You are on page 1of 15

PROFESIONALISME WARTAWAN DALAM PELIPUTAN BERITA RADIO DI RRI

PEKANBARU

Ristin Ristiani
Email :ristin_ristiani@yahoo.com

Pembimbing: Dr. Suyanto, S.Sos, M.Sc


Jurusan Ilmu Komunikasi-Konsentrasi Manajemen Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Riau

Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Riau


Kampus Bina Widya,H.R. Soebrantas Street Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru 28293
Telp/Fax. 0761-63277

Abstract
Radio Republic Indonesia (RRI) is a mass media Pekanbaru government formed in 1958
and is a subsidiary of RRI Center. Pekanbaru RRI reporters demanded to cover the news according
to the schedule that has been set and any place that has been coordinated in order to meet the
demands of the news coverage of the desired entire Pro can be met. Thus, this study aims to
determine how the professionalism of journalists in the coverage of News Radio RRI Pekanbaru
and to know the constraints of journalists in radio news coverage in RRI Pekanbaru.
This study uses descriptive qualitative method. The object of this research is the Institute
RRI Pekanbaru. Subjects in this study by researchers determined by statute (purposive sampling)
such as Editor, Coordinator of coverage, as well as the journalists who run news coverage.
Techniques used in data collection are observation informant interviews or ask the reporter RRI
to obtain information and documentation that is data derived from company documentation, photo
documentation researchers get on the field as the additional documentation.
Based on the research found that the First, professionalism of journalists working in
Pekanbaru RRI seen from the background of news coverage, any news items are loaded and
educational background. Second, researchers found several obstacles journalists, namely,
network technical constraints, time constraints, inadequate number of journalists or Human
Resources (HR), the reporter is not of journalism education.
.

JOM FISIP Vol. 5 No. 1 - April 2018 Page 2


Wartawan atau jurnalis adalah tingkah laku maupun perbuatan. Jadi,
seseorang yang melakukan kegiatan profesionalisme kerja yang dimiliki
jurnalistik atau orang yang secara oleh birokrasi pada hakikatnya
teratur menuliskan berita (berupa merupakan suatu akibat dari
laporan) dan tulisannya persyaratan kerja yang harus dipenuhi
dikirim/dimuat di media massa secra oleh wartawan. Sedangkan
teratur. Laporan ini lalu dapat terbentuknya persyaratan itu sendiri
dipublikasikan dalam media massa, harus diupayakan pimpinan birokrasi
seperti koran, televisi, radio, majalah, dalam hal ini adalah pimpinan redaksi
filim dokumentasi, dan internet. mewakili perusahaan (kimsean dalam
Wartawan mencari sumber mereka Sulistriyani, 2004: 315).
untuk ditulis dalam laporannya dan
mereka diharapkan untuk menulis Profesionalisme wartawan
laporan yang paling objektif dan tidak radio merupakan orang yang
memiliki pandangan dari sudut menyandang suatu jabatan atau
tertentu untuk melayani masyarakat. perkerjaan dilakukan dengan keahlian
yang menitik beratkan pada
Dalam diri wartawan sendiri, kemampuan berbicara atau
istilah “profesional” memiliki tiga arti melaporkan berita secara lisan
pertama profesional adalah kebalikan (Zaenuddi, 2011:34). Apalagi untuk
dari amatir. Kedua, sifat pekerjaan melaporan-laporan berita yang
wartawan menuntut pelatihan khusus. disampaikan secara langsung, sang
Ketiga, norma-norma yang mengatur wartwan radio harus menguasai
perilakunya dititik beratkan bahasa tutur yang baik dan benar agar
kepentiangan khalayak pembaca laporannya dapat di mengerti
(Kusumningrat, 2014: 115). pendengar.

Dalam penelitian ini peneliti Wartawan Radio RRI harus


ingin mengkaji profesionalisme berkerja lebih ekstra karena harus
wartawan melalui hasil meliput, merekam, membuat narasi
pemberitaannya. Dalam proses dan mendubbing. Sebelum berita
memproduksi berita tentu banyak hal disiarkan harus di periksa terlebih
yang harus diperhatikan, seperti dahulu kepada tim redaksi, setelah di
profesionalisme wartawan dalam periksa maka berita tersebut boleh
mencari berita, kedisiplinan dalam disiarkan kemudian reporter boleh
berkerja, mengikuti aturan-aturan membuat narasi dan mendubbing,
yang sesuai dengan standar Sementara wartawan bidang lain
pembuatan berita, dan menerapkan seperti di media Cetak dan Online
kode etik jurnalistik penulisan berita hanya cukup meliput dan langsung
agar yang dihasilkan tidak menyalahi menulis berita. Menjadi seorang
aturan kode etik jurnalistik penulisan wartawan radio RRI harus berkerja
berita. lebih ekstra dan menuntut
profesionalisme yang tinggi tidak bisa
Profesionalisme wartawan dijalanankan oleh sembarangan orang
merupakan suatu sikap perilaku dan menjadi wartawan radio RRI
bawahan dalam birokrasi terhadap harus benar-benar terlatih. wartawan
suatu peraturan-peraturan dan stndar radio RRI berkerja dibawa tekanan
yang telah diterapkan, birokrasi yang waktu, artinya perkerjaan para
telah di wujudkan baik dalam bentuk

1
wartawan baik sebagai reporter wartawan. Kemudian kewajibannya
maupun redaktur, pasti selalu di mencari berita minimal empat dalam
batasi oleh waktu. Para wartawan sehari sehingga mereka di bebankan
seringkali merasa tertekan manakala dalam sehari empat berita, dan
waktu deadline hampir tiba, mencari narasumber.
sementara berita belum sempat ditulis
atau malah belum diliput. ketika Sebagai wartawan RRI
wartawan di berikan tugas dalam Pekanbaru dalam mendapatkan
waktu seperti apapun harus siap dan berita, menjadi seorang wartawan
tidak boleh menolak kecuali yang profesional harus mampu
mengalami situasi yang tidak meliput dan memenuhi berita di
memungkinkan untuk melakukan seluruh bidang seperti Pro 1 (Pusat
peliputan (wartawan Effi Bukit). Pemberdayaaan Masyarakat), Pro 2 (
Pusat Kreatifitas Anak Muda), Pro 3
Berdasarkan hasil Riset saya (Jaringan Berita Nasional), Pro 4
wartawan RRI hanya berjumlah (Pusat Kebudayaan Indonesia).
sebanyak enam orang yang di Dalam hal inilah wartawan RRI
tugaskan untuk mencari berita. Dari Pekanbaru dituntut mampu meliput
enam orang wartawan RRI kendala berita sesuai jadwal yang telah di
yang dialami perindividu ialah ketika tentukan dan dimana pun tempat yang
wartawan konfirmasi berita harus telah di koordinasikan agar peliputan
wawancara langsung kepada dalam memenuhi seluruh berita yang
narasumber, tidak bisa hanya sekedar di inginkan seluruh Pro dapat
data yang diperoleh dari narasumber. terpenuhi. Jadi wartawan sebagai
Sedangkan (dalam Keith, 2000:55) pencari berita di RRI harus
tugas seorang wartawan adalah Profesional dalam menjalankan
memberitahukan suatu peristiwa dan tugasnya baik dalam peliputan,
bukan menciptakan berita. Setiap pengemasan berita serta harus
wartawan wajib mencari berita bertanggungjawab atas
minimal empat dalam sehari. Dengan perkerjaannya. Hal ini menjadi
adanya keterbatasan wartawan pertanyaan bagaimana
Kendala lainnya yang sering di hadapi profesionalisme wartawan yang
Wartawan RRI pekanbaru adalah berkerja dimedia massa Radio RRI
dampak buruk akibat kurang tidur Pekanbaru.
atau tidur tidak teratur yang di
karnakan wartwan berkerja 26 Jam. Berdasarkan latar belakang
Wartawan yang berkerja 26 jam tersebut penulis tertarik untuk
sebuah ungkapan untuk mengetahui apakah kinerja wartawan
menggambarkan betapa pekerjaan dalam peliputan berita radio sudah
wartawaan sesungguhnya tidak dilakukan secara profesional, dengan
dibatasi oleh siang dan malam. ini penulis mengambil judul :
“PROFESIONALISME
Disamping itu, menjadi WARTAWAN DALAM
seorang wartwan profesional tentu PELIPUTAN BERITA RADIO DI
memiliki Hak dan Kewajiban. Hak RRI PEKANBARU”
dan kewajiban yang dimaksud ialah
Hak wartawan RRI sudah
terpenuhinya hak seperti akomodasi
TINJAUAN PUSTAKA

2
Profesionalisme Wartawan memihak ini pun dimasukkam pula
Istilah “profesional” memiliki dalam Kode Etik Jurnalistik PWI.
tiga arti: pertama, profesional adalah
kebalikan dari amatir. Kedua, sifat Oleh karna itulah wartawan
perkerjaan wartawan menuntut sebagai profesional dalam
pelatihan khusus Ketiga, norma- menjalankan tugasnya dibimbing
norma yang mengatur perilakunya oleh kode etik. Ini sama halnya
dititik beratkan pada kepentingan dengan profesi dokter, pengacara,
khalayak pembaca. Selanjutnya atau akuntan yang senantiasa berpijak
terdapat dua norma yang dapat pada kode etik mereka dalam
diindetifikasikan yaitu: pertama, melaksanakan perkerjaannya. Dalam
norma teknis (keharusan halnya wartawan Indonesia, kode etik
menghimpun berita dengan cepat, yang saat ini dikenal adalah Kode
keterampilan menulis dan Etik Jurnalistik yang dikeluarkan oleh
menyunting, dsb), dan kedua, norma persatuan Wartawan Indonesia
etis (kewajiban kepada pembaca serta (PWI).
nilai-nilai seperti tanggungjawab,
sikap tidak memihak, sikap peduli, Profesional Dalam pemberitaan
sikap adil, objektif dan lain-lain yang
semuanya harus tercermin dalam a. Menyebut Nama dan
produk penulisannya. Identitas
Profesioanalisasi dalam
Landasan unsur-unsur yang pemberitaan ditunjukan dengan
sehat ini tidak hanya terdapat dalam kaidah-kaidah atau adab-adab yang
norma-norma yang tercantum dalam harus diikuti wartawan dalam
Kode Etik saja, tetapi juga terdapat pemberitaan mereka di bidang
dalam norma-norma teknis profesi hukum. Kaidah-kaidah ini tercantum
wartawan itu sendiri. Misalnya, dalam Kode Etik Jurnalistik yang
dalam mempertimbangkan layak telah disinggung sebelumnya. Orang
tidaknya suatu berita untuk dimuat, awam yang tidak memahami adab-
terdapat persyaratan harus adab dalam praktik jurnalistik
dipenuhinya unsur-unsur layak berita maupun soal-soal hukum dan
yang selalu harus diperhatikan oleh peradilan, tertentu akan bingung jika
setiap wartwan profesional. Salah membaca berbagai media yang
satunya adalah unsur bahwa berita sikapnya tidak sama dalam penyebut
harus adil dan berimbang (fair and nama dan identitas pelaku
balanced) seperti yang sudah pelanggaran dalam berita-berita
diuraikan dalam bab 3 yang kepolisian atau pengadilan. Beberapa
membicarakan soal unsur layak suratkabar dan majalah hanya
berita. Jika S. Robert Lichter dkk menuliskan singkatan atau inisial
misalnya mengatakan bahwa pers nama dan identitas si pelaku, tetapi
Amerika memiliki tradisi yang sudah suratkabar dan majalah lainnya
berlangsung lama tentang sikap adil dengan terang-terangan menuliskan
dan berimbang (fairness) serta tidak namanya secara lengkap.
memihak (non partisanship), pers
indonesia pun sebenarnya sudah lama Bunyi pasal 7 Kode Etik
pula melaksanakan tradisi ini Jurnalistik PWI yang terbaru
sehingga prinsip adil dan tidak menyebutkan: “Wartawan Indonesia
dalam memberitakan peristiwa yang

3
diduga menyangkut pelanggaran Rambu Rambu Etika dan Hukum
hukum dan atau proses peradilan, a. Kode Etik Jurnalistik
harus menghormati asas praduga tak Kendala lain dalam
bersabar, prinsip adil, jujur, dan menghimpun berita datang dari
penyajian berimbang” (Hikmat dan ketentuan-ketentuan yang
Purnama, 2014:180). mencantum dalam kode etik
jurnalistik yang merupakan undang-
Asas “praduga tak bersalah” undangnya profesi wartwan. Kode
atau dalam bahasa Inggris dikenal etik yang mengatur profesi wartawan
dengan istilah “Presumption of Indonesia anggota PWI adalah Kode
innocent” dapat kita pahami kalau Etik Jurnalistik PWI yang untuk
kita membaca ini pasal 8 UU No. 14 pertama kalinya disahkan dalam
Tahun 1970. Dalam pasal itu kongres PWI pada bulan Februari
dikatakan bahwa “Setiap orang yang 1997. Professional code ini
disangka, ditangkap, ditahan, dituntut mengalami beberapa kali perubahan
dan / atau dihadapkan kedepan dan penyempurnaan terakhir disahkan
pengadilan, wajib dianggap tidak Kongres XXI PWI, 2-5 Oktober 2003
bersalah sebelum adanya putusan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah
Pengadilan yang mengatakan (Purnama dan Hikmat, 2014:105-
kesalahannya dan memperoleh 106).
kekuatan hukum yang tetap.”
(Hikmat dan Purnama, 2014:180) Dengan demikian, ada rambu-
rambu bagi wartwan dalam
b. Menyebut Nama dalam menjalankan kebebasannya, yaitu
Kejahatan Susila Kode Etik Jurnalistik, selain
Tetang pemberitaan dalam peraturan perundang-undangan
kejahatan susila atau kejahatan seks maupun kendala-kendala lainnya.
pun, wartwan harus tetap dalam sikap Kode Etik ini meskipun tidak
profesionalnya. Sikap profesionalini menetapkan sanksi tegas seperti
tercermin dalam tindakan wartwawan undang-undang, namun ketentuan-
dalam memberitakan peristiwa ketentuannya dipatuhi oleh setiap
tersebut yang tetap harus mengacu wartawan karena jika tidak, martabat
pada Kode Etik Jurnalistik. Pasal 8 profesi wartawan akan terpuruk.
Kode Etik Jurnalistik PWI yang Dengan demikian, tegaknya
berbunyi: “wartawandalam professional code ini sangat
memberitakan kejahatan susila tidak mengandalkan pada “kata hati” atau
merugikan pihak korban.” Dalam “hati nurani” wartawan sendri.
penjelasan pasal ini dikatakan, “Tidak
menyebutkan nama atau identitas Meskipun kebebasan pers
korban perbuatan susila tersebut, baik dijamin undang-undang, tidak ada
wajah, tempat kerja, anggota keluarga satu pun suratkabar atau majalah,
dan atau tempat tinggal. Namun boleh bahkan media massa, yang bebas
hanya menyebutkan jenis kelamin melakukan suatu kesalahan,
dan umur korban. Kaidah-kaidah ini kejahatan, atau penginaan dan
juga berlaku dalam kasus pelaku pencemaran nama terhadap
kejahatan dibawah umur (dibawah 16 seseorang, kelompok, organisasi, atau
tahun)”. (Hikmat dan Purnama, instansi tertentu. Baik disengaja
2014:119) maupun tidak, karena kelalaian atau

4
pun kesembronoan (Kustadi, c. Off-the-Record
2016:222). Istilah ‘off-the-record’,
meskipun pengertiannya hampir sama
b. Embargo dengan embargo, yaitu sama-sama
Salah satu ketentuan yang merupakan permintaan dari sumber
ditetapkan dalam Kode Etik berita untuk tidak menyiarkan
Jurnalistik adalah lembaga embargo keterangan yang diberikan oleh
dan off-the-record. Kedua lembaga sumber berita, tetapi menurut
sebenarnya hampir tidak dapat penjelasan pasal 14 tersebut
dibedakan. Sebagai contoh kami bentuknya lain. Off-the-record terjadi
kemukakan disini sebuah kasus berdasarkan perjanjian antara sumber
embargo yang sekaligus juga berita dan wartawan yang
merupakan kasus off-the record bersangkutan untuk tidak menyiarkan
dimana sumber berita meminta informasi yang tlah diberikan oleh
kepada wartawan yang sumber berita (Purnama dan Hikmat,
mewawancarainya agar berjanji 2014:107).Keterangan yang
bahwa informasi yang disampaikan diberikan secara off-the-record
tidak untuk di siarkan, melainkan sebaiknya jangan diterima. Artinya,
hanya sebagai pengetahuan wartawan informasi atau keterangan yang
saja. Karena di minta untuk berjanji, diberikan kepada wartawan dengan
wartawan tersebut tidak akan syarat tidak untuk disiarkan janganlah
melanggar janjinya. Dikarenakan diterima.penolakan ini sebaiknya
kalau sang wartwan mengkhianati dilakukan kalau tidak mau
sumber berita tersebut, maka sumber ketinggalan kereta dalam
berita itu tidak akan menjadi sumber pemberitaan. Karena, apa yang
berita lagi. Tetapi, lebih penting dari diberikan sebagai keterangan off-the-
itu, kata hati sang wartawanlah yang record dan tidak boleh disiarkan,
lebih banyak berbicara disini karena mungkin saja akan disiarkan
ia memeang terkait oleh kode etik wartawan lain, yang mendapat berita
sebagai pedoman dalam menjalankan tersebut dengan jalan lain, tanpa
profesinya sebagai wartawan. syarat off-the-record.

Pasal 14 Kode Etik Jurnalistik Selain itu, ada keburukan lain


PWI berbunyi: “wartawan Indonesia yaitu sekali seorang wartawan
menghormati embargo bahan latar bersedia menerima keterangan
belakang, dan tidak menyiarkan mengenai sesuatu masalah secara off-
informasi yang oleh sumber berita the-record, ia terkait oleh janjinya dan
tidak dimaksudkan sebagai bahan sulit untuk membuat berita mengenai
berita serta tidak menyiarkan masalah yang sama dengan
keterangan ‘off-the-record’ atas menggunakan bahan-bahan yang
kesepakatan dengan sumber berita.” kira-kira sama dengan yang telah
diterangkan kepadanya tanpa
Menurut penjelasan pasal 14 menimbulkan anggapan, ia telah
Kode Etik Jurnalistik tersebut, melanggar janji, sekalipun bahan-
embargo “yaitu permintaan menunda bahan yang pada pokoknya sama itu
penyiaran suatu berita sampai batas diperoleh dari sumber-sumber lain.
waktu yang ditetapkan oleh sumber
berita, wajib dihormati (Purnama dan METODE PENELITIAN
Hikamt, 2014:106).

5
Penelitian ini menggunakan mengenai Peliputan berita dalam
metode penelitian kualitatif dengan dunia jurnalistik merupakan kegiatan
analisa deskriptif. Penelitian kualitatif yang biasa dilakukan oleh seorang
adalah untuk memahami fenomena jurnalis atau wartawan, begitupun
yang sedang terjadi secara alamiah wartawan Radio Republik Indonesia
(natural) dalam keadaan-keadaan (RRI) Pekanbaru.
yang sedang terjadi secara alamiah
(Ahmadi, 2014:15). Penelitian Profesionalisme Wartawan Dalam
kualitatif adalah penelitian yang Peliputan Berita Radio Di RRI
secara utuh atau menyeluruh Pekanbaru
bermaksud memahami fenomena Dalam peliputan berita,
tentang apa yang dialami subjek profesional dalam bekerja sangat
penelitian, baik itu perilakunya, menuntut seorang wartawan dalam
persepsi, motivasi maupun proses pemberitaan atau proses
tindakannya, dan secara deskripsi penyajian berita dari awal hingga
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, akhir, sehingga berita yang dihasilkan
pada suatu konteks khusus yang layak dikonsumsi oleh publik.
alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah (Moleong, Profesionalisme Wartawan Dalam
2010: 6). Penelitian ini dilaksanakan Peliputan Berita Radio Di RRI
selama dua bulan pada periode Juli- Pekanbaru
September 2017, teknik pengumpulan Ada beberapa hal menurut Evi
data menggunakan teknik observasi, selaku kepala bidang pemberitaan
wawancara mendalam dan RRI Pekanbaru yang perlu
dokumentasi. Teknik analisis data diperhatikan oleh wartawan saat
dalam penelitian ini mengacu model sedang melaksanakan profesinya.
interaktif yang dicetuskan oleh Miles Beberapa hal tersebut sangat penting
dan Huberman. Miles dan Huberman untuk diketahui dan dijadikan
yang dikutip dan diterjemahkan oleh pedoman oleh para wartawan saat
Sugiyono (2010:426), menjelaskan melaksanakan pekerjaan. Pertama,
bahwa dalam teknik analisis data sudut pandang atau penyusunan
memiliki empat langkah, yaitu berita. Kedua, keakuratan data yang
pengumpulan data, reduksi data, digunakan wartawan untuk berita
penyajian data dan penarikan yang disebarkannya. Ketiga,
kesimpulan. konsekuensi pemberitaan yang
dilakukan wartawan. Dan yang
HASIL DAN PEMBAHASAN keempat, kode etik jurnalistik
siapapun wajib mematuhinya. Seperti
Hasil Penelitian yang ditambahkan oleh Santi
Hasil penelitian merupakan wartawan RRI Pekanbaru dibawah
kumpulan dari data yang penulis ini.
himpun dilapangan yang setelah itu
penulis reduksi berdasarkan Ia juga mengungkapkanCara
pertanyaan dari penelitian. Pada lainnya adalah dengan membuat
bagian ini penulis akan menguraikan berita atau informasi yang akan
dan membahas hasil dari penelitian diberikan kepada masyarakat harus
wawancara dan observasi yang telah dijaga dengan kode etik jurnalistik
dilakukan secara langsung dilapangan yang telah disepakati bersama,
termasuk wartawan RRI pekanbaru.

6
Yang terpenting berita itu fakta dan Dengan latar belakang
memenuhi unsur kelengkapan, banyaknya ragam berita juga bisa
dengan berita yang dibuat kita harus dikuasai oleh sarjana selain jurusan
bertanggung jawab mencerdaskan ilmu komunikasi terkhusus
masyarakat. jurnalistik. Contohnya berita hukum
bisa dan dikuasai oleh sarjana lulusan
Peneliti mengikuti kegiatan hukum begutupun berita ekonomi dan
wartawan selama beberapa minggu lainnya.
dan menemukan kepatuhan wartawan
RRI terhadap kode etik danundang- Evi juga menuturkan, kami
undang yang mengatur kerja menyarankan dan memotivasi
wartawan, maka sesuai dengan hasil wartawan kami agar banyak
wawancara dengan wartawan RRI membaca dan mengikuti
pada bulan Juli lalu. Santi selaku perkembangan teknologi, sehingga
Wartawan RRI Pekanbaru wartawan kami diharapkan dapat
Menuturkan bahwa. memiliki wawasan yang luas serta
menguasai teknologi agar menunjang
Profesionalisme Wartawan RRI efisiensi dalam profesinya sebagai
Pekanbaru dilihat dari Latar seorang wartawan. Kami menerima
Belakang Pendidikan wartawan disini dengan minimal
Demikian juga dengan cara pendidikan sarjana, namun untuk
menempuh profesionalisme juga sekarang belum memenuhi untuk
seharusnya semakin ditingkatkan merekrut dari bidang jurnalistik saja,
dengan latar pendidikan jurnalistik alasannya kami mendapat nilai lebih
oleh para wartawan RRI pekanbaru. jika wartawan yang kami pekerjakan
Keakuratan data yang disebarkan dari jurusan yang lain, misalnya
tidak kalah penting dalam lulusan Hukum kami tempatkan di
menentukan hasil atau produk dari berita huk um
wartawan itu sendiri. Contohnya,
wartawan RRI pekanbaru harus Profesionalisme Wartawan RRI
memberikan berita yang berimbang, Pekanbaru Dilihat Dari Unsur
mengonfirmasi kebenaran berita Berita Yang Dimuat
sebelum mengudara dan Wartawan RRI pekanbaru
menyampaikannya kepada harus memberikan berita yang
masyarakat. Keberimbangan berita berimbang, mengonfirmasi
ini dibuat agar tidak ada berita yang kebenaran berita sebelum mengudara
merugikan pihak-pihak yang dan menyampaikannya kepada
diberitakan, selain itu berita yang masyarakat. Keberimbangan berita
berimbang tidak lagi menimbulkan ini dibuat agar tidak ada berita yang
tanda tanya bagi pendengar berita merugikan pihak-pihak yang
yang telah mengudara. diberitakan, selain itu berita yang
berimbang tidak lagi menimbulkan
Evi Bukit selaku koordinator tanda tanya bagi pendengar berita
bidang liputan mennyebutkan yang telah mengudara.
meskipun wartawan RRI Pekanbaru
Tidak berasal dari pendidikan Selanjutnya konsekuensi
Jurnalistik namun masih profesional berita yang dibuat atau dilaporkan
karena alasan sudah diberi pelatihan oleh wartawan. Setiap wartawan yang
secara berkala. ingin melaporkan berita harus

7
mengikuti fakta dan data yang Adapun kendala yang didapat
terdapat dilapangan. Tidak boleh pada proses peliputan berita di RRI
berbeda atau terintimidasi oleh pihak- Pekanbaru adalah sebagai berikut.
pihak tertentu karena media massa
apapun harus tetap independen dan Kendala Teknis
mematuhi bagaimana seharusnya pers Fasilitas dalam melaksanakan
berjalan. Mengawasi setiap badan tugas wartawan sebagai pengolah
pemerintahan yang ada, karena hal berita, wartawan bekerja dari
tersebut akan menunjukan bahwa pers peliputan sebuah berita, mencari data
adalah pilar keemat dalam Negara dan fakta setelah itu mengolah data
Kesatuan Republik Indonesia dengan menulis skrip berita yang
(NKRI). akan dibaca hingga mengudarakan,
atau menyampaikan berita kepada
Yang terakhir mengenai sudut masyarakat. Terkadang terkendalan
pandang atau pengambilan angle karena hal teknis misalnya Internet.
dalam sebuah berita. Wartawan yang Untuk menemukan berita yang
profesional wajib memberikan sudut terbaru internet merupakan salah-satu
pandang yang paling penting dan referensi yang sangat bagus, jika
wajib diketahui masyarakat terhadap jaringan internet rusak maka
berita tertentu, atau memberikan pekerjaan pengiriman berita akan
karakter terhadap berita yang akan terhambat.
diperdengarkan oleh masyarakat,
maka wartawan wajib diberikan Kendala Waktu (Deadline)
penunjang profesi berupa pelatihan Dalam setiap media massa ada
berkala. kendala tersendiri bagi wartawan atau
reporter medianya, termasuk bagi
Kendala Wartawan Dalam wartawan RRI Pekanbaru. Pers
Peliputan Berita di RRI Pekanbaru memiliki kekuatan yang besar untuk
Dalam setiap media massa ada membentuk pendapat umum, sebab
kendala tersendiri bagi wartawan atau tidak ada gagasan pribadi yang
reporter medianya, termasuk bagi menjadi pendapat umum tanpa
wartawan RRI Pekanbaru. Pers melalui publikasi. Pertama, polemik
memiliki kekuatan yang besar untuk dan perbedaan pendapat tentang suatu
membentuk pendapat umum, sebab peristiwa merupakan kendala
tidak ada gagasan pribadi yang tersendiri bagi wartawan untuk
menjadi pendapat umum tanpa menglah berita seberimbang
melalui publikasi. Pertama, polemik mungkin, karena setiap berita yang
dan perbedaan pendapat tentang suatu mengudara wajib berita berimbang
peristiwa merupakan kendala dan sebaiknya mendapatkan
tersendiri bagi wartawan untuk konfirmasi langsung dari yang terkait
menglah berita seberimbang dengan berita tersebut.
mungkin, karena setiap berita yang
mengudara wajib berita berimbang Evi juga menuturkan bahwa ia
dan sebaiknya mendapatkan harus terbangun jam tiga pagi ditelfon
konfirmasi langsung dari yang terkait untuk melaksanakan tugas-tugas
dengan berita tersebut. jurnalistik, demikian juga dengan
pengakuan santi wartawan RRI
Pekanbaru, Santi harus mengikuti
perkembangan suatu kasus dan

8
pulang ketika subuh, bahkan sebagai wartawan yaitu kode etik wartawan
wanita ia harus melaksanakan tugas pada Undang-Undang No. 40 tahun
tersebut meskipun bermalam dilokasi, 1999. Selain itu peneliti
itu menjadi kendala tersendiri bagi inginmenguraikan profesionalisme
wartawan karena porsi dengan wartawan dari segi sembilan prinsip
keluarga menjadi berkurang, namun Jurnalisme Menurut konsep yang
tetap dilaksanakan karena itu diajukan (Ishwara, 2005: 8). Maka
merupakan profesi dan sesegera profesionalisme wartawan RRI
mungkin berita yang ada harus Pekanbaru akan dijelaskan
diberitahukan kepada masyarakat. berdasarkan uraian dibawah ini.

Sebagai wartawan kami harus Pertama, berdasarkan Hasil


siap ditugaskan kapan saja dan bahwa dalam peliputan berita
dimana saja. Menyediakan waktu profesionalisme dalam berkerja
setiap saat sangat penting bagi sangat menuntut sesorang wartawan
profesionalisme seorang jurnalis atau dalam proses pemberitaan atau proses
wartawan. Ini dikarenakan wartawan penyajian berita dari awal hingga
memiliki tuntutan kecepatan dalam akhir, sehingga berita yang di
menyebarkan informasi, jika tidak hasilkan layak dikonsumsi oleh
demikian maka media lain akan lebih publik. Wartawan sangat penting
dulu memberitakan, profesi wartawan untuk mengetahui pedoman saat
akan terancam karena wartawan juga melaksanakan perkerjaan. Pertama,
sangat bergantung pada media. sudut pandang atau penyusun berita,
kedua keakuratan data yang
Pembahasan digunakan wartawan untuk berita
Pembahasan adalah yang disebarkannya. Ketiga,
perbandingan hasil yang telah didapat konsekuensi pemberitaan yang
oleh peneliti melalui data dilakukan wartawan. Dan keempat,
penegetahuan, kemudian peneliti kode etik jurnalistik siapapun wajib
menjelaskan implikasi data yang mematuinya. Profesionalisme
diperoleh bagi pengetahuan, atau wartawan RRI dilihat dari Latar
memaparkan manfaatnya. Pada belakang pendidikan dan unsur berita
penelitian ini, data yang didapat yang di muat. Kemudian kendala
dikaitkan dengan teori dan konsep wartawan dalam peliputan berita di
yang telah dijelaskan pada bab RRI Pekanbaru yaitu kendala teknis
sebelumnya. Dengan demikian, inilah dan kendala waktu.
pembahasan masalah yang diuraikan
peneliti melalui deskripsi. Dari Kedua, Wartawan RRI
deskripsi yang diuraikan peneliti pada Pekanbaru wajib mematuhi dan
hasil penelitian yang dilakukan, maka menjalankan kode etik jurnalistik.
peneliti akan menulis apa saja yang Meskipun bergabung dengan
menjadi pokok bahasan organisasi wartawan yang mengatur
“Profesionalisme Wartawan Dalam tugas-tugasnya sebagai jurnalis,
Peliputan Berita Radio Di RRI seorang wartawan RRI tetap
Pekanbaru ”. berpatokan kepada undang-undang
No. 40 tahun 1999 yang mengatur
Peneliti melihat tentang peraturan dan ketentuan pers
profesionalisme wartawan dari segi yang berlaku dan pelaksanaannya
hukum yang mengatur profesi

9
sebagai lembaga atau organisasi pers. membuat yang penting menjadi
Sedangkan kode etik jurnalistik yang menarik dan relevan. Jurnalis dan
merupakan undang-undangnya wartawan RRI Pekanbaru
profesi wartawan. Kode etik yang mengumpulakn informasi lebih dari
mengatur profesi wartawan Indonesia sekedar data untuk membuat sebuah
anggota PWI adalah Kode etik berita yang bukan hanya penting
Jurnalistik PWI yang pertama kalinya tetapi juga ada unsur menarik.
disahkan dalam kongres PWI pada
bulan Februari 1997. Wartawan harus mampu
merumuskan pertanyaan-pertanyaan
Perubahan-perubahan yang yang akan dijadikan alat bantu dalam
melanda dunia jurnalisme membuat mengungkap informasi secara benar
pakar media berpendapat bahwa kini dan memadai, sekaligus mengetahui
yang penting bukan lagi merumuskan cara-cara serta etika
apa dan siapa wartawan itu. Tetapi penyampaiannya, bersamaan dengan
bagaimana pekerjaan mereka yang hal ini maka wartawan juga dituntut
sesungguhnya. Dan pada akhirnya mampu melibatkan perangkat
ada sembilan inti prinsip yang harus mentalnya melakukan observasi
dipakai dan dikembangkan oleh secara sederhana dan mengejar
wartawan (dalam Ishwara, 2005: 8- sumber berita yang tepat untuk
13). dijadikan data dan fakta dalam
pemberitaan.
Prinsip itu akan dikaitkan oleh
peneliti melalui hasil penelitian yang Kendala pertama yang
telah diuraikan sebelumnya, adapun dihadapi oleh wartawan RRI
prinsip jurnalisme adalah: pekanbaru dalam peliputan berita
adalah narasumber yang susah
Wartawan harus ditemui dan menolak untuk
mengembangkan tugas sebagai wawancara dengan alasan sibuk,
pemantau yang bebas terhadap sedangkan waktu deadline atau berita
kekuasaan. Berlaku bagi seluruh hendak di sampaikan kepada
wartawan dan karyawan RRI masyarakat telah tiba, maka wartawan
Pekanbaru bahwa prinsip yang RRI Pekanbaru harus mensiasati hal
tertuang untuk jurnalis berlaku bagi tersebut dengan pergantian berita,
wartawan mereka, pasalnya kegiatan atau berita tersebut diundur untuk
wartawan RRI pekanbaru juga harus beberapa waktu agar berita tersebut
siaga dalam 24 jam untuk menyiarkan tetap bisa disiarkan.
berita terkini.Wartawan harus
menyediakan forum kritik untuk Perliputan berita merupakan
kritik dan komentar publik. Diskusi kegiatan komunikasi melalui proses
publik bisa melayani masyarakat pertukaran informasi antara reporter
dengan baik, namun dari hasil dan sumber berita. Ketika seorang
penelitian peneliti tidak menemukan wartawan mengajukan bentuk
forum komentar publik yang pertanyaan dengan pertanyaan dan
memadai karena wartawan RRI cara yang tepat saat itulha responden
pekanbaru hanya memberikan menjadi jendela informasi yang akan
informasi tanpa ada kekikutsertaan membukakan fakta bagi penulisan
publik dalam menanggapi berita yang berita (Saeful Muhtadi, 1999: 212).
dimuat. Jurnalisme harus berusaha

10
Kedua, kendala yang dihadapi mempengaruhi profesioalisme
wartawan RRI Pekanbaru adalah jam wartawan dalam memproduksi berita.
kerja yang mengharuskan wartawan Objeknya media cetak.
siap siaga selama 24 jam
Selanjutnya perbedaan Hasil
untuk memenugi berita dan penelitian N. Reni Susanti diperoleh
informasi yang disediakan bahwa Etika Pers yang ada di PWI
masyarakat. Ketepatan waktu. Datang Cabang Jawa Barat mempunyai
dan menyiarkan berita sesuai waktu efektivitas sebagai pedoman dan
yang telah disepakati, jika sudah janji rambu-rambu bagi wartawan agar
dan komitmen menyiarkan berita tidak keluar dari jalur pers yang telah
pukul 11.00 maka berita sudah harus ditentukan dengan adanya kode etik
ada 10 menit sebelumnya, wartawan jurnalistik yang disepkati bersama
yang demikian menunjukan apresiasi hingga mampu meningkatkan
yang tinggi terhadap profesi yang profesionalisme kerja. Tujuan
disandang (saeful Muhtadi, 1999: penelitian pertama untuk mengetahui
217). aktifitas etika pers yang diterapkan
dalam meningkatkan profesional
Terakhir, kendala yang kerja wartawan PWI Cabang Jawa
dihadapi oleh Wartawan RRI Barat. Selanjutnya untuk mengetahui
Pekanbaru dalam liputan berita usaha-usaha yang ditempuh dalam
adalah sarana dan fasilitas yang baik. mengoptimalkan pelaksanaan etika
Wartawan RRI Pekanbaru pers terhadap peningkatan
memerlukan internet untuk mengirim profesionalisme kerja wartawan di
berita kepada RRI Pusat, sedangkan PWI. Terakhir untuk mengetahui
jaringan internet yang terkadang tidak hambatan yang dihadapi oleh
stabil membuat aktifitas wartawan wartawan dalam meningkatkan
menjadi terhambat. profesionalisme kerja wartawan di
cabang PWI Cabang Jawa Barat.

Sedangkan dari hasil


Kemudian dari hasil penelitian peneliti yaitu
Penelitian yang diambil sebagai profesionalisme kerja wartawan di
referensi dan masukan dalam RRI Pekanbaru dilihat dari latar
penelitian ini ada dua penelitian Peliputan berita, unsur berita yang
mengenai profesionalisme wartawan dimuat. Tujuan peneliti yang
dan yang mengenai kajian yang sama: membedakan untuk mengetahui
profesionalisme wartawan dalam
Akan terapi memiliki
peliputan berita radio di RRI
perbedaan dimana hasil penelitian
Pekanbaru. Untuk mengetahui
Irwan Syahroni yaitu disimpulkan
kendala wartawan dalam peliputan
bahwa profesionalisme kerja
berita radio di RRI Pekanbaru. Objek
wartawan media massa Harian Riau
peneliti yaitu di media elektronik
Pos belum berjalan secara optimal.
(radio). Kemudian dari persamaan
Kemudian dari tujuan untuk
peneliti dengan Irwan Syahroni dan
mengetahui profesionalisme
N. Reni Susanti yaitu menggunakan
wartawan dalam memproduksi berita
metode kualitatif.
surat kabar harian riau pos. untuk
PENUTUP
mengetahui faktor yang

11
Kesimpulan mengikuti pelatihan berkala
sebagai wartawan. Ketiga,
Bedasarkan penelitian yang telah rofesionalisme dilihat dari
dilakukan mengenai Profesioanalisme
unsur berita yang akan
wartawan dalam peliputan berita radio di
RRI Pekanbaru, maka dapat di tarik
dimuat, unsur berita yang
kesimpulan sebagai berikut : dimuat oleh RRI sesuai
dengan fakta yang ada dan
1. Profesional adalah kebalikan mengandung pertanyaan
dari amatir. Kedua, sifat berita 5W+1H.
perkerjaan wartawan menuntut
pelatihan khusus Ketiga, norma- Saran
norma yang mengatur Adapun saran-saran yang
perilakunya dititik beratkan pada akan diuraikan peneliti satu-persatu
kepentingan khalayak mengenai penelitian ini kepada
pembaca.Upaya-upaya untuk instansi, lembaga dan kepada
memperbaiki pendidikan
mahasiswa antara lain:
kewartawanan menunjukan
bahwa “profesionalisasi” dapat
1) Saran untuk RRI Pekanbaru
diharapkan semakin meningkat
agar lebih meningkatkan
dalam lapangan pekerjaan
profesionalisme jurnalis
jurnalistik, yang kemungkinan
atau wartawan dan
besar mengarah pada otonomi
memprioritaskan
yang lebih mantap dan kekuatan
mahasiswa lulusan
yang lebih besar untuk menahan
jurnalistik. diharapkan agar
tekanan-tekanan dan pengaruh
dapat bekerjasama untuk
dari kelompok-kelompok
menerima lulusan
kepentingan dalam masyarakat
Universitas Riau dan
Oleh karna itulah wartawan
menerima kerjasama untuk
sebagai profesional dalam
melaksanakan Job trainning
menjalankan tugasnya dibimbing
ataupun lapangan pekerjaan
oleh kode etik.
bagi mahasiswa agar
2. Profesionalisme wartawan terciptanya lulusan
akademisi yang baik.
yang diuraikan dalam
2) Saran untuk peneliti
penelitian ini merangkum tiga selanjutnya terutama
lingkupan yang telah mahasiswa yang
ditetapkan oleh peneliti terkonsentrasi pada bidang
melalui konsep profesional. Jurnalistik untuk meneliti
Adapun tiga lingkupan mengenai Radio RRI
profesional yang diuraikan, Pekanbaru. Saran ini
pertama mulai dari proses didasari dari kesulitan
peliputan berita, melihat peneliti mencari litetratur
bagaimana wartawan dapat dan dan kekurangan
melaksanakan liputan tanpa referensi terhadap penelitian
ini, sehingga peneliti
melanggar kode etik. Kedua,
membutuhkan banyak
profesionalisme dari latar sekali masukan dan
belakang pendidikan, bimbingan untuk mencari
wartawan RRI rata-rata bukan dan mengolah data
dari latar belakang pendidikan dikarenakan kekurangan
jurnalistik, namun telah literatur yang dapat

12
dijadikan acuan atau
pedoman dalam sebuah
penelitian..

13
DAFTAR PUSTAKA Para Mahasiswa Jurnalistik. Simbiosa
Rekat Media, Bandung.
Kusumanigrat, Hikmat dan Purnama, Keith, Michael C, 2000. Stasiun Radio
2014.Jurnalistik Teori dan Pemberitaan.Internews Indonesia,
Praktik.Remaja Rasdakarya, Bandung. Jakarta.
Canggara, Hafied, 2003. Pengantar Ilmu Sugiyono, Suyanto. 2010. Analisis Regresi
Komunikasi. Raja Grafindo Persada, untuk Uji Hipotesis, Yogyakarta. Caps.
Jakarta. Ermanto. 2015. Wartawan Handal dan
Moleong, Lexy J, 2005. Metode Penelitian Profesional. Cinta pena, Yogyakarta.
Kualitatif. Roda Karya, Bandung. Saeful Muhtadi, Asep.1999. Jurnalistik
Tamburaka, Apriadi, 2013. Literasi Media. Pendektan Teori dan Praktek. Logos
Raja Grafindo Persada, Jakarta. Wancana, Jakarta.
Morissan, 2009.Manajemen Media Luwi Ishwara. 2005. Catatan-Catatan
Penyiaran: Strategi Mengelola Radio Jurnalisme Dasar. Kompas, Jakarta
dan Televisi. Jakarta: Prenada Media Sumber Lain
Group. Skripsi:
Sugiyono, 2010.Metode Penelitian Irwan Syahroni (Universitas Riau 2016).
Kuantitatif Kualitatif dan Profesionalisme Wartawan Dalam
R&D.Bandung: Alfabeta. Memproduksi Berita Surat Kabar Harian
Junaedi, fajar, 2014.Manajemen Media Riau Pos.
Massa.Buku Litera. Yogyakarta N.Reni Susanti (Universitas Pasundan 2010).
Nasution, Zulkarimen, 2015. Etika Efektifitas Etika Pers Dalam
Meningkatkan Profesionalisme Kerja
jurnalisme Prinsip-Prinsip
Wartawan di PWI cabang Jawa Barat.
Dasar.Rajawali Pers, Jakarta.
Juhandang, Kustadi, 2016. Pengantar Internet:
Jurnalistik Seputar Organisasi Produk http://RRI.co.id (diakses pada 25 agustus 2017
dan Kode Etik.Huansa Cendekia, pukul 19:16 Wib)
Bandung.
Zaenuddin, HM, 2011. The Journalistbacaan
Wajib Wartawan, Redaktur, Editor &

You might also like