You are on page 1of 17

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Hlm.

173-189, Juni 2015

PENGELOLAAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG


DI KECAMATAN SIANTAN TENGAH, KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

MANAGEMENT ON CORAL REEF ECOSYSTEM IN THE SIANTAN TENGAH


DISTRICT, ANAMBAS ISLANDS

Rifki Aldi Ramadhani1, Ario Damar2, dan Hawis Madduppa3


1
Sekolah Pascasarjana Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, FPIK-IPB
*E-mail: raldiramadhani@gmail.com
2
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK-IPB, Bogor
3
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB, Bogor

ABSTRACT
Coral reef ecosystem management in Siantan Tengah District, Anambas Islands need to be improved
to obtain the optimal results. Currently, the coral reef ecosystem management is conducted sectorally,
therefore, it can cause a damage on coral reef ecosystem. The purposes of this study were to analyze
sustainability status of coral reefs managements in the District Central Siantan and to formulate the
sustainability of coral reef ecosystem management. Multi Dimensional Scaling (MDS) with Rap-Insus
COREMAG approach was used to analyze the sustainability status of coral reef management. The
results showed that the sustainability status of coral reef management in Siantan Tengah District was
sustainable with multidimensional index of 51.457. Dimensions that need to be improved to achieve
the optimal management of coral reef ecosystems in a sustainable manner is social dimension to the
value of sustainability by 42.324 and institutional dimensions of 49.85 which is classed as less
sustainable. This results of this research are expected to be able to facilitate the stakeholders to
arrange the sustainability of coral reef ecosystem management in the Siantan Tengah District.

Keywords: coral reef management, sustainability analysis, Siantan Tengah District, Anambas Island,
Multi Dimensional Scaling (MDS)

ABSTRAK
Pengelolaan ekosistem terumbu karang di Kecamatan Siantan Tengah, Kabupaten Kepulauan
Anambas perlu ditingkatkan agar memperoleh hasil yang optimal. Hal tersebut disebabkan oleh
pengelolaan ekosistem terumbu karang masih dilakukan secara sektoral sehingga menyebabkan
terjadinya kerusakan ekosistem terumbu karang. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk : (1)
menganalisis status keberlanjutan pengelolaan terumbu karang di Kecamatan Siantan Tengah dan (2)
merumuskan pengelolaan ekosistem terumbu karang secara berkelanjutan. Multi Dimensional Scaling
(MDS) dengan pendekatan Rap-Insus COREMAG digunakan untuk menganalisis status keberlanjutan
pengelolaan ekosistem terumbu karang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status keberlanjutan
pengelolaan ekosistem terumbu karang di Kecamatan Siantan Tengah cukup berkelanjutan dengan
indeks multidimensi 51,457. Adapun dimensi yang perlu diperbaiki untuk mencapai pengelolaan
ekosistem terumbu karang secara berkelanjutan adalah dimensi sosial (dengan nilai keberlanjutan
sebesar 42,324) dan dimensi kelembagaan (dengan nilai keberlanjutan sebesar 49,85) yang termasuk
kedalam kriteria kurang berkelanjutan. Penelitian ini diharapkan mempermudah stakeholders untuk
menyusun strategi pengelolaan ekosistem terumbu karang secara berkelanjutan di Kecamatan Siantan
Tengah.

Kata kunci: pengelolaan ekosistem terumbu karang, analisis keberlanjutan, Kecamatan Siantan
Tengah, Pulau Anambas, Multi Dimensional Scaling (MDS)

@Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia dan


Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB 173
Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang di Kecamatan Siantan Tengah . . .

I. PENDAHULUAN redam gelombang dan pencegahan intrusi air


laut. Oleh karena itu untuk mengembalikan
Terumbu karang merupakan salah sa- fungsi-fungsi ekosistem terumbu karang,
tu ekosistem khas pada perairan pesisir di wi- maka diperlukan pengelolaan wilayah pesisir
layah tropis. Sebagai salah satu ekosistem di khususnya ekosistem terumbu karang secara
wilayah pesisir dan juga tersebar di kawasan terpadu dan berkelanjutan (Cicin-Sain et al.,
pulau-pulau kecil, terumbu karang berfungsi 1998; Christie and White, 2007; Dahuri et
yaitu sebagai tempat pemijahan (spawning al., 2008; Bengen, 2013; Adrianto, 2013).
ground), daerah asuhan (nursery ground) dan Terumbu karang di Kabupaten Kepu-
dan juga tempat untuk mencari makan (feed- lauan Anambas tersebar di seluruh kecamat-
ing ground) oleh kebanyakan ikan (Supri- an yang salah satunya adalah Kecamatan
haryono, 2007; Bengen, 2013). Berdasarkan Siantan Tengah. Kecamatan Siantan Tengah
hal tersebut ekosistem terumbu karang dapat merupakan salah satu kecamatan yang dite-
menyebabkan tingginya produktivitas per- tapkan sebagai kawasan minapolitan Pada
ikanan (ikan-ikan karang) yang memiliki ni- umumnya masyarakat di Kecamatan Siantan
lai ekonomi tinggi (Bengen, 2013). Selain Tengah melakukan aktivitas yang sangat ber-
memiliki manfaat ekologis terumbu karang hubungan dengan sumberdaya hayati terum-
juga menyediakan barang dan jasa yang ber- bu karang yaitu aktivitas penangkapan ikan
nilai ekonomis bagi manusia yaitu sebagai dan aktivitas budidaya laut. Namun demikian
lokasi kegiatan penangkapan berbagai jenis masih ditemukan aktivitas masyarakat yang
biota laut konsumsi dan berbagai jenis ikan menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu
hias, sebagai bahan dasar konstruksi dan juga karang di Kecamatan Siantan Tengah. Bebe-
sebagai objek kegiatan wisata bahari (Done rapa aktivitas masyarakat di Kecamatan Sian-
et al., 1996; Moberg and Folke, 1999). tan Tengah yang menyebabkan kerusakan pa-
Tingginya potensi biologis terumbu da ekosistem terumbu karang diantaranya ya-
karang menimbulkan meningkatnya laju pe- itu (1) penangkapan ikan yang tidak ramah
manfaatan terhadap ekosistem terumbu ka- lingkungan dengan menggunakan alat tang-
rang yang terjadi secara berlebihan sehingga kap seperti bom, potasium, sianida, bubu, pu-
menyebabkan tingginya kerusakan (Dahuri et kat, pancing dasar dan juga dengan racun; (2)
al., 2008). Pada umumnya kerusakan pada pengumpulan invertebrata dari terumbu ka-
terumbu karang terjadi secara alami dan rang; (3) pengambilan karang secara berle-
akibat kegiatan manusia. Adapun kegiatan bihan yang digunakan untuk pembuatan ka-
manusia yang dapat mengakibatkan kerusa- pur, bahan bangunan dan juga fondasi jalan
kan pada terumbu karang diantaranya adalah (LKKPN Pekanbaru, 2010). Aktivitas masya-
pengambilan karang untuk bahan bangunan rakat tersebut menunjukkan adanya ekspoita-
secara berlebihan, kegiatan untuk penang- si terhadap sumberdaya terumbu karang se-
kapan ikan menggunakan alat tangkap yang hingga dapat mempengaruhi pada kualitas
tidak ramah lingkungan dan juga kegiatan ekosistem terumbu karang maupun keber-
pariwisata (Moberg and Folke, 1999; Dahuri lanjutan ekosistem terumbu karang.
et al., 2008). Selain aktivitas tersebut, limbah ru-
Kerusakan ekosistem terumbu karang mah tangga yang masuk ke perairan dan juga
dapat mengancam kemampuan ekosistem akibat kegiatan budidaya perikanan dapat
dalam menyediakan sumberdaya di wilayah menyebabkan timbulnya pencemaran. Pen-
pesisir dan laut seperti hilangnya daerah cemaran yang ada dapat menyebabkan turun-
pemijahan dan mencari makan bagi biota laut nya kualitas perairan yang dapat merugikan
serta berkurangnya ikan. Selain itu dampak ekosistem terumbu karang. Di sisi lain, upaya
kerusakan lainnya yaitu hilangnya fungsi pemerintah yang telah dilaksanakan untuk
fisik ekosistem terumbu karang seperti pe- menjamin kelestarian sumberdaya lingkung-

174 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71
Ramadhani et al.

an perairan agar berkelanjutan adalah dengan II. METODE PENELITIAN


adanya pencadangan kawasan konservasi Ke-
pulauan Anambas yang diinisiasi oleh Ke- 2.1. Waktu dan Tempat
menterian Kelautan dan Perikanan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan
Pencadangan kawasan konservasi ter- Maret sampai Mei 2014 di Kecamatan Sian-
sebut juga bertujuan untuk meningkatkan tan Tengah Kabupaten Kepulauan Anambas
kesejahteraan masyarakat. Namun upaya so- (Gambar 1). Lokasi penentuan stasiun penga-
sialisasi dan perencanaan yang dilakukan matan ditentukan dengan teknik purposive
oleh Loka Kawasan Konservasi Perairan Na- sampling pada daerah yang memungkinkan
sional (LKKPN) Pekanbaru yang merupakan untuk melakukan studi mendalam mengenai
UPT Kementerian Kelautan dan Perikanan komunitas masyarakat yang memanfaatkan
hanya dilakukan secara terbatas pada instansi sumberdaya ekosistem terumbu karang. Pe-
pemerintah, tokoh masyarakat perwakilan nelitian ini menggunakan data primer dan se-
kecamatan dan desa. Berdasarkan hal terse- kunder yang terkait dengan atribut-atribut
but maka tujuan dari penelitian ini yaitu me- pengelolaan ekosistem terumbu karang se-
nganalisis status keberlanjutan pengelolaan cara berkelanjutan meliputi dimensi ekologi,
ekosistem terumbu karang dan merumuskan ekonomi, sosial, teknologi dan kelembagaan.
strategi pengelolaan ekosistem terumbu ka- Data primer meliputi data kondisi
rang yang berkelanjutan di Kecamatan Sian- ekosistem terumbu karang yang meliputi
tan Tengah.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian Kecamatan Siantan Tengah, Kabupaten Kepulauan


Anambas.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 175
Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang di Kecamatan Siantan Tengah . . .

kualitas lingkungan perairan (suhu, salinitas, penyusunan indeks dan status keberlanjutan
kecepatan arus, kecerahan, pH, DO (Dissolv- pengelolaan ekosistem terumbu karang.
ed Oxygen), nitrat, fosfat dan laju sedimen-
tasi), persentase tutupan terumbu karang, 2.2. Penentuan dan Penilaian Atribut Ke-
persentase tutupan alga, indeks mortalitas berlanjutan Pengelolaan Ekosistem
karang, tingkat rekruitmen karang, indeks ke- Terumbu Karang
anekaragaman ikan karang, indeks kesera- Atribut keberlanjutan pengelolaan eko-
gaman ikan karang, indeks dominasi ikan ka- sistem terumbu karang ditentukan berdasar-
rang serta kondisi sosial ekonomi masya- kan 5 (lima) dimensi keberlanjutan berdasar-
rakat. Pengambilan data primer dilakukan de- kan indikator pada RAPFISH yang sudah
ngan melakukan pengamatan dan pengukur- dimodifikasi dari Kavanagh and Pitcher
an langsung di lokasi penelitian serta dapat (2004); Tesfamichael and Pitcher (2006); dan
dilakukan wawancara yang mendalam (depth Nikijuluw (2002) seperti atribut pada setiap
interview) dengan bantuan kuesioner. Ada- dimensi dan kriteria skor pada setiap atribut.
pun yang menjadi responden pihak-pihak ter- Penilaian terhadap setiap atribut dan
kait (stakeholder) yaitu masyarakat/nelayan, pembuatan skor berdasarkan hasil pengamat-
tokoh masyarakat lokal, pengusaha perika- an secara langsung di lokasi penelitian ataup-
nan, LSM serta instansi pemerintahan di un berdasarkan data sekunder yang tersedia.
lokasi penelitian. Sedangkan data sekunder Rentang skor berkisar antara 0-3 tergantung
terkait status keberlanjutan pengelolaan eko- kepada keadaan tiap-tiap atribut yang dide-
sistem terumbu karang di Kecamatan Siantan finisikan mulai dari buruk hingga baik. Skor
Tengah diperoleh dari berbagai instansi pe- yang rendah didefinisikan kondisi yang pa-
merintah dan swasta yang terkait. ling tidak menguntungkan bagi pengelolaan
ekosistem terumbu karang secara berkelan-
2.1. Analisis Keberlanjutan Pengelolaan jutan. Sebaliknya skor yang tinggi mende-
Ekosistem Terumbu Karang finisikan kondisi yang menguntungkan bagi
Analisis keberlanjutan dalam pengelola- pengelolaan ekosistem terumbu karang se-
an ekosistem terumbu karang di Kecamatan perti yang tercantum pada Tabel 1.
Siantan Tengah, pada Kabupaten Kepulauan
Anambas menggunakan pendekatan Multi 2.3. Penyusunan Indeks Keberlanjutan
Dimensional Scaling (MDS) yaitu dengan Pengelolaan Ekosistem Terumbu Ka-
pendekatan Rap-Insus COREMAG (Rapid rang
Appraisal-Indeks Sustainability of Coral Reef Tahapan selanjutnya adalah pembuatan
Management) yang telah dimodifikasi dari skala indeks pengelolaan ekosistem terumbu
program RAPFISH (Rapid Assesment Tech- karang yang memiliki selang 0-100. Apabila
nique for Fisheries) yang dikembangkan oleh sistem yang dikaji mempunyai indeks >50
Fisheries Center, University of British Co- maka sistem tersebut termasuk berkelanjutan
lumbia (Kavanagh and Pitcher, 2004; Pitcher namun apabila <50 maka termasuk belum
and Preikshot, 2001; Fauzi dan Anna, 2002). berkelanjutan. Status keberlanjutan penge-
Tahapan dalam melakukan analisis ke- lolaan ekosistem terumbu karang pada pe-
berlanjutan dalam pengelolaan ekosistem te- nelitian ini mengacu pada Susilo (2003) yang
rumbu karang di Kecamatan Siantan Tengah, membagi menjadi empat kategori seperti
Kabupaten Kepulauan Anambas terbagi me- yang tercantum pada Tabel 2.
njadi 3 tahap yang meliputi (1) penentuan
atribut keberlanjutan pengelolaan ekosistem 2.4. Analisis Leverage
terumbu karang (2) penilaian atribut dalam Analisis leverage atau sensitivitas meru-
skala keberlanjutan dari setiap dimensi (3) pakan analisis yang bertujuan untuk menge-

176 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71
Ramadhani et al.

Tabel 1. Kriteria pembuatan skor dari masing-masing dimensi pengelolaan ekosistem terumbu
karang di Kecamatan Siantan Tengah.

Atribut Acuan Pemberian Skor


Dimensi Ekologi
(0) > Baku mutu; (1) < Baku mutu. (KEPMEN LH
1. Kualitas Perairan
No. 51 tahun 2004)
(0) 0-24,9%; (1) 25-49,9%; (2) 50-74,5%; (3) 75-
2. Persentase Tutupan Karang
100%. (KEPMEN LH no 4 tahun 2001)
(0) 75-100%; (1) 50-74,9%; (2) 25-49,9%; (3) 0-
3. Persentase tutupan Algae
24,9%. (Zamani dan Madduppa, 2011)
(0) 0,75-1; (1) 0,50-0,749; (2) 0,2-0,499; (3) 0,0-
4. Indeks Mortalitas Karang
0,249.(Zamani dan Madduppa, 2011)
0) Keanekaragaman rendah (H1<1);
(1) Keanekaragaman sedang (1<H1<3);
5. Keanekaragaman Ikan Karang
(2) Keanekaragaman tinggi (H1>3). (Setyobudiandi et
al., 2009)
6. Tingkat Eksploitasi Ikan (0) Collapsed; (1) Tangkap lebih; (2) Tinggi; (3)
Karang Kurang (Pitcher and Preikshot, 2001)
Dimensi Ekonomi
1. Ketergantungan Pada (0) Rendah; (1) Sedang; (2) Tinggi; (Pitcher and
Perikanan Sebagai Sumber Preikshot, 2001; Tesfamichael and Pitcher, 2006)
Pencaharian
(0) Penuh waktu; (1) Musiman; (2) Paruh Waktu;
2. Intensitas Penangkapan (3) Sambilan (Pitcher and Preikshot, 2001;
Tesfamichael and Pitcher, 2006)
(0) Rendah; (1) Sedang; (2) Tinggi; (Berdasarkan
3. Tingkat Pendapatan Nelayan angka garis kemiskinan Kabupaten Kepulauan
Anambas)
(0) Rata-rata tidak memiliki modal; (1) Rata-rata
kekurangan modal; (2) Rata-rata cukup modal; (3)
4. Ketersediaan Modal
Tidak ada masalah dengan modal (Berdasarkan
ketersediaan modal nelayan pada umummnya)
Dimensi Sosial
(0) Tidak tamat SD; (1) Tamat SMP; (2) tamat SMA
1. Tingkat Pendidikan Formal (3) Tamat PT (Pitcher and Preikshot, 2001;
Tesfamichael and Pitcher, 2006)
(0) Tidak Ada; (1) Sedikit; (2) Cukup; (3) Banyak
2. Pengetahuan Lingkungan (Pitcher and Preikshot, 2001; Tesfamichael and
Pitcher, 2006)
(0) Hampir tidak ada (<10%); (1) Rendah (10- 20%);
3. Potensi Konflik Pemanfaatan (2) Sedang (20 -30%); (3) Tinggi (>30%) (Pitcher and
Preikshot, 2001; Nikijuluw, 2002)
(0) Tinggi; (1) Sedang; (2) Rendah; (3) Hampir tidak
4. Pertumbuhan Jumlah Nelayan
ada (Tesfamichael and Pitcher, 2006; Nikijuluw, 2002)
5. Mata Pencaharian Alternatif (0) Rendah; (1) Sedang; (2) Banyak
6. Jumlah Rumah Tangga 0) Banyak; (1) Sedang; (2) Sedikit

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 177
Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang di Kecamatan Siantan Tengah . . .

Perikanan (Tesfamichael and Pitcher, 2006)


Dimensi Kelembagaan
1. Ketersediaan Peraturan (0) Tidak ada; (1) Ada dan kurang optimal; (2)
Pengelolaan Optimal (Nikijuluw, 2002)
2. Tingkat Kepatuhan (0) Tidak patuh; (1) Sedang;
Masyarakat (2) Patuh. (Nikijuluw, 2002)
3. Partisipasi Masyarakat (0) Rendah; (1) Sedang; (2) Baik; (Nikijuluw, 2002)
4. Koordinasi Antar Stakeholders (0) Buruk; (1) Sedang; (2) Baik
5. Pelaksanaan, Pemantauan Dan (0) Rendah; (1) Sedang; (2) Tinggi (Nikijuluw, 2002)
Pengawasan
6. Penyuluhan Mengenai (0) Tidak pernah; (1) jarang; (2) sering; (Nikijuluw,
Lingkungan 2002)
Dimensi Teknologi
(0)Mayoritas aktif; (1)Seimbang; (2) Mayoritas pasif;
1. Jenis Alat Tangkap
(Pitcher and Preikshot, 2001)
(0) Kurang selektif; (1) Agak Selektif; (2) Sangat
2. Selektivitas Alat Tangkap Selektif (Pitcher and Preikshot, 2001; Tesfamichael
and Pitcher, 2006)
3. Sarana Prasarana Pengawasan (0) Tidak ada; (1) Ada, belum optimal; (2) Optimal
(0) Banyak; (1) Sedang; (2) Sedikit; (3) Tidak ada
4. Dampak Alat Tangkap
(Pitcher and Preikshot, 2001; Tesfamichael and
Terhadap Terumbu Karang
Pitcher, 2006)
5. Penggunaan Alat Tangkap (0) Banyak: (1) Sedang; (2) Sedikit/jarang; (3) tidak
yang Tidak Diizinkan ada

Tabel 2. Indeks keberlanjutan pengelolaan ekosistem terumbu karang (Susilo, 2003)

Indeks Kategori
≤ 25 Buruk / Tidak Berkelanjutan
25 – 49 Kurang Berkelanjutan
50 – 75 Cukup Berkelanjutan
> 75 Baik/Sangat Berkelanjutan

tahui tingkat sensitivitas dari atribut-atribut kan untuk menyusun strategi pengelolaan
dalam 5 (lima) dimensi yang juga digunakan. ekosistem terumbu karang secara berkelan-
Atribut yang termasuk kedalam kriteria sen- jutan di Kecamatan Siantan Tengah, Kabupa-
sitif merupakan atribut yang memiliki nilai ten Kepulauan Anambas.
Root Mean Square (RMS) lebih tinggi diban-
dingkan atribut lainnya. Tingginya nilai Root III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Mean Square (RMS) pada atribut-atribut sen-
sitif menunjukkan bahwa atribut-atribut ter- 3.1. Indeks dan Status Keberlanjutan Di-
sebut memiliki pengaruh tinggi terhadap nilai mensi Ekologi
indeks keberlanjutan sehingga mempenga- Keberlanjutan dalam dimensi ekologi
ruhi status keberlanjutan dalam setiap di- memiliki keterkaitan dengan upaya untuk
mensi (Kavanagh et el., 2004; Pitcher and mempertahankan ekosistem terumbu karang
Preikshot, 2001). Atribut-atribut yang me- agar tidak mengalami kerusakan. Berdasar-
miliki tingkat sensitifitas yang sangat tinggi kan hasil analisis ordinasi Rap-Insus CORE-
berdasarkan hasil analisis leverage diguna- MAG terhadap enam atribut dalam dimensi

178 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71
Ramadhani et al.

ekologi menunjukkan bahwa nilai indeks mutu.


keberlanjutan pada dimensi ekologi sebesar Hasil pengamatan di lokasi penelitian
66,646. Adapun nilai indeks keberlanjutan dari keseluruhan stasiun menunjukkan bahwa
dan hasil analisis leverage disajikan pada persentase tutupan alga tergolong kedalam
Gambar 2. kriteria baik yaitu sebesar 11,082 %. Per-
Berdasarkan hasil analisis leverage sentase tutupan alga sangat mempengaruhi
diketahui bahwa atribut kualitas perairan, ekosistem terumbu karang. Hal ini disebab-
persentase tutupan algae, keanekaragaman kan oleh kemampuan alga untuk tumbuh
ikan karang dan tingkat eksploitasi ikan ka- lebih cepat dibandingkan terumbu karang.
rang memiliki tingkat sensitivitas yang lebih Tingginya dominasi alga pada ekosistem te-
tinggi dibandingkan atribut persentase tutu- rumbu karang juga dapat menyebabkan me-
pan terumbu karang dan tingkat kerusakan ningkatnya kadar pada unsur hara (nitrat dan
karang. fosfat) yang merupakan salah satu faktor
Kualitas perairan memiliki peranan paling menentukan dalam kerusakan terumbu
yang sangat penting untuk keberlangsungan karang (Tomascik, 1991).
hidup organisme-organisme perairan khusus- Indikator stabilitas suatu lingkungan
nya terumbu karang. Dalam studi ini pengu- pada umumnya menggunakan parameter
kuran kualitas perairan hanya terbatas pada keanekaragaman spesies (De Santo, 2000).
parameter-parameter yang memiliki keter- Keberadaan spesies itu penting karena memi-
kaitan erat dengan terumbu karang seperti liki fungsi untuk menimbulkan atau mencip-
suhu, kecerahan, salinitas, kecepatan arus, takan jasa ekologis yang memiliki nilai eko-
pH, DO (Dissolved Oxygen), laju sedimen- nomis bagi manusia (Perrings et al., 2003).
tasi, nitrat dan fosfat. Berdasarkan hasil Keanekaragaman spesies dapat menentukan
pengukuran kualitas perairan dan perbandi- ketahanan ekosistem atau sensitivitas
ngan dengan baku mutu perairan yang me- ekosistem (Holling et al., 2002). Nilai rata-
ngacu dari Kepmen LH No. 51 tahun 2004 rata indeks keanekaragaman ikan karang dari
diketahui bahwa kualitas perairan masih seluruh stasiun pengamatan sebesar 2,348
tergolong baik karena berada dibawah baku yang termasuk kedalam kategori sedang.

(A) (B)

Gambar 2. Hasil analisis Rap-Insus COREMAG (A) dan hasil analisis leverage dimensi
ekologi (B).

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 179
Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang di Kecamatan Siantan Tengah . . .

Penangkapan ikan secara berlebihan nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi


dapat mengakibatkan dampak perubahan sebesar 75,729 seperti yang tercantum pada
pada ukuran, tingkat kelimpahan dan kom- Gambar 3. Hal tersebut menunjukkan di-
posisi jenis ikan. Selain itu juga penangkapan mensi ekonomi tergolong kedalam kriteria
ikan yang dilakukan secara besar-besaran sangat berkelanjutan. Berdasarkan hasil pada
akan menyebabkan terumbu karang menjadi analisis leverage didapatkan atribut ketergan-
rentan terhadap gangguan baik dari alam tungan pada perikanan yang memiliki tingkat
ataupun kegiatan manusia (Burke et al., sensitivitas relatif lebih tinggi sedangkan
2002). Berdasarkan hasil wawancara menge- tingkat pendapatan nelayan memiliki tingkat
nai tingkat eksploitasi ikan karang yang dila- sensitivitas yang lebih rendah dibanding ke-
kukan oleh masyarakat nelayan di Kecama- tiga atribut lainnya.
tan Siantan Tengah, kondisi pemanfaatan Ketergantungan pada perikanan me-
yang ada tergolong dalam kategori tangkap rupakan atribut yang sangat penting dalam
lebih. keberlanjutan dimensi ekonomi dan mengu-
rangi dampak dari aktivitas penangkapan
3.2. Indeks dan Status Keberlanjutan terhadap ekosistem terumbu karang. Hal ini
Dimensi Ekonomi disebabkan karena sebagian besar masyara-
Atribut-atribut dalam dimensi ekono- kat di Kecamatan Siantan Tengah berprofesi
mi menggambarkan bagaimana kegiatan pe- sebagai nelayan. Tingginya ketergantungan
manfaatan sumberdaya perikanan berpenga- masyarakat terhadap perikanan sebagai sum-
ruh dalam pengelolaan ekosistem terumbu ber nafkah utama dapat menyebabkan terja-
karang. Fauzi dan Anna (2005) menyatakan dinya aktivitas-aktivitas pemanfaatan sum-
bahwa salah satu tulang punggung ekonomi berdaya perikanan yang merusak seperti pe-
di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil nambangan dan pengambilan batu karang,
adalah sumberdaya perikanan yang rentan penangkapan ikan dengan alat tangkap yang
akibat aktivitas ekonomi. Berdasarkan hasil merusak serta penangkapan ikan secara ber-
analisis ordinasi Rap-Insus COREMAG dari lebihan yang pada akhirnya juga dapat me-
empat atribut yang memiliki pengaruh ter- nyebabkan kerusakan ekosistem terumbu
hadap dimensi ekonomi menunjukkan bahwa karang.

(A) (B)

Gambar 3. Hasil analisis Rap-Insus COREMAG (A) dan hasil analisis leverage dimensi
ekonomi (B).

180 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71
Ramadhani et al.

Ekosistem terumbu karang merupa- nitas masyarakat setempat yang pada akhir-
kan ekosistem yang sangat rentan terhadap nya juga dapat mempengaruhi keberlanjutan
perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar- ekologis.
nya termasuk gangguan yang berasal dari Hasil analisis ordinasi dengan Rap-
kegiatan manusia dan pemulihannya memer- Insus COREMAG (Gambar 4) terhadap 6
lukan waktu yang lama. (enam) atribut dalam dimensi sosial menun-
Atribut lainnya yang juga harus diper- jukkan bahwa dimensi sosial memiliki nilai
hatikan dalam keberlanjutan dimensi ekono- keberlanjutan sebesar 42,324. Nilai tersebut
mi dan upaya menjaga ekosistem terumbu berada pada selang 25,01-50,00 skala keber-
karang adalah ketersediaan modal bagi para lanjutan dengan status kurang berkelanjutan.
nelayan. Ketersediaan modal bagi nelayan Berdasarkan hasil analisis leverage terhadap
baik armada penangkapan dan alat tangkap 6 (enam) atribut dimensi sosial didapatkan 3
yang baik mengakibatkan masyarakat nela- (tiga) atribut sensitif yaitu mata pencaharian
yan dapat menjangkau area penangkapan alternatif, potensi konflik pemanfaatan dan
yang lebih luas sehingga tidak hanya terkon- pengetahuan lingkungan. Sebagian besar ma-
sentrasi pada daerah perairan pantai saja syarakat di Kecamatan Siantan Tengah ber-
yang didominasi oleh terumbu karang. Pada profesi sebagai nelayan. Mata pencaharian
akhirnya hal tersebut dapat meningkatkan sebagai nelayan adalah mata pencaharian
pendapatan nelayan dan dampak kerusakan yang diwariskan antar generasi secara turun
terumbu karang akibat aktivitas penangkapan temurun sehingga sangatlah sulit untuk di-
dapat diminimalisasi. kurangi secara sosial. Kondisi tersebut di-
perburuk dengan masih rendahnya alternatif
3.3. Indeks dan Status Keberlanjutan mata pencaharian non-perikanan yang ada.
Dimensi Sosial Sehingga perlu adanya perhatian lebih dari
Pemahaman mengenai dimensi sosial pemerintah khususnya pemerintah Kabupaten
terkait pengelolaan ekosistem terumbu ka- Kepulauan Anambas untuk menciptakan al-
rang sangatlah penting. Hal ini didasari bah- ternatif mata pencaharian non perikanan bagi
wa atribut dalam dimensi sosial dapat meng- masyarakat sehingga ketergantungan terha-
gambarkan bagaimana pemanfaatan sumber- dap upaya penangkapan ikan di laut dan
daya perairan khususnya terkait ekosistem kegiatan-kegiatan yang merusak ekosistem
terumbu karang berpengaruh terhadap komu- terumbu karang dapat berkurang.

(A) (B)

Gambar 4. Hasil analisis Rap-Insus COREMAG (A) dan hasil analisis leverage dimensi sosial
(B).

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 181
Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang di Kecamatan Siantan Tengah . . .

Pemanfaatan sumberdaya di wilayah akhirnya dengan adanya upaya pemberdaya-


pesisir khususnya sumberdaya terumbu ka- an tersebut maka tingkat kesadaran masya-
rang bersifat terbuka dan dapat dimanfaatkan rakat akan pentingnya menjaga lingkungan
oleh siapa saja (open access resources) se- khususnya ekosistem terumbu karang akan
hingga sering menimbulkan konflik dalam tercipta dan juga ketergantungan terhadap
pemanfaatan. Terjadinya peningkatan jumlah kegiatan penangkapan ikan dapat berkurang
pemanfaat sumberdaya dan semakin terbatas- sehingga tekanan terhadap ekosistem terum-
nya sumberdaya dapat menyebabkan turun- bu karang juga menurun.
nya tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir
khususnya di Kecamatan Siantan Tengah. 3.4. Status Keberlanjutan Dimensi Kelem-
Oleh karena itu harus adanya pengaturan bagaan
dalam pemanfaatan sumberdaya khususnya Dalam konteks pengelolaan ekosis-
terumbu karang agar tidak menyebabkan tem terumbu karang dimensi kelembagaan
konflik antar pengguna sumberdaya agar juga memiliki peranan penting. Hal ini terkait
pemanfaatan dapat berkelanjutan dan kelesta- dengat tatanan kelembagaan, hak-hak masya-
rian ekosistem terumbu karang dapat terjaga. rakat dan juga proses penyusunan peraturan
Rendahnya pengetahuan dan kesadar- tentang pengelolaan ekosistem terumbu ka-
an masyarakat pesisir khususnya di Kecamat- rang agar tetap lestari. Berdasarkan hasil
an Siantan Tengah akan manfaat dalam me- analisis ordinasi Rap-Insus COREMAG dari
lindungi kawasan pesisir khususnya kawasan 6 (enam) atribut dalam dimensi kelembagaan
terumbu karang dapat menyebabkan ter- didapatkan nilai indeks keberlanjutan dimen-
jadinya ancaman kerusakan ekosistem terum- si kelembagaan adalah 49,850 seperti yang
bu karang. Oleh karena itu perlu adanya tercantum pada Gambar 5. Nilai indeks ter-
upaya pemberdayaan masyarakat secara me- sebut berada pada selang 25,01-50,00 yang
rata di setiap desa di Kecamatan Siantan termasuk kedalam kriteria kurang berkelan-
Tengah untuk menjaga dan melindungi eko- jutan. Dari hasil analisis leverage didapatkan
sistem terumbu karang. Selain itu juga harus empat atribut sensitif yaitu penyuluhan
adanya upaya pemberdayaan terkait pening- mengenai lingkungan, tingkat kepatuhan
katan kemampuan masyarakat dalam me- masyarakat, pelaksanaan, pemantauan dan
manfaatkan potensi sumberdaya wilayah pengawasan serta koordinasi antar stakehol-
pesisir yang ada sehingga dapat meningkat- ders.
kan tingkat kesejahteraan masyarakat. Pada Terdapat tiga aspek penting yang ha-

(A) (B)
Gambar 5. Hasil analisis Rap-Insus COREMAG (A) dan hasil analisis leverage dimensi
kelembagaan (B).

182 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71
Ramadhani et al.

rus diperhatikan dalam pengambilan keputus- pak negatif yang lebih besar. Sementara itu
an yang meliputi: evaluasi dapat memberikan masukan bagi
1. Keterwakilan (representation) yang diar- kebijakan selanjutnya untuk lebih baik.
tikan sebagai seluruh masyarakat nelayan Dalam pengelolaan ekosistem terum-
dan pemangku kepentingan lainnya harus bu karang, koordinasi antar stakeholders juga
ikut serta dalam mengambil keputusan; merupakan faktor yang sangat penting. Ba-
2. Kecocokan (relevance) merupakan ting- nyaknya keterlibatan pihak-pihak dalam ke-
kat peraturan yang berlaku harus memili- giatan pembangunan atau pemanfaatan pada
ki keterkaitan dengan masalah-masalah sumberdaya khususnya terumbu karang
yang ada; membutuhkan adanya persepsi yang sama
3. Penegakan hukum (enforceability) adalah untuk menjaga ekoistem terumbu karang agar
tingkat peraturan yang dapat ditegakkan tetap lestari. Sehingga koordinasi antar stake-
(Nikijuluw, 2002). holders harus tercipta dengan sangat baik
Untuk mencapai pengelolaan ekosis- agar kebijakan terkait pengelolaan ekosistem
tem terumbu karang secara berkelanjutan terumbu karang diimplementasikan dengan
kesadaran masyarakat pesisir khususnya di baik. Pemerintah di Kabupaten Kepulauan
Kecamatan Siantan Tengah haruslah diting- Anambas telah menyusun suatu upaya penge-
katkan terlebih dahulu. Salah satu upaya un- lolaan ekosistem terumbu karang agar tetap
tuk meningkatkan kesadaran masyarakat un- lestari seperti yang tercantum dalam Peratur-
tuk melestarikan sumberdaya alam di wila- an Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas
yah pesisir khususnya ekosistem terumbu Nomor 03 Tahun 2013. Namun kebijakan
karang adalah dengan adanya penyuluhan tersebut tidak akan berjalan dengan baik
mengenai lingkungan yang dilakukan oleh apabila koordinasi lintas sektor tidak berjalan
instansi pemerintah terkait pengelolaan eko- dengan baik dan masing-masing sektor ter-
sistem terumbu karang. Adanya peningkatan kait tidak mengerti dan memahami akan
kesadaran masyarakat melalui kegiatan pe- tugas pokok dan fungsi dari masing-masing
nyuluhan akan manfaat jangka panjang ter- sektor tersebut.
hadap kelestarian ekosistem terumbu karang
diharapkan dapat meningkatkan tingkat kepa- 3.5. Status Keberlanjutan Dimensi Tekno-
tuhan masyarakat akan peraturan terkait pe- logi
ngelolaan ekosistem terumbu karang sehing- Dimensi teknologi dan infrastruktur
ga dapat meminimalisasi kerusakan terhadap terkait pengelolaan ekosistem terumbu ka-
ekosistem terumbu karang. rang tersusun dari aspek-aspek yang berkait-
Kegiatan pemantauan dan pengawas- an dengan penggunaan teknologi dalam
an terhadap pemanfaatan sumberdaya terkait mendukung dalam upaya pemanfaatan sum-
pengelolaan ekosistem terumbu karang ber- berdaya dan pengelolaan ekosistem terumbu
tujuan untuk melakukan evaluasi terhadap karang. Berdasarkan hasil analisis ordinasi
implementasi kebijakan. Pemantauan dan pe- Rap-Insus COREMAG dari 5 atribut yang
ngawasan dilaksanakan apabila sebuah ke- memiliki pengaruh dalam dimensi teknologi
bijakan sedang diimplementasikan, sedang- diketahui nilai indeks keberlanjutan dimensi
kan evaluasi bertujuan untuk melihat sejauh teknologi adalah sebesar 67,535 seperti yang
mana tingkat kinerja dari suatu kebijakan tercantum pada Gambar 6. Nilai tersebut
yang telah dibuat dan diimplementasikan da- berada pada kisaran 50,01-75,00 yang di-
pat mencapai sasaran atau tujuan. Subarsono artikan bahwa skala keberlanjutan dimensi
(2005) menyatakan bahwa pemantauan atau teknologi termasuk kedalam kriteria cukup
monitoring bertujuan untuk mengetahui berkelanjutan, seperti yang ditunjukkan pada
kesalahan-kesalahan sehingga dapat dilaku- gambar Dari hasil analisis leverage yang
kan upaya perbaikan untuk mengurangi dam- bertujuan untuk melihat sensitivitas atribut

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 183
Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang di Kecamatan Siantan Tengah . . .

berkontribusi terhadap nilai indeks keber- dimensi teknologi untuk mencapai pengelola-
lanjutan dimensi teknologi didapatkan tiga an ekosistem terumbu karang yang berkelan-
atribut sensitif yaitu sarana prasana pengawa- jutan di Kecamatan Siantan Tengah. Hal ter-
san, dampak alat tangkap dan selektivitas alat sebut didasari dengan tingginya tingkat keter-
tangkap. gantungan masyarakat pesisir Kecamatan
Seperti pada umumnya, ekosistem te- Siantan Tengah dalam pemanfaatan sumber-
rumbu karang memiliki produktivitas primer daya perikanan sebagai mata pencaharian
yang tinggi sehingga produktivitas sekunder utama. Oleh karena itu sangatlah dibutuhkan
dan juga produksi perikanannya juga tinggi. adanya peningkatan sarana dan prasarana
Namun hal tersebut menyebabkan adanya pengawasan untuk mencegah terjadinya ke-
aktivitas masyarakat untuk memanfaatkan rusakan ekosistem terumbu karang yang
potensi sumberdaya alam di daerah pantai diakibatkan oleh aktivitas pemanfaatan sum-
baik secara langsung maupun tidak langsung berdaya oleh masyarakat pesisir di Kecama-
sehingga berdampak negatif terhadap ekosis- tan Siantan Tengah (Dahuri et al., 2008).
tem terumbu karang. Sebagai akibatnya, se- Intensitas penggunaan alat tangkap
perti yang dilaporkan P2O-LIPI, kondisi eko- dan jumlah yang cukup banyak akan mening-
sistem terumbu karang di Indonesia sudah katkan tekanan terhadap ekosistem terumbu
semakin mengkhawatirkan (Supriharyono, karang (Dahuri et al., 2008; Burke et al.,
2007). Dahuri (1999) menyatakan bahwa 2002). Saat ini masyarakat nelayan di Keca-
penyebab kerusakan terumbu karang secara matan Tengah pada umumnya sudah tidak
umum dapat dikelompokkan menjadi dua menggunakan alat tangkap yang merusak
yaitu kerusakan yang disebabkan oleh ma- lingkungan khususnya ekosistem terumbu
nusia (anthropogenic causes) dan yang di- karang seperti sebelumnya. Sebagian besar
sebabkan oleh alam (natural causes). masyarakat nelayan di Kecamatan Siantan
Dengan kondisi tersebut dan didu- Tengah saat ini menggunakan bubu untuk
kung oleh hasil analisis sensitivitas (leve- menangkap ikan. Bubu merupakan alat
rage) berdasarkan identifikasi di lokasi pene- tangkap yang bersifat pasif karena sifatnya
litian maka sarana dan prasarana pengawasan tidak bergerak hanya menjebak ikan untuk
merupakan atribut yang sangat sensitif dalam masuk meskipun bubu termasuk dalam alat

(A) (B)
Gambar 6. Hasil analisis Rap-Insus COREMAG (A) dan hasil analisis leverage dimensi
teknologi (B).

184 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71
Ramadhani et al.

tangkap yang tergolong pasif, namun apabila kelanjutan karena termasuk kedalam skala
dengan jumlah yang banyak dan diletakkan 50,00-75,00.
diatas terumbu karang maka dapat menye- Meskipun demikian, nilai indeks ke-
babkan kerusakan pada terumbu karang berlanjutan multidimensi dalam pengelolaan
(DKP, 2006). ekosistem terumbu karang di Kecamatan
Alat tangkap ikan yang termasuk ke- Siantan Tengah, di Kabupaten Kepulauan
dalam kategori ramah lingkungan secara tek- Anambas mendekati batas bawah pada ka-
nis apabila memiliki kriteria selektivitas yang tegori pengelolaan ekosistem terumbu karang
tinggi, tidak merusak habitat dan berdampak yang cukup berkelanjutan. Hal ini terjadi
negatif terhadap keanekaragaman hayati karena terdapat dua dimensi dalam penge-
(Monintja, 2000). Salah satu alat tangkap se- lolaan ekosistem terumbu karang, yaitu
lain bubu yang secara umum digunakan oleh dimensi sosial dan kelembagaan, termasuk
masyarakat di Kecamatan Siantan Tengah dalam kategori kurang berkelanjutan. maka
dan juga memiliki potensi dalam merusak pengelolaan yang ada harus diperbaiki de-
terumbu karang adalah gillnet. Meskipun ngan melihat dimensi-dimensi yang kurang
dikategorikan sebagai alat tangkap yang ra- berkelanjutan dan mempertahankan dimensi-
mah lingkungan karena selektif namun pada dimensi yang sudah berkelanjutan.
kondisi tertentu dapat menjadi tidak ramah
lingkungan, misalnya pengoperasian pada 3.7. Strategi Pengelolaan Ekosistem Te-
malam hari yang dapat menyebabkan ter- rumbu Karang Secara Berkelanjutan
sangkut di terumbu karang sehingga juga Berdasarkan hasil ordinasi metode
menyebabkan kerusakan pada terumbu Rap-Insus COREMAG gabungan dari seluruh
karang (Kushima and Miyasaka, 2003). dimensi terkait pengelolaan ekosistem terum
Oleh karena itu perlu adanya pengawasan bu karang di Kecamatan Siantan Tengah me-
yang lebih dari instansi terkait guna me- nunjukkan bahwa dimensi sosial dan dimensi
ngatur intensitas penggunaan dan waktu kelembagaan termasuk kedalam kategori ku-
pengoperasian alat tangkap khususnya di rang berkelanjutan sedangkan dimensi eko-
Kecamatan Siantan Tengah untuk memini- logi, ekonomi dan teknologi tergolong cukup
malisasi kerusakan terhadap terumbu karang. berkelanjutan (Gambar 8).
Hal tersebut menunjukkan bahwa pe-
3.6. Status Keberlanjutan Multidimensi ngelolaan ekosistem terumbu karang di Ke-
Pengelolaan Ekosistem Terumbu Ka-
rang
Setelah dilakukan analisis Rap-Insus
COREMAG terhadap setiap dimensi maka
dilakukan juga analisis secara multidimensi
yaitu dengan mengakomodasi semua dimensi
baik ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan
kelembagaan. Hasil analisis Rap-Insus CORE
MAG terhadap 5 (lima) dimensi terkait pe-
ngelolaan ekosistem terumbu karang didapat-
kan nilai indeks keberlanjutan multidimensi
sebesar 51,538 (Gambar 7). Hal tersebut
menunjukkan bahwa kondisi pengelolaan
ekosistem terumbu karang di Kecamatan
Siantan Tengah, Kabupaten Kepulauan
Anambas berada dalam kategori cukup ber- Gambar 7. Hasil analisis Rap-Insus CORE-
MAG Multi-Dimensi.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 185
Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang . . .

Gambar 8. Diagram layang indeks keberlanjutan pengelolaan ekosistem terumbu karang antar
dimensi.

camatan Siantan Tengah kurang optimal terumbu karang yang berkelanjutan dilaku-
dikarenakan belum tercapainya keseimbang- kan dengan peningkatan koordinasi antar-
an dari lima dimensi yang ada. Berdasarkan stakeholders serta peningkatan pemantauan,
17 atribut sensitif seperti yang tercantum pengawasan dan penegakan hukum. Pada
pada Tabel 3. Maka dapat disusun rekomen- dimensi ekologi strategi pengelolaan ekosis-
dasi kebijakan untuk menjaga dan mening- tem terumbu karang yang berkelanjutan di-
katkan status keberlanjutan pengelolaan eko- lakukan dengan melakukan rehabilitasi eko-
sistem terumbu karang di Kecamatan Siantan sistem terumbu karang. Strategi pengelolaan
Tengah, Kabupaten Kepulauan Anambas. ekosistem terumbu karang pada dimensi tek-
Strategi pengelolaan ekosistem te- nologi adalah dengan meningkatkan sarana
rumbu karang secara berkelanjutan dilakukan dan prasarana pengawasan dan peningkatan
dengan memprioritaskan dimensi-dimensi infrastruktur terkait kegiatan ekowisata ba-
yang kurang berkelanjutan dan atribut-atribut hari. Pada dimensi ekonomi strategi pengelo-
sensitif dari tiap dimensi. Pada dimensi so- laan ekosistem terumbu karang secara berke-
sial, strategi pengelolaan ekosistem terumbu lanjutan adalah dengan mengadakan program
karang yang berkelanjutan dapat dilakukan pelatihan masyarakat menjadi pemandu wisa-
dengan peningkatan kualitas sumberdaya ta, menyediakan dukungan dalam bentuk
masyarakat dan pengembangan alternatif modal untuk masyarakat yang ingin memba-
mata pencaharian. Sedangkan dari dimensi ngun homestay untuk wisatawan yang akan
kelembagaan, strategi pengelolaan ekosistem datang.

186 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71
Ramadhani et al.

Tabel 3. Atribut sensitif dimensi keberlanjutan pengelolaan ekosistem terumbu karang di


Kecamatan Siantan Tengah.

No Dimensi Atribut Sensitif Nilai RMS


1 Ekologi 1. Kualitas perairan 6,760
2. Persentase tutupan algae 6,678
3. Keanekaragaman ikan karang 6,138
4. Tingkat eksploitasi ikan 3,771
karang
2 Ekonomi 1. Ketergantungan pada 9,576
perikanan
2. Intensitas penangkapan 9,110
3. Ketersediaan modal 6,201
3 Sosial 1. Mata pencaharian alternatif 6,972
2. Potensi konflik 6,784
3. Pengetahuan lingkungan 5,405
4 Teknologi 1. Sarana prasarana pengawasan 9,279
2. Selektivitas alat tangkap 7,945
3. Dampak alat tangkap 7,655
5. Kelembagaan 1. Penyuluhan mengenai 0,046
lingkungan
2. Tingkat kepatuhan 0,033
masyarakat
3. Pelaksanaan, pemantauan dan 0,030
pengawasan
4. Koordinasi antar-stakeholders 0,028

IV. KESIMPULAN berkelanjutan namun tetap memperhatikan


keberlanjutan dimensi ekologi agar penge-
Secara multidimensi, pengelolaan pa- lolaan ekosistem terumbu karang dapat ber-
da ekosistem terumbu karang di Kecamatan jalan secara berkelanjutan dan ekosistem
Siantan Tengah, di Kabupaten Kepulauan terumbu karang tetap lestari. Pada dimensi
Anambas termasuk dalam kategori cukup sosial, strategi pengelolaan ekosistem terum-
berkelanjutan (51,538). Status keberlanjutan bu karang yang berkelanjutan dapat dilaku-
pengelolaan ekosistem terumbu karang di kan dengan peningkatan kualitas sumberdaya
Kecamatan Siantan Tengah, Kabupaten Ke- masyarakat dan pengembangan alternatif
pulauan Anambas pada masing-masing di- mata pencaharian. Sedangkan dari dimensi
mensi menunjukkan yaitu (a) dimensi eko- kelembagaan, strategi pengelolaan ekosistem
logi cukup berkelanjutan (66,646); (b) di- terumbu karang yang berkelanjutan dilaku-
mensi ekonomi yang sangat berkelanjutan kan dengan peningkatan koordinasi antar-
(75,729); (c) dimensi sosial kurang ber- stakeholders serta peningkatan pemantauan,
kelanjutan (42,324); (d) dimensi teknologi pengawasan dan penegakan hukum.
cukup berkelanjutan (67,535); dan (e) di-
mensi kelembagaan kurang berkelanjutan UCAPAN TERIMA KASIH
(49,850).
Dimensi yang menjadi prioritas untuk Penulis mengucapkan terimakasih ke-
diperbaiki adalah dimensi sosial dan kelem- pada Pemerintah Kabupaten Kepulauan
bagaan yang termasuk dalam kategori kurang Anambas, Bappeda, Dinas Kelautan dan Per-

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Hlm. 173-189, Juni 2015 187
Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang . . .

ikanan Anambas serta instansi terkait yang Dahuri, R., Y. Rais, S.G. Putra, dan M.J. Si-
telah memberikan dukungan fasilitas dan tepu. 2008. Pengelolaan sumber daya
data dalam penelitian mengenai analisis wilayah pesisir dan lautan secara ter-
keberlanjutan pengelolaan ekosistem terum- padu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
bu karang di Kecamatan Siantan Tengah, 328hlm.
Kabupaten Kepulauan Anambas. Ucapan Departemen Kelautan dan Perikanan. 2006.
terimakasih juga diucapkan kepada Jurianto Panduan jenis-jenis penangkapan ikan
M, Nur, S.Pi dan Rika Kurniawan, S.Pi atas ramah lingkungan. ditjen pesisir dan
bantuan dan dukungan dalam penelitian ini. Pulau-Pulau Kecil. DKP, Jakarta.
44hlm.
DAFTAR PUSTAKA Done, T.J., J.C. Ogden, W.J. Wiebe, and
B.R. Rosen. 1996. Biodiversity and
Adrianto, L. 2013. Pengembangan frontier ecosystem function of coral reefs. John
sciences dan penguatan jejaring tata Wiley and Sons Ltd. U.K. 493p.
kelola terumbu karang (coral gover- Fauzi, A. dan S. Anna. 2002. Evaluasi status
nance networks) dalam kerangka pe- keberlanjutan pembangunan perikan-
ngelolaan terumbu karang di Indonesia an: aplikasi pendekatan rapfish (studi
Dalam: Coral Governance. IPB Press. kasus perairan pesisir DKI Jakarta). J.
Bogor. 532hlm. Pesisir dan Lautan, 4(3):43-55.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Fauzi, A. dan S. Anna. 2005. Pemodelan
Kabupaten Kepulauan Anambas. sumberdaya perikanan dan kelautan
2013. Kepulauan Anambas dalam ang- untuk analisis kebijakan. PT Gramedia
ka. Kabupaten Kepulauan Anambas. Pustaka Utama. Jakarta. 343hlm.
267hlm. Holling C.S., D.W. Schindler, B.W. Walker,
Bengen, D.G. 2013. Bioekologi terumbu ka- and J. Roughgarden. 2002. Biodiver-
rang status dan tantangan pengelolaan sity in the functioning of ecosystem:
dalam coral governance. IPB Press. an ecological synthesis. In: Perrings et
Bogor. 532hlm. al. (eds.). Biodiversity loss, economic,
Burke L., E. Selig, dan M. Spalding. 2002. and ecological issues. Cambridge Uni-
Terumbu karang yang terancam di versity Press. Cambridge. 44-83pp.
Asia Tenggara (ringkasan untuk Kavanagh, P. and T.J. Pitcher. 2004. Im-
Indone-sia). World Resources Insti- plementing microsoft excel software
tute. Amerika Serikat. 40hlm. for RAPFISH: a technique for the ra-
Christie, P. and A.T. White. 2007. Best prac- pid appraisal of fisheries status. Fish-
tices for improved governance of coral eries Centre Research Report, 12(2):1-
reef marine protected areas. Coral 75.
Reefs, (26):1047-1056. Kushima, J.A. and A. Miyasaka. 2003. Re-
Cicin-Sain B. and R. Knecht. 1998. Integra- port on the discussion to manage the
ted coastal ocean management: con- use of lay nets. State of Hawaii. De-
cepts and practises. Island Press. Wa- partment of Land and Natural Re-
shington, DC. 39p. sources. Division of Aquatic Re-
Dahuri, R. 1999. Kebijakan dan strategi pe- sources. 22p.
ngelolaan terumbu karang Indonesia. Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional
Makalah disampaikan pada Lokakarya Pekanbaru. 2010. Calon kawasan kon-
Pengelolaan dan Iptek Terumbu Ka- servasi perairan nasional kepulauan
rang Indonesia. Jakarta. 22-23 Nopem- Anambas. Ditjen Kelautan, Pesisir dan
ber 1999. Pulau-Pulau Kecil, Departemen Ke-
lautan dan Perikanan. Jakarta. 44hlm.

188 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71
Ramadhani et al.

Moberg, F. and C. Folke. 1999. Ecological Subarsono. 2005. Analisa kebijakan publik.
goods and services of coral reef eco- Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 138hlm.
system. Ecological Economic, 29(2): Supriharyono. 2007. Pengelolaan ekosistem
215-233. terumbu karang. Penerbit Djambatan.
Monintja, D.R. 2000. Pemanfaatan pesisir Jakarta. 118hlm.
dan laut untuk kegiatan perikanan Susilo, S.B. 2003. Keberlanjutan pemba-
tangkap. Pelatihan untuk pelatih dan ngunan pulau-pulau kecil: studi kasus
pengelolaan wilayah pesisir secara kelurahan Pulau Panggang dan Pulau
terpadu. Gelombang II PKSPL-IPB. Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
Bogor. 13-18 November 2000. Disertasi. Program Pascasarjana Insti-
Nikijuluw, VPH. 2002. Rezim pengelolaan tut Pertanian Bogor. Bogor. 233hlm.
sumberdaya perikanan. PT. Pustaka Tesfamichael, D. dan T.J. Pitcher. 2006.
Cidesindo. Jakarta. 254hlm. Multidisciplinary evaluation of the
Perrings, C., K.G. Maller, C. Folke, C.S. sustainability of red sea fisheries using
Holling, and B.O. Jasson. 2003. Intro- rapfish. Fisheries Research, (78):277-
duction: framing the problem of 235.
biodiversty loss. In: Perrings et al. Tomascik, T. 1991. Coral reef ecosystem.
(eds.). Biodiversity loss, economic, Environmental management guide-
and ecological issues. Cambridge Uni- lines. Kantor Menteri Negara KLH.
versity Press. Cambridge. 1-17pp. 166hlm.
Pitcher, T.J. and D. Preikshot. 2001. RAP Tomascik, T., A.J. Mah, A. Nontji, and M.K.
FISH: a rapid appraisal technique to Mossa. 1997. The ecology of the Indo-
evaluate the sustainability status of nesian Seas. Periplus Editions. Singa-
fisheries. Fisheries Research, 49(3): pore. 642p.
255-270. Zamani, N.P. and H.H. Madduppa. 2011. A
Setyobudiandi, I., Sulistiono, F. Yulianda, C. standard criteria for assesing the health
Kusmana, S. Hariyadi, A. Damar, A. of coral reefs: implication for manage-
Sembiring, dan Bahtiar. 2009. Sam- ment and conservation. J. of Indonesia
pling dan analisis data perikanan dan Coral Reefs, 1(2):137-146.
kelautan: terapan metode pengambilan
contoh di wilayah pesisir dan laut. Diterima : 6 April 2015
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Direview : 22 Mei 2015
IPB. Bogor. 312hlm. Disetujui : 11 Juni 2015

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 189

You might also like