You are on page 1of 16

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/292138295

Model Kepemimpinan Situasional Pada Perusahaan Keluarga ( Kasus UKM di


Sentra Industri Wedoro Sidoarjo )

Article · August 2010


DOI: 10.26740/bisma.v3n1.p1-14

CITATION READS

1 1,691

1 author:

Sentot Imam Wahjono


Universitas Muhammadiyah Surabaya, Indonesia
57 PUBLICATIONS   51 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Human Resource in Family Business View project

Now, my project is Crowdfunding in Muslim countries and/or Islamic Crowdfunding View project

All content following this page was uploaded by Sentot Imam Wahjono on 31 January 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Bisnis dan Manajemen (BISMA), Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Surabaya, Edisi: Volume 3 No. 1, August 2010 pp. 1-15.

MODEL KEPEMIMPINAN SITUASIONAL PADA


PERUSAHAAN KELUARGA
(kasus UKM di Sentra Industri Wedoro Sidoarjo)

Sentot Imam Wahjono


Universitas Muhammadiyah Surabaya
totim27@yahoo.com

ABSTRAK

Small and Medium Enterprises (SMEs) in general, grow and develop from the bottom armed with the spirit
of entrepreneurship.After survived and developed into a company, usually a family company that is driven by
human resources that have a family linkage to each other. As a family company that emphasizes harmony,
need a central figure as a leader capable of moving the company effectively. The effectiveness of leadership
in family firms in the model of situational leadership is largely determined by the adjustment of the maturity
of the employees with the leadership style practiced. In the event of compliance hence could be expected
would be easy to achieve corporate objectives include achieving sustained earnings growth that is
sustainable. One indicator of leadership effectiveness is the satisfaction and performance improvement.
Indicated satisfaction with the feeling satisfied and happy under certain circumstances surrounding the
employees' daily work, including: how leaders deal with employees, provide fringe benefits, providing a
space of expression, and others. This research examines the relationship between leadership effectiveness
with satisfaction. Leadership model using the situational leadership theory of Hersey-Blanchard. The results
turned out to support the theory that there is a positive and significant relationship between leadership
effectiveness and job satisfaction.

Key words: situational leadership, leadership effectiveness, satisfaction, entrepreneurship.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Wedoro adalah sebuah desa di kabupaten Sidoarjo mempermudah akses pasar. Alasan pemilihan
yang letaknya berbatasan dengan kota Surabaya. Jawa Timur sebagai pilot project pendirian PPS,
Sebagai desa, Wedoro telah berkembang dari desa adalah karena Jawa Timur merupakan provinsi
pengrajin sepatu menjadi desa pusat penjualan penghasil alas kaki dan sepatu ke-empat terbesar
sepatu sandal. Wedoro adalah salah satu dari 3 di Indonesia setelah DKI, Jabar dan Jateng.
desa di kabupaten Sidoarjo yang telah ditetapkan Pangsa pasar Jawa Timur saat ini sebesar 11%
oleh Pemerintah Kabupaten sebagai Desa dengan sumbangan terhadap devisa mencapai
Pengrajin Unggulan selain Tanggulangin (tas dan USD 180 juta. Industri alas kaki yang padat karya
koper), dan Ngingas (logam). sangat penting bagi perekonomian karena
Perkembangan Wedoro dan beberapa daerah termasuk salah satu dari 10 produk utama ekspor
lain di Jawa Timur menarik perhatian pemerintah non migas (Jawa Pos, 11 Oktober 2007, hal. 9).
pusat untuk mendirikan Pusat Perkulakan Sepatu Akhir-akhir ini perkembangan perdagangan
(PPS) di Mojokerto. Pendirian PPS ini dan pembuatan sepatu dan sandal di Wedoro
dimaksudkan untuk mendorong peningkatan mengalami kelesuan, terutama setelah
kinerja industri sepatu, sehingga dengan demikian membanjirnya produk sepatu dan sandal dari

1
2
China yang dijual dengan harga yang lebih murah sebanyak 82,44 persen (Sinar Harapan, 9 Pebruari
dan model yang lebih bervariasi. Kondisi ini 2002). Dengan asumsi-asumsi tertentu
diperparah dengan kecenderungan biaya diperkirakan perusahaan keluarga memberi
operasional dan bahan baku yang semakin naik kontribusi yang cukup besar yaitu 30% dari GDP
dan tinggi. Kenaikan biaya operasional terutama dan menyerap 70% angkatan kerja (Kompas, 24
dipicu oleh kenaikan tarif listrik multiguna. Desember 2002).
Kondisi ini menyebabkan banyaknya pengusaha Perusahaan keluarga pada umumnya
yang tergolong Usaha Kecil dan Menengah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (1) dimiliki
(UKM) berpindah dari sektor pengrajin (industri) oleh kelompok keluarga tunggal yang dominan
ke sektor perdagangan (Jawa Pos, 18 Agustus dengan jumlah kepemilikan saham lebih dari 50%
2007, hal. 9). (2) dirasakan sebagai perusahaan, (3) dikelola
Kondisi ini tentu sangat mengkhawatirkan, oleh orang-orang yang berasal dari keluarga
mengingat UKM di Wedoro tumbuh dari kegiatan pemilik mayoritas saham (Westhead, 1997).
pembuatan sepatu sandal (industri). Mereka lebih Dalam perusahaan keluarga, terdapat tiga
berpengalaman sebagai pengrajin daripada kepentingan yang saling mempengaruhi, yaitu: 1)
sebagai pedagang. Kebanyakan UKM di Wedoro kepentingan bisnis, 2) kepentingan kepemilikan,
berkembang menjadi perusahaan keluarga dengan dan 3) kepentingan keluarga. Ketiga kepentingan
basis industri. Apabila kondisi eksternal memaksa tersebut seringkali bersinggungan menimbulkan
UKM Wedoro meninggalkan industri dan beralih friksi yang bisa mengakibatkan sinergi beberapa
ke sektor perdagangan dikhawatirkan akan terjadi komponen sehingga menghasilkan yang positif
penurunan aktivitas ekonomi. Mereka yang tidak atau sebaliknya berakibat negatif (Hoover, 2000:
terbiasa dengan suasana perdagangan yang 61).
dinamis akan mudah mengalami kerugian usaha Sebagai suatu entitas usaha, perusahaan
dan pada akhirnya menjadi kebangkrutan. keluarga juga harus tunduk pada kaidah-kaidah
Para pemimpin perusahaan keluarga UKM di manajemen pada umumnya. Keberhasilan suatu
Wedoro dituntut bekerja keras dan kreatif untuk usaha tidak terlepas dari peran pemimpin usaha.
dapat mempertahankan usahanya. Hal ini menjadi Yukl (2002, 347) melaporkan beberapa penelitian
penting, karena keberlangsungan usahanya bukan sebelumnya tentang peranan pemimpin dalam
hanya menjadi gantungan hidup keluarga inti hubungannya dengan kepuasan kerja. Seperti,
(ayah, ibu dan anak) nya saja tetapi juga menjadi Weiner dan Mahoney (1981) mengatakan bahwa
lahan mencari nafkah keluarga besarnya yang kepemimpinan berperan dalam peningkatan ROA
bekerja bersama di dalam perusahaan keluarga. (return on assets). Thomas (1988) menyatakan
Mereka adalah adik-kakak dari pihak ayah dan ibu bahwa kepemimpinan berperan terhadap
(ipar) atau anak dari saudara ayah-ibu peningkatan profit margin. Barrick, Day, Lord,
(keponakan). Mereka adalah komponen dan Alexander (1991) juga menemukan bukti
pembentuk perusahaan keluarga di UKM Wedoro. bahwa top executives mempengaruhi kepuasan
Dengan kondisi seperti di atas, timbul kerja organisasi.
pertanyaan, apakah model kepemimpinan Selanjutnya, faktor pemimpin sebagai
situasional Hersey-Blanchard mampu menjawab penyebab keberhasilan usaha juga dikemukakan
permasalahan kepemimpinan-kepuasan dalam oleh Peter F. Drucker yang ditulis kembali oleh
perusahaan keluarga. Hersey-Blanchard (1992, 98) yang menyatakan
bahwa:
TINJAUAN PUSTAKA “Pemimpin merupakan sumber daya pokok
Perusahaan Keluarga. yang paling langka dalam setiap organisasi bisnis.
Perusahaan keluarga merupakan sesuatu yang Hal tersebut didukung oleh hasil penelitiannya
penting. Di negara-negara Barat seperti di bahwa dari 100 perusahaan yang baru berdiri,
Amerika Serikat, pada awal 1990-an, perusahaan 50% gulung tikar pada dua tahun setelah
keluarga berjumlah lebih dari seperlima dari pendirian dan hanya sepertiga yang bisa bertahan
seluruh perusahaan, menyumbangkan 12% GDP sampai tahun ke-lima dikarenakan kepemimpinan
dan mempekerjakan 15% angkatan kerja (Shanker yang tidak efektif”.
dan Astrachan, 1996). Di Indonesia, dari hasil Perusahaan keluarga tersebar dalam beberapa
Sensus Ekonomi 1996 terdapat 16.426.933 etnis, masing-masing mempunyai ciri tersendiri.
perusahaan. Dari jumlah itu yang dapat Dalam etnis Cina terdapat beberapa karakteristik
dikategorikan sebagai perusahaan keluarga perusahaan keluarga seperti terlihat dalam tabel 1.
3

Tabel 1. Karakteristik Perusahaan Keluarga Cina


1 Skala kecil dan struktur organisasi sederhana
2 Produk tunggal atau pasarnya terfokus
3 Kendali yang disentralisasi pada satu CEO dominan
4 Kepemilikan dan kendali pada keluarga
5 Kebudayaan organisasi paternalistik
6 Hubungan eksternal ke pemasok dan pelanggan melalui jaringan personal
7 Penghematan biaya dan efisiensi
8 Kemampuan pemasaran lemah terutama promosi citra merk
9 Hambatan pertumbuhan karena enggan berhubungan dengan manajer profesional
1 Fleksibiltas strategis berdasar adaptabilitas pembuat keputusan yang dominan.
0
Sumber : Redding, 1995.

John Davis dan Morris Taguiri (Hoover, 2000: pengaruh dalam bisnis keluarga, seperti terlihat
61) menyatakan bahwa terdapat tiga (3) elemen dalam gambar 1, yaitu :

Gambar 1. Tiga Elemen Bisnis Keluarga harga diri dan kesenangan interpersonal
Taguiri individu, tetapi dalam produktivitas dan
profesionalisme. Sehingga ukuran utama
seseorang terletak pada kontribusi terhadap
pelaksanaan strategi, pencapaian terget, dan
profitabilitas perusahaan.
KELUARGA
BISNIS (3) Kepemilikan, didasarkan pada
peranan seseorang dalam investasi dalam
perusahaan, peranan meminimalkan risiko,
mewakili perusahaan berhubungan dengan
pihak luar.
KEPEMILIKAN

Dalam bisnis keluarga, ketiga elemen


tersebut bercampur menjadi satu bahkan batas-
batas diantara ketiganya kabur dan tak tampak.
Sumber : Hoover, 2000, hal. 61. Banyak fungsi menjadi tumpang tindih sehingga
sering terjadi ketegangan hubungan, tetapi banyak
(1) Keluarga, keberhasilan dalam hal menunjukkan bahwa kesuksesan bisnis
keluarga diukur dalam artian harmoni, keluarga dimulai dari kaburnya batas-batas itu.
kesatuan, dan perkembangan individu yang Untuk menjamin dinamika bisnis keluarga tetap
bahagia dengan harga diri yang solid dan dalam posisi yang menguntungkan, maka perlu
positif. dipertegas aturan hubungan bisnis keluarga,
(2) Bisnis, adalah entitas ekonomi seperti tergambar dalam tabel 2. berikut.
dimana keberhasilan diukur bukan pada

Tabel 2. Matrix Aturan Hubungan Bisnis Keluarga Taguiri


Keluarga Bisnis Kepemilikan
Mengukur Harmoni Produksi ROI dan ROS (responsibility of
Keberhasilan stewarship)
Otoritas Kesetaraan Tidak setara Keduanya (setara dan tidak setara)
Penghargaan Berdasarkan Berdasarkan Berdasarkan apa yang diambil dan
Finasial Keperluan Produktivitas yang ditinggalkan.
Lokus Pentingnya Individual aspirasi Tujuan Profitabilitas
Aturan Inklusi Penerimaan tanpa kondisi Tergantung pada kondisi Berhak ataukah diperoleh
Sumber : Hoover, 2000, hal. 64.
Jurnal Bisnis dan Manajemen (BISMA), Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Surabaya, Edisi: Volume 3 No. 1, August 2010 pp. 1-15.

dengan upaya untuk menetapkan struktur


Kepemimpinan organisasi, saluran komunikasi, dan prosedur
Pembicaraan mengenai teori kepemimpinan penyelesaian masalah secara jelas dan rinci.
berawal dari adanya suatu kenyataan bahwa Dimesi perilaku tugas dan indikator perilaku
seseorang lebih menonjol dibanding orang lain, mencakup: (a) Penyusunan tujuan, (b)
seseorang lebih efektif dalam memimpin Pengorganisasian, (c) Penetapan batas waktu,
dibanding yang lain, seorang pemimpin yang telah (d) Pengarahan, (e) Pengendalian.
sukses memimpin tidak begitu sukses memimpin 2. Perilaku Hubungan, adalah
di tempat dan situasi yang berbeda. Kemudian kadar upaya pemimpin dalam membina
muncul suatu kesadaran bahwa situasi hubungan pribadi diantara para pemimpin
kepemimpinan adalah interaksi positif antara sang dan bawahan dengan membuka saluran
pemimpin dengan bawahan yang dipimpin. komunikasi, menyediakan dukungan
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi sosioemosional dan kemudahan perilaku.
efektivitas kepemimpinan termasuk gaya Dimensi perilaku dan indikator perilaku
kepemimpinan yang diterapkan sang pemimpin meliputi : (a) memberikan dukungan, (b)
juga kesiapan dan kematangan bawahan dalam mengkomunikasikan, (c) memudahkan
menjalankan arahan dan instruksi pemimpin. interaksi, (d) aktif mendengarkan, (e)
Beberapa penelitian gaya kepemimpinan memberikan umpan balik.
dengan pendekatan Sifat dan pendekatan Perilaku 3. Kematangan Bawahan, adalah
ternyata belum bisa menjawab pertanyaan “Kapan kemampuan atau kemauan individu untuk
dan dibawah keadaan apa gaya kepemimpinan memikul tanggung jawab sehingga dapat
khusus lebih disukai dibanding yang lain?”, mengarahkan perilaku bawahan. Seseorang
pertanyaan ini terlontar karena ternyata tidak yang matang dalam suatu pekerjaan tidak
dijumpai satupun sifat unggulan dan gaya berarti bahwa orang tersebut juga matang
kepemimpinan yang cocok untuk semua orang, untuk pekerjaan lainnya. Kematangan
pada situasi dan kondisi yang berbeda. Gaya bawahan terdiri dari dua (2) dimensi yaitu :
otoriter sangat cocok diterapkan di lingkungan (a) yaitu matang karena mampu dalam arti
militer namun sangat tidak cocok diterapkan di mempunyai pengetahuan, pengalaman, dan
lingkungan pendidikan tinggi. ketrampilan individual dalam melaksanakan
Oleh karena itu beberapa peneliti mulai tugas, (b) matang karena mau untuk
mencoba mencari faktor-faktor dalam setiap melakukan suatu pekerjaan karena adanya
situasi yang mempengaruhi efektivitas gaya rasa yakin, dan termotivasi. Kemampuan
kepemimpinan tertentu. Kalau disatukan, teori menurut Hersey dan Blanchard adalah
yang dihasilkan dari penelitian ini menyusun pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan
pendekatan kontingensi pada kepemimpinan. yang dimiliki individu atau kelompok untuk
Pendekatan ini memfokuskan pada faktor-faktor melaksanakan tugas-tugas tertentu tanpa
berikut ini : a) Tuntutan Tugas, b) Harapan dan arahan dari orang lain. Sedangkan kemauan
tingkah laku rekan setingkat, c) Karakteristik, adalah suatu kepercayaan, keterikatan dan
harapan, dan tingkah laku karyawan, d) Budaya motivasi yang dimiliki oleh individu atau
organisasi dan kebijakannya. kelompok untuk melaksanakan suatu
pekerjaan. Orang-orang yang memiliki
Teori Kepemimpinan Hersey-Blanchard kemauan yang tinggi dalam suatu jenis
Pendekatan kepemimpinan yang pekerjaan tertentu akan merasa bahwa
dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard tanggung jawab merupakan hal yang penting
(2002:169-189) menguraikan bahwa gaya serta memiliki rasa keyakinan terhadap diri
kepemimpinan yang paling efektif tergantung sendiri. Mereka tidak memerlukan dorongan
kesesuaian antara beberapa faktor berikut: orang lain untuk mau melakukan hal-hal
1. Perilaku tugas, adalah kadar dalam bidang pekerjaan tersebut.
upaya pemimpin mengorganisasi dan Kombinasi perilaku tugas dan perilaku
menetapkan peran bawahan, menjelaskan hubungan menghasilkan empat (4) gaya yaitu:
kegiatan setiap anggota, kapan, dimana, dan 1. Telling (tinggi tugas dan rendah
bagaimana cara menyelesaikannya. Dicirikan hubungan), gaya kepemimpinan ini
1
5
cenderung memberikan banyak perintah memberi kesempatan bawahan untuk saling
kerja (instruksi) yang spesifik dan melakukan bertukar pendapat dan ikut serta dalam
penyeliaan pekerjaan bawahan dengan pengambilan keputusan. Pemimpin turut
seksama memberi dorongan karyawan dalam
2. Selling (tinggi tugas dan tinggi penyelesaian tugas.
hubungan), gaya ini cenderung untuk 4. Delegating (rendah tugas dan
menjelaskan keputusan yang telah pemimpin rendah hubungan), gaya ini cenderung
buat dan memberi kesempatan bawahan mendelegasikan tanggung jawab
untuk mengerti (menjajakan). Dalam hal ini pengambilan keputusan dan pelaksanaan
pemimpin masih mengarahkan dan pekerjaan pada bawahan.
mengawasi bawahan dalam menyelesaikan Keempat gaya kepemimpinan situasional
tugas. Hersey-Blanchard tersebut digambarkan dalam
3. Participating (rendah tugas dan empat kuadran seperti terlihat dalam gambar 2
tinggi hubungan), gaya ini cenderung dibawah ini.

Gambar 2.
Gaya kepemimpinan Situasional Hersey-
Blanchard Sumber: Stoner, 1996, hal, 172, diadaptasi dari
Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard. Management
TINGKAH LAKU PEMIMPIN
of Organizational: Utilizing Human Resources, edisi
tinggi
Hubungan Tinggi Hubungan Tinggi
ke 5, p. 173, hak cipta 1988.
dan Tugas Rendah dan Tugas Tinggi
(memberikan Tingkah Laku untuk mendukung)

Mereka yakin bahwa hubungan antara seorang


TINGKAH LAKU HUBUNGAN

3 2 manajer dan bawahannya bergeser melewati


empat fase pada saat karyawan berkembang, dan
4 1 manajer perlu mengubah gaya kepemimpinannya
(lihat gambar 2 dan tabel 3).
Hubungan Rendah Hubungan Rendah
dan Tugas Rendah dan Tugas Tinggi

rendah tinggi
TINGKAH LAKU TUGAS
(memberikan pedoman)

Tabel 3. Empat Fase Gaya kepemimpinan Hersey-Blanchard


Fas Kesiapan Bawahan & Apa yang seharusnya dilakukan Manajer
e
Dalam tahap persiapan, perhatian pada tugas yang tinggi oleh manajer merupakan tindakan yang paling
tepat. Karyawan harus diberi instruksi dan dibiasakan bekerja dengan peraturan dan prosedur. Manajer
1 yang tidak memberi petunjuk akan menimbulkan kegelisahan dan kebingungan khususnya untuk anggota
baru.
Setelah bawahan mulai belajar dan menyesuaikan diri dengan sistem dan prosedur yang berlaku,
perhatian pada tugas tetap penting untuk membiasakan bawahan pada sistem dan prosedur. Dalam masa
2 interaksi ini atasan lebih mengenal bawahan sehingga perhatian pada hubungan bisa ditingkatkan. Manajer
harus menjajakan tentang apa yang perlu dan tidak, bagaimana sebaiknya, kapan sebaiknya selesai, dan
sebagainya.
Dalam tahap ini bawahan sudah mempunyai kemampuan dan motivasi yang lebih besar sehingga
mereka lebih berani menerima tanggung jawab yang lebih besar. Manajer tidak perlu lagi mengarahkan
pekerjaan secara rinci, akan tetapi manajer harus tetap mendukung dan mendorong bawahan untuk
3 menerima tanggungjawab yang lebih besar lagi dengan tujuan merangsang timbulnya partisipasi bawahan
yang melembaga.
Ketika karyawan menjadi percaya diri, bisa mengarahkan diri sendiri, dan berpengalaman, manajer
dapat mengurangi jumlah dukungan dan pedoman. Dalam tahap ini bawahan tidak lagi memerlukan
4 pengarahan dari manajernya, karena mereka telah mandiri, dan siap untuk menerima pelimpahan tugas &
tanggung jawab (delegasi).
Sumber : dirangkum dari Stoner, 1996, hal. 171-172.
6

Kematangan bawahan merupakan kombinasi dalam melaksanakan tugas seorang diri (a


dari kemauan dan kemampuan bawahan yaitu : reluctant contributor).
a. Tingkat kematangan rendah d. Tingkat kematangan tinggi
(M1) (M4)
Pada tingkat ini, bawahan tidak memiliki Pada tingkat ini, bawahan berada pada
kemauan dan belum memiliki kemampuan titik kepercayaan diri tertinggi. Bawahan
dalam menjalankan tugas. Tetapi mereka merasa mampu dan mau melaksanakan tugas
memiliki motivasi dan kepercayaan diri karena yakin dapat melaksanakan tugas
untuk mmpelajari pekerjaannya (an dengan baik. Bawahan merasa senang untuk
anthusiastic beginner). menerima tugas (a peak performer).
b. Tingkat kematangan rendah ke Hersey dan Blanchard mengatakan bahwa
sedang (M2) Keefektifan kepemimpinan tergantung pada
Bawahan sudah mempunyai kemauan kesesuaian antara (empat) gaya kepemimpinan
untuk melaksanakan tugas meskipun rendah. yang diterapkan dengan tingkat kematangan
Rendahnya kemauan bawahan ini karena bawahan. Dalam tabel 4 berikut dapat dilihat
tugasnya ternyata tidak semudah yang bagaimana kesesuaian antara penerapan gaya
dibayangkan semula. Akhirnya bawahan kepemimpinan yang cocok dengan melihat
mengalami penurunan semangat dan kesiapan atau kematangan (maturity) bawahan
kemauan untuk belajar (a disillusioned digambarkan dengan kurva perspektif yang
learner). berbentuk lonceng yang bergerak melalui empat
c. Tingkat kematangan sedang ke kuadran kepemimpinan secara dinamis dan ini
tinggi (M3) menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan (yang
Pada tingkatan ini, bawahan sudah didasarkan pada perilaku tugas dan perilaku
memiliki kemampuan dalam melaksanakan hubungan pemimpin) yang sesuai dengan
tugas, tetapi tidak mau dan/atau ragu untuk kematangan bawahan bergerak dari tingkat
menggunakan kemampuannya. Bawahan kematangan bawahan yang rendah menuju tingkat
kurang percaya diri atas keberhasilannya kematangan bawahan yang tinggi.

Tabel 4. Peta Hubungan Kematangan dan Kefektifan Kepemimpinan


Kematangan Gaya yang Gaya Gaya yang Gaya yang
paling efektif Yang efektif cukup efektif tidak efektif

M1 G1 G2 G3 G4
Rendah Telling Selling Participating Delegating
M2 G2 G1 Telling at G4
Rendah ke Selling G3 participating -- Delegating
sedang
M3 G3 G2 Selling at -- G1
Sedang ke Participating G4 Delegating Telling
tinggi
M4 G4 G3 G2 G1
Tinggi Delegating Participating Selling Telling
Sumber : Hersey dan Blanchard (1988:275).

Jadi Keefektifan kepemimpinan dipengaruhi kematangan dengan gaya kepemimpinan yang


oleh kesesuaian antara gaya kepemimpinan yang efektif, terlihat dalam tabel 4. Bila gaya yang
dipraktekkan pemimpin dengan kondisi dipakai memadai, bukan hanya akan menaikkan
kematangan karyawan. Bila terjadi ketidak kepuasan kerja karyawan tapi juga membantu
sesuaian maka pemimpin harus merubah gayanya mengembangkan karyawan secara profesional.
dan menyesuaikan dengan gaya yang cocok Jadi manajer dituntut untuk pandai mengubah
dengan kematangan bawahan. Kaitan tingkat gaya kepemimpinannya secara terus menerus.
7
Kepuasan Kerja Karyawan
Kepuasan kerja merupakan hasil persepsi
GAYA PEMIMPIN
tinggi
para karyawan tentang seberapa baik pekerjaan
Hubungan Hubungan
Tinggi dan Tinggi dan
seseorang memberikan segala sesuatu yang
(memberikan Tingkah Laku untuk mendukung)

Tugas Tugas
Rendah Tinggi

dipandang sebagai suatu yang penting melalui


TINGKAH LAKU HUBUNGAN

PARTISIPASI 3 2 KONSULTASI

hasil kerjanya (Luthans, 2006). Istilah kepuasan


4 1
kerja merujuk pada sikap (reaksi emosional)

INSTRUKSI
DELEGASI

Hubungan Hubungan
seorang individu terhadap pekerjaanya. Davis &
Rendah dan Rendah dan
Tugas
Rendah
Tugas
Tinggi Nestrom (1985; dalam Indriantoro, 1993)
rendah tinggi
TINGKAH LAKU TUGAS mendefinisikan kepuasan kerja sebagai keadaan
(memberikan pedoman)

tinggi sedang rendah


emosional yang menyenangkan atau tidak
M4 M3 M2 M1 menyenangkan dengan mana karyawan
Mau dan
Mampu
Tidak mau
tapi mampu,
Mau tetapi
tidak mampu
Tidak mau dan
tidak mampu
atau tidak
memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja
kurang yakin
yakin
mencerminkan perasaan seseorang terhadap
KEMATANGAN KARYAWAN
pekerjaannya. Ini nampak dalam sikap positif
karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu
yang dihadapi di lingkungan kerjanya. Setiap
Gambar 3. Gaya Kepemimpinan Situasional organisasi harus memantau kepuasan kerja,
Hersey-Blanchard dihubungkan dengan karena hal itu akan mempengaruhi tingkat
Kematangan bawahan kehadiran, perputaran tenaga kerja, semangat
kerja, keluhan dan komplain, serta masalah-
maslaha organisoasional lainnya.
Terdapat tiga penyebab utama kepuasan kerja, pada pengaruh kepuasan kerja pada produktivitas
yaitu; 1) faktor organisasional (seperti: gaji, karyawan, kehadiran, dan turn-over.
peluang promosi, work itself, kebijakan dan
kondisi pekerjaan), 2) faktor kelompok (seperti: Hipotesis
coworkers dan supervisors), 3) faktor personal Berdasarkan uraian Latar Belakang dan
(seperti: kebutuhan, aspirasi dan instrument Rumusan Masalah serta Tinjauan Pustaka di atas,
benefits). Kepuasan kerja individu dalam maka dapat dibuat suatu hipotesis sebagai berikut:
kelompok kerja akan dipengaruhi oleh coworkers “Terdapat pengaruh positif dan signifikan
dan supervisor mereka. Kepuasan kerja dapat antara Keefektifan Kepemimpinan dengan
dipandang sebagai variabel dependen atau sebagai Kepuasan Kerja Karyawan Perusahaan
variabel independen (Robbins, 2003). Kepuasan Keluarga di UKM Wedoro Sidoarjo”.
Kerja sebagai variabel independen dapat dilihat

Rabu, Kamis, dan Jumat pada akhir bulan saat


pegawai swasta menerima pembayaran gaji/upah,
METODE PENELITIAN dan tahap ketiga pada hari Rabu, Kamis, Jumat,
Populasi, sampel, besar sampel, dan teknik Sabtu, dan Minggu, pada tanggal muda / awal
pengambilan sampel. bulan saat pegawai negeri sipil / militer menerima
gaji.
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan Banyaknya sampel didasarkan pada tabel
perusahaan keluarga UKM di Wedoro yang masih Penentuan Sampel dengan Populasi tertentu
beroperasi (toko masih buka, pengrajin masih dengan taraf kesalahan 5% yang dikembangkan
berproduksi). Perusahaan keluarga yang masih dari rumusan Isaac dan Michael (Sugiyono, 2006:
beroperasi sebanyak 40 perusahaan dari 156 63) yaitu sebanyak 140 orang. Teknik
perusahaan yang terdaftar terakhir di Dinas pengambilan sampel ditentukan berdasarkan
Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) persentase masa kerja karyawan yang bekerja di
Kabupaten Sidoarjo tahun 2004. Dari 40 perusahaan keluarga di UKM Wedoro. Lamanya
perusahaan keluarga UKM tersebut tercatat masa kerja atau pengalaman kerja adalah salah
sebanyak 220 orang karyawan. Survey lapangan satu indikator kematangan karyawan yang
dilakukan secara bergelombang / bertahap yaitu merupakan unsur penting dalam pembahasan
tahap pertama hari Sabtu, Minggu dan Senin kepemimpinan model Hersey-Blanchard.
pertengahan bulan. Tahap kedua hari Selasa,
8
Kepuasan kerja karyawan diukur dengan atau 39% dan Selling (G2=Menjajakan) sebanyak
Minnesota Satisfaction Questioaire (MSQ) seperti 37 responden atau 26%, dan berikutnya gaya
dalam lampiran 4. Versi MSQ yang dipakai dalam kepemimpinan Participating (G3=Partisipasi)
penelitian ini adalah yang short-form yang terdiri sebanyak 30 orang atau 21% dan gaya
dari 20 item, hal ini dimaksudkan untuk kepemimpinan Delegating (G4=Delegasi)
mempermudah responden dalam mengisi. sebanyak 18 orang atau 13%, seperti terlihat
dalam tabel 5.

ANALISIS HASIL PENELITIAN Tabel 5 Gaya Kepemimpinan Yang


Analisis dan Hasil Penelitian Dipraktekkan
Gaya Jumlah Persentase
Mengingat penelitian ini di desain resiprokal, Kepemimpinan Responden
dalam arti memerlukan pendapat secara G1 = Telling 55 39%
berbalasan untuk saru variabel penelitian maka (Instruksi)
responden karyawan akan didampingi dengan G2 = Selling 37 26%
pengusaha yang dipilih untuk diajikan sampel (Menjajakan)
mengikuti pemilihan karyawan yang dijadikan G3 = 30 21%
sampel. Terpilih 35 pengusaha yang dijadikan Participating
responden. Pengusaha akan diminta pendapatnya G4 = 18 13%
tentang kematangan masing-masing responden Delegating
yang menjadi karyawannya. Jumlah 140 100%
Sumber : Pengolahan Kuesioner.
Pengusaha yang dijadikan responden
Hal ini berarti bahwa menurut responden
mempunyai latar usaha yang berbeda. Empat
karyawan, para pengusaha yang merupakan atasan
orang pengusaha adalah pengrajin, artinya
usahanya adalah memproduksi sepatu dan sandal langsungnya, rata-rata menerapkan gaya
kepemimpinan instruksional. Pemimpin dalam hal
saja. Hasil produksinya dijual ke beberapa saudara
dan temannya di toko-toko di kawasan ini adalah pengusaha sering memberi petunjuk
perdagangan Wedoro atau dijual ke luar, dalam dan arahan tentang apa, bagaimana melakukan
pekerjaan. Arahan itu seringkali rinci dan bersifat
hal ini ke pasar Turi (sebagian besar) dan ke
pasar-pasar lainnya. 2 pengusaha lagi berstatus teknis. Supervisi secara spesifik itu diperlukan
karena para karyawan umumnya mempunyai
ganda, selain sebagai pengrajin yang
memproduksi sepatu dan sandal, juga berdagang tingkat pendidikan yang rendah (74% responden
adalah berpendidikan dasar – SD dan SMP).
dengan memiliki stand toko di kawasan
perdagangan Wedoro. Sisanya (29 pengusaha atau Sedang masa kerja mereka belum lama (67%
83%) adalah pengusaha pedagang. Banyaknya mempunyai masa kerja kurang dari 3 tahun).
Sementara itu usia responden kebanyakan (87%)
unsur pedagang ini, kemungkinan disebabkan
oleh naiknya harga bahan baku dan biaya-biaya berada di bawah 30 tahun. Kondisi ini adalah
operasional. Kondisi ini ternyata tidak diimbangi cocok dengan kenyataan bahwa kebanyakan
pengusaha menerapkan kendali
dengan kenaikan daya beli masyarakat, sehingga
pada saat yang bersamaan pengrajin sepatu dan (pengawasan/control) yang ketat kepada
karyawannya. Hal ini untuk menjamin bahwa apa-
sandal Wedoro sulit menaikkan harga jual sepatu
dan sandal produksi mereka. Apalagi akhir-akhir apa yang di instruksikan benar-benar dilaksanakan
ini banyak produk impor dari China. Kondisi- oleh karyawannya.
kondisi inilah yang memaksa pengusaha beralih
dari pengrajin menjadi pedagang. Pendapat ini c. Tingkat Kematangan Bawahan
Tingkat Kematangan Bawahan yang dinilai
diperkuat oleh Shahputra, wakil Ketua Umum
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur oleh atasan dalam penelitian ini didominasi oleh
(Jawa Pos, 18 Agustus 2007: 9). tingkat kematangan yang rendah ke sedang (M2)
sebanyak 50 responden atau 36% dan berturut-
turut tingkat kematangan rendah (M1) sebanyak
b. Gaya Kepemimpinan
37 responden atau 26%, kemudian tingkat
Gaya Kepemimpinan yang dipraktekkan oleh
atasan dan yang dinilai oleh bawahan dalam kematangan sedang ke tinggi (M3) sebanyak 35
orang atau 25% dan terakhir tingkat kematangan
penelitian ini didominasi oleh gaya kepemimpinan
Telling (G1 = Instruksi) sebanyak 55 responden tinggi (M4) sebanyak 18 orang atau 13%, seperti
terlihat dalam tabel 6.
9
Tabel 6. Tingkat Kematangan Bawahan d. KeEfektifan Kepemimpinan
Tingkat Jumlah Persentas Kepemimpinan menjadi Efektif manakala
Kematangan Responden e Gaya Kepemimpinan (selanjutnya diberi notasi G)
Bawahan yang dipraktekkan oleh atasan dan dinilai oleh
bawahan sesuai dengan tingkat kematangan
M1 = Rendah 37 26% bawahan (selanjutnya diberi notasi M) yang
M2 = Rendah ke 50 36% dinilai oleh atasan. Kriteria penentuan ke efektifan
sedang
kepemimpinan merujuk pada tabel Hersey-
M3 = Sedang ke 35 25%
tinggi Blanchard (2002: 75). Kepemimpinan yang paling
M4 = Tinggi 18 13% efektif terjadi manakala bertemu M1 G1, M2 G2,
Jumlah 140 100% M3 G3, M4 G4, sedang kepemimpinan efektif
Sumber : Pengolahan Kuesioner. terjadi manakale bertemu M1 G2, M2 G1, M2 G3,
M3 G2, M3 G4, dan M4 G3. Sementara itu,
Pemimpin atau para pengusaha baik pengrajin kepemimpinan menjadi cukup efektif manakala
maupun pedagang sepatu dan sandal di Sentra bertemu M1 G3, dan M4 G2. Dan akhirnya,
Industri Kecil Wedoro, menganggap bahwa kepemimpinan menjadi tidak efektif manakala
kebanyakan karyawannya berada pada tingkat bertemu M1 G4, M2 G4, M3 G1, dan M4 G1.
kematangan rendah dan rendah ke sedang. Derajat keefektifan kepemimpinan diberi nilai
Kematangan karyawan yang rendah ini bertingkat-tingkat sebagai berikut :
ditunjukkan oleh rendahnya kemampuan  Tidak Efektif diberi nilai 1
karyawan dalam melakukan dan menyelesaikan  Cukup Efektif diberi nilai 2
pekerjaannya dan rendahnya kemauan karyawan  Efektif diberi nilai 3
dalam menyelesaikan pekerjaan. Hal ini  Paling Efektif diberi nilai 4
ditunjukkan oleh sikap karyawan yang lebih
banyak menunggu “diperintah” oleh pemimpin Tabel 7. KeEfektifan Kepemimpinan
untuk memulai dan menyelesaikan pekerjaan
dengan baik. Banyak diantara karyawan yang
lebih menyukai bersantai-santai dan bermalas-
malasan apabila tidak “ditunggui” atau tidak
dilihat oleh pemimpin. Tipe karyawan dengan
kematangan rendah ini biasanya dipengaruhi oleh
latar karakteristik individual karyawan. Bagi
karyawan yang mempunyai ciri-ciri seperti:
berpendidikan rendah (pendidikan dasar),
mempunyai masa kerja rendah (kurang dari 3
tahun), dan berusia muda (kurang dari 30 tahun)
mempunyai kecenderungan untuk berperilaku
sebagai karyawan dengan tingkat kematangan Sumber: Kuesioner yang diolah.
rendah. Ternyata profil mayoritas responden
menunjukkan karakteristik karyawan dengan Setelah dipertemukan antara hasil kuesioner
tingkat kematangan rendah dan rendah ke sedang. Gaya Kepemimpinan yang dipraktekkan yang
Karyawan pada umumnya mempunyai tingkat diisi oleh bawahan sebagai responden dengan
pendidikan yang rendah (74% responden adalah Tingkat Kematangan Bawahan yang diisi oleh
berpendidikan dasar – SD dan SMP). Sedang atasan untuk masing-masing responden, maka
masa kerja mereka belum lama (67% mempunyai didapat tingkat KeEfektifan Kepemimpinan.
masa kerja kurang dari 3 tahun). Sementara itu Selengkapnya terlihat dalam tabel 7.
usia responden kebanyakan (87%) berada di Mencermati tabel 7 dan setelah di nilai,
bawah 30 tahun. didapat hasil bahwa 60% Kepemimpinan para
pengusaha perusahaan keluarga di Sentra Industri
Kecil Wedoro Paling Efektif, 29% Efektif, 4 %
Cukup Efektif, dan sisanya 8% Tidak Efektif.
Selengkapnya seperti dalam tabel 8. di bawah ini:
10

Tabel 8 Nilai KeEfektifan Kepemimpinan


1 2 3 4
Tidak Cukup Efekt Paling Total
Efektif Efektif if Efektif
Jumlah 11 5 40 84 140
Persentase 8% 4% 29% 60% 100%
Sumber : hasil olah kuesioner.

e. Kepuasan Kerja Karyawan 2. Kelanggengan tempat kerja (pertanyaan nomor


Kepuasan Kerja karyawan diukur dengan 7). Responden yakin bahwa tempat kerjanya
mengajukan 20 pertanyaan kepada karyawan bisa diharapkan untuk menopang
tentang kepuasan kerja, dengan rentang 5 tingkat kehidupannya dalam jangka panjang.
jawaban dimana jawaban 1 berarti sangat tidak Karyawan cukup yakin bahwa tempat kerjanya
baik dan jawaban 5 berarti sangat baik. Dari 140 tidak akan bangkrut, atau kalau toh bangkrut,
jawaban kuesioner yang diolah bernilai rata-rata pimpinannya dapat mencarikan tempat kerja
3,59, hal ini berarti kepuasan kerja karyawan yang yang sesuai dengan keahliannya. Nilai
bekerja di perusahaan keluarga di Sentra Industri kepuasan untuk kelanggengan tempat kerja
Kecil Wedoro tergolong baik. adalah 4,02.
Pada umumnya responden menjawab antara 3. Kesempatan memberitahu orang lain tentang
cukup baik dan baik atas kondisi pekerjaan di apa yang harus dikerjakan (pertanyaan nomor
tempat kerjanya masing-masing. Ini berarti 10). Responden merasa terdapat cukup
mereka cukup puas. Kepuasan kerja terjadi pada kebebasan yang diberikan pengusaha dalam
masalah-masalah: mengajari dan mentransfer ilmunya kepada
1. Cara pemimpin menangani karyawannya teman sejawatnya. Kebebasan mentransfer
(pertanyaan nomor 5). Meskipun kondisi ilmu dan kemudian memindahkan keahlian dan
karyawan berbeda-beda dalam hal latar ketrampilan kepada teman sejawat ini
pendidikan, masa kerja, usia, dan status memberikan kepuasan tersendiri. Suasana ini
perkawinan, namun karyawan merasa puas mengukuhkan kembali situasi keguyuban
dengan penanganan pimpinan. Pemimpin bisa dalam kelompok yang ternyata merupakan
menyesuaikan cara dan gaya kepemimpinan kebutuhan tersembunyi (laten) dari
dengan karakteristik dan spesifikasi karyawan. kebanyakan karyawan sebagai makhluk sosial.
Nilai kepuasan karyawan terhadap cara Nilai kepuasan untuk ini mencapai 4,13.
penanganan pemimpin adalah 4,33.
4. Kesempatan untuk mengembangkan diri dari (pertanyaan nomor 16). Pemimpin tidak
pekerjaan ini (pertanyaan nomor 14). Hal ini menuntut cara penyelesaian tugas yang kaku.
terjadi karena suasana yang terjadi di Pada umumnya pemimpin perusahaan keluarga
kebanyakan perusahaan keluarga di SIK adalah tumbuh dari pengalaman berwirausaha,
Wedoro yang informal dan cukup egaliter. sehingga mereka cukup paham tentang
Tidak terdapat spesialisasi dan pembagian bagaimana harus mengerjakan sesuatu, cukup
kerja yang ketat. Sehingga setiap karyawan paham tentang risiko, dan cukup paham
mempunyai kesempatan yang luas untuk tentang pentingnya keberanian dalam mencoba
mempelajari bagian lain dari serangkaian cara dan metode yang baru serta berbeda dari
tugas-tugas yang ada dalam perusahaan. Nilai yang biasanya. Nilai kepuasan untuk ini adalah
kepuasan untuk ini adalah 4,45. 4,14.
5. Kesempatan untuk mengembangkan metode
saya sendiri dalam mengerjakan tugas
11
Tabel 9. Tanggapan Responden tentang Kepuasan Kerja Karyawan
Pertanyaan JAWABAN
nomor 1 = STB 2 = KB 3 = CB 4 = BAIK 5 = SB Rerata
1 23 41 19 11 46 3,11
2 1 10 36 45 48 3,92
3 39 34 37 27 3 2,44
4 39 52 16 9 24 2,48
5 9 7 5 27 92 4,33
6 10 9 10 55 56 3,99
7 4 11 20 48 57 4,02
8 8 20 20 44 48 3,74
9 15 18 14 37 56 3,72
10 10 7 6 49 68 4,13
11 15 22 3 36 64 3,80
12 13 20 13 37 57 3,75
13 15 17 27 35 46 3,57
14 8 7 2 20 103 4,45
15 59 29 30 7 15 2,21
16 10 9 19 16 86 4,14
17 22 26 46 25 21 2,98
18 13 15 19 44 49 3,72
19 14 19 23 30 54 3,65
20 13 18 23 29 57 3,71
Total 340 391 388 631 1.050 3,59
Sumber: pengolahan data.

Sementara itu ketidak puasan terjadi pada hal-hal puasan. Ketidak puasan dalam hal ini bernilai
sebagai berikut: 2,48.
1. Kesempatan mengerjakan sesuatu yang 3. Kebebasan untuk menggunakan
berbeda (pertanyaan nomor 3). Kesempatan pertimbangan saya sendiri (pertanyaan nomor
mengerjakan sesuatu yang berbeda memang 15). Pengusaha menganggap bahwa
tidak diperlukan dalam perusahaan keluarga kebanyakan karyawan belum matang, karena
jenis ini. Di bidang industri pembuatan memang rata-rata pendidikan karyawan
sepatu dan sandal yang bersifat mass rendah, masa kerja karyawan juga tidak lama,
production meskipun masih dibuat dengan dan usia karyawan relatif muda (mayoritas
tangan manusia tetaplah menuntut pengerjaan dibawah 30 tahun). Ketidak puasan dalam
dengan prosedur tertentu yang telah hal ini bernilai 2,21.
ditentukan. Demikian juga di bidang
perdagangan sepatu dan sandal, meskipun Keterangan :
masih membuka peluang tawar menawar STB = Sangat Tidak Baik, KB = Kurang Baik, CB =
tetapi prosedur penjualan telah dibakukan Cukup Baik, SB = Sangat Baik.
oleh pengusaha. Jadi sulit untuk mengerjakan
sesuatu yang berbeda. Nilai ketidak puasan f. Analisis Regresi Linier Sederhana
untuk pertanyaan ini adalah 2,44. Analisis Regresi Linier Sederhana
2. Kesempatan untuk menjadi “seseorang” digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh
(pertanyaan nomor 4). Sejalan dengan faktor keefektifan kepemimpinan terhadap
ketidak puasan nomor 1 di atas maka sulit Kepuasan kerja karyawan pada perusahaan
bagi karyawan untuk menjadi seseorang yang keluarga UKM di Sentra Industri Kecil Wedoro.
berbeda. Karyawan harus puas menjadi orang Berikut hasil pengujian analisis Regresi Linier
kebanyakan, dan ini menyebabkan ketidak Sederhana disajikan dalam tabel 10.
12
Tabel 10. Hasil Pengujian Regresi Linier Sederhana
Coefficients Beta t-Stat Signif t
Intercept 3,2859 0,0689 47,3212 0,0005
X 0,6527 0,0336 10,2607 0,0003

Multiple R 0,8976
R Square 0,8057
Adjusted R Square 0,1948
F 105,2840
Signifikansi F 0,0003
Sumber : lampiran 8.

Dari tabel diatas dapat disusun persamaan Regresi sebagai berikut :


Y = a + bX
Y = 3,2859 + 0,6527 X

Hal ini berarti : hal ini berarti konsep model KeEfektifan


a. Intercept (a) sebesar 3,2859 artinya apabila Kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap
variabel keefektifan kepemimpinan (X) Kepuasan Kerja Karyawan (Y) pada taraf
konstan, maka diprediksikan Kepuasan signifikansi 5%. Jadi hipotesis yang
kerja karyawan (Y) tidak mengalami menyebutkan bahwa model Keefektifan
perubahan sebesar 0,6527. Atau Kepuasan Kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja
kerja karyawan perusahaan keluarga UKM karyawan dapat diterima.
di Sentra Industri Kecil Wedoro sebesar Uji t dilakukan atas variabel bebas untuk
3,2859 satuan bila tidak dipengaruhi oleh mengetahui pengaruhnya terhadap Kepuasan kerja
keefektifan kepemimpinan. karyawan, berikut akan dibahas uji t ; Dari tabel
b. Koefisien regresi untuk kefektifan 5.12. menunjukkan nilai t-Stat untuk unsur X
kepemimpinan (X) sebesar 0,6527, berarti sebesar 47,3212 dengan signifikansi t sebesar
jika keefektifan kepemimpinan (X) naik 0,0005, karena signifikansi t lebih kecil dari 5%
sebesar 1 satuan nilai, maka Kepuasan kerja maka Keefektifan Kepemimpinan (X)
karyawan akan meningkat menjadi 3.5891. berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan kerja
Hal ini menunjukkan adanya pengaruh karyawan (Y).
positif keefektifan kepemimpinan (X)
terhadap Kepuasan kerja karyawan (Y).
PEMBAHASAN

Tingginya keefektifan kepemimpinan pada


g. Analisis Koefisien Determinasi (r2) penelitian ini (60% paling efektif dan 29% efektif
Analisis koefisien determinasi digunakan – tabel 5.10) disebabkan karena kesesuaian antara
untuk mengetahui besar kecilnya perubahan gaya kepemimpinan yang dipraktekkan dengan
Kepuasan kerja karyawan yang dapat dijelaskan kematangan bawahan per individu responden.
oleh keefektifan kepemimpinan. Banyak responden yang berada pada tingkat
Besarnya R Square (R2) atau Koefisien kematangan M1 dan mendapatkan praktek gaya
Determinasi adalah sebesar 0,2053 atau 80,57%. kepemimpinan G1 (19%), bawahan yang berada
Artinya Kepuasan kerja karyawan (Y) perusahaan pada kematangan M2 dan menjumpai gaya
keluarga UKM di Sentra Industri Kecil Wedoro kepemimpinan G2 (19%), dan selanjutnya M3 –
dipengaruhi oleh KeEfektifan Kepemimpinan (X) G3 (15%) , M4 – G4 (7%). Menurut data hasil
sebesar 80,57%. Sedang sisanya 19,43% survey, Gaya kepemimpinan yang paling banyak
dipengaruhi oleh unsur lain yang tidak diteliti dipraktekkan (tabel 6) berturut-turut: G1 (39%),
dalam penelitian ini. Semakin tinggi nilai r2 maka G2 (26%), G3 (21%), G4 (13%), sementara itu
semakin baiklah model tersebut. struktur kematangan bawahan (tabel 7) agak
berbeda, dimana M2 paling banyak yaitu 36% dan
h. Uji Hipotesis kemudian berturut-turut M1 (26%), M3 (25%)
Dari tabel 5.13. diketahui bahwa F hitung dan M4 (13%). Meskipun demikian setelah
sebesar 105,2840 dengan signifikansi F sebesar dicocokkan satu per satu untuk mendapatkan peta
0,0003, nilai signifikansi F lebih kecil dari 5%, keefektifan kepemimpinan sesuai dengan teori
13
Hersey dan Blanchard (2002) ternyata Penelitian ini tidak konsisten dengan
kepemimpinan perusahaan keluarga UKM di penelitian Wahjono (2004) dan Kusdiyanti (2001)
Sentra Industri Kecil Wedoro sangat efektif (tabel yang menyatakan bahwa kepuasan kerja karyawan
8). dapat tercipta meskipun kepemimpinan tidak
Kepuasan karyawan juga cukup baik dengan efektif.
rata-rata tingkat kepuasan 3,59 (tabel 9). Penelitian ini konsisten dengan penelitian
Karyawan pada umumnya merasa sangat puas Smith, Carson & Alexander (1984) dan penelitian
pada masalah-masalah: cara pemimpin Pfeffer & Davis-Blake (1986). Ke tiga peneliti
menangani karyawannya, kelanggengan menyimpulkan bahwa peningkatan kepuasan kerja
pekerjaan, kesempatan membantu orang lain, terjadi manakala pemimpin telah bertindak
kesempatan untuk mengembangkan diri, dan efektif. Perbedaan temuan itu mungkin
kesempatan untuk mengembangkan metode disebabkan karena perbedaan pengambilan
sendiri. Kepuasan inilah yang membuat para sampel penelitian, penelitian ini bertempat di
karyawan merasa betah bekerja di perusahaan perusahaan yang lebih banyak profit oriented,
keluarga UKM di Sentra Industri Kecil Wedoro sementara ke dua penelitian diatas berada di
meskipun rata-rata perusahaan keluarga UKM di wilayah yang lebih banyak non profit oriented
Sentra Industri Kecil Wedoro bukanlah (penelitian Smith, Carson & Alexander (1984) di
perusahaan besar yang menjanjikan karier yang gereja, sementara itu penelitian Pfeffer & Davis-
jelas. Blake (1986) klub bola basket anggota NBA).
Keefektifan kepemimpinan perusahaan Meskipun demikian, penelitian ini konsisten
keluarga UKM di Sentra Industri Kecil Wedoro dengan ke dua penelitian diatas dalam hal
ternyata sangat berpengaruh terhadap penciptaan terdapatnya pengaruh positif antara keefektifan
kepuasan kerja karyawan. Hal ini dibuktikan kepemimpinan dengan kepuasan kerja karyawan.
dengan cukup tingginya intercept (0,6527) dan Dalam penelitian ini pengaruh itu 80,57%.
tingginya koefisien determinasi keefektifan Sebagai perusahaan keluarga, perilaku
kepemimpinan terhadap kepuasan kerja karyawan karyawan perusahaan keluarga UKM di Sentra
yaitu 80,57%. Hal ini berarti bahwa kepuasan Industri Kecil Wedoro dalam menjalankan tugas
karyawan sangat dipengaruhi oleh keefektifan sehari-hari sangat lentur dan luwes. Terbukti dari
kepemimpinan. jawaban kuesioner Kepuasan kerja Karyawan
Tingginya tingkat kepuasan karyawan dalam nomor 5, 7, 10, 14, 16 rata-rata jawaban
penelitian ini diduga disebabkan oleh karakteristik responden cukup tinggi yaitu masing-masing 4,33,
sample, dimana 75% berpendidikan SMP ke 4,02, dan 4,13, 4,45, 4,14. Pertanyaan nomor 5
bawah. Ganzach (1998) seperti yang ditulis oleh adalah tentang cara pemimpin menangani
Wahjono (2004) menyatakan bahwa terdapat karyawannya, pertanyaan nomor 7 adalah tentang
hubungan negatif antara tingkat pendidikan kelanggenagan pekerjaan. Pertanyaan nomor 10,
dengan kepuasan kerja. Semakin tinggi tingkat 14, dan 16 menunjukkan kebebasan dan
pendidikan maka semakin kecil kepuasan yang keleluasaan gerak yang dapat memancing
dirasakan. kreatifitas karyawan. Hal ini sebagai bukti bahwa
Hasil penelitian ini menemukan bukti bahwa dalam perusahaan tidak begitu diterapkan
dalam kondisi kepemimpinan yang efektif lah prosedur dan standar kerja yang ketat.
kepuasan kerja karyawan berada pada tingkat Karakteristik inilah yang menurut Tugiman
yang cukup tinggi. Dari hasil pengujian regresi (1995) merupakan keunggulan perusahaan
diketahui bahwa pengaruh keefektifan keluarga.
kepemimpinan terhadap kepuasan kerja karyawan Kebiasaan berkreasi dalam menyelesaikan
adalah sebesar positif 65,27%. Hal ini berarti tugas, kebebasan untuk menggunakan
tingkat keefektifan kepemimpinan di perusahaan pertimbangan sendiri, dan keleluasaan untuk
keluarga UKM di Sentra Industri Kecil Wedoro menggunakan metode sendiri tanpa terikat secara
bila dinaikkan 1 satuan maka kepuasan kerja ketat dengan prosedur dan mekanisme perusahaan
karyawan akan meningkat 65,27%. Sehingga bila inilah yang menurut dugaan peneliti menyebabkan
manajemen perusahaan keluarga UKM di Sentra atasan “under-estimate” dalam menilai
Industri Kecil Wedoro dapat meningkatkan kematangan bawahannya. Sehingga atasan salah
keefektifan karyawan 1 satuan maka kepuasan menilai, karyawan yang secara kasat mata dan
kerja karyawan akan meningkat menjadi 3,2859 menurut catatan personalia berada pada tingkat
dan seterusnya. kematangan rendah tetapi mempunyai kepuasan
14
kerja yang tinggi. Argumentasi ini mungkin dapat 2. Hasil penelitian ini menemukan bukti bahwa
menjelaskan anomali teori Smith dkk (1984) dan keefektifan kepemimpinan akan muncul
Pfeffer dkk (1986) bahwa kepuasan kerja yang manakala terjadimkesesuaian antara
baik terjadi pada saat kepemimpinan efektif. kematangan karyawan dengan gaya
Menilik tingkat kepuasan karyawan dari segi kepemiminan yang dipraktekkan..
penerimaan gaji dibandingkan dengan beban kerja 3. Kepuasan kerja karyawan yang tinggi
karyawan, seperti tampak dalam jawaban sebagian besar disebabkan oleh kebiasaan
responden di kuesioner kepuasan kerja karyawan kerja yang ditanamkan oleh pengusaha
pertanyaan nomor 13, tampak bahwa kepuasan sehingga menimbulkan kreatifitas, keluwesan,
karyawan tentang gaji yang diterima loyalitas, suka menolong, dan suka
dibandingkan beban kerjanya pada tingkat yang memaafkan. Hal ini mengingat kecenderungan
cukup puas (3,57 dengan skala 5). Tingkat pergeseran nilai-nilai yang dianut karyawan
kepuasan yang cukup terhadap gaji/upah yang seiring dengan perkembangan usaha
diterima di perusahaan keluarga UKM di Sentra perusahaan keluarga. Pada perusahaan
Industri Kecil Wedoro ternyata mempengaruhi keluarga nilai yang banyak dipegang oleh
kepuasan karyawan secara keseluruhan (3,59). karyawan adalah nilai keutamaan diri (seperti
Gaji/upah yang diterima rata-rata karyawan loyalitas dan lain-lain).
perusahaan keluarga UKM di Sentra Industri 4. Dalam penerapan model kepemimpinan di
Kecil Wedoro relatif lebih tinggi dari UMK perusahaan keluarga perlu upaya
Sidoarjo, hal ini sesuai juga dengan laporan media mengkombinasikan elemen Keluarga, Bisnis,
masa (Kompas, 19 Januari 2006). Hal ini sesuai dan Kepemilikan.
dengan teori Davis dan Taguiri dalam Hoover
(2000) yang menyatakan bahwa dalam perusahaan Keterbatasan Penelitian
keluarga ukuran keberhasilan bukan pada 1. Penelitian ini hanya menggunakan subyek
produksi tapi lebih pada harmoni, sementara itu penelitian yang terbatas. Penelitian hanya
penghargaan finansial (gaji, insentif, bonus) pada dilakukan pada satu Sentra Industri Kecil
perusahaan keluarga lebih didasarkan pada dimana terdapat beberapa perusahaan keluarga.
keperluan bukan pada produktivitas. Hal ini Oleh karena itu hasil penelitian ini hendaknya
memerlukan penelitian lebih lanjut, mengingat diintepretasikan dengan hati-hati karena
rata-rata pendapatan (gaji ditambah bonus dan penelitian ini menggunakan subyek yang
insenif) karyawan sudah diatas UMR. terbatas atau homogen. Untuk penelitian
mendatang tentang topik ini hendaknya
mengambil sampel yang lebih luas pada setting
PENUTUP yang berbeda, sehingga hasilnya dapat
Setelah dilakukan analisis dan pembahasan digeneralisasikan dengan lebih baik.
terhadap hasil penelitian serta pengujian hipotesis 2. Penelitian ini hanya menguji pengaruh
pada penelitian ini sebagaimana telah diuraikan keefektifan kepemimpinan (situasional-
pada bab 5 dan bab 6, maka pada bab ini akan berbasis teori Hersey dan Blanchard) terhadap
dibuat kesimpulan dan sara-saran yang kepuasan kerja karyawan (berbasis parameter
diperlukan. kualitatif - dengan menggunakan kuesioner
kepuasan) perusahaan keluarga. Penelitian
Simpulan berikutnya dapat menggunakan model
Dari hasil analisis, pengujian hipotesis, dan kepemimpinan yang lain (kharisma atau
pembahasan penelitian ini, dapat ditarik beberapa transformasional) dimana parameter kepuasan
kesimpulan sebagai berikut : kerja karyawan menggunakan data kuantitatif
1. Hasil penelitian ini berhasil mendukung seperti Profit margin, ROA, ROE, dan lain-
hipotesis, yaitu bahwa terdapat pengaruh lain.
positif antara Keefektifan Kepemimpinan 3. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan
(variabel X) dengan Kepuasan kerja karyawan keluarga di Sentra Industri Kecil dimana
perusahaan keluarga (variabel Y) secara pemimpin adalah pengusaha, sehingga
signifikan. Hal ini berarti bahwa model regresi kekuasaan dan keleluasaan nya sangat besar.
yang digunakan pada penelitian ini dapat Penelitian berikutnya dapat dilakukan pada
menjelaskan kepuasan kerja karyawan. perusahaan keluarga di SIK lainnya, sehingga
dapat dibuktikan apakah pengaruh keefektifan
15
kepemimpinan terhadap kepuasan kerja Magister Manajemen. Universitas Airlangga.
karyawan pada perusahaan keluarga Surabaya.
proporsional pada besarnya kekuasaan dan Westhead, P. 1997. Ambitions, external
keleluasaan pemimpin. environment and strategic factor differences
4. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan between family and non-family companies.
keluarga di SIK dimana sebagian besar Entrepreneurship and Regional Development
karyawannya berpendidikan rendah (75% SMP 9(2): 127-158.
kebawah) sehingga persepsi tentang kepuasan Yukl, Gary. 2002. Leadership in Organizations.
sangat mempengaruhi persepsi tentang Prentice-Hall Inc. New Jersey.
kepuasan kerja karyawan. Ada baiknya bagi
peneliti berikutnya mengambil sampel dengan
karakteristik yang berbeda dengan penekanan
pada perusahaan yang mempunyai karyawan
dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

DAFTAR ACUAN
Hersey, Paul and Kenneth Blanchard, 2002,
Management of Organization Behavior.
Diterjemahkan oleh Agus Darma. Edisi IV.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hoover, Edwin A., Colette Lombard Hoover.
2004. Getting Along in Family Business The
Relationship Intelligence Handbook. edisi
bahasa Indonesia. PT Raja Gravindo Persada.
Jakarta.
Jawa Pos. 11 Oktober 2007
Kompas, 24 Desember 2002.
Kompas, 19 Januari 2006.
Kusdiyanti, Heny. 2001. Pengaruh Model
Kepemimpinan Situasional terhadap Kinerja
Karyawan PT. Badak NGL. Co. Bontang
Kalimantan Timur. Program Pasca Sarjana.
Universitas Brawijaya. Malang.
Robbins, Stephen P. 2001. Organizational
Behavior - edisi bahasa Indonesia  2003.
buku 1 dan 2, Penerbit Indeks. Jakarta.
Shahputra, 2007, UKM Pilih Berdagang, Harian
Pagi Jawa Pos, 18 Agustus.
Sinar Harapan, 9 Pebruari 2002.
Shanker, M.C. and Astrachan, J. 1996. Myths and
realities: Family Business contribution to the
US Economy – a Framework for assessing
family business statistic. Family Business
Review 9(2) 107-123.
Stoner, James A.F., et al. 1996. Manajemen.
Prenhalindo. Jakarta.
Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian.
Penerbit Alfabeta. Bandung.
Wahjono, Sentot Imam. 2004. Pengaruh
Keefektifan Kepemimpinan terhadap
Kepuasan Kerja Karyawan Perusahaan
Keluarga di Surabaya. Tesis. Program

View publication stats

You might also like