You are on page 1of 12

Pemenuhan Istirahat – Tidur Pasien melalui Tehnik Relaksasi Progresif di Rumah Sakit

Umum Daerah Bima

Suhartini1(CA)
1(CA)
Rumah Sakit Umum Daerah Bima, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, Indonesia;
suhartini.muhtar@gmail.com (Corresponding Author)

ABSTRACT

Progressive relaxation as a muscle relaxation technique has been proven to overcome complaints
anxiety, insomnia, fatigue, muscle cramps, neck and waist pain, high blood pressure, mild phobia
and stuttering. The relationship between relaxation techniques and the fulfillment of rest-sleep
needs is very close, because rest and sleep depend on muscle relaxation. This type of research is
Pre Experiment using the One Group Pre-Test-Post Test Design approach. With a population of
all clients who experience disruption to fulfill the needs of rest-sleep in the VIP-B room of Bima
Regional Hospital. Sampling by purposive sampling with a total sample of 20 respondents. The
instruments used were progressive relaxation technique guidelines, questionnaires and
observation guidelines. The collected data is tabulated in the frequency distribution table
according to the sub-variables studied and analyzed using t-test. The results showed the level of
fulfillment of the client's sleep-rest needs before progressive relaxation techniques were in the
category of poor sleep (100%) and after progressive relaxation techniques were in the category
of adequate sleep (60%) and good sleep (40%). Statistical test results obtained a t-count value of
11.481 with a p-value of 0.001, which means that there is an influence of progressive relaxation
techniques on meeting the client's sleep-rest needs at the Bima Regional General Hospital.
Keywords: Progressive Relaxation; Requirement of Sleep-Rest

ABSTRAK
Relaksasi progresif sebagai salah satu teknik relaksasi otot telah terbukti mengatasi keluhan
anxietas, insomnia, kelelahan, kram otot, nyeri leher dan pinggang, tekanan darah tinggi, phobia
ringan dan gagap. Hubungan antara teknik relaksasi dan pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur
sangat erat, karena istirahat dan tidur tergantung dari relaksasi otot. Jenis penelitian ini adalah
Pra Eksperimen dengan menggunakan pendekatan One Group Pra Test–Post Test Design.
Dengan populasi seluruh pasien yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur
di ruangan VIP-B RSUD Bima. Pengambilan sampel secara purposive sampling dengan jumlah
sampel sebanyak 20 responden. Instrumen yang digunakan yaitu pedoman teknik relaksasi
progresif, kuesioner dan pedoman observasi. Data yang terkumpul ditabulasi dalam tabel
distribusi frekuensi sesuai dengan subvariabel yang diteliti dan dianalisa dengan menggunakan
uji t-test. Hasil penelitian menunjukan tingkat pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur pasien
sebelum dilakukan teknik relaksasi progresif berada pada kategori tidur kurang (100%) dan
setelah dilakukan teknik relaksasi progresif berada pada kategori tidur cukup (60%) dan tidur
baik (40%). Hasil uji statistik didapatkan nilai t-hitung sebesar 11,481 dengan p-value 0,001,
yang berarti ada pengaruh teknik relaksasi progresif terhadap pemenuhan kebutuhan istirahat-
tidur pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Bima.

Kata Kunci : Relaksasi Progresif; Kebutuhan Istirahat-Tidur


PENDAHULUAN
Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur agar dapat mempertahankan status kesehatan pada
tingkat yang optimal. Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur terutama sangat penting bagi
orang yang sedang sakit agar lebih cepat memperbaiki kerusakan pada sel. Apabila kebutuhan
istirahat dan tidur tersebut cukup, maka jumlah energi yang diharapkan untuk memulihkan status
kesehatan dan mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari terpenuhi (Alimul, 2006).

Hospitalisasi atau dirawat di rumah sakit terbukti dapat menyebabkan gangguan istirahat-tidur,
ketidakmampuan pasien mendapatkan posisi yang nyaman dan rasa nyeri merupakan penyebab
tersering gangguan istirahat-tidur (Hirnle, 2000). Menurut Carpenito (1995) dalam Alimul
(2006) Gangguan pola istirahat-tidur secara umum merupakan suatu keadaan dimana individu
mengalami atau mempunyai resiko perubahan dalam jumlah dan kualitas pola istirahat - tidur
yang menyebabkan ketidaknyamanan. Gangguan ini terlihat pada pasien dengan kondisi yang
memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman
didaerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian
terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk.

Tindakan keperawatan mandiri yang bisa diberikan kepada pasien sebagai alternatif yang dapat
dipilih untuk mengatasi gangguan istirahat – tidur adalah dengan menciptakan lingkuangan
keperawatan yang tenang, membatasi pengunjung, menganjurkan pasien tehnik relaksasi, masase
punggung dan latihan guided imageri (Mija, 1995). Tehnik latihan relaksasi progresif sebagai
salah satu tehnik relaksasi otot telah terbukti atau terdapat hasil yang memuaskan dalam program
terapi terhadap ketegangan otot yang mampu mengatasi keluhan anxietas, insomnia, kelelahan,
kram otot, nyeri leher dan pinggang, tekanan darah tinggi, phobia ringan dan gagap (Asmadi,
2008). Kaitan antara tehnik relaksasi dan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur sangat erat, karena
istirahat dan tidur tergantung dari relaksasi otot (Hirnle, 2000).

Perawat mempunyai kontak paling lama dengan pasien, sehingga peran perawat dalam upaya
penyembuhan pasien menjadi sangat penting, termasuk dalam menangani pasien dengan
gangguan istirahat – tidur, perawat perlu mengetahui kebiasaan (rutinitas) yang dilakukan pasien
sebelum tidur agar dapat mengatasi penyebab gangguan tidur. Perawat juga perlu bertukar
pikiran dengan pasien tentang cara-cara mengatasi masalah tidur dan memberikan informasi
tentang cara-cara memenuhi kebutuhan tidur, meskipun profesi lain juga tidak kalah pentingnya.
Perawat harus berani mengaplikasikan secara profesional kemampuan kognitif, ketrampilan
psikomotor dan afektifnya di tatanan klinik dengan penuh keyakinan dan percaya diri, karena
kenyataan di lapangan tindakan keperawatan mandiri dalam penanganan pasien dengan
gangguan istirahat – tidur jarang dilakukan dan sedikit ditemui dalam catatan dokumentasi
keperawatan pasien.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat Pengaruh tehnik relaksasi progresif terhadap
pemenuhan kebutuhan istirahat – tidur pasien di ruangan VIP-B Rumah Sakit Umum Daerah
Bima. Mengingat bahwa pasien yang sakit dan dirawat dirumah sakit ada kecenderungan
mengalami gangguan istirahat–tidur, sementara istirahat-tidur sangat tergantung dari kemampuan
pasien mendapatkan kenyamanan serta relaksasi otot dan psikisnya, oleh karena itu relaksasi
progresif dapat diberikan sebagai salah satu alternatif tindakan keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan istirahat – tidur pasien. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi baik
bagi pasien secara langsung maupun bagi institusi pelayanan kesehatan dan institusi pendidikan
kesehatan serta bagi perkembangan ilmu keperawatan dalam meningkatkan pelayanan asuhan
keperawatan khususnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan istirahat – tidur pasien.

METODE
Desain yang digunakan adalah “Quasy Eksperiment Design” dengan menggunakan pendekatan
One Group Pra Test – Post Test Design. Subjek penelitian dipilih menggunakan metode
purposive sampling berdasarkan criteria inklusi dan eksklusi dari pasien rawat inap yang
mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur di ruangan VIP-B RSUD Bima.
Pengumpulan data menggunakan instrumen berupa kuesioner dan pedoman observasi serta
Visual Analog Scale (VAS). Insrumen lain yang digunakan adalah pedoman pelaksanaan tehnik
relaksasi progresif. Analisa data menggunakan statistik parametris t-test dengan bantuan program
komputer
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden

Tabel 1 : Karakteristik responden penelitian di RSUD Bima, November 2018, n = 20

No Karakteristik n %
1. Umur    

a. 18 – 25 tahun 4
20
b. 26 – 39 tahun 11
55
c. 40 – 45 tahun 5
25
2. Jenis Kelamin a. Laki-laki    

b. Perempuan 12 60

8 40
3. Tingkat Pendidikan a. SD    

b. SMP 3 15

c. SMA 5 25

d. Sarjana 10 50

2 10

Berdasarkan tabel 1 diatas, diketahui bahwa mayoritas responden berumur 26-39 tahun (55%),
berjenis kelamin laki-laki (60%) serta berpendidikan SMA sebanyak (50%).

2. Pemenuhan Kebutuhan Istirahat-Tidur Pasien Sebelum Pemberian Tehnik Relaksasi


Progresif.
Tabel 2 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Istirahat-Tidur
Sebelum Pemberian Tehnik Relaksasi Progresif di RSUD Bima, November 2018, n = 20

No. Pemenuhan Istirahat Tidur n %


1. 2. Tidur Baik 0 0

3. Tidur Cukup 0 0

Tidur Kurang 20 100

Tabel 2 menunjukan pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur pasien sebelum diberikan teknik


relaksasi progresif 100% kategori tidur kurang. Hal ini sesuai dengan kriteria inklusi dari
penelitian yang salah satunya adalah pasien rawat inap yang mengalami gangguan pemenuhan
kebutuhan istirahat-tidur yang terindentifikasi berdasarkan instrumen penelitian. Hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh data bahwa pasien yang yang mengalami gangguan
istirahat-tidur mengalami gangguan dalam memulai tidur dan mempertahankan tidur, hal ini
dapat dilihat dari hasil kuesioner yang telah dijawab oleh responden. Dimana hasil yang
diperoleh adalah item soal nomor 1, 2, 3 dan 8 merupakan item dengan skor nilai tertinggi. Dari
data diatas bukan berarti semua pasien yang rawat inap di ruangan VIP-B RSUD Bima
mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan istirahattidur. Pasien yang teridentifikasi tidak
mengalami gangguan istirahat-tidur berdasarkan instrumen penelitian tidak dilibatkan dalam
penelitian ini karena tidak sesuai dengan kriteria inklusi.

Berdasarkan teori yang menyatakan bahwa tidur adalah pengalaman subjektif, hanya pasien yang
dapat melaporkan apakah tidurnya cukup dan nyenyak atau tidak. Tidur merupakan kondisi tidak
sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai, atau juga
dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh
ketenangan tanpa kegiatan, tapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri
adanya aktifitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses
fisiologis dan terjadi penurunan respons terhadap rangsangan dari luar (Alimul, 2006).
Pada keadaan normal orang dewasa tidur pada malam hari rata-rata 6 sampai 8½ jam, tetapi hal
ini bervariasi. Orang dewasa juga jarang sekali tidur siang. Orang dewasa yang sehat
membutuhkan cukup tidur untuk dapat tetap berpartisipasi dalam kesibukan aktifitas yang
mengisi hari-hari mereka. Akan tetapi perubahan status kesehatan, stres fisik dan psikologis,
perubahan lingkungan, stres pekerjaan, perubahan hubungan keluarga dan aktifitas sosial dapat
menyebabkan seseorang kesulitan memulai dan/atau mempertahankan tidur (Potter & Perry,
2006). Seseorang yang menderita penyakit tertentu dan dirawat di rumah sakit mempunyai
masalah kesulitan tertidur atau tetap tertidur. Rasa sakit yang dialami, kesulitan memperoleh
posisi yang nyaman, penggunaan obat-obatan, serta perubahan lingkungan fisik adalah beberapa
faktor yang mengganggu terpenuhinya istirahat-tidur pasien (Hardinge & Shryock,2003).

Berdasarkan teori diatas dan dikaitkan dengan hasil penelitian menunjukan bahwa pasien yang
dirawat di rumah sakit dengan kondisi sakit yang dialaminya dapat mengalami gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur. Gangguan ini dapat berupa kesulitan memulai tidur,
gangguan dalam mempertahankan diri untuk tetap tertidur serta gangguan dalam jumlah dan
kualitas tidur. Hal ini terjadi sebagai akibat perubahan status kesehatan, kondisi sakit yang
dialami serta perubahan lingkungan.

3. Pemenuhan Kebutuhan Istirahat-Tidur Pasien Sesudah Pemberian Tehnik Relaksasi


Progresif.

Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Istirahat-Tidur


Setelah Pemberian Tehnik Relaksasi Progresif di RSUD Bima, November 2018, n = 20

No. Pemenuhan Istirahat Tidur n %


1. 2. Tidur Baik 8 40

3. Tidur Cukup 12 60

Tidur Kurang 0 0
Berdasarkan data penelitian didapatkan pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur responden setelah
pemberian tehnik relaksasi progresif dimana 60% responden dengan kategori tidur cukup dan
40% responden dengan tidur baik atau terpenuhi kebutuhan istirahat tidurnya (tabel 3). Data
diatas didukung oleh teori yang yang menyatakan bahwa relaksasi merupakan kebebasan mental
dan fisik dari ketegangan dan stres. Tehnik relaksasi dapat digunakan pada saat individu dalam
keadaan sehat atau sakit. Tehnik relaksasi tersebut merupakan upaya pencegahan untuk
membantu tubuh segar kembali dan beregenerasi setiap hari (Potter dan Perry, 2006). Selain itu,
latihan relaksasi dapat bermanfaat pada saat menjelang tidur, pernapasan yang lambat dan dalam
selama 1 atau 2 menit memberikan ketenangan. Kontraksi dan relaksasi otot berirama
mengurangi ketegangan dan menyiapkan tubuh untuk beristirahat. Imajinasi terbimbing dan
berdoa juga dapat meningkatkan tidur (Kusyanti, 2003).

Sedangkan teori lain menyatakan bahwa, Seseorang akan tertidur hanya jika ia telah merasa
nyaman dan relaks, perawat dapat menganjurkan dan menggunakan beberapa tindakan untuk
meningkatkan rasa nyaman seperti menganjurkan pasien memakai pakaian malam yang longgar,
menjaga tempat tidur agar tetap bersih dan kering, mengatur posisi dan menopang bagian tubuh
yang menggantung untuk melindungi titik tekan dan membantu relaksasi otot, mengajarkan
tehnik relaksasi serta memberikan masase otot sesaat sebelum pasien tidur (Potter & Perry,
2005). Untuk memenuhi kebutuhan istirahat-tidur dan untuk mengatasi rasa nyeri adalah dengan
distraksi, relaksasi, stimulasi kulit, mengatur posisi tidur yang nyaman untuk pasien, masase
punggung, pengelolaan psikologis (pikiran lebih kuat dari pada tubuh), mendengarkan musik
lembut, serta mengkaji kebiasaan pasien sebelum tidur (Prihardjo, 1993).

Berdasarkan uraian secara teoritis diatas dan dikaitkan dengan hasil penelitian dapat dilihat
bahwa pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur pasien setelah pemberian tehnik relaksasi progresif
mengalami peningkatan yaitu dengan kategori tidur baik dan tidur cukup. Hal ini disebabkan
karena pemberian tehnik relaksasi progresif yang dilakukan dengan baik, dimana pasien
mendapatkan manfaat berupa kondisi relaks dan peningkatan kenyamanan sehingga dengan
mudah pasien dapat tertidur.
4. Pengaruh Tehnik Relaksasi Progresif Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Istirahat-Tidur
Pasien.

Tabel 4 : Perbedaan pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur pasien sebelum dan sesudah perlakuan
menggunakan uji t-test dengan α = 0,05.

No Variabel p-value t df
1 Pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur pasien
sebelum dan sesudah dilakukan teknik 0.001 11,481 19
relaksasi progresif

Hasil uji statistik t-test didapatkan nilai t-hitung sebesar 11,481 dengan taraf signifikansi 0,001,
yang berarti ada pengaruh tehnik relaksasi progresif terhadap pemenuhan kebutuhan istirahat-
tidur pasien di RSUD Bima. Relaksasi progresif merupakan kombinasi latihan pernapasan yang
terkontrol dan rangkaian kontraksi serta relaksasi kelompok otot (Potter & Perry, 2006). Pasien
mulai latihan bernapas dengan perlahan dan menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan
abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh. Saat pasien melakukan pola
pernapasan yang teratur, perawat mengarahkan pasien untuk melokalisasi setiap daerah yang
mengalami ketegangan otot, berpikir bagaimana rasanya, menegangkan otot sepenuhnya, dan
kemudian merelaksasikan otot-otot tersebut.

Relaksasi progresif sebagai salah satu relaksasi otot pada prinsipnya adalah merelaksasikan 4
kelompok otot besar secara bertahap, yaitu 1) kelompok otot tangan, lengan bawah, biseps, 2)
kelompok otot kepala, muka, tenggorokan dan bahu, 3) kelompok otot dada, lambung, otot
punggung bawah, 4) kelompok otot paha, pantat, betis dan kaki. Sehingga relaksasi progresif
yang diberikan kepada pasien dengan gangguan istirahat tidur mampu meningkatkan relaksasi
otot-otot besar, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kenyamanan pada pasien, kebutuhan
istirahat-tidur terpenuhi baik secara kualitas maupun secara kuantitas (Kusyanti,2003).

Kemampuan untuk dapat relaks bergantung pada individu, selain itu tidak ada satupun teknik
yang efektif untuk semua orang pada setiap keadaan. Teknik relaksasi dapat membantu
mencegah atau meminimalkan gejala fisik akibat stres ketika tubuh bekerja terlalu berlebihan,
sehingga mengganggu kebutuhan istirahat-tidur. Tujuan pokok teknik relaksasi adalah untuk
menahan terbentuknya respon stres terutama dalam system syaraf dan hormon. Dengan teknik
relaksasi dapat mengembalikan tubuh ke kondisi yang tenang. Beberapa teknik relaksasi selain
menyebabkan efek yang menenangkan fisik juga dapat menenangkan pikiran. Teknik relaksasi
dapat membuat tidur menjadi lebih baik. Relaksasi terdiri dari imajinasi mental, pelatihan
otogenik, terapi musik, latihan fisik, pernapasan diafragma, relaksasi progresif, serta meditasi
(Davis,1987).

Relaksasi penting sebagai bahan untuk membangun penenang alamiah didalam otak, untuk
menolak kekhawatiran atau kemungkinan panik, mencegah penyakit stres, meningkatkan
kebutuhan istirahat tidur. Relaksasi itu baik untuk segala sesuatu dan tidak ada pengecualian.
Relaksasi dapat menurunkan hormone stres, meningkatkan sistem imunisasi, meningkatkan
toleransi terhadap sakit, meningkatkan penenang alamiah, memungkinkan jaringan yang rusak
memperbaiki diri, membantu tubuh menjadi awet muda. Relaksasi progresif juga merupakan
suatu teknik sistematik untuk mencapai keadaan relaksasi mendalam, teknik ini dapat digunakan
untuk menidurkan diri sendiri, melawan suatu serangan panik yang mengancam, menginteruksi
penumpukan stres, mencegah gejalagejala stres dan kekhawatiran (Hart, 2003).

Pemberian relaksasi progresif pada pasien yang mengalami gangguan istirahat tidur dapat
menurunkan ketegangan fisiologis, meningkatkan relaksasi otot, menurunkan kecemasan
sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah. Aliran darah sistemik menjadi lancar, denyut nadi
menjadi normal, frekuensi pernapasan menjadi normal, dan mengurangi evaporasi sehingga
pasien menjadi nyaman dan pikiran menjadi tenang, sebagai akibat dari penurunan aktivitas RAS
(Reticullar Activating System) dan peningkatan aktivitas batang otak. Sehingga mampu
mengatasi keluhan anxietas, insomnia, kelelahan, kram otot, serta tekanan darah tinggi (Davis,
1987).

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam relaksasi, ada 3 hal yang harus diperhatikan,
yaitu : posisi yang nyaman, pikiran yang tenang, lingkungan yang nyaman. Sehingga relaksasi
progresif yang diberikan pada pasien yang mengalami gangguan istirahat tidur mampu
meningkatkan relaksasi otot-otot besar yang memberikan kenyamanan pada pasien sehingga
pasien mendapatkan pemenuhan kebutuhan istirahat tidurnya sesuai kualitas dan kuantitas
kebutuhannya. Terjadinya gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur diduga sebagai akibat
dari peningkatan aktivitas RAS, dopamine dan noreprineprine atau sebagai akibat dari penurunan
aktivitas sistem batang otak. (Davis, 1987).

Berdasarkan uraian berbagai teori diatas dan dikaitkan dengan hasil penelitian bahwa tehnik
relaksasi progresif terbukti efektif dalam memenuhi kebutuhan istirahat-tidur pasien, dimana
hasil pengukuran tingkat pemenuhan kebutuhann istirahat-tidur pasien sebelum dan sesudah
diberikan tehnik relaksasi progresif mengalami perubahan yang bermakna. Oleh karena itu
tehnik relaksasi progresif dapat dijadikan sebagai salah satu alaternatif tindakan keperawatan
mandiri bagi pasien yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur sehingga
kebutuhan istirahat tidur pasien dapat terpenuhi baik secara kualitas dan atau kuantitas.

KESIMPULAN
Pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur pasien sebelum diberikan tehnik relaksasi progresif dalam
kategori tidur kurang. Terjadi peningkatan pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur pasien setelah
pemberian tehnik relaksasi progresif dengan kategori tidur cukup dan tidur baik atau terpenuhi
kebutuhan istirahat tidurnya. Dengan demikian ada pengaruh teknik relaksasi progresif terhadap
pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur pasien di RSUD Bima. oleh karena itu penulis
merekomendasikan tehnik relaksasi progresif sebagai alternatif tindakan mandiri keperawatan
pada pasien yang mengalami gangguan istirahat-tidur dapat diberlakukan secara institusional
dalam bentuk penetapan prosedur kerja tetap di rumah sakit sehingga meningkatkan
profesionalisme perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Suartini. (2019). Bima Nursing Journal Vol.1 No.1. Pemenuhan Istirahat Tidur Pasien
melalui Tehnik Relaksasi Progresif di Rumah Sakit Umum Daerah Bima, 54-64.

Suartini. (2019). Bima Nursing Journal Vol.1 No.1. Pemenuhan Istirahat Tidur Pasien
melalui Tehnik Relaksasi Progresif di Rumah Sakit Umum Daerah Bima, 54-64.

You might also like