Professional Documents
Culture Documents
net/publication/333218507
CITATIONS READS
0 219
2 authors, including:
Norma Puspita
Universitas Indo Global Mandiri, Palembang, Indonesia
9 PUBLICATIONS 3 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Norma Puspita on 30 September 2019.
Abstract
Based on Daily Traffic Average of Palembang - Inderalaya in 2007, traffic volume of 2 ways of Palembang City for
traffic capacity had been reach at 19900 vehicles/2 ways/day. Therefore, in order to decrease traffics jam then government
has built Palembang – Inderalaya Highway (Palindra). According to topography of Palembang City, it has lying on
lowland areas with soft soils type which has high compressibility. The objectives of this study are to estimate soft soils
settlement with various method of consolidation which are oedometer test, pre-fabricated vertical drain (PVD), and
vacuum consolidation method (VCM). The results of this study showed the numbers of settlement of soft soils 1,479 m
for 17,24 years in oedometer test, 1,342 m for 105 days in PVD with square pattern, and 1,354 m for 90 days in PVD
with triangular pattern. Meanwhile, the numbers of settlement with VCM method have 2,250 m for 105 days with PVD
square pattern, and 2,251 m for 90 days with PVD triangular pattern. Based on those results, it can be concluded that
VCM triangular pattern more effective than others.
Paper 1
1. PENDAHULUAN tepatnya di Kabupaten Ogan Ilir. Awal proyek
Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan terletak di Jalan Lingkar Selatan Palembang, trase
pesatnya perkembangan pembangunan, maka berada disisi timur jalan arteri Palembang-Indralaya
meningkat pula kebutuhan transportasi. Prasarana dan akhir proyek di jalan arteri Kayu Agung-
transportasi darat memiliki peranan penting yang Indralaya.
terkait diantara perekonomian, sosial, politik, Jalan Tol Ruas Palembang-Simpang Indralaya
budaya, pertahanan dan keamanan. Menyadari akan terdiri dari beberapa seksi, yaitu seksi Pertama
pentingnya kelancaran transportasi, khususnya pada Palembang-Pemulutan (7,10 km), seksi Kedua
jalan raya maka Pemerintah Pusat dan Pemerintah Pemulutan-KTM (4,90 km), dan seksi terakhir yaitu
Sumatera Selatan berupaya melaksanakan program- KTM-Simpang Indralaya (9,93 km).
program pada sektor pembangunan dan peningkatan Berdasarkan topografi jalan tol ruas Palindra
jalan. Salah satunya pembangunan proyek Jalan Tol berada diatas lahan rawa dengan jenis tanah lunak
Palembang-Simpang Indralaya (Palindra). (soft soil). Menurut (Bowles, 1997), tanah lunak
Berdasarkan data Lintas Harian Rata-rata (LHR) merupakan tanah yang memiliki konsistensi lunak
Palembang – Indralaya Tahun 2007, volume lalu dan sangat lunak dan mempunyai nilai N-SPT
lintas kota Palembang menuju Indralaya 2 arah sebagian besar < 5 serta permeabilitas rendah. Untuk
untuk kapasitas lalu lintas telah mencapai 19900 keperluan konstruksi pada tanah yang memiliki
kendaraan/2 arah/hari. Dari data LHR ini volume permeabilitas rendah diperlukan percepatan proses
kendaran kota Palembang menuju Indralaya sudah konsolidasi dengan menambahkan saluran drainase
mengalami kepadatan yang mengakibatkan vertical (vertical drain) (Craig, 2012). Untuk
kemacetan panjang, maka dari itu untuk mengetahui waktu dan besar penurunan tanah pada
mengimbanginya dan menentukan laju peningkat jalan Tol Palindra perlu dilakukan penelitian dan
lalu lintas maka dibuat jalan tol Palindra sepanjang perhitungan dengan menggunakan metode
22 km. penurunan tanah yaitu konvensional (preloading),
Pembangunan jalan tol Palembang- Simpang Pre-fabricated Vertical Drain (PVD), dan Vacuum
Indralaya sepanjang 22 km yang berada dalam Consolidation Method (VCM). Penelitian dilakukan
jaringan jalan Tol Trans Sumatra, terletak pada pada ruas jalan Tol Palembang-Simpang Indralaya
wilayah administratif Provinsi Sumatra Selatan, Provinsi Sumatera Selatan dari sta 0 – sta 650 meter
*) Corresponding Author : norma.puspita@uigm.ac.id 17 Cantilever – Jurnal Penelitian dan Kajian Bidang Teknik Sipil
Norma Puspita, dkk | Analisa Penurunan Tanah Lunak Dengan Beberapa Metode Konsolidasi Pada Proyek Jalan Tol Palindra
Cantilever | Volume: 6 | Nomor: 1 | April 2017 | Hal. 17-24 | ISSN: 1907-4247 (Print) | ISSN: 2477-4863 (Online) | Website: http://cantilever.unsri.ac.id
dimana:
Angka pori pada akhir pengujian = e1 = w1 Gs
Tebal contoh tanah pada awal pengujian = H0
Perubahan tebal selama pengujian = ∆H
Angka pori pada awal pengujian = e0 = e1 + ∆e
2. TINJAUAN PUSTAKA
Konsolidasi adalah suatu proses pengecilan
volume pada tanah jenuh yang mempunyai
permeabilitas rendah secara perlahan – lahan akibat
keluarnya air pori sehingga menyebabkan
penurunan permukaan tanah (Soedarmo dan
Purnomo, 2001). Penurunan tersebut disebabkan
penambahan tegangan pada tanah akibat
pembebanan terutama pembebanan dari tanah
timbunan. Dengan adanya perubahan tegangan ini
maka terjadi pula perubahan tegangan air pori. Gambar 3. Grafik Pemampatan Tanah Terhadap Waktu Pada
Proses Konsolidasi
Konsolidasi merupakan terdisipasinya air dari
ruang pori tanah, dimana tegangan air pori itu akan
Karakteristik kemampatan tanah sangat
kembali seperti sebelum terjadi pembebanan setelah
dipengaruhi oleh koefisien kemampatan volume dan
proses konsolidasi berakhir. Akibat keluarnya air
indeks kemampatan tanah. Koefisien kemampatan
dari ruang pori tanah menyebabkan jarak antar
volume (mv) adalah perubahan volume per satuan
butiran tanah semakin dekat sehingga tanah
kenaikan tegangan efektif, sedangkan indeks
mengalami penurunan. Besarnya penurunan tanah
kemampatan (Cc) merupakan kemiringan pada
dapat diketahui melalui teori konsolidasi 1-D
bagian linier dari plot e – log σ’ atau untuk tanah
Terzaghi berdasarkan pengujian Oedometer (Das
lempung tak terganggu (undisturb) merupakan
dan Shoban, 2014; Puspita, 2016).
persamaan empiris berdasarkan nilai batas cair
(Puspita, 2016).
Oedometer
Pengujian Oedometer dilakukan untuk
mengetahui perubahan tebal contoh tanah selama
pengujian akibat penambahan tegangan vertikal.
∆H
Air
H0
H1
Partikel Padat H2
Gambar 2. Profil Pengujian Konsolidasi Gambar 4. Grafik Angka Pori e Terhadap Tegangan
Efektif σ’
݇
1 ݁ − ݁ଵ ܥ௩ =
݉௩ = ൬ ᇱ ൰ ߛఠ ݉ ௩
(3)
1 + ݁ ߪଵ − ߪଶᇱ
Faktor waktu konsolidasi (Tv) merupakan
݁ − ݁ଵ (4) perbandingan koefisien konsolidasi dan waktu
ܥ = ఙమ,
log terhadap panjang aliran drainasi terpanjang (Hdr).
ఙభᇲ
ܥ௩ݐ
Penurunan Konsolidasi ܶ௩ = (11)
ܪଶௗ
Penurunan konsolidasi merupakan hasil dari
perubahan volume tanah jenuh air sebagai akibat
Drainase Vertikal (PVD)
proses konsolidasi yaitu konsolidasi primer (Sc) dan
konsolidasi sekunder (Ss). Proses konsolidasi pada tanah lempung jenuh
yang memiliki kecepatan konsolidasi dan
ܥܪ ߪᇱ + ∆ߪᇱ permeabilitas rendah, dapat ditingkatkan
ܵ = log ቆ ቇ (5) menggunakan drainase vertikal untuk
1 + ݁ ߪᇱ memperpendek lintasan drainasi horizontal sehingga
proses disipasi tekanan air pori dapat berlangsung
ݐଶ
ܵ௦ = ܥఈ ᇱ ܪlog ൬ ൰ (6) lebih cepat. Besarnya penurunan pada drainase
ݐଵ vertikal dipengaruhi oleh jarang antar drainase
vertikal yang biasanya dipasang dengan pola segi
ܥఈ
ܥఈ ᇱ = (7) empat atau segi tiga.
1 + ݁
∆݁ ∆݁
ܥఈ = = (8)
log ݐଶ − log ݐଵ log ቀ௧మቁ
௧భ
Dimana:
ܥఈ = indeks pemampatan sekunder
∆݁ = perubahan angka pori
t1, t2 = waktu
݁ = angka pori pada akhir konsolidasi primer
H = tebal lapisan lempung Gambar 5. Pola Jarak Drainase Vertikal
dimana: 3. METODOLOGI
Th = faktor waktu horizontal/radial Analisa pada penelitian ini berdasarkan data hasil
μ = faktor efek smear pengujian laboratorium terhadap karakteristik tanah
D = Diameter unit PVD pada lokasi yang ditinjau. Pengambilan contoh tanah
= 1,13 S (pola segi empat) dilakukan pada lokasi disekitar jalan tol Palindra
= 1,05 S (pola segitiga) pada kedalaman 3 m dibawah permukaan tanah.
ds = diameter zona terganggu (smear) Pengujian yang dilakukan antara lain:
= 1.6 dw (Hird dan Moseley, 2000) 1. Kadar Air (ASTM D 2216 – 90)
dw = diameter eqivalen PVD Untuk mengetahui kadar air tanah
Kh = koefisien permeabilitas radial 2. Berat Spesifik (ASTM D – 854)
= 3 Ks (Chu, dkk., 2014) Untuk mengetahui berat jenis dan berat isi tanah
Ks = koefisien permeabilitas smear 3. Analisa saringan (ASTM D – 442)
L = panjang PVD Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
qw = kapasitas debit PVD distribusi ukuran butiran tanah.
4. Batas Cair (ASTM D 4318)
Vacuum Consolidation Method Untuk mendapatkan nilai batas cair
Metode konsolidasi menggunakan vakum 5. Batas Plastis (ASTM D 4318)
pertama kali di perkenalkan oleh Kjellman pada Untuk mendapatkan nilai batas plastis dalam
tahun 1948 dikenal dengan nama Vacuum rangka untuk mengetahui besar indeks plastisitas
Consolidation Method. Metode ini awalnya belum tanah. Dimana apabila tanah tersebut memiliki IP
digunakan secara luas mengingat pelaksanaan > 35% maka memiliki sifat plastisitas tinggi
dilapangan sangat kompleks, akan tetapi seiring 6. Oedometer (ASTM 2435-90)
berkembangnya penelitian dan teknologi dekade Pengujian dilakukan selama 7 hari berturut –
akhir ini mulai digunakan secara luas (Chu, dkk., turut dengan melakukan penambahan beban 2
2008). kali dari besar beban sebelumnya. Hal ini
Vakum adalah proses prapembebanan dengan dilakukan untuk mengetahui besarnya penurunan
cara memvakum pada daerah tertentu sampai melalui perbedaan angka pori sebelum dan
tekanan udara minimum 80 kPa atau diasumsikan setelah pengujian serta perbedaan tebal contoh
sama dengan 8 t/m2 sehingga air pori dan udara tanah. Pada pengujian ini akan diketahui besar
didalam tanah menjadi berkurang sehingga koefisien perubahan volume, koefisien
pelaksanaan prakompresi dapat dipercepat, dan konsolidasi, besar penurunan konsolidasi, dan
penurunan karena proses kompresi sekunder dapat sebagainya.
dikurangi sedangkan Vakum Konsolidasi adalah
Pemberian tekanan vakum kepada selimut pasir Kemudian analisa dilakukan untuk mengetahui
yang dipasang di atas penyalir vertikal akan besar penurunan dan waktu konsolidasi berdasarkan
meningkatkan aliran air dan ini akan mempercepat hasil pengujian laboratorium. Analisa penurunan
proses konsolidasi. Untuk mencapai kondisi vakum, juga dilakukan pada metode PVD dan VCM.
selimut tersebut harus dibungkus dengan membran. Hasil dari ketiga analisa penurunan tersebut
Besar penurunan pada tanah dilakukan dengan kemudian ditentukan metode mana yang memiliki
mengasumsikan bahwa tekanan pompa (vacuum) penurunan paling besar dengan waktu penurunan
sebagai beban tambahan. paling singkat.
Tabel 1. Hasil pengujian laboratorium terhadap indeks contoh tanah selama pengujian diplot dalam grafik
properties tanah pada Gambar 9.
No. Indeks Properties Unit Nilai
Waktu (hari)
1. Kadar Air (ω) % 86.62
0 2 4 6 8
2. Derajat Kejenuhan (Sr) % 96.13
3. Berat Jenis (Gs) - 2.54 0
4. Berat isi basah (γn) t/m3 1.45 -0.1
Perubahan Tebal, cm
5. Berat isi kering (γd) t/m3 0.785
6. Angka pori (e) - 2.24 -0.2
7. Porositas (n) % 69.135 -0.3
-0.4
Sedangkan hasil pengujian distribusi ukuran
-0.5
butiran yaitu melalui uji analisa saringan dan
hidrometer, menunjukkan bahwa 99,72% butiran -0.6
tanah lolos diameter saringan 0,075 mm dengan
Gambar 9. Grafik Perubahan Tebal Contoh Tanah
koefisien keseragaman (Cu) dan koefisien
kelengkungan (Cc) adalah 1,5 dan 16,67.
Dari hasil pengujian Oedometer juga diketahui
100
besar angka pori awal sebelum pengujian (e0) 1,778,
koefisien pemampatan (Cc) dan koefisien
80
persentase lolos
2.4
2.2
2.0
amgka pori
1.8
1.6
1.4
1.2
1.0
1100 waktu, jam 11000
Gambar 8. Grafik Sistem Klasifikasi Tanah Unified Pada Gambar 10. Grafik Penurunan Konsolidasi Pada Pengujian
Lokasi Oedometer
Jalan Tol Palindra
Kedalaman tanah lunak berdasarkan hasil
Sementara itu pengujian Oedometer penyelidikan SPT menunjukkan kedalaman tanah
menunjukkan perubahan tebal contoh tanah (ΔH) keras pada lokasi yang diitinjau (Jalan Tol Palindra)
selama pengujian 7 hari sebesar 0,509 cm dan berada pada kedalaman 18 m. Berdasarkan
perubahan angka pori (Δe) 1,018. Perubahan tebal parameter koefisien konsolidasi dengan kedalaman
Penurunan (m)
100 0,074 0,926 0,940 0,886 0,114 0,895 1,324 1
105 0,076 0,924 0,987 0,898 0,102 0,906 1,342
110 0,078 0,922 1,034 0,909 0,091 0,916 1,355
1.5
REFERENSI
1. Bergado, D.T., Asakami, H., Alfaro, M.C., Balasubramai,
A.S., 1991, Smear Effects of Vertical Drains on Soft
Bangkok Clay, Journal Geotechnical Engineering, ASCE,
117:10, 1509- 1529.
2. Bergado DT, Chai JC, Miura N, and Balasubramaniam AS.,
1998, PVD improvement of soft Bangkok clay with
combined vacuum and reduced sand embankment
preloading, Geotechnical Engineering, Southeast Asian
Geotechnical Society 29 (1): 29 – 121.
3. Hird, C.C., dan Moseley, V.J., 2000, Model Study of
Seepage in Smear Zones Around Vertical Drains in Layered
Soil, Geotechnique, Vol 50 (1), pp 89 – 97.
4. Chai J.C., Carter J.P., and Liu M.D., 2014, Methods of
vacuum consolidation and their deformation analysis,
Proceeding of ICE – Ground Improvement, pp. 35 – 46.
5. Chu J., Yan S., Indraratna B., 2008, Vacuum Preloading
Techniques – Recent development and Applications,
GeoCongress 2008, Geosustainability and Geohazard
Mitigation GPS 178, pp 586 – 595.
6. Chu, J., Yan, S. dan Indraratna, B., 2014, Overview of
Preloading Methods for Soil Improvement, Proceeding of
The Institution of Civil Engineering: Ground Improvement,
Vol 167 (3), pp 173 – 185.
7. Bowles, J.E., 1997, Analisis Dan Desain Pondasi Jilid 1, PT
Erlangga, Jakarta.
8. Craig, R.F., dan Knappet, J.A., 2012, Craig’s Soil
Mechanic, 8th Edition, Spon Press, Newyork.
9. Das, B.M., dan Shoban, K., 2014, Cengange Learning,
Stamford, USA.
10. Puspita, N., 2016, Mekanika Tanah 1, Enim Innovation
Technology, Muara Enim – Palembang.