You are on page 1of 11

IMPLEMENTASI PRINSIP POKOK CONVENTION ON

THE ELIMINATION OF ALL FORMS DISCRIMINATION


AGAINTS WOMEN (CEDAW) DI INDONESIA

Elfia Farida
Oosen Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang

Abstract

The CEDAW has been ratified through Law of the Republic Indonesia Number 7 of 1984 The CEDAW
emphasis on equality and equity between men and women. The basic principles of CEDAWare substantive
equality principle, nory-discrimination principle and State obligation principle. This principles are a
frameworkfor formulatingstrategies enhancing women's rights. This research purpose to describe, explain
and analyze implementation of the basic principles of CEDAW in the law and regulations in Indonesia. The
research method used is the juridical-normative. The data obtained qualitatively analysed to reveal the
truth of the implementation of the basic principles of CEDAW in the law and regulations in Indonesia
Indonesia has tried to fulfill those obligations. but was still discriminatory and the apl1cat1on of the basic
principles of CEDAWhas not been integrated in the law (such as the Marriage Law, CitizenshipLaw, Labour
Law. Health Law, the Law on Pornography and so on). Therefore, the executive. legislative and judicial of
government have to sincerityto integrate the basic principles of CEDAW as a foundation to make the law in
every decision-making. Indonesia should immediately implement the basic principles of CEDAW in a
systematic, full and integrated into the law. and give priority to the process of legal reform and to
synchronized and harmonised in law.

Kata Kunci: Prinsip Pokok CEDAW

Sejarah perjuangan perempuan Indonesia diawali manusia, persamaan hak antara laki-lak1 dan
oleh adanya Kongres Perempuan Indonesia I pada perempuan. Pada tanggal 10 Desember 1948. MaJehs
tanggal 28 Desember 1928. Kongres ini merupakan Umum PBS (MU-PBB) mengadopsi resolusi 217Aflll
tonggak sejarah yang penting bagi "Persatuan tentang Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
Pergerakan Indonesia" dan merupakan bagian yang ( Universal Declaration of Human Rights I UOHR).
tidak terpisahkan dari pergerakan kebangsaan UDHR diakui sebagai dasar bagi pelaksanaan hak-
Indonesia.' Dalam perkembangannya, perjuangan hak dan prinsip-prinsip tentang persamaan.
perempuan Indonesia untuk memperoleh hak keamanan, integritas dan martabat seluruh pnbadi
asasinya dan penegakannya telah dinyatakan secara manusia tanpa diskriminasi. namun pelanggaran hak
konstitusional dalam Pembukaan Undang-Undang perempuan tidak pernah berkurang.
Dasar (UUD) 1945 dan secara eksplisit dimuat dalam Pada tanggal 18 Desember 1979, MU-PBB
Pasal 28A sampai dengan Pasal 28J amandemen mengadopsi Konvensi Penghapusan Segala bentuk
UUD 1945. Diskriminasi terhadap Perempuan ( Convention on
lnstrumen internasional pertama yang the Elimination of All Forms Discrimination Againts
menyebutkan persamaan hak antara laki-laki dan Women I CEDAW). CE DAW merupakan salah satu
perempuan adalah Piagam Perserikatan Bangsa- perangkat hukum internasional yang bertujuan
Bangsa (PBB). Di dalam preambule-nya dinyatakan melindungi hak asasi perempuan, yang
bahwa PBS bertekad untuk memperteguh kenyataannya sifat kemanusiaan mereka belum
kepercayaan pada HAM, harkat dan martabat menjamin akan pelaksanaan hak-haknya. CEDAW

1 Ida Samp1t Karo Karo, Perempuan Dan HakAsas, Manus,a (Pengalaman Menangam Perkara Kekerasan Dalam Rumah Tangga) dalam ·wacana Hak Ekonomi Sosal
dan Budaya·, (Surabaya, Pusat Stud1 HakAsasi Manusta. 2008). him. 107

443
MMH, Ji/id 40 No 4 Oktober 2011

dirancang untuk memerangi segala bentuk terhadap HAM sangat penting bagi pencapaian 3
drskriminasl terhadap perempuan yang tetap (tiga) sasaran atau prioritas global yang saling terkait
berlangsung sepanjang kehidupan perempuan.2 dan berkesinambungan yaitu perdama,an
CEDAW menekankan pada kesetaraan dan keadilan pembangunan dan dernokrasi i
antara laki-laki dan perempuan, yaitu persamaan hak Ketentuan-ketentuan UDHR d1anggap mem1hk1
dan kesempatan serta perlakuan di segala bidang dan kekuatan dalam hukum kebiasaan internasional
segala kegiatan. Prinsip pokok CEDAW adalah karena sudah diterima secara luas dan digunakan
persamaan substantif, non diskriminasi dan untuk menilai perilaku negara.4 Setiap menyebut
kewajiban negara, yang merupakan kerangka untuk HAM, dengan sendirinya merujuk pada UDHR.
merumuskan strategi pemajuan hak-hak perempuan. karena UDHR merupakan puncak konsepfuahsasi
Indonesia telah meratifikasi CEDAW melalui UU manusia sejagad yang menyatakan dukungan dan
No 7 Tahun 1984, sehingga terikat kewajiban untuk pengakuan yang tegas tentang HAM. UDHR
melaksanakan dan menjadikan CEDAW sebagai menunjukkan komitmen bangsa-bangsa di dunia
peraturan nasional. Berbagai instrumen hukum dan untuk menjunjung tinggi dan melindungi hak
kebijakan pemajuan perempuan yang menjamin kemanusiaan setiap orang tanpa perkecualian
kesetaraan dan keadilan bagi perempuan dan laki-laki apapun, seperti ras, warna kulit, jenis kelamm.
sudah d1miliki Indonesia namun pada kenyataannya bahasa, agama, politik atau pandangan lain, asal usul
implernentasi prinsip pokok CEDAW di Indonesia kebangsaan atau sosial. hak milik, kelahiran dan
masih belum optimal, terlebih kulturnya juga masih kedudukan lainnya, sebagaimana disebutkan dalam
sangat patriarkhi sehingga permasalahan kekerasan PiagamPBB.
dan diskriminasi terhadap perempuan hingga kini Dalam perkembangannya, lahir instrumen HAM
terus terjadi. Tingkat kekerasan berbasis gender internasional mengenai aspek-aspek khusus tentang
cenderung meningkat setiap tahunnya. Hal ini kedudukan perempuan dalam kehidupan berkeluarga
disebsbkan Indonesia belum memiliki produk hukum dan bermasyarakat, antara lain Konvensi tentang Hak
yang memadai untuk menjerat pelaku. Oleh karena itu Politik Perempuan Tahun 1953 yang dirat1fikas1
dilakukan penelitian sebagai suatu upaya untuk Indonesia melalui UU No. 68 Tahun 1956. Pada tahun
mengkaji implementasi prinsip pokok CEDAW ke 1979, MU-PBS mengadopsi CEDAW dan dinyatakan
dalam perangkathukum Indonesia. berlaku sebagai suatu perjanjian internasional pada
Permasalahan dalam penelitian ini adalah tanggal 3 September 1981 setelah 20 negara
bagaimana prinsip pokok CEDAW diimplementasikan meratifikasinya.
dalam perangkat hukum Indonesia sebagai wujud
tanggung jawab Indonesia sebagai negara yang telah Convention on the Elimination of All Forms
meratifikasi CEDAW. Sedangkan tujuan yang hendak Discrimination Againts Women (CEDAW)
dicapai adalah untuk mendeskripsikan, menjelaskan CEDAW merupakan konvensi tentang
dan menganalisis implementasi prinsip pokok perlindungan dan penegakan hak perempuan yang
CEDAW dalam perangkat hukum atau peraturan paling komprehensif dan sangat penting karena telah
perundang-undangan nasional maupun daerah di menjadikan segi kemanusiaan perempuan sebaqa
Indonesia. fokus dari keprihatinan HAM. Jiwa dari CEDAW
berakar dalam tujuan Piagam PBB yaitu penegasan
Universal Declaration of Human Rights (UDHR) kembali kepercayaan pada HAM, harkat dan martabat
UDHR merupakan sekumpulan norma dan setiap diri manusia dan persamaan hak laki-laki dan
standar mengenai harkat hidup manusia. HAM perempuan. CEDAW juga komprehensif memberikan
menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia baik rincian mengenai arti persamaan hak perempuan dan
sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok laki-laki dan langkah yang diperlukan untuk
dalam suatu komunitas atau negara. Penghormatan rnencapainya." CEDAW memberikan jaminan hak
2 Komatiah Emong Sapardjaja Kompendium tentang Hak-Hak Pe,empuan. (Jakarta. Sadan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hulwm Dan HakAsas, Manus.a
Republiklndonesia, 2008),hlm. 16
3 Gilbert Chesterton, When people begin to igno1e human dignity, it wr/1not be long before they begin to ignore human rights, dalall) "Indonesia Dan Diplomasi HAM PBS",
(Jenewa, Perutusan Tetap Repubfik Indonesia Untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Dan Organisasi-Organisasl lntemasional laiMya di Jenewa, 2006), him. 5
4 BasicFacts About the United Nations. (New York: United Nations Deparlement of Public Information, 2004)
5 Achie SudiartJ Luhulima, Hale Perempuan Dalam Konstitusi Indonesia, dalam "Perempuan Dan Hukum: Menuju Hukum Yang Berperspektif Kesetaraan Dan Keadilan".
(Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. 2008), him 84--85 •

444
Elfia Fanda lmplementas, Prms,p Pokok (cEDAWl o, 1ndr;nPs1a

yang sama di depan hukum antara perempuan dan tanggung jawab negara sesuai dengan amanat UUD
laki-laki, dan menjelaskan tindakan-tindakan untuk 1945 bahwa segala warga negara bersamaan
menghapuskan diskriminasi terhadap perempuan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan.
sehubungan dengan kehidupan politik dan publik, oleh karena itu segala bentuk diskriminasi terhadap
kewarganegaraan. pendidikan lapangan kerja perempuan wajib dihapuskan karena tidak sesuai
kesehatan, perkawman dan keluarga. Perubahan dengan Pancasila dan UUO 1945 Ak1bat hukumnya
peran tradisional laki-lak1 dan perempuan dalam adalah negara dan seluruh bangsa Indonesia secara
masyarakat dan keluarga diperlukan untuk dapat moral berkewajiban untuk melaksanakan seluruh
mencapai kesetaraan penuh antara laki-laki dan asas yang tercantum dalam konvensi, kecuali apabila
perempuan, yaitu pengakuan atas hak perempuan ada yang direservasi. Negara berkewajiban membuat
secara setara.. 1 peraturan hukum yang diperlukan untuk dapat segera
CEDAW merupakan sebuah terobosan baru bagi mewujudkan ketentuan yang terkandung dalam
perlindungan perempuan yang tidak hanya peqanpan internasional itu ~
dipandang sebagai pengakuan secara legal formal, CEDAW merupakan konvensi yang kornprehensit
namun juga untuk merubah pola sosial tingkah laku yang diakui dunia sebagai Bill of Rights for Women,
masyarakat yang selama ini dianggap berkontribusi karena menekankan pada persamaan dan keadilan
besar terhadap pendiskriminasian terhadap antara perempuan dan laki-laki, yaitu persamaan hak
perempuan. Budaya patriarkhi yang sudah dan kesempatan serta penikmatan manfaat d1 segala
menghegemoni di masyarakat membawa dampak bidang kehidupan dan keg1atan Kesetaraan dalam
yang menghambat parusipas perempuan d1 segala CEDAW dimaknai bukan sebagai kesamaan d1 semua
bidang sehingga akan sangat menghambat sektor tetapi kesetaraan perlakuan dan kesempatan
peningkatan tenaga produktif perempuan. Dalam dalam dunia politik, ekonomi, sosial dan lain-lain.
rangka melakukan pembaharuan dan peninjauan CEDAW berasaskan kemanusiaan yang merupakan
hukum beserta kebijakan pelaksanaannya, Indonesia suatu kesatuan, saling berkaitan dan tidak dapat
terus melakukan upaya untuk pembentukan dipisah-pisahkan sebagaimana d1sebutkan dalam
perundang-undangan baru atau penyempurnaannya Mukadimahnya. Prinsip pokok CEDAW antara lam
melalui reformasi hukum ya1tu pembaharuan sistem pnnsip persamaan substantif, prinsp non orsknrrunasi
hukum secara mendasar dengan memperbaiki sistem dan prinsip kewajiban negara.
hukum tersebut agar menjadi benar dan lebih baik Metode penelitiannya yuridis-normatif, karena
dalam rangka mewujudkan cita-cita kehidupan merupakan penelitian hukum normatif (legal
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara" .• research). Pengumpulan datanya dilakukan dengan
CEDAW telah diratifikasi melalui UU No. 7 Tahun meneliti data sekunder, meliputl bahan hukum primer
1984 dengan mereservasi Pasal 29 ayat (1). Makna yang terdiri dari instrumen mtemasionai dan nasional
dari ratifikasi suatu konvensi internasional dengan UU yang berkaitan dengan hak asasi perempuan, bahan
adalah konvensi tersebut merupakan suatu perjanjian hukum sekunder yang berupa hasil penelitian, karya
internasional yang menciptakan kewajiban dan ilmiah, jurnal dan dokumen lainnya; dan bahan
akuntabilitas negara yang meratifikasinya, hukum tersier yaitu yang memberikan penjelasan
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 7 ayat (2) UU terhadap bahan hukum primer dan sekunder yang
No. 39 Tahun 1999 tentang HAM (UU HAM) bahwa diperoleh dari kamus hukum dan bahasa."
ketentuan hukum internasional yang telah ditenma Data yang diperoleh. ciolab dan ctanausrs secara
negara Indonesia yang menyangkut HAM meniad. kualitatif yang bertujuan untuk mengungkapkan
hukum nasional. kebenaran tentang pengimplementasian prinsip
Ratifikasi CEDAW dilakukan sebagai wujud pokok CEDAW ke dalam perangkat hukum atau

6 BoerMauna,HukumlntemaS10nal. Pengertian. Peranan DanFungsiDalam Era Dmarrnka Global. (Bandung,AlulMi, 2000). him. 606
7 Rhona KM Smtih, Suparman Mariukl Dk~ Hukum hak Asas, Manus,a. (Yogyakarta Pusat Stud, Hak Asasi Manus1a Universnas Islam Indonesia (PUSHAM Ull)
2008.hlm 147
8 MudJiab. /mplementiJSI Undang-Undang Nomor 23 Tahtm 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalamRumah Tangga Suatu Tantangan Menu1uS,stem Hulwm Yang
Responsif Gender.· Jumal Legistas1 Indonesia". Vol 5 No 3- September 2008. him. 48
9 RadJa Toga Sihombing, Daya lkat PerJaf111an /nlernasKXlal (Konvensi CEDAW) Terhadap Hu~um Nasl()(la/ Republ,k Indonesia Suatu Ana.isis Ytmdis. dalam
"Perempuan Dan Hukum: Menuju Hukum Yang Berpernpektlf Kesetaraan Dan Keadilan". (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia. 2008). him. 108-109
10 Ronny Hambjo Soemitto, Metodclogi Penefillan Hukum. (Jakarta. Ghalia Indonesia, 1983). hal. 24-25. Lihat Juga Soer]OllO Soekanto dan Sn MamudJI, Penelrtian
HukumNormatif, (Jakarta, Rajaw.i5, 1985), him 14-15

445
MMH, Ji/id 40 No. 4 Oktober 2011

peraturan perundang-undangan di .lndonesia dan mendapatkan persetujuan dari Dewan Perwakilan


untuk mengungkapkan sampa sejauh mana prinsip Rakyat). Oleh karena itu tidak ada alasan yang boleh
pokok CEDAW diimplementasikan dalam perangkat diajukan untuk tidak dengan segera menindaklanjuti
hukum di Indonesia, sehingga perempuan bisa ketentuan yang diatur dalam CEDAW karena secara
mengakses kesempatan menikmati hak-haknya yang konstitusional Indonesia telah mengikatkan diri
dijamin dalam CEDAW dan UUD 1945. kepada CEDAW. Pemerintah Indonesia telah terikat
pada kewajiban internasional untuk melaksanakan
Kewajiban Negara pasal-pasal substantif yang diatur dalam CEDAW
Kesepakatan untuk mengikatkan diri (consent to Pasal-pasal CEDAW yang merupakan substansi
be bound) pada perjanjian internasional merupakan pokok adalah Pasal 2 sampai dengan Pasal 16.
tindak lanjut yang dilakukan oleh negara-negara Pada prinsipnya, dalam hukum HAM, Negara c.q.
setelah menyelesaikan suatu perundingan untuk Pemerintah mempunyai kedudukan sebagai
membentuksuatu perjanjian intemasioal. Tindakan ini pemangku kewajiban (duty bearer) dan individu-
melahirkan kewajiban tertentu bagi negara-negara individu yang berdiam di wilayah yurisdiksinya
perunding setelah menenma (adoption) suatu naskah sebaqai pemegang hak (rights holder) Kewa11ban
perjanjian, diantaranya adalah kewajiban untuk tidak yang diemban negara adalah kewajiban untuk
melaksanakan sesuatu yang bertentangan dengan menghonnati (obligation to respect) yaitu kewajiban
esensi, maksud dan tujuan perjanjian intemasionel." negara untuk menahan diri agar tidak melakukan
Kesepakatan untuk mengikatkan diri pada perjanjian intervensi kecuali alas hukum yang sah (legitimate);
dapat dinyatakan melalui beberapa macam cara, kewajiban untuk memenuhi (obligation to fulfill) yaitu
diantaranya adalah penandatanganan dan ratifikasi kewajiban negara untuk mengambil langkah-langkah
sebagaimana diatur dalam Pasal 11 Konvensi Wina leg1slatif, admimstratif. yudisial dan praktis yang perlu
1969 tentang Perjanjian lnternasional. untuk menjamin pelaksanaan HAM; kewajiban untuk
Kewenangan untuk menerima atau menolak melindungi (obligation to protect) yaitu kewajiban
ratifikasi melekat pada kedaulatan negara. Hukum negara untuk melindungi tidak hanya terhadap
internasional tidak mewajibkan suatu negara untuk pelanggaran yang dilakukan oleh negara, namun juga
meratifikasi suatu perjanjian internasional (asas free dari pelanggaran atau tindakan yang dilakukan oleh
consent). Apabila Indonesia telah meratifikasi entitas atau pihak lain (non-State) yang akan
perjanjian internasional maka unplikasi yurid1snya mengganggu per1indungan hak."
adalah Indonesia akan terikat dan tunduk pada Kewajiban intemasional setiap negara untuk
perjanjian tersebut dan perjanjian tersebut diakui menghonnati, memajukan, memenuhi, melindungi
sebagai bagian dari sistem hukum nasional. 12 dan menegakkan HAM tidak semata-mata didasarkan
Indonesia telah banyak meratifikasi perjanjian pada kewajiban alas suatu peraturan perundangan,
internasional, salah satunya CEDAW Akibat tetapi juga didasarkan pada moralitas untuk
hukumnya, Indonesia berkewajiban untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat manusa.
melaksanakan seluruh pnnsip yang tercantum dalam Kewajiban negara semacam ini sebenarnya
konvensi tersebut, kecuali yang direservasi. Hal ini merupakan kewajiban mendasar bagi setiap pelaku
sesuai dengan prinsip "pacta sunt servanda· yaitu dalam berhubungan baik dalam skala nasional
suatu prinsip yang mewajibkan negara-negara untuk maupun intemasional."
mentaati dan melaksanakan perjanjian (Pasal 26 Komitmen Indonesia dalam mewujudkan
Konvensi Win a 1969). pemajuan dan perlindungan HAM antara lain
CEDAW diratifikasi Indonesia sesuai dengan ditunjukkan dengan pembentukan Komisi Nasional
Pasal 11 UUD 1945 (dengan terlebih dahulu HAM (Komnas HAM) pada tahun 1993, pengesahan
11 Budrono KusumohanudJOio, Suatu Stud,te1hadapAspek Operasional KonvensiWuiaTahun 1969 tentang Hukum Peqanjian lntemasional, (Bandung, Binac:ipta, 1986),
hlm.4
12 Efia Farida, /mpljkasi Yuridis Dari RaWikasi Peqanjian lntemasional Bagi Negara Indonesia. 'Qistie Jooial lm.i Hukum', Fakul1as Hukum Universitas Wahid Hasyim
Semarang, Vol 2 No 2.Agustus 2008. him 44
13 Oirektorat HAM dan KemanusiaanDirektorat Jenderal MtAtilateral Departemen Lua, Negen, Kompilasi Rekomendasi Mekanisme HAM PBB (Treaty Bodies. Spec,a/
Procedures. UrwersalPeriodicRevrew}untuk Indonesia "Buku lnlomasi,Seri Ke-4" (Jakarta 2009).him XVI
14 Rahayu Hukum HakAsasi Manusia(HAM). (Semarang, Sadan Penerbit Umvers1tas O,ponegoro. 2010). him 24
15 Kartmi Sekartadp, /mplJ<asiPemben!ukanlntemat,onal Cnmmal Court (ICC} ke dalam Pengadilan Hak AsaSJ Manus,a d1 Indonesia."Makalall", disampa1kan pada
acara Orasi llmlahdalam rangka Dies Natal1s Ke-46FakultasHukumUnivers1tasD1ponegoro, Semarang 9jcllluari2003, him 6

446
Elfia Farida. lmplementas, Prinsip Pokok (cEDAW) Di Indonesia

UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM, pembentukan equity) yaitu persamaan hak dan kesempatan serta
Kantor Menteri Negara Urusan HAM dalam Kabinet perlakuan di segala bidang dan segala keg1atan
Persatuan Nasional pada tahun 1999. dan Prinsip mi merupakan kerangka untuk merumuskan
penambahan pasal-pasal khusus menqena HAM strateq, pemauan hak asasi perempuan Prmsip
dalam amandemen UUD 1945 pada tahun 2000.10 tersebut dapat pula digunakan sebagai alat untuk
Hak perempuan secara khusus diatur dalam Pasal 45 mengkaji apakah suatu kebijakan, aturan atau
hingga Pasal 51 UU HAM. Pasal 45 menyebutkan ketentuan mempunyai dampak jangka pendek
bahwa hak perempuan adalah hak asasi manusia. maupun jangka panjang yang merugikan perempuan.
Pasal 46 menghendaki bahwa sistem pemilihan karena konseptualisasi prinsip persamaan dan pnnsip
umum, kepartaian, pemilihan anggota badan legislatif non d1skriminasi antara laki-laki dan perempuan
dan sistem pengangkatan d1 bidang eksekuut, terjalin dalam pasal-pasal CEDAW. CEDAW
yudikatif harus meruarnm keterwakilan perempuan didasarkan alas prinsip persamaan-menuju
sesuai persyaratan yang ditentukan. persamaan substantif, prinsip non diskriminasi antara
Dalam lapangan keperdataan, Pasal 47 UU HAM laki-laki dan perempuan dan prinsip kewajiban
menegaskan tentang individualitas perempuan. negara.
bahwa seorang perempuan yang menikah dengan Prinsip persamaan menuju persamaan substannt
seorang laki-laki berkewarganegaraan asinq, tidak yang dianut CEDAW adalah rnelahn pendekatan
secara otomatis mengikuti kewarganegaraan koreksi (corrective approach)" yauu mengakui
suaminya tetapi mempunyai hak untuk perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Pasal 5
mempertahankan dan memperoleh kembali status CEDAW mengatur bahwa Negara-negara peserta
kewarganegaraannya. lndividualitas ini pun semakin wajib membuat peraturan yang tepat untuk merubah
ditegaskan dalam lapangan hukum karena dalam pola tmgkah laku sosial dan budaya lak1-laki dan
Pasal 50 UU HAM dinyatakan bahwa perempuan perempuan dengan maksud untuk mencapai
yang telah dewasa dan atau telah menikah berhak penghapusan prasangka, kebiasaan dan segala
untuk melakukan perbuatan hukum sendiri kecuali praktek lainnya yang didasarkan pada inferioritas
ditentukan lain oleh hukum agamanya. Perempuan atau superioritas salah satu jenis kelamin, atau
juga mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan peranan stereotip laki-laki dan perempuan, dan juga
dan pengajaran di semua jenis, jenjang dan jalur menjamin bahwa pendidikan keluarga meliputi
pendidikan sesuai dengan persyaratan yang telah pengertian yang tepat mengenai kehamilan sebagai
ditentukan sebagaimana diatur dalam Pasal 48 UU fungsi sosia/ dan pengakuan tanggung jawab
HAM. Sedangkan Pasal 49 UU HAM mengatur bersama laki-Iak: dan perempuan dalam
bahwa perempuan berhak untuk memilih, dipilih, membesarkan anak-anak mereka, seyogyanya
diangkat dalam pekerjaan, jabatan dan profesi sesuai kepentingan anak-anak adalah pertimbangan utama
dengan persyaratan dan peraturan perundang- dalam segala hal.
u nd a ng an. Perempuan juga berhak untuk Persamaan substantif tidak saja peduli pada
mendapatkan perlindungan khusus dalam kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-lak1
pelaksanaan pekerjaan atau profesinya terhadap hal- tetapi terutama pada persamaan dalam rnemkrnau
hal yang dapat mengancam keselamatan dan atau manfaat atau hasil-hasilnya. Pasal 2 (a) CEDAW
kesehatannya berkenaan dengan fungsi reproduksi mewajibkan negara untuk menjamin melalui
perempuan (pelayanan kesehatan yang berkaitan peraturan perundang-undangan atau cara lain,
dengan haid, hamil, melahirkan dan pemberian pelaksanaan dan prinsip persamaan antara laki-laki
kesempatan untuk menyusui anak). dan perempuan. CEDAW juga menekankan pada
akses dan penikmatan manfaat yang sama melalui
lmplementasi Prinsip Pokok CEDAW di Indonesia penciptaan lingkungan yang kondusif (dengan
CEDAW menekankan pada kesetaraan dan menyediakan sarana dan prasarana) atau melalui
keadilan antara perempuan dan laki-laki (equality and affirmative action atau aksi dukungan (Pasal 3 dan

16 Afd Hasbullah, Polltik Hukum Rati/ikasi KolM!nsi HAM DiIndonesia. UpayaMeNUjudkan Masyarakatyang Demokrat1s, (Yogyakarta, Pustaka Pela,ar. 2005). him 150
17 Archie Sudiarti Luhulima, Konvens, Penghapusan segala Bentuk Olsknmmasi Terhadap Wanita dalam ·Penghapusan Disknminasi Terhadap Wanita" (Bandung
Alumni 2000), hlm.31

447
MMH, Ji/id 40 No. 4 Oktober 2011

Pasal 4 CEDAW). Hak yang sama antara laki-laki dan pemerintah lainnya, serta perlindungan
perempuan sebagai "legal standard•, seperti hak yang perempuan yang efektif terhadap setiap
sama dalam keluarga, kerja, pengupahan, kewarisan, tindakan diskriminasi
akses pada pemilikan dan kontrol atas sumber daya c. mericabut semua aturan dan kebijaksanaan,
ekonomi seperti tanah, kewarganegaraan, partisipasi kebiasaan dan praktek yang diskriminatif
dan perwakilan dalam pengambilan keputusan di terhadap perempuan
bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil dan d. mencabut sernua ketentuan pidana nasional
sebagainya. yang diskriminatif terhadap perempuan
Prinsip pokok CEDAW yang kedua adalah prinsip 2. Pasal 3 CEDAW menetapkan kewajiban negara
non diskriminasi. Hal yang tidak dianggap sebagai untuk melakukan langkah-langkah proaktif di
diskriminasi adalah affirmative action (Pasal 4 semua bidang, khususnya di bidang politik,
CEDAW) yaitu langkah-langkah khusus sementara sosial, ekonomi dan budaya serta rnencptakan
yang dilakukan untuk mencapai persamaan lingkungan dan kondrsi yang menjarrun
kesempatan dan perlakuan antara perempuan dan pengembangan dan kemajuan perempuan
laki-laki; dan perlindungan kehamilan bahwa 3. Pasal 4 CEDAW mewajibkan negara untuk
kehamilan sebagai fungsi sosial (Pasal 5 (2) melakukan langkah khusus affirmative actions
CEDAW). Sebaliknya, tindakan proaktif seperti untuk mempercepat persamaan de facto serta
melarang perempuan melakukan suatu jenis mencapai persamaan perlakuan dan
pekerjaan dapat dianggap sebagai cisknrmnasi kesempatan bagi lak1-laki dan perempuan
karena dalam jangka panjang dapat bertentangan
dengan kepentingan perempuan. Oleh karena itu UU No. 7 Tahun 1984 yang merupakan aturan
semua bentuk diskriminasi terhadap perempuan yang mengesahkan berlakunya CEDAW tidak dapat
harus dihapuskan untuk mencapai persamaan antara secara langsung diimplementasikan. Pengaturannya
laki-laki dan perempuan. tersebar dalam berbagai peraturan perundang-
Prinsip pokok CEDAW yang ketiga adalah prinsip undangan nasional. baik merevisi UU yang telah ada
kewajiban negara, yaitu menjamin hak-hak seperti UU Perkawinan, UU Ketenagakerjaan, UU
perempuan melalui hukum dan kebijaksanaan serta Pemilihan Umum, UU Partai Politik, UU Pendidikan,
menjamin hasilnya {obligation of result); menjamin UU Kewarganegaraan, UU Kesehatan, dan
pelaksanaan praktis dari hak-hak itu melalui langkah- membentuk UU yang belum ada pengaturannya
langkah atau aturan khusus menciptakan kondisi seperti UU Perlindungan Anak (UU No. 23 Tahun
yang kondusif untuk meningkatkan kemampuan 2002). UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
akses perempuan pada peluang dan kesempatan Tangga (UU No 23 Tahun 2004), UU tentang Tindak
yang ada; negara tidak saja menjamin tetapi juga Pidana Perdagangan Orang (UU No. 21 Tahun 2007)
merealisasikan hak-hak perempuan; tidak saja serta serangkaian UU lainnya yang meliputi
menjamin secara de jure tetapi juga de facto; negara pengaturan tentang semua kehidupan manusia. Hal
tidak saja harus mengatumya di sektor publik tetapi yang perlu dicermati dan ditindaklanjuti adalah
jug a terhadap tindakan dari orang-orang dan lembaga "apakah semua UU tersebut telah mengandung
di sektor privat (keluarga) dan swasta." prinsip pokok CEDAW ataukah masih diskriminatif
Langkah-langkah khusus yang harus dilakukan terhadap perempuan"
negara meliputi: Realitas dalam masyarakat menunjukkan bahwa
1. Menurut Pasal 2 CEDAW, Negara wajib: hukum di Indonesia belum memberikan perlindungan
a. mengutuk diskriminasi, melarang segala yang optimal terhadap hak-hak perempuan dan
bentuk diskriminasi terhadap perempuan didasari oleh ketidakadilan gender. Berbagai bentuk
melalui peraturan perundang-undangan dan diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan
kebijaksanaan serta realisasinya yang selama ini terjadi telah memperburuk kondisi
b. menegakkan perlindungan hukum terhadap kehidupan perempuan serta menghambat
perempuan melalui pengadilan nasional persamaan hak perempuan. Perempuan selayaknya
yang kompeten dan badan-badan mendapatkan perlakuan yang adil serta tidak

18 Ibid., him. 36

448
Elfia Farida, lmplementasi Pnnsip Pokok (cEDAW} Di Indonesia

menerima pertakuan diskriminasi maupun kekerasan adalah sumber kriminalitas dan biang kerok dari
oleh siapapun, dimana pun dan dalam kondisi kemerosotan moral. UU ini sangat diskriminatif
apapun. '9 Kenyataannya, hingga kini masih banyak karena hanya melindungi mereka yang belum
UU yang bersifat diskriminatif dan merugikan menjadi korban dan semakin mengorbankan korban
perempuan, seperti pasal-pasal tertentu dalam UU perempuan dan anak selain itu pasal-pasalnya juga
Perkawinan, UU Kesehatan, UU Kewarganegaraan, multi-interpretatif,. Penolakan Mahkamah Konstisusi
dsb. menguji materi UU Pomografi, misalnya, mengingkari
Di Indonesia yang kulturnya masih sangat keberagaman Indonesia dan membahayakan hak
patriarkis, permasalahan kekerasan dan diskriminasi asasi perempuan. Komnas Perempuan menengarai
terhadap perempuan hingga kini terus terjadi. bahwa UU ini mengkriminalkan perempuan korban
Walaupun CEDAW telah diratifikasi namun perdagangan orang, sementara dalang tindak
nampaknya pemerintah tidak secara sungguh- pornografi dapat lolos dari jerat hukum. Komnas
sungguh menegakkan hukum yang berkeadilan bagi Perempuan juga mencatat sejumlah Perda yang
perempuan, dan yang terjadi hingga saat ini justru mendiskriminasi dan membatasi gerak perempuan
semakin marak bermunculan Peraturan Daerah dengan alasan moral dan kesusilaan."
(Perda) yang diskriminatif. Tingkat kekerasan Catalan Komnas Perempuan menyebutkan 64
berbasis gender seperti perkosaan dan perdagangan dari 154 kebijakan daerah mengandung unsus-unsur
perempuan cenderung meningkat. Hal ini disebabkan diskriminasi bahkan mengkriminalisasi perempuan,
Indonesia belum memiliki produk hukum yang misalnya polisi syariah di Aceh belum lama ini
memadai untuk menjerat pelaku ataupun menangkap 190 perempuan dan laki-laki yang
membuatnya jera. dianggap berpakaian tidak mengikuti aturan agama.21
Budaya patriarki yang menghegemoni dalam Perda-Perda yang lahir banyak yang dianggap sangat
masyarakat Indonesia mengkonstruksi pola pikir diskriminatif bagi perempuan seperti larangan keluar
masyarakat yang menganggap bahwa perempuan malam dan bepergian sendirian di malam hari,
adalah makhluk domestik, sebagai konco wingking, penggunaan atribut-atribut keagamaan tertentu dan
sebagai makhluk nomor dua, tidak bisa menjadi peraturan yang merendahkan perempuan dengan
pemimpin, laki-laki sebagai penerus marga. Budaya menyatakan perempuan sebagai "penyebab" dari
semacam ini jelas menempatkan perempuan hanya kerusakan seperti Perda tentang anti pelacuran di
sebatas obyek yang dapat diperjualbelikan, larangan beberapa daerah."
terhadap perempuan untuk keluar malam dianggap Pendiskriminasian terhadap perempuan juga
sebagai sumber kriminalitas, penilaian kehormatan dapat dijumpai dalam bidang ketenagakerjaan.
dan kesucian perempuan setipis selaput dara, dll., Pekerja perempuan selalu dianggap sebagai lajang
penafsiran ilmiah agama juga banyak berkontribusi sehingga tidak mendapatkan tunjangan keluarga,
dalam proses pelanggengan budaya patriarkis di serta anggapan perempuan sebagai pencari nafkah
Indonesia, misalnya perempuan tidak boleh keluar tambahan menjadikan alasan bagi perusahaan untuk
tanpa muhrimnya, tidak memperbolehkan perempuan menggaji perempuan lebih rendah dibandingkan laki-
memimpin laki-laki, pahala perempuan ditentukan laki. lsu-isu pokok tenaga kerja perempuan antara lain
oleh kepatuhannya terhadap suami, isteri dilarang persamaan imbalan kerja (equal remuneration) yang
menggugat cerai suami dan sebagainya. masih terjadi pembedaan dalam hal pemberian
Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah imbalan kerja. Tenaga kerja perempuan menerima
masih sering ditemukan jauh dari semangat upah relatif kecil dibandingkan dengan tenaga kerja
pembaharuan hukum yang terkandung dalam laki-laki, meskipun tenaga kerja perempuan dan laki-
CEDAW, misalnya pembentukan UU No. 44 Tahun laki bekerja pada okupasi dengan nilai kerja yang
2008 tentang Pornografi, yang penuh kontroversi, sama. Oiskriminasi juga masih sering terjadi terutama
yang melanggengkan stereotipe bahwa perempuan dalam hal penerimaan tenaga kerja di perusahaan

19 Nur Rochaeb, CEDAW dan Hukum Na$1()(1a/ tentang HakA$aSJ Perempuan,•Makalah". disampaikan pada Pelal1han HAM Berperspektif Gender Kerjasama Komnas
PerempuandanTimTOT JawaTengah,Semarang7-8Februan2005,hlm.5
20 Ninuk Mardiana Pambudy, Kaftan Perempuan. PemenuhanA$a Kartm,. 'Kompas·. 16 April 2010
21 Sttateg1 PUG 0, Tengah Gelombang. "Kompas·. 14 Me, 2010
22 Andnetr, PengarostamaanGender Guna Mendukung Hak Perempuan Pada Era OtonomiDaerah. 'Gender, HakAsasi Perempuan. OtonOllll Daerah, Pengarustamaan
un.
Gender, (Yogyakarta, 11 November 2009)

449
MMH, Ji/i<f 40 No. 4 Oktober 2011

atau instansi pemerintah yaitu tenaga kerja laki-laki memasukkan berbagai aspek kesehatan reproduksi,
lebih diutamakan daripada tenaga kerja perempuan." yang jauh lebih maju dibandingkan UU No. 23 Tahun
Diskriminasi ini semakin didukung dengan 1992 tentang Kesehatan yang direvisi, misalnya,
disahkannya UU No. 25 Tahun 2007 tentang dalam beberapa pasalnya masih mendiskriminasikan
Penanaman Modal Asing yang memberi kemudahan perempuan yang tidak menjalin hubungan secara
investor memberlakukan sistem outsourcing dan sah UU nu jelas mengabaikan masalah dalam
didukung pula dengan UU No. 13 Tahun 2003 tentang masyarakat sepern hubungan sedarah (msest),
Ketenagakerjaan yang beberapa ketentuannya remaja hamil di luar nikah, dan indikasi kesehatan lain
menghapus hak-hak normatif, memberi kemudahan berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia."
pemindahan aset dan bisnis (relokasi) serta UU ini tidak sepenuhnya mengakomodasi
memberlakukan status lajang bagi perempuan buruh. kebutuhan khusus perempuan UU masih
Komite CEOAW menyesali kurangnya informasi diskriminatif dan menempatkan perempuan pada
yang disediakan atas situasi perempuan khususnya pihak tidak otonom terhadap tubuhnya secara penuh
mengenai perempuan di sektor informal. Komite misalnya aborsi masn harus dengan persetquan
prihatin terhadap situasi perempuan khususnya suami dan hanya bagi yang telah menikah (Pasal 73
dalam proses rekruitmen pekerjaan, kesenjangan ayat (3)). Pasal 72 yang rumusannya mendiskriminasi
dalam hal pembayaran gaji antara perempuan dan hak alas kesehatan seseorang yang seharusnya
laki-laki serta ketidakadilan dalam jaring pengaman bersifat individual telah direduksi atas dasar status
sosial yang disediakan bagi perempuan dan laki-laki perkawinannya Kesehatan reproduksi (kespro) yang
Komite juga menyatakan perhatian atas kurangnya dilaksanakan melalui pendekatan kesehatan ibu,
implementasi dan perlindungan dan sanksi yang tidak kesehatan anak, keluarga berencana, kespro remaja,
mencukupi sebagaimana diatur dalam UU pencegahan dan penanggulangan infeksi HIV/AIDS,
Ketenagakerjaan. Pada khususnya Komite prihatin serta kespro lanjut usia ternyata tidak
atas penghilangan pasal dalam UU No.13 Tahun 2003 mengakomodasi kespro bagi perempuan dewasa
yang menyatakan prinsip yang adil bagi pembayaran lajang sebagai kategori otonom. Potensi
yang sama atas pekerjaan yang sama dan pekerjaan mengkriminalkan perempuan termasuk
yang memiliki nilai yang sama sesuai dengan menghilangkan asas praduga tak bersalah, serta
Konvensi ILO No.100 yang telah diratifikasi oleh pengabaian terhadap hak dan jaminan perlindungan
Indonesia melalui UU No. 80 tahun 1957. Komite juga bagi perempuan korban pemerkosaan yang trauma
menyatakan prihatin perihal kurangnya larangan bila kehamilan dilanjutkan hadir dalam pasal
• hukum atas pelecehan seksual di tempat kerja. 2' ketentuan pidana. Misalnya, Pasal 194 mengatur
Di bidang pendidikan, privatisasi pendidikan telah setiap orang yang sengaja melakukan aborsi tidak
menyebabkan banyak anak putus sekolah. Sebag,an sesuai ketentuan Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan
mereka bekerja sebagai pekerja rumah tangga Di penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling
dalam negeri 688.132 anak perempuan bekerja banyak satu milyar rupiah. Hal ini berlaku pada semua
sebagai pembantu rumah tangga atau 34,82 persen pihak termasuk paramedis dan perempuan. UU ini
dari total 2.593.399 pekerja rumah tangga di seluruh hanya mengecualikan aborsi untuk kondisi
Indonesia tanpa perlindungan. Selain itu juga sebagai kedaruratan medis dan korban pemerkosaan yang
buruh migran, 70 persennya perempuan dan 70 trauma dengan syarat usia kehamilan dibawah enam
persen bekerja sebagai pekerja rumah tangga. UU minggu.27
No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Kebijakan pemerintah yang sudah ada dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia tidak diskriminatif terhadap perempuan seperti UU No. 1
melindungi mereka dari pelanggaran di negara Tahun 1974 tentang Perkawinan juga tidak dengan
tempat kerja.25 segera diperbaiki. Beberapa ketentuan dalam UU ini
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan telah yang masih diskriminatif adalah melegitimasi

23 Endang SUJstyaruogsih dan Haiyanr Rumondang Perempuan Di Duma Keqa dalam 'Perempoan Dan Hukum Menu1u Hukum Yang Berperspek~f Keseraan oan
Keadilan·, (Jakar1a, Yayasan Obor Indonesia, 2008) him. 448
24 Direktorat HAM dan Kemanusiaan Dlreklorat Jeoder:11 Mlltilateral Departemen Luar Negen, 2009. him. 23
25 Maria Hartiningsih, Hali Perempuan lntemasional. Renungan, •t<ompas", 5 Maret 2010
26 Abdul Ham.m Jauzie, Stalistik angka Ge/ap Kek.erasan terfladap Perempuan, "Kompas·, 5 Maret 2010
27 Yulianti Muthmainnah, Kesehatan, Membaca Ufang Undang-Undang kesehatan, 'Kompas'. 26 Maret 2010

450
Elfia Farida /mplementasi Prins1p Pokok (cEDAW) o, Indonesia

subordinasi suarru terhadap rsten (Pasal 31 (3)). menurqukkan belum adanya kesungguhan dar
memberikan batas usia nikah bagi perempuan yang pemenntah Indonesia dalam rnenqmteqrasuan
terlalu dini yaitu 16 (enam belas) tahun, mi menjadi prinsip pokok CEOAW di seuap produk kebuakannya.
salah satu penyebab peningkatan kematian ibu CEOAW juga belum duadikan sebagai landasan
karena berdampak pada kesehatan ibu dan bayi hukum dalam pembuatan setiap kebijakan. UU dan
(Pasal 7), masih mengakui hak istimewa suami untuk program kerja baik di tingkat pusat maupun daerah
menikahi lebih dan satu perempuan dan alasan yang sehingga masih banyak kekerasan rnaupun
mendasarinya justru merupakan bentuk penelantaran kendakacuan yang d ialarm olef perempuan
terhadap isteri (sak1t berat atau udak mampu
membenkan keturunan) (Pasal 3, 4 5), hanya Simpulan
mengakui hubungan keperdataan anak yang lahir CEDAW menekankan pada persamaan dan
diluar perkawinan dengan pihak ibu sara tidak keadilan antara perempuan dan laki-laki (equality and
dengan pihak ayah sehmgga hak anak untuk eqwty). yaitu persamaan hak dan kesempatan serta
memperoleh pengasuhan dari kedua orang tuanya pernkmatan manfaat di segala bidang kebtdupan dan
dan memperoleh wansan serta akta kelahiran tldak segala keqiatan
terpenulu (Pasal 43 ayat (1 )}. hanya mengatur Indonesia meraufnas CEDAW melalu, UU No 7
pencatatan perkawinan untuk perkawinan dalam Tahun 1984, sehingga berkewa,iban untuk
agama yang diakui resrm oleh negara sehmgga posrsi mengimplementasikan prinsip pokok CEOAW (pnnsip
isteri dan anak menjadi lemah d1 depan hukum· isten persamaan substantif, prinsip non diskriminasi dan
dan anak bisa tidak berhak lag, alas nafkah dan waris prinsip kewajiban negara) kedalam peraturan
setelah perceraian karena akta nikah tidak pernah perundang-undangannya namun peraturan
ada (Pasal 2) UU Perkawinan Juga ndak Jelas perundang-undangan yang telah diberlakukan
mengatur tunjangan pasca percera,an ternyata rnasih diskrimmallf terhadap perempuan dan
UU No. 12Tahun 2006 tentang kewarganegaraan penerapan pnnsip pokok CEOAW kedalam UU belurn
yang menggantikan UU No 62 Tahun 1958 juga terintegrasi.
masih diskriminatif, misalnya ketentuan Pasal 26 ayat Diperlukan kesungguhan dari bad an eksekutif.
(1} bahwa seorang perempuan yang kawm dengan leg,slatif dan yudikatif dalam mengmtegrasikan
laki-laki warga negara asing dan negara asa' suami prnsp pokok CEOAW dan rneruadikan CEOAW
mengharuskan kewarganegaraan rsten ikut suami sebaga, landasan hukum dalam setiap pembuatan
karena perkawinan nu maka akan kehilanqan keb1jakan baik di tingkat pusat maupun daerah
kewarganegaraan lndonesia-nya Hal ini membuat
posisi perempuan warga negara Indonesia menjadi Saran
lemah karena ketika perempuan tersebut dipaksa Indonesia seharusnya segera
mengambil kewarganegaran suarm maka dengan mengimplementasikan CEOAW dan prinstp pokok
sendmnya keh1langan kewarganegaraan Indonesia CEOAW secara penuh. sisternaus dan termtegras, ke
dan otornats haknya mendapat perlindungan sebaga, dalam perundang-undangannya. dan membenkan
warga negara Indonesia iuga hilang pnontas pada proses reformasi hukumnya yang
Peraturan perundangan lain yang juga lldak masih diskriminatif serta mensinkronisasikan dan
secara integral memasukkan prinsip pokok CEDAW mengharmonisasikan dalam hukum Indonesia.
adalah U U No.13 Tahun 2006 tentang Perlindungan
Saksi. UU ini masih diskriminallf rmsalnya hak-hak Daftar Pustaka
perlindungan dibenkan kepada saksi/korban dalam
kasus-kasus tertentu (tindak pidana korupsi, Andneir, 11 November 2009. Pengarustamaan
narkotika, terorisme) sesuai dengan keputusan Gender Guna Mendukung Hak Perempuan
Lembaga Perlindungan Saksi dan Karban (LPSK), Pada Era Otonomi Daerah, "Gender, Hak
dan tidak dengan jelas meliputi kekerasan berbasis Asasi Perempuan, Otonomi Daerah,
gender yang sering dialami oleh perempuan (hanya Pengarustamaan Gender, UII, Yogyakarta
khusus untuk kekerasan terhadap perempuan ada Basic Facts About the United Nations, 2004. United
dalam UU No. 23 Tahun 2004 tentang PKORT) Nations Oepartement of Public Information.
Beberapa perundang-undangan tersebut New York

451
MMH, Ji/id 40 No. 4 Oktober 2011

Chesterton, Gilbert, 2006, When people begin to Kesetaraan Dan Keadilan·, Yayasan Obor
ignore human dignity, it will not be long before Indonesia, Jakarta
they begin to ignore human rights, dalam Mauna, Boer, 2000, Hukum lntemasiona. Pengert,an
"Indonesia dan Diplomasi HAM PBB", Peranan dan Fungs, dalam Era Dmam,~a
Perutusan Tetap Republik Indonesia Untuk Global. Alumni. Bandung
Perserikatan Bangsa-Bangsa Dan Mudjiati, September 2008, lmplementas, Undang-
Organisasi-Organisasi lntemasional lainnya Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
di Jenewa, Jenewa Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
Direktorat HAM dan Kemanusiaan Direktorat Tangga Suatu Tantangan Menuju Sistem
Jenderal Multilateral Departemen Luar Hukum Yang Responsif Gender, "Jumal
Negeri, 2009, Kompilasi Rekomendasi Legislas1 indonesia' Vol 5 No 3
Mekanisme HAM PBB (Treaty Bodies, Muthmainnah, Yuhanu, 26 Maret 2010. Kesehatan.
Special Procedures, Universal Periodic Membaca U/ang Undang-Undang kesehatan,
Review) untuk Indonesia, "Buku lnfomasi, "Kornpas'
Seri Ke-4", Jakarta Ninuk Mardiana Pambudy, Kajian Perempuan,
Farida, Elfia, Agustus 2008, lmplikasi Yuridis Dari Pemenuhan Asa Kartini, "Kompas·. 16 April
Ratifikasi Perjanjian lnternasional Bagi 2010
Negara Indonesia, "Qistie Jurnal llmu Rahayu, 2010. Hukum Hak Asas, Manus,a (HAM)
Hukum", Fakultas Hukum Universitas Wahid Badan Penerbit Uruversitas D1poneg0ro.
Hasyim Semarang, Vol.2 No.2 Semarang
Hartiningsih, Maria, 24 Juli 2009, Undang-Undang Rochaeti, Nur, 7-8 Februari 2005, CEDAW dan
Langkah Mundur 25 Tahun Ratifikasi Hukum Nasional tentang Hak Asasi
Konvensi CEDAW, "Kompas" Perempuan, "Makalah·, disampaikan pada
_, 5 Maret 2010, Hari Perempuan lnternasional, Pelatihan HAM Berperspektif Gender
Renungan, "Kompas", Kerjasama Komnas Perempuan dan Tim TOT
Hasbullah, Afif, 2005, Politik Hukum Ratifikasi Jawa Tengah, Semarang
Konvensi HAM Di Indonesia, Upaya Sapardjaja, Komariah Emong, 2008, Kompendium
Mewujudkan Masyarakat yang Demokratis, tentang Hak-Hak Perempuan, Sadan
Pustaka Pelajar, Yogyakarta Pembinaan Hukum Nasional Departemen
Jauzie, Abdul Hamim, 5 Maret 2010, Statistik angka Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik
Gelap Kekerasan terhadap Perempuan, Indonesia, Jakarta
"Komp as" Sekartadji, Kartini, 9 januan 2003. lmpl1kas1
Karo Karo, Ida Sampit, 2008, Perempuan Dan Hak Pembentukan International Criminal Court
Asasi Manusia (Pengalaman Menangani (ICC) ke dalam Pengadilan Hak Asasi
Perkara Kekerasan Dalam Rumah Tangga) Manusia di Indonesia, "Makalah",
dalam "Wacana Hak Ekonomi, Sosial dan disampaikan pada acara Orasi llmiah dalam
Budaya", Pusat Studi Hak Asasi Manusia, rangka Dies Natalis Ke-46 Fakultas Hukum
Surabaya Universitas Diponegoro. Semarang
Kusumohamidjojo, Budiono, 1986, Suatu Studi Sihombing, Radja Toga, 2008, Daya lkat Perjan}lan
terhadap Aspek Operasional Konvensi Wina lnternasional (Konvensi CEDAW) Terhadap
Tahun 1969 tentang Hukum Perjanjian Hukum Nasional Republik Indonesia : Suatu
lnternasional, Binacipta, Bandung Analisis Yuridis, dalam "Perempuan Dan
Luhulima, Achie Sudiarti, 2000, Konvensi Hukum: Menuju Hukum yang Berperspektif
Penghapusan segala Bentuk Diskriminasi Kesetaraan dan Keadilan",: Yayasan Obor
Terhadap Wanita dalam "Penghapusan Indonesia, Jakarta
Diskriminasi Terhadap Wanita", Alumni, Smith, Rhona K.M., Marjuki, Suparman dkk., 2008,
Bandung ' Hukum hak Asasi Manusia,: Pusat Studi Hak
___ , 2008, Hak Perempuan Dalam Konstitusi Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia
Indonesia, dalam "Perempuan Dan Hukum : (PUSHAM UII), Yogyakarta
Menuju Hukum Yang Berperspektif Soemitro, Ronny Hanitijo, 1983, Metodologi

452
Elfia Farida. lmplementasi Prinsip Pokok (cEDAW} Di Indonesia

Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta


Sulistyaningsih, Endang dan Rumondang, Haiyani,
2008, Perempuan Di Dunia Kerja, dalam
"Perempuan Dan Hukum Menuju Hukum
Yang Berperspektif Keseraan dan Keadilan",
Yayasan Obar Indonesia, Jakarta
Strategi PUG Di Tengah Gelombang, "Kompas", 14
Mei2010

453

You might also like