Omar (1986), bahasa merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ujaran
yang terdapat dalam rongga mulut dan rongga tekak manusia.
Raminah Hj Sabran dan Rahim Syam (1985) telah mendefinisikan bahasa sebagai alat untuk
menyatakan perasaan, pendapat, fikiran dan sebagainya.
Menurut Kamus Elektronik Pusat Rujukan Persuratan Melayu Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP), budi
bahasa merangkumi pekerti, akhlak, watak dan kelakuan yang baik, sopan, pemurah.
Budi bahasa merujuk kepada tutur kata , kelakuan, sopan santun, tatatertib, akal, perbuatan
kebajikan ynag tercantum dalam kata-kata akhlak yang mulia.
Berbudi bahasa juga membawa erti berbudi melalui bahasa atau bahasa atau bahasa sebagai budi.
Dalam Islam, budi bahasa dimaksudkan sebagai akhlak atau peribadi yang mulia.Akhlak yang mulia
dalam pergaulan masyarakat dinilai daripada tutur kata yang baik.
Budi bahasa merupakan cerminan budaya . Budi bahasa yang indah mencerminkan kebudayaan yang
indah ynag diamalkan oleh sesebuah masyarakat.
1. Nilai koneksis
2. Nilai ekonomi
2.1. •Pertanian ranking paling utama dalam budaya cina •Pertanian mementingkan suku kaum dan
modal •Petani berhubungkait dengan tanah
3. Nilai politik
3.1. •Aspek kekuasaan •Memberi jaminan kepada golongan pemerintah •Menjaga kewibawaan
4. Nilai masyarakat
4.1. •Menuju kekayaan, jasa, nama •Sentiasa mencari peluang untuk berada di atas
5. Nilai Keagamaan
5.1. •Menyembah datuk nenek oMemainkan peranan penting dalam nilai agama oSebagai orang
yang dapat memberi perlindungan oDapat bergabung dengan tuhan oBaik sebagai dewa, jahat
sebagai hantu oMenyambut hari hantu lapar dengan memebri buah-buahan dan makanan
•Menyembah banyak tuhan
6. Nilai akhlak
6.1. •Paling penting dalam budaya cina •Untuk mencapai keharmonian masyarakat
7. Nilai pencapaian
7.1. •Untuk menjadi birokrasi, pegawai istana, sarjana dan tuan tanah •Paling penting dalam
pencapaian individu •Melalui 3 perkara oMendirikan akhlak oMendirikan jasa oMendirikan
bahasa(ilmiah) •Konsep ilmu oMencari ilmu dari paling rendah kepada luas (tinggi) oBelajar dan
bertanyaC. AJARAN-AJARAN KONFUSIANISME
1. Kebenaran - Yi ( 義 )
Yi umumnya diartikan sebagai menjunjung tinggi kebenaran, keadilan, kewajiban dan kepantasan.
Menurut Fung Yu lan Yi berarti keadaan yang seharusnya terjadi yang merupakan amar tanpa syarat.
Setiap orang mempunyai hal-hal tertentu yang seharusnya ia lakukan demi hal-hal itu sendiri yang
ditinjau dari sisi moral merupakan hal yang harus dikerjakan karena benar. Jika orang mengerjakan
hal itu karena pertimbangan lain terletak diluar dibidang moral, walaupun ia mengerjakan apa yang
seharusnya dikerjakan , namun perbuatannya tersebut tidak lagi merupakan perbuatan yang
adil/lurus. Hal ini dapat kita simak dari perkataan Konfusius sendiri, " Seorang Junzi hanya mengerti
akan kebenaran, sebaliknya seorang rendah budi hanya mengerti akan keuntungan".
Ketika Fan Chi ( murid Konfusius ) bertanya tentang 'Ren' , Konfusius menjawab," Cintailah manusia".
"Seorang yang memiliki Ren ingin dapat tegak, maka berusaha agar orang lainpun tegak: ia ingin
maju, maka berusaha agar orang lainpun maju.". Juga yang diri sendiri tidak inginkan hendaklah
jangan diberikan kepada orang lain. Kepada Zi Zhang, Konfusius berkata, "Ren adalah kesanggupan
untuk mencapai lima hal didunia, yaitu hormat, lapang hati, dapat dipercaya, cekatan, murah hati".
3. Kesusilaan - Li ( 禮 )
Pada masa sebelum Konfusius, Li berarti kurban dalam upacara persembahan kurban untuk
memenuhi kehendak langit. Upacara atau ritual semacam ini merupakan bagian dari peradaban
China yang telah berlangsung selama ribuan tahun. Konfusius kemudian memperluas makna kata Li
dengan pengertian baru yaitu kepatutan atau kepantasan perilaku terhadap orang lain. Pengertian
ini memiliki arti sangat luas yang meliputi semua nilai-nilai etika, tata-krama, budi pekerti,
kesopanan, norma sosial dan moral. Jika harus diartikan dalam satu kata, maka kata yang tepat
adalah Kesusilaan.
Bagi Konfusius segala sesuatu yang berhubungan antara manusia dan manusia yang lain harus diatur
menurut Li. Yan Yuan ( seorang murid Konfusius ) bertanya tentang cinta kasih. Konfusius
menjawab," Mengendalikan diri dan pulang kepada kesusilaan, itulah cinta kasih. Bila suatu hari
dapat mengendalikan diri pulang kepada kesusilaan, dunia akan kembali kepada cinta kasih. Cinta
kasih itu bergantung kepada usaha diri sendiri. Dapatkah bergantung kepada orang lain?"
Yan Yuan meminta penjelasan tentang pelaksanaannya. Konfusius menjawab," Yang tidak susila
jangan dilihat, yang tidak susila jangan didengar, yang tidak susila jangan dibicarakan, dan yang tidak
susila jangan dilakukan."
"Tata cara itu harus selaras dengan kemurnian hati, dan kemurnian hati terwujud dalam tata cara.
Ingatlah kulit harimau dan macan tutul jika dihilangkan bulu-bulunya tidak akan ada bedanya dengan
kulit anjing dan kambing."
"Diatur dengan undang-undang, dilengkapi dengan hukuman, menjadikan orang hanya berusaha
menghindar dan kehilangan harga diri. Diatur dengan kebajikan dan dilengkapi dengan kesusilaan,
menjadikan orang tumbuh rasa harga diri dan berusaha hidup benar."
"Bagi orang yang tidak memiliki cinta kasih ( Ren ), apa arti kesusilaan ( Li )? bagi yang tidak memiliki
cinta kasih ( Ren ) apa arti musik ( Yue )?"
Lin Fang bertanya tentang inti kesusilaan. Konfusius menjawab,"Didalam upacara daripada mewah
menyolok lebih baik sederhana. Didalam upacara duka, daripada meributkan perlengkapan upacara
lebih baik ada rasa sedih yang tulus".