Professional Documents
Culture Documents
ALFARIANI PRATIWI
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET, SURAKARTA
SOEDWIWAHJONO
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET, SURAKARTA
ANA HARDIANA
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET, SURAKARTA
Abstract. The city has a problem that often arises due to the construction of their own city. To prevent
that, city management needs through a sustainable approach to the concept of planning. Now, the
concept of smart city is developing, where several major cities in Indonesia have started
implementing the concept. Surakarta be a pioneer in the use of technology of transportation
commonly called Intelligent Transport Systems(ITS). Surakarta indicated to apply the concept of
smart city. Together with Indosat, subsidiary of PT. Starone Partner Telecommunications (SMT)
cooperate to apply the concept of smart city in Surakarta for example, e-transportation. E-
transportation similar to the principle of smart mobility in the theory of smart city. Howerver not only
the application of smart mobility technology, but also need to look at the aspects that provide
comfort, security, and sustainability.
This study wanted to see the level of readiness of Surakarta to smart mobility dimension as part of the
smart city concept. The aspects of this research are local accessibility, international accessibility,
multi-modal access, information and communication technology infrastructure supporting urban
mobility, sustainable transport and safety. The analytical method used in this research is the analysis
technique of scoring which assess the readiness of each aspect and the overall readiness. The results
showed that Surakarta belongs to the category ready but conditional on the application of smart
mobility. This means Surakarta need to do several requirements either repair or procurement in some
aspects. Aspects that have been prepared but has some requirements which need to be done are the
aspect of local accessibility, international accessibility, multi-modal access, and information and
communication technology infrastructure supporting urban mobility. Sustainable transport and safety
aspects belong to the category not ready to support the implementation of smart mobility in
Surakarta.
PENDAHULUAN
Kota memiliki permasalahan yang Saat ini tengah berkembang konsep
terus bertambah dalam penataan smart city atau kota cerdas, dimana kota-
ruangnya seiring waktu berjalan. Tidak kota besar di Indonesia sudah mulai
jarang permasalahan yang muncul menerapkan konsep tersebut, namun
diakibatkan oleh pembangunan kotanya masih belum mencapai seutuhnya. Kota-
sendiri. Untuk dapat mencegah hal kota yang disebut smart city adalah kota
tersebut dibutuhkan manajemen kota yang pada awalnya memiliki terobosan
melalui pendekatan konsep baru dalam penyelesaian masalah di
perencanaan yang berkelanjutan. kotanya, dan sukses meningkatkan
performa kotanya (Widyaningsih,2013).
Alfariani dkk, Tingkat Kesiapan...
mobilitas cerdas yang berfokus pada Dari tingkat kepuasan dengan akses
transportasi umum yang bertrayek. ke transportasi umum hasil kuesionernya
Pendekatan penelitian pada mendapatkan jumlah skor sebesar 990
penelitian ini bersifat deduktif atau biasa untuk tingkat kepuasan terhadap akses
disebut umum-khusus yaitu peneliti ke transportasi umum. Nilai tersebut
menguji pertanyaan penelitian yang berada pada range nilai 833-1167 yang
diturunkan dari teori. Teori terlebih berarti masuk pada kategori siap
dahulu dijelaskan secara eksplisit untuk bersyarat. Sedangkan tingkat kepuasan
kemudian dapat dilanjutkan untuk dengan kualitas angkutan umum yang
menguji pertanyaan penelitian. juga diperoleh dari hasil kuesioner
Teknik analisis data yang digunakan mendapatkan jumlah skor 415. Nilai
pada penelitian ini adalah teknik analisis tersebut berada pada range nilai 333-
skoring. Data-data yang terdapat pada 467, yang berarti masuk pada kategori
penelitian ini merupakan data nominal siap, bersyarat. Menurut Giffinger
yang bersifat kualitatif, yang kemudian (2007), aspek kepuasan terhadap akses
diubah menjadi data kuantitatif dengan dan kualitas transportasi umum penting
cara pemberian skor(skoring). Untuk dalam mendukung kemudahan untuk
mendapatkan temuan dilakukan dengan melakukan perpindahan dari satu tempat
cara membandingkan hasil skoring ke tempat lain dengan mudahnya
dengan teori dan kondisi-kondisi yang mengakses transportasi umum dan
ada di Kota Surakarta. kualitasnya yang memuaskan. Kota
Teknik analisis yang dilakukan Surakarta sendiri masih belum dapat
antara lain: (1) Analisis skoring kesiapan memuaskan dari segi akses maupun
dari parameter tiap variabel; (2) Analisis kualitas dari transportasi umumnya.
Kesiapan Kota terhadap Mobilitas Masyarakat masih merasa akses ke
Cerdas. transportasi umum belum mudah pada
setiap waktu, ada kalanya pada waktu
tertentu transportasi umum sulit diakses.
HASIL DAN PEMBAHASAN Begitu juga untuk kualitas transportasi
Tingkat Kesiapan Aksesibilitas Lokal umum di kota Surakarta, masyarakat
Tingkat kesiapan aksesibilitas lokal pengguna transportasi umum belum
dilihat dari beberapa aspek yaitu, merasakan kepuasan yang tinggi
jaringan transportasi umum, tingkat terhadap kualitas transportasi umum.
kepuasan terhadap akses dan kualitas Kepuasan yang ada saat ini antara lain
transportasi umum. Berdasarkan data dikarenakan kenyamanan sebagian
yang diperoleh presentase jaringan moda yang sudah dilengkapi AC(Air
transportasi umum yang melayanai Kota Conditionair) dan keramahan dari
Surakarta sebesar 84,92%. Nilai tersebut kondekturnya. Namun ketidakpuasan
masuk pada karegori sangat siap, yang dari masyarakat pengguna juga masih
memiliki range nilai presentase jaringan ada, antara lain ketidak- nyamanan dari
transportasi umum yang melayani kota dalam moda yang tidak berAC, penuh
yaitu >66%. Menurut Gifinger (2007), sesak penumpang saat jam puncak
sebuah kota cerdas perlu didukung berangkat/ pulang sekolah maupun
dengan jaringan transportasi umum yang kerja, ketidaktepatan jadwal yang
dapat melayani keseluruhan wilayah membuat lama menunggu, dan masih
kota. Sementara Kota Surakarta sudah ditemukan moda yang sudah tidak layak.
hampir memenuhi pelayanan Jadi, untuk aspek tingkat kepuasan
transportasi umumnya melalui jaringan terhadap akses dan kualitas transportasi
transportasi yang tersedia sebesar umum di Kota Surakarta bisa mendukung
84,92% dari keseluruhan luas wilayah untuk mobilitas cerdas namun perlu
kotanya. Hal tersebut dapat mendukung melakukan beberapa perbaikan dan
Kota Surakarta untuk mempersiapkan peningkatan kualitas (dari segi kondisi
menjadi kota cerdas dari aspek jaringan moda yang layak) serta kuantitas (dari
transportasi umumnya. segi jumlah modanya) dari transportasi
umumnya.
36
Alfariani dkk, Tingkat Kesiapan...
KESIMPULAN
Berdasarkan karakteristik yang telah
disebutkan mengenai masing-masing
aspek mobilitas cerdas di Kota
Surakarta, analisis skoring tingkat
kesiapan penerapan mobilitas cerdas di
Kota Surakarta masih tergolong dalam
kategori siap bersyarat, yang berarti
pada dasarnya Kota Surakarta sudah bisa
dikatakan siap dalam penerapan
mobilitas cerdas, namun syarat-syarat
perbaikan dan pengadaan di beberapa
aspek mobilitas cerdas yang telah
disebutkan di atas perlu dipenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
Alberti, Elisa, 2011. Smart Mobility
Vision Report, Deliverable of the
Project Smart Metropolitan Areas
Realised Through Innovation&
People,European Commision.
Cohen , Boyd. 2011. Basic Smart city
Indicators : Smart city Wheel.
Giffinger, dkk . 2007. "Smart Cities:
Ranking of European medium-
sized cities". Vienna, Austria:
39
Region, Volume 6, No. 2, Juli 2015
LAMPIRAN
40
Alfariani dkk, Tingkat Kesiapan...
41