Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Each type of work will cause fatigue. Fatigue is decreasing a person’s condition so that no longer
able to perform the work or activities. This study is to find out the relationship between individual
characteristics such as age, work period, smoking habits, exercise habits, nutritional status with work
fatigue complaints of taxi driver. The method used in this research was observational analytic with cross
sectional approach. This study uses a questionnaire tools work fatigue Industrial Fatigue Research
Committee (IFRC), weight scales and height or microtoise Stature Meter. The population in this study
was a taxi driver in Rungkut Surabaya who work at night time from 14.00 pm–12.00 pm. The study
sample of 50 drivers by used purposive sampling method. The results of this study used Chi-Square.
Statistical test results indicate that the age of the driver has a low relationship strength, the driver’s
working period has a very strong relationship strength, smoking habits driver has a very low relationship
strength, exercise habits and nutritional status drivers has a strong relationship. The conclusion that can
be drawn from the results of the study there was no association between age, work period, smoking,
exercise habits, and nutritional status and work fatigue complaints of taxi drivers. Therefore, need for
socialization or briefing about the dangers of smoking to health, eating vitamin partially substitute for
cigarettes and a healthy lifestyle.
Keywords: work period, nutritional status, exercise habits, indivudual characteristics, work fatigue
complaints, taxi drivers
ABSTRAK
Setiap jenis pekerjaan akan menimbulkan kelelahan kerja. Kelelahan yaitu menurunnya kondisi
seseorang sehingga tidak sanggup lagi melakukan pekerjaan atau kegiatan. Penelitian ini dilakukan
dengan tujuan mengetahui hubungan antara karakteristik individu meliputi umur, masa kerja, kebiasaan
merokok, kebiasaan olahraga, status gizi dengan keluhan kelelahan kerja pada pengemudi taksi.
Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Alat ukur
penelitian berupa lembar kuesioner keluhan kelelahan kerja subjektif dari Industrial Fatique Research
Committee (IFRC), timbangan berat badan dan tinggi badan atau Microtoise Stature Meter. Populasi
pada penelitian ini adalah pengemudi taksi di Rungkut Surabaya yang waktu kerja pada malam hari
mulai pukul 14.00 siang–12.00 siang. Sampel berjumlah 50 orang pengemudi dengan metode purposive
sampling. Hasil penelitian menggunakan uji Chi-Square. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa umur
pengemudi memiliki kekuatan hubungan rendah, masa kerja pengemudi memiliki kekuatan hubungan
sangat kuat, kebiasaan merokok pengemudi memiliki kekuatan hubungan sangat rendah, kebiasaan
olahraga dan status gizi pengemudi memiliki kekuatan hubungan kuat. Kesimpulan yang dapat ditarik
dari hasil penelitian adalah tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok, masa kerja, umur,
kebiasaan olahraga, dan status gizi dengan keluhan kelelahan kerja pada pengemudi taksi. Oleh karena
itu, perlu adanya sosialisasi atau briefing tentang bahaya dari merokok bagi kesehatan pengemudi,
mengonsumsi vitamin sebagai pengganti rokok dan pola hidup sehat.
©2017 IJPH. license doi: 10.20473/ijph.v12i1.2017.64-74. Received 23 January 2017, received in revised form 27 January
2017, Accepted 30 January 2017, Published online: 30 November 2017
Tika Nanda Prastuti, dkk., Analisis Karakteristik Individu dengan Keluhan Kelelahan… 65
Kata kunci: masa kerja, status gizi, kebiasaan olahraga, karakteristik individu, keluhan kelelahan kerja,
pengemudi taksi
Hubungan Status Gizi Pengemudi Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
Terhadap Tingkat Keluhan Kelelahan dilakukan Andreani dan Paskarini (2013),
Kerja yang mengatakan bahwa ada hubungan
Status gizi pengemudi dikategorikan antara keluhan subjektif dengan umur
menjadi empat bagian, yaitu kurus (17,0 – responden. Faktor yang menyebabkan umur
18,4), normal (18,5 – 25,0), gemuk (25,1– pengemudi taksi tidak berhubungan dengan
27,0), dan obesitas (> 27,0). Tabel 5 di atas keluhan kelelahan kerja karena pengemudi
dapat dilihat bahwa pengemudi taksi di yang memiliki umur lebih muda memiliki
pool Rungkut Surabaya tidak mengalami tingkat emosi yang masih labil, pengalaman
kelelahan kerja terutama pada kategori bekerja masih rendah dibandingkan dengan
status gizi kurus. Hasil uji statistik dengan pengemudi taksi yang senior, semangat
menggunakan Chi-Square didapatkan nilai kerjanya kurang. Berbeda dengan pengemudi
r sebesar 1,079 yang menunjukkan bahwa yang memiliki umur lebih tua yaitu tingkat
kekuatan hubungan sangat kuat. emosi lebih stabil, memiliki tanggung jawab
dan semangat yang tinggi untuk keluarga.
PEMBAHASAN (Prastuti, 2017). Menurut Smolensky et al
Faktor umur dapat memengaruhi (2001) dalam Kristanto (2013), pengemudi
kekuatan fisik seseorang. Pekerja yang muda (< 30 tahun) lebih rentan terhadap
memiliki umur tua kekuatan otot fisiknya rasa kantuk dan mereka lebih sering terlibat
dapat berubah (Gilmer, 1996; Shephard, 1988 dalam kecelakaan kendaraan tunggal ketika
dalam Maurits, 2010). Umur pengemudi taksi kondisi malam dan pagi hari. Menurut
di Pool Rungkut Surabaya menunjukkan Mckernoon (2008) dalam Kristanto (2013),
bahwa kekuatan hubungan rendah antara pengemudi yang berusia muda memiliki
umur pengemudi dengan tingkat kelelahan emosi temperamental sehingga cenderung
kerja pada pengemudi taksi. Hasil penelitian memiliki masalah dalam berperilaku,
ini tidak sesuai dengan penelitian yang memiliki kompetisi dalam kehidupan
dilakukan Dinarita dkk (2015), yang sosial yang lebih tinggi, dan hubungan
mengatakan bahwa umur seseorang interpersonal yang lebih kompleks. Faktor
berhubungan dengan kelelahan subjektif umur merupakan faktor yang sangat penting
pada pengemudi mobil trevel. Penelitian ini karena umur berpengaruh terhadap kekuatan
sejalan dengan penelitian yang dilakukan fisik dan psikis seseorang. Kekuatan
oleh Ismail (2014), yang mengatakan bahwa otot pada laki-laki dan wanita mencapai
tidak terdapat hubungan yang bermakna puncaknya pada umur 25–35 tahun dan umur
antara umur dengan kelelahan kerja pada 50–60 tahun kekuatan otot menurun sekitar
pengemudi truk tangki bahan bakar minya 15–25% (Setyawati, 2010). Menurut Chappin
di TBBM PT. Pertamina Kota Makassar. dalam Tarwaka dkk (2004), keluhan otot
70 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 11 No. 1, Desember 2016: 64–74
skeletal mulai dirasakan pada umur masa bahwa ada hubungan bermakna antara
kerja 25 tahun. Keluhan yang pertama mulai variabel masa kerja dengan kelelahan kerja.
dirasakan pada usia 35 tahun dan tingkat Semakin lama seseorang bekerja pada suatu
keluhan tersebut akan semakin bertambah pekerjaan, maka beban kerja yang dirasakan
sesuai atau sejalan dengan bertambahnya akan semakin kecil karena telah terbiasa
usia. (Suma’mur 2011). Menurut Setyawati (2010),
Masa kerja adalah aktivitas kerja tidak adanya hubungan antara masa kerja
seseorang yang diukur dalam satuan waktu dengan kelelahan kerja dikarenakan keadaan
tertentu. Apabila aktivitas atau kegiatan tersebut diimbangi oleh pengalaman yang ada
tersebut dilakukan secara terus-menerus maupun kematangan mental pekerja tersebut.
atau bertahun-tahun dapat mengakibatkan Masa kerja yang lama dapat berdampak
gangguan pada tubuh. Tekanan fisik pada timbulnya kelelahan. Pekerjaan yang
pada suatu kurun waktu tertentu akan dilakukan secara terus-menerus dapat
mengakibatkan berkurangnya atau berpengaruh terhadap sistem peredaran
menurunnya kinerja otot seperti gejala makin darah, sistem pencernaan, otot, syaraf dan
menurunnya gerakan. Tekanan secara fisik sistem pernafasan (Suma’mur, 1999). Masa
dan psikis yang dialami seseorang setiap hari kerja mempunyai pengaruh positif di mana
mengakibatkan memburuknya kesehatan semakin lama seseorang bekerja, akan
atau disebut juga dengan kelelahan klinis atau semakin berpengalaman dalam melakukan
kronis (Budiono dkk, 2008). Masa kerja erat pekerjaan. Masa kerja berdampak negatif
hubungannya dengan kemampuan adaptasi karena dapat menimbulkan rasa kebosanan
antara seorang pekerja dengan pekerjaan atau menjemukan dan kelelahan kerja
dan lingkungan kerja. Proses adaptasi (Budiono, 2008). Faktor yang menyebabkan
dapat memberikan efek positif seperti dapat masa kerja pengemudi tidak berhubungan
menurunkan ketegangan dan peningkatan dikarenakan masa kerja pengemudi < 5
aktivitas atau performa saat kerja. Efek tahun pengalaman saat bekerja mencari
negatifnya jika batas ketahanan tubuh yang penumpang kurang sehingga waktu kerja
berlebihan akibat tekanan yang diperoleh banyak digunakan untuk menunggu
pada saat proses kerja. Hal ini menjadi penumpang yang datang dan waktu istirahat
sebab timbulnya kelelahan pada penurunan pengemudi yang lebih banyak dari pada
fungsi psikologi dan fisiologi (Marif, 2013). mencari penumpang berkeliling di jalan.
Masa kerja yang lama akan mengakibatkan Di dalam sebatang rokok terdapat 4000
perasaan jenuh dan bosan apabila pekerjaan jenis senyawa kimia. Ada tiga komponen
yang dilakukan tersebut monoton. Lamanya utama dalam rokok yaitu nikotin, tar dan
masa kerja ditentukan oleh tingkat kelelahan karbon monoksida (CO). Tar merupakan
dan keluhan otot yang dirasakan oleh pekerja. zat yang berbahaya yang bisa menyebabkan
Apabila semakin lama seseorang bekerja kanker. Karbon Monoksida merupakan
maka akan semakin lama pula melakukan gas beracun yang dapat menurunkan
kegiatan yang berulang-ulang. Hal ini dapat kandungan O2 di dalam darah (Kemenkes
meningkatkan risiko kelelahan dan keluhan RI, 2012). Nikotin dapat membuat kecanduan
musculoskeletal (Tarwaka, 2004) Masa karena dapat memicu dopamine. Dopamine
kerja pengemudi taksi di Pool Rungkut merupakan unsur kimia di dalam otak
Surabaya menunjukkan bahwa memiliki yang berkaitan dengan perasaan senang.
kekuatan hubungan sangat kuat antara Nikotin bersifat adiktif sehingga rokok
masa kerja dengan kelelahan kerja pada dapat membahayakan bagi kesehatan tubuh
pengemudi taksi. Penelitian ini tidak sesuai (Aksoro dan Aksoro, 2009). Kebiasaan
atau tidak sejalan dengan penelitian yang merokok pengemudi taksi di Pool Rungkut
dilakukan Eraliesa (2009), yang mengatakan Surabaya menunjukkan kekuatan hubungan
Tika Nanda Prastuti, dkk., Analisis Karakteristik Individu dengan Keluhan Kelelahan… 71
sangat lemah antara kebiasaan merokok rokok karena dengan merokok pekerja akan
dengan kelelahan kerja pada pengemudi merasa lebih percaya diri atau bergairah,
taksi. Penelitian ini tidak sesuai atau tidak lebih berkonsentrasi saat bekerja dan dapat
sejalan dengan penelitian yang dilakukan mengurangi rasa lelah, stress dan bosan
oleh Andreani dan Paskarini (2014), yang sehingga mengonsumsi rokok menjadi suatu
mengatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan yang dilakukan pengemudi.
kebiasaan merokok dengan keluhan Kebugaran jasmani adalah kemampuan
subjektif. Menurut Setiawaty (2008), tubuh seseorang dalam melakukan pekerjaan
merokok dapat mengakibatkan perubahan atau kegiatan sehari-hari tanpa menimbulkan
struktur dan fungsi saluran pernapasan serta kelelahan yang berarti, sedangkan olahraga
jaringan paru-paru. Mayoritas seseorang merupakan bentuk aktivitas fisik yang
yang mempunyai kebiasaan merokok dan terencana, terstruktur, dan berkesinambungan
frekuensi merokok yang tinggi cenderung serta melibatkan gerakan tubuh berulang-
mengalami kelelahan kerja. Semakin lama ulang dengan aturan tertentu yang bertujuan
dan tinggi frekuensi merokok, keluhan untuk meningkatkan kebugaran jasmani
otot yang dirasakan akan semakin tinggi. (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Menurut
Hal ini berhubungan kuat dengan kondisi Hairy (1989) dan Hopkins (2002) dalam
kesegaran jasmani seseorang dan kandungan Sedarmayanti (2011), mengatakan bahwa
zat-zat dalam asap rokok yang berbahaya kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh
dapat memicu tingginya keluhan otot saat manusia untuk dapat melakukan penyesuaian
bekerja. Seseorang yang mengonsumsi rokok terhadap beban fisik yang sedang dihadapi
satu pak atau lebih dalam satu hari dapat tetapi tanpa menimbulkan kelelahan yang
menurunkan denyut jantung dua atau tiga berarti dan sebagai kapasitas cadangan
denyutan tiap menit (Hanson., dkk, 1983 untuk melakukan aktivitas selanjutnya.
dalam Marif, 2013). Dalam laporan resmi Pada penelitian ini kebiasaan olahraga
World Health Organization (WHO), jumlah pengemudi taksi di Pool Rungkut Surabaya
kematian akibat merokok tiap tahun adalah menunjukkan kekuatan hubungan sangat
4,9 juta orang per tahunnya. Penelitian ini kuat antara kebiasaan olahraga dengan
menunjukkan adanya hubungan kebiasaan kelelahan kerja pengemudi taksi. Penelitian
merokok dengan keluhan kelelahan kerja, ini tidak sejalan atau tidak sesuai dengan
terutama untuk pekerjaan yang memerlukan penelitian yang dilakukan oleh Andreani dan
pengerahan otot, karena nikotin pada rokok Paskarini (2013), yang mengatakan bahwa
dapat menyebabkan berkurangnya aliran ada hubungan antara keluhan subjektif
darah ke jaringan. Selain itu, merokok juga dengan frekuensi kebiasaan olahraga.
dapat menyebabkan berkurangnya kandungan Keluhan nyeri otot ini jarang sekali
mineral pada tulang sehingga menyebabkan ditemukan pada seseorang yang dalam
nyeri akibat terjadinya keretakan atau aktivitas kesehariannya memiliki waktu
kerusakan pada tulang (Kantana, 2010). cukup untuk beristirahat, sedangkan
Menurut penelitian yang dilakukan bagi seseorang yang dalam aktivitas
oleh Fitrianingsih dan Hariyono (2011), faktor setiap harinya melakukan pekerjaan yang
yang dapat menyebabkan terjadinya nyeri memerlukan pengarahan atau tenaga besar
punggung adalah kebiasaan merokok yang dan tidak mempunyai waktu istirahat
dapat berpengaruh terhadap meningkatnya cukup dapat dipastikan akan mengalami
keluhan otot. Meningkatnya keluhan otot keluhan otot. Tingkat keluhan otot ini juga
erat hubungannya dengan lama dan tingkat sangat berpengaruh pada tingkat kesegaran
kebiasaan merokok. Pengemudi taksi di tubuh (Tarwaka, 2010). Faktor-faktor yang
Pool Rungkut Surabaya sebagian besar menyebabkan tidak adanya hubungan
merokok, penyebab pekerja mengonsumsi kelelahan kerja pada pengemudi taksi di pool
72 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 11 No. 1, Desember 2016: 64–74
Rungkut Surabaya karena banyak pengemudi gizi orang dewasa. Penggunaan Indeks Masa
yang tidak sempat meluangkan waktunya Tubuh berlaku untuk orang dewasa berumur
untuk berolahraga dan ada beberapa yang di atas 18 tahun (Supariasa dkk, 2002).
malas untuk melakukan olahraga (Prastuti, Status gizi pengemudi taksi di Pool
2017). Tingkat kesegaran tubuh yang rendah Rungkut Surabaya menunjukkan kekuatan
akan berdampak pada tingginya risiko terjadi hubungan sangat kuat antara status gizi
penyakit keluhan otot. Keluhan otot tersebut dengan keluhan kelelahan kerja pada
akan meningkat sejalan dengan bertambahnya pengemudi taksi. Penelitian ini sesuai atau
aktivitas fisik (Tarwaka, 2010). Menurut sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Tarwaka dkk (2004), olahraga berhubungan oleh Kristanto (2013), yang mengatakan tidak
dengan kebugaran jasmani seseorang. terdapat hubungan yang bermakna antara
Seseorang yang terbiasa berolahraga akan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan kelelahan.
memiliki kebugaran jasmani yang lebih Penelitian ini tidak sejalan atau tidak sesuai
baik dibandingkan seseorang yang tidak dengan penelitian yang dilakukan Syahlefi
terbiasa melakukan olahraga. Seseorang dkk (2012), yang mengatakan terdapat
yang memiliki kebugaran jasmani baik maka hubungan antara status gizi/Indeks Masa
tidak akan mudah mengalami kelelahan Tubuh dengan kejadian kelelahan pada
saat bekerja. Sebaliknya pekerja mudah pengemudi bus CV. Makmur Jurusan Medan-
mengalami kelelahan apabila kebugaran Pekan Baru. Indeks Masa Tubuh yang tidak
jasmaninya kurang baik (Tarwaka dkk, normal dapat memengaruhi beban kerja bagi
2004). tenaga kerja.
Kusmana dalam Nur (2011), Pengemudi yang gemuk atau terlalu
mengatakan bahwa olahraga teratur dapat kurus akan berdampak bagi kondisi fisik pada
mencegah kegemukan dan dampak negatif saat bekerja. Pengemudi tidak bisa bekerja
lainnya, dapat menguatkan fisik dan lebih dengan lincah karena saat bekerja merasa
mengefisienkan kinerja otot-otot tubuh, terganggu oleh berat badan tubuhnya. Orang
seperti otot pernafasan, otot jantung dan otot- yang memiliki tubuh besar jika banyak gerak
otot rangka tubuh, dan lebih melancarkan lebih cepat lelah dan kinerjanya menurun.
peredaran darah ke dalam sel-sel tubuh dan Faktor–faktor yang dapat memengaruhi
pembuangan bahan-bahan sisa dari sel tubuh kebutuhan gizi seseorang yaitu ukuran tubuh.
menjadi lebih baik. Bila kurang berolahraga Semakin besar ukuran tubuh seseorang maka
maka terjadi kelemahan pada otot dan dapat semakin besar kebutuhan kalori. Jika gizi
kehilangan kelenturan, namun jika olahraga seimbang maka kesehatan tenaga kerja dapat
dikerjakan secara teratur dan sesuai dengan dipertahankan dan tenaga kerja akan dapat
anjuran dapat meningkatkan kesegaran bekerja dengan baik, tidak mudah lelah atau
jasmani yang akhirnya akan meningkatkan capek dan mengurangi terjadinya tingkat
ketahanan fisik (Soeparman, 2001, Moeloek, kesalahan (Tarwaka dkk, 2004).
1998 dalam Viyaya dan Tanya, 2008). Seseorang yang gemuk umumnya
Status gizi merupakan salah satu memerlukan energi yang lebih besar untuk
bagian penting dari kesehatan seseorang. melakukan aktivitasnya dibandingkan orang
Status gizi menunjukkan suatu keadaan diri yang memiliki status gizi baik. Aktivitas
yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan yang sama, seseorang dengan status gizi lebih
dan penggunaan zat gizi dari makanan dalam akan mengeluarkan energi yang lebih besar
jangka waktu yang lama. Salah satu indeks daripada seseorang dengan status gizi baik.
antropometri yang sering digunakan untuk Status gizi berlebihan juga dapat berdampak
menilai status gizi adalah Indeks Massa pada penurunan fungsi tubuh seperti otot,
Tubuh (IMT). Indeks Masa Tubuh merupakan paru dan organ tubuh lainnya yang akan
alat yang digunakan untuk memantau status membuat tubuh bekerja lebih keras untuk
Tika Nanda Prastuti, dkk., Analisis Karakteristik Individu dengan Keluhan Kelelahan… 73
Kepolisian Negara RI. 2015. Surabaya Kota Suma’mur, P.K. 2009. Higiene Perusahaan
Macet Terburuk Keempat Di Dunia http:// dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta:
halopolisi.com/2015/02/04/surabaya- Sagung Seto.
kota-macet-terburuk-keempat-di-dunia Suma’mur, P.K. 2011. Higiene Perusahaan
satlantas-polrestabes-surabaya-siapkan- dan Kesehatan Kerja (HIPERKES)
antisipasi/(sanitasi 9 April 2016) Edisi 2. Jakarta: CV Sagung Seto.
Kristanto, A. 2013. Kajian Faktor-Faktor Supariasa, I.D.N., Bakri, B., Fajar, I. 2002.
Risiko yang Berhubungan dengan Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Kelelahan Pengemudi Truk Trailer Di Syahlefi, M.R. 2014. Faktor-faktor yang
PT AMI Tahun 2012. Tesis. Universitas Berhubungan dengan Kelelahan
Indonesia. Pengemudi Bus di CV. Makmur Medan
Marif, A. 2013. Faktor-faktor yang Tahun 2014. Skripsi Universitas Sumatera
Berhubungan dengan Kelelahan Pada Utara.
Pekerja Pembuatan Pipa dan Menra Tarwaka., Solikhul, H.A., Bakri, S.L. 2004.
Tambat Lepas Pantai (EPC3) di Proyek Ergonomi untuk Kesehatan, Keselamatan
Banyu Urip PT. Rekayasa Industri, Serang- Kerja, dan Produktivitas. Surakarta:
Banten Tahun 2013. Skripsi. Universitas Uniba Press.
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tarwaka. 2010. Ergonomi Industri. Solo:
Jakarta. Harapan Press Solo.
Maurits, L.S. 2010. Selintas tentang Umyati, A., Yadi, Y,H., Sandi, E.S,N. 2015.
Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Amara Pengukuran Kelelahan Kerja Pengemudi
Books. Bis dengan Aspek Fisiologis Kerja dan
Nur, H. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan Metode Industrial Fatique Research
dengan Muskuloskeletal Disorders Committee (IFRC). Skripsi. Banten;
(MSDs) pada Pekerja Furniture di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Kecamatan Benda Kota Tangerang Tahun Undang-undang Republik Indonesia
2011. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah. No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
Prastuti, T,N. 2016. Hubungan Karakteristik dan Angkutan Jalan.
Individu dan Jarak Tempuh dengan Viyaya, S., Tanya, E. 2008. Beberapa Faktor
Keluhan Kelelahan Kerja Pada Pengemudi yang berhubungan dengan Keluhan Nyeri
Taksi. Skripsi. Universitas Airlangga. Pinggang Pada Perawat Rawat Inap. Tesis.
Sedarmayanti. 2011. Tata Kerja dan Universitas Airlangga. Surabaya.
Produktivitas Kerja. Bandung: CV. WHO. 2013. Status Keselamatan Jalan
Mandar Maju. di WHO Regional Asia Tengara Tahun
Setyawati, L. 2010. Selintas tentang 2013.http://www.searo.who.int/entity/
Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Amara disabilities_injury_rehabilitation/
Books. documents/roadsafety-factsheetino.pdf
Setiawaty. 2008. Kelelahan Kerja Kronis, (sanitasi 20 Desember 2016)
Kajian terhadap Kelelahan Kerja, Yogisutanti, G., Kusnanto, H., Setyawati,
Penyusunan Alat Ukur serta Hubungannya L., Otsuka, Y. 2013. Kebiasaan Makan
dengan Waktu Reaksi dan Produktivitas Pagi, Lama Tidur dan Kelelahan Kerja
Kerja. Disertasi. Yogyakarta: Universitas (Fatigue) Pada Dosen. Jurnal Kesehatan
Gadjah Mada. Masyarakat. 9 (1) (2013) 53–57.
Suma’mur, P.K. 1999. Ergonomi untuk
Produktivitas Kerja. Jakarta: CV Haji
Masagung.