You are on page 1of 12

Evaluasi Dampak Kebijakan Penyelenggaraan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota


Semarang

Oleh:
Stephani Nora Tahalea, Sri Suwitri, Dewi Rostyaningsih *)

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kode Pos 12693
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465404

Laman : http//www.fisip.undip.ac.id email fisip@undip.ac.id


Email : stephaninora@yahoo.com

ABSTRACT
In this kind of era that full of challenges and chances, Local Government should
be able to do some innovation to improve the quality of public services, so that the
impression of government bureaucracy that is slow, complicated, and unfriendly
can be eliminated. Therefore a policy was made to solve the problems that are
exist in the public. The Implementation of One Stop Services have done to
overcome the problems, especially in the licensing and non-licensing areas. The
purpose of this policy is to facilitate the public in the making of business license.
This policy was expected to have an impact to society beyond the aim of this
policy itself.
The purpose of this study was to find out what the impact of PPTSP, both
expected and unexpected aspects of individuals, organizations, institutions and
social systems. This research is a descriptive study using a qualitative approach.
Based on result of research, PPTSP policy was still not touched all
aspects of the society in which people are still not fully feel the positive impact of
this policy. The recommendations that can be given to BPPT is this
implementation of PPTSP can pay more attention to the impact resulting from the
ease of licensing is not only for entrepreneurs, but also for the people are not
entrepreneurs. The coordination of BPPT and related agencies should be
improved, and in the policy making stakeholders must take an anticipatory action
to tide over the impacts that are out of the expectation.

Keywords : Impact Evaluation, Policy, One Stop Service


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Maraknya isu-isu globalisasi di dunia Tata Kerja Unit Pelayanan Perijinan
saat ini menyebabkan tidak adanya Terpadu di Daerah.
batasan-batasan di negara-negara Kebijakan Pelayanan Terpadu
yang memberikan tantangan Satu Pintu ini dapat dilihat indikator
sekaligus peluan bagi semua negara. pencapaian tujuannya adalah sebagai
Salah satu tantangannya adalah bagi berikut :
organisasi-organisasi publik di mana
seharusnya organisasi-organisasi 1. Meningkatkan kualitas layanan
publik dapat memperbaiki kinerjanya publik: PPTSP merupakann salah
sehingga dapat memberikan satu bentuk penerapan dari
pelayanan yang lebih baik. Kinerja pelayanan prima pemerintah
yang baik bukan hanya menjadi terhadap publik.
tuntutan bagi sektor privat namun 2. Terwujudnya pelayanan
juga dalam sektor publik. Citra publik yang cepat, mudah,
organisasi publik khususnya di transparan, tepat waktu, pasti dan
Indonesia masih sangat buruk terjangkau.
dibandingkan dengan organisasi 3. Memberikan kemudahan
sektor privat. Dalam rangka pelayanan perijinan. Dengan kata
meningkatkan perbaikan pelayanan lain hanya dengan mendatangi
publik, pemerintah perlu melakukan satu tempat, maka seluruh
evaluasi terhadap instansi-instansi, jenis pelayanan perijinan dapat
yang mendapat banyak keluhan dari diselesaikan pada tempat tersebut
masyarakat. serta dalam waktu yang cepat.
Sebagai upayanya dalam Jumlah perijinan yang
menciptakan Good Governance, dilakukan di BPPT Kota Semarang
dalam hal ini Pemerintah Kota sebelumnya terdapat 103 perijinan
Semarang berusaha untuk yang seluruhnya di tangani BPPT hal
meningkatkan kualitas pelayanan ini tercantum pada Peraturan Wali
publik dengan membentuk Badan Kota No. 2 Tahun 2009, tetapi
Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) kemudian Peraturan Wali Kota No. 2
Kota Semarang sejak tahun 2008. Tahun 2011 menyebutkan hanya 30
Unit ini merupakann sarana perijinan yang ditangani BPPT,
pelayanan umum kepada masyarakat, sementara lainnya ditangani SKPD.
yang diselenggarakan secara terpadu Setelah perijinan tersebut
dari berbagai instansi pemerintah. disederhanakan menjadi 30 perijinan
Unit ini memiliki tugas untuk saja, dan , ijin yang paling banyak
mengadakan pelayanan umum di dilakukan oleh pemohon ijin adalah
bidang perijinan dan rekomendasi. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB),
Pembentukan lembaga Ijin Usaha Perdangangan (SIUP),
penyelenggara Penyelenggaraan dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP).
Pelayanan Satu Pintu (PPTSP) ini Hal ini memperlihatkan bahwa
sesuai dengan ketentuan dalam pembangunan usaha di Semarang
Permendagri No. 20 Tahun 2008 semakin meningkat banyak dari
tentang Pedoman Organisasi dan tahun 2013 sampai 2014.
Peningkatan jumlah perijinan di kebijakan publik mulai dikenal.
bidang yang tersebut di atas mungkin Anderson (1979), berpendapat bahwa
dikarenakan dampak dari kemudahan evaluasi kebijakan memusatkan
perijinan yang disebabkan oleh perhatiannya pada estimasi,
kebijakan Penyelenggaraan penilaian, dan taksiran terhadap
Pelayanan Terpadu Satu Pintu di implementasi (proses), dan akibat-
BPPT Kota Semarang. akibat (dampak) kebijakan. Sebagai
Pelaksanaan Perijinan aktivitas fungsional, evaluasi
Terpadu Satu Pintu diharapkan dapat kebijakan dilakukan dalam
memberi dampak yang lebih baik, keseluruhan tahap-tahap bukan
yaitu lebih efektif, cepat, dan efisien, hanya pada tahap akhir saja.
namun pada kenyataannya masih ada Evaluasi dampak kebijakan
masyarakat yang merasa kurang puas merupakann salah satu hal yang bisa
dan masih ditemukan dampak- dilakukan seorang evaluator di dalam
negatif di dalam pelayanan perijinan evaluasi kebijakan. Evaluasi dampak
yang dilakukan oleh BPPT. Jika hal lebih berfokus pada output dan
ini terus terjadi, Semarang tidak akan dampaknya dibandingkan pada
maju dan berkembang bila prosesnya. Dampak adalah
dibandingkan dengan kota-kota perubahan kondisi baik fisik maupun
lainnya. Diharapkan perubahan sosial sebagi akibat dari output
bentuk UPT bidang perijinan kebijakan. Akibat yang dimaksud
menjadi BPPT ini tidak hanya adalah baik akibat yang mampu
memberikan dampak negatif, tetapi menimbulkan pola perilaku baru
juga memberikan dampak positif kelompok sasaran (impacts) maupun
bagi kemajuan Kota Semarang. akibat yang tidak mampu
B. Tujuan Penelitian menimbulkan perilaku baru pada
Tujuan dari penelitian ini adalah kelompok sasaran (effects).
untuk mengidentifikasi dan C.2. Evaluasi Dampak Menurut
menganalisis dampak dari Kebijakan Anderson
Penyelenggaraan Pelayanan Satu Menurut Anderson dalam
Pintu di BPPT Kota Semarang Irfan Islamy (1984:115) bahwa
khususnya untuk perijinan Ijin dampak kebijaksanaan tersebut
Mendirikan Bangunan, Ijin Usaha mempunyai beberapa dimensi yaitu:
Perdagangan, dan ijin Tanda Daftar 1. Dampak kebijaksanaan yang
Perusahaan. diharapkan (intended
C. Teori consequences) maupun tidak
C.1. Evaluasi Kebijakan Publik diharapkan (unintended
Evaluasi merupakann tahap consequences)
akhir di dalam proses kebijakan. 2. Limbah kebijaksanaan terhadap
Lester dan Stewart (2000) situasi atau orang-orang
menyatakan evaluasi kebijakan pada (kelompok) yang bukan menjadi
hakekatnya mempelajari sasaran/tujuan utama dari
konsekuensi-konsekuensi kebijakan kebijaksanaan tersebut.
publik. Evaluasi kebijakan sebagai 3. Dampak kebijaksanaan dapat
suatu aktivitas fungsional telah terjadi atau berpengaruh pada
dilakukan sejak lama, sejak
kondisi sekarang atau kondisi 1. Dampak individual
yang akan datang. Dampak terhadap individu ini
4. Dampak kebijaksanaan terhadap dapat menyentuh aspek-aspek
³ELD\D´ ODQJVXQJ DWDX GLUHFW sebagai berikut :
costs. a. Dampak psikis
5. Dampak kebijaksanaan terhadap b. Dampak lingkungan
³ELD\D´ WLGDN ODQJVXQJ LQGLUHFW c. Dampak ekonomi
costs) d. Dampak sosial dan personal.
C.3. Evaluasi Dampak Menurut 2. Dampak organisasional
Langbein Dampak dari suatu kebijakan
Sementara menurut Langbein dapat dirasakan oleh suatu organisasi
dalam Wibawa (1994:38), dimensi atau kelompok, baik secara langsung
dampak disoroti oleh : maupun tidak langsung. Dampak
1. Waktu langsung dapat berupa terganggu
Dimensi ini merupakann dimensi atau terbantunya pencapian tujuan
yang penting terkait dengan organisasi atau kelompok. Sementara
kebijakan yang memberikan dampak itu, suatu kebijakan juga dapat
sekarang dan yang akan datang. menimbulkan dampak tak langsung
2. Selisih antara dampak aktual terhadap sebuah organisasi atau
dengan yang diharapkan kelompok, misalnya melalui
Evaluator perlu memperhatikan peningkatan semangat kerja dan
dampak-dampak yang tidak kedisiplinan dari anggota organisasi
diinginkan dan bertentangan dengan atau kelompok itu sendiri.
yang diharapkan 3. Dampak pada masyarakat
3. Tingkat agregasi dampak Dampak terhadap masyarakat
Dampak yang dirasakan secara oleh sebuah kebijakan menunjukkan
individual akan dapat mempengaruhi sejauh mana kebijakan tersebut
pada perubahan di masyarakat secara mempengaruhi kapasitas masyarakat
keseluruhan dalam melayani anggotanya, karena
4. Tipe dampak, yaitu : masyarakat merupakann suatu unit
a. Dampak pada kehidupan yang melayani para anggotanya.
ekonomi. 4. Dampak pada lembaga dan
b. Dampak pada proses sistem sosial.
pembuatan kebijakan. Terdapat beberapa indikator yang
c. Dampak pada sikap publik. dapat dijadikan pedoman dasar untuk
Dampak pada sikap publik. melihat apakah suatu sistem sosial
d. Dampak pada kualitas tersebut lemah atau tidak, yaitu : (1)
kehidupan individu, kelebihan beban; (2) distribusi tidak
kelompok, dan masyarakat merata; (3) persediaan sumber daya
yang bersifat non ekonomis. yang dianggap kurang; (4) adaptasi
C.3. Evaluasi Dampak Menurut yang lemah; (5) koordinasi yang
Samodra Wibawa jelek; (6) turunnya legitimasi; (7)
Di dalam evaluasi juga terdapat turunnya kepercayaan; (8)
unit sosial yang dapat terkena tertutupnya mekanisme koreksi dan
dampak kebijakan (Wibawa, 1994 : adaptasi, diganti dengan sistem
53-59), antara lain : kuota.
Dalam penelitian ini, teori yang melalui Wawancara, observasi, dan
digunakan adalah teori tentang Metode Dokumentasi. Data yang
dampak yang diharapkan dan yang sudah diperoleh kemudian dianalisis
tidak diharapkan yang mencakup dan diinterpretasi melalui
dampak individual, dampak Kondensasi Data (Data
orgaisasional, dan dampak terhadap Condensation), Penyajian Data (Data
lembaga dan sistem sosial. Display), dan Penarikan Kesimpulan
D. Metode Penelitian (Drawing and Verifying Conclusion)
Pada penelitian ini digunakan desain Kualitas atau keabsahan data
penelitian deskriptif, atau lebih menggunakan triangulasi teknik
tepatnya yaitu penelitian deskriptif dengan cara melakukan wawancara
kualitatif. Fokus dari penelitian ini mendalam kepada informan lalu
adalah apakah dampak dari kebijakan melakukan uji silang antara
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu informasi dari informan dengan hasil
Satu Pintu di Badan Pelayanan observasi di lapangan, melakukan
Perijinan Terpadu Kota Semarang konfirmasi atas hasil yang telah
dengan berfokus pada perijinan Ijin diperoleh kepada informan atau
Mendirikan Bangunan (IMB), Surat sumber-sumber lain seperti data-data
Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), dan dan studi pustaka.
Tanda Daftar Perusahaan (TDP) HASIL DAN PEMBAHASAN
yang dilihat dari beberapa indikator A. Dampak Individual
yang telah ditentukan dalam Dampak individual yang dirasakan
fenomena penelitian. Informan dalam salah satunya adalah adanya
penelitian ini adalah Sekretaris BPPT kemudahan bagi pemohon ijin
Kota Semarang, Kepala Sub Bagian (pengusaha) di dalam mengurus ijin
Perencanaan dan Evaluasi BPPT usahanya. Proses perijinan yang
Kota Semarang, Kepala Sub. Bidang menjadi satu pintu memang
Penataan dan Pemanfaatan Bangunan menyebabkan adanya kemudahan di
DTKP Kota Semarang yang dipilih dalam proses perijinan. Kemudahan
dengan teknik purposive. Kemudian untuk pemohon ijin ini adalah
Pemohon Perijinan dan masyarakat pemohon ijin dapat melakukan
sekitar usaha yang memperoleh ijin proses perijinan dengan
yang dipilih secara acidental. menggunakan paket perijinan untuk
Jenis data yang digunakan ijin IMB, SIUP, dan TDP. Hal ini
adalah berupa kata-kata atau jelas memudahkan pemohon, karena
tindakan diperoleh dari wawancara pemohon tidak perlu mengurus ijin
yang dilakukan kepada para tersebut secara satu-persatu untuk
informan dan pengamatan langsung mengurus ijin tersebut, tapi dapat
di lapangan. Sumber tertulis dilakukan dengan bersamaan. Hal ini
didapatkan dari studi dokumentasi memang diharapkan untuk
yang diambil dari catatan-catatan, menghemat waktu para pemohon
arsip, maupun teori yang diambil dari ijin, namun seringkali masih ditemui
buku maupun internet berkaitan adanya kemoloran. Waktu yang
dengan dampak dari kebijakan dibutuhkan memang terbilang masih
PPTSP di BPPT Kota Semarang. sering molor, tetapi untuk kejelasan
Teknik pengumpulan data dilakukan kelengkapan berkas, dan kemudahan
pengisian data, dan lain-lainnya Untuk dampak individual ini,
sudah cukup memudakan. Di dalam dampak yang tidak diharapkan dapat
pelaksanaan perijinan ini, kebijakan diketahui dari masyarakat sekitar
PPTSP tidak berdampak pada usaha dari pemohon ijin yaitu di
peningkatan pendapatan baik sekitar industri sosis di daerah
pemohon ijin sebagai pemilik modal Semeru, Semarang. Karena kurang
maupun pekerjanya. Pemohon ijin memperhatikan aspek lingkungan di
tidak merasakan adanya perubahan di sekitar home industri sosis ini pada
dalam naik atau turunnya laba yang awalnya sempat menyebabkan
mereka dapatkan di dalam usaha kerugian bagi warga sekitar karena
mereka. adanya pengolahan limbah yang
Selain berdampak pada tidak benar. Warga merasa terganggu
masyarakat pemohon ijin, karena limbah yang dihasilkan oleh
masyarakat yang bukan pemohon industri tersebut menggenang di
ijinpun juga merasakan dampaknya. selokan sekitar lokasi dan berbau
Masyarakat pemukimanpun juga tidak sedap. Setelah ada keluhan dari
mengakui diuntungkan Oleh warga barulah tim teknis melakukan
keberadaan Hotel Siliwangi, yaitu peninjauan dan akhirnya masalah
salah satu Hotel dari semua Hotel di tersebut diselesaikan. Pengaduan
Kota Semarang yang mengurus yang dilakukan oleh masyarakat
perijinan di BPPT Kota Semarang.. sekitar usaha tersebut diajukan ke
Dengan adanya Hotel Siliwangi ini Dinas Teknis yaitu Dinas Tata Kota
warga merasa terbantu karena Hotel dan Perumahan (DTKP).
Siliwangi sebisa mungkin ikut serta B. Dampak Organisasional
dalam kegiatan yang diadakan oleh Dampak organisasi dan
warga sekitar dan menjalin hubungan kelompok dari suatu kebijakan yaitu
baik dengan semua warganya seberapa jauh kebijkan tersebut
Sebuah kebijakan, selain membantu atau mengganggu
menimbulkan dampak yang positif pencapaian tujuan-tujuan organisasi.
atau yang diharapkan, tentu juga Suatu kebijakan dapat menimbulkan
menimbulkan dampak yang tidak dampak terhadap organisasi atau
diharapkan. Dampak yang tidak kelompok baik secara langsung
diharapkan oleh masyarakat maupun tidak langsung. Dampak
pemohon ijin ini adalah terkait langsung adalah berupa
dengan kemoloran penerbitan ijin. terganggunya atau terbantunya
Seperti yang dikatakan informan, organisasi atau kelompok dalam
bahwa ijin (TDP) yang seharusnya mencapai tujuannya. Sementara itu,
bisa terbit dalam waktu kurang dari suatu kebijakan dapat menimbulkan
seminggu atau bahkan dapat terbit dampak tidak langsung terhadap
dalam 3 hari justru terbit hingga 3 organisasi, misalnya melalui
bulan. Masyarakat pemohon ijin peningkatan semangat kerja para
sebagai pihak yang lemah merasa anggota organiasi (Samodra Wibawa,
powerless sehingga tidak bisa 1994: 56-57)
berbuat apa-apa hanya bisa Dalam pelaksanaannya BPPT
menunggu kepastian dari pihak telah melakukan beberapa inovasi
SKPD. sebagai salah satu bentuk upaya
dalam peningkatan kualitas organisasi ini adalah diperolehnya
pelayanan yang diberikan kepada penghargaan oleh BPPT sebagai
masyarakat pemohon ijin. Upaya Juara II Kota Terbaik dari BKPM RI
peningkatan kualitas pelayanan yang sebagai Penyelenggara Pelayanan
dilakukan oleh BPPT di antaranya Terpadu Satu Pintu (PTSP) di
adalah pembagian ruang pelayanan Bidang Penanaman Modal Tahun
menjadi front office dan back office 2012 dan sebagai Nominator dan
guna untuk mengurangi kontak Wakil Pemerintah ota Semarang
langsung antara petugas dan dalam Lomba CPP (Citra Pelayanan
pemohon ijin.. Selain itu juga Prima) di Tahun 2013.
sekarang ini BPPT juga lebih Untuk dampak yang terhadap
menekankan pada kemajuan organisasi yang tidak diharapkan
teknologi, jadi semua informasi adalah dampak yang mengganggu
terkait perijinan di maksimalkan terwujudya suatu tujuan organisasi.
melalui online. Dampak organisasional yang tidak
Selain peningkatan diharapkan dari kebijakan
pelayanan, PPTSP juga seharusnya Penyelenggaraan Pelayanan Satu
berdampak bagi kinerja pegawai Pintu yaitu masih adanya masih
BPPT sendiri. Tetapi peningkatan adanya masyarakat yang merasa
semangat kerja pegawai organisasi belum puas dengan pelayanan
BPPT ini bukan disebabkam oleh perijinan di BPPT, sehingga BPPT
adanya kebijakan PPTSP ini mendapat respon kurang memuaskan
melainkan disebabkan oleh adanya dari masyarakat pemohon ijin. Masih
pembinaan pegawai di lingkungan adanya masyarakat yang belum puas
internal BPPT ini karena ternyata di dalam
Tujuan lain dari BPPT adalah pemberian pelayanan perijinan
untuk meningkatkan jumlah investor terkadang masih terjadi kemoloran
di Kota Semarang. Dengan fungsi dalam penyelesaian terbitnya satu
penanaman modal, maka pelayanan dokumen perijinan. Kurang puasnya
perijinan satu pintu ini juga pemohon ijin menurut BPPT terjadi
berdampak bagi peningkatan jumlah karena masyarakat merasa kurang
penanam modal atau investor. Salah puas karena waktu yang dibutuhkan
satu bentuk promosi yang dilakukan untuk mendapatkan ijin ini lama,
BPPT untuk meningkatkan jumlah padahal mungkin yang membuat
investor adalah dengan diadakanya sebuah ijin menjadi lama itu ada
Semarang Bisnis Forum setiap pada pengumpulan berkas
tahunnya. Promosi yang dilakukan persyaratan permohonan ijin.
oleh pihak BPPT ini dirasa cukup Perbedaan regulasi antara BPPT
sukses karena jumlah investor yang dengan Dinas lain terkadang juga
di kota Semarang memang menyulitkan.
mengalami peningkatan di tahun Dampak di dalam
2014 yaitu 67 Perusahaan di Tahun organisasional yang tidak diharapkan
2013, menjadi 111 Perusahaan di lainnya adalah masih adanya
Tahun 2014. masyarakat yang belum tahu tentang
Dampak yang diharapkan adanya kebijakan PPTSP. Dengan
lainnya yang dirasakan di dalam masih adanya masyarakat yang
belum sadar tentang kebijakan tersebut dilakukan langsung oleh
PPTSP ini ternyata dapat merugikan Kepala BPPT.
BPPT. Terkait dengan hal tersebut, Kebijakan Pelayanan
BPPT mengatasinya dengan Perijinan Satu Pintu di BPPT ini juga
membuka booth di mall-mall di Kota dapat meminimalisir pungutan liar
Semarang agar dapat berinteraksi karena proses perijinan sangat
secara langsung dengan masyarakat. diawasi dengan ketat sehingga
perijinan yang dilakukan di Kantor
C. Dampak Terhadap Lembaga BPPT dapat dijamin jauh dari
dan Sistem Sosial pungutan liar. Semua kegiatan di
Perubahan di dalam sistem BPPT diawasi oleh cctv, sehingga
sosial terjadi karena banyak faktor. tindakan pungutan liar ini dapat
Di dalam perspektif fungsionalisme, dicegah semaksimal mungkin.
seandainya sistem sosial tertuntut Pengawasan yang lebih ketat juga
untuk melakukan perubahan dilakukan oleh KPK, Ombudsman,
struktural, nilai dasar, dan organisasi dan sebagainya.
masyarakatnya tetap akan dijaga. Menurut Samodra Wibawa
Dalam kebijakan PPTSP ini terjadi (1994 : 60) terdapat beberapa
perubahan lembaga yang menjadi indikator yang dapat dijadikan
lebih terpusat. pedoman dasar untuk melihat apakah
Untuk kebijakan PPTSP ini suatu sistem sosial tersebut lemah
dapat dilihat bawah sebelum menjadi atau tidak, yaitu : (1) kelebihan
Badan Pelayanan Perijinan Terpadu, beban; (2) distribusi tidak merata; (3)
dulunya ini merupakann BKPM dan persediaan sumber daya yang
untuk pelayanan terdapat UPT. dianggap kurang; (4) adaptasi yang
Kemudian setelah Peraturan Daerah lemah; (5) koordinasi yang jelek; (6)
Nomor 13 Tahun 2008 ada, turunnya legitimasi; (7) turunnya
terbentuklah BPPT. kepercayaan; (8) tertutupnya
Pemerintah Kota Semarang mekanisme koreksi dan adaptasi,
membentuk Penyelenggaraan diganti dengan sistem kuota.
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Untuk kebijakan
(PPTSP) di bawah Badan Pelayanan Penyelenggaraan Pelayanan Satu
Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Pintu ini dapat dilihat bahwa terjadi
Semarang dengan tugasnya yaitu masalah di dalam koordinasi antar
memberikan pelayanan perizinan dan SKPD di dalam proses pengurusan
non-perizinan yang menjadi perijinan. BPPT harus melalui
kewenangan pemerintah kota, yang koordinasi dengan dinas terkait untuk
poros pengelolaannya dari mulai mendapat rekomendasi teknis, yang
tahap permohonan sampai tahap terdiri dari :
penerbitan dokumen, dilakukan 1. Dinas Tata Kota dan Perumahan
secara terpadu dalam satu tempat. 2. Dinas Kesehatan Kota
Setelah pelayanan perijinan menjadi 3. Dinas Penerangan Jalan dan
terpusat di satu tempat, masyarakat Pengelolaan Reklame
tidak perlu kebingungan lagi dan 4. Disperindag
penandatanganan dokumen ijin 5. Dinas Koperasi dan UKM
Seperti informasi yang sebagainya justru malah masih
peneliti dapat dari informan, bahwa dihiasi dengan tindakan seperti KKN
masalah koordinasi antara BPPT ini.
dengan dinas terkait biasanya terjadi Dengan mudahnya perolehan
karena adanya masalah di dalam perijinan, semakin marak pula
perbedaan regulasi. Permasalahan pembangunan di Kota Semarang
koordinasi dengan dinas lain maka hal ini akan berpengaruh
merupakann salah satu masalah yang terhadap kelangsungan hidup
perlu diperhatikan. Dalam proses masyarakat, bukan hanya masyarakat
perijinan BPPT memiliki wewenang pemohon ijin tetapi juga masyarakat
untuk menandatangani ijin yang di luar pemohon ijin. Merubah apa
diajukan oleh pemohon ijin, tetapi yang sudah ada di masyarakat
untuk pengawasan terhadap ijin merupakann hal yang belum tentu
tersebut memang dilakukan oleh dapat diterima oleh masyarakat
dinas terkait. Misalnya untuk sendiri. Perubahan memerlukan
perijinan IMB, dinas yang sebuah adaptasi dan itu bukan hal
mengawasi di lapangan adalah Dinas yang mudah untuk dilakukan.
Tata Kota dan Perumahan. Bidang Perubahan ini menyebabkan
Pengawasan yang dilakukan oleh adanya adaptasi yang lemah,
BPPT adalah pengawasan di dalam masyarakat masih belum bisa
proses perijinannya bukan yang terbiasa dengan adanya peningkatan
terjadi di lapangan. harga tanah dan perubahan lainnya
Dampak lainnya yaitu masih seperti keadaan lalu lintas yang
sering ditemukan praktek-praktek menjadi lebih padat dan ramai.Lalu
korupsi di dalamnya. Walaupun lintas di sekitar pembangunan Hotel
BPPT telah mengantisipasi dengan di daerah Simpang Lima menjadi
penggunaan kamera cctv dan lain lebih ramai dan macet karena tiap
sebagainya, namun tetap ditemukan bangunan baru memiliki akses
oknum tidak bertanggung jawab sendiri-sendiri yang menyebabkan
yang memanfaatkan keadaan untuk kendaraan bermotor lebih sering
mengambil keuntungan secara tidak keluar-masuk yang menimbulkan
jujur. Hal ini dilakukan oknum kepadatan di jalan raya.
tersebut biasanya melalui calo, tetapi PENUTUP
calo tersebut juga merupakann pihak 1. Kesimpulan
internal dari BPPT. Dengan adanya a. Dampak Individual
calo ini pemohon ijin dapat Dengan mudahnya pelayanan
mengeluarkan biaya sampai 2 kali kebijakan karena adanya PPTSP ini
lipat dari biaya yang seharusnya. Hal ternyata memberikan dampak yang
ini jelas menjadikan masalah di positif bagi masyarakat khususnya
dalam sistem sosial terkait dengan pemohon ijin dengan didapatnya
masih adanya praktek KKN di pelayanan yang lebih mudah dan
lingkungan BPPT. Sangat cepat. Dengan terfokusnya pelayanan
disayangkan bahwa sebuah Badan perijinan maka masyarakat menjadi
yang dipercaya untuk melaksanakan lebih dimudahkan dalam pengurusan
kebijakan yang bertujuan untuk ijinnya. Tetapi, ternyata selain ada
mengurangi pungutan liar dan dampak positif tersebut masih
ditemukan juga dampak yang masyarakat yang belum mengetahui
merugikan bagi masyarakat pemohon tentang kemudahan perijinan untuk
ijin. Masih sering terjadi kemoloran usahanya sehingga memilih untuk
di dalam penerbitan dokumen ijin membuat dokumen ijin palsu yang
seringkali menyebabkan masyarakat merugikan bagi BPPT.
menjadi kebingungan dan kecewa. c. Dampak terhadap Lembaga
Selain dampak bagi masyarakat dan Sistem Sosial
pemohon ijin, ada juga dampak bagi Dengan adanya kebijakan PPTSP,
masyarakat di luar sasaran kebijakan terjadi perubahan bentuk lembaga
yaitu masyarakat di sekitar usaha dari BKPM dan UPT menjadi
pemohon ijin. Dengan mudahnya terpusat dan berubah menjadi BPPT.
pelaksanaan ijin karena kebijakan Dengan demikian pelayanan yang
PPTSP ini juga menimbulkan diberikan kepada masyarakat
dampak yang positif maupun yang menjadi maksimal karena
negatif. Positifnya, masyarakat masyarakat tidak perlu lagi harus
diuntungkan oleh usaha yang ³ODUL-ODULDQ´ NH EDQ\DN GLQDV XQWXN
memperhatikan kondisi sekitar dan mengurus ijin, melainkan dapat
ikut terlibat dalam kegiatan yang dilakukan di satu badan saja yaitu
dilakukan oleh masyarakat sekitar BPPT. Koordinasi antara BPPT dan
usaha tersebut. Negatifnya, masih Dinas terkait terkadang masih
ada beberapa pengusaha yang belum mengalami beberapa kendala terkait
memperhatikan lingkungan dengan adanya perbedaan regulasi
sekitarnya sehingga menyebabkan dan kurangnya jumlah personel dari
kerugian bagi masyarakat di sekitar tim teknis. Dampak lainnya yaitu
usahanya seperti contohnya masih saja ditemui kasus KKN yang
pengolahan limbah industri yang melibatkan oknum baik itu dari
belum maksimal. dalam ataupun dari luar BPPT.
b. Dampak Organisasional Tindakan tersebut masih sering
Pelaksanaan kebijakan ditemui di luar kantor di mana hal
PPTSP ini adalah terbantunya tersebut dilakukan untuk
pencapaian tujuan BPPT untuk mempercepat proses perijinan.
memberikan pelayanan publik yang Dampak lainnya yaitu terjadinya
cepat, mudah, dan murah. Selain itu peningkatan harga sewa tanah, dan
BPPT juga memiliki tujuan untuk timbulnya kemacetan.
meningkatkan jumlah investor di 2. Saran
Kota Semarang. Selain itu juga Berdasarkan kesimpulan yang telah
BPPT disebut sebagai Pelaksana diperoleh maka perlu adanya saran
PTSP terbaik di Indonesia. Selain bagi BPPT Kota Semarang untuk
dampak-dampak positif di atas juga bisa lebih baik lagi di dalam
terdapat dampak yang tidak melaksanakan kebijakan
diharapkan bagi organisasi. Seperti Penyelenggaraan Pelayanan Satu
masih adanya rasa kurang puas dari Pintu, yaitu :
masyarakat yang menyebabkan a. Terkait untuk dampak individual
penilaian kinerja BPPT menjadi
buruk karena dianggap belum mudah BPPT dapat menerbitkan ijin tepat
cepat. Selain itu, juga masih ada waktu seperti yang dijanjikan
sebelumnya. BPPT juga harus lebih dapat lebih memperhatikan
berhati-hati dalam memberikan kelangsungan lalu lintas yang terjadi
persetujuan ijin bagi pemohon karena di sekitar daerah ramai tersebut.
jika ijin tersebut tidak Terkait dengan masalah kenaikan
mempertimbangan aspek lain di harga sewa tanah, para stakeholders
sekitar usahanya hal tersebut akan di dalam merencanakan sebuah
merugikan mayarakat di luar usaha kebijakan alangkah lebih baiknya
tersebut. Pengawasan di lapangan jika mengambil juga tindakan
sebaiknya juga didampingi dari pihak antisipasi seperti relokasi tempat
BPPT, jangan hanya pihak tim usaha bagi masyarakat sekitar usaha
teknis. pembangunan yang terkena dampak
kenaikan harga sewa tanah.
b. Terkait dengan dampak
organisasional DAFTAR PUSTAKA
Upaya BPPT di dalam memberikan Abidin, Said Zainal. (2012).
pelayanan memang sudah terbilang Kebijakan Publik. Jakarta:
baik namun karena masih ditemukan Salemba Humanika.
masyarakat yang belum puas dengan
pelayanan yang diberikan, maka Bungin, M Burhan. (2010).
BPPT dapat lebih memperbaiki Penelitian Kualitatif. Jakarta:
pelayanan khususnya untuk aspek Kencana
kecepatan. Lalu terkait dengan
Dunn, William N. (1998). Pengantar
masih rendahnya tingkat kesadaran
Analisis Kebijakan Publik.
masyarakat, sebaiknya BPPT lebih
Yogyakarta: Gadjah Mada
gencar lagi melakukan sosialisasi
University Press.
terkait PPTSP ini. Sosialisasi yang
biasanya dilakukan setahun sekali Indiahono, Dwiyanto. (2009).
dengan membuka booth-booth di Kebijakan Publik (Berbasis
mall dilakukan dalam jangka waktu Dynamic Policu Analysis).
yang tidak terlalu lama. Yogyakarta: Gava Media.
c. Terkait dengan dampak lembaga Ismaly, Irfan Drs. M.MPA. (2002).
dan sistem sosial Prinsiip-prinsip Perumusan
Kebijaksanaan Negara.
Koordinasi antara BPPT dengan
Jakarta: Bumi Aksara.
Dinas lain yang berfungsi sebagai
tim teknis harus lebih diperbaiki lagi. Kusumanegara, Solahuddin. (2010).
Perhatian kepada sistem sosial harus Model dan Aktor dalam
lebih diperhatikan lagi, di mana Proses Kebijakan Publik.
masyarakat yang terkena dampak Yogyakarta: Gava Media.
dari pembangunan yang terjadi harus
lebih diperhatikan di dalam Miles, Metthew B, A. Michael
kehidupannya. Untuk masalah lalu Huberman and Johnny
lintas yang menjadi lebih padat dapat Saldana. 2014. Qualitative
ditingkatkan kerjasama dengan pihak Data Analysis, A Methods
yang berwajib yang terkait untuk Sourcebook, Third Edition.
Sage Publications, Inc
Moleong, Lexy J. 2006. Metode Wirawan, Dr. (2011). Evaluasi:
Penelitian Kualitatif Edisi Teori, Model, Standar,
Revisi. Bandung : PT Remaja Aplikasi, dan Profesi. Jakarta:
Rosdakarya. Rajawali Pers.
Moleong, Lexy J. 2002. Metode Dokumen :
Penelitian Kualitatif.
Bandung : PT Remaja Rencana Strategis Rencana Strategis
Rosdakarya. Badan Pelayanan Perijinan Terpadu
Kota Semarang Tahun 2010-2015
Nugroho, Riant. (2006). Kebijakan
Publik untuk Negara-Negara Internet :
Berkembang. Jakarta: PT
http://bppt.semarangkota.go.id
Gramedia.
diakses pada tanggal 10
Nugroho, Riant (2011). Public Oktober 2013
Policy. Jakarta: PT. Elex
http:/kppod.org diakses pada 9 Juni
Media Komputindo.
2014.
Pasolong, Harbani. (2008). Teori
Administrasi Publik. Bandung:
Alfabeta.
Subarsono, DRS. AG. (2012).
Analisis Kebijakan Publik:
Konsep, Teori, dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung:
ALFABETA
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R
& D. Bandung :
CV ALFABETA
Syafiie, Inu Kencana. (2009). Ilmu
Administrasi Publik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Wibawa, Samodra Dkk. (1994).
Evaluasi Kebijakan Publik.
Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Winarno, Budi. (2007). Kebijakan
Publik, Teori dan Proses.
Jogjakarta: Media Pressindo.

You might also like