Professional Documents
Culture Documents
Abstract: Transportation system serves to enhance the mobility of population and support
economic growth in the region. The important role of transportation in providing the access
for communities, it is necessary to study the transportation needs based on various criteria
attached as well as alternative modes as the most appropriate by distance and easiness in
reaching the destination. Although Jantho is the Capital of Aceh Besar District, which about
58 km from Banda Aceh, the workers of Jantho are preferred to live in Banda Aceh including
employee of regional government. The objective of this study is to determine the perception of
respondents, which is Jantho government employee, in transportation mode selection and
factors influence respondent’s priorities in transportation mode selection. Questionnaire
survey methods is used in this study and data will be processed and analyzed using the
Analytic Hierarchy Process Methods (AHP) so it can determine the selected factors of each
mode. The results showed that the factors influenced in mode selection to work are safety,
comfort and travel time. For global mode selection, respondents would chose private car as a
mode for work trips and followed by bus. Although the cost takes last ranks on the respondents
priority, but the tendency to choose public transport as a means for work trip is high. Bus
becomes superior in terms of safety and cost, also safety is essential for traveling in high-
speed traffic in addition to other advantages in terms of cost.
Keywords : Transportation System, Mode Choice,Perception, Questionnaire, Analytic
Hierarchy Process
Kata kunci : Sistem Transportasi, Pemilihan moda, Persepsi, Kuesioner, Analytic Hierarchy
Process
Transportasi merupakan sarana yang sangat memilih untuk berdomisili di Kota Banda
penting dalam mendukung pembangunan dan Aceh dan sekitarnya yang berjarak sekitar 58
kegiatan perekonomian masyarakat serta KM dari Kota Jantho, akibatnya Kota Jantho
perkembangan suatu wilayah. Sistem mengalami perkembangan wilayah yang
transportasi berfungsi untuk meningkatkan lambat. Menurut data dari BKPP Kabupaten
mobilitas penduduk dan sumber daya lainnya Aceh Besartahun 2014, jumlah pegawai negeri
yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi sipil yang bekerja di Kota Jantho mencapai
dan pembangunan antar wilayah. Pemilihan 7.352 orang.
moda terjadi sebagai akibat adanya kebutuhan Kendaraan umum memiliki tingkat
akan pergerakan, dan pergerakan terjadi pelayanan yang lebih rendah jika dibanding-
karena adanya proses pemenuhan kebutuhan. kan dengan kendaraan pribadi walaupun
Pemenuhan kebutuhan merupakan kegiatan tingkat okupansinya lebih tinggi, sehingga
yang biasanya harus di lakukan setiap hari, seseorang mempunyai kecenderungan meng-
misalnya pemenuhan kebutuhan akan gunakan kendaraan pribadi untuk melakukan
pekerjaan, dimana tidak semua kebutuhan perjalanan terutama perjalanan yang
tersebut tersedia disekitar tempat tinggal tetapi membutuhkan ketepatan waktu, seperti
biasanya tersebar secara heterogen sesuai perjalanan menuju tempat kerja. Pertumbuhan
dengan tata guna lahannya, jenis moda kendaraan pribadi yang tinggi sementara
transportasi yang digunakan juga sangat sarana dan prasarana transportasi yang tersedia
beragam seperti kendaraan pribadi atau umum. tidak sanggup mengimbanginya akan
Kota Jantho merupakan ibu kota dan mengakibatkan aksessibilitas dan mobilitas
pusat pemerintahan Kabupaten Aceh Besar menjadi terganggu, berdasarkan hal tersebut,
yang dimekarkan pada tahun 1976 maka perlu dianalisis lebih jauh mengenai
berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 35 pemilihan moda untuk perjalanan kerja.
tahun 1976. Namun permasalahan yang
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
kemudian muncul adalah lokasinya yang
Perencanaan Transportasi Empat Tahap
terletak sekitar 10 KM dari jalan nasional
Menurut Warpani (1990) perencanaan
Banda Aceh - Medan. Jauhnya akses bagi
transportasi adalah suatu proses yang
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
tujuannya mengembangkan sistem yang
barang dan jasa sehari-hari membuat
memungkinkan manusia dan barang
kehidupan sosial ekonomi terhambat, hal ini
bergerak/berpindah tempat dengan aman dan
juga yang membuat kebanyakan pegawai
murah. Konsep perencanaan transportasi yang
negeri sipil yang bekerja di Kota Jantho lebih
Volume 1 Special Issue, Nomor 1, September 2017
200 -
Transportasi dan Pemodelan
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
paling populer adalah “Model Perencanaan Tamin (2000) menjabarkan lima kategori
Transportasi Empat Tahap” yang merupakan tujuan pergerakan berbasis tempat tinggal,
gabungan dari beberapa submodel yang yaitu :
masing-masing harus dilakukan secara 1. Pergerakan ke tempat kerja
terpisah dan berurutan (Tamin, 1997), yaitu : 2. Pergerakan ke sekolah atau universitas
1. Aksessibilitas, merupakan konsep yang (pergerakan dengan tujuan pendidikan)
menggabungkan sistem pengaturan tata 3. Pergerakan ke tempat belanja
guna lahan dengan sistem jaringan 4. Pergerakan untuk kepentingan sosial
transportasi yang menghubungkannya. 5. Pergerakan untuk tujuan rekreasi
2. Bangkitan dan tarikan pergerakan, adalah Tujuan pergerakan bekerja dan
tahapan permodelan yang memperkirakan pendidikan, disebut tujuan pergerakan utama
jumlah pergerakan yang berasal dan yang yang merupakan keharusan untuk dilakukan
tertarik kesuatu tata guna lahan atau zona. oleh setiap orang setiap hari, sedangkan tujuan
3. Sebaran pergerakan, adalah hasil dari dua pergerakan lain sifatnya hanya pilihan dan
hal yang terjadi bersamaan yaitu lokasi dan tidak rutin dilakukan. Pergerakan berbasis
identitas tata guna lahan yang akan bukan rumah hanya sekitar (15-20)% dari total
menghasilkan arus lalu lintas daninteraksi pergerakan yang terjadi.
akan menghasilkan pergerakan manusia
Pemilihan Moda
dan barang.
Menurut Tamin (2000) dalam pemilihan
4. Pemilihan moda, jika terjadi interaksi
moda transportasi mungkin terdapat sedikit
antara dua tata guna lahan maka seseorang
pilihan atau tidak ada pilihan sama sekali.
akan memutuskan interaksi tersebut
Orang yang mempunyai satu pilihan moda
dilakukan, yaitu salah satunya adalah
disebut Captive terhadap moda tersebut. Jika
pemilihan angkutan (moda).
terdapat lebih dari satu moda maka moda yang
5. Pemilihan rute, juga tergantung moda
dipilih biasanya memiliki rute terpendek,
transportasi. Pemilihan moda dan
tercepat dan termurah, atau kombinasi dari
pemilihan rute dilakukan bersama dan
ketiganya. Menurut Khisty C.J (1998),
tergantung alternatif terpendek, tercepat
Keputusan dalam pemilihan moda didasarkan
dan termurah.
pada pertimbangan beberapa faktor seperti
Klasifikasi Perjalanan waktu, jarak, efesiensi, biaya, keamanan dan
Perjalanan adalah pergerakan satu arah kenyamanan.
dari zona asal ke zona tujuan. Berhenti secara Sikap perorangan terhadap angkutan
kebetulan tidak dianggap sebagai tujuan umum dapat diukur dan dibuat peringkat
pergerakan meskipun terpaksa melakukan berdasarkan urutan kesukaan. Atribut
perubahan rute. perjalanan yang paling bernilai adalah sampai
Volume 1 Special Issue, Nomor 1, September 2017
- 201
Transportasi dan Pemodelan
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
tujuan tepat pada waktunya, tempat duduk d. Pendapatan, semakin tinggi pendapatan
mudah didapat, tidak perlu berganti moda, akan semakin besar peluang meng-
pelayanan teratur, ada perlindungan terhadap gunakan kendaraan pribadi;
cuaca selama menunggu dan waktu berhenti e. Faktor lain, misalnya keharusan meng-
untuk menunggu lebih pendek (Hobbs, 1995). gunakan mobil ketempat bekerja dan
pemilihan moda angkutan didaerah perkotaan 2. Ciri pergerakan, pemilihan moda juga akan
usia, dan status sosial ekonomi pelaku kerja meskipun lebih mahal, karena
transportasi jika berdasarkan jarak tempuh hal lain yang tidak dipenuhi oleh
kriteria. Dengan tuntutan yang semakin tinggi matriks perbandingan berpasangan. Nilai
keterkaitan dengan transparasi dan partisipasi, eigen vector merupakan bobot setiap
Analytic Hierrchy Process (AHP) akan sangat elemen. Langkah ini untuk mensintesis
cocok digunakan untuk penyusunan prioritas pilihan dalam penentuan prioritas elemen-
kebijakan publik yang menuntut transparansi elemen pada tingkat hirarki terendah
dan partisipasi. sampai pencapaian tujuan.
Secara umum pengambilan keputusan 8. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak
dengan metode Analytic Hierrchy Process memenuhi dengan CR < 0, 10; maka
Volume 1 Special Issue, Nomor 1, September 2017
204 -
Transportasi dan Pemodelan
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
33% 23%
Golongan IV
Golongan III
44%
Golongan II
Kriteria pilihan pegawai golongan IV pilihan responden dapat dilihat pada Gambar 9.
Nilai priority vector untuk kriteria pilihan Faktor aman pilihan pegawai golongan
responden didapat bahwa faktor yang IV
dianggap paling mempengaruhi dalam Nilai priority vector untuk pegawai
pemilihan moda menuju tempat kerja adalah golongan IV didapat bahwa moda transportasi
aman sebesar 26,93%. Keamanan menjadi hal yang paling aman menuju tempat kerja adalah
yang paling penting selain kenyamanan mobil (41,62%) diikuti oleh bus kantor
(22,55%). Karena lokasi yang jauh yang bisa (39,71%). Angkutan umum berupa mini bus
memakan waktu sampai satu jam perjalanan, dan sepeda motor menjadi pilihan terakhir
responden beranggapan bahwa faktor nyaman dengan nilai 11,95% dan 6,72%.
menjadi penting, karena tujuan perjalanan
Faktor aman pilihan pegawai golongan
adalah untuk bekerja sehingga apabila
III
kelelahan dalam perjalanan maka akan
Nilai priority vector untuk pegawai
mempengaruhi kinerja di kantor. Faktor waktu
golongan III juga didapat bahwa mobil dan
juga menjadi hal yang penting yaitu sebesar
bus kantor merupakan moda paling aman
21,58%, jadi responden juga berharap
menuju tempat kerja, tetapi persentasi bus
perjalanan yang dilakukan menuju lokasi kerja
kantor lebih besar dengan nilai 40,33%
dapat tepat waktu.
berbanding dengan mobil pribadi sebesar
Pemilihan Moda Untuk Kriteria Aman 33,64%.
Grafik pemilihan moda kriteria aman
Faktor aman pilihan pegawai golongan
pilihan responden dapat dilihat pada Gambar
II
10 berikut.
Untuk pegawai golongan II juga didapat
bahwa moda yang dianggap paling aman
menuju tempat kerja adalah bus kantor dengan
nilai 37,18% unggul sedikit dari mobil pribadi
sebesar 33,62%. Bus kantor termasuk aman
menurut para responden dengan menempati
urutan dua teratas. Hal ini membuka peluang
bagi bus kantor untuk menjadi pilihan menuju
tempat kerja jika standar pelayanan yang lain
bisa ditingkatkan.
Faktor akses pilihan pegawai golongan Faktor biaya pilihan pegawai golongan
III IV
Nilai priority vector untuk pegawai Untuk pegawai golongan IV didapat
golongan III didapat bahwa moda transportasi bahwa moda transportasi dengan biaya yang
yang dianggap aksesnya paling mudah menuju murah untuk perjalanan menuju tempat kerja
tempat kerja adalah sepeda motor dengan adalah bus kantor sebesar 54,25%. Persentasi
40,60%. Pilihan selanjutnya adalah mobil pemilihan bus kantor jauh melebihi perolehan
pribadi dengan 35,41%. Angkutan umum dan tiga pilihan moda yang lain.
angkutan kantor merupakan dua moda yang
Faktor biaya pilihan pegawai golongan
dirasa aksessibilitasnya susah untuk perjalanan
III
menuju tempat kerja.
Untuk pegawai golongan III didapat
Faktor akses pilihan pegawai golongan bahwa moda yang dianggap paling murah
II untuk perjalanan menuju tempat kerja adalah
Nilai priority vector untuk pegawai bus kantor dengan nilai 45,54%. Sepeda motor
golongan II didapat bahwa moda transportasi menempati urutan kedua dengan 30,07%.
yang dianggap aksesnya paling mudah menuju Sementara itu angkutan umum dan mobil
tempat kerja adalah mobil pribadi (42,01%) pribadi menjadi pilihan terakhir dengan nilai
dan sepeda motor (35,85%). Angkutan pribadi 14,22% dan 10,17%.
menjadi pilihan responden karena
Faktor biaya pilihan pegawai golongan
aksessibilitasnya yang gampang diatur sendiri.
II
Pemilihan Moda Untuk Kriteria Biaya Untuk pegawai golongan II didapat
Grafik pemilihan moda kriteria biaya bahwa moda yang dianggap mempunyai biaya
pilihan responden dapat dilihat pada Gambar paling murah dalam perjalanan menuju tempat
13. kerja adalah bus kantor dengan nilai 54%.
Prioritas pemilihan bus kantor sebagai moda
paling murah untuk perjalanan menuju tempat
kerja sangat besar jauh meninggalkan
pemilihan moda lain.
Dari hasil perkalian matriks global semua moda yang lain, sedangkan angkutan
pilihan semua responden didapatkan bahwa umum terlihat tidak sanggup untuk bersaing
moda yang menjadi pilihan menuju tempat dengan kendaraan pribadi dan angkutan kantor
kerja adalah mobil sebesar 36,16% unggul dalam hal perjalanan menuju tempat kerja.
jauh daripada moda yang lain. Sedangkan bus Jika mengesampingkan jarak yang ditempuh,
kantor hanya bersaing sedikit dengan sepeda karena yang ditinjau dalam penelitian ini
motor yakni sebesar 28,72 dan 22,06%. adalah Pegawai Negeri Sipil kota Jantho yang
Angkutan umum menempati urutan terakhir memang berdomisili di kota Banda Aceh,
dengan 13,06%. maka untuk faktor atau kriteria yang lain hal-
hal yang mempengaruhi pemilihan moda
Analisa Data
menuju tempat kerja dapat dilihat pada Tabel 8
Jika kita menggabungkan pemilihan
berikut :
moda oleh responden berdasarkan faktor atau
Tabel 8. Faktor Penilaian Responden
kriteria yang menyertai moda tersebut, maka Mobil Sepeda Mini
Kriteria Bus Kantor
Pribadi Motor Bus
hasilnya dapat dilihat pada Gambar 15 berikut : Akses mudah mudah mudah sulit
Gratis, jika
menaiki bus
kantor dinas
Rp.
Rp. 30rb Rp. 15rb tempat beker-
15rb
Biaya – 50rb – 20rb ja dan Rp 5rb
per
per hari per hari jika menaiki
hari
bus kantor
dinas yang
lain
± 45 ± 45 ± 1,5
Waktu ± 1 jam
menit menit jam
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Hobbs, F.D 1995, Perencanaan dan Teknik
Lalulintas, Suprapto dan Waldjono,
Gajah Mada University Press.
Munawar, A 2005, Dasar-dasar Teknik
Transportasi, Beta Offset, Jogjakarta.
Papacostas C.S 1993, Transportation
Enginering and Planning, Prentice
Hall International Inc, USA.
Saaty, T.L1993, Pengambilan Keputusan
Bagi Para Pemimpin, Pustaka
Binaman Pressindo, Jakarta.
Tamin O.Z 2008, Perencanaan,
Permodelan dan Rekayasa
Transportasi, Institut Teknologi
Bandung (ITB), Bandung.
Tamin O. Z 2000, Perencanaan dan
Permodelan Transportasi, Edisi II,
institut Teknologi Bandung,
Bandung.
Warpani, S 1990, Merencanakan Sistim
Perangkutan, Institut Teknologi
Bandung, Bandung.