You are on page 1of 6

PENGARUH OTAGO EXERCISE PROGRAMME TERHADAP RENTANG

GERAK SENDI PADA LANJUT USIA

Erna Ariyanti Kurnianingsih


Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Okupasi Terapi

Abstract: Otago Exercise Programme-Range of Motion - Elderly. Subject’s


characteristic of this study are elderly with a different style of dressing and they prefer
barefoot when doing exercises. Otago Exercise Programme (OEP) is one of exercise
type to reduce fall risk in elderly. OEP was an important exercise to prevent fall risk.
This programme have been delivered in west country and it had improved the elder
people’s balance skill. The aim of this study is to analyse the effect of OEP to range of
motion of the elderly. This is a quasi-experimental research with a nonrandomized
control group pretest posttest design. The subjects of this study are 24 elderly of treated
group and 24 elderly of control group. Subject’s inclusion criteria are: healthy female
elderly of local government social institution care for the elderly in Sleman Yogyakarta
with the age of 60-75 years old. The subject’s range of motion of knee flexion, plantar
flexion and dorsi flexion of the ankle range of motion were measured by goniometer.
Subject on treated group are given Otago Exercise Programme 3 times a week, 30
minutes each session for 8 weeks. Both subject were being measured their Range of
Motion before and after research. Independent t-test was used to compared the result.
There is no differences between ankle dorsi and plantar flexion range of motion before
and after research on both treated or control group (p<0,05). OEP doesn’t have impact
on range of motion of the elderly.

Keywords: Otago Exercise Programme-Range of Motion- Elderly

Abstrak: Otago Exercise Programme-Rentang Gerak Sendi- Lansia. Karakteristik


sampel penelitian ini adalah lansia yang lebih senang tidak beralaskaki saat melakukan
olahraga. Otago exercise programme (OEP) merupakan salah satu latihan untuk
mengurangi resiko jatuh pada lansia. Program ini sudah dilakukan di Negara-negara
barat dan dapat meningkatkan keterampilan keseimbangan bagi lansia. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisa efek OEP terhadap rentang gerak sendi lansia. Penelitian
ini menggunakan metode quasi experimental nonrandomized control group pretest
posttest design. Sampel penelitian ini terdiri dari 24 lansia pada kelompok perlakuan
dan 24 lansia kelompok control. Kriteria inklusinya adalah lansia wanita yang sehat
yang tinggal di Panti Wreda milik pemerintah daerah diSleman Yogyakarta dengan usia
antara 60-75 tahun. Rentang gerak sendi akan diukur dengan goniometer. Kelompok
perlakuan diberikan latihan OEP tiga kali seminggu dengan durasi 30 menit per sesi
selama 8 minggu. Sampel pada kedua kelompok tersebut akan diukur RGSnya sebelum
maupun sesudah perlakuan. Rerata RGS sampel akan dianalissi dengan independent t-
test. Tidak ada perbedaan rentang gerak sendi dorsifleksi dan plantarfleksi pergelangan
kaki baik sebelum maupun setelah perlakuan pada kelompok perlakuan dan kelompok

75
76 Jurnal Keterapian Fisik, Volume 2, No 2,November 2017, hlm 75- 125

control (p<0,05). Tidak ada pengaruh Otago exercise programe terhadap rentang gerak
sendi lansia

Keyword: Otago Exercise Programme-Rentang Gerak Sendi- Lansia

PENDAHULUAN (PSTW) Abiyoso Pakem Yogyakarta,


Proses degenerasi merupakan proporsi jatuh lansia di PSTW tersebut
proses fisiologis yang terjadi pada lansia. adalah 52,2%. Oleh karena itu diperlukan
Seiring pertambahan usia lansia, maka upaya pencegahan kejadian jatuh dengan
risiko jatuh juga meningkat. Sebagai memperbaiki
upaya pencegahan jatuh diperlukan latihan The Otago Exercise Programme
yang mampu mengurangi risiko jatuh, (OEP) adalah sebuah latihan yang
salah satu latihan tersebut adalah Otago didesain bagi lansia untuk mencegah
Exercise Programme (OEP).Penelitian risiko jatuh, yang dilakukan dengan
dengan OEP sudah pernah dilakukan di penguatan otot dan latihan keseimbangan
luar negeri tetapi karakteristik subjek (Taylor & Stretton, 2004). Karakteristik
penelitian tersebut sangat berbeda dengan lansia di Indonesia sangat berbeda dengan
subjek pada penelitian ini.Subjek pada lansia di luar negeri, lansia di Indonesia
penelitian ini adalah lansia yang lebih senang tidak beralaskaki saat
mempunyai perbedaan budaya dalam berolah raga sangat berbeda dengan lansia
berpakaian dan tidak menggunakan alas di luar negeri yang terbiasa bersepatu saat
kaki saat latihan. latihan atau berolah raga. Tingginya risiko
Tahun 2020 diperkirakan jumlah jatuh pada lansia dan karakteristik yang
lansia akan meningkat menjadi 28.8 juta sangat berbeda inilah yang membuat
jiwa atau 11,34 % dari total jumlah penulis tertarik untuk meneliti apakah
penduduk(Kemenkes RI, 2012). Menurut OEP dapat memberikan manfaat yang
data statistik Daerah Istimewa Yogyakarta sama pada lansia di Indonesia.
tahun 2011 terdapat lansia sejumlah Manusia sebagai makhluk bipedal
29,724 jiwa. Tahun 2012 jumlah lansia di yang mudah jatuh, dan tingginya kejadian
Yogyakarta menjadi 44,425 jiwa atau 9,7 jatuh pada lansia di Indonesia inilah yang
% dari total jumlah penduduk(Badan mendasari pentingnya upaya pencegahan
Pusat Statistik, 2012). Insiden jatuh pada jatuh dengan perbaikan keseimbangan
populasi lansia adalah 28-35 % pada lansia yang salah faktornya adalah rentang
lansia berumur lebih dari 65 tahun, dan gerak sendi. Berdasarkan latar belakang
32-42 % pada lansia yang berumur lebih penelitian ini dapat dirumuskan masalah
dari 75 tahun. Lansia yang mempunyai penelitian ini sebagai berikut: apakah
riwayat jatuh berisiko lebih besar Otago Exercise Programme dapat
mengalami jatuh kembali dan sekitar 30 % meningkatkan rentang gerak sendi lansia.
dari kasus jatuh menyebabkan terjadinya Penelitian ini diharapkan dapat
injuri yang memerlukan perhatian medis memberikan manfaat untuk: 1). Lansia di
dan 10 % kasus jatuh menyebabkan Indonesia: menganalisis pengaruh Otago
terjadinya patah tulang (Kuptniratsaikul et Exercise Programme terhadap rentang
al, 2011). Menurut hasil penelitian Tuti gerak sendi sebagai salah satu factor yang
(2012) di Panti Sosial Tresna Wredha mempengaruhi keseimbangan pada lansia
Erna Ariyanti Kurnianingsih, Pengaruh Otago Exercise Programme 77

untuk mengurangi risiko jatuh; 2). perlakuan maupun kelompok


Manfaat praktis penelitian ini adalah OEP kontrol.Analisis data dilakukan dengan uji
dapat diterapkan pada lansia di Indonesia normalitas data dengan uji Shapiro-
untuk pencegahan risiko jatuh; 3). wilk.Hasil uji normalitas data pada kedua
Manfaat teoritis untuk keilmuan : kelompok normal sehingga dilakukan uji
penelitian ini diharapkan dapat komparatif untuk dua sampel tidak
memberikan manfaat untuk berpasangan dengan independent t-test
pengembangan ilmu yang berkaitan dengan kemaknaan p<0,05.
dengan muskuloskeletal dan lansia.Tujuan
penelitian ini adalah menganalisis HASIL PENELITIAN
pengaruh OEP terhadap rentang gerak
sendi pada lansia. Tabel 1
Karakteristik Subjek Penelitian
METODE PENELITIAN Kelompok Perlakuan dan Kontrol Pada
Jenis penelitian ini adalah Awal Penelitian
penelitian quasi eksperimental dengan Variabel Kelompok Kelompok p
rancangan nonrandomized control group perlakuan kontrol
x+ sd x+ sd
pretest posttest design. Penelitian
Usia (th) 69,79 + 70,50 + 0,575
dilakukan dengan memberikan perlakuan 4,908 3,707
pada sekelompok subjek berupa latihan Tinggi 149,92 + 153,08 + 0,058
Otago Exercise Programme, yang badan 6,426 4,708
dibandingkan dengan kelompok kontrol (cm)
yang tidak mendapatkan perlakuan. Berat 49,00 + 50,29 + 0,207
badan 3,923 3,00
Variabel bebas pada penelitian ini (kg)
adalah OEP, variabel terikat berupa Indek 21,8283 + 21,59 + 0,584
rentang gerak sendi. Populasi penelitian masa 1,62198 1,27587
ini adalah lansia di Panti Sosial Tresna tubuh
Werdha (PSTW) Unit Abiyoso Pakem (kg/m2)
Sleman Yogyakarta yang berjumlah 126 Tabel 1 menunjukkan karakteristik
orang.Teknik pengambilan subjek subjek penelitian pada kelompok
penelitian dengan constitutive sampling perlakuan dan kelompok kontrol di awal
dengan kriteria inklusi lansia sehat klinis penelitian. Secara statistik ,usia, tinggi
berusia 60 tahun sampai 75 tahun. Alat badan, berat badan, indek massa tubuh,
penelitian yang digunakan dalam kelompok perlakuan dan kontrol tidak
penelitian ini adalah goniometer, sandbag mempunyai perbedaan yang bermakna
1 kg, meja , kursi. (p>0,05). Sehingga dapat disimpulkan
Setelah dilakukan pretest, subjek bahwa kemampuan awal subjek pada
pada kelompok perlakuan diberikan kedua kelompok sama.
latihan Otago Exercise Programme (OEP)
sebanyak 3 kali seminggu dengan durasi
30 menit per sesi selama 8 minggu. Pada
minggu ke sembilan dilakukan post test
dengan instrumen yang sama seperti
pretest baik pada subjek kelompok
78 Jurnal Keterapian Fisik, Volume 2, No 2,November 2017, hlm 75- 125

Tabel 2 bermakna rentang gerak sendi maksimal


Hasil Uji Paired T-Test Rentang Gerak plantar fleksi pergelangan kaki subjek
Sendi Fleksi Lutut, Plantar Fleksi dan kelompok kontrol antara awal dan akhir
Dorsi Fleksi Pergelangan Kaki Subjek penelitian.
Kelompok Perlakuan dan Kelompok Tabel 2 juga menunjukkan rerata
Kontrol pada Awal dan Akhir rentang gerak sendi maksimal dorsi fleksi
Penelitian pergelangan kaki subjek kelompok
Variabel Kelompok Perlakuan perlakuan antara awal dan akhir penelitian
x + sd x + sd meningkat, dengan nilai p<0,05. Hal ini
awal akhir
berarti terdapat perbedaan yang bermakna
RGS Fleksi Lutut (0 )
115,21+4,032 ** rentang gerak sendi maksimal dorsi fleksi
120,21+5,801 ** pergelangan kaki subjek kelompok
RGS 32,92+2,518
Plantar 33,54+2,750
perlakuan antara awal dan akhir
Fleksi penelitian. Sedangkan rerata rentang gerak
Pergelang sendi maksimal dorsi fleksi pergelangan
an kaki subjek kelompok kontrol menurun,
Kaki (0) dengan nilai p>0,05. Hal ini berarti tidak
RGS Dorsi Fleksi
14,17+3,185
Pergelangan
* Kaki
(0) 16,33+3,329*
terdapat perbedaan yang bermakna
Variabel Kelompok Kontrol rentang gerak sendi maksimal dorsi fleksi
x + sd x + sd pergelangan kaki subjek kelompok kontrol
awal akhir antara awal dan akhir penelitian.
RGS Fleksi Lutut (0 )
113,13+3,234*
111,88+2,879* Tabel 3
RGS 32,50+2,554* Hasil Uji Independent T-test Selisih
Plantar 31,25+2,212* Rentang Gerak Sendi antara Subjek
Fleksi
Pergelang
Kelompok Perlakuan dengan
an Kelompok Kontrol di Awal dan Akhir
Kaki (0) Penelitian.
RGS Dorsi Fleksi
12,50+2,554
Pergelangan Kaki Variabel Kelom Kelom
pok pok
(0) 12,08+2,518 Perlaku Kontrol
Rerata rentang gerak sendi an x+ SD
x+ SD
maksimal plantar fleksi pergelangan kaki RGS Fleksi Lutut (0) 5.00 + -1,25+
subjek kelompok perlakuan antara awal 0
RGS Plantar Fleksi Pergelangan Kaki ( ) 3,612 2,658
RGS Dorsi Fleksi Pergelangan Kaki (0)
dan akhir perlakuan meningkat, dengan 0,63 + 1,25 +
nilai p>0,05, artinya tidak terdapat 1, 689 2,212
perbedaan yang bermakna rentang gerak 0,21 + 0,21 +
sendi maksimal plantar fleksi pergelangan 1,021 1,021
kaki subjek kelompok perlakuan antara
awal dan akhir penelitian. Sedangkan
rerata rentang gerak sendi maksimal
plantar fleksi pergelangan kaki subjek Tabel 3 di atas menunjukkan
kelompok kontrol antara awal dan akhir bahwa tidak terdapat perbedaan yang
penelitian turun, dengan nilai p<0,05. Hal bermakna rentang gerak sendi plantar dan
ini berarti terdapat perbedaan yang dorsi fleksi pergelangan kaki antara
subjek di awal dan akhir penelitian antara
Erna Ariyanti Kurnianingsih, Pengaruh Otago Exercise Programme 79

kelompok perlakuan dengan subjek Sedangkan rentang gerak sendi


kelompok control (p<0,05). Dengan maksimal dorsi fleksi subjek kelompok
demikian dapat disimpulkan bahwa perlakuan meningkat.Hal itu terjadi
latihan OEP tidak berpengaruh terhadap karena dalam OEP terdapat gerakan dorsi
rentang gerak sendi lansia.Walaupun fleksi pergelangan kaki, gerakan dorsi
begitu pada penelitian ini rentang gerak fleksi pergelangan kaki saat penguatan
sendi fleksi subjek kelompok perlakuan lutut, menekuk lutut dengan atau tanpa
meningkat. Peningkatan rentang gerak berpegangan, berjalan mundur dengan
sendi tersebut karena dalam OEP terdapat atau tanpa berpegangan, berdiri pada
gerakan berikut ini: gerakan menekuk tumit, berjalan naik tangga. Imobilitas
lutut dengan atau tanpa berpegangan, menyebabkan menurunnya massa dan
gerakan penguatan lutut bagian belakang, kekuatan otot serta fleksibitas sekitar
berjalan mundur dengan atau tanpa sendi (Jenkins,2005), dan sudut rentang
berpegangan, berjalan dan berputar, gerak sendi maksimal pasif pada gerakan
berdiri dengan satu kaki dengan atau tanpa dorsi fleksi pergelangan kaki lansia adalah
berpegangan, berjalan mundur dengan 10,30 (Gajdosik et al., 2004).
tumit kaki depan menempel pada jari-jari Penurunan kekuatan otot
kaki yang di belakang, berdiri dari posisi mempengaruhi kemampuan individu
duduk dengan bantuan kedua tangan atau mencapai rentang gerak sendi maksimal,
satu tangan, berdiri dengan satu kaki tetapi pernyataan ini bertolak belakang
dengan atau tanpa berpegangan, naik dengan pendapat yang menyatakan bahwa
tangga. Fleksibilitas sendi lutut kiri pada penguluran statik yang dilakukan sebelum
lansia meningkat setelah melakukan latihan tidak mempengaruhi kekuatan otot
latihan rentang gerak sendi (Ulliya, yang dicapai selama 10 minggu program
Soempeno, & Kushartanti, 2007) dan latihan penguatan otot (Lustosaet al.,
rentang gerak sendi aktif fleksi lutut pada 2010).Durasi penguluran mempengaruhi
individu yang berusia 60-74 tahun perubahan rentang gerak sendi (Feland et
mempunyai rerata 1310(Roach Miles, al., 2001) dan penguluran pada otot
1991). hamstrings selama 60 detik menghasilkan
rentang gerak sendi yang lebih besar dan
PEMBAHASAN lebih bertahan lama (Ullya et al, 2007;
Rentang gerak sendi plantar fleksi Feland et al., 2001) . Persentase
pergelangan kaki subjek kelompok perubahan kelenturan badan dengan
perlakuan pada penelitian ini meningkat latihan 3 kali seminggu lebih besar
karena dalam OEP terdapat gerakan yang daripada 2 kali seminggu(Budiharjo,
mampu meningkatkan rentang gerak sendi Romi, & Prakosa, 2005),
tersebut. Adapun gerakan tersebut adalah Gerakan persendian menyebabkan
gerakan plantar fleksi pergelangan kaki, peningkatan aliran darah ke dalam kapsula
berdiri pada tumit dengan atau tanpa sendi, latihan menyebabkan terjadinya
berpegangan, berjalan mundur dengan gerakan sendi. Saat sendi digerakkan
tumit kaki depan menempel jari-jari kaki permukaan kartilago antara kedua tulang
belakang, berjalan dan berputar, berjalan akan saling bergesekan. Penekanan pada
naik tangga. kartilago mendesak air keluar dari matrik
kartilago menuju cairan sinovia, bila
80 Jurnal Keterapian Fisik, Volume 2, No 2,November 2017, hlm 75- 125

tekanan berhenti maka air yang keluar dari Jenkins, L. Maximizing range of motion
matrik kartilago menuju cairan sinovia in older adults.J. Active Aging.
ditarik kembali dengan membawa nutrisi 2005. Jan- Feb : 50-55.
dari cairan synovia (Ullya et al. 2007). Kementerian Kesehatan Republik
Rentang gerak sendi juga dipengaruhi Indonesia.Menuju tua, sehat,
oleh jenis kelamin dan usia, RGS lansia mandiri, dan produktif.”Kesehatan
wanita lebih baik daripada lansia laki-laki, yang baik memperpanjang usia
dan RGS usia tua pada umumnya lebih dan kehidupan, Jakarta. 2012.
rendah daripada RGS usia muda (Ullya et Kuptniratsaikul, V., Praditsuwan, R.,
al., 2007; Jenkins,2005). Assantachai, P., Ploypetch, T.,
Udompunturak, S., Pooliam,
KESIMPULAN DAN SARAN J. Effectiveness of simple balancing
Otago Exercise Programme training program in elderly patient
terbukti tidak berpengaruh terhadap with history of frequents falls.
rentang gerak sendi fleksi lutut, dan Dove Press Journal : Clinical
keseimbangan. Disarankan untuk Interventions in Aging, 2011;
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai 6:111-117.
pengaruh latihan sensorik terhadap Lustosa, L.P., Pacheco, M.G.M., Liu,
keseimbangan pada lansia. A.L., Goncalves, W.S., Silva, J.P.,
Pereira, L.S.M. Impact
DAFTAR RUJUKAN of static stretching on the gain in knee-
Budiharjo, S., Romi, M.M., & Prakosa, D. extensor strength of community-
Pengaruh senam aerobik low dwelling older women after a
impact intensitas sedang training programme. Rev bras
terhadap kelenturan badan pada wanita Fisoles. 2010;14(6): 497-502.
lanjut usia tidak terlatih. Berkala Roach, K. E., Miles, I. P. Normal hip and
Ilmu Kedokteran. 2005; 37(4):177- knee AROM the relation to age.
182. Phys Ther,1991;71:656-665.
Feland, J. B., Myrer, J.W., Schulthies, Tuti, T.M.R. Proporsi dan faktor resiko
S.S., Fellingham, G.W., Measom, kejadian ’jatuh’ pada lansia di
G.W. The effect of Panti Sosial Tresna Wredha
duration of the hamstring muscle group (Skripsi). Fakultas Kedokteran
for increasing range of motion in Universitas Islam Indonesia,
people aged 65 year or older. Phys Yogyakarta.2012.
Ther. 2001;81: 1110-1117. Ulliya, S., Soempeno, B., Kushartanti,
Gajdosik, R.L., Vander Linden, D.W., B.M.W. Pengaruh latihan ROM
Mcnair, P.J., Riggin, T.J., terhadap fleksibilitas sendi lutut
Albertson, J.S., Mattick, D.J., pada lansia di PW Wening
Wegley, J.C. Slow passive stretch and Wardoyo Ungaran. Media Ners,
release characteristics of the calf 2007;1(2):72-77.
muscles of older women with
limited dorsiflexion range of
motion. J Clin Biomech.2004;19:
398-406.

You might also like