You are on page 1of 8

PENGARUH TEHNIK RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN

ISTIRAHAT – TIDUR KLIEN DI RUANGAN VIP-B


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BIMA

A. Haris AB., Muhtar

Abstract: Technique of practice of relaxation progressive as one of technique of muscle relaxation have proven
or there are satisfying result in therapy program to muscle stress capable to overcome sigh of Anxietas,
insomnia, tired, muscle cramps, neck pain in bone and waist, high blood pressure, light phobia and stutter. The
bearing between technique of relaxation and accomplishment of requirement from sleep and rest is very hand in
glove because sleep and rest depended from muscle relaxation. This research type is Pra Eksperiment by using
approach of One Group Pra Test – Post Test Design with population are all clients of fell trouble
accomplishment of requirement of rest-sleep in room of VIP-B RSUD Bima. Intake of sample by purposive
sampling with amount of sample counted 20 responden. Instrument that the writer used is technique guidance
of progressive relaxation, kuisioner and guidance of observation. Then, gathered the data tabulation in frequency
distribution table as according to accurate sub variable and analyzed by using test of t-test. The result of research
show storey, level accomplishment of requirement of client sleep and rest before conducted by technique of
relaxation progressive reside in category sleep less (100%) and after conducted by technique of relaxation
progressive reside in category sleep enough (60%) and good sleep (40%). Pursuant to result of the test of
statistic t-test got by value of t-count equal to 11,481 with degree of freedom (df) 19 and level of significance
0,000. It is indicate that t-count > t-table (11,481 > 1,729). Therefore, Ho is refused and Ha is accepted. It means
there is technique effective of progressive relaxation to accomplishment of requirement of rest-sleep client in
room of VIP-B RSUD Bima. The conclusion of this research there is technique effective of progressive
relaxation to accomplishment of requirement of rest-sleep client in room of VIP-B RSUD Bima.

Kata Kunci : Tehnik Relaksasi Progresif, Kebutuhan Istirahat-Tidur

LATAR BELAKANG Ketidakmampuan klien mendapatkan posisi yang


Setiap orang membutuhkan istirahat dan nyaman dan rasa nyeri menjadi penyebab utama
tidur agar dapat mempertahankan status kesehatan gangguan istirahat-tidur (Hirnle, 2000).
pada tingkat yang optimal. Pemenuhan kebutuhan Menurut Carpenito (1995) dalam Alimul
istirahat dan tidur sangat penting terutama bagi orang (2006), gangguan pola istirahat-tidur secara umum
yang sedang sakit agar lebih cepat memperbaiki merupakan suatu keadaan dimana individu
kerusakan pada sel. Apabila kebutuhan istirahat dan mengalami atau mempunyai resiko perubahan dalam
tidur tersebut cukup, maka jumlah energi yang jumlah dan kualitas pola istirahat-tidur yang
diharapkan untuk memulihkan status kesehatan dan menyebabkan ketidaknyamanan. Gangguan ini
mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari- terlihat pada klien dengan kondisi yang
hari terpenuhi (Alimul, 2006). memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang
Hospitalisasi atau dirawat di rumah sakit dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman didaerah
dapat menyebabkan gangguan istirahat-tidur. sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva
________________________________________________________________________
A. Haris AB., Muhtar: Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram, Jl. Kesehatan V/10 Mataram

718
Haris, Pengaruh Tehnik Relaksasi Progresif terhadap Pemenuhan Kebutuhan Istirahat – Tidur Klien

merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit jarang dilakukan dan sedikit ditemui dalam catatan
kepala, dan sering menguap atau mengantuk. dokumentasi keperawatan klien.
Tindakan keperawatan mandiri yang bisa Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat
diberikan kepada klien sebagai alternatif yang dapat pengaruh tehnik relaksasi progresif terhadap
dipilih untuk mengatasi gangguan istirahat–tidur pemenuhan kebutuhan istirahat–tidur klien di
adalah dengan menciptakan lingkungan keperawatan ruangan VIP-B Rumah Sakit Umum Daerah Bima.
yang tenang, membatasi pengunjung, menganjurkan Mengingat bahwa klien yang sakit dan dirawat
klien tehnik relaksasi, masase punggung, dan latihan dirumah sakit ada kecenderungan mengalami
guided imageri (Mija, 1995). gangguan istirahat–tidur, sementara istirahat-tidur
Tehnik latihan relaksasi progresif sebagai sangat tergantung dari kemampuan klien
salah satu tehnik relaksasi otot telah terbukti atau mendapatkan kenyamanan serta relaksasi otot dan
terdapat hasil yang memuaskan dalam program terapi psikisnya. Oleh karena itu, relaksasi progresif dapat
terhadap ketegangan otot yang mampu mengatasi diberikan sebagai salah satu alternatif tindakan
keluhan anxietas, insomnia, kelelahan, kram otot, keperawatan untuk memenuhi kebutuhan istirahat–
nyeri leher dan pinggang, tekanan darah tinggi, tidur klien.
phobia ringan, dan gagap (Asmadi, 2008). Kaitan
METODE
antara tehnik relaksasi dan pemenuhan kebutuhan
Desain yang digunakan adalah “Quasy
istirahat tidur sangat erat, karena istirahat dan tidur
Eksperiment Design” dengan menggunakan
tergantung dari relaksasi otot (Hirnle, 2000).
pendekatan One Group Pra Test – Post Test Design.
Perawat mempunyai kontak paling lama
Penelitian ini menggunakan metode purposive
dengan klien, sehingga peran perawat dalam upaya
sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi
penyembuhan klien menjadi sangat penting,
dari klien rawat inap yang mengalami gangguan
termasuk dalam menangani klien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur di ruangan VIP-
istirahat–tidur, perawat perlu mengetahui kebiasaan
B RSUD Bima. Pengumpulan data menggunakan
(rutinitas) yang dilakukan klien sebelum tidur agar
instrumen berupa kuesioner dan pedoman observasi
dapat mengatasi penyebab gangguan tidur. Perawat
serta Visual Analog Scale (VAS). Insrumen lain yang
juga perlu bertukar pikiran dengan klien tentang
digunakan adalah pedoman pelaksanaan tehnik
cara-cara mengatasi masalah tidur dan memberikan
relaksasi progresif. Analisa data menggunakan
informasi tentang cara-cara memenuhi kebutuhan
statistik parametris dengan pendekatan t-test. Untuk
tidur, meskipun profesi lain juga tidak kalah
mengetahui pengaruh tehnik relaksasi progresif
pentingnya. Perawat harus berani mengaplikasikan
terhadap pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur klien
secara profesional kemampuan kognitif, ketrampilan
di ruangan VIP-B RSUD Bima, peneliti
psikomotor dan afektifnya di tatanan klinik dengan
menggunakan taraf signifikansi (α = 0,05).
penuh keyakinan dan percaya diri, karena kenyataan
di lapangan tindakan keperawatan mandiri dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN
penanganan klien dengan gangguan istirahat – tidur
Karakteristik Responden

719
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO.1, FEBRUARI 2011

Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian di istirahat-tidur yang terindentifikasi berdasarkan


Ruangan Vip-B RSUD Bima, Oktober 2010
instrumen penelitian.
Karakteristik Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
No F %
Responden
Umur peneliti diperoleh data bahwa klien yang mengalami
a. 18 – 25 tahun 4 20
1. gangguan istirahat-tidur mengalami gangguan dalam
b. 26 – 39 tahun 11 55
c. 40 – 45 tahun 5 25
Jenis Kelamin memulai tidur dan mempertahankan tidur. Hal ini
2. a. Laki-laki 12 60
b. Perempuan 8 40
dapat dilihat dari hasil kuesioner yang telah dijawab
Tingkat Pendidikan oleh responden. Hasil yang diperoleh adalah item
a. SD 3 15
3. b. SMP 5 25 soal nomor 1, 2, 3, dan 8 merupakan item dengan
c. SMA 10 50
d. Sarjana 2 10 skor nilai tertinggi.
Total 20 100
Dari data di atas bukan berarti semua klien
Berdasarkan tabel 1 di atas, diketahui bahwa yang rawat inap di ruangan VIP-B RSUD Bima
mayoritas responden berumur 26-39 tahun (11 mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan
orang / 55%), berjenis kelamin laki-laki (12 istirahat-tidur. Klien yang teridentifikasi tidak
orang/60%) serta berpendidikan menengah (SMP dan mengalami gangguan istirahat-tidur berdasarkan
SMA sebanyak 75%). instrumen penelitian tidak dilibatkan dalam
penelitian ini karena tidak sesuai dengan kriteria
Pemenuhan Kebutuhan Istirahat-Tidur Klien inklusi.
Sebelum Pemberian Tehnik Relaksasi Progresif
Berdasarkan teori yang menyatakan bahwa
Tabel 2: Distribusi Frekuensi Responden tidur adalah pengalaman subjektif, hanya klien yang
Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Istirahat-
Tidur Sebelum Pemberian Tehnik Relaksasi dapat melaporkan apakah tidurnya cukup dan
Progresif di Ruangan Vip-B RSUD Bima, nyenyak atau tidak. Tidur merupakan kondisi tidak
Oktober 2010
sadar, individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau
No. Kategori Frekuensi (Orang) Prosentase (%)
sensoris yang sesuai, atau juga dapat dikatakan
1. Tidur Baik 0 0
2. Tidur Cukup 0 0 sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif,
3. Tidur Kurang 20 100 bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa
Jumlah 20 100
kegiatan, tapi lebih merupakan suatu urutan siklus

Berdasarkan distribusi (tabel 2) pemenuhan yang berulang, dengan ciri adanya aktifitas yang

kebutuhan istirahat-tidur klien sebelum diberikan minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat

teknik relaksasi progresif didapatkan bahwa 100% perubahan proses fisiologis, dan terjadi penurunan

responden dengan kategori tidur kurang. Hal ini respons terhadap rangsangan dari luar (Alimul,

sesuai dengan kriteria inklusi dari penelitian yang 2006).

salah satunya adalah klien rawat inap yang Pada keadaan normal orang dewasa tidur

mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan pada malam hari rata-rata 6 sampai 8½ jam, tetapi
hal ini bervariasi. Orang dewasa juga jarang sekali

720
Haris, Pengaruh Tehnik Relaksasi Progresif terhadap Pemenuhan Kebutuhan Istirahat – Tidur Klien

tidur siang. Orang dewasa yang sehat membutuhkan Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur Klien
Sesudah Pemberian Tehnik Relaksasi Progresif
cukup tidur untuk dapat tetap berpartisipasi dalam
kesibukan aktifitas yang mengisi hari-hari mereka. Tabel 3: Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Istirahat-
Akan tetapi perubahan status kesehatan, stres fisik
Tidur Setelah Pemberian Tehnik Relaksasi
dan psikologis, perubahan lingkungan, stres Progresif di Ruangan VIP-B RSUD Bima,
Oktober 2010
pekerjaan, perubahan hubungan keluarga, dan
aktifitas sosial dapat menyebabkan seseorang No. Kategori Frekuensi (Orang) Prosentase (%)
1. Tidur Baik 8 40
kesulitan memulai dan/atau mempertahankan tidur
2. Tidur Cukup 12 60
(Potter & Perry, 2006). 3. Tidur Kurang 0 0
Seseorang yang menderita penyakit tertentu Jumlah 20 100

dan dirawat di rumah sakit mempunyai masalah


Berdasarkan data penelitian didapatkan
kesulitan tertidur atau tetap tertidur. Rasa sakit yang
pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur responden
dialami, kesulitan memperoleh posisi yang nyaman,
setelah pemberian tehnik relaksasi progresif, 12
penggunaan obat-obatan, serta perubahan lingkungan
orang (60%) responden dengan kategori tidur cukup
fisik adalah beberapa faktor yang mengganggu
dan sebanyak 8 orang (40%) responden dengan tidur
terpenuhinya istirahat-tidur klien (Hardinge &
baik atau terpenuhi kebutuhan istirahat tidurnya
Shryock, 2003).
(tabel 3).
Berdasarkan teori di atas dan dikaitkan
Data di atas didukung oleh teori yang yang
dengan hasil penelitian menunjukan bahwa klien
menyatakan bahwa relaksasi merupakan kebebasan
yang dirawat di rumah sakit dengan kondisi sakit
mental dan fisik dari ketegangan dan stres. Tehnik
yang dialaminya dapat mengalami gangguan dalam
relaksasi dapat digunakan pada saat individu dalam
pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur. Gangguan ini
keadaan sehat atau sakit. Tehnik relaksasi tersebut
dapat berupa kesulitan memulai tidur, gangguan
merupakan upaya pencegahan untuk membantu
dalam mempertahankan diri untuk tetap tertidur serta
tubuh segar kembali dan beregenerasi setiap hari
gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur. Hal ini
(Potter dan Perry, 2006).
terjadi sebagai akibat perubahan status kesehatan,
Selain itu, latihan relaksasi dapat
kondisi sakit yang dialami serta perubahan
bermanfaat pada saat menjelang tidur, pernapasan
lingkungan.
yang lambat dan dalam selama 1 atau 2 menit
memberikan ketenangan. Kontraksi dan relaksasi
otot berirama mengurangi ketegangan dan
menyiapkan tubuh untuk beristirahat. Imajinasi
terbimbing dan berdoa juga dapat meningkatkan
tidur (Kusyanti, 2003).
Sedangkan teori lain menyatakan bahwa,
seseorang akan tertidur hanya jika ia telah merasa
nyaman dan relaks. Perawat dapat menganjurkan dan

721
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO.1, FEBRUARI 2011

menggunakan beberapa tindakan untuk Pengaruh Tehnik Relaksasi Progresif Terhadap


Pemenuhan Kebutuhan Istirahat-Tidur Klien
meningkatkan rasa nyaman seperti menganjurkan
klien memakai pakaian malam yang longgar, Tabel 4: Hasil Uji Statistik Perbedaan
Pemenuhan Kebutuhan Istirahat-Tidur Klien
menjaga tempat tidur agar tetap bersih dan kering,
Sebelum dan Sesudah Perlakuan Menggunakan
mengatur posisi dan menopang bagian tubuh yang Uji T-Test dengan Α = 0, 05
menggantung untuk melindungi titik tekan dan
p
Variabel Yang Diuji t df
membantu relaksasi otot, mengajarkan tehnik value

relaksasi, serta memberikan masase otot sesaat Pemenuhan kebutuhan


istirahat-tidur klien sebelum
sebelum klien tidur (Potter & Perry, 2005). dan sesudah dilakukan teknik
0.000 11,481 19
relaksasi progresif
Untuk memenuhi kebutuhan istirahat-tidur
dan untuk mengatasi rasa nyeri adalah dengan
Berdasarkan hasil uji statistik t-test
distraksi, relaksasi, stimulasi kulit, mengatur posisi
didapatkan nilai t-hitung sebesar 11,481 dengan
tidur yang nyaman untuk klien, masase punggung,
derajat kebebasan (db) 19 dan taraf signifikansi
pengelolaan psikologis (pikiran lebih kuat dari pada
0,000. Hasil tersebut bila dibandingkan dengan nilai
tubuh), mendengarkan musik lembut, serta mengkaji
t-tabel pada α=0,05 dengan derajat kebebasan 19
kebiasaan klien sebelum tidur (Prihardjo, 1993).
yaitu 1,729 menunjukan bahwa t-hitung > t-tabel
Berdasarkan uraian secara teoritis di atas
(11,481 > 1,729). Di samping itu hasil pembacaan
dan dikaitkan dengan hasil penelitian dapat dilihat
singkat berdasarkan taraf signifikansi (p-value)
bahwa pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur klien
didapat nilai p=0,000, nilai tersebut <α=0,05 (tabel
setelah pemberian tehnik relaksasi progresif
4), dengan demikian maka Ho ditolak dan Ha
mengalami peningkatan yaitu dengan kategori tidur
diterima yang berarti ada efektifitas tehnik relaksasi
baik dan tidur cukup. Hal ini disebabkan pemberian
progresif terhadap pemenuhan kebutuhan istirahat-
tehnik relaksasi progresif yang dilakukan dengan
tidur klien di ruangan VIP-B RSUD Bima.
baik, klien mendapatkan manfaat berupa kondisi
Relaksasi progresif merupakan kombinasi
relaks dan peningkatan kenyamanan sehingga dengan
latihan pernapasan yang terkontrol dan rangkaian
mudah klien dapat tertidur.
kontraksi serta relaksasi kelompok otot (Potter &
Perry, 2006). Klien mulai latihan bernapas dengan
perlahan dan menggunakan diafragma, sehingga
memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan
dada mengembang penuh. Saat klien melakukan pola
pernapasan yang teratur, perawat mengarahkan klien
untuk melokalisasi setiap daerah yang mengalami
ketegangan otot, berpikir bagaimana rasanya,
menegangkan otot sepenuhnya, dan kemudian
merelaksasikan otot-otot tersebut.

722
Haris, Pengaruh Tehnik Relaksasi Progresif terhadap Pemenuhan Kebutuhan Istirahat – Tidur Klien

Relaksasi progresif sebagai salah satu dapat menurunkan hormone stres, meningkatkan
relaksasi otot pada prinsipnya adalah merelaksasikan sistem imunisasi, meningkatkan toleransi terhadap
4 kelompok otot besar secara bertahap, yaitu 1) sakit, meningkatkan penenang alamiah,
kelompok otot tangan, lengan bawah, biseps, 2) memungkinkan jaringan yang rusak memperbaiki
kelompok otot kepala, muka, tenggorokan dan bahu, diri, dan membantu tubuh menjadi awet muda.
3) kelompok otot dada, lambung, otot punggung Relaksasi progresif juga merupakan suatu teknik
bawah, 4) kelompok otot paha, pantat, betis dan kaki. sistematik untuk mencapai keadaan relaksasi
Sehingga relaksasi progresif yang diberikan kepada mendalam, teknik ini dapat digunakan untuk
klien dengan gangguan istirahat tidur mampu menidurkan diri sendiri, melawan suatu serangan
meningkatkan relaksasi otot-otot besar, yang pada panik yang mengancam, menginteruksi penumpukan
akhirnya dapat meningkatkan kenyamanan pada stres, serta mencegah gejala-gejala stres dan
klien, kebutuhan istirahat-tidur terpenuhi baik secara kekhawatiran (Hart, 2003).
kualitas maupun secara kuantitas (Kusyanti, 2003). Pemberian relaksasi progresif pada klien
Kemampuan untuk dapat relaks bergantung yang mengalami gangguan istirahat tidur dapat
pada individu, selain itu tidak ada satupun teknik menurunkan ketegangan fisiologis, meningkatkan
yang efektif untuk semua orang pada setiap keadaan. relaksasi otot, menurunkan kecemasan sehingga
Teknik relaksasi dapat membantu mencegah atau terjadi vasodilatasi pembuluh darah. Aliran darah
meminimalkan gejala fisik akibat stres ketika tubuh sistemik menjadi lancar, denyut nadi menjadi
bekerja terlalu berlebihan, sehingga mengganggu normal, frekuensi pernapasan menjadi normal, dan
kebutuhan istirahat-tidur. Tujuan pokok teknik mengurangi evaporasi sehingga klien menjadi
relaksasi adalah untuk menahan terbentuknya respon nyaman dan pikiran menjadi tenang, sebagai akibat
stres terutama dalam system syaraf dan hormon. dari penurunan aktivitas RAS (Reticullar Activating
Dengan teknik relaksasi dapat mengembalikan tubuh System) dan peningkatan aktivitas batang otak. Hal
ke kondisi yang tenang. Beberapa teknik relaksasi ini mampu mengatasi keluhan anxietas, insomnia,
selain menyebabkan efek yang menenangkan fisik kelelahan, kram otot, dan tekanan darah tinggi
juga dapat menenangkan pikiran. Teknik relaksasi (Davis, 1987).
dapat membuat tidur menjadi lebih baik. Relaksasi Untuk mendapatkan hasil yang optimal
terdiri dari imajinasi mental, pelatihan otogenik, dalam relaksasi, ada 3 hal yang harus diperhatikan,
terapi musik, latihan fisik, pernapasan diafragma, yaitu: posisi yang nyaman, pikiran yang tenang,
relaksasi progresif, serta meditasi (Davis,1987). lingkungan yang nyaman, sehingga relaksasi
Relaksasi penting sebagai bahan untuk progresif yang diberikan pada klien yang mengalami
membangun penenang alamiah di dalam otak, untuk gangguan istirahat tidur mampu meningkatkan
menolak kekhawatiran atau kemungkinan panik, relaksasi otot-otot besar yang memberikan
mencegah penyakit stres, dan meningkatkan kenyamanan pada klien sehingga klien mendapatkan
kebutuhan istirahat tidur. Relaksasi itu baik untuk pemenuhan kebutuhan istirahat tidurnya sesuai
segala sesuatu dan tidak ada pengecualian. Relaksasi kualitas dan kuantitas kebutuhannya. Terjadinya

723
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO.1, FEBRUARI 2011

gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur Berdasarkan hasil uji statistik yang telah
diduga sebagai akibat dari peningkatan aktivitas RAS, dilakukan, hasil tersebut menunjukan bahwa t-
dopamine dan noreprineprine atau sebagai akibat hitung > t-tabel (11,481>1,729) dengan p value =
dari penurunan aktivitas sistem batang otak (Davis, 0,000. Dengan demikian, ada pengaruh teknik
1987). relaksasi progresif terhadap pemenuhan kebutuhan
Berdasarkan uraian berbagai teori di atas istirahat-tidur klien di ruangan VIP-B RSUD Bima.
dan dikaitkan dengan hasil penelitian bahwa tehnik Tehnik relaksasi progresif sebagai alternatif
relaksasi progresif terbukti efektif dalam memenuhi tindakan mandiri keperawatan pada klien yang
kebutuhan istirahat-tidur klien. Hasil pengukuran mengalami gangguan istirahat-tidur dapat
tingkat pemenuhan kebutuhann istirahat-tidur klien diberlakukan secara institusional dalam bentuk
sebelum dan sesudah diberikan tehnik relaksasi penetapan prosedur kerja tetap di rumah sakit
progresif mengalami perubahan yang bermakna. sehingga meningkatkan profesionalisme perawat
Oleh karena itu, tehnik relaksasi progresif dapat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
dijadikan sebagai salah satu alaternatif tindakan
DAFTAR PUSTAKA
keperawatan mandiri bagi klien yang mengalami
Alimul, A. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.
gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur
Aplikasi Konsep Dan Proses Keperawatan.
sehingga kebutuhan istirahat tidur klien dapat Jakarta: Salemba Medika, 2006.
terpenuhi baik secara kualitas dan atau kuantitas.
Asmadi. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep
Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:
KESIMPULAN DAN SARAN Salemba Medika, 2008.
Pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur klien
Davis, Marta. The Relaxation & Stress Reduction
sebelum diberikan tehnik relaksasi progresif Workbook, Alih Bahasa Indonesia; Achiryani
didapatkan bahwa 100% responden dengan kategori S Hamid dan Budi Anna Keliat. Jakarta: EGC,
1987.
tidur kurang. Terjadi peningkatan pemenuhan
kebutuhan istirahat-tidur klien setelah pemberian Guyton, Arthur. Human Physiology & Mechanisms
of Disease. Alih Bahasa Indonesia : Petrus
tehnik relaksasi progresif, 12 orang (60%) responden Asdrianto. Jakarta: EGC, 1995.
dengan kategori tidur cukup dan sebanyak 8 orang
Hardinge & Shryock. Mencapai Hidup Prima dan
(40%) responden dengan tidur baik atau terpenuhi Bugar. Jakarta: Indonesia Publishing House,
kebutuhan istirahat tidurnya sedangkan yang tidur 2003.

kurang tidak ada (0%). Hirnle, Constance J; F. Craven. Fundamental of


Nursing; Human Health And Function.
Lippincot Williams Wilkins. 3 rd 227 East
Washington Square Philadelphia. 2000.

Kusyanti, Eni. Ketrampilan dan Prosedur


Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC, 2003.

724
Haris, Pengaruh Tehnik Relaksasi Progresif terhadap Pemenuhan Kebutuhan Istirahat – Tidur Klien

Mija, Kim. Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa Potter & Perry. Buku Ajar Fundamental
Indonesia: Yasmin Asih. Jakarta: EGC, 1995. Keperawatan : Konsep, Proses, Dan Praktik;
Alih Bahasa, Ratna Komalasari (et al); Editor
Miller C.A. Nursing Care of Older Adults. Edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester dkk.
Philadelphia: J.B. Lippincot Company, 1995. Edisi 4. Jakarta: EGC, 2006.

Nuraini, Tuti. dkk. Gangguan Pola Tidur 2-11 hari Prihardjo, R. Perawatan Nyeri: Pemenuhan Aktivitas
pasca Operasi (Jurnal Keperawatan Indonesia Istirahat Pasien. Editor, Yasmin Asih. Jakarta:
vol 7). Jakarta: FKUI, 2001. EGC, 1993.

725

You might also like