You are on page 1of 11

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

PADA PASIEN LANJUT USIA YANG BEROBAT DI POLIKLINIK PENYAKIT


DALAM RUMAH SAKIT TK. II PUTRI HIJAU MEDAN

Resmi Pangaribuan, Nurleli


Akper Kesdam I/BB Medan
email: resmi.pangaribuan131417@gmail.com

ABSTRACT

Hypertension is a disease with signs of systolic and diastolic blood pressure disorders that rise above normal blood
pressure. Systolic blood pressure (numbers above) is the peak pressure that is reached when the heart contracts and
pumps blood out through the arteries. Diastolic blood pressure is taken when the pressure falls to the point lowest
when the heart relaxes and fills the blood again. Diastolic blood pressure is noted when the sound is not heard. The
high level of hypertension in the Polyclinic at Putri Medan Hospital TK II in Medan is thought to be related to risk
factors including age, sex, weight, genetic and lack of exercise. The purpose of this study was to determine the
factors associated with the incidence of hypertension in the elderly in the Internal Medicine Polyclinic at Putri
Hijau Hospital, Medan. This research is an analytic survey with cross sectional approach. The research sample was
hypertension sufferers who went to the Internal Medicine Polyclinic at Putri Hijau Hospital, Medan. The study was
taken by means of non random sampling using accidental sampling technique. Data was collected by questionnaire
and physical examination in the form of measurements of body weight, height and blood pressure.Bivariate analysis
results found that the p value <(0.05) is the age variable (0.010), and exercise (0.033). While the p value> (0.05) is
gender (0.217), genetic (0.067), and weight (0.281). Based on the results of the study, it is recommended to sufferers
and families to always maintain a healthy diet and live a healthy lifestyle, maintain body weight, the importance of
controlling blood pressure. and to health workers, especially in the Internal Medicine Polyclinic at Putri Hijau
Hospital in 2019, Medan always provides guidance and counseling in increasing information about hypertension in
the elderly, its complications and treatment.

Keywords: Factors related to the incidence of hypertension, hypertension sufferers, elderly

PENDAHULUAN ini sering disebut sebagai the silent disease.


Faktor resiko hipertensi dibagi menjadi 2
Mengukur tekanan darah adalah golongan yaitu hipertensi yang dapat
melakukan tekanan darah dari hasil curah dirubah atau yang tidak dapat dirubah
jantungdan tahanan pembuluh perifer, (Rusdi dan Isnawati, 2009).
meggunakan sfigmomanometer yang Menurut data WHO (2011), sekitar
dilakukan pada setiap klien yang baru masuk 26,4% penduduk di dunia menderita
ruangan rawat inap, setiap pergantian shift hipertensi dan kemungkinan akan meningkat
atau berdasarkan kebutuhan klien menjadi 29,2% pada tahun 2025. Hasil Riset
(Pangaribuan R, 2018). Hipertensi Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan
didefinisikan sebagai tekanan sistolik > 140 bahwa 26,4 % pendududk Indonesia terkena
mmHg atau tekanan diastoliknya > 90 hipertensi dan Jawa Tengah menpati
mmHg (Fisher dan Gordon, 2005). Penyakit peringkat ke-delapan terjadinya hipertensi di

46
Indonesia yaitu sebesar 26,4 % (Kemenkes TINJAUAN PUSTAKA
RI, 2013). Menurut penelitian Neneng dkk Hipertensi adalah penyakit dengan
(2017 ), dalam upaya penurunan tekanan tanda adanya gangguan tekanan darah
darah dapat dilakukan dengan monitoring sistolik maupun diastolik yang naik di atas
tekanan darah, mengatur gaya hidup, dan tekanan darah normal.Tekanan darah sistolik
obat anti hipertensi. Berkaitan dengan (angka diatas) adalah tekanan puncak yang
pengaturan gaya hidup yaitu mengurangi tercapai ketika jantung berkontraksi dan
asupan garam atau diet rendah garam. memompakan darah keluar melalui
Dalam penatalaksanaan hipertensi, diet arteri.Tekanan darah diastolik (angka
rendah garam sangat diperlukan. dibawah) diambil ketika tekana jatuh ketitik
Pembatasan asupan natrium berupa diet terendah saat jantung rileks dan mengisi
rendah garam merupakan salah satu terapi darah kembali.Tekanan darah diastolik
diet yang dilakukan untuk mengendalikan dicatat apabila bunyi tidak terdengar (Dr.H
tekanan darah. Untuk penderita hipertensi Masriadi, 2016).
berat diet rendah garam yang disarankan 200 Etiologi
sampai 400 mg Na/hari sedangkan untuk Penyebab peningkatan darah pada usia
penderita hipertensi tidak terlalu berat diet lanjut secara patofisiologik dapat sebagai
rendah garam yang disarankan 600 sampai akibat dari:
800 mg Na/hari dan untuk penderita a. Akibat kekakuan dinding arteri besar
hipertensi ringan diet rendah garam yang b. Peningkatan konsentrasi rennin
disarankan adalah 1000 sampai 1200 mg c. Asupan sodium terlalu tinggi
Na/hari. Selain diet rendah garam kepatuhan d. Kontrol system simpatis pada
dalam minum obat juga menjadi salah satu sirkulasi
faktor yang diperlu diperhatikan. Menurut e. Efek perubahan ateromatous pada
CMA (2006 ) tujuan pengobatan hipertensi endotel vaskuler ,yang berakibat
adalah untuk meningkatkan kualitas hidup. pada disfungsi endotel dan
Ketidakpatuhan dapat menyebabkan tujuan peningkatan resistensi perifer
terapi pada pasien tidak tercapai. Sedangkan (Boedhi-Darmojo, 2015).
menurut Istiana dan Parmono (2017) Manifestasi Klinis
peningkatan penderita hipertensi berdampak Crowin (2000) menyebutkan bahwa
pula pada peningkatan jumlah penderita sebagian besar gejala klinis timbul setelah
yang tidak patuh dalam menjalani mengalami hipertensi bertahun-tahun
pengobatan hipertensi. Diperkirakan 50 berupa:
sampai 70 persen penderita hipertensi tidak a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang
mengkonsumsi obat anti hipertensi . disertai mual dan muntah, akibat
Kurangnya kepatuhan pada pengobatan peningkatan tekanan darah intracranial.
hipertensi dapat menyebabkan tidak Manajemen nyeri nonfarmakologi
terkontrolnya tekanan darah bahkan merupakan tidakan menurunkan respon
komplikasi penyakit lain. nyeri tanpa menggunakan agen
farmakologi. Memodifikasi stimulus
nyeri dengan menggunakan teknik-teknik

47
tehnik relaksasi, tehnik latihan 2) Menurut European Society Of
pengalihan dan stimulasi kulit. Cardiology
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina Tekanan Tekanan
akibat hipertensi Kategori Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)
c. Ayunan langkah yang tidak mantap
karena kerusakan susunan saraf pusat Optimal <120 Dan <80
Normal 120-129 dan 80-84
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah /atau
ginjal dan filtrasi glomerulus (Andra Normal tinggi 130-139 dan / 85-89
Saferi Wijaya, 2013). atau
Klasifikasi Hipertensi 140-159 dan / 90-99
a. Klasifikasi berdasarkan etiologi ; derajat I atau
Hipertensi 160-179 dan / 100-109
1) Hipertensi Esensial ( Primer) derajat II atau
Merupakan 90% dari kasus penderita Hipertensi >180 dan / >110
hipertensi. derajat III atau
2) Hipertensi sekunder Hipertensi >190 Dan < 90
Pada hipertensi sekunder, penyebab dan sitolik terisolasi
patofisiologi dapat diketahui dengan (Andra Saferi Wijaya,2013).
jelas sehingga lebih mudah untuk Penatalaksanaan
dikendalikan dengan obat-obatan. Pengobatan hipertensi harus
Penyebab hipertensi sekunder dilandasi oleh beberapa prinsip menurut
diantaranya berupa kelainan ginjal FKUI (1990) yaitu pengobatan hipertensi
seperti tumor, diabetes, kelainan sekunder harus lebih mendahulukan
adrenal, kelainan aorta, kelainan pengobatan kausal, pengobatan hipertensi
endokrin lainnya seperti obesitas, esensial ditujukan untuk menurunkan
resistensi insulin, hipertiroidisme dan tekanan darah dengan harapan
pemakaian obat-obatan seperti memperpanjang umur dan mengurangi
kontrasepsi oral dan kortikosteroid. timbulnya komplikasi, upaya menurunkan
b. Klasifikasi berdasarkan derajat tekanan darah dicapai dengan menggunakan
hipertensi obat anti hipertensi, pengobatan hipertensi
1) Berdasarkan JNC VII adalah pengobatan jangka panjang bahkan
Derajat Tekanan Tekanan diastolik mungkin hidup, pengobatan dengan
sistolik menggunakan standartd tripel therapy (
(mmHg) STT) menjadi dasar pengobatan hipertensi (
Normal <120 dan < 80 Sarif La Ode, 2012).
Pre-hipertensi 120-139 atau 80 -89
Hipertensi 140-159 atau 90-99
derajat I 2.2.8 Pemeriksaan Penunjang
Hipertensi >160 Atau > 100
derajat II a. Pemeriksaan metabolic atau endorin.
Dapat menyatakan ketidaknormalan
misalnyahipertiroidisme ,hipogonadisme,
peningkatan pada insulin, hiperglikemi.
Dapat juga menyebabkan gangguan

48
neuroendokrin dalam hipotalamus yang Berdasarkan tabel 5.2 dilihat bahwa dari 42
mengakibatkan berbagai gangguan kimia. responden terdapat 14 responden (33,3%)
b. Pemeriksaan antropometrik yang berusia >70 tahun dan terdapat 28
Dapat memperkirakan rasio lemak dan responden (66,7%) yang berusia 60-69
otot. (Dr.Hasdianah, 2014). tahun.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 4.3


Analisa Univariat Distribusi frekuensi berdasarkan Jenis
Dalam analisis univariat dihasilkan Kelamin di Poliklinik Rumah sakit Tk. II
distribusi frekuensi (jumlah dan persentase) Putri Hijau Medan
dari masing-masing kategori variabel
dependen (tekanan darah penderita No Jenis Kelamin Jumlah
hipertensi pada lansia) dan variabel n %
independen (umur, jenis kelamin, genetik, 1 Laki-laki 14 33,3%
2 Perempuan 28 66,7%
berat badan, dan kurang olahraga) Jumlah 42 100%
sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini:
Berdasarkan tabel 5.3 dilihat bahwa dari 42
Tabel 4.1 responden terdapat 14 responden (33,3%)
Distribusi frekuensi berdasarkan Tekanan Darah
Penderita Hipertensi di Poliklinik Rumah sakit yang berjenis kelamin laki-laki dan terdapat
Tk. II Putri Hijau Medan 28 responden (66,7%) yang berjenis kelamin
No Tekanan Jumlah perempuan.
darah N %
1 Tekanan 16 38,1% Tabel 4.4
darah tinggi
Distribusi frekuensi berdasarkan Genetik
2 Tekanan 26 61,9%
darah di Poliklinik Rumah sakit Tk. II Putri
perbatasan Hijau Medan
Jumlah 42 100%
No Genetik Jumlah
Berdasarkan tabel 5.1 dilihat bahwa dari 42 N %
responden terdapat 16 responden (38,1%) 1 Ada 22 52,4%
2 Tidak ada 20 47,6%
dengan tekanan darah tinggi, dan terdapat 26 Jumlah 42 100%
responden (61,9%) dengan tekanan darah
perbatasan. Berdasarkan tabel 5.4 dilihat bahwa dari 42
responden terdapat 22 responden (52,4%)
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi berdasarkan Umur yang disebabkan adanya faktor genetik dan
di Poliklinik Rumah sakit Tk. II Putri Hijau terdapat 20 responden (47,6%) yang
Medan disebabkan tidak adanya faktor genetik.
No Umur Jumlah Tabel 4.5
N % Distribusi frekuensi berdasarkan Berat
1 >70 tahun 14 33,3%
Badan di Poliklinik Rumah sakit Tk. II
2 60-69 tahun 28 66,7%
Jumlah 42 100% Putri Hijau Medan

49
Hubungan Umur dengan tekanan darah
No Berat Badan Jumlah penderita hipertensi
n % Tabel 4.7
1 Kelebihan BB 11 26,2%
Hasil Tabulasi Silang Antara Umur
2 Tidak Keleb 31 73,8%
ihan BB Dengan Tekanan Darah Penderita
Jumlah 42 100% Hipertensi
No Umu Tekanan Darah Total P
r Tinggi Perbatasa N % valu
Berdasarkan tabel 5.5 dilihat bahwa dari 42 n e
responden terdapat 11 responden (26,2%) N % N %
yang memiliki kelebihan BB dan terdapat 1 >7 1 7,1% 13 92,9 14 100 0,01
31 responden (73,8%) yang tidak kelebihan . 0 % % 0
BB. 2 60- 1 53,6 13 46,4 28 100
. 69 5 % % %
Total 42 100
Tabel 4.6 %
Distribusi frekuensi berdasarkan kurang
olahraga di Poliklinik Rumah sakit Tk. II Berdasarkan tabel 5.7 diatas, diketahui
Putri Hijau Medan bahwa hasil tabulasi silang (crosstabs)
antara umur dengan tekanan darah penderita
No Kurang Jumlah
Olahraga n %
hipertensi. Hasil uji statistik dengan uji Chi-
1 Tidak 27 64,3% Square menunjukkan bahwa nilai signifikan
2 Ya 15 35,7% (P) hubungan antara umur dengan tekanan
Jumlah 42 100% darah penderita hipertensi lansia adalah p
value = 0,010 (p value < α 0,05), hal ini
Berdasarkan tabel 5.6 dilihat bahwa dari 42 berarti bahwa ada hubungan bermakna
responden terdapat 17 responden (64,3%) antara umur dengan tekanan darah penderita
yang tidak melakukan aktivitas olahraga hipertensi lansia.
dan terdapat 15 responden (35,7%) yang Hubungan jenis kelamin dengan tekanan
melakukan aktivitas olahraga. darah penderita hipertensi
Tabel 4.8
Analisis Bivariat Hasil Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin
Analisis bivariat dilakukan dengan tabulasi Dengan Tekanan Darah Penderita Hipertensi di
Poliklinik Rumah sakit Tk. II Putri Hijau Medan
silang (Crosstabs) dan Uji Chi-Square untuk
menetukan bentuk hubungan statistik No Jenis Tekanan Darah Total P
anatara variabel independen (umur, jenis Kelam Tinggi Perbata N % val
kelamin, genetik, berat badan, dan kurang in san ue
olahraga) dengan variabel dependen n % N %
(tekanan darah penderita hipertensi pada 1 Laki- 3 21, 1 78, 14 100% 0,2
lansia). Hasil analisis bivariat menemukan . laki 4% 1 6%
2 Perem 1 46, 1 53, 28 100% 17
hubungan antara masing-masing variabel . puan 3 6% 5 6%
independen dan variabel dependen sebagai Total 42 100%
uraian pada tabel berikut ini:

50
Berdasarkan tabel 5.8 diatas, diketahui Hubungan antara kurang olahraga
bahwa hasil tabulasi silang (crosstabs) dengan tekanan darah penderita
antara jenis kelamin dengan tekanan darah hipertensi
penderita hipertensi. Hasil uji statistik
dengan uji Chi-Square menunjukkan bahwa Tabel 4.11
nilai signifikan (P) hubungan antara genetik Hasil Tabulasi Silang Antara Kurang Olahraga
Dengan Tekanan Darah Penderita Hipertensi Di
dengan tekanan darah penderita hipertensi Poliklinik Rumah sakit Tk. II Putri Hijau Medan
lansia adalah P value = 0,067 (p value > α
0,05), hal ini berarti bahwa tidak ada N Kura Tekanan Darah Total P
hubungan bermakna antara genetik dengan o ng Tinggi Perbatas N % val
tekanan darah penderita hipertensi lansia. Olahr an ue
aga n % N %
Hubungan antara obesitas dengan 1. Tidak 1 51,9 1 48,1 2 100 0,0
4 % 3 % 7 % 33
tekanan darah penderita hipertensi 2. Ya 2 13,3 1 86,7 1 100
Tabel 4.10 % 3 % 5 %
Hasil Tabulasi Silang Antara Obesitas Dengan Total 4 100
Tekanan Darah Penderita Hipertensi di Poliklinik 2 %
Rumah sakit Tk. II Putri Hijau Medan
Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square
N Berat Tekanan Darah Total P
o badan Tinggi Perbatas N % val menunjukkan bahwa nilai signifikan (P)
an ue hubungan antara kurang olahraga dengan
n % N % tekanan darah penderita hipertensi lansia
1 Kelebi 6 54,5 5 45,5 11 100 0,281 adalah P value = 0,033 (p value < α 0,05),
han % % % hal ini berarti bahwa ada hubungan
BB
bermakna antara kurang olahraga dengan
2 Tidak 1 32,3 2 67,7 31 100
Kelebi 0 % 1 % % tekanan darah penderita hipertensi lansia.
han
BB Hubungan Antara Umur Dengan
Total 42 100 Tekanan Darah Penderita Hipertensi di
% poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit
Tk. II Putri Hijau Medan
Hasil uji statistik dengan uji Chi-Square Hal ini sesuai dengan teori Hanns Peter
menunjukkan bahwa nilai signifikan (P) (2009), yang menyatakan bahwa kondisi
hubungan antara berat badan dengan yang berkaitan dengan usia ini adalah
tekanan darah penderita hipertensi lansia produk samping dari keausan
adalah P value = 0,281 (p value > α 0,05), arteriosklerosis dari arteri-arteri utama,
hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya
bermakna antara berat badan dengan kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-
tekanan darah penderita hipertensi lansia. arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri
dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian
diri. Dan berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di Dinkes Jateng didapatkan

51
bahwa risiko terkena hipertensi lebih besar arteriosklerosis dari arteri-arteri utama,
sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya
cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-
kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri
penelitian yang dilakukan dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian
diri.
(Agnesia, 2012) juga sejalan dengan Oleh karena itu, bagi lansia dan keluarga
penelitian ini, dimana umur merupakan hendaknya menjaga pola hidup agar tidak
faktor risiko hipertensi. Artinya ada muda terkena penyakit hipertensi. Dan bagi
hubungan yang bermakna antar umur petugas kesehatan agar selalu menjelaskan
dengan kejadian tentang adanya pengaruh faktor umur
Dengan demikian peneliti terhadap penyakit hipertensi.
menyimpulkan hasil penelitian bahwa,
kelompok lansia yang berumur 60 tahun
keatas dapat meningkatkan resiko hipertensi. Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan
Ini disebabkan adanya perubahan alami pada Tekanan Darah Penderita Hipertensi di
jantung, pembuluh darah, dan hormon. Bila poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit
disertai faktor-faktor lain seperti obesitas, Tk. II Putri Hijau Medan
dan pengaruh pola makan, maka bisa Dari hasil penelitian diperoleh analisis
memicu terjadinya hipertensi. Oleh karena hubungan antara jenis kelamin dengan
itu, bagi lansia dan keluarga hendaknya tekanan darah penderita hipertensi ,
menjaga pola hidup agar tidak muda terkena menunjukkan bahwa dari 28 responden yang
penyakit hipertensi. Dan bagi petugas berjenis kelamin perempuan ada 13 orang
kesehatan agar selalu menjelaskan tentang lansia (46,6%) yang memiliki tekanan darah
adanya pengaruh faktor umur terhadap tinggi, sementara dari 14 responden yang
penyakit hipertensi. berjenis kelamin laki-laki ada 3 orang lansia
(21,4%) yang memiliki tekanan darah tinggi.
Kemudian dari 28 responden yang berjenis
Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan kelamin perempuan ada 15 orang lansia
Tekanan Darah Penderita hipertensi di (53,6%) yang memiliki tekanan darah
poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit perbatasan, sementara dari 14 responden
Tk. II Putri Hijau Medan yang berjenis kelamin laki-laki ada 11 orang
Berdasarkan hasil uji Chi-Square lansia (78,6%) yang memiliki tekanan darah
menunjukkan bahwa, ada hubungan perbatasan. Berdasarkan hasil uji Chi-
bermakna secara statistik antara umur Square menunjukkan bahwa tidak ada
dengan tekanan darah penderita hipertensi hubungan yang bermakna secara statistik
lansia, dengan nilai P value = 0,010 dimana antara jenis kelamin dengan tekanan darah
P< α(0,05). penderita hipertensi pada lansia, dengan
Hal ini sesuai dengan teori Hanns Peter nilai P value = 0,217 dimana P> α(0,05).
(2009), yang menyatakan bahwa kondisi Hal ini sejalan dengan pendapat Marliani
yang berkaitan dengan usia ini adalah (2007) bahwa hipertensi lebih banyak
produk samping dari keausan terjadi pada pria bila terjadi pada usia

52
dewasa muda. Tetapi lebih banyak pada lansia, dengan nilai P value = 0,067
menyerang wanita setelah umur 55 tahun, dimana P>(α 0,05).
sekitar 60% penderita hipertensi adalah Hal ini tidak sejalan dengan Marliani (2007)
wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan bahwa seseorang akan memiliki
perubahan hormon setelah menopause. Dan kemungkinan lebih besar untuk
berdassarkan penelitian Anggraini dkk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya
(2009), didapatkan lebih dari setengah adalah penderita hipertensi. Berdasarkan
penderita hipertensi berjenis kelamin wanita Anggraini (2009) bahwa adanya faktor
sekitar 56,5%. Oleh karena itu, bagi genetik pada keluarga tertentu akan
responden perempuan maupun laki-laki menyebabkan keluarga itu mempunyai
hendaknya menjaga pola makannya dan risiko menderita hipertensi. Dengan
harus tetap rutin mengontrol tekanan demikian peneliti menyimpulkan hasil
darahnya, agar tekanan darah tetap dan penelitian bahwa penderita hipertensi
tidak meningkat sewaktu-waktu, Dan bagi banyak terjadi karena adanya faktor
petugas kesehatan agar selalu menjelaskan keturunan. Akan tetapi tidak menutup
tentang pentingnya menjaga pola makan kemungkinan dapat terjadi pada lansia yang
yang sehat dalam kehidupan sehari-hari. tidak adanya faktor keturunan. Faktor
Hubungan Antara Genetik Dengan lingkungan lain juga bisa mempengaruhi
Tekanan Darah Penderita Hipertensi di seperti stres, kegemukan (obesitas) dan
poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit kurang olahraga dapat memicu hipertensi
Tk. II Putri Hijau Medan esensial
Oleh karena itu, bagi para lansia dan
Dari hasil penelitian diperoleh analisis keluarga hendaknya menjaga pola hidup
hubungan antara genetik dengan tekanan yang sehat agar tekanan darahnya tidak
darah penderita hipertensi lansia, meningkat dan bisa kembali normal. Dan
menunjukkan bahwa dari 22 responden yang bagi petugas kesehatan agar menjelaskan
ada faktor genetiknya ada 5 orang lansia tentang adanya pengaruh faktor keturunan
(22,7%) yang memiliki tekanan darah tinggi, dan bukan faktor keturunan terhadap
sementara dari 20 responden yang tidak ada penyakit hipertensi.
faktor genetiknya ada 11 orang lansia Hubungan Antara Berat Badan Dengan
(55,0%) yang memiliki tekanan darah tinggi. Tekanan Darah Penderita Hipertensi di
Kemudian dari 22 responden yang ada poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit
faktor genetiknya ada 17 orang lansia Tk. II Putri Hijau Medan
(77,3%) yang memiliki tekanan darah
perbatasan, sementara dari 20 responden Berdasarkan pendapat Marliani (2007),
yang tidak ada faktor genetiknya ada 9 mengemukakan bahwa penderita hipertensi
orang lansia (45,0%) yang memiliki sebagian besar mempunyai berat badan
tekanan darah perbatasan. Berdasarkan hasil berlebih, tetapi tidak menutup kemungkinan
uji Chi-Square menunjukkan bahwa tidak orang yang berat badanya normal (tidak
ada hubungan bermakna secara statistik obesitas) dapat menderita hipertensi. Curah
antara genetik dengan kejadian hipertensi jantung dan sirkulasi volume darah
penderita hipertensi yang obesitas lebih

53
tinggi dibandingkan dengan berat badannya Dengan demikian peneliti menyimpulkan
normal. Hal ini tidak sejalan dengan untuk mengurangi meningkatnya tekanan
pendapat Rohaendi (2008) yang mengatakan darah, bagi lansia dan keluarga agar mulai
bahwa pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) melakukan aktivitas olahraga secara rutin.
dan dewasa lanjut asupan kalori Karena dengan olahraga teratur, tekanan
mengimbangi penurunan kebutuhan energi darah tidak mudah meningkat.
karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya
berat badan meningkat. Obesitas dapat KESIMPULAN DAN SARAN
memperburuk kondisi lansia.
Dengan demikian peneliti menyimpulkan Kesimpulan
bahwa selain obesitas, faktor lain juga bisa Berdasarkan hasil penelitian dan
mempengaruhi kejadian hipertensi pada pembahasan dapat ditarik kesimpulan
lansia tidak obesitas yaitu dari pola makan penelitian sebagai berikut:
lansia itu sendiri. Oleh karena itu, bagi 1. Ada hubungan bermakna antara faktor
lansia dan keluarga hendaknya menjaga umur dengan tekanan darah penderita
berat badannya dengan pola makan yang hipertensi pada lansia di Poliklinik
teratur. Dan bagi petugas kesehatan agar Penyakit Dalam Rumah Sakit Tk.II Putri
memberikan penjelasan tentang pengaruh Hijau Medan tahun 2009 (p-Value
obesitas serta komplikasi dari penyakit (0,010) < (0,05)).
hipertensi. 2. Tidak ada hubungan bermakna antara
faktor jenis kelamin dengan tekanan
Hubungan Antara Kurang Olahraga darah penderita hipertensi pada lansia di
Dengan Tekanan Darah Penderita Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit
Hipertensi di poliklinik penyakit dalam Tk.II Putri Hijau Medan tahun 2009 (p-
Rumah Sakit Tk. II Putri Hijau Medan Value (0,217) > (0,05)).
3. Tidak ada hubungan bermakna
Dari hasil penelitian tersebut dapat antara keturunan dengan tekanan
disimpulkan bahwa penderita hipertensi darah penderita hipertensi pada
pada lansia banyak terjadi pada responden lansia di Poliklinik Penyakit Dalam
yang tidak melakukan aktivitas olahraga Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau
setiap harinya, hal ini sesuai dengan Medan tahun 2009 (p-Value
pendapat Rohaendi (2008), bahwa kurang (0,067) > (0,05)).
aktivitas berpengaruh terhadap kerja detak 4. Tidak ada hubungan bermakna
jantung lebih cepat dan otot jantung mereka antara obesitas dengan tekanan
harus bekerja lebih keras pada setiap darah penderita hipertensi pada
kontraksi, semakin keras dan sering jantung lansia di Poliklinik Penyakit Dalam
harus memompa semakin besar pula Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau
kekuatan yang mendesak arteri. Berdasarkan Medan tahun 2009 (p-Value
hasil survey kesehatan rumah tangga (0,281) > (0,05)).
(SKRT) tahun 2001 didapatkan hasil bahwa 5. Ada hubungan bermakna antara
yang melakukan olah raga 3 kali atau lebih olahraga dengan tekanan darah
per minggu hanya 14,3%. penderita hipertensi pada lansia di

54
Poliklinik Penyakit Dalam Rumah husada.ac.id/index.php/jpk/article/do
Sakit Tk.II Putri Hijau Medan wnload/38/29
tahun 2009 (p-Value (0,033) <
(0,05)). Doenges, dkk. (2012). Rencana Asuhan
Saran Keperawatan edisi 3. Jakarta: EGC.
Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat
diajukan saran sebagai berikut: Elsanti, Salma. 2009. Panduan Hidup Sehat
1. Poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi
Tk.II Putri Hijau Medan & Serangan Jantung, Araska,
Perlunya peningkatan peran serta Yogyakarta.
program promosi kesehatan untuk
meningkatkan pengetahuan penderita Fatimah. (2010). Merawa manusia lanjut
hipertensi dapat mengatur pola hidupnya usia suatu pendekatan proses
sesuai dengan pola hidup sehat. Perlu keperawatan gerontik. Jakarta: Cv.
ditingkatkannya juga peranan pojok gizi Trans Info Media
dalam memberikan konseling mengenai .
pola diet pada penderita hipertensi. Kemenkes Republik Indonesia (2012).
2. Penderita hipertensi Profil data kesehatan Indonesia
Perlunya pemeriksaan tekanan darah, tahun2011.Diperolehdarihttp://www.
pengobatan secara rutin, dan menjalani depkes.go.id/downloadsdatakesehata
pola hidup sehat, seperti menghindari n
pola asupan garam yang tinggi Kuswardhani,Tuty.2007. Penatalaksanaan
menghentikan kebiasaan merokok, serta Hipertensi pada Lansia.
menghindari stress untuk mencegah (http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/
timbulnya komplikasi lebih lanjut. penatalaksanaan%20hipertensi%20p
dari kejadian hipertensi mengingat angka ada%20usia%20lanjut.pdf.),
kejadian hipertensi semakin meningkat
dari tahun ke tahun. Marliani Lili, dkk. 2007. 100 Question &
Answers Hipertensi, PT Elex Media
Komputindo, Gramedia, Jakarta.
Daftar Pustaka
Maryam, R Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia
Asikin, dkk. (2016) .Keperawatan Medikal Lanjut dan Perawatannya, Salemba
Bedah Sistem Kardiovaskuler. Medika, Jakarta.
Jakarta
Erlangga. Masnina, dkk. (2018). Terap irelaksasi
Cahyanti. (2017). Penatalaksanaan teknik nafas mempengaruhi penurunan
tekanan darah pada lansia dengan
relaksasi nafa sdalam pada pasien
hipertens iuntuk mengurangi nyeri, hipertensi, vol 5 nomor 2.
vol 4 no 2.
Diperolehdarihttp://jurnal.akperkrida

55
Notoatmodjo,Soekidjo. 2005. Metodologi Susilo. (2011). Buku Metodologi Penelitian.
Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta: Cv. Trans Info Media.
Jakarta.
Triyanto. (2018). Pelayanan Keperawatan
Sunaryo, dkk. (2016). Asuhan Keperawatan bagi penderita hipertensi secara
Gerontik. Yogyakarta: Cv. Andi terpadu. Yogyakarta: GrahaIlmu.
Offset.
Zulfitri.(2010). Hubungan dukungan
keluarga dengan perilaku lanjut usia
Pangaribuan R. (2018). Kebutuhan Dasar
hipertensi dalam mengontrol
Manusia aplikasi konsep dan
kesehatannya.
kompetensi keperawatan. Perdana
Diperolehdarihttp://nursingjurnal.res
Medika.
pati.ac.id/index.php/JKRY/index
Puspita Eva, (2013). Faktor faktor risiko
kejadian hipertensi pada pasien yang
berobat di poliklinik rumah sakit umum
daerah Labuang Baji Makassar. Jurnal
Stikes Nani Hasanuddin Makassar

Price, dkk. (2015). Patofisiologi konsep


klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC.

Priyoto. (2015). NIC dalam keperawatan


gerontik. Jakarta: SalembaMedika.
Reny. (2014). Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Gerontik aplikasi
nanda, nic dan noc. Jakarta: Cv.
Trans Info Media.

Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar.


Jakarta: KementrianKesehatan RI.
Rohimah, dkk. (2015). Pengaruh kompres
hangat pada pasien hipertensi esensial
di wilayah kerja puskes kahur pian
kota Tasikmalaya, vol 13 nomor 1.
Diperolehdarihttps://ejurnalstikes-
bth.ac.id/indexphp/article/viewfile/3
7

56

You might also like