You are on page 1of 16

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA)

Vol. 4, No. 3, (2019) Halaman 412-427 E-ISSN 2581-1002


ol.x, No.x, July xxxx, pp. 1

PENGARUH TEKANAN (PRESSURE), KESEMPATAN (OPPORTUNITY),


RASIONALISASI (RATIONALIZATION), DAN KAPABILITAS (CAPABILITY)
TERHADAP KECURANGAN PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAHAN
ACEH DENGAN PEMODERASI BUDAYA ETIS ORGANISASI
Finalia Fitri*1, Nadirsyah*2
1,2
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala
e-mail: finalia_fitri@yahoo.com*1, nadirsyah@unsyiah.ac.id*2

Abstract
This study has purposes to discover whether pressure, opportunity, rationalization and capability influences towards
fraud of procurement goods and services in Aceh Government with ethic cultural organization as a moderator. Testing
was conducted to 20 SKPD in Aceh Government which arranged an event of procurement goods and services. This
study uses primary data of questioner which was distributed to all 60 respondents that consist of Head of minister,
Firma, Institute, Secretary, and Head of finance, the sample of study is taken by purposive sampling. Testing is
conducted by using moderated analyzing Regression (MRA). The result of study shows that partially pressure and
capability influences towards fraud of procurements good and service, meanwhile opportunity, rationalization, and
ethic cultural organization were not influenced towards fraud of procurements goods and services. In testing of
moderate regression analyzing uses interaction test, partially ethic cultural organize is able to moderate the
relationship between opportunity and rationalization towards fraud of procurement. But, ethic cultural organization is
not able to moderate the relationship between pressure and capability towards fraud of procurement goods and
services.

Keywords: Fraud of procurement goods and services, pressure, opportunity, rationalization, capability, and Ethic
cultural organization

1. Pendahuluan korupsi di sektor pengadaan barang dan jasa dengan


Korupsi menjadi suatu permasalahan besar yang jumlah kasus sebanyak 188 kasus. Posisi ketiga,
melekat di Indonesia, kontinuitas permasalahan keempat dan kelima masing-masing ditempati oleh
tersebut menjadikan korupsi sebagai salah satu akar penyalahgunaan anggaran, pungutan, dan perizinan
permasalahan yang menghambat kesejahteraan dengan jumlah kasus secara berturut-turut sebanyak
masyarakat. Setiap tahun Komisi Pemberantasan 46, 25 dan 23 kasus (kpk.go.id).
Korupsi (KPK) selalu menemukan kasus-kasus baru Dari segi nilai kerugian, perbandingan jumlah
yang mengakibatkan kerugian negara dalam jumlah kerugian kasus korupsi secara keseluruhan tahun 2016
besar. Padahal telah banyak upaya yang dilakukan dan 2017, sebesar Rp1,45 triliun nilai kerugian harus
untuk memberantas korupsi, namun tetap saja ditanggung oleh negara akibat terjadinya kasus korupsi
permasalahan tersebut terus terjadi tanpa kenal henti. sebanyak 482 kasus di tahun 2016. Sedangkan untuk
Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat kasus tahun 2017, jumlah kerugian negara meningkat pesat
korupsi berdasarkan jenis perkara urutan lima besar menjadi Rp6,56 triliun yang menjadi akibat dari
(top five) kasus korupsi yang paling dominan terjadi di terjadinya 576 kasus korupsi di tahun 2017
Indonesia dari tahun 2004-2018 ialah penyuapan, (kpk.go.id). Salah satu kasus korupsi yang
pengadaan barang/jasa, penyalahgunaan anggaran, mengakibatkan terjadinya lonjakan kerugian tersebut
pungutan, dan perizinan. Selama 14 tahun kasus ialah adanya pengusutan terhadap kasus korupsi di
penyuapan terus konsisten menempati posisi pertama sektor pengadaan barang/jasa yaitu kasus korupsi
sebagai korupsi yang paling sering terjadi dengan pengadaan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (E-
akumulasi jumlah kasus sebanyak 564 kasus. KTP). Ini merupakan salah satu dari banyaknya bentuk
Kemudian di posisi kedua ditempati oleh kasus kasus korupsi pengadaan barang dan jasa yang terjadi

412
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 3, (2019)

 ISSN: 1978-1520
di Indonesia, pernyataan ini sesuai dengan pendapat berperan besar dalam melakukan kecurangan.
yang diutarakan oleh Basaria Panjaitan selaku Wakil Keberhasilan seseorang dalam melaksanakan
ketua Komisi Pemberantasan Korupsi yang kecurangan ditentukan oleh kemampuan yang
mengatakan bahwa titik rawan terjadinya tindak dimilikinya seperti posisi/jabatan, kecerdasan,
pidana korupsi ialah pada bidang pengadaan barang keegoisan, sifat persuasif, kebohongan, dan
dan jasa (“Korupsi Pengadaan Barang,” 2017). pengendalian stress (Wolfe & Hermanson, 2004).
Korupsi pengadaan barang/jasa merupakan Selain keempat faktor yang telah dijelaskan
salah satu bentuk kecurangan yang dilatarbelakangi tersebut, faktor lain yang berpengaruh terhadap
oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut bersumber kecurangan ialah budaya etis organisasi. Sawitri
dari teori segitiga kecurangan (triangle fraud) yang (2011) menyatakan bahwa budaya etis organisasi
dikembangkan oleh Cressey (1953) yang terdiri dari adalah cara pandang yang dimiliki oleh anggota
tekanan, kesempatan dan rasionalisasi. Lalu, pada organisasi dan diterapkan secara bersama-sama di
tahun 2004 teori ini disempurnakan oleh Wolfe & suatu sistem organisasi. Budaya etis organisasi
Hermanson (2004) dengan teori segiempat kecurangan mempunyai peranan yang dapat menurunkan intensitas
(diamond fraud), yang terdiri dari tekanan, kecurangan dan bahkan dapat meningkatkan intensitas
kesempatan, rasionalisasi dan kapabilitas. kecurangan. Semua itu bergantung pada budaya yang
Tekanan (pressure) merupakan faktor pertama dimiliki oleh suatu organisasi.
yang dapat mendorong seseorang atau kelompok untuk Berdasarkan uraian fenomena dan latar belakang
melakukan tindakan kecurangan. Tekanan yang yang telah dipaparkan, maka penulis tertarik untuk
dialami seseorang seperti tekanan finansial dan non- melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
finansial menyebabkan seseorang berada pada kondisi Tekanan (Pressure), Kesempatan (Opportunity),
sulit dan terjepit sehingga berusaha melakukan segala Rasionalisasi (Rationalization), dan Kapabilitas
cara untuk terbebas dari kondisi tersebut (Farida, (Capability) Terhadap Kecurangan Pengadaan
2017). Selain itu, tekanan organisasi yang selalu Barang/Jasa di Pemerintahan Aceh dengan Pemoderasi
menuntut kinerja pegawai agar sesuai dengan target Budaya Etis Organisasi”.
juga memberikan andil besar dalam memicu seseorang
melakukan aktivitas kecurangan (Mustikasari, 2013). 2. Kerangka Teoritis Dan Pengembangan
Kesempatan (opportunity) merupakan faktor Hipotesis
kedua yang mempengaruhi seseorang untuk berbuat Kecurangan Pengadaan Barang/Jasa
curang, yang dapat didefinisikan sebagai situasi Menurut Nugroho et al., (2015) Kecurangan
seseorang disertai dengan keadaan yang pengadaan barang/jasa di pemerintahan dapat
memungkinkannya untuk melakukan tindakan dikategorikan sebagai berikut:
kecurangan tanpa diketahui oleh orang lain. 1) Barang/jasa tidak sesuai dengan yang dibutuhkan
Kesempatan sering dikaitkan dengan sistem oleh masyarakat dari aspek jenis, kualitas dan
pengendalian internal, semakin tidak efektif sistem kuantitas.
pengendalian internal yang diterapkan maka semakin 2) Adanya perbedaan spesifikasi barang/jasa yang
meningkat kesempatan yang tersedia untuk melakukan sudah ditetapkan dalam kontrak perjanjian dengan
aktivitas kecurangan (Albrecht et al., 2012). pekerjaan yang telah diselesaikan.
Rasionalisasi (rationalization) menjadi faktor 3) Kuantitas (volume) barang tidak sama dengan
ketiga yang mendukung seseorang atau kelompok jumlah barang yang telah disepakati dalam
untuk melakukan kecurangan. Rasionalisasi kontrak.
merupakan bentuk pembenaran diri pelaku atas apa 4) Adanya unsur mark-up yang berakibat pada
yang telah dilakukannya. Rasionalisasi dilakukan naiknya harga barang/jasa yang tidak sesuai
untuk membenarkan tindakan yang telah dilakukan, dengan harga pasar.
meskipun ada pihak lain yang merasa dirugikan 5) Pekerjaan barang/jasa tidak selesai tepat waktu
(Molida, 2011). dan tidak sesuai dengan kontrak perjanjian.
Kapabilitas (capability) menjadi faktor keempat
yang didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dan

413
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 3, (2019)

 ISSN: 1978-1520
Tekanan (Pressure) beragam alasan sebagai bentuk pembenaran atas
Menurut Rasha & Andrew (2012) tekanan yang perilakunya (Apriadi, 2014). Kemudian Ratmono et
memicu seseorang untuk melakukan kecurangan dapat al., (2014) menyatakan bahwa rasionalisasi berkaitan
bersumber dari berbagai hal seperti tekanan pribadi dengan sikap dan kepribadian seseorang dalam
seseorang, tekanan pekerjaan dan tekanan eksternal. membenarkan nilai-nilai etis yang sebenarnya
Sedangkan menurut Skousen et al., (2008) ada empat menyimpang.
kondisi umum yang menyebabkan seseorang
melakukan perbuatan curang, diantaranya: Kapabilitas (Capability)
1) Financial stability pressure, ialah tekanan yang Kapabilitas dapat menjadi tolak ukur seberapa
berhubungan dengan kestabilan kondisi keuangan besar kemampuan seseorang untuk melakukan
suatu organisasi. tindakan kecurangan di lingkungan kerja, baik di
2) Financial target, ialah tekanan yang swasta maupun pemerintahan (Wolfe & Hermanson,
mengharuskan para pegawai/karyawan untuk 2004). Tingkat kapabilitas seseorang sangat erat
bekerja sesuai dengan target atau bahkan melebihi kaitannya dengan akibat yang ditimbulkan dari
target yang telah ditetapkan. kecurangan. Mengapa demikian, semakin tinggi
3) Personal financial need, ialah tekanan yang kapabilitas seseorang dalam menempati posisi jabatan
berhubungan dengan tingkat kebutuhan keuangan di instansi/perusahaan, maka semakin besar jumlah
seseorang secara personal dalam rangka nominal kerugian yang ditimbulkan. Menyikapi
pemenuhan kebutuhan hidupnya. permasalahan tersebut Ristianingsih (2017)
4) External pressure, tekanan yang bersumber dari mengemukakan ada tiga hal yang dapat menimbulkan
pihak luar atau pihak ketiga seperti kreditor, perilaku kecurangan, diantaranya:
investor dan regulator. 1) Jabatan di suatu organisasi;
2) Kemampuan untuk memahami pengendalian
Kesempatan (Opportunity) internal serta berusaha untuk mencari kelemahan
Kesempatan adalah peluang yang dimiliki oleh dari sistem tersebut;
setiap individu untuk melakukan tindakan kecurangan, 3) Tingginya rasa kepercayaan diri yang meyakini
dengan kata lain seseorang memanfaatkan kesempatan bahwa tindakannya tidak akan diketahui orang
yang ada untuk memperoleh keuntungan pribadi lain.
(Widarti, 2015). Kesempatan juga sering dikaitkan
dengan penerapan sistem pengendalian internal, bahwa Budaya Etis Organisasi
kesempatan meningkat ketika pengendalian internal Budaya etis organisasi merupakan persepsi para
yang diimplementasikan di suatu organisasi kurang pegawai terhadap tindakan etis pemimpin mengenai
baik dan efektif, sehingga dapat disalahgunakan. pentingnya mengutamakan etika serta pemberian
Selain itu, tidak adanya pemisahan tugas dan sanksi kepada tindakan yang menyimpang dan tidak
wewenang dalam suatu jabatan juga dapat bermoral di dalam organisasi (Hunt & Vite, 1986).
memberikan peluang untuk dimanfaatkan oleh pelaku Sejalan dengan pernyataan tersebut, Nurfarida (2011)
yang tidak bertanggungjawab (Sihombing & Rahardjo, menyatakan bahwa nilai-nilai yang tumbuh dan
2014). tertanam kuat dalam organisasi merupakan inti dari
budaya organisasi yang tercermin dari praktik
Rasionalisasi (Rationalization) organisasi. Nilai-nilai tersebut dapat menciptakan
Menurut Annisya et al., (2016) rasionalisasi keefektifan dan memberikan kemudahan kepada
adalah perilaku yang menolerir atau memperbolehkan anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang
individu melakukan kecurangan dan berasumsi bahwa diharapkan. Namun, apabila nilai ini tidak
tindakan tersebut hal yang biasa dan wajar. diimplementasikan dengan tepat akan berakibat
Rasionalisasi juga didefinisikan sebagai bentuk sikap kepada semakin tingginya tingkat kecurangan yang
dan proses berfikir yang didasari dengan berbagai terjadi (Kinicki & Kreitner, 2003).
pertimbangan moral individu karyawan untuk me-
rasionalkan perilaku kecurangan dengan menggunakan

414
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 3, (2019)

 ISSN: 1978-1520
Kerangka Pemikiran terhadap kecurangan pengadaan barang/jasa di
Pengaruh Tekanan (Pressure) Terhadap pemerintahan belumlah cukup jika hanya berfokus
Kecurangan Pengadaan Barang/Jasa kepada tekanan, kesempatan dan rasionalisasi. Oleh
Tekanan adalah motivasi yang timbul dari sebab itu, perlu mempertimbangkan kehadiran faktor
individu pegawai untuk melakukan perbuatan curang lain seperti kapabilitas seseorang. Uraian tersebut
dan menyimpang disebabkan karena adanya tekanan, dijelaskan bukan tanpa bukti, adanya penelitian
seperti tekanan finansial dan non-finansial (Arifianti et terdahulu dari Pamungkas (2018), Purwanto et al.,
al., 2015). Semakin besar tekanan yang dialami maka (2017) memperoleh hasil bahwa kapabilitas
semakin kuat motivasinya untuk berbuat kecurangan. berpengaruh positif terhadap kecurangan (fraud).
Pernyataan tersebut didukung dengan hasil penelitian
Zahara (2017) dan Marliani & Jogi (2015) yang Pengaruh Budaya Etis Organisasi Terhadap
menyatakan bahwa tekanan berpengaruh terhadap Kecurangan Pengadaan Barang/Jasa
kecurangan. Budaya etis yang diterapkan di suatu organisasi
merupakan cerminan bagaimana keseluruhan anggota
Pengaruh Kesempatan (Opportunity) Terhadap berinteraksi dan bertingkah laku di dalam suatu
Kecurangan Pengadaan Barang/Jasa organisasi (Dewi et al., 2015). Sehingga tercipta lah
Kecurangan yang terjadi pada kegiatan ciri khas bagi organisasi itu dan memberikan daya
pengadaan barang/jasa disebabkan karena kurangnya tarik yang dapat mengundang orang lain bergabung ke
pengawasan pada proses pelaksanaan pengadaan organisasi tersebut (Fachrunisa, 2015). Pernyataan ini
barang/jasa pemerintah, minimnya pengawasan dari diperkuat dengan hasil riset terdahulu dari Fachrunisa
atasan langsung, serta tingkat kesadaran pelaku yang (2015) dan Dewi et al., (2015) bahwa budaya etis
kurang bahwa tindakan tersebut salah dan dapat organisasi berpengaruh terhadap kecurangan di bidang
menimbulkan konsekuensi hukum. Kurangnya akuntansi.
pengawasan tersebut mengakibatkan timbulkan
kesempatan yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku Pengaruh Budaya Etis Organisasi Terhadap
untuk melakukan aktivitas kecurangan. Hal tersebut Hubungan Antara Tekanan Dengan Kecurangan
dibuktikan dengan penelitian Susandra & Hartina Pengadaan Barang/Jasa
(2017), Pamungkas (2018), Purwanto et al., (2017) Baik atau buruknya budaya etis organisasi
yang menyatakan kesempatan memiliki pengaruh tergantung dari nilai dan norma yang menjadi
positif dan signifikan terhadap kecurangan pengadaan pedoman bagi suatu organisasi, Apabila nilai dan
barang/jasa. norma tersebut mengedepankan integritas, tentunya
angka kecurangan nihil dan begitu pula sebaliknya.
Pengaruh Rasionalisasi (Rationalization) Terhadap Sama hal nya dengan tekanan semakin beragam
Kecurangan Pengadaan Barang/Jasa tekanan yang dirasakan orang-orang, cenderung
Rasionalisasi merupakan bentuk pembenaran memotivasinya untuk melakukan tindakan melawan
seseorang atas perilaku curang yang dilakukan hukum. Kondisi seperti ini menjadikan budaya etis
sehingga merasa tidak bersalah dan tidak menyesali organisasi sebagai pemoderasi hubungan antara
perbuatannya, apabila tingkat rasionalisasi seseorang tekanan dengan kecurangan pengadaan barang/jasa.
tinggi maka semakin besar rasa tidak bersalah dalam
melakukan kecurangan. Pernyataan ini dibuktikan Pengaruh Budaya Etis Organisasi Terhadap
dengan penelitian Lailiyah (2016) dan Arifianti et al., Hubungan Antara Kesempatan Dengan
(2015) yang memperoleh hasil bahwa rasionalisasi Kecurangan Barang/Jasa
berpengaruh terhadap kecurangan. Tingginya intensitas kecurangan disebabkan
karena terbukanya kesempatan/peluang yang dapat
Pengaruh Kapabilitas (Capability) Terhadap disalahgunakan oleh pelaku, hal tersebut menjadi
Kecurangan Pengadaan Barang/Jasa dampak dari adanya sistem pengendalian internal di
Purwanto et al., (2017) menjelaskan bahwa suatu instansi tidak berjalan dengan baik dan efektif.
untuk melakukan pencegahan dan pengantisipasian Baik atau tidaknya suatu sistem pengendalian

415
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 3, (2019)

 ISSN: 1978-1520
ditentukan oleh organisasi, ini lah yang korelasi antara
Tekanan (X1)
budaya etis organisasi dengan kesempatan, korelasi
tersebut menjadi alasan budaya etis organisasi sebagai
Kesempatan (X2) Kecurangan
pemoderasi terhadap hubungan kesempatan dengan
(fraud)
kecurangan pengadaan barang/jasa. Untuk Pengadaan
membuktikan pernyataan tersebut, hasil riset Aulad et Rasionalisasi (X3) Barang/Jasa
al., (2018) menunjukkan bahwa hasil uji parameter (Y)
individual budaya organisasi dapat memoderasi Kapabilitas (X4)
pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap
kinerja aparat pemerintah daerah Kota Malang..

Budaya Etis
Pengaruh Budaya Etis Organisasi Terhadap
Organisasi (X5)
Hubungan Antara Rasionalisasi Dengan
Kecurangan Pengadaan Barang/Jasa di
Pemerintah. Hipotesis Penelitian
Ketika sebagian besar pegawai mempunyai Berdasarkan teori yang telah dikemukakan
kebiasaan melakukan pembenaran diri atau sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa
menganggap bahwa rasionalisasi merupakan hal yang hipotesis penelitian sebagai berikut:
wajar dan lumrah untuk dilakukan maka akan H1: Tekanan (pressure) berpengaruh terhadap
berdampak kepada pola kebiasaan organisasi yang kecurangan pada pengadaan barang/jasa
memperbolehkan perbuatan rasionalisasi dalam Pemerintahan Aceh.
lingkungan kerja. Pernyataan tersebut sesuai dengan H2: Kesempatan (opportunity) berpengaruh terhadap
riset Aulad et al., (2018) menunjukkan bahwa secara kecurangan pada pengadaan barang/jasa
simultan budaya organisasi berpengaruh terhadap Pemerintahan Aceh.
kinerja aparat pemerintah daerah Kota Malang. H3: Rasionalisasi (rationalization) berpengaruh
terhadap kecurangan pada pengadaan barang/jasa
Pengaruh Budaya Etis Organisasi Terhadap Pemerintahan Aceh.
Hubungan Antara Kapabilitas Dengan H4: Kapabilitas (capability) berpengaruh terhadap
Kecurangan Pengadaan Barang/Jasa kecurangan pada pengadaan barang/jasa
Sawitri (2011) menjelaskan budaya organisasi Pemerintahan Aceh.
menjadi kontribusi utama yang menentukan etis atau H5: Budaya etis oganisasi berpengaruh terhadap
tidaknya perilaku anggota organisasi. Setiap pegawai kecurangan pada pengadaan barang/jasa
yang berada pada suatu organisasi harus tunduk dan Pemerintahan Aceh.
patuh terhadap budaya yang sudah ditetapkan oleh H6: Budaya etis organisasi berpengaruh terhadap
organisasi tempat mereka bekerja, sekalipun mereka hubungan antara tekanan dengan kecurangan
memiliki kapabilitas yang tinggi serta kompetensi pengadaan barang/jasa Pemerintahan Aceh.
yang bagus. Tidak ada pengecualian bagi pegawai H7: Budaya etis organisasi berpengaruh terhadap
yang tidak mematuhi nilai-nilai etika untuk tidak hubungan antara kesempatan dengan kecurangan
dikenakan sanksi, pendapat ini diutarakan oleh Hunt & pengadaan barang/jasa Pemerintahan Aceh.
Vite (1986). Dengan demikian Dengan demikian, H8: Budaya etis organisasi berpengaruh terhadap
budaya etis organisasi dapat menjadi pemoderasi hubungan antara rasionalisasi dengan kecurangan
untuk hubungan antara kapabilitas dengan kecurangan pengadaan barang/jasa Pemerintahan Aceh.
pengadaan barang/jasa. H9: Budaya etis organisasi berpengaruh terhadap
Berdasarkan penjelasan diatas, maka skema hubungan antara kapabilitas dengan kecurangan
kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai pengadaan barang/jasa Pemerinta
berikut:

416
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 3, (2019)

 ISSN: 1978-1520
3. Metode Penelitian Kesempatan (Opportunity)
Desain Penelitian Sihombing & Rahardjo (2014) berpendapat
Tujuan studi dalam penelitian ini adalah bahwa kesempatan meningkat ketika pengendalian
pengujian hipotesis. Jenis investigasi dari penelitian ini internal yang diimplementasikan di suatu organisasi
bersifat studi kausalitas. Penelitian ini menggunakan kurang baik dan efektif, sehingga dapat
data primer berupa kuesioner. Horizon waktu yang disalahgunakan. Kesempatan diukur menggunakan
digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. instrumen yang telah dikembangkan oleh Sihombing
& Rahardjo (2014) yang terdiri dari 6 item pertanyaan,
Populasi Sampel dan diukur menggunakan skala likert 1-5. Indikator
Populasi dalam penelitian ini adalah SKPD di yang digunakan ialah lingkungan pengendalian,
Pemerintahan Aceh yang melaksanakan kegiatan aktivitas prosedur pengendalian, embatasan akses
pengadaan barang/jasa berjumlah 47 SKPD. Sampel informasi, dan ketidakpedulian pimpinan terhadap
dipilih menggunakan teknik purposive sampling, bawahan.
kriteria pemilihan sampel ialah SKPD yang memiliki
jumlah paket pengadaan diatas 80 paket baik secara Rasionalisasi (Rationalization)
swakelola maupun penyedia. Sehingga sampel yang Rasionalisasi adalah pembenaran rasional yang
dipilih menjadi 23 SKPD, di setiap SKPD akan dilakukan pelaku dengan anggapan bahwa tindakan
didistribusikan sebanyak 3 kuesioner yaitu 1 untuk yang dilakukan adalah benar dan wajar, meskipun ada
kepala SKPD, 1 untuk kassubag keuangan, dan 1 pihak lain yang menjadi korban dan merasa dirugikan
untuk sekretaris. Total secara keseluruhan berjumlah (Molida, 2011). Rasionalisasi diukur menggunakan
69 responden. instrumen yang dikembangkan oleh Mustikasari
(2013) yang terdiri dari 5 item pertanyaan diukur
Operasional Variabel dengan skala likert 1-5. Indikator yang digunakan
Kecurangan Pengadaan Barang/Jasa diantaranya rela berkorban untuk instansi, tidak ada
Kecurangan di sektor pengadaan barang/jasa pihak yang dirugikan, dan tindakan kecurangan
ialah tindakan menyimpang dan melawan hukum yang dilakukan demi kebaikan.
dilakukan oleh individu atau kelompok (Tuanakotta,
2013:28). Kecurangan yang dimaksud seperti Kapabilitas (Capability)
penggelapan proyek pengadaan, penggelembungan Kapabilitas adalah kemampuan untuk
volume barang, melakukan mark-up harga barang, dan memanfaatkan kesempatan yang ada untuk berbuat
lain-lain. Variabel ini terdiri dari 8 item pertanyaan curang, yang mana kesempatan tersebut tidak dimiliki
dengan indikator pengukuran yang dikembangkan oleh oleh orang lain dengan posisi jabatan yang berbeda
Mustikasari (2013) dan diukur dengan skala liker 1-5. (Wolfe & Hermanson, 2004). Kapabilitas diukur
Indikator yang digunakan yaitu kecurangan laporan dengan instrumen dari Wolfe & Hermanson (2004)
keuangan, penyalahgunaan aset dan korupsi. yang terdiri dari 7 item pertanyaan, dan diukur
menggunakan skala likert 1-5. Indikator tersebut
Tekanan (Pressure) diantaranya positioning, intelligence, confidence/ego,
Tekanan merupakan motivasi seseorang untuk coercion, deceit, dan stress
melakukan aktivitas kecurangan baik dalam hal
keuangan maupun non keuangan yang dipengaruhi Budaya Etis Organisasi
oleh tekanan internal seseorang dan tekanan organisasi Simbolon (2017) mendefinisikan budaya etis
(Mustikasari, 2013). Variabel ini terdiri dari 8 item organisasi sebagai nilai, norma, kepercayaan, perilaku,
pertanyaan dengan indikator pengukuran yang dan tindakan yang menggambarkan bagaimana pihak-
dikembangkan oleh Yeni (2011) dan diukur dengan pihak dalam organisasi berperilaku dan berinteraksi.
skala liker 1-5. Indikator yang digunakan yaitu Pengukuran budaya etis organisasi menggunakan
tekanan keuangan, kebiasaan buruk, tekanan instrumen yang dikembangkan oleh Nurfarida (2011)
pekerjaan, dan tuntutan pemenuhan gaya hidup. yang terdiri dari 8 item pertanyaan dan diukur dengan
skala likert 1-5. Indikator yang digunakan adalah

417
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 3, (2019)

 ISSN: 1978-1520
persepsi karyawan pada tindakan etis pimpinan, rasa Uji Kualitas Data
peduli pimpinan terhadap pentingnya etika di instansi, Hasil Uji Validitas
serta adanya penghargaan untuk tindakan yang Pengujian kualitas data dalam penelitian ini
bermoral dan sanksi terhadap tindakan menyimpang. dilakukan secara statistik menggunakan uji pearson
product-moment coefficient of correlations dengan
Teknik Pengumpulan Data nilai signifikansi sebesar 5%. Setiap item dikatakan
Data primer dikumpulkan melalui penelitian valid jika nilai r hitung > r tabel. Uji Validitas dapat
dengan membagikan kuesioner. Setiap kuesioner dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut:
terdiri dari 1 (satu) variabel terikat, 4 (empat) variabel Tabel 4.1
bebas dan 1 (satu) variabel moderasi. Hasil Uji Validitas
Variabel Item r-hitung r-tabel Ket
Metode Penelitian 1 0,668 0,254 Valid
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian 2 0,776 0,254 Valid
ini adalah analisis regresi moderasi (Moderated 3 0,359 0,254 Valid
Tekanan 4 0,467 0,254 Valid
Regression Analysis) untuk menguji hipotesis. Alasan
(X1) 5 0,355 0,254 Valid
penggunaan analisis tersebut ialah adanya variabel
6 0,299 0,254 Valid
moderasi sehingga diperlukan uji interaksi antara
7 0,633 0,254 Valid
variabel bebas dan moderasi. Sehingga model regresi
8 0,334 0,254 Valid
nya adalah sebagai berikut:
1 0,657 0,254 Valid
Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 +
2 0,737 0,254 Valid
b6X1X5 + b7X2X5 + b8X3X5 + b9X4X5 + e Kesempatan 3 0,812 0,254 Valid
(X2) 4 0,748 0,254 Valid
Keterangan: 5 0,753 0,254 Valid
Y = Kecurangan (fraud) Pengadaan Barang/Jasa 6 0,732 0,254 Valid
a = Konstanta 1 0,552 0,254 Valid
b = Koefisien Regresi 2 0,610 0,254 Valid
X1 = Tekanan (Pressure) Rasionalisasi 3 0,778 0,254 Valid
X2 = Kesempatan (Opportunity) (X3) 4 0,734 0,254 Valid
X3 = Rasionalisasi (Rationalization) 5 0,601 0,254 Valid
X4 = Kapabilitas (Capability) 1 0,493 0,254 Valid
X5 = Budaya Etis Organisasi 2 0,549 0,254 Valid
e = Error 3 0,558 0,254 Valid
Kapabilitas 4 0,653 0,254 Valid
Pengelolaan data dilakukan menggunakan
(X4) 5 0,789 0,254 Valid
program SPSS versi 21.0, dengan tingkat signifikansi
6 0,775 0,254 Valid
5%.
7 0,610 0,254 Valid
1 0,369 0,254 Valid
4. Hasil Dan Pembahasan 2 0,279 0,254 Valid
Deskripsi dan Analisis Data 3 0,747 0,254 Valid
Penelitian ini dilakukan dengan 4 0,746 0,254 Valid
mendistribusikan kuesioner kepada kepala/pimpinan, Budaya Etis 5 0,753 0,254 Valid
sekretaris, dan Kassubag di setiap Satuan Kerja Organisasi 6 0,439 0,254 Valid
Perangkat Daerah (SKPD) di Pemerintahan Aceh yang (X5) 7 0,702 0,254 Valid
terlibat dalam kegiatan pengadaan barang/jasa yang 8 0,582 0,254 Valid
berjumlah 69 responden dan tersebar di 23 SKPD. 1 0,440 0,254 Valid
Dari 69 kuesioner yang dibagikan kepada responden, Fraud 2 0,620 0,254 Valid
kuesioner yang kembali berjumlah 60 atau sebanyak Pengadaan 3 0,783 0,254 Valid
87% dan yang tidak kembali sebanyak 9 atau 13%. Barang/Jasa 4 0,513 0,254 Valid
(Y) 5 0,637 0,254 Valid

418
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 3, (2019)

 ISSN: 1978-1520
Variabel Item r-hitung r-tabel Ket Hasil Uji Multikolinieritas
6 0,613 0,254 Valid Tabel 4.4
7 0,492 0,254 Valid Hasil Uji Multikolinieritas
8 0,565 0,254 Valid Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
Berdasarkan uji validitas tersebut, masing-masing item (constant)
diperoleh nilai rhitung > rtabel, yang berarti bahwa seluruh Tekanan (X1) 0,786 1,272
instrumen kuesioner adalah valid. Kesempatan (X2) 0,800 1,249
Rasionalisasi (X3) 0,937 1,067
Hasil Uji Reliabilitas Kapabilitas (X4) 0,673 1,485
Tabel 4.2 Budaya Etis Organisasi 0,706 1,416
(X5)
Hasil Uji Reliabilitas
X1.X5 0,566 1,766
Variabel Cronbach Nilai Kritis Ket
Alpha Cronbach’s X2.X5 0,812 1,232
Alpha X3.X5 0,802 1,247
Tekanan (X1) 0,620 0,600 Reliabel X4.X5 0,660 1,515
Kesempatan
(X2) 0,831 0,600 Reliabel Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat dilihat
Rasionalisasi bahwa nilai tolerance setiap variabel independen lebih
(X3) 0,667 0,600 Reliabel besar dari 0,10 dengan nilai VIF dibawah 10, hal ini
Kapabilitas menunjukkan bahwa model regresi bebas dari
(X4) 0,745 0,600 Reliabel multikolinieritas.
Budaya Etis
Organisasi Hasil Uji Heteroskedastisitas
(X5) 0,739 0,600 Reliabel
Kecurangan
Pengadaan
Barang/Jasa
(Y) 0,725 0,600 Reliabel

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, uji reliabilitas


menghasilkan nilai Cronbach Alpha untuk setiap
variabel yang lebih besar dari 0,60. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa semua variabel adalah
reliabel.

Uji Asumsi Klasik Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas


Hasil Uji Normalitas
Tabel 4.3 Berdasarkan hasil pengujian heteroskedastisitas,
Hasil Uji Normalitas terlihat bahwa tidak ada pola tertentu dan titik-titik
Unstandardized Keterangan menyebar secara merata berada di bawah dan di atas
Residual angka 0 pada sumbu Y. Hasil ini menandakan bahwa
Asymp. Sig. (2- 0,858 Data model regresi yang digunakan tidak terjadi
tailed) berdistribusi heteroskedastisitas.
normal
Hasil Analisis Regresi Moderasi
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas, nilai Model penelitian dapat dilihat pada hasil
unstandardized residual sebesar 0,858 yang berarti pengolahan data seperti yang terlihat pada bagian
lebih besar 0,05 (5%), maka dapat disimpulkan bahwa output SPSS di Tabel 4.5 dibawah ini:
data berdistribusi secara normal.
419
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 3, (2019)

 ISSN: 1978-1520
Tabel 4.5
Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 0,096 0,270 0,356 0,723
X1 0,172 0,079 0,259 2,174 0,034
X2 -0,129 0,146 -0,104 -0,883 0,382
X3 0,235 0,153 0,168 1,535 0,131
X4 0,603 0,149 0,520 4,041 0,000
X5 0,050 0,071 0,089 0,708 0,482
X1.X5 -0,027 0,022 -0,171 -1,216 0,230
X2.X5 0,104 0,033 0,374 3,190 0,002
X3.X5 -0,151 0,049 -0,365 -3,091 0,003
X4.X5 -0,016 0,031 -0,069 -0,529 0,599
R2= 0,442; F= 4,398; Sig.= 0,000

Berdasarkan output SPSS pada Tabel 4.7, model Hasil Uji Secara Parsial
penelitian dapat dituliskan dalam persamaan dibawah Untuk menguji secara parsial pengaruh tekanan,
ini: kesempatan, rasionalisasi, kapabilitas, dan budaya etis
organisasi sebagai pemoderasi dapat dilihat dengan
Y= 0,096 + 0,172X1 - 0,129X2 + 0,235X3 + 0,603X4 cara mengambil kesimpulan langsung dari nilai
+ 0,050X5 - 0,027X1.X5 + 0,104X2.X5 – signifikansi masing-masing variabel. Setiap variabel
0,151X3.X5 - 0,016X4.X5+e dikatakan berpengaruh, apabila nilai signifikansi nya
lebih kecil dari 0,05. Hasil perhitungan diketahui nilai
Hasil persamaan regresi tersebut dapat diketahui signifikansi untuk masing-masing variabel sebagai
bahwa nilai konstanta (a) sebesar 0,096 artinya jika berikut:
tekanan, kesempatan, rasionalisasi, kapabilitas, dan 1) Variabel tekanan memiliki nilai signifikansi 0,034
budaya etis organisasi sebagai pemoderasi dianggap lebih kecil dari 0,05 (5%). Hal ini menunjukkan
sama dengan nol, maka besarnya nilai kecurangan bahwa tekanan berpengaruh terhadap kecurangan
pengadaan barang/jasa di Pemerintahan Aceh adalah (fraud) pengadaan barang/jasa. Dengan demikian,
sebesar 0,096 atau 9,6%. hipotesis pertama (H1) diterima.
2) Variabel kesempatan memiliki nilai signifikansi
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) 0,382 lebih besar dari 0,05 (5%). Hal ini
Berdasarkan Tabel 4.7 nilai R2 sebesar 0,442 menunjukkan bahwa kesempatan tidak
atau sebesar 44,2%. Hal tersebut berarti bahwa 44,2% berpengaruh terhadap kecurangan (fraud)
variabel dependen (fraud pengadaan barang/jasa) pengadaan barang/jasa. Dengan demikian,
dapat dijelaskan oleh keempat variabel independen hipotesis kedua (H2) ditolak.
yang terdiri dari tekanan, kesempatan, rasionalisasi, 3) Variabel rasionalisasi memiliki nilai signifikansi
dan kapabilitas serta satu variabel moderasi yaitu 0,131 lebih besar dari 0,05 (5%). Hal ini
budaya etis organisasi. Sedangkan 55,8% lainnya menunjukkan bahwa rasionalisasi tidak
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan berpengaruh terhadap kecurangan (fraud)
dalam penelitian ini. pengadaan barang/jasa. Dengan demikian,
hipotesis ketiga (H3) ditolak.
4) Variabel kapabilitas memiliki nilai signifikansi
0,000 lebih kecil dari 0,05 (5%). Hal ini
menunjukkan bahwa kapabilitas berpengaruh
Hasil Pengujian Hipotesis terhadap kecurangan (fraud) pengadaan

420
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 3, (2019)

 ISSN: 1978-1520
barang/jasa. Dengan demikian, hipotesis keempat Pembahasan
(H4) diterima. Pengaruh Tekanan (Pressure) Terhadap
5) Variabel budaya etis organisasi memiliki nilai Kecurangan Pada Pengadaan Barang/Jasa
signifikansi 0,482 lebih besar dari 0,05 (5%). Hal Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah
ini menunjukkan bahwa budaya etis organisasi disajikan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
tidak berpengaruh terhadap kecurangan (fraud) tekanan berpengaruh secara positif terhadap
pengadaan barang/jasa. Dengan demikian, kecurangan pengadaan barang/jasa. Artinya apabila
hipotesis kelima (H5) ditolak. seseorang mengalami tekanan yang besar akan
6) Hasil analisis pengaruh tekanan terhadap meningkatkan terjadinya kecurangan pengadaan
kecurangan (fraud) pengadaan barang/jasa yang barang/jasa.
dimoderasi oleh budaya etis organisasi memiliki Tekanan adalah motivasi yang timbul dari
nilai signifikansi 0,230 lebih besar dari 0,05 (5%), individu pegawai untuk melakukan perbuatan curang
yang berarti budaya etis organisasi tidak dapat dan menyimpang disebabkan karena adanya tekanan.
memoderasi hubungan antara tekanan dengan Berbagai tekanan yang terjadi baik itu tekanan
kecurangan (fraud) pengadaan barang/jasa, finansial maupun non-finansial, mengakibatkan
dengan demikian hipotesis keenam (H6) ditolak. seseorang mengalami kesulitan dan terjebak pada
7) Hasil analisis pengaruh kesempatan terhadap situasi yang sulit. Sehingga dapat memotivasi
kecurangan (fraud) pengadaan barang/jasa yang seseorang untuk menghalalkan segala cara agar
dimoderasi oleh budaya etis organisasi memiliki terbebas dari situasi sulit tersebut.
nilai signifikansi 0,002 lebih kecil dari 0,05 (5%), Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
yang berarti budaya etis organisasi dapat (Muhammad & Ridwan, 2017) yang memproksikan
memoderasi hubungan antara kesempatan tekanan dengan kompensasi pegawai. Masalah
dengan kecurangan (fraud) pengadaan keuangan pegawai juga erat kaitannya dengan jumlah
barang/jasa. Dengan demikian, hipotesis ketujuh kompensasi yang diberikan atasan. Kompensasi
(H7) diterima. pegawai memiliki pengaruh negatif terhadap
8) Hasil analisis pengaruh rasionalisasi terhadap kecurangan, apabila kompensasi yang diterima
kecurangan (fraud) pengadaan barang/jasa yang pegawai semakin besar jumlah nominalnya maka
dimoderasi oleh budaya etis organisasi memiliki semakin kecil kemungkinan untuk melakukan
nilai signifikansi 0,003 lebih kecil dari 0,05 (5%), kecurangan. Mengapa demikian, karena apabila
yang berarti budaya etis organisasi dapat pegawai menerima kompensasi dalam jumlah yang
memoderasi hubungan antara rasionalisasi dengan besar, kompensasi tersebut dapat mencukupi
kecurangan (fraud) pengadaan barang/jasa. kebutuhan hidupnya. Sehingga motivasinya untuk
Dengan demikian, hipotesis kedelapan (H8) berbuat kecurangan semakin berkurang.
diterima. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian
9) Hasil analisis pengaruh kapabilitas terhadap yang dilakukan oleh Arifianti et al., (2015) yang
kecurangan (fraud) pengadaan barang/jasa yang menyatakan bahwa tekanan tidak berpengaruh
dimoderasi oleh budaya etis organisasi memiliki terhadap kecurangan pengadaan barang/jasa. Tekanan
nilai signifikansi 0,599 lebih besar dari 0,05 (5%), diproksikan dengan kesesuaian kompensasi. Hasilnya
yang berarti budaya etis organisasi tidak dapat ialah ada dan tidak adanya tambahan kompensasi tidak
memoderasi hubungan antara kapabilitas dengan berpengaruh terhadap kecurangan yang terjadi, karena
kecurangan (fraud) pengadaan barang/jasa. para pejabat pengadaan bekerja tidak semata-semata
Dengan demikian, hipotesis kesembilan (H9) untuk mendapatkan keuntungan dari kompensasi saja,
ditolak. melainkan keuntungan jangka panjang seperti
meningkatkan kemampuan, pengetahuan, keahlian,
dan memperbanyak pengalaman di bidang pengadaan
barang/jasa.

421
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 3, (2019)

 ISSN: 1978-1520
diimplementasikan pada suatu instansi pemerintah,
Pengaruh Kesempatan (Opportunity) Terhadap maka semakin menurun tingkat kecurangan yang
Kecurangan Pada Pengadaan Barang/Jasa terjadi, dalam hal ini objek penelitian dilakukan di
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah SKPD Pemerintahan Kota Lhokseumawe.
disajikan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
kesempatan tidak berpengaruh terhadap kecurangan Pengaruh Rasionalisasi (Rationalization) Terhadap
pengadaan barang/jasa. Tidak adanya pengaruh antara Kecurangan Pada Pengadaan Barang/Jasa
kesempatan dengan kecurangan pengadaan barang/jasa Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah
disebabkan karena sistem pengendalian yang disajikan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
diterapkan di suatu organisasi sudah efektif, sehingga rasionalisasi tidak berpengaruh terhadap kecurangan
sulit bagi para pelaku untuk melakukan tindakan pengadaan barang/jasa. Rasionalisasi diartikan sebagai
kecurangan. bentuk pembenaran diri terhadap apa yang telah
Selain itu, semakin bagus sistem pengendalian dilakukan pelaku kecurangan dan menganggap bahwa
internalnya maka kemungkinan terdeteksi kecurangan tindakannya tidak menyimpang. Sesuai dengan hasil
akan lebih mudah dan cepat. Hal tersebut yang penelitian ini, tidak adanya pengaruh antara
mengakibatkan sedikitnya kesempatan atau peluang rasionalisasi dengan kecurangan pengadaan
yang tersedia. Ditambah lagi dengan adanya barang/jasa dikarenakan tidak semua individu
pemisahan tugas dan otorisasi, sehingga tidak semua melakukan pembenaran diri (rasionalisasi) terhadap
orang dapat terlibat dalam kegiatan pengadaan perbuatannya.
barang/jasa kecuali pihak yang memang Setiap individu yang menjungjung tinggi nilai-
bertanggungjawab di bidang tersebut. nilai integritas menyadari bahwa perilaku kecurangan
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian adalah perilaku yang ilegal sehingga mereka akan
dari Adi et al., (2016). Dalam penelitian Adi et al., menghindari perbuatan tersebut. Selain itu, bagi
(2016) menyatakan bahwa pegawai instansi yang individu yang memiliki tingkat spritiual tinggi artinya
menjadi objek penelitiannya sudah mematuhi prosedur taat pada keyakinan akan menjauhi setiap perbuatan
yang ditetapkan serta tugas dan tanggungjawab yang menyimpang dan tidak sesuai dengan ajaran
masing-masing pegawai sudah sesuai dengan alur keyakinannya. Hal inilah yang menyebabkan
sistem yang berlaku. Hanya saja pada aktivitas rasionalisasi tidak berpengaruh terhadap kecurangan
operasional untuk menilai pelaksanaan pengendalian pengadaan barang/jasa.
internal tidak dapat dipantau dan dievaluasi secara Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
kontinuitas. Hal inilah yang mengakibatkan sebelumnya yang dilakukan oleh Susandra dan Hartina
terbukanya kesempatan bagi pegawai untuk (2017), tentunya hasil ini tidak sesuai dengan teori
melakukan perbuatan curang dan menyimpang. fraud triangle, karena rasionalisasi merupakan bagian
Hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian dari penyebab yang dapat memicu seseorang untuk
Zahara (2017) yang menemukan adanya pengaruh melakukan perbuatan curang. Susandra dan Hartina
positif kesempatan terhadap kecurangan (fraud) (2017) dalam penelitiannya menyatakan bahwa, ketika
pengadaan barang/jasa. Adanya pengaruh kesempatan individu mengedepankan integritas dan moralitas
terhadap kecurangan sesuai dengan teori segitiga dalam bersikap di suatu instansi, maka setiap tindakan
kecurangan, yang mana kesempatan menjadi salah satu yang dilakukan merupakan bagian dari perilaku etis
faktor yang dapat memotivasi seseorang untuk berbuat dan tidak menyimpang. Hal inilah yang menyebabkan
curang. Motivasi tersebut meningkat ketika pemberian seseorang enggan untuk melakukan rasionalisasi
sanksi lemah dan resiko tertangkap rendah, sehingga (pembenaran diri) sehingga rasionalisasi tidak dapat
apabila motivasi untuk berbuat curang tinggi maka memicu terjadinya kecurangan.
intensitas kecurangan yang terjadi juga meningkat. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
Sementara itu, penelitian Albar dan Fauziah penelitian Purwanto et al., (2017) yang memperoleh
(2018) mendapatkan hasil penelitian yang menyatakan hasil bahwa rasionalisasi berpengaruh positif terhadap
adanya pengaruh negatif kesempatan terhadap kecurangan (fraud) pengadaan barang/jasa. Hubungan
kecurangan. Semakin baik pengendalian internal yang positif tersebut, menunjukkan bahwa semakin banyak

422
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 3, (2019)

 ISSN: 1978-1520
rasionalisasi dilakukan oleh pelaku, maka semakin baik, apabila dalam menjalankan tugas fungsi dan
besar jumlah kecurangan yang akan terjadi. Mengapa tanggungjawab dibekali dengan pendidikan, pelatihan
demikian, alasan utamanya ialah beranggapan bahwa dan pengalaman yang memadai. Sehingga dapat
keuntungan yang didapatkan lebih besar dari resiko meningkatkan kualitas hasil pekerjaannya, dengan
terdeteksi. begitu dapat terhindar dari kesalahan akuntansi yang
merujuk kepada kecurangan, meskipun dilakukan
Pengaruh Kapabilitas (Capability) Terhadap tanpa ada unsur kesengajaan. Oleh karena itu, semakin
Kecurangan Pada Pengadaan Barang/Jasa berkualitas kapasitas sumber daya manusia, semakin
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah berkurang tingkat kecurangan akuntansi yang terjadi.
disajikan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan
kapabilitas berpengaruh positif terhadap kecurangan penelitian Siregar dan Hamdani (2018) menjelaskan
pengadaan barang/jasa. Berhasil atau tidak berhasilnya bahwa tinggi atau rendahnya kapabilitas seseorang
kecurangan ditentukan oleh kapabilitas atau dalam lingkungan kerja, seperti posisi atau jabatan
kemampuan pelaku dalam melakukan kecurangan, ada tidak akan berpengaruh terhadap kecurangan yang
dua kapabilitas yang harus dimiliki pelaku untuk terjadi, karena apabila seseorang menjunjung tinggi
mensukseskan tindakan kecurangannya, diantaranya sikap integritas dan moralitas, setinggi apapun
jabatan dan kepintaran. jabatannya pasti tidak akan menyalahkan
Tingginya jabatan seseorang dalam suatu kewenangannya. Dengan demikian, kapabilitas tidak
instansi akan memberikan kemudahan baginya untuk berpengaruh terhadap kecurangan.
melakukan kecurangan dan risiko terdeteksi juga
semakin kecil. Kemudian kepintaran pelaku dalam Pengaruh Budaya Etis Organisasi Terhadap
menganalisa sistem pengendalian internal, dapat Kecurangan Pada Pengadaan Barang/Jasa
memudahkan pelaku untuk mengetahui bagian mana Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya
dari sistem pengendalian internal yang dapat etis organisasi tidak berpengaruh terhadap kecurangan
disalahgunakan. Oleh sebab itu, pada penelitian ini pengadaan barang/jasa. Tidak adanya pengaruh antara
memberikan hasil bahwa kesempatan berpengaruh budaya etis organisasi dengan kecurangan pengadaan
positif terhadap kecurangan pengadaan barang/jasa, barang/jasa disebabkan karena sudah diterapkannya
semakin bagus kapabilitas seseorang maka semakin budaya etis organisasi yang sesuai dengan nilai dan
besar kecurangan yang terjadi. norma. Apabila disuatu organisasi sudah menerapkan
Sesuai dengan teori kapabilitas Wolfe & budaya etis didalamnya maka seluruh pegawai dan
Hermanson (2004) tingkat kapabilitas seseorang juga pimpinan selalu berusaha mencapai tujuan
sangat erat kaitannya dengan akibat yang ditimbulkan organisasi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai etis.
dari kecurangan. Mengapa demikian, semakin tinggi Sehingga dalam lingkungan kerja mereka selalu
kapabilitas seseorang dalam menempati posisi jabatan senantiasa untuk meningkatkan produktivitasnya tanpa
di instansi/perusahaan, maka semakin besar jumlah menghalalkan segala cara.
nominal kerugian yang ditanggung perusahaan. Hasil ini didukung dengan penelitian Sugiarto
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian (2018), menyatakan bahwa tingkat keetisan suatu
Irphani (2017), menyatakan bahwa kapabilitas atau budaya berbeda-beda tergantung dari masing-masing
kompetensi yang dimiliki seseorang baik itu berupa organisasi. Budaya yang dikatakan etis disuatu
jabatan dan kewenangan, semakin tinggi jabatan organisasi belum tentu etis pada organisasi lain,
seseorang dalam suatu instansi maka semakin besar sehingga budaya etis organisasi tidak memiliki
pula kecenderungan untuk melakukan tindakan pengaruh yang signifikan terhadap kecurangan di
kecurangan. instansi pemerintahan.
Sementara itu, Fazini dan Suparno (2018) dalam Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitiannya memperoleh hasil bahwa kapabilitas penelitian Fachrunisa (2015) yang memperoleh hasil
yang diukur dengan kapasitas sumber daya manusia budaya etis organisasi berpengaruh positif terhadap
berpengaruh negatif terhadap kecurangan akuntansi. kecurangan pengadaan barang/jasa. Ketika budaya
Kapasitas sumber daya manusia dapat dikategorikan organisasi sudah sesuai dengan nilai dan norma, secara

423
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 3, (2019)

 ISSN: 1978-1520
tidak langsung akan membentuk rasa ikut memiliki disimpulkan bahwa budaya etis organisasi dapat
oleh masing-masing pegawai dalam instansi memoderasi hubungan kesempatan dengan kecurangan
pemerintahan. Rasa ikut memiliki tersebut yang dapat pengadaan barang/jasa.
mendorong seseorang untuk melakukan tindakan
kecurangan, karena ia menganggap bahwa organisasi Pengaruh Budaya Etis Organisasi Terhadap
tempatnya bekerja adalah miliknya. Sehingga, dapat Hubungan Antara Rasionalisasi Dengan
disimpulkan ketika semakin baik budaya etis di suatu Kecurangan Pengadaan Barang/Jasa
organisasi maka semakin besar rasa memiliki terhadap Hasil pengujian hipotesis kedelapan mengenai
organisasi tersebut, inilah yang dapat menyebabkan hubungan antara rasionalisasi dengan kecurangan
tendensi kecurangan semakin sering terjadi. pengadaan barang/jasa, yang mana didalam hubungan
tersebut dapat dimoderasi oleh budaya etis organisasi.
Pengaruh Budaya Etis Organisasi Terhadap Meskipun budaya etis organisasi dan rasionalisasi
Hubungan Antara Tekanan Dengan Kecurangan berasal dari sumber yang berbeda, dalam arti budaya
Pengadaan Barang/Jasa etis organisasi bersumber dari ekternal dan
Hipotesis keenam yang diuji dengan rasionalisasi dari internal dalam pengujian ini budaya
menggunakan uji interaksi memberikan hasil bahwa etis organisasi dapat menjadi pemoderasi.
budaya etis organisasi tidak berpengaruh atau tidak Hal ini dikarenakan apabila seseorang
dapat memoderasi hubungan antara tekanan dengan berpegang teguh pada nilai-nilai etika, yang mana
kecurangan pengadaan barang/jasa. Ketidaksanggupan nilai-nilai tersebut sejalan dengan budaya etis di
budaya etis organisasi untuk memoderasi hubungan organisasinya maka orang tersebut merasa enggan
tersebut ialah karena setiap orang memiliki tekanan untuk melakukan pembenaran (rasionalisasi) diri atas
yang berbeda-beda yang sifatnya tidak sama, yang apa yang telah dilakukannya. Namun sebaliknya,
mana tekanan tersebut tidak dapat dikendalikan dan apabila kedua nilai tersebut sama-sama menyalahi
diatasi oleh budaya etis organisasi. Sehingga, budaya aturan etika maka juga dapat mendorong seseorang
etis organisasi tidak dapat memberikan peranan untuk untuk melakukan rasionalisasi terhadap tindakannya.
memperkuat atau bahkan memperlemah hubungan
antara tekanan dengan kecurangan pengadaan Pengaruh Budaya Etis Organisasi Terhadap
barang/jasa. Hubungan Antara Kapabilitas Dengan
Kecurangan Pengadaan Barang/Jasa
Pengaruh Budaya Etis Organisasi Terhadap Hasil pengujian menunjukkan bahwa hubungan
Hubungan Antara Kesempatan Dengan antara kapabilitas terhadap kecurangan pengadaan
Kecurangan Pengadaan Barang/Jasa barang/jasa tidak dapat dimoderasi oleh budaya etis
Penelitian ini menggunakan budaya etis organisasi. Hal tersebut dikarenakan kapabilitas
organisasi sebagai pemoderasi, hasil yang diperoleh merupakan faktor internal yang timbul dari dalam diri
ialah budaya etis organisasi dapat memoderasi seseorang yang sulit dikendalikan oleh pihak lain
hubungan antara kesempatan dengan kecurangan kecuali individu itu sendiri (Rasha & Andrew, 2012)
pengadaan barang/jasa. Budaya etis organisasi sebagai (Wolfe & Hermanson, 2004). Sedangkan budaya etis
pemoderasi memiliki kaitan dengan kesempatan organisasi adalah budaya yang diciptakan dan
karena kedua hal tersebut sama-sama ditentukan oleh dikembangkan oleh pihak eksternal seperti organisasi
pihak eksternal yaitu organisasi. Kesempatan dapat di lingkungan kerja (Griffin, 2013). Kedua perbedaan
dibatasi dengan adanya penerapan sistem pengendalian tersebut saling berlainan sehingga budaya etis
internal sehingga menurunkan kecurangan pengadaan organisasi tidak bisa menjadi pemoderasi untuk
barang/jasa, sedangkan budaya etis organisasi hubungan tersebut.
menanamkan nilai-nilai etika kepada seluruh pegawai
dan pimpinan untuk bekerja sesuai dengan kode etik 5. Kesimpulan, Keterbatasan Dan Saran
sehingga kecurangan tidak terjadi. Karena kesempatan Kesimpulan
dan budaya etis organisasi keduanya ditentukan oleh Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh
organisasi itu sendiri, dengan demikian dapat kesimpulan sebagai berikut:

424
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 3, (2019)

 ISSN: 1978-1520
1) Tekanan (pressure) berpengaruh terhadap Untuk menambah referensi penelitian
kecurangan pada pengadaan barang/jasa di selanjutnya, ada beberapa saran yang dikemukakan,
Pemerintahan Aceh. diantaranya:
2) Kesempatan (opportunity) tidak berpengaruh 1) Diharapkan untuk penelitian selanjutnya selain
terhadap kecurangan pada pengadaan barang/jasa menggunakan alat pengumpulan data berupa
di Pemerintahan Aceh. kuesioner, tetapi juga menggunakan pengukuran
3) Rasionalisasi (rationalization) tidak berpengaruh yang memadai. Sehingga kecurangan dapat
terhadap kecurangan pada pengadaan barang/jasa dideteksi dengan baik dan akurat.
di Pemerintahan Aceh. 2) Diharapkan penelitian selanjutnya dapat
4) Kapabilitas (capability) berpengaruh terhadap menambah variabel bebas lain yang diduga dapat
kecurangan pada pengadaan barang/jasa di memengaruhi audit report lag yang tidak
Pemerintahan Aceh. diikutsertakan dalam penelitian ini.
5) Budaya etis organisasi tidak berpengaruh
terhadap kecurangan pada pengadaan barang/jasa Daftar Pustaka
di Pemerintahan Aceh. Adi, M. Riski K., Komala A., & Arum A. (2016).
6) Budaya etis organisasi tidak berpengaruh (tidak Analisis Faktor-Faktor Penentu Kecurangan
dapat memoderasi) hubungan tekanan dengan (Fraud) Pada Sektor Pemerintahan (Studi Kasus
kecurangan pengadaan barang/jasa di Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
Pemerintahan Aceh. dan Aset Daerah Kota Pekalongan). Jurnal
7) Budaya etis organisasi berpengaruh (dapat Litbang Kota Pekalongan, 10, 1-10.
memoderasi) hubungan kesempatan dengan Albar, T. Meurah., & Fauziah A. Fitri. (2018).
kecurangan pengadaan barang/jasa di Pengaruh Komitmen Organisasi, Etika
Pemerintahan Aceh. Organisasi, Keadilan Kompensasi, dan Sistem
8) Budaya etis organisasi berpengaruh (dapat Pengendalian Internal Terhadap Fraud (Studi
memoderasi) hubungan rasionalisasi dengan Empiris Pada SKPD Pemerintah Kota
kecurangan pengadaan barang/jasa di Lhokseumawe). Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pemerintahan Aceh. Ekonomi Akuntansi (JIMEKA), 3(3), 527-537.
9) Budaya etis organisasi tidak berpengaruh (tidak Albrecht, Chad., Mary-Jo K., & Steve A. (2012).
dapat memoderasi) hubungan kapabilitas dengan Fraud Examination. South Western: Cengage
kecurangan pengadaan barang/jasa di Learning. E-Book.
Pemerintahan Aceh. Annisya, M., Lindrianasari., & Yuztitya, A. (2016).
Keterbatasan Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan
Keterbatasan yang dimiliki oleh penelitian ini Menggunakan Fraud Diamond. Jurnal Bisnis dan
adalah sebagai berikut: Ekonomi, 23(1), 72-89.
1) Penelitian ini hanya terbatas pada persepsi Apriadi, Rangga Nuh. (2014). Determinan Terjadinya
jawaban responden, belum mencakup pengukuran Fraud di Institusi Pemerintahan. Skripsi. Malang:
yang memadai untuk mendeteksi adanya Universitas Brawijaya.
kecurangan di sektor pengadaan barang/jasa. Hal Arifianti, R., Budi S., & Lilik H. (2015). Perspektif
ini dapat menimbulkan masalah jika persepsi Triangle Fraud Theory dalam Pengadaan
responden berbeda dengan keadaan yang Barang/Jasa di Pemerintahan Provinsi NTB.
sebenarnya. Jurnal InFestasi, 11(2), 195-213.
2) Nilai koefisien determinasi (R2) yang masih Aulad, A., N. Hidayati., & Junaidi. (2018). Pengaruh
rendah, artinya masih banyak variabel bebas Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap
lainnya yang dapat mempengaruhi kecurangan Kinerja Aparat Pemerintah Daerah: Budaya
pengadaan barang/jasa yang tidak dimasukkan Organisasi dan Komitmen Organisasi Sebagai
keadalam penelitian ini. Variabel Moderating (Studi Empiris Pda SKPD
Kota Malang). E-JRA Fakultas Ekonomi dan
Saran Bisnis Universitas Islam Malang, 7(7), 111-120.

425
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 3, (2019)

 ISSN: 1978-1520
Cressey, D. R. (1953). Other People's Money: A Study Diakses pada tanggal 3 Oktober 2018.
in the Social Psychology of Embezzlement. USA: Lailiyah, Afidatul. (2016). Variabel-variabel yang
The Free Press. Berpengaruh Terhadap Kecurangan (Fraud) di
Dewi, Putu P., I Wayan R., & N. K. Rasmini. (2015). Sektor Pemerintahan: Persepsi Pegawai Bidang
Pengaruh Pengalaman, Orientasi Etika, Keuangan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Komitmen dan Budaya Etis Organisasi Pada Situbundo. Skripsi. Jember: Unversitas Jember.
Sensitivitas Etika Auditor Badan Pengawasan Lailiyah, Afidatul. (2016). Variabel-variabel yang
Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Berpengaruh Terhadap Kecurangan (Fraud) di
Bali. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Sektor Pemerintahan: Persepsi Pegawai Bidang
Udayana, 4(11), 841-865. Keuangan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Fachrunisa, Aisah. (2015). Pengaruh Keefektifan Situbundo. Skripsi. Jember: Unversitas Jember.
Pengendalian Internal, Keadilan Distributif, Marliani, M., & Y. Jogi. (2015). Persepsi Pengaruh
Keadilan Prosedural, dan Budaya Etis Organisasi Fraud Triangle Terhadap Pencurian Kas.
Terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Business Accounting Review, 3(2), 21-30.
Akuntansi (Studi Empiris Pada SKPD Kabupaten Molida, Resti. (2011). Pengaruh Financial Stability,
Kampar). Journal Online Mahasiswa (JOM) Personal Financial Need, dan Ineffective
FEKON, 2(2), 1-15. Monitoring Pada Financial Statement Fraud
Farida, Siti Nur. (2017). Analisis Pengaruh Fraud dalam Perspektif Fraud Triangle. Skripsi.
Diamond, Personal Attitude dan Effectiveness of Semarang: Universitas Diponegoro.
Internal Control Terhadap Tendensi Kecurangan Muhammad, Ryan., & Ridwan Ibrahim. (2017).
Karyawan Pada Dealer Otomotif di Wilayah Pengaruh Kesesuaian Kompensasi, Penerapan
Jombang. Skripsi. Malang: UIN Maulana Malik Sistem Informasi Akuntansi, dan Efektivitas
Ibarhim. Pengendalian Internal Terhadap Kecurangan
Fazini, Harum N., & Suparno. (2018). Pengaruh Akuntansi Studi Pada Bank Perkreditan Rakyat
Sumber Daya Manusia dan Pengendalian Internal (BPR) di Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmiah
Terhadap Kecurangan Akuntansi Studi Pada PT Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA), 2(4),
Pegadaian (Persero) di Kota Banda Aceh. Jurnal 136-145.
Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA), Mustikasari, Dhermawati Putri. (2013). Persepsi
3(4), 625-637. Pegawai Dinas Se-Kabupaten Batang Tentang
Griffin, Moorhead (2013). Perilaku Organisasi. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecurangan
Jakarta: Salemba Empat. Fraud. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri
Hunt, S. D., & S. J. Vite. (1986). “A General Theory Semarang.
of Marketing Ethics”. Journal of Macromarketing Nugroho, R. S., Wanto, A. H., & Trisnawati. (2015).
Spring, 5-16. Pengaruh Implementasi Sistem Pengadaan Secara
Irphani, Adi. (2017). Pengaruh Tekanan, Keefektifan Elektronik (E-Procurement) Terhadap Fraud
Sistem Pengendalian Internal, Perilaku Tidak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Studi Pada
Etis, dan Jabatan dalam Pengelola Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten
Terhadap Fraud (Studi Pada Satuan Kerja Magetan). Jurnal Administrasi Publik (JAP), 3(1),
Perangkat Daerah Kota Metro). Tesis. Bandar 1905-1911.
Lampung: Universitas Lampung. Nurfarida, Lia. (2011). Pengaruh Budaya Etis
Kinicki, Angelo., & Robert Kreitner. (2003). Perilaku Organisasi dan Orientasi Etika Terhadap
Organisasi (Organizational Behaviour). Jakarta: Komitmen Organisasi dan Sensitivitas Etika
Salemba Empat. Auditor (Studi pada Aparatur Inspektorat
Komisi Pemberantasan Korupsi. (2018). Melalui Kabupaten Bogor). Skripsi. Jakarta: UIN Syarif
(https://www.kpk.go.id). Diakses pada tanggal 1 Hidayatullah Jakarta.
November 2018. Pamungkas, Ridwan Putra. (2018). Deteksi
Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa. (2017). melalui Kecurangan Pelaporan Keuangan Dengan Teori
(https://www.theindonesianinstitute.com). Fraud Diamond Pada Laporan Keuangan

426
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 3, (2019)

 ISSN: 1978-1520
Pemerintah Daerah. Skripsi. Lampung: Yogyakarta: STIE Widya Wiwaha.
Universitas Lampung. Susandra, F., & S. Hartina. (2017). Analisis Faktor-
Purwanto, E., Mulyadi, & Choirul, A (2017). Kajian faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Fraud
Konsep Diamond Fraud Theory dalam pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di
Menunjang Efektivitas Pengadaan Barang/Jasa. Kota Bogor. Jurnal Akunida, 3(2), 35-55.
Jurnal Manajemen Indonesia, 17(3), 149–162. Tuanakotta, Theodorus M. (2013). Audit Berbasis ISA
Ratmono, Dwi., Yuvita A. D., & Agus P. (2014). (International Standards on Auditing). Jakarta:
Dapatkah Teori Fraud Triangle Menjelaskan Salemba Empat.
Kecurangan dalam Laporan Keuangan. Skripsi. Widarti. (2015). Pengaruh Fraud Triangle Terhadap
Semarang: Universitas Diponegoro. Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan Pada
Ristianingsih, Ika. (2017). Telaah Konsep Fraud Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa
Diamond Theory dalam Mendeteksi Perilaku Efek Indonesia (BEI). Jurnal Manajemen dan
Fraud di Perguruan Tinggi. Prosiding Seminar Bisnis Sriwijaya, 13(2).
Nasional dan Call For Paper Ekonomi dan Bisnis. Wolfe, D. T., & Hermanson, D. R. (2004). The Fraud
Jember 27-28 Oktober 2017, 128-139. Diamond: Considering The Four Elements of
Sawitri, Peni. (2011). Interaksi Budaya Organisasi Fraud. The CPA Journal, 74(12), 38.
dengan Sistem Pengendalian Manajemen Yeni. (2011). Persepsi Mahasiswa Akuntansi
Terhadap Kinerja Unit Bisnis Industri Manufaktur Universitas Bina Nusantara Terhadap Fraudulent
dan Jasa. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Financial Statement. Tesis. Jakarta: Universitas
13(2), 151-161. Bina Nusantara.
Sihombing., K. S., & Rahardjo, S. N. (2014). Analisis Zahara, Ami. (2017). Pengaruh Tekanan, Kesempatan,
Fraud Diamond Dalam Mendeteksi Financial dan Rasionalisasi Terhadap Tindakan
Statement Fraud: Studi Empiris Pada Perusahaan Kecurangan (Fraud) (Survei pada Narapidana
Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Tipikor di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
Indonesia (BEI) tahun 2010-2012. Jurnal Kota Pekanbaru). Skripsi. Sumatera Barat:
akuntansi, 3(2), 1-12. Universitas Negeri Padang.
Simbolon, David K. (2017). Analisis Faktor-faktor .
yang Mempengaruhi Fraud di Lingkungan
Instansi Pemerintahan Kabupaten Dairi. Tesis.
Medan: Universitas Sumatera Utara.
Siregar, M. Ichsan., & Mufid H. (2018). Pengaruh
Kesesuaian Kompensasi, Keefektifan Sistem
Pengendalian Internal, Budaya Organisasi, dan
Kompetensi Terhadap Fraud (Studi Pada Satuan
Kerja Vertikal Kementerian Keuangan Provinsi
Lampung). Jurnal Ekonomi Global Masa Kini
Mandiri, 9(1), 30-37.
Skousen, C. J., Kevin R. S., & Charlotte J. W. (2008).
Detecting And Predicting Financial Statement
Fraud: The Effectiveness Of The Fraud Traingle
And SAS No. 99. Melaui (http://ssrn.com).
Diakses pada tanggal 28 Februari 2019.
Sugiarto, Rudy. (2018). Analisis Pengaruh Kesesuaian
Kompensasi, Komitmen Organisasi, Budaya Etis
Organisasi, Keefektifan Pengendalian Internal,
dan Kompetensi Terhadap Fraud di Sektor
Pemerintah Kabupaten Klaten (Studi Pada Dinas
Pemerintahan Kabupaten Klaten). Skripsi.

427

You might also like