You are on page 1of 22

Variabel – Variabel Penentu Terjadinya Kecurangan ( Froud )

( Studi Pada Dinas Pekerjaaan Umum Dan Penataan Ruang Kota Malang )

Dedi sukariyono
dediamanatrakyatjdpanduan@gmail.com
Program Pasca Sarjana Magister Manajemen
Universitas Gajayana Malang

Abstract Cheating or fraud are unlawful acts committed


intentionally for a particular purpose (manipulation or
misrepresentation of another party) done by persons from within
or outside the organization for personal or group gain directly
or indirectly other parties. Many of the fraud determinants,
including internal control systems, information asymmetry, law
enforcement, organizational commitment.In this regard, the
purpose of this study is to analyze which of the variables XI
internal control system, information asymmetry X2, X3 law
enforcement, and organizational commitment X4, as a
determinant of fraud on the Department of Public Works and
Spatial Planning (DPU & PR) ) Malang city This research was
conducted in the Office of DPU & PR Malang. A sample of 102
Civil Servants was taken randomly. Data were collected through
questionnaires given directly to respondents. Analysis technique
using factor analysis. Prior to the analysis, first tested the
validity and reliability. The result of this research proves that
the determinant of fraud occurrence in Public Works and
Spatial Planning (DPU & PR) Malang City is, first there is
information asymmetry (existence of unbalanced information)
between party of DPU & PR with stakeholders. Where the DPU
& PR have more and better information about the activities it
does than the stakeholders. The main indicator as a determinant
of the variable asymmetry of information is that "only the
internal agency that knows all the information related to the
transaction financial statements". Secondly, there is inconsistent
law enforcement in the handling of regulatory violations. The
main indicator as a determinant of law enforcement variables is
that "in DPU & PR, officials are inconsistent in handling
regulatory violations".

Keywords: internal control system, information asymmetry, law


enforcement,
organizational commitment, cheating

Kecurangan (fraud) dapat dalam definisi dan terminologi karena


dikatakan sebagai tendensi korupsi keterlibatan beberapa unsur yang terdiri

80
dari pengungkapan fakta-fakta berpotensi muncul karena adanya
menyesatkan, pelanggaran aturan atau kewajiban keuangan yang melebihi
penyalahgunaan kepercayaan (Soepardi, batas kemampuan yang harus
2010). Sementara itu, indikasi adanya diselesaikan manajemen. Kesempatan
fraud dapat dilihat dari bentuk adalah peluang yang memungkinkan
kebijakan yang disengaja dan tindakan kecurangan terjadi. Biasanya
yang bertujuan untuk melakukan disebabkan karena pengendalian
penipuan atau manipulasi yang internal suatu organisasi yang lemah,
merugikan pihak lain. Fraud meliputi kurangnya pengawasan, atau
berbagai bentuk, seperti tendensi untuk penyalahgunaan wewenang.
melakukan tindak korupsi, tendensi Rasionalisasi menjadi elemen penting
untuk penyalahgunaan aset, dan dalam terjadinya kecurangan karena
tendensi untuk melakukan pelaporan pelaku mencari pembenaran atas
keuangan yang menipu (Thoyibatun, tindakannya. Pembenaran ini bisa
2009). terjadi saat pelaku ingin
Cressey (1953) dalam dalam membahagiakan keluarga dan orang-
Simbolon (2010) menyatakan sebuah orang yang dicintainya, pelaku merasa
teori yang dikenal sebagai fraud berhak mendapatkan sesuatu yang lebih
triangle, yaitu bahwa terdapat tiga (posisi, gaji, promosi) karena telah lama
kondisi yang selalu hadir saat terjadi mengabdi pada perusahaan, atau pelaku
kecurangan laporan keuangan. Ketiga mengambil sebagian keuntungan karena
kondisi tersebut adalah tekanan perusahaan telah menghasilkan
(pressure), kesempatan (opportunity), keuntungan yang besar.
dan rasionalisasi (rationalization) yang Banyak variabel yang
kemudian dikenal dengan istilah fraud menentukan terjadinya kecurangan.
triangle. Tekanan adalah dorongan yang Penelitian Chandra dan Ikhsan (2015)
menyebabkan seseorang melakukan membuktikan bahwa terdapat 6 variabel
kecurangan. Pada umumnya yang yang mempengaruhi terjadinya
mendorong terjadinya kecurangan kecurangan, yaitu: 1) keefektifan
adalah kebutuhan finansial tapi banyak pengendalian internal, 2) kesesuaian
juga yang hanya terdorong oleh kompensasi, 3) budaya etis, 4) asimetri
keserakahan. Tekanan situasional informasi, 5) penegakkan peraturan, dan

81
6) komitmen organisasi. Sementara itu, kompensasi, dan 3) dan gaya
Suryana dan Sadeli (2015) kepemimpinan. Selanjutnya, Faisal
membuktikan bahwa terdapat 3 variabel (2013) membuktikan bahwa terdapat 7
yang mempengaruhi terjadinya variabel yang mempengaruhi terjadinya
kecurangan akuntansi, yaitu: 1) kecurangan, yaitu: 1) sistem
lingkungan kerja, 2) personal attitude, pengendalian internal, 2) penegakan
dan 3) sisitem admnistrasi. hukum, 3) gaya kepemimpinan,3)
Selanjutnya, Apriadi dan Fachriyah komitmen organisasi, 4) perilaku tidak
(2014) terdapat 3 variabel yang etis, 5) kesesuaian kompensasi, dan 6)
mempengaruhi terjadinya kecurangan, budaya etis.
yaitu: 1) kesesuaian gaji, 2) efektivitas
sistem pengendalian intern, dan 3) Rumusan Masalah
budaya etis organisasi. Sementara itu, Berpijak pada latar belakang
Wijaya dan Witjaksono (2014) terdapat yang diuraikan di atas, permasalahan
3 variabel yang mempengaruhi yang diteliti dapat dirumuskan
terjadinya kecurangan akuntansi, yaitu:  Apakah variabel dari sistem
1) tekanan financial, 2) sistem pengendalian internal sebagai
pengendalian, dan 3) budaya etis faktor penentu utama terjadinya
organisasi. kecurangan di Dinas Pekerjaan
Najahningrum (2013) Umum dan Penataan Ruang Kota
membuktikan bahwa terdapat 7 variabel Malang ?
yang mempengaruhi terjadinya  Apakah variabel asimetri informasi
kecurangan, yaitu: 1) keefektifan sebagai faktor penentu utama
pengendalian internal, 2) budaya etis, terjadinya kecurangan Dinas
3) asimetri informasi, 4) penegakkan Pekerjaan Umum dan Penataan
peraturan, 5) komitmen organisasi, 6) Ruang Kota Malang ?
keadilan distributif, dan 7) keadilan  Apakah variabel penegakan hukum
prosedural. Sementara itu, Zulkarnain sebagai faktor penentu utama
(2013) membuktikan bahwa terdapat 3 terjadinya kecurangan Dinas
variabel yang mempengaruhi terjadinya Pekerjaan Umum dan Penataan
kecurangan, yaitu: 1) keefektifan Ruang Kota Malang ?
pengendalian internal, 2) kesesuaian

82
 Apakah variabel komitmen Landasan Teori
organisasi sebagai faktor penentu Menurut Tuanakotta (2013)
utama terjadinya kecurangan di “kecurangan atau fraud adalah Setiap
Dinas Pekerjaan Umum dan tindakan ilegal yang ditandai dengan
Penataan Ruang Kota Malang ? tipu daya, penyembunyian atau
pelanggaran kepercayaan. tindakan ini
Ruang Lingkup Penelitian tidak tergantung pada penerapan
Untuk menghindari ancaman kekerasan atau kekuatan fisik
pembahasan yang meluas dan agar “. Penipuan yang dilakukan oleh
fokus serta sesuai dengan realitas yang individu, dan organisasi untuk
ada, dalam penelitian ini mendapatkan uang, properti atau
pembahasannya dibatasi pada variabel: layanan; untuk menghindari
sistem pengendalian internal, asimetri pembayaran atau kerugian jasa; atau
informasi, penegakan hukum, untuk mengamankan keuntungan bisnis
komitmen organisasi, dan kecurangan. pribadi. Statement on Auditing
Yang dimaksud kecurangan (fraud) Standards No. 99 mendefinisikan fraud
dalam penelitian ini mengacu pada sebagai “an intentional act that result in
Association of Certified Fraud a material misstatement in financial
Examiners (ACFE) dalam Kurniawati statements tahtare the subject o an
(2012) bahwa kecurangan (fraud) audit. Sedangkan menurut Kurniawati
adalah perbuatan-perbuatan yang (2012) “ kecurangan atau fraud adalah
melawan hukum yang dilakukan dengan perbuatan-perbuatan yang melawan
sengaja untuk tujuan tertentu hukum yang dilakukan dengan sengaja
(manipulasi atau memberikan laporan untuk tujuan tertentu (manipulasi atau
keliru terhadap pihak lain) dilakukan memberikan laporan keliru terhadap
oleh orang-orang dari dalam atau luar pihak lain) dilakukan oleh orang-orang
organisasi untuk mendapatkan dari dalam atau luar organisasi untuk
keuntungan pribadi ataupun kelompok mendapatkan keuntungan pribadi
yang secara langsung atau tidak ataupun kelompok yang secara
langsung merugikan pihak lain. langsung atau tidak langsung merugikan
pihak lain”.

83
Definisi fraud menurut Black Law Berdasarkan gambar 2.1
Dictionary (2010) adalah : tersebut, menurut Kurniawati (2012)
 Kesengajaan atas salah pernyataan sebagai berikut
terhadap suatu kebenaran/keadaan  Korupsi (Corruption ), Jenis fraud
yang disembunyikan dari sebuah ini paling sulit dideteksi karena
fakta material yang mempengaruhi menyangkut kerja sama dengan
orang lain untuk melakukan pihak lain seperti suap dan korupsi.
perbuatan atau tindakan merugikan.  Penyalahgunaan Aset (Asset
 Penyajian yang salah/keliru (salah Missapropriation), atau
pernyataan) secara ceroboh/tanpa “pengambilan” asset secara illegal
perhitungan dan tanpa dapat dalam Bahasa sehari-hari disebut
dipercaya kebenarannya berakibat mencuri. Namun, dalam istilah
dapat mempengaruhi atau hukum, “mengambil” asset secara
menyebabkan orang lain bertindak illegal (tidak sah atau melawan
atau berbuat. hukum) yang dilakukan oleh
 Suatu kerugian yang timbul sebagai seseorang yang diberi wewenang
akibat diketahui keterangan atau untuk mengelola atau mengawasi
penyajian yang salah (salah asset tersebut, disebut
pernyataan), penyembunyian fakta menggelapkan.
material, atau penyajian yang  Pernyataan Palsu atau Salah
ceroboh/tanpa perhitungan yang Pernyataan/Fraudulent statement
mempengaruhi orang lain untuk meliputi tindakan yang dilakukan
berbuat atau bertindak merugikan. oleh pejabat atau eksekutif suatu
Jenis – Jenis Froud perusahaan atau instansi pemerintah
Association of Certified Fraud untuk menutupi kondisi keuangan
Examiners (ACFE) di Amerika serikat yang sebenarnya dengan melakukan
menyusun peta mengenai fraud. Peta ini rekayasa keuangan (financial
berbentuk pohon, dengan cabang dan engineering) dalam penyajian
ranting. Tiga cabang utama dari fraud laporan keuangannya untuk
tree ini adalah: 1) Corruption, 2) Asset memperoleh keuntungan atau
misappropriation dan 3) fraudulent mungkin dapat dianalogikan dengan
statement.

84
istilah window dressing” d. Tingkat komplain yang tinggi
(Jatiningsih, 2011). terhadap organisasi/perusahaan
dari pihak konsumen, pemasok,
Keinginan Melakukan Froud atau badan otoritas
Menurut Simbolon (2010 : 3) e. Kekurangan kas secara tidak
pada umumnya fraud terjadi karena teratur dan tidak terantisipasi
tiga hal yang mendasarinya yang terjadi f. Penjualan/laba menurun
secara bersamaan, yaitu: sementara itu utang dan piutang
 Insentif atau tekanan untuk dagang meningkat
melakukan fraud g. Perusahaan mengambil kredit
 Peluang untuk melakuakn fraud sampai batas maksimal untuk
 Sikap atau rasionalisasi untuk jangka waktu yang lama
membenarkan tindakan fraud “. h. Terdapat kelebihan persediaan
yang signifikan
Gejala Adanya Fraud i. Terdapat peningkatan jumlah ayat
Menurut Simbolon (2010) fraud jurnal penyesuaian pada akhir
yang dilakukan oleh manajemen tahun buku.
umumnya lebih sulit ditemukan  Gejala kecurangan pada
dibandingkan dengan yang dilakukan karyawan/pegawai
oleh karyawan. Oleh karena itu, perlu a. Pembuatan ayat jurnal
diketahui gejala yang menunjukkan penyesuaian tanpa otorisasi
adanya kecurangan tersebut, adapun manajemen dan tanpa
gejala tersebut adalah: perincian/penjelasan pendukung
 Gejala kecurangan pada manajemen, b. Pengeluaran tanpa dokumen
meliputi: pendukung
a. Ketidakcocokan di antara c. Pencatatan yang salah/tidak akurat
manajemen puncak pada buku jurnal/besar;
b. Moral dan motivasi karyawan d. Penghancuran, penghilangan,
rendah pengrusakan dokumen pendukung
c. Departemen akuntansi kekurangan pembayaran
staf e. Kekurangan barang yang diterima

85
f. Kemahalan harga barang yang kegiatan yang dilakukan secara terus
dibeli menerus oleh pimpinan dan seluruh
g. Faktur ganda pegawai untuk memberikan keyakinan
h. Penggantian mutu barang memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif
Tinjauan tentang Sistem dan efisien, keandalan pelaporan
Pengendalian Intern
keuangan, pengamanan aset negara, dan
Pengertian
ketaatan terhadap peraturan perundang-
Menurut Mulyadi (2001:102)
undangan”.
pengertian “ sistem pengendalian intern
Tujuan Sistem Pengendian Intern
meliputi struktur organisasi,
Menurut Mulyadi (2014:163) ”
metode dan ukuran-ukuran yang
Tujuan sistem pengendalian intern
dikoordinasikan untuk menjaga
dikelompokkan menjadi dua bagian
kekayaan organisasi, mengecek
antara lain :
ketelitian dan keandalan data akuntansi,
 pengendalian intern akuntansi yang
mendorong efisiensi dan mendorong
terdiri dari poin satu dan dua yaitu
dipatuhinya kebijakan manajemen”.
menjaga kekayaan organisasi dan
Selanjutnya menurut Sawalqa
mengecek ketelitian dan keandalan
dan Qtish (2012:128) “ pengendalian
data akuntansi,
intern merupakan suatu proses yang
dipengaruhi oleh dewan direksi dan  pengedalian administratif yang

struktur organisasi perusahaan yang terdapat pada poin tiga dan empat

dirancang untuk memberikan keyakinan yaitu mendorong efisiensi serta

yang memadai untuk mencapai tujuan mendorong dipenuhinya kebijakan

perusahaan, rencana, strategi terkait manajemen”.

undang-undang, peraturan, dan


kebijakan”. Unsur-unsur Sistem Pengendalian
Intern
Berdasarkan Peraturan Menurut Wilopo (2008)
Pemerintah (PP) Nomor 60 tahun 2008 pengendalian internal birokasi
tentang Sistem Pengendalian Internal pemerintahan terdiri atas tiga unsur,
Pemerintah (SPIP), “ sistem antara lain:
pengendalian internal merupakan proses
yang integral pada tindakan dan

86
Lingkungan Pengawasan Umum korupsi, serta agenda untuk
Tingkat lingkungan pengawasan menurunkan tingkat kerawanan
ditentukan oleh sikap dan kadar tersebut.
pemahaman dan kepentingan pemimpin Manfaat Sistem Pengendalian Intern
Berdasarkan pengertian sistem
negara akan pentingnya sistem
pengendalian intern dan unsur sistem
pengendalian birokasi yang kuat,
pengendalian intern di atas, dapat
tingkat hubungan pelaporan diantara
dikemukakan bahwa manfaat sistem
unit organisasi birokasi, tingkat
pengendalian intern menurut Mulyadi
kompetensi dan kejujuran dari birokat,
(2001:164), yaitu:
derajat pendelegasian dan pembatasan
wewenang dari birokasi, tingkat  Memberikan aturan sebagai arahan
yang jelas dalam pelaksanaan suatu
pemahaman birokasi dan kebijakan
transaksi
prosedur, serta tingkat pengendalian
keuangan dan pengelolaan temasuk  Meminimalisir kesalahan yang

penggunaan komputer telah terjadi sehingga data yang dihasilkan

dimantapkan dan diamankan dengan teliti dan dapat dipercaya

baik.  Mempermudah manajemen dalam

Risiko yang melekat untuk melakukan evaluasi dan monitoring


berkorupsi karena ada job description yang jelas
Risiko yang melekat untuk
dan orang-orang yang
berkorupsi ditentukan oleh tingkat
bertanggungjawab di bidangnya.
kejelasan dari suatu program, serta
Keterbatasan Sistem Pengendalian
jumlah perijinan. Selain itu, ditentukan Intern Perusahaan
juga oleh seberapa besar anggaran Menurut Jusup (2005)

untuk melaksanakan kegiatan. keterbatasan bawaan sistem

Sarana Pengamanan pengendalian intern perusahaan adalah

Sarana pengamanan dan (1) kesalahan dalam pertimbangan, (2)

pengendalian ini terdiri dari tersedianya kemacetan, (3) kolusi, (4) pelanggaran

sumber informasi (data base dan oleh manajemen, (5) biaya dan manfaat

lainnya), ketersedianya narasumber Asimetri Informasi

yang kompeten untuk pengumpulan Menurut Basri (2011 : 12),

informasi, tersedianya peta yang “asimetri informasi terjadi ketika

menggambarkan wilayah yang rawan bawahan memiliki informasi lebih

87
sebanding dengan atasan mengenai pihak lain. Adverse selection terjadi
suatu unit organisasi atau pusat karena beberapa orang seperti
pertanggungjawaban bawahan”. manajer perusahaan dan para pihak
“Asimetri informasi timbul dalam teori dalam (insiders) lainnya lebih
keagenan (agency theory) yaitu teori mengetahui kondisi kini dan
yang menjelaskan hubungan antara prospek ke depan suatu perusahaan
prinsipal dan agen “ , yang diungkapkan daripada para investor luar.
oleh Apriyadi (2011:23). 2) Moral Hazard. Moral hazard adalah
Dalam teori keagenan salah satu jenis asimetri informasi dalam mana
pihak yang bertindak sebagai prinsipal satu pihak atau lebih yang
membuat suatu kontrak dengan pihak melangsungkan atau akan
lain yang bertindak sebagai agen melangsungkan suatu transaksi
dengan harapan bahwa agen akan usaha atau transaksi usaha potensial
melaksanakan pekerjaan seperti yang dapat mengamati tindakan-tindakan
diinginkan prinsipal. Menurut teori mereka dalam penyelesaian
keagenan, agen (manajemen) transaksi-transaksi mereka
mempunyai lebih banyak informasi sedangkan pihak-pihak lainnya
tentang kinerja aktual, motivasi, dan tidak. Moral hazard dapat terjadi
tujuan yang ingin dicapai dibandingkan karena adanya pemisahan pemilikan
dengan principals (pemilik perusahaan). dengan pengendalian yang
Tipe Asimetri merupakan karakteristik kebanyakan
Menurut Rahma dan perusahaan besar.
Sembiring (2014), ada dua tipe asimetri Penegakan Hukum Pengertian
informasi : adverse selection dan moral Penegakan hukum menurut
hazard. Dellyana (2008:32) “ merupakan usaha
1) Adverse selection. Adverse selection untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-
adalah jenis asimetri informasi konsep hukum yang diharapakan rakyat
dalam mana satu pihak atau lebih menjadi kenyataan. Penegakan hukum
yang melangsungkan/ akan merupakan suatu proses yang
melangsungkan suatu transaksi melibatkan banyak hal”.
usaha, atau transaksi usaha potensial Dalam menegakkan hukum
memiliki informasi lebih atas pihak- menurut Rahardjo (2012), ada 3 hal

88
yang harus diperhatikan, yaitu “ 3. Keadilan. Keadilan pada hakikatnya
kepastian hukum, kemanfaatan, dan didasarkan pada 2 hal, yaitu pertama
keadilan”. asas kesamarataan, dimana setiap
1. Kepastian hukum. Hukum harus orang mendapat bagian yang sama.
dilaksanakan dan ditegakkan, setiap Kedua, didasarkan pada kebutuhan.
orang menginginkan dapat Sehingga menghasilkan
ditegakkan hukum terhadap peristiwa kesebandingan yang biasanya
konkret yang terjadi, bagaimana diterapkan di bidang hukum.
hukumnya, itulah yang harus Pelaksanaan dan penegakan hukum
diberlakukan pada setiap peristiwa juga harus mencapai keadilan.
yang terjadi. Jadi pada dasarnya Peraturan hukum tidak identik
tidak ada penyimpangan. Bagaimana dengan keadilan. Karenanya,
pun juga hukum harus ditegakkan, peraturan hukum yang bersifat
sampai-sampai timbul perumpaan umum dan mengikat setiap orang,
“meskipun besok hari kiamat, hukum penerapannya harus
harus tetap ditegakkan”. Inilah yang mempertimbangkan berbagai fakta
diinginkan kepastian hukum. Dengan dan keadaan yang terdapat dalam
adanya kepastian hukum, ketertiban setiap kasus.
dalam masyarakat tercapai. Sementara itu, realitas yang ada
2. Kemanfaatan. Pelaksanaan dan di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
penegakan hukum juga harus Ruang Kota Malang terdapat indikasi
memperhatikan kemanfaatannya dan terjadinya kecurangan dalam proyek
kegunaannya bagi masyarakat. Sebab pembangunan Jembatan
hukum justru dibuat untuk Kedungkandang, dimana Dinas PU &
kepentingan masyarakat (manusia). PR bertindak sebagai pengguna
Karenanya pelaksanaan dan anggaran dalam proyek pembangunan
penegakan hukum harus memberi tersebut.
manfaat dalam masyarakat. Jangan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
sampai terjadi pelaksanaan dan Ruang juga menjelaskan bahwa dalam
penegakan hukum yang merugikan pembangunannya tahun 2012, pihak
masyarakat, yang pada akhirnya Pemkot Malang menunjuk PT NAT
menimbulkan keresahan. untuk membangun jembatan dengan

89
anggaran Rp 7 miliar. Namun dalam sepenuhnya berdasar hukum
pelaksanaannya terbengkalai dengan merupakan sesuatu yang dapat
biaya yang dihabiskan Rp 5,2 miliar. dibenarkan sepanjang kebijakan atau
Saat itu, PT NAT mengembalikan Rp tindakan itu tidak bertentangan
1,8 miliar sebagai uang sisa. dengan hukum. Maka pada
Karena kontraktor tidak bisa hakikatnya penyelenggaraan hukum
menyelesaikannya, seharusnya mereka bukan hanya mencakup law
didenda Rp 2,7 miliar sesuai dengan enforcement, namun juga peace
aturan yang berlaku (tetapi denda itu maintenance, karena
tidak dilakukan oleh pihak Pemkot, ada penyelenggaraan hukum
apa ini?). Jadi, total kerugian negara sesungguhnya merupakan proses
dari proyek itu mencapai Rp 9,7 miliar. penyerasian antara nilai kaedah dan
Angka itu didapat dari denda yang pola perilaku nyata yang bertujuan
semestinya dibayar dan anggaran yang untuk mencapai kedamaian.
telah dikeluarkan tanpa progres 2. Faktor Penegakan Hukum. Fungsi
pembangunan. hukum, mentalitas atau kepribadian
petugas penegak hukum memainkan
Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi peranan penting, kalau peraturan
Penegakan Hukum
sudah baik, tetapi kualitas petugas
Menurut Soekanto (2002) faktor
kurang baik, ada masalah. Oleh
faktor yang mempengaruhi penegakan
karena itu, salah satu kunci
hukum adalah:
keberhasilan dalam penegakan
1. Faktor Hukum. Praktik
hukum adalah mentalitas atau
penyelenggaraan hukum di lapangan
kepribadian penegak hukum
ada kalanya terjadi pertentangan
3. Faktor Sarana atau Fasilitas
antara kepastian hukum dan keadilan,
Pendukung, mencakup perangkat
hal ini disebabkan oleh konsepsi
lunak dan perangkat keras, salah satu
keadilan merupakan suatu rumusan
contoh perangkat lunak adalah
yang bersifat abstrak, sedangkan
pendidikan. Pendidikan yang
kepastian hukum merupakan suatu
diterima oleh Polisi dewasa ini
prosedur yang telah ditentukan
cenderung pada hal-hal yang praktis
secara normatif. Justru itu, suatu
konvensional, sehingga dalam
kebijakan atau tindakan yang tidak

90
banyak hal polisi mengalami bertindak, berbuat, dan menentukan
hambatan di dalam tujuannya, sikapnya kalau mereka berhubungan
diantaranya adalah pengetahuan dengan orang lain. Dengan demikian,
tentang kejahatan computer, dalam kebudayaan adalah suatu garis pokok
tindak pidana khusus yang selama ini tentang perikelakuan yang
masih diberikan wewenang kepada menetapkan peraturan mengenai apa
jaksa, hal tersebut karena secara yang harus dilakukan, dan apa yang
teknis yuridis polisi dianggap belum dilarang.
mampu dan belum siap. Walaupun
disadari pula bahwa tugas yang harus Komitmen Organisasi
diemban oleh polisi begitu luas dan Pengertian
banyak. “Komitmen organisasi
4. Faktor Masyarakat. Penegak hukum merupakan sikap yang mencerminkan
berasal dari masyarakat dan sejauh mana seseorang individu atau
bertujuan untuk mencapai kedamaian pegawai mengenal dan terikat pada
di dalam masyarakat. Setiap warga organisasinya” (Griffin, 2004:14).
masyarakat atau kelompok sedikit Robbins dan Judge (2007:94)
banyaknya mempunyai kesadaran menyatakan bahwa komitmen adalah “
hukum, persoalan yang timbul adalah suatu keadaan dimana seorang pegawai
taraf kepatuhan hukum, yaitu memihak kepada sesuatu organisasi
kepatuhan hukum yang tinggi, tertentu dan tujuan-tujuannya serta
sedang, atau kurang. Adanya derajat berniat memelihara keanggotaan dalam
kepatuhan hukum masyarakat organisasi itu “. Sopiah (2008:155)
terhadap hukum, merupakan salah menyatakan “ komitmen organisasi
satu indikator berfungsinya hukum sebagai keadaan dimana karyawan
yang bersangkutan. percaya dan mau menerima tujuan-
5. Faktor Kebudayaan. Kebudayaan tujuan organisasi dan akan tetap tinggal
menurut Soerjono Soekanto, atau tidak akan meninggalkan
mempunyai fungsi yang sangat besar organisasinya”.
bagi manusia dan masyarakat, yaitu
mengatur agar manusia dapat
mengerti bagaimana seharusnya

91
Komponen Komitmen Organisasi sejumlah faktor. Menurut Sopiah (2008
Griffin (2004) mengemukakan : 163) menyatakan 3 faktor yang
tiga komponen model komitmen mempengaruhi komitmen seorang
terhadap Organisasi, yaitu: karyawan pada organisasi antara lain :
a. Affective commitment (komitmen 1. Ciri pribadi pekerja termasuk masa
afektif) –keterikatan emosional, jabatannya dalam organisasi, dan
identifikasi, dan keterlibatan dalam variasi kebutuhan dan keinginan
suatu organisasi; Komitmen afektif yang berbeda dari tiap karyawan.
menunjukkan kuatnya keinginan 2. Ciri pekerjaan, seperti identitas tugas
seseorang untuk terus bekerja bagi dan kesempatan berinteraksi dengan
suatu organisasi atau perusahaan rekan sekerja.
karena ia memang ingin bersama 3. Pengalaman kerja, seperti
dengan organisasi itu. keterandalan organisasi di masa
b. Continuance commitment lampau dan cara pekerja-pekerja
(komitmen berkelanjutan) – lain mengutarakan dan
komitmen individu yang didasarkan membicarakan perasaannya tentang
pada pertimbangan tentang apa yang organisasi
harus dikorbankan bila akan
meninggalkan organisasi. Kerangka Konseptual
c. Normative commitment (komitmen Kerangka konseptual
normatif) – terkait dengan penelitian ini dibangun berdasarkan
kewajiban untuk tetap berada dalam pada tinjauan teori dan tinjauan hasil
organisasi karena adanya tanggung dari beberapa peneliti terdahulu serta
jawab dari seorang pegawai. realitas yang terjadi di Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Kota
Faktor Yang Mempengaruhi Malang. Gambarnya disajikan sebagai
Komitmen Organisasi
berikut.
Komitmen pada organisasi tidak
terjadi begitu saja, tetapi melalui proses
yang cukup panjang dan bertahap.
Komitmen pada organisasi juga
ditentukan oleh

92
di Pekerjaan Umum dan Penataan
Variabel-Variabel
Penentu Terjadinya Ruang Kota Malang sebanyak 138
Kecurangan
orang yang terdistribusi seperti
disajikan pada Tabel 3.1 berikut.
sistem
pengendalian
internal (X1) Jumlah
No Unit Kerja
Pegawai
1 Sekretariat 18
asimetri
informasi
2 Bina Marga & 29
(X2) terjadinya Sumber Daya Air
kecurangan
3 Perumahan dan Tata 16
penegakan Ruang
hukum 4 Pemanfaatan Ruang 13
(X3)
5 Penataan dan 15
Pengawasan
komitmen
organisasi Bangunan
(X4) 6 Bengkel dan Uji 14
Mutu Bahan
Bangunan
7 Pemadam Kebakaran 30
Gambar 8 Rumah Susun 3
Kerangka Konseptual Penelitian Total 138
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian dan Waktu
Penelitian Sesuai data sumber diatas populasi
penelitian ini diambil dari jumlah
Penelitian ini dilakukan di Dinas
Pegawai Negeri Sipil yang ada di
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
bahwa naungan dinas Pekerjaan Umum
(Dinas PU & PR). Lokasi tersebut
dan Penataan Ruang Kota Malang
dipilih karena terdapat indikasi
dimulai dari jumlah pegawai yang
terjadinya kecurangan dalam proyek
tertinggi yang ada di unit kerja
pembangunan Jembatan Kedung
pemadam kebakaran dan yang terkecil
kandang, dimana Dinas PU & PR
ada di unit kerja rumah susun. Semua
bertindak sebagai pengguna anggaran
kebutuhan jumlah pegawai disesuaikan
dalam proyek pembangunan tersebut.
dengan kebutuhan dan tupoksinya unit
Populasi
kerja masing - masing yang ditentukan
Populasi penelitian ini adalah
seluruh Pegawai Negeri Sipil yang ada

93
oleh Dinas Pekerjaan Umum dan dengan rumus Yamane maka
Penataan Ruang.. perhitungan sampel delapan unit kerja
Teknik Pengambilan Sampel yang ada dibawah Dinas Pekerjaan
Besarnya sampel dalam Umum dan Penataan Ruang
penelitian ini ditentukan dengan rumus menghasilkan besaranya sampel yang
Yamane Ferdinan (2014:174) sebagai diambil secara acak di masing – masing
berikut: unit kerja menjadi 102 sampel
N
n =  Jenis Data dan Sumbernya
1 + N(α)2
Data yang diperlukan dalam
138
penelitian ini adalah data primer berupa
n = 
1 + 138(0.05)2 sistem pengendalian internal, asimetri
n = 102 informasi, penegakan hukum, dan
komitmen organisasi, bersumber dari
Selanjutnya, dari populasi
PNS di Dinas Pekerjaan Umum dan
sebesar 138 orang PNS tersebut diambil
Penataan Ruang. yang terkena sampel.
proporsional secara acak sederhana
Selain data primer, juga ada data
sebesar 102 orang PNS seperti disajikan
sekunder berupa jumlah PNS di Dinas
pada Tabel berikut.
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Tabel
Rincian Jumlah Sampel bersumber dari Bagian Umum.
Juml Besa
ah Perhitungan rnya
No Unit Kerja
Pega Sampel Sam
wai pel Teknik Pengumpulan Data
1 Sekretariat 18 18/138 x 102 13
2 Bina Marga & 29 29/138 x 102 22
Sumber Daya
Data primer diperoleh
Air
3 Perumahan dan 16 16/138 x 102 12 melalui penyebaran kuisioner yang
Tata Ruang
4 Pemanfaatan 13 13/138 x 102 9 diberikan secara langsung kepada
Ruang
5 Penataan dan 15 15/138 x 102 11 responden. Sedangkan data sekunder
Pengawasan
Bangunan diperoleh melalui dokumentasi, yaitu
6 Bengkel dan Uji 14 14/138 x 102 10
Mutu Bahan
Bangunan
meng-copy terhadap dokumen-dokumen
7 Pemadam 30 30/138 x 102 23
Kebakaran terkait dengan jumlah PNS di Dinas
8 Rumah Susun 3 3/138 x 102 2
Total 138 102 Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.
Sumber: data sekunder diolah Tahun 2017
Definisi Operasional Variabel
Sesuai sumber data sekunder yang Kecurangan adalah perbuatan-
disajikan pada tabel di atas dan diolah perbuatan yang melawan hukum yang

94
dilakukan dengan sengaja untuk tujuan instansi tempat saya bekerja, seluruh
tertentu (manipulasi atau memberikan informasi kegiatan operasional
laporan keliru terhadap pihak lain) instansi harus dicatat dalam sistem
dilakukan oleh orang-orang dari dalam akuntansi, 5. Di instansi tempat saya
atau luar organisasi untuk mendapatkan bekerja, telah diterapkan peraturan
keuntungan pribadi atau kelompok yang untuk dilakukannya pemantauan dan
secara langsung atau tidak langsung evaluasi atas aktivitas operasional
merugikan pihak lain. untuk menilai pelaksanaan
Kecurangan ini ditentukan oleh pengendalian internal (misalnya
beberapa variabel berikut dengan derajat keamanan kas, persediaan
menggunakan analisis faktor. dsb). Indikator tersebut sebagaimana
1. Sistem pengendalian internal, sebagai tersaji dalam kuisioner.
variabel X1 adalah proses yang 2. Asimetri informasi, sebagai variabel
integral pada kegiatan yang X2 adalah informasi yang tidak
dilakukan secara terus menerus oleh seimbang, yaitu bawahan atau pihak
pimpinan dan seluruh pegawai untuk internal institusi memiliki informasi
memberikan keyakinan memadai atas yang lebih banyak dan lebih baik
tercapainya tujuan organisasi. dibandingkan dengan informasi yang
Variabel ini diukur dengan 5 dimiliki oleh atasan atau pihak
indikator Yaitu 1. Di instansi tempat eksternal institusi. Variabel ini
saya bekerja, sudah ada pembagian diukur dengan 6 indikator yaitu 1.
wewenang dan tanggungjawab yang Hanya pihak internal instansi yang
jelas , 2. Di instansi tempat saya mengetahui seluruh informasi yang
bekerja, apabila laporan keuangan berkaitan dengan transaksi laporan
perlu segera diterbitkan, maka keuangan, 2. Hanya pihak internal
otorisasi transaksi harus dilaksanakan instansi yang memahami seluruh
dan bukti pendukung harus hubungan antara data transaksi
disertakan, 3. Di instansi tempat saya keuangan dan proses penyusunan
bekerja, telah diterapkan peraturan laporan keuangan, 3. Hanya pihak
untuk pemeriksaan fisik atas internal instansi yang mengetahui
kekayaan instansi (kas, dan memahami isi dan angka laporan
persediaan,dan lain-lain), 4. Di keuangan yang selesai dikerjakan, 4.

95
Hanya pihak internal instansi yang dengan standar dan peraturan yang
mengerti lika-liku, 5. Hanya pihak telah ditetapkan, 4. Di instansi
internal instansi yang mengetahui tempat saya bekerja, tidak semua
faktor-faktor yang mempengaruhi pegawai datang dan pulang tepat
kegiatan pembuatan laporan waktu, 5. Di instansi tempat saya
keuangan, 6. Hanya pihak internal bekerja, tidak semua pegawai
instansi yang mengetahui isi dan menjalankan pekerjaan sesuai
angka-angka dari laporan keuangan dengan tanggung jawabnya masing-
yang disusun. Indikator tersebut masing. Indikator tersebut
sebagaimana tersaji dalam kuisioner. sebagaimana tersaji dalam kuisioner.
3. Penegakan hukum, sebagai variabel 4. Komitmen organisasi, sebagai
variabel X3 adalah perbuatan- variabel X4 adalah keadaan dimana
perbuatan pegawai percaya dan mau menerima
yang melawan hukum yang tujuan-tujuan organisasi dan akan
dilakukan dengan sengaja untuk tetap tinggal atau tidak akan
tujuan tertentu (manipulasi atau membuat organisasinya hancur.
memberikan laporan keliru terhadap Variabel ini diukur dengan 8
pihak lain) dilakukan oleh orang- indikator yaitu 1. Saya bersedia
orang dari dalam atau luar organisasi untuk bekerja lembur agar instansi
untuk mendapatkan keuntungan ini bisa berhasil sukses, 2. Saya
pribadi dan merugikan pihak lain. merasa bangga saat memperkenalkan
Variabel ini diukur dengan 5 kepada orang lain bahwa instansi
indikator yaitu 1. Di instansi tempat tempat saya bekerja adalah instansi
saya bekerja, ada aturan-aturan yang bagus, 3. Saya bersedia
hukum yang berlaku,tetapi tidak menerima segala bentuk penugasan
dilaksanakan secara konsukuen, 2. agar tetap bisa bekerja di instansi ini,
Di instansi tempat saya bekerja, saya 4. Prinsip nilai kinerja saya sejalan
merasa para pejabat tidak konsisten dengan prinsip nilai kinerja instansi
dalam penanganan pelanggaran, 3. ini, 5. Saya merasa bangga menjadi
Di instansi tempat saya bekerja, bagian dari instansi ini, 6. Instansi ini
kegiatan operasional instansi telah benar-benar memberikan inspirasi
dilaksanakan tetapi tidak konsisten yang bagus bagi saya untuk

96
berprestasi, 7. Saya lebih memilih variabel-variabel. Pada tahap ini juga
untuk bergabung dengan instansi ini dapat diketahui variabel-variabel
sebagai tempat saya bekerja daripada yang menimbulkan masalah
instansi lain, 8. Saya sangat peduli multikolinieritas . Jika koefisien
dengan nasib instansi ini. Indikator korelasinya > 0,8, maka terjadi
tersebut sebagaimana tersaji dalam multikolinieritas. Apabila terjadi
kuisioner terlampir. demikian, maka variabel tersebut
Teknik Analisis Data harus digugurkan salah satu atau
Untuk mengetahui faktor-faktor dipilih salah satu.
apa sebagai penentu terjadinya 2. Uji Keiser-Meyer-Olkin (KMO)
kecurangan digunakan analisis faktor untuk mengukur kelayakan sampling,
(Srivastava, 2010) dengan formula yaitu angka indeks yang digunakan
sebagai berikut: untuk menguji ketepatan analisis
Xi = Ai1.F1 + Ai2.F2 + Ai3.F3 + faktor. Apabila koefisien KMO >
…………… + Ain.Fn + Vi.Ui 0,50 hasil analisis tersebut tepat
dimana: digunakan
Xi = variabel standar ke i 3. Communality, merupakan jumlah
Aij = koefisien multiple regression varians yang diberikan tiap-tiap butir
dari variabel i pada common factor dengan butir yang lain
F = common factor dipertimbangkan. Koefisien
Vi = koefisien standard regresi dari communality disebut cukup efektif
variabel i pada faktor khusus jika bernilai > 50%
Ui = faktor khusus dari variabel i 4. Eigenvalue, Dalam tahap ini akan
n = jumlah dari faktor umum diketahui sejumlah faktor yang dapat
diterima atau layak mewakili
Adapun langkah-langkahnya menurut seperangkat variabel yang dianalisis
Srivastava (2010), Tabachnick dan dengan besarnya nilai eigen value
Linda (2009), Malhotra (2008) sebagai serta persentase varian total tiap-tiap
berikut: faktor. Untuk memilih faktor inti
1. Uji independensi dalam matriks yang dapat mewakili sekelompok
korelasi. Dari perhitungan ini dapat variabel adalah yang mempunyai
diperoleh koefisien korelasi antar nilai eigen value > 1. Selanjurtnya,

97
menentukan loading factornya, Hasil Penelitian dan Pembahasan
merupakan koefisien korelasi antara Hasil penelitian ini
butir-butir dengan faktor-faktornya. membuktikan bahwa variabel penentu
Muatan faktor (loading factor) yang terjadinya kecurangan di Dinas
bernilai besar dari butir-butir Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
observasi menunjukkan besarnya (DPU & PR) Kota Malang adalah,
pengaruh variabel tersebut pada pertama adanya asimetri informasi
faktor. (adanya informasi yang tidak seimbang)
5. Rotated Component Matix. Tahap ini antara pihak DPU & PR dengan pihak
dilakukan untuk menyederhanakan pemangku kepentingan. Dimana pihak
matriks yang dihasilkan oleh ekstrasi DPU & PR memiliki informasi yang
faktor, hal ini dilakukan untuk lebih lebih banyak dan lebih baik tentang
mudah menginterpretasikan. kegiatan yang dilakukannya dibanding
Selanjutnya memperhatikan inisial dengan pihak pemangku kepentingan.
faktor matrik, eigen value, persentase Adapun indikator utama sebagai
varian dan loading factor tiap faktor penentu atas variabel asimetri informasi
dengan kriteria loading factor adalah bahwa “hanya pihak internal
minimum, dapat ditentukan satu instansi yang mengetahui seluruh
variabel masuk faktor yang mana. informasi yang berkaitan dengan
Sehingga dapat diidentifikasi nama transaksi laporan keuangan”. Kedua,
atau sebutan lain dari variabel yang adanya penegakan hukum yang tidak
bergantung tadi. Muatan faktor yang konsisten dalam penanganan
baik adalah > 0,50. Muatan faktor pelanggaran peraturan. Adapun
(loading factor) ini juga berfungsi indikator utama sebagai penentu atas
untuk memberikan nama (konsep variabel penegakan hukum adalah
baru) terhadap faktor tersebut bahwa “di DPU & PR, para pejabat
sebagai suatu variabel. tidak konsisten dalam penanganan
Untuk melakukan analisis dan pelanggaran peraturan”.
uji-uji di atas digunakan bantuan
komputer dengan memanfaatkan
program SPSS for Windows versi 23.

98
KESIMPULAN DAN SARAN penanganan pelanggaran
Kesimpulan peraturan”.
Berdasarkan hasil penelitian dan  Adanya sistem pengendalian intern
pembahasan yang dilakukan, dapat yang kegiatan operasionalnya telah
disimpulkan bahwa variabel penentu dilaksanakan tetapi tidak konsisten
terjadinya kecurangan di Dinas dengan standar dan peraturan yang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang telah ditetapkan di DPU dan PR,
(DPU dan PR) di Kota Malang adalah :  Adanya komitmen organisasi
 Adanya asimetri informasi (adanya dimana kepedulian pegawai tentang
informasi yang tidak seimbang) kedepanya dinas ini masih ada
antara pihak DPU dan PR dengan Saran-saran
pihak pemangku kepentingan.  Untuk mereduksi asimetri
Dimana pihak DPU dan PR informasi, pihak DPU & PR
memiliki informasi yang lebih hendaknya lebih transparan, yaitu
banyak dan lebih baik tentang harus ada ruang kebebasan untuk
kegiatan yang dilakukannya memperoleh informasi bagi publik
dibanding dengan pihak pemangku yang membutuhkan dalam hal
kepentingan. Adapun indikator melaksanakan dan hendaknya lebih
utama sebagai penentu atas variabel akuntabel, yaitu harus ada suatu
asimetri informasi adalah bahwa perwujudan kewajiban untuk
“hanya pihak internal instansi yang mempertanggung jawabkan
mengetahui seluruh informasi yang keberhasilan dan kegagalan dalam
berkaitan dengan transaksi laporan pelaksanaan misinya.
keuangan”.  Untuk meningkatkan penegakan
 Adanya penegakan hukum yang hukum, pihak DPU & PR
tidak konsisten dalam penanganan hendaknya memperhatikan 3 hal,
pelanggaran peraturan. Adapun yaitu:
indikator utama sebagai penentu a. Kepastian hukum
atas variabel penegakan hukum b. Kemanfaatan
adalah bahwa “di DPU dan PR, c. Keadilan
para pejabat tidak konsisten dalam Selain itu, pihak DPU&PR
hendaknya memahami faktor-faktor

99
yang mempengaruhi penegakan Kedungkandang diperlukan
hukum, yaitu: komitmen dan upaya yang
a. Faktor hukum sungguh – sungguh dari semua
b. Faktor penegakan hukum pihak yang berkepentingan
c. Faktor sarana atau fasilitas agar terselesainya jembatan
pendukung Kedungkandang yang
d. Faktor masyarakat diharapkan oleh semua lapisan
e. Faktor kebudayaan masyarakat khususnya masyarakat
 Untuk meningkatkan sistem Kota Malang, sehingga
pengendalian intern di Dinas PU Pemerintah Kota Malang
dan PR harus merencanakan Diharapkan bisa menuju
program dan memberikan pemerintahan yang “ Good
keyakinan yang memadai untuk Corporate Governance yang
mencapai tujuan yang transparency, accountability,
disesuaikan dengan program yang reposibility, independency dan
disepakati dengan mengacu pada fairness menurut Hamdani
strategi yang terkait dengan (2016 : 165 )
undang- undang, peraturan, dan
kebijakan yang ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
 Untuk mereduksi komitemen
organisasi di dinas PU dan PR Dellyana, Shant. (2008). Konsep
dimana sikap seorang pegawai harus Penegakan Hukum.
Yogyakarta: Liberty.
merefleksikan loyalitas pegawai pada
Jatiningtyas, Nurani. (2011). Analisis
Dinas PU dan PR sehingga proses Faktor-Faktor yang
berkelanjutan dimana pegawai Mempengaruhi Fraud
Pengadaan Barang/Jasa Pada
Dinas PU dan PR mengekspresikan Lingkungan Instansi
perhatiannya terhadap keberhasilan Pemerintah di Wilayah
Semarang. TESIS. UNDIP.
serta kemajuan yang berkelanjutan. Semarang . Diakses via
 Untuk mencegah agar tidak terjadi google.com

kecurangan di Dinas Pekerjaan Jusup, Al Haryono. (2012). Dasar-


dasarAkuntansi. Jilid 1. Edisi 6.
Umum dan Penataan Ruang cetakan kelima, Bagian
terhadap permasalahan jembatan penerbitan STIE YKPN,
Yogyakarta

100
Mulyadi. (2011). Sistem Akuntansi.
Penerbit Salemba Empat.
Jakarta.
Najahningrum., Anik Fatun. (2013).
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Kecenderungan Kecurangan
(Fraud): Persepsi Pegawai
Dinas Provinsi DIY.
Accounting Analysis
Journal/AAJ 2(2)
http://journal.
unnes.ac.id/sju/index.php/a
aj:102-117
Simbolon, Harry Andrian. (2010).
Mengupas Seluk Beluk Fraud
dan Cara Mengatasinya.
https://akuntansiterapan.com
Sopiah. (2008). Perilaku
Organisasional. Andi.
Yogyakarta
Wilopo. (2008). Pengaruh Pengendalian
Internal Birokrasi Pemerintah
dan Perilaku Tidak Etis
Birokrasi terhadap Kecurangan
Akuntansi di Pemerintahan :
Persepsi Auditor Badan
Pemeriksa Keuangan. Ventura
vol. 11no. 1:20-33
Yehezkiel, F. 2012, Persepsi Dinas-
Dinas terhadap Praktik
Pengawasan oleh Inspektorat
Kabupaten Semarang.
Laporan Penelitian Fakultas
Ekonomi. Universitas Kristen
Satya Wacana (UKSW).
Salatiga. Diakses
via.google.com

101

You might also like