You are on page 1of 16

DOI: http://dx.doi.org/10.30641/ham.2020.11.

169-184
Tulisan diterima: 17-06-2020; Direvisi: 03-08-2020; Disetujui Diterbitkan: 06-08-2020

URGENSI PERATURAN BIOTERORISME DI INDONESIA DALAM


PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA
(The Urgency of Bioterrorism Regulations in Indonesia
on Human Rights Perspective)
Amanda Eugenia Soeliongan
Fakultas Ilmu Hukum
Universitas Brawijaya, Malang
amandasoeliongan@gmail.com

ABSTRACT
Bioterrorism is a very dangerous threat of terror and is difficult to detect that will have a major impact on
the fulfillment of human rights, and the absence of the regulations in Indonesia increase the bioweapon
attacks chances. The purpose of this research is to describe and understand the urgent situation of the threat
of bioterrorism in a human rights perspective as the urgency of establishing bioterrorism regulations, to
provide benefits in terms of both practical and theoretical. This research is interdisciplinary, empirical and
juridical normative, using analytical descriptive reasoning towards the data source of various legal
documents and relevant cases collected through the literature study. The results of the discussion show that
bioterrorism as a silent killer has a widespread damaging impact and adversely affects human rights
preservation; The country is obliged to provide legal protection for its people against the threat of
bioterrorism as a fulfillment of the constitutional rights of citizens and the protection of every individual
rights. Based on the analysis and studies, the threat of bioterrorism that can occur at any time is an urgent
condition that requires the state to immediately form a regulation of bioterrorism.
Keywords: bioterrorism; urgency of regulations; human rights.

ABSTRAK
Bioterorisme merupakan ancaman teror yang sangat berbahaya dan susah dideteksi sehingga akan
berdampak besar pada pemenuhan hak asasi manusia, dan tidak adanya peraturan bioterorisme di Indonesia
semakin memperbesar peluang serangan agen biologis yang dapat terjadi kapan saja. Tujuan penelitian ini
ialah untuk menggambarkan dan memahami keadaan mendesak dari ancaman bioterorisme dalam sudut
pandang hak asasi manusia sebagai urgensi pembentukan peraturan bioterorisme, sehingga dapat
memberikan manfaat dalam segi praktis maupun teoritis. Penelitian ini bersifat interdisipliner, yaitu yuridis
empiris dan yuridis normatif, menggunakan penalaran deskriptif analitis terhadap sumber data dari berbagai
dokumen hukum dan kasus-kasus yang relevan yang dikumpulkan melalui studi kepustakaan. Hasil
pembahasan menunjukkan bahwa bioterorisme sebagai silent killer mempunyai dampak merusak yang luas
dan berdampak buruk bagi pemenuhan hak asasi manusia; negara wajib memberikan perlindungan hukum
bagi rakyatnya terhadap ancaman bioterorisme sebagai pemenuhan hak konstitusional warga negara dan
perlindungan hak asasi setiap individu. Berdasarkan analisis dan kajian tersebut maka ancaman bioterorisme
yang dapat terjadi sewaktu-waktu merupakan keadaan mendesak yang mengharuskan negara segera
membentuk peraturan bioterorisme.
Kata kunci: bioterorisme; urgensi peraturan; hak asasi manusia.

PENDAHULUAN berbagai sistem komunikasi. Perkembangan


teknologi yang semakin inovatif menuntut sistem
Pada era globalisasi yang telah mencapai hukum untuk bergerak lebih dinamis dalam
industri 4.0 yakni generasi digital yang mengimbangi celah-celah hukum yang diciptakan
memudahkan setiap orang dalam mencari, oleh kecepatan perkembangan era digital ini. Tak
menggunakan, menerima, mengolah, dan dapat dipungkiri bahwa era digital ini ikut
menyebarkan informasi tertentu sehingga membantu dalam penyebaran paham radikal
masyarakat global dapat mengakses informasi dari terorisme. Terorisme merupakan kejahatan
169
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020

terhadap kemanusiaan yang melecehkan hak hidup telah terinfeksi sebelumnya.1 Kemudian, bulan
dan bebas dari rasa takut yang merupakan hak Oktober 2001 di Amerika, terjadi serangan teror
fundamental bagi setiap orang sebagai warga menggunakan serbuk spora Anthrax sebagai agen
negara. Serangan terorisme konvensional seperti bioterorisme yang disebarkan melalui amplop
pengeboman, penembakan, ataupun ancaman teror surat, sehingga menyebabkan 22 kasus, yaitu 11
merupakan aksi yang telah sering dilakukan oleh kasus paparan melalui inhalasi (inhalation), dan 11
kelompok anti pemerintahan barat, dan aksi teror kasus paparan melalui kulit (cutaneous), pada
ini telah berkembang pada level yang lebih akhirnya tahun 2009, FBI (Federal Bureau
mematikan, yakni bioterorisme. Investigation) menutup investigasi dengan
kesimpulan bahwa Dr. Bruce Ivins, seorang
Bioterorisme yang membutuhkan agen
peneliti Anthrax dari US Army Medical Research
biologis seperti bakteri, virus, parasit, jamur, serta
Institute of Infectious Disease adalah dalang dari
mikroorganisme biologis lainnya dapat
bioterorisme Anthrax tersebut. Sebelum kejadian
dikembangkan dan direkayasa secara genetik untuk
ini, pada tahun 1993 di Tokyo, kelompok agama
mencapai kerusakan yang lebih fatal dari sekedar
fanatik “Aum Shinrikyo”, melakukan teror dengan
aksi pemboman yang membutuhkan ukuran bom
menyebarkan gas beracun sarin yang dicampur
lebih besar dari vest bomb ataupun ukuran yang
dengan spora bakteri Anthrax di jaringan kereta api
dapat dibawa manusia pada umumnya. Agen
bawah tanah, namun teror ini tidak efektif dan
bioterorisme ini dapat dikembangbiakkan dan
tidak menyebabkan korban infeksi.2
direkayasa dalam laboratorium biomedis oleh
perekayasa genetik dan para ahli dibidangnya, Kemudian mengenai senjata kimia, ada pula
sehingga memunculkan pandangan bahwa Yellow Rain, yang digunakan oleh Amerika dalam
bioterorisme merupakan aksi teror “resmi” yang perang Vietnam, serangan dilakukan berpola pada
hanya dapat dilakukan oleh pemerintah negara sore hari dengan menjatuhkan bom berdaya ledak
adidaya, mengingat akses yang eksklusif terhadap di atas ketinggian pohon, memancarkan awan asap
bahan untuk merekayasa mikroba tertentu menjadi berwarna, bubuk, dan cairan berminyak
suatu senjata biologis yang lebih mematikan kekuningan. Cairan minyak berwarna kuning ini
walaupun wilayah endemik dari mikroba yang menimbulkan suara seperti hujan saat menyentuh
dibutuhkan dapat dengan mudah ditemukan. Akan permukaan, yang menyebabkan panas dan rasa
tetapi, pada perkembangan era globalisasi ini terbakar di kulit, muntah darah, pandangan kabur
bahan kimia maupun bahan biologis dapat hingga buta, dan gejala yang paling parah ialah
ditemukan dengan mudah oleh setiap orang pendarahan pada hidung dan gusi, lalu pada
melalui jalur perdagangan khusus maupun melalui akhirnya menyebabkan kematian.3
dark web.
Penggunaan senjata biologis maupun kimia
Sifat dan jenis sarana dalam perang pada sangat berbahaya apabila dilakukan di wilayah
era globalisasi bukan yang bersifat kekerasan permukiman ramai dan padat penduduk.
militer, namun dilakukan melalui teknologi yang Pendeteksian dini yang sulit menghambat proses
lebih rumit dan efisien, yang digabungkan dengan pencegahan terjadinya serangan, dampak yang
ilmu pengetahuan canggih sehingga dapat ditimbulkannya pun sangat fatal dan massal.
menghasilkan senjata pemusnah massal. Senjata Perkembangan bioteknologi yang semakin
biologis sangat berbahaya bila dibandingkan
dengan senjata nuklir. Kerusakan yang bersifat
massal, pelan namun pasti menginfeksi setiap
makhluk hidup melalui udara, air, dan tanah,
1
Ismail Nursaleh, “Rencana Keji Dibalik Virus
menyebabkan terjadinya wabah atau pandemi, dan Pemusnah Massal Manusia,” last modified 2013,
sulit dideteksi untuk membuktikan motif diakses Mei 11, 2020,
penyebarannya. https://www.kompasiana.com/smiles-tour-
travel.com/552e1b036ea83490398b4656/rencana-
Bioterorisme telah dilakukan jauh sebelum keji-di-balik-virus-pemusnah-massal-manusia.
masa modern ini berdiri. Pada tahun 1763, saat 2
“Bacillus Antrachis Fact Sheet,” UPMC Center For
perang melawan Suku Pontiac (Indian) di Health Security, last modified 2014, diakses Mei 12,
Amerika, Jenderal Jeffrey Amherst menyarankan 2020, https://www.centerforhealthsecurity.org/our-
untuk memakai smallpox (virus variola yang work/publications/bacillus-anthracis-anthrax-fact-
menyebabkan cacar nanah) dan menyebarkannya sheet.
pada Suku Pontiac sehingga membunuh 90% orang 3
Jonathan Tucker, “The ‘Yellow Rain’ Controversy:
Indian dari suku tersebut. Smallpox ini pun Lessons For Arms Control Compliance,” The
disebarkan melalui selimut dan sapu tangan yang Nonproliferation Review (2001): 25–42.
170
Urgensi Peraturan Bioterorisme di Indonesia dalam Perspektif Hak Asasi Manusia
Amanda Eugenia Soeliongan

kompleks dan canggih, memperbesar potensi Awal mula terjadinya outbreak COVID-19,
penyalahgunaan agen biologis. mantan agen intelijen Israel, Dany Showan,
menuding China sengaja membocorkan virus ini
Bioteknologi secara inovatif telah
dari Wuhan Institute of Virology sebagai uji coba
menyumbang berbagai macam teknik pengolahan
bioteknologi yang sedang dikerjakan pemerintah di
dan pemanfaatan mikrobiologis yang membantu
laboratorium yang terletak di Wuhan tersebut
bidang pertanian, kesehatan, lingkungan, dan
dengan tujuan bioterorisme. China pun menampik
pangan. Bioteknologi di Indonesia sendiri telah
tudingan tersebut dengan mengeluarkan pernyataan
dilakukan sejak lama misalnya saja pembuatan
bahwa China tidak mempunyai bioteknologi
produk pangan tempe, keju, yoghurt, dan lain
ofensif, dan perihal tudingan bioterorisme terhadap
sebagainya. Pada tahun 2013, Kementerian Riset
China, menurut Stainlaus Riyanta, analis terorisme
dan Teknologi Indonesia bekerja sama dengan
dan intelijen, pada Oktober 2019, Wuhan menjadi
Jerman terkait bioteknologi pembuatan obat-
tuan rumah pelaksanaan The Military Games 2019
obatan. Lalu pada tahun 2018, Indonesia menjadi
yang diikuti oleh 100 negara, sehingga
Centre of Excellence dalam pengembangan vaksin
menimbulkan celah yang rawan untuk aksi teror
dan produk berbasis bioteknologi yang berperan
sehingga dengan mudah bagi pihak tertentu untuk
sebagai produsen vaksin bagi negara-negara yang
menyelundupkan COVID-19 ke Wuhan.5 Anggota
tergabung dalam OKI (Organisasi Kerja sama
Komite Keamanan Nasional dan Urusan Luar
Islam).4 Bioteknologi pun mempunyai sisi negatif
Negeri Parlemen Iran, Heshmatollah
yang menipu rasa kemanusiaan. Semakin tinggi
Falahatpisheh, berpendapat bahwa penyebaran
dan canggih inovasi yang dihasilkan dalam
COVID-19 merupakan bentuk strategi dari
bioteknologi tatkala memerlukan percobaan pada
Amerika Serikat (AS) untuk mencapai tujuannya
sel hidup sehingga potensi penyelewengan akan
dengan melakukan bioterorisme, karena apa yang
semakin besar terjadi.
terjadi di Iran merupakan sesuatu yang tidak
Rentannya penyalahgunaan agen biologis normal, tidak seperti di negara lain, walaupun Iran
menjadi alat teror merupakan isu yang menjadi telah menerapkan prosedur standar kebersihan
perhatian masyarakat internasional khususnya namun keadaan tetap saja memburuk.6
dalam ranah Hak Asasi Manusia (HAM)
Keadaan dunia yang disibukkan dengan
disebabkan oleh dampaknya yang dapat
penanggulangan COVID-19 dengan tidak sengaja
mengganggu pemenuhan HAM oleh negara.
menunjukkan kinerja masing-masing negara dalam
Akibat yang ditimbulkannya akan sangat
menyelamatkan rakyatnya. Pandemi ini secara tak
mempengaruhi sektor kesehatan publik (public
langsung mengekspos kekuatan dan kesiapan
health), mengancam keamanan negara (national
negara dalam menghadapi serangan penyakit
security), menjatuhkan perekonomian (economic
dengan paparan berskala besar. Hingga kini belum
collapse), bahkan depopulasi dengan skala besar
dapat disimpulkan dengan pasti motif penyebaran
bila penyebarannya tidak terkendali. Dengan
COVID-19, apakah direkayasa dan sengaja
lingkup penyebaran infeksi yang besar,
disebarkan atau penyebarannya terjadi secara
bioterorisme mengancam kehidupan semua
alami. Namun, dibalik pandemi ini, negara dituntut
makhluk hidup.
lebih teliti untuk melakukan kewajibannya dalam
Kasus terbaru abad milenial ini, Virus melindungi segenap rakyatnya melalui kebijakan-
Corona atau COVID-19 yang sedang melanda kebijakan pemerintah untuk diimplementasikan
dunia telah ditetapkan pada level pandemi. secara efektif, efisien, dan merata, dengan cepat
Penyebarannya yang cepat dan meluas membuat dan tanggap dalam menekan angka infeksi. HAM
virus ini dengan mudah menyerang manusia pun dipertaruhkan untuk mencapai angka
melalui udara atau cairan yang masuk ke tubuh.
COVID-19 pun termasuk virus influenza yang 5
Noviarizal Fernandez, “Virus Corona: China Jadi
telah bermutasi pada jenisnya, memperlihatkan Target Bioterorisme,” last modified 2020, diakses
evolusi pada struktur tubuhnya sehingga Mei 11, 2020,
menggambarkan bagaimana perkembangan https://kabar24.bisnis.com/read/20200127/19/11940
mikroorganisme sebagai sumber penyakit terbaru 98/virus-corona-china-jadi-target-bioterorisme.
ini menjadi ancaman pada kelangsungan hidup 6
Melati Kencana Wirawan, “Wabah Virus Corona,
manusia karena belum tersedianya vaksin. Anggota Parlemen Iran Salahkan Bioterorisme AS,”
last modified 2020, diakses Mei 11, 2020,
4
Ummi Wasilah, Siti Rohimah, dan Mukhamad https://www.kompas.com/global/read/2020/03/14/03
Su’udi, “Perkembangan Bioteknologi Di Indonesia,” 0637370/wabah-virus-corona-anggota-parlemen-
Rekayasa 12, no. 2 (2019): 85–90. iran-salahkan-bioterorisme-as.
171
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020

kesuksesan membasmi pandemi ini. Kasus masa depan, dan akibat fatal yang akan
pandemi saat ini dapat dijadikan contoh sebagai ditimbulkannya, yang mengancam kemanusiaan
bahan analisis bahwa inilah mengapa penggunaan dan merupakan pelecehan terhadap HAM, dalam
agen biologis dalam bioterorisme merupakan suatu penelitian ini akan dibahas mengenai apa
kekejian dari penyalahgunaan sains yang urgensinya peraturan bioterorisme di Indonesia
mengancam kemanusiaan7, dan peraturan hukum dari sudut pandang HAM, untuk memberikan
yang responsif dan tepat sangat diperlukan dalam pemahaman dan bahan tinjauan dalam
menanggulangi bioterorisme yang dapat terjadi pertimbangan kebijakan legislatif di masa
kapan saja. mendatang terkait bioterorisme yang dapat
mendukung kesiapan pemerintah menghadapi
Penggunaan senjata biologis oleh suatu
bioterorisme di era globalisasi, terutama kesiapan
negara baik secara langsung maupun dalam bentuk
dalam melindungi HAM seperti kebebasan sipil
dukungan pada terorisme, misalnya melakukan
yang menjadi kewajiban negara dan merupakan
bioterorisme terhadap populasi sipil, merupakan
hak konstitusional setiap warga negara.
kejahatan perang dan kejahatan terhadap
kemanusiaan. Dunia internasional telah melarang Tujuan dari penelitian ini ialah penulis ingin
pengembangan, produksi, penimbunan, dan menyampaikan gambaran dasar dan pemahaman
penggunaan senjata biologis melalui Biological atas akibat dari serangan agen biologis yang bukan
Weapon Convention (BWC) yang berlaku sejak 26 hanya tertuju pada masalah kemanusiaan saja,
Maret 1975, dan Indonesia telah meratifikasinya namun berdampak pula terhadap kinerja negara
pada tahun 1992.8 Untuk kepentingan keamanan melalui pemerintah dalam menghadapi dampak
dalam negeri yang lebih personal, Indonesia belum bioterorisme yang akan mempengaruhi berbagai
memiliki regulasi terkait bioterorisme. Belum sektor dalam negeri seperti kesehatan tanaman
adanya peraturan khusus tentang bioterorisme pangan dan hewan ternak, ketahanan kesehatan
semakin memperbesar potensi serangan senjata nasional, dan keamanan dalam industri penelitian
biologis di Indonesia. Bioterorisme yang dan pengembangan bioteknologi, khususnya
mengancam Hak Asasi Manusia, bukan saja dari terhadap pemenuhan HAM rakyat Indonesia yang
pandangan aksi serangan terhadap manusia itu akan saling tumpang tindih dengan kepentingan
sendiri, namun dari sisi bagaimana negara negara dalam menanggulangi ancaman
menghadapi dampak dari serangan itu yang bioterorisme, misalnya protokol kesehatan ketat
merugikan rakyatnya, yang membutuhkan yang diterapkan oleh pemerintah apakah semata-
pemulihan hak asasi akibat kerugian yang diderita mata untuk memenuhi kepentingan negara dalam
setiap individu yang menjadi korban maupun yang menuntaskan dampak bioterorisme tanpa
terkena dampak terkecil sekalipun, misalnya menimbang adanya HAM yang harus dipenuhi
penerapan suatu kebijakan darurat yang sehingga dalam penerapannya menimbulkan
membutuhkan perhatian khusus dalam bidang berbagai kesempatan terjadinya pelanggaran HAM
kesehatan, yang tentunya akan dilakukan sterilisasi baik oleh aparat hukum ataupun pemerintah
lokasi dan wilayah, kesiapan negara dalam disebabkan oleh ketidaksiapan atau
menyediakan peralatan medis dan obat-obatan saat ketidaklengkapan struktur hukum yang memuat
keadaan mendesak, hingga karantina apabila peraturan-peraturan terkait, lebih spesifik lagi tidak
paparan dari serangan biologis dalam skala besar, adanya peraturan yang langsung mengatur tentang
kemudian biaya pengeluaran rumah tangga bagi bioterorisme dan substansi turunannya antara lain
individu yang terpapar, dan kebutuhan standar seperti pertahanan dan keamanan biologis maupun
dalam hak hidup lainnya. pengawasan terhadap mikroorganisme yang
mempunyai wilayah endemik di wilayah Negara
Berdasarkan pemaparan tersebut di atas, dari
Kesatuan Republik Indonesia.
berbagai contoh kasus yang relevan terkait
kemungkinan bioterorisme yang dapat terjadi di Sehingga berangkat dari hal tersebut, dapat
dilakukannya reformasi hukum untuk
menyempurnakan dan melengkapi celah-celah
7
Patricia Saraswati, “Indonesia Diminta Siapkan hukum yang ada akibat dari efek kekosongan
Aturan Soal Bioterorisme,” last modified 2017,
peraturan bioterorisme yang memperluas
diakses Mei 12, 2020,
kesempatan atau celah timbulnya serangan
https://tekno.kompas.com/read/2013/07/01/1316390/
bioterorisme di Indonesia yang sudah seharusnya
Cegah.Tangkal.Bioterorisme.
mendapatkan perhatian oleh negara. Oleh
8
Connie Rahakundini Bakrie, “Siapkah Kita
sebabnya, penulis bermaksud mengajak dewan
Menghadapi Bioterorisme?,” Media Indonesia
legislatif, pemerintahan yang terkait seperti
(Jakarta, Agustus 1, 2007).
172
Urgensi Peraturan Bioterorisme di Indonesia dalam Perspektif Hak Asasi Manusia
Amanda Eugenia Soeliongan

Kementerian Pertahanan dan Kementerian tergantung pada kondisinya masing-masing.


Kesehatan, agar dapat secara kolektif merumuskan Tindakan terorisme dapat didasarkan pada dua
peraturan bioterorisme mengingat Indonesia motif umum, yaitu objective driven (adanya
tergolong negara yang mempunyai pertumbuhan permintaan yang harus dipenuhi oleh pemerintah),
kelompok teroris yang cukup tinggi di kawasan dan terror driven act (tindakan balas dendam,
ASEAN yang menjadi kepentingan Kementerian tindakan peringatan, atau ancaman), motif lain
Pertahanan untuk mengantisipasi segala indikasi yang dewasa ini yang sering terjadi adalah
perbuatan radikal yang berpotensi menjadi didasarkan pada isu etnis, agama, kesenjangan
serangan bioterorisme yang dapat terjadi kapan sosial-ekonomi, dan perbedaan ideologi yang
saja, serta dampak dari serangan bioterorisme yang terjadi dalam suatu masyarakat.9
akan memberatkan sistem kesehatan publik yang
Bioterorisme didefinisikan sebagai
berada dalam wilayah kepentingan Kementerian
serangkaian kegiatan teror dengan menggunakan
Kesehatan, untuk kemudian koordinasi semua
bahan-bahan biologis sebagai senjatanya. Senjata
unsur pemerintahan dapat disatukan dalam
biologis secara umum ada 3 bentuk yaitu, Pertama
rumusan peraturan bioterorisme yang pada
menggunakan racun yang dicampur pada makanan
dasarnya sebagai bentuk perlindungan HAM
atau minuman, Kedua, menggunakan
segenap rakyat Indonesia.
mikroorganisme seperti virus atau bakteri, dan
yang Ketiga, menggunakan struktur agen biologis
METODE PENELITIAN yang diinokulasi.10 Agen biologis yang digunakan
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam bioterorisme merupakan mikroba yang
dalam penelitian ini bersifat interdisipliner, yakni dapat direkayasa, ditingkatkan, diekstraksi
penelitian yuridis empiris dan juga normatif. Penelitian racunnya, dibuat, bahkan dapat bermutasi,
yuridis empiris dengan melihat melalui gejala sosial sehingga teror yang menggunakan agen biologis
dan kasus yang terjadi di masyarakat yang relevan, dapat menyebabkan risiko depopulasi yang tinggi
kemudian penelitian yuridis normatif, yang diakibatkan oleh penyebaran dan infeksi penyakit
menggunakan sumber sekunder sebagai bahan pada makhluk hidup yang terinfeksi. Agen biologis
tambahan yaitu menganalisis fakta yang didukung yang digunakan dalam bioterorisme disebut senjata
dengan doktrin hukum dan pendapat para ahli, dan biologis (bioweapon).
dokumen hukum yang diambil dari berbagai sumber Ancaman bioterorisme merupakan sesuatu
hukum yang saling berkaitan misalnya peraturan yang nyata walaupun frekuensi serangannya masih
perundang-undangan dan konvensi internasional. jarang bila dibandingkan dengan serangan teror
Teknik dan prosedur pengumpulan data dilakukan berupa bom atau penembakan massal. Namun,
dengan library research. Mengumpulkan data sejarah telah mencatat beragam serangan
dengan studi kepustakaan melalui laman berita bioterorisme yang telah dilakukan. Misalnya saja
yang memuat kasus-kasus terkait di internet, pencemaran makanan di beberapa toko salad di
dokumen hukum, dan literatur hukum yang Oregon, Amerika Serikat (AS), yang dicampur
memuat informasi hukum untuk kemudian dengan bakteri salmonella dilakukan oleh sekte
dianalisis dengan penalaran deskriptif analitis, Buddha bernama Bhagwan Shree Rajnnesti,
yakni menggambarkan secara komprehensif data sebagai bentuk sabotase untuk mengacaukan
yang diperoleh untuk dianalisis secara sistematis pemilu saat itu pada tahun 1984, atau pada tahun
melalui data yang dikumpulkan sehingga 1942, Uni Soviet menggunakan kuman tularemia
permasalahan yang dibahas dapat dipecahkan. pada unit Wehrmacht (Angkatan Bersenjata
Jerman) saat pertempuran Stalingrad. Saat Perang
PEMBAHASAN Dunia II, beberapa negara seperti Jerman, Uni
A. Pengertian Bioterorisme Dan Dampaknya Soviet, dan AS telah mengembangkan senjata
Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia biologis dengan meneliti berbagai mikroba yang
berpotensi menjadi agen biologis. Dengan motif
Bioterorisme adalah aksi terorisme yang penggunaan yang berbeda, pengembangan senjata
dilakukan dengan menyebarkan agen biologis
seperti virus, bakteri, jamur, atau racun-racunnya
9
secara sengaja untuk menimbulkan penyakit atau Anak Agung B. Perwita dan Yanyan M. Yani,
kematian bagi manusia, atau tanaman pangan dan Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, 5th ed.
ternak untuk menyebarkan ketakutan dan teror, (Bandung: Rosdakarya, 2017).
atau untuk memanipulasi pemerintah. Setiap aksi 10
Umatul Khoiriah, “Antraks Pulmoner dan
terorisme ini memiliki motivasi yang berbeda-beda Bioterorisme,” Mutiara Medika 5, no. 2 (2005):
126–132.
173
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020

biologis ini pun dapat digunakan untuk melalui surat berisi bubuk putih yang diduga
kepentingan defensif dari serangan bioterorisme mengandung spora anthrax dikirim ke kedutaan
yang mungkin terjadi, misalnya saja Jerman, Perancis pada 23 April 2012, setelah diuji dan
dibawah instruksi Hitler, pengembangan senjata diteliti, serbuk putih tersebut tidak mengandung
biologis dilakukan untuk kepentingan pertahanan anthrax, tetapi tetap mengandung zat yang
dalam bentuk vaksin untuk mencegah dampak berbahaya.12
bioterorisme dari negara lain.11
Bioweapon dapat diproduksi dengan mudah
Virus, bakteri, jamur, dan mikroorganisme dan murah dibandingkan dengan senjata nuklir
lainnya bila dipakai sebagai senjata teror maka yang membutuhkan banyak elemen radioaktif atau
akibat yang ditimbulkannya akan sangat besar, senjata kimia yang membutuhkan komponen yang
dapat melemahkan sektor ekonomi, politik, lebih kompleks. Peralatan yang digunakan untuk
kesehatan, keamanan, serta menimbulkan kematian membuat bioweapon mudah diakses karena
dalam skala besar. Di samping itu, penyebaran pemakaiannya yang umum dalam bidang
agen biologis dalam suatu aksi teror sangat pendidikan, agriculture, dan industri penelitian. Di
menyiksa dan merugikan pada setiap individu yang samping itu, efeknya yang lambat pun membuat
terkena dampaknya, dan waktu pemulihan yang bioweapon susah dideteksi pada awal
dibutuhkan pun memakan waktu yang lama apabila pelepasannya menyebabkan pelakunya sulit
belum tersedianya vaksin hingga akhirnya ditangkap. Kualitas inilah yang menjadikan
menyebabkan kematian dan lumpuhnya sistem bioweapon menjadi ancaman terbesar sekaligus
nasional. tantangan bagi setiap negara untuk melakukan
persiapan dalam berbagai aspek agar dapat
Bioweapon telah dilarang penggunaan dan
menghadapi serangan bioterorisme sewaktu-
pengembangannya oleh Hukum Internasional.
waktu.13
Biological Weapons Convention (BWC) secara
efektif melarang pengembangan, produksi, Potensi terpenting dari bakteri dan virus
akuisisi, pemindahan, penimbunan, dan sebagai agen biologis ialah mereka tidak akan aktif
penggunaan senjata biologis atau beracun. tanpa lingkungan (inang) yang mendukung untuk
Bioweapon bukan hanya dapat digunakan untuk hidup (bereaksi), yang membuat bioterorisme lebih
menyerang manusia, namun makhluk hidup berbahaya dari senjata kimia dan terorisme nuklir.
lainnya seperti ternak dan tanaman pangan. Ini dikarenakan adanya penundaan inkubasi atau
Bioweapon sangat mematikan dan menular, periode tertentu yang membutuhkan 7-20 hari
penyakit yang disebabkan oleh bioweapon tidak timbulnya gejala penyakit, dan tidak ada negara
akan berdiam di satu wilayah saja, namun akan yang dapat melindungi populasinya hanya dengan
menyebar dengan cepat di seluruh dunia. memindai para pendatang atau wisatawan yang
masuk ke wilayahnya. Penggunaan agen biologis
Abad 21 dapat disebut sebagai era terorisme
dalam serangan bioterorisme merupakan sesuatu
bila dilihat dari angka serangan teror yang terjadi
yang mengerikan, sebab agen biologis yang
di seluruh dunia selama beberapa dekade terakhir.
dilepaskan sulit dideteksi secara kasat mata,
Secara umum, keamanan terus berfokus pada
sehingga akan menjadikan manusia yang terkena
ancaman nuklir dan bom. Namun, dalam beberapa
paparan sebagai inangnya, kemudian akan mulai
tahun terakhir perhatian terhadap senjata biologis
menginfeksi inangnya secara perlahan, dan orang-
telah meningkat. Hal ini disebabkan oleh
orang yang terinfeksi masih dapat berkeliaran
banyaknya kasus pengembangan bioweapon oleh
tanpa mengetahui apa yang sedang terjadi di dalam
teroris dalam beberapa dekade terakhir. Tercatat
tubuh mereka.
ada serangan anthrax oleh Aum Shinrikyo di
Jepang, disusul serangan anthrax berikutnya di
Amerika Serikat yang disebarkan melalui surat.
Beranjak dari kasus ini, Amerika Serikat langsung 12
Indra Wijaya, Aryani Kristanti, dan Satwika
mengesahkan peraturan bioterorisme untuk Movementi, “Amplop Misterius Di Kedutaan
mencegah dan menanggulangi serangan-serangan Prancis Bukan Berisi Antraks,” koran.tempo.cp, last
bioterorisme di masa depan. Sementara di modified 2012, diakses Mei 25, 2020,
Indonesia, adanya ancaman serangan bioterorisme https://koran.tempo.co/read/nasional/272345/amplop
-misterius-di-kedutaan-prancis-bukan-berisi-
11
“Kewaspadaan Terhadap Bioterorisme,” diakses Mei anthrax?
23, 2020, 13
Mackenzie Kwak, “Helminths as Weapons of
https://kespelsemarang.id/bacaberita.php?milihndi=7 Bioterrorism: An Unrecognised Threat,” Journal of
6. Bioterrorism and Biodefense Vol. 7, no. 3 (2016).
174
Urgensi Peraturan Bioterorisme di Indonesia dalam Perspektif Hak Asasi Manusia
Amanda Eugenia Soeliongan

Bioterorisme adalah suatu ancaman global beberapa kasus yang pernah terjadi, khususnya di
yang harus diwaspadai, sebab penularannya tidak Indonesia, konsep biosecurity sangat perlu untuk
mengenal batas wilayah hukum sehingga setiap diterapkan, untuk mencegah terjadinya pencurian
negara harus siap dalam menghadapinya. atau penyalahgunaan agen biologis, mengingat
Khususnya dalam kesehatan publik, kesiapan Indonesia merupakan negara dengan penduduk
negara harus lebih fokus dalam memperlengkapi yang padat, serta persebaran alami endemik agen
sistem kesehatan agar selalu siaga apabila keadaan biologis yang dapat ditemukan dengan mudah di
menjadi darurat dan tak terkendali. Tanggung wilayah geografis Indonesia yang strategis.15
jawab dari lembaga kesehatan publik ialah untuk
Penggunaan agen biologis sebagai senjata
mengawasi peredaran penyakit menular,
Bioterorisme akan sangat berdampak buruk pada
mendeteksi dan menelusuri potensi terjadinya
stabilitas negara, yang khususnya akan lebih
wabah, mengidentifikasi jenis agen dan transmisi
banyak dirasakan oleh rakyat sebagai korban
penyebarannya, serta mengembangkan strategi
utama dari bioterorisme. Sejatinya bioterorisme
pencegahan dan pengendalian penyakit menular.
merupakan perang kuman (germ war) sebagai
Hal yang paling penting dalam sistem kesehatan
bentuk penjajahan genetika dalam ekonomi politik,
dan penelitian medis ialah orang-orang terkait
karena berkaitan secara langsung dengan pasar
harus memberikan perlindungan terhadap agen
internasional untuk melemahkan perekonomian
biologis yang berpotensi menjadi bioweapon agar
suatu negara sehingga membuat negara tersebut
tidak terjadi kebocoran atau disalahgunakan.
bergantung pada negara lain atau mengalami
Pada September 2011, para ilmuwan di kolaps. Misalnya saja pada kasus flu burung H5N1
Belanda mengumumkan penemuan baru, yang berhasil menyebar sampai ke Indonesia,
dinyatakan oleh Ron Fouchier, seorang ahli virus menginfeksi ribuan unggas sehingga memberikan
influenza di Erasmus Medical Center Rotterdam, kerugian yang besar apalagi Indonesia
bahwa grup penelitiannya telah menciptakan jenis diperhadapkan pada pasar bebas ASEAN.16
virus flu burung H5N1 yang telah dimutasi. H5N1 Tingkat fatalitas kasus dari peristiwa infeksi yang
ini dapat ditransmisikan lewat udara yang bersifat diprovokasi atau disengaja memiliki dampak sosial
mematikan bagi manusia bila terpapar lewat dan ekonomi, oleh karena itu, biaya ekonomi akan
kontak langsung, maupun lewat kontak fisik jauh lebih tinggi daripada jumlah korban manusia,
dengan hewan yang terinfeksi. Informasi sehingga kriteria pertimbangan ini sangat
penemuan semacam ini dinilai berbahaya menentukan ketika keputusan pada level legislatif
didasarkan pada alasan bahwa penemuan ini dapat akan dibuat.17
disalahgunakan oleh pemerintah maupun aktor
Dampak bioterorisme pada perekonomian
non-negara (kelompok radikal/teroris) untuk
negara tentunya akan sangat berpengaruh terhadap
diprogram ulang atau ditiru sehingga dapat
rakyat. Pada penanggulangan dampak
dijadikan bioweapon.14 Risiko seperti ini jelas
bioterorisme, secara otomatis pemerintah akan
nyata dan tak dapat terhindarkan. Perlunya jaminan
mengerahkan segala sumber daya yang ada,
dan perlindungan terhadap penelitian agen
misalnya pengalokasian prioritas dalam anggaran
biologis, bahkan yang paling utama adalah
negara yang akan menambah panjang daftar
keamanan informasi terkait ringkasan hasil
belanja negara untuk meminimalkan dan
penelitian yang tidak boleh dimiliki oleh orang
menuntaskan dampak buruk dari bioterorisme,
lain. Keamanan dalam penyimpanan agen biologis
mengingat efek dari serangan agen biologis akan
agar tidak bocor merupakan kewajiban utama dari
menyasar setiap makhluk hidup yakni terhadap
para klinisi yang terlibat di dalamnya (dokter,
manusia, pangan, maupun hewan ternak, dapat
perekayasa, peneliti, pekerja lab, dan sebagainya).
Segala upaya yang dilakukan untuk menyimpan,
melindungi, dan mencegah kebocoran atau 15
Pratiwi Sudarmono, “Biosecurity dalam Kedokteran
penyalahgunaan agen biologis merupakan unsur dan Kesehatan,” eJKI Vol. 3, no. 1 (2015): 1–7.
dari konsep biosecurity, dan tujuan utama dari 16
Eko Priyanto, “BIN: Ancaman Bioterorisme Bisa
biosecurity ialah menjauhkan segala risiko yang Melalui Suplai Pangan,” aktual.com, last modified
dapat menyebabkan penyakit terhadap hewan, 2020, diakses Mei 28, 2020, https://aktual.com/bin-
tanaman, dan manusia berdasarkan sistem ancaman-bioterorisme-bisa-melalui-suplai-pangan/.
klasifikasi yang telah ditetapkan. Berdasarkan 17
Jean-Nicolas Tournier, “The Threat Of
Bioterrorism,” thelancet.com, Vol. 19 (Paris, 2019),
14
Kathleen Vogel, “Experts Knowledge In Intelligence last modified 2019, diakses Agustus 13, 2020,
Assessments: Bird Flu And Bioterrorism,” MIT https://www.thelancet.com/action/showPdf?pii=S14
Press Journal Vol. 38, no. 3 (2014): 39–71. 73-3099%2818%2930709-6.
175
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020

mencemari udara, air, tanah, dan mengontaminasi menular, sehingga pemerintah akan
setiap permukaan yang ada. Sehingga dalam kurun memberlakukan karantina.18 Karantina kesehatan
waktu tertentu pertahanan setiap negara akan yang diberlakukan bersinggungan dengan hak
menurun disebabkan oleh melemahnya sumber kebebasan sipil. Di samping mencegah penyebaran
daya yang tersedia. penyakit menular semakin meluas, kebijakan
karantina pun akan membatasi ruang gerak
Menurut Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4
masyarakat dalam usaha dan pekerjaan sehari-hari.
Tahun 2019 tentang Peningkatan Kemampuan
Kewajiban pemerintah apabila memberlakukan
Dalam Mencegah, Mendeteksi, Dan Merespons
karantina ialah memenuhi kebutuhan sehari-hari
Wabah Penyakit, Pandemi Global, Dan
masyarakat dan ternak mereka, ini membutuhkan
Kedaruratan Nuklir, Biologi, Dan Kimia,
perhitungan dan persediaan dalam skala besar dan
menginstruksikan kepada Menteri Keuangan untuk
jangka panjang. Namun, jika negara
memberikan dukungan pengalokasian anggaran
memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar
berbagai kegiatan dalam upaya mencegah,
(PSBB) atau lockdown parsial, kewajiban sosial itu
mendeteksi, dan merespons berbagai penyakit dan
tidak perlu ditanggung pemerintah pusat. Seperti
atau kejadian yang berpotensi menyebabkan
yang terjadi saat ini, pemerintah Indonesia
kedaruratan kesehatan masyarakat, sehingga secara
memberlakukan PSBB dalam penanganan COVID-
seksama dapat dicermati bahwa penyediaan dan
19 disebabkan angka terinfeksi positif yang
penggunaan sumber daya keuangan yang akan
melonjak naik sejak Maret lalu. Diterapkannya
diatur dan dikelola dalam menghadapi kedaruratan
PSBB ini berarti pemerintah melakukan
kesehatan hanya menitikberatkan pada kinerja
pembatasan terhadap hak kebebasan, hak
pemerintah dalam memenuhi hak
menentukan tempat tinggal, hak keluar masuk
konstitusionalnya menjalankan pemerintahan
wilayah dan suatu negara. Pembatasan HAM ini
dalam upaya mencegah dan bertahan hingga
pun dapat dilakukan pemerintah berdasarkan
keadaan darurat berakhir, secara tidak langsung
Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan
mengesampingkan pemenuhan HAM rakyatnya
Politik Pasal 4 dengan alasan keadaan darurat, dan
yang terkena dampak langsung dengan
dilakukan untuk melindungi keamanan nasional,
mengabaikan setiap kebutuhan dan aspek dalam
ketertiban umum, yang didasarkan pada
kesejahteraan hidup yang diperlukan oleh setiap
kepentingan nasional.19
individu yang seharusnya termasuk ke dalam skala
prioritas pemerintah berdasarkan asas Namun, walaupun pembatasan HAM dapat
proporsionalitas dengan menyeimbangkan antara dilakukan karena adanya keadaan darurat bukan
penerapan kebijakan pemerintah dan pemenuhan berarti HAM dapat diabaikan begitu saja dalam
kebutuhan moral dan material rakyatnya yang penerapan sistem kedaruratan kesehatan tanpa
secara jelas termasuk ke dalam hak asasi adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban
fundamental yaitu hak hidup. pemerintah sebagai penyelenggara negara sesuai
dengan asas proporsionalitas.20 Pembatasan HAM
Kemudian sektor selanjutnya yang paling
tidak dapat dilakukan tanpa adanya solusi yang
krusial dan rentan terhadap ancaman bioterorisme
bersifat timbal balik atau suatu penyeimbang
adalah kesehatan publik, menjadi sektor utama
sebagai upaya bagi pemenuhan hak hidup
yang menerima dampak berat akibat serangan agen
dikarenakan tidak memberikan kesejahteraan yang
biologis. Dalam Inpres Nomor 4 Tahun 2019 juga
dibutuhkan saat keadaan darurat berlangsung. Saat
memberikan instruksi kepada Menteri Kesehatan
terjadi wabah atau pandemi yang diakibatkan oleh
untuk mengkaji dan menyempurnakan peraturan
bioterorisme, sistem kedaruratan kesehatan akan
perundang-undangan dan kebijakan dibidang
memaksa penutupan usaha rakyat atau
kesehatan terkait peningkatan ketahanan kesehatan
pengurangan mobilitas pasar atau sektor ekonomi
global serta dukungan pembiayaan, sehingga
ketentuan Kekarantinaan Kesehatan dalam 18
Undang-undang No. 6 Tahun 2018 dapat dikritisi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang
dengan bijaksana berkaca dari keadaan aktual di Kekarantinaan Kesehatan (Republik Indonesia,
Indonesia pasca menyebarnya COVID-19 yang 2018).
19
International Covenant on Civil and Political
telah mencapai level pandemi. Substansi dalam
Rights, 1976. Article 4.
Undang-undang No. 6 Tahun 2018 tentang 20
Suwari Akhmaddhian, “Asas-Asas Dalam
Kekarantinaan Kesehatan pada Pasal 1 ayat 2
Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Baik Untuk
mengenai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat,
Mewujudkan Good Governance,” Journal of
yaitu keadaan kesehatan masyarakat yang bersifat
Multidisciplinary Studies Vol. 9, no. 1 (2018): 30–
luar biasa karena adanya penyebaran penyakit
38.
176
Urgensi Peraturan Bioterorisme di Indonesia dalam Perspektif Hak Asasi Manusia
Amanda Eugenia Soeliongan

mikro sebagai akibat dari penetapan karantina atau Pelaksanaan kewajiban negara melalui
PSBB, sehingga akan berdampak buruk bagi penyelenggaraan pemerintahannya berdasarkan
masyarakat, kebijakan tersebut secara tidak konstitusi merupakan keharusan yang tak
langsung mengancam hak hidup. Apabila hak terhindarkan sebagai anggota masyarakat
kebebasan untuk bergerak dan berpindah ke suatu internasional untuk memenuhi, melindungi, dan
wilayah dibatasi, serta penutupan tempat-tempat menghormati HAM, dengan melahirkan kebijakan-
usaha maupun pengekangan penyediaan jasa kebijakan legislatif sebagai payung hukum
dilakukan dalam sistem kedaruratan kesehatan, terhadap perkembangan jaman dan kemajuan ilmu
maka akan menyulitkan masyarakat memenuhi pengetahuan yang mempengaruhi perubahan
kebutuhan hidup dasar setiap harinya, sehingga hal sosial. Pada tahap ini, bioteknologi sebagai bagian
ini mengancam hak hidup setiap orang yang dari ilmu pengetahuan yang modern dan canggih
bersifat fundamental. membutuhkan hukum sebagai alat kontrol sosial.
Dinamika ilmu pengetahuan dan penelitian yang
Merebaknya wabah virus COVID-19 belum
selalu berkembang membutuhkan pengendalian
diketahui motif penyebarannya, apakah secara
atau pengawasan dari hukum sebagai suatu sistem
alamiah atau disengaja. Akan tetapi, keadaan ini
norma.
dapat dijadikan contoh sekaligus bahan
pembelajaran, bagaimana jika wabah ini Kondisi wilayah dan lingkungan hidup yang
diakibatkan oleh bioterorisme, kesiapan dan semakin rusak, terdegradasi dan merosot
kapabilitas negara harus berdasarkan protokol dan kualitasnya secara realistis telah berdampak pada
peraturan yang sesuai untuk menanggulangi kondisi dunia yang ditandai oleh instabilitas dan
dampaknya. Masyarakat tidak boleh dibiarkan anarki secara luas, globalisasi yang meningkat
rapuh tanpa perlindungan hukum yang tepat. cepat, yang didukung oleh semakin terbukanya
Dalam keadaan darurat, setiap kebijakan yang hubungan antarbangsa dan teknologi21, sehingga
ditetapkan pemerintah akan menjadi pisau kritik terbukanya akses pada bioteknologi memberikan
bagi kemampuan negara dalam melindungi peluang besar yang mengarah pada penyimpangan,
rakyatnya saat terjadi wabah penyakit menular, dan pada akhirnya menuju kepada suatu aksi teror
seperti implementasi kebijakan yang belum merata yang membahayakan melalui bioterorisme. Di
dan efektif, kurangnya suplai alat medis ke setiap Indonesia, sampai saat ini belum terbentuk
rumah sakit daerah, kesiapsiagaan para tenaga ahli, peraturan khusus bioterorisme, dan sistem
tenaga medis, dan instansi yang terkait, persediaan pertahanan yang secara khusus dipersiapkan untuk
obat-obatan dan kemudahan dalam mengakses menghadapi ancaman bioterorisme, sehingga
fasilitas kesehatan bagi setiap orang. Efektif atau perumusan sistem biodefense yang efektif sangat
tidaknya sistem kedaruratan kesehatan yang diperlukan.22
diterapkan negara tentunya mengutamakan
Biodefense merupakan pertahanan biologis
kesejahteraan rakyat sebagai kewajiban negara
dari ancaman serangan agen biologis berupa
yang paling utama sehingga HAM tidak bisa
mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur,
diabaikan dan harus hadir dalam setiap keputusan
kuman, dan mikroba lainnya yang dapat
yang diambil oleh pemerintah.
menimbulkan penyakit dan mengganggu kesehatan
UUD 1945 mewajibkan negara untuk makhluk hidup dan lingkungan. Biodefense dapat
mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan diwujudkan melalui suatu sistem kesehatan yang
kehidupan bangsa berdasarkan keadilan sosial. sistematis dan dapat terkoordinasi dalam setiap
Kesejahteraan umum dapat diwujudkan dengan level birokrasi wilayah hingga pusat saat keadaan
memenuhi dan melindungi HAM warga negara. darurat. Dampak bioterorisme akan memberatkan
Salah satunya dengan memberikan akses kesehatan sistem kesehatan publik untuk mengatasinya.
yang memadai, dan membentuk peraturan yang Sistem kesehatan publik yang efektif dengan
relevan dengan perkembangan isu-isu di dunia pengawasan penyakit menular yang kuat, pemetaan
guna melindungi hak asasi warga negara. secara cepat dan investigasi laboratorium, efisiensi
Kesehatan warga negara menunjukkan manajemen kesehatan, informasi, edukasi, dan
kesejahteraan negara, dan kesejahteraan rakyat
berarti kemakmuran bagi negara, menunjukkan 21
Dinna Wishnu, Simela Victor Muhamad, dan Sita
keberhasilan pemerintah dalam menyelenggarakan
Hidriyah, Aktor Non-Negara: Kajian Implikasi
pemerintahannya. Mewujudkan bangsa yang
Kejahatan Transnasional di Asia Tenggara, ed.
cerdas membutuhkan sistem kesehatan yang baik,
Poltak Partogi Nainggolan, Edition 1. (Jakarta:
efisien, dan mudah diakses setiap orang, sehingga
Yayasan Obor Indonesia, 2017).
tujuan tersebut dapat dicapai. 22
Bakrie, “Siapkah Kita Menghadapi Bioterorisme?”
177
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020

komunikasi akan diperlukan untuk menanggulangi pembatas agar tidak terjadi pelanggaran HAM
serangan bioterorisme. Dalam sistem kesehatan yang fatal. Parameter yang menjadi tolak ukur
publik, potensi pelanggaran hak individu semakin sekaligus pembatas ini tentunya adalah suatu
meningkat jika pelaku teror menggunakan patogen regulasi yang bersifat responsif, terstruktur, dan
yang menular dari orang ke orang sehingga begitu strategis untuk memberikan perlindungan,
pentingnya kerangka kerja yang ditetapkan dalam menyediakan jaminan, dan menyatakan kesiapan
Hukum Internasional karena adanya pelanggaran negara dalam menghadapi ancaman bioterorisme.
hak-hak sipil dan politik untuk melindungi
kesehatan masyarakat.23
B. Urgensi Pembentukan Peraturan
Hukum Internasional yang mengatur tentang
Bioterorisme
hak sipil dan politik mendisiplinkan kekuatan
kesehatan masyarakat dalam empat cara, yaitu: Indonesia merupakan negara hukum yang
menjunjung tinggi kemanusiaan sebagai pilar dasar
1) Kewenangan atas kesehatan
bangsa sebagai Sila Kedua. Keamanan manusia
masyarakat yang dilaksanakan harus
merupakan elemen krusial yang mencerminkan
sesuai dengan ketentuan hukum;
kekuatan kedaulatan negara, sebab keamanan manusia
2) Kewenangan tersebut harus termasuk dalam konsep HAM, kemanusiaan yang
diterapkan dengan cara yang tidak harus dilindungi oleh hukum. Prinsip pengakuan dan
diskriminatif; perlindungan terhadap hak asasi manusia adalah
bagian dari prinsip perlindungan hukum, suatu esensi
3) Proses hukum harus diberikan
dalam bangunan negara hukum untuk memberikan
sebelum hak-hak individu dilanggar,
upaya atau usaha dalam mempertahankan dan
kecuali jika ada keadaan darurat,
memberikan perlindungan HAM dengan menjadikan
hingga kemudian proses hukum harus
HAM tersebut menjadi bagian dalam hukum
diberikan sesegera mungkin setelah
nasional26. Jaminan perlindungan terhadap HAM dan
hak dilanggar;
warga negara merupakan suatu substansi yang harus
4) Pelanggaran hak memang harus dikandung dalam konstitusi suatu negara27, oleh
diperlukan baik dari sudut pandang sebabnya negara tidak boleh sewenang-wenang
ilmiah maupun kesehatan masyarakat, mengabaikan hak warga negaranya yang
dan pelanggaran tersebut sedapatnya membutuhkan perlindungan hukum terhadap
harus seketat mungkin dalam keadaan bioterorisme sebab ini adalah hak konstitusional warga
yang sedang dihadapi.24 negara, dan hak asasi milik kemanusiaan itu sendiri,
Pembatasan kegiatan, pekerjaan, kehidupan sosial untuk dilindungi oleh hukum. Hak konstitusional
dan sebagainya dapat menimbulkan masalah yang warga negara memberikan otoritas dan kebebasan
lebih rumit ketika mereka yang terkena dampak pada rakyat untuk menuntut negara apabila ditemukan
adalah individu yang sehat. Namun, jika individu kesewenangan atau pengabaian akan HAM yang
yang sehat harus menyerahkan kebebasannya seharusnya menjadi kewajiban negara untuk dijamin
untuk kepentingan publik, maka mereka setidaknya dan dilindungi. Suatu akibat yang secara langsung
harus menerima kompensasi atas kerugian yang memberikan bentuk kesinambungan hierarkis oleh
dialami25, walaupun kedaruratan kesehatan HAM dalam susunan teks konstitusi, memberikan
merupakan dampak dari bencana yang tak dapat eksistensi bahwa HAM memiliki status istimewa,
dihindarkan. Kesehatan publik yang terancam oleh walaupun konstitusi dapat berubah-ubah dan
teror agen biologis berpengaruh pada stabilitas dibuat baru, namun HAM masih tetap dapat
negara, keamanan nasional, dan kehidupan bangsa, ditegakkan, bersifat kaku, dan tidak dapat diubah,
sehingga pembatasan HAM yang dilakukan untuk
mengatasi dampak bioterorisme ini membutuhkan
parameter yang menjadi tolak ukur sekaligus
26
Bobi Aswandi dan Kholis Roisah, “Negara Hukum
23
David Fidler, “Bioterrorism, Public Health, And dan Demokrasi Pancasila Dalam Kaitannya Dengan
International Law,” Chicago Journal of Hak Asasi Manusia,” Jurnal Pembangunan
International Law Vol. 3, no. 1 (2002). Indonesia Vol. 1, no. No. 1 (2019): 128–145.
24
Ibid. 27
Budi Hermawan Bangun, “Perbandingan Sistem dan
25
Stefano Bonino, “Bioterrorism, Public Health and Mekanisme HAM Negara-Negara Anggota ASEAN:
Civil Liberties,” Harvard Public Health Review Vol. Tinjauan Konstitusi dan Kelembagaan,” Jurnal
21 (2019): 21. HAM Vol. 10, no. 1 (2019): 99–114.
178
Urgensi Peraturan Bioterorisme di Indonesia dalam Perspektif Hak Asasi Manusia
Amanda Eugenia Soeliongan

sedangkan substansi lainnya yang bukan HAM biologis dan cara penanganannya yang bersifat
bersifat fleksibel.28 umum, namun tidak mengatur secara komprehensif
dan mendalam mengenai cakupan makna dan
Di Indonesia telah ada beberapa peraturan
kebutuhan yang sebenarnya dari bioterorisme,
yang melingkupi kesehatan publik apabila terjadi
bioteknologi, biodefense, dan biosecurity.
wabah penyakit menular, misalnya Undang-
undang No. 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Indonesia telah meratifikasi Biological
Kesehatan, Undang-undang No. 4 Tahun 1984 Weapons Convention (BWC) dengan Keppres No.
tentang Wabah Penyakit Menular, dan Undang- 58 Tahun 1991, hingga kini konvensi ini tidak
undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, mempunyai organisasi turunan begitu juga dengan
Peraturan Menteri Pertahanan No. 20 Tahun 2014 sistem verifikasi yang dapat memeriksa dugaan
tentang Sistem Kesehatan Pertahanan Negara, penyalahgunaan agen biologis sebagai senjata
Peraturan Menteri Pertahanan No. 5 Tahun 2015 pemusnah massal. Dalam Pasal 4 BWC
tentang Penanggulangan Dampak Bahaya Agensia menyatakan bahwa sesuai dengan proses
Biologi Dari Aspek Kesehatan Di Lingkungan konstitusional masing-masing negara pihak
Kementerian Pertahanan dan TNI, serta Peraturan konvensi untuk mengambil langkah-langkah yang
Menteri Kesehatan No. 82 Tahun 2014 tentang diperlukan agar menerapkan konvensi ini ke dalam
Penanggulangan Penyakit Menular. Sedangkan, sistem nasionalnya. Meskipun secara internasional
dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 2018 belum tercapainya kesepakatan mengenai
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, perluasan sistem kerja terkait BWC, dilansir dari
khususnya pada Pasal 10A ayat 1, yang Kementerian Luar Negeri, menyatakan bahwa
menyatakan bahwa setiap orang yang secara Indonesia telah menyiapkan RUU Keamanan
melawan hukum membuat, menerima, membawa, Biologi yang akan meliputi implementasi BWC,
menyimpan, atau mengeluarkan mikroorganisme dan menggabungkan implementasi kesepakatan
dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam World Health Organization (WHO) yaitu
dengan maksud untuk melakukan Tindak Pidana International Health Regulation (IHR) dan
Terorisme akan dikenakan sanksi pidana penjara Pandemic Influenza Preparedness Framework.29
atau pidana mati. Dapat dicermati bahwa substansi Dapat juga dikaitkan dengan peningkatan
yang terkandung dalam pasal ini hanya geostrategi Indonesia, sebagai ketahanan nasional
menargetkan sanksi pidana pada suatu tindakan yang berdimensi Astagatra, yakni segenap
yang melakukan proses pemindahan, kepemilikan, kehidupan nasional yang begitu kompleks yang
atau penguasaan atas agen biologis dengan maksud dipetakan secara sederhana namun tetap
melakukan tindak pidana terorisme. Tidak mencerminkan kehidupan nasional yang nyata30.
dijelaskan secara jelas dan tidak diatur secara rinci Astagatra yang terdiri dari Trigatra Alamiah, yakni
mengenai bentuk nyata atas “maksud untuk geografi (wilayah), sumber kekayaan alam dan
melakukan tindak pidana terorisme” sehingga kependudukan dapat ditingkatkan dan diperkuat
menimbulkan interpretasi yang ambigu, tidak dengan melahirkan peraturan terkait bioterorisme
efisien dan tidak efektif dalam penerapannya di dalam substansi konsep biosecurity ataupun
masa mendatang. Dan secara komprehensif biodefense yang dapat mendorong pemanfaatan
substansi dalam UU Terorisme ini dapat dibedah keanekaragaman agen biologis yang tersebar di
menjadi dua bagian, yaitu hanya mengandung seluruh wilayah Indonesia untuk kepentingan
substansi yang memuat tentang aksi terorisme pertahanan nasional, dan memanfaatkannya bagi
konvensional (pemboman, penembakan, dan peningkatan bioteknologi kesehatan, obat-obatan
sebagainya) dan substansi yang menekankan pada dan medis, agrikultural, serta mengembangkan
penumpasan pertumbuhan kelompok radikal penemuan mikroorganisme lainnya yang
terorisme. Sehingga secara jelas dapat dinyatakan
bahwa beberapa regulasi ini tidak secara langsung
mengatur mengenai bioterorisme, hanya mencakup 29
“Perlucutan Senjata dan Non-proliferasi Senjata
radikalisme yang berujung aksi teror secara umum Pemusnah Massal,” last modified 2019, diakses Juni
serta mencakup dampak yang dapat timbul oleh 2, 2020,
penyakit menular yang diakibatkan oleh agen https://kemlu.go.id/portal/id/read/90/halaman_list_la
innya/perlucutan-senjata-dan-non-proliferasi-
28
Maruarar Siahaan, “Hak Konstitusional Dalam UUD senjata-pemusnah-massal.
1945,” lama.elsam.or.id (Salatiga, 2011), last 30
Ermaya Suradinata, “Geopolitik Dan Geostrategi
modified 2011, diakses Mei 28, 2020, Dalam Mewujudkan Integritas Negara Kesatuan
https://lama.elsam.or.id/downloads/1322798965_HA Republik Indonesia,” Jurnal Ketahanan Nasional
K_KONSTITUSIONAL_DALAM_UUD_1945.pdf. Vol. 6, no. 2 (2001).
179
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020

berpotensi sebagai senjata biologis untuk menentukan apa yang dapat “membahayakan
dilindungi agar tidak jatuh ke tangan asing. masyarakat”, dan bila saatnya “tatanan umum”
secara absah dapat membatasi pelaksanaan
Berbagai kasus bioterorisme hampir tersebar
kebebasan yang berfungsi dalam praktiknya, maka
di seluruh dunia yang menunjukkan ancaman
dapat langsung disadari apabila teks hukum itu
bioterorisme sangat nyata dan berbahaya sebagai
berkemungkinan dimanipulasi atau tidak dalam
silent killer, merupakan fakta yang bernilai
praktiknya.32 Pada gambaran secara keseluruhan,
subyektif, bila dipadankan dengan perlindungan
adalah tidak adil jika pemerintah
terhadap HAM setiap orang yang berpeluang
menyalahgunakan undang-undang nasional untuk
menjadi korban serangan senjata biologis yang
melawan risiko yang penanganannya dapat
bernilai obyektif, di mana nilai subyektif itu adalah
menghasilkan kepentingan yang lebih tinggi.
tujuan yang ditetapkan oleh manusia yang hendak
Pemerintah harus berhati-hati dan menghindari
ia capai, dan nilai obyektif merupakan tujuan yang
penyalahgunaan kekuasaan yang memprioritaskan
seharusnya dicapai yang telah ditetapkan oleh
kepentingan bersama di atas kebebasan individu,
suatu norma, keduanya mempunyai kesesuaian
maka dari itu, pentingnya rasionalitas risiko
dengan tujuan tertentu dalam suatu hubungan
bioterorisme diterjemahkan ke dalam kebijakan
sebab-akibat. Nilai yang selaras dengan tujuan,
yang dapat secara aktif berupaya mencegah situasi
adalah identik dengan nilai yang selaras dengan
dari datangnya bencana dari beberapa titik yang
sebuah norma atau dengan nilai yang selaras
tidak terbatas di masa depan.33
dengan suatu keinginan.31 Untuk mewujudkannya,
negara diharuskan membentuk peraturan yang Satu-satunya pembatasan terhadap
mengatur tentang fakta bernilai subyektif tersebut, kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan adalah
maka dalam sebab-akibatnya, negara dapat hukum.34 Negara yang mempunyai kekuasaan
mencapai tujuan yang bernilai obyektif, yakni untuk melindungi HAM rakyatnya, berkemampuan
memberikan perlindungan dari ancaman untuk mengingkarinya bila terdapat celah dalam
bioterorisme secara utuh atas hak asasi warga tatanan hukumnya. Celah yang berkemungkinan
negaranya yang sesuai dengan konstitusi. sengaja ditinggalkan untuk menyisipkan kebijakan
lainnya yang berkecenderungan menjadi suatu
Pemajuan nilai dan norma HAM di dunia
pengabaian kewajiban, yang dianggap sebagai
internasional memberikan parameter untuk
manfaat bagi penguasa tergantung dari karakter
bertindak bagi negara-negara yang ingin
nilai yang mempengaruhinya. Sehingga pernyataan
memajukan HAM diwilayahnya. Dengan
teori hukum murni “qui non sub me contra me”
merefleksikan kebutuhan perkembangan budaya
(yang tidak berada di bawah kekuasaanku berarti
dan moral masyarakat pada konvensi-konvensi
menentangku) dalam prinsip manfaat membuat
internasional serta kasus-kasus bioterorisme yang
aturan hukum tersebut memperkuat kekuasaan
secara nyata terjadi, mewajibkan negara untuk
penguasa dengan memandang sama tindakan yang
bertindak dalam suatu cara tertentu, untuk
bermanfaat bagi HAM dengan tindakan yang
mempertahankan kepercayaan rakyatnya, untuk
merugikan HAM.
melakukan tugas dan fungsinya secara
konstitusional, dan melakukannya demi Pembentukan peraturan bioterorisme dapat
kemanusiaan, maka negara harus membentuk menjadi pencapaian tujuan manfaat yang besar,
peraturan bioterorisme dan menutupi kekosongan berdasarkan pertimbangan agar tidak merugikan,
hukum yang ada, menutupi celah bagi dan meneguhkan perhitungan dan pengamatan agar
penyalahgunaan kewenangan. Faktor lainnya ialah tidak menyimpang. Semua tujuan yang patut
penguraian konsep bioterorisme dan substansi dihormati, harus masuk pandangan legislator,
terkait yang perlu untuk dirumuskan ke dalam teks kecuali tujuan yang sudah sering diselewengkan
hukum agar memperoleh kedudukan yang sah karena legislator memandangnya sebagai tujuan,
dalam tatanan sistem hukum, sebagai rangkuman bukan sarana, bukannya membuat prinsip-prinsip
yang sistematis dan terencana, tervalidasi untuk dalam hukum itu berada di bawah kebahagiaan
melakukan eksekusi di lapangan. Pembentukan
peraturan bioterorisme, semakin jelas dan dapat 32
Antonio Cassese, Hak Asasi Manusia Di Dunia
diterima secara umum, yang disebut kemudian ini
Yang Berubah, ed. A. Rahman Zainuddin (Jakarta:
berhak menentukan batas-batas kebebasan,
Yayasan Obor Indonesia, 2005), 29.
33
Bonino, “Bioterrorism, Public Health and Civil
31
Hans Kelsen, Teori Hukum Murni: Dasar-Dasar Liberties.”
34
Ilmu Hukum Normatif, ed. Nurainun Mangunsong Cassese, Hak Asasi Manusia Di Dunia Yang
(Bandung: Nusamedia, 2016), 34. Berubah.
180
Urgensi Peraturan Bioterorisme di Indonesia dalam Perspektif Hak Asasi Manusia
Amanda Eugenia Soeliongan

publik, namun diganti dengan prinsip yang menuju Sementara itu, terdapat berbagai tren yang
pada kekuasaan dan kejayaan seolah-olah itu salah satunya berusaha untuk membantu mencegah
sebagai satu-satunya sarana untuk mencapai dan mengendalikan berbagai patogen dengan
kebaikan publik.35 Tujuan utama yang penting berfokus pada kemampuan untuk menyintesis dan
untuk dicapai ialah memastikan tujuan dari memberikan antigen pelindung. Deteksi dini agen
harapan mengapa hukum tersebut dibentuk bioterorisme meningkatkan kemampuan responden
disampaikan dan dirasakan oleh masyarakat, sesuai untuk mengendalikan dan mengobati ancaman
dengan faktanya bahwa bioterorisme adalah patogen.37 Mengenai hal ini, tanggung jawab dari
sesuatu yang berbahaya, dapat terjadi kapan saja, lembaga kesehatan publik adalah antara lain
tanpa peringatan, dan seketika itu juga telah pengawasan penyakit menular, deteksi dan
menyebar ke seluruh negeri, menyisakan penantian investigasi wabah, identifikasi etiologis agen dan
untuk memanen dampak dari bioterorisme yang moda transmisinya, pengembangan pencegahan
membunuh dalam kesunyian. dan strategi kontrol. Kerja sama dengan para ahli,
perekayasa, peneliti, dan pekerja lab sangat
Perumusan bentuk perlindungan hukum
penting. Perumusan permasalahan yang dihadapi
terhadap ancaman bioterorisme harus berfungsi
dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan
dan bekerja sebagai sarana untuk mewujudkan
bermasyarakat melalui pertimbangan ilmiah,
suatu perlindungan yang bersifat prediktif, adaptif,
filosofis, sosiologis, dan yuridis, digabungkan
antisipatif, dan fleksibel, yaitu mewujudkan tujuan
untuk meningkatkan kecepatan dan efektivitas
harapan yang ingin dicapai melalui prediksi
kontrol ancaman bioterorisme, hingga kemudian
skenario bahaya yang dihadapi, di mana hukum
dapat menentukan potensi ancaman dan
harus selalu bisa beradaptasi dengan dinamika
mekanisme penyebaran bioterorisme yang akan
sosial karena hukum bertumbuh di dalamnya,
dihadapi negara. Namun, persoalan mendasar bagi
mengantisipasi perkembangan bioteknologi dan
Indonesia adalah ketidakmampuannya dalam
teror yang datang dibalik bayang-bayang kemajuan
menjalankan sistem pertahanan dan keamanan
teknologi, sehingga hukum tersebut dapat dengan
negara yang terintegrasi, inilah mengapa
fleksibel merangkul hal yang dibutuhkan untuk
pentingnya perumusan sistem biodefense yang
memenuhi kesejahteraan rakyat bersamaan dengan
efektif.38
pelaksanaan kewajiban negara dalam
menanggulangi bioterorisme yang tentunya akan Merujuk kembali pada sistem ketahanan
mempertaruhkan hak asasi dalam perjalanannya. kesehatan nasional, terkait biodefense, respons
terhadap bioterorisme meliputi karantina dan
Perumusan peraturan bioterorisme harus
vaksinasi publik, merupakan poin terpenting.
menitikberatkan pada kewajiban negara untuk
Dalam langkah-langkah kesehatan masyarakat
mengoperasionalisasikan HAM ke dalam
seperti karantina, berkemungkinan tidak adanya
kebijakan sistem kesehatan publik maupun
rencana yang realistis, yang secara khusus cocok
ketahanan nasional. Sehingga pendekatan berbasis
dari perspektif pelestarian kebebasan sipil, namun
HAM dapat memperkuat kapasitas negara sebagai
bila karantina diterapkan oleh negara maka
pengemban tugas (duty-bearer) agar kewajiban
kebijakan itu akan lebih cenderung melanggar hak-
untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi
hak sipil individu dan memberikan perlindungan
HAM dilaksanakan secara kompeten, transparan
untuk hak-hak konstitusional warga negara.39
dan akuntabel.36 Kewajiban negara untuk
Secara konseptual, perlindungan hukum yang
melindungi HAM ialah termasuk ke dalam tugas-
diberikan kepada rakyat Indonesia merupakan
tugas negara untuk mengadopsi atau membentuk
penerapan prinsip pengakuan dari HAM.
peraturan, atau mengambil langkah-langkah lain
Ketentuan mengenai HAM yang dipersoalkan ini
yang memastikan tersedianya sarana untuk
memang mungkin akan berkontradiksi dengan
memenuhi HAM warga negaranya dibawah
HAM lainnya. Perlunya penyeimbang dalam suatu
ancaman serangan bioterorisme.
ketentuan hukum, sebagai pertimbangan mengenai

35
Jeremy Bentham, Teori Perundang Undangan, ed. 37
James A. Hust dan Nicholas E. Burgis, “Current
Derta Sri Wulandari (Bandung: Penerbit Nuansa, Trends in Bioterrorism And Biodefense,” Journal of
2016). Bioterrorism and Biodefense, no. S3 (2013): 1–2.
36
“Leading The Realization Of Human Rights To 38
Bakrie, “Siapkah Kita Menghadapi Bioterorisme?”
Health And Through Health” (Geneva, 2017), last 39
Eleanor E. Mayer, “Prepare For The Worst:
modified 2017, diakses Agustus 3, 2020, Protecting Civil Liberties In The Modern Age Of
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/255 Bioterrorism,” Journal of Constitutional Law 11, no.
540/9789241512459-eng.pdf. 4 (2009): 1051–1076.
181
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020

batas rasional yang pantas dari suatu hak KESIMPULAN


konstitusional individu atau kepentingan
konstitusional pemerintah, sehingga ketentuan Bioterorisme merupakan aksi kejahatan terhadap
terkait bioterorisme ini harus bisa mengatur hak kemanusiaan yang memakai agen biologis sebagai
sebagaimana hak-hak tersebut bisa dinikmati dan sarana serangannya untuk menciptakan teror,
dilaksanakan bagi kebaikan kolektif.40 ketakutan, dan kekacauan pada suatu negara. Agen
biologis yang digunakan sebagai sarana aksi teror
Hukum HAM Internasional menawarkan berupa mikroorganisme seperti virus, bakteri,
dasar kerangka kerja yang bersifat universal untuk kuman, jamur, racun-racunnya, dan mikroba
memajukan keadilan dalam kesehatan masyarakat, lainnya yang dapat direkayasa, diprogram,
menguraikan kebebasan dan hak yang diperlukan dipersenjatai sehingga berkemampuan menjadi
untuk mewujudkan martabat bagi semua orang. senjata pemusnah massal. Ancaman bioterorisme
Menurut Wolfgang Benedek, inti dari HAM ialah merupakan sesuatu yang tak terhindarkan,
adanya aspirasi untuk melindungi harkat dan disebabkan perkembangan bioteknologi yang
martabat seluruh manusia, sehingga diperlukan semakin maju dan negara-negara modern ini
penekanan untuk terbentuknya suatu sistem mempunyai fasilitas untuk meneliti dan
universal yang menjadi kerangka kerja bersama mengembangkan agen biologis, selain itu
dalam menjaga keberlangsungan hidup manusia di penggunaan agen biologis sebagai senjata teror
bumi.41 Dengan hukum internasional yang sangat sulit dideteksi. Dampak dari bioterorisme
berkembang untuk mengatasi ancaman terhadap akan sangat berpengaruh pada stabilitas negara,
kesehatan, terutama yang disebabkan oleh ekonomi nasional, dan kesehatan publik,
bioterorisme, pendekatan berbasis HAM khususnya mengancam kemanusiaan. Peluang
mengubah dinamika kekuatan yang mendasari serangan bioterorisme di Indonesia pun terbilang
kesehatan masyarakat. Standar HAM internasional besar karena tidak adanya peraturan yang
telah berulang kali memainkan peran penting mengaturnya. Kekosongan norma dalam tatanan
dalam kesehatan masyarakat selama lebih dari 70 hukum nasional mengakibatkan mudahnya terjadi
tahun, membingkai masalah kesehatan dalam pertentangan hak yang satu dengan yang lainnya,
konteks hukum, mengintegrasikan prinsip-prinsip pengabaian kewajiban oleh negara, dan
inti ke dalam debat kebijakan, dan memfasilitasi penyalahgunaan kewenangan. Tidak adanya
akuntabilitas untuk mewujudkan standar kesehatan peraturan bioterorisme secara khusus dan
tertinggi yang dapat dicapai.42 Fakta bahwa komprehensif di Indonesia mengakibatkan
penguasa adalah pihak yang memiliki kekuatan rapuhnya rakyat terhadap serangan bioterorisme,
karena memiliki kekuasaan dan kewenangan yang dan hal ini bertentangan dengan hak konstitusional,
lebih dibandingkan dengan individu (yang tidak karena tidak adanya perlindungan hukum yang
memilikinya), merupakan suatu konsekuensi logis dapat memberikan kepastian dan jaminan akan hak
mengapa kewajiban untuk melindungi HAM hidup, kebebasan sipil, dan terlebih lagi
dibebankan kepada penguasa perlindungan hukum merupakan hak konstitusional
(negara/pemerintah/aparatur).43 Dengan demikian, warga negara yang harus diberikan oleh negara
maka individu yang berada dalam posisi yang lebih sebagai kewajibannya untuk memenuhi, menjamin,
lemah, yang menjadi sasaran ancaman dan melindungi kehidupan berbangsanya terhadap
bioterorisme atau serangan teror lainnya, adalah ancaman bioterorisme. Oleh sebab itu, betapa
pihak yang seharusnya dilindungi dan dijamin pentingnya pembentukan peraturan bioterorisme di
HAM-nya melalui hukum. Indonesia, sebagai pemenuhan dan perlindungan
hak asasi setiap individu dan hak konstitusi warga
negara Indonesia terhadap ancaman bioterorisme
40
Siahaan, “Hak Konstitusional Dalam UUD 1945.” di masa mendatang.
41
Haikal Arsalan dan Dinda Silviana Putri, “Reformasi
Hukum dan Hak Asasi Manusia Dalam Penyelesaian SARAN
Perselisihan Hubungan Industrial,” Jurnal HAM
Vol. 11, no. 1 (2020): 39–49.
Saran dari penulis berdasarkan hasil
42
Benjamin Mason Meier, “Human Rights In Public
pemaparan tersebut di atas ialah bahwa sebaiknya
Health: Deepening Engagement at a Critical Time,” serangan bioterorisme yang dapat terjadi sewaktu-
Health and Human Rights Journal Vol. 20, no. No. waktu harus dapat diantisipasi dengan melakukan
2 (2018): 85–91. penelitian dan pengkajian ancaman bioterorisme
43
Andrey Sujatmoko, Hukum HAM Dan Hukum yang akan dihadapi, mengerahkan dan
Humaniter, 2 ed. (Jakarta: RajaGrafindo Persada, memfasilitasi para ahli dan lembaga-lembaga pada
2016), 29. bidang yang terkait untuk mendeteksi dan
182
Urgensi Peraturan Bioterorisme di Indonesia dalam Perspektif Hak Asasi Manusia
Amanda Eugenia Soeliongan

mengawasi fenomena penyebaran penyakit dan Mekanisme HAM Negara-Negara


menular dengan cepat, melakukan pengembangan Anggota ASEAN: Tinjauan Konstitusi dan
terhadap upaya pencegahan penyakit menular, Kelembagaan.” Jurnal HAM Vol. 10, no. 1
mengintegrasikan sistem ketahanan kesehatan dan (2019): 99–114.
keamanan agen biologis sebagai suatu sistem Bentham, Jeremy. Teori Perundang Undangan.
biodefense yang efektif, melakukan identifikasi Diedit oleh Derta Sri Wulandari. Bandung:
agen biologis yang berpotensi menjadi bioweapon Penerbit Nuansa, 2016.
serta mekanisme penyebarannya untuk Bonino, Stefano. “Bioterrorism, Public Health and
mempersiapkan penanggulangan yang efektif dari Civil Liberties.” Harvard Public Health
sistem ketahanan kesehatan nasional. Review Vol. 21 (2019): 21.
Cassese, Antonio. Hak Asasi Manusia Di Dunia
Kemudian, sebaiknya pemerintah segera
Yang Berubah. Diedit oleh A. Rahman
melakukan pengkajian dan perumusan
Zainuddin. Jakarta: Yayasan Obor
pembentukan peraturan bioterorisme. Selain untuk
Indonesia, 2005.
mengisi kekosongan norma, ini juga sebagai
Fernandez, Noviarizal. “Virus Corona: China Jadi
bentuk perlindungan dari negara kepada kehidupan
Target Bioterorisme.” Last modified 2020.
berbangsanya, sebagai pemenuhan hak
Diakses Mei 11, 2020.
konstitusional atas rakyatnya, dan sebagai
https://kabar24.bisnis.com/read/20200127/1
pelaksanaan kewajiban negara dalam menjamin
9/1194098/virus-corona-china-jadi-target-
kesejahteraan hak-hak setiap individu. Sehingga,
bioterorisme.
hendaknya legislator menyeimbangkan
Fidler, David. “Bioterrorism, Public Health, And
pertentangan hak asasi setiap individu dengan hak
International Law.” Chicago Journal of
konstitusional pemerintah agar dapat
International Law Vol. 3, no. 1 (2002).
menghilangkan celah terjadinya pelanggaran HAM
Hust, James A., dan Nicholas E. Burgis. “Current
dan pengabaian kewajiban negara dalam
Trends in Bioterrorism And Biodefense.”
praktiknya.
Journal of Bioterrorism and Biodefense, no.
S3 (2013): 1–2.
UCAPAN TERIMA KASIH Kelsen, Hans. Teori Hukum Murni: Dasar-Dasar
Ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada Ilmu Hukum Normatif. Diedit oleh Nurainun
Bapak Dr. Setyo Widagdo, S.H., M.Hum. dan Ibu Mangunsong. Bandung: Nusamedia, 2016.
Dhiana Puspitawati, S.H., LL.M., PhD yang telah Khoiriah, Umatul. “Antraks Pulmoner dan
berkenan untuk membimbing dan membantu Bioterorisme.” Mutiara Medika 5, no. 2
Penulis dalam menyusun penulisan tentang (2005): 126–132.
bioterorisme dalam lingkup HAM ini. Kwak, Mackenzie. “Helminths as Weapons of
Bioterrorism: An Unrecognised Threat.”
DAFTAR PUSTAKA Journal of Bioterrorism and Biodefense Vol.
7, no. 3 (2016).
Akhmaddhian, Suwari. “Asas-Asas Dalam Mayer, Eleanor E. “Prepare For The Worst:
Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Baik Protecting Civil Liberties In The Modern
Untuk Mewujudkan Good Governance.” Age Of Bioterrorism.” Journal of
Journal of Multidisciplinary Studies Vol. 9, Constitutional Law 11, no. 4 (2009): 1051–
no. 1 (2018): 30–38. 1076.
Arsalan, Haikal, dan Dinda Silviana Putri. Meier, Benjamin Mason. “Human Rights In Public
“Reformasi Hukum dan Hak Asasi Manusia Health: Deepening Engagement at a Critical
Dalam Penyelesaian Perselisihan Hubungan Time.” Health and Human Rights Journal
Industrial.” Jurnal HAM Vol. 11, no. 1 Vol. 20, no. No. 2 (2018): 85–91.
(2020): 39–49. Nursaleh, Ismail. “Rencana Keji Dibalik Virus
Aswandi, Bobi, dan Kholis Roisah. “Negara Pemusnah Massal Manusia.” Last modified
Hukum dan Demokrasi Pancasila Dalam 2013. Diakses Mei 11, 2020.
Kaitannya Dengan Hak Asasi Manusia.” https://www.kompasiana.com/smiles-tour-
Jurnal Pembangunan Indonesia Vol. 1, no. travel.com/552e1b036ea83490398b4656/ren
No. 1 (2019): 128–145. cana-keji-di-balik-virus-pemusnah-massal-
Bakrie, Connie Rahakundini. “Siapkah Kita manusia.
Menghadapi Bioterorisme?” Media Perwita, Anak Agung B., dan Yanyan M. Yani.
Indonesia. Jakarta, Agustus 1, 2007. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional.
Bangun, Budi Hermawan. “Perbandingan Sistem 5th ed. Bandung: Rosdakarya, 2017.
183
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020

Priyanto, Eko. “BIN: Ancaman Bioterorisme Bisa Kedutaan Prancis Bukan Berisi Antraks.”
Melalui Suplai Pangan.” aktual.com. Last koran.tempo.cp. Last modified 2012.
modified 2020. Diakses Mei 28, 2020. Diakses Mei 25, 2020.
https://aktual.com/bin-ancaman- https://koran.tempo.co/read/nasional/272345
bioterorisme-bisa-melalui-suplai-pangan/. /amplop-misterius-di-kedutaan-prancis-
Saraswati, Patricia. “Indonesia Diminta Siapkan bukan-berisi-anthrax?
Aturan Soal Bioterorisme.” Last modified Wirawan, Melati Kencana. “Wabah Virus Corona,
2017. Diakses Mei 12, 2020. Anggota Parlemen Iran Salahkan
https://tekno.kompas.com/read/2013/07/01/1 Bioterorisme AS.” Last modified 2020.
316390/Cegah.Tangkal.Bioterorisme. Diakses Mei 11, 2020.
Siahaan, Maruarar. “Hak Konstitusional Dalam https://www.kompas.com/global/read/2020/
UUD 1945.” lama.elsam.or.id. Salatiga, 03/14/030637370/wabah-virus-corona-
2011. Last modified 2011. Diakses Mei 28, anggota-parlemen-iran-salahkan-
2020. bioterorisme-as.
https://lama.elsam.or.id/downloads/1322798 Wishnu, Dinna, Simela Victor Muhamad, dan Sita
965_HAK_KONSTITUSIONAL_DALAM_ Hidriyah. Aktor Non-Negara: Kajian
UUD_1945.pdf. Implikasi Kejahatan Transnasional di Asia
Sudarmono, Pratiwi. “Biosecurity dalam Tenggara. Diedit oleh Poltak Partogi
Kedokteran dan Kesehatan.” eJKI Vol. 3, Nainggolan. Edition 1. Jakarta: Yayasan
no. 1 (2015): 1–7. Obor Indonesia, 2017.
Sujatmoko, Andrey. Hukum HAM Dan Hukum “Bacillus Antrachis Fact Sheet.” UPMC Center
Humaniter. 2 ed. Jakarta: RajaGrafindo For Health Security. Last modified 2014.
Persada, 2016. Diakses Mei 12, 2020.
Suradinata, Ermaya. “Geopolitik Dan Geostrategi https://www.centerforhealthsecurity.org/our-
Dalam Mewujudkan Integritas Negara work/publications/bacillus-anthracis-
Kesatuan Republik Indonesia.” Jurnal anthrax-fact-sheet.
Ketahanan Nasional Vol. 6, no. 2 (2001). International Covenant on Civil and Political
Tournier, Jean-Nicolas. “The Threat Of Rights, 1976.
Bioterrorism.” thelancet.com. Vol. 19. Paris, “Kewaspadaan Terhadap Bioterorisme.” Diakses
2019. Last modified 2019. Diakses Agustus Mei 23, 2020.
13, 2020. https://kespelsemarang.id/bacaberita.php?mi
https://www.thelancet.com/action/showPdf? lihndi=76.
pii=S1473-3099%2818%2930709-6. “Leading The Realization Of Human Rights To
Tucker, Jonathan. “The ‘Yellow Rain’ Health And Through Health.” Geneva, 2017.
Controversy: Lessons For Arms Control Last modified 2017. Diakses Agustus 3,
Compliance.” The Nonproliferation Review 2020.
(2001): 25–42. https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10
Vogel, Kathleen. “Experts Knowledge In 665/255540/9789241512459-eng.pdf.
Intelligence Assessments: Bird Flu And “Perlucutan Senjata dan Non-proliferasi Senjata
Bioterrorism.” MIT Press Journal Vol. 38, Pemusnah Massal.” Last modified 2019.
no. 3 (2014): 39–71. Diakses Juni 2, 2020.
Wasilah, Ummi, Siti Rohimah, dan Mukhamad https://kemlu.go.id/portal/id/read/90/halama
Su’udi. “Perkembangan Bioteknologi Di n_list_lainnya/perlucutan-senjata-dan-non-
Indonesia.” Rekayasa 12, no. 2 (2019): 85– proliferasi-senjata-pemusnah-massal.
90. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang
Wijaya, Indra, Aryani Kristanti, dan Satwika Kekarantinaan Kesehatan. Republik
Movementi. “Amplop Misterius Di Indonesia, 2018.

184

You might also like