You are on page 1of 14

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 2 (Desember 2017): 245-258

Website: journal.uinsgd.ac.id/index.php/jw
ISSN 2502-3489 (online) ISSN 2527-3213 (print)

KONTROVERSI HADIS SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM

Wahyudin Darmalaksana
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. AH. Nasution No. 105 Cibiru, Bandung, Jawa Barat, Indonesia
E-mail: yudi_darma@uinsgd.ac.id

Lamlam Pahala
STAI Siliwangi Garut
Jl. Raya Tutugan No. 117, Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Indonesia
E-mail: lamlampahala@yahoo.com

Endang Soetari
Universitas Garut
Jl. Raya Samarang, No. 52 A, Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Indonesia
E-mail: endangsad@gmail.com
_________________________

Abstract :
The position of hadith as the source of Islamic law has brought about a problematic long debate between the denial
and the defender of hadith. The problemes surrounding the hadith's position concerns the hadith in the ah{ad category
which is contrasted with the mutawa>tir category. This study aims to analyze the position of hadith as a source of
Islamic law. This research uses qualitative research method through literature study by using a content analysis
methode to obtain a conclusion. The discussion of this study presents the arguments surrounding hadith as the
source of Islamic law among its denials and defenders. The denial of the hadith takes the ijtiha>d rather than
positioning the ah{ad hadith as the source of Islamic law. Thus, the defenders of hadith from the experts of hadith
still insist on asserting hadith as the source of Islamic law even though it is a category of ah{ad by developing a
systematic methode of hadith research. This study concludes that the problemes surrounding the position of hadith
as a source of Islamic law have given rise to positive dynamics for the development of the methodology of hadith
research.
Keywords:
Dira>yah; hadith; riwa>yah; sunah; tashri>’

________________________

Abstrak
Posisi hadis sebagai sumber hukum Islam telah menimbulkan perdebatan panjang yang problematis antara
pengingkar dan pembelanya. Problematika seputar posisi hadis tersebut menyangkut hadis dalam kategori ah{ad
versus mutawa>tir. Penelitian ini bertujuan melakukan analisis terhadap posisi hadis sebagai sumber hukum Islam.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif melalui studi literatur dengan menggunakan metode analisis
isi untuk memperoleh sebuah kesimpulan. Pembahasan penelitian ini memaparkan argumentasi seputar hadis
sebagai sumber hukum Islam di antara pengingkar dan pembelanya. Kalangan pengingkar hadis lebih mengambil
ijtiha>d ketimbang memosisikan hadis ah{ad sebagai sumber hukum Islam. Sedangkan kalangan pembela hadis tetap
meneguhkan hadis sebagai sumber hukum Islam meskipun hadis tersebut merupakan hadis ah{ad dengan
mengembangkan metode penelitian hadis yang sistematis. Penelitian ini menyimpulkan bahwa problematika seputar
posisi hadis sebagai sumber hukum Islam telah melahirkan dinamika positif bagi pengembangan metodologi
penelitian hadis.

Kata Kunci:
Dira>yah; hadis; riwa>yah; sunah; tashri>’
__________________________

DOI: 10.15575/jw.v2i2.1770
Received: Nopember 2017; Accepted: December 2017; Published: December 2017
Wahyudin Darmalaksana Kontroversi Hadis sebagai Sumber Hukum Islam

A. PENDAHULUAN tai Allah SWT., maka jembatannya ia harus


Jika kita membaca Alquran secara cerdas, bersikap hormat terhadap hadis (sunah) Nabi
banyak sekali ayat yang memerintahkan kaum Muhammad SAW.2 Dengan demikian, bagi
muslimin agar senantiasa mematuhi Allah dan mereka yang hidup dan tidak sempat berjumpa
Rasul-Nya. Boleh dikatakan bahwa kepatuhan dengan Rasulullah., janganlah berkecil hati,
kepada Allah tidak akan tercapai secara tepat sebab masih punya kesempatan terbuka untuk
dengan mengabaikan isyarat dari hadis Nabi membuktikan kepatuhannya kepada Rasu-
Muhammad SAW. Dengan perkataan lain, lullah. Mentaati Rasulullah. sepeninggal be-
orang yang menyatakan beriman dan mematu- liau adalah dengan cara mematuhi perintah
hi Nabi Muhammad SAW. dapat dipastikan yang terdapat dalam hadis, yaitu: berita yang
dia akan beriman dan taqwa kepada Allah datang dari Nabi Muhammad SAW. yang diri-
SWT. Namun sebaliknya, jika orang tersebut wayatkan dengan benar, dapat dibuktikan
menyatakan beriman dan patuh kepada Allah secara akademik (‘ulu>m al-h}adi>s) dan dapat
belum menjadi jaminan bahwa ia beriman dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
taat kepada Nabi Muhammad SAW. Pema- Dewasa ini, kerap timbul wacana Islam
haman ini hasil elaborasi dari firman Allah autentik yang ditandai oleh geliat mewacana-
SWT., yaitu: "Barang siapa yang taat kepada kan Islam murni. Bagi pengusung gagasan ini,
Rasul berarti ia telah taat kepada Allah" (An- dipahami Islam masa kini sudah sangat jauh
Nisa : 80). melenceng dari ajaran autentiknya.3 Satu-
Berpijak pada pemikiran diatas, keberadaan satunya cara agar menjadi autentik adalah
kaum muslimin yang mematuhi Rasulullah dengan kembali kepada sumbernya yang
merupakan subjek yang sangat penting. Kepa- pertama dan utama, yakni Alquran dan hadis.4
tuhan ini sebagai salah satu asas dan fondasi Sudah banyak pula kajian dan pemikiran
dalam merefleksikan keimanan dan keberis- tentang hadis, baik pandangan ulama Arab
laman secara tepat. Kepatuhan terhadap Rasu- maupun ulama Indonesia.5 Bahwa hadis
lullah. mutlak adanya sepanjang hayat masih dipahami telah menampung segala aspek
dikandung badan, abadi sepanjang zaman, pemecahan kehidupan umat muslim dari mulai
absolut. Mentaati Rasulullah tidaklah bersifat masalah ibadah hingga sosial-kemasyarakatan.
temporal, tidak hanya sebatas waktu beliau Berbicara tentang hadis Nabi sesungguhnya
hidup, dan tidak pula hanya bagi mereka (para adalah berbicara tentang sejarah (sirah)
sahabat) yang hidup berkumpul dan bergumul kehidupan Nabi.6 Sehingga diperlukan penelu-
langsung dengan Rasulullah. Akan tetapi,
kepatuhan tulus kepada Rasulullah. berlaku
lepas terhadap semua umat yang belum pernah
dan tidak akan pernah bertemu dengan 2
Abu> ‘Abdullah Muh}ammad bin Ah}mad al-Ans}ari>
Rasulullah. di dunia ini. Al-Qurt}ubi>, Al-Ja>mi’u li al-Ah}ka>mi al-Qur’a>n, vol. II
Jika memang umat benar-benar mencintai (Beirut: Da>r al-Fikr, 2003)., 47-48.
Allah SWT., ikutilah aku, niscaya Allah SWT. 3
Maizuddin M. Nur, “Tipologi Pemikiran Tentang
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu Kewenangan Sunah Di Era Modern,” Jurnal Substantia
(QS. Ali-Imran: 31). Mentaati dan mengikuti 14, no. 2 (2012): 146–61.
4
Aceng Abdul Kodir, “Sejarah Bid‟ah: Ashhab Al-
perintah dan seruan Allah dan rasul-Nya Hadith Dan Dominasi Wacana Islam Autentik Pada
merupakan bukti konkret akan kecintaan umat Tiga Abad Pertama Hijriyah,” Wawasan: Jurnal Ilmiah
pada keduanya.1 Mentaati Rasulullah pada Agama dan Sosial Budaya 1, no. 2 (2016): 211–26,
hakikatnya mengikuti ajarannya dan mentela- doi:https://doi.org/10.15575/jw.v1i2.608.
5
dani seluruh perbuatan serta ucapannya Afriadi Putra, “Pemikiran Hadis KH. M. Hasyim
Asy‟ari dan Kontribusinya terhadap Kajian Hadis di
(sunah). Siapa orang yang bermaksud mencin- Indonesia,” Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial
Budaya 1, no. 1 (2016): 46–55, doi:https://doi.org/
10.15575/jw.v1i1.577.
1 6
Endang Soetari, Ikhtisar Ilmu Hadis (Bandung: Neng Hannah, “Seksualitas dalam Alquran, Hadis
Amal Bakti Press, 2004), 100-125. dan Fikih: Mengimbangi Wacana Patriarki,” Wawasan:

246 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 2 (Desember 2017): 245-258
Wahyudin Darmalaksana Kontroversi Hadis sebagai Sumber Hukum Islam

suran sejarah periwayatan hadis untuk mene- Penelitian ini bertujuan melakukan analisis
mukan tauladan Rasulullah. Perbincangan terhadap posisi hadis sebagai sumber hukum
seputar hadis atau sunah dalam memosisikan Islam (tashri>’). Adapun metode yang diguna-
hadis sebagai sumber hukum Islam terbentang kan adalah penelitian pustaka, yaitu pencarian
mulai dari pandangan ulama klasik sampai data yang bersumber dari literatur. Dalam hal
pemikiran sarjana kontemporer.7 ini, sejumah literatur diklasifikasikan
Menurut ilmu hadis, adalah dikatakan berdasarkan pokok bahasan untuk dilakukan
hadis, sunah, dan khabar, jika segala hal ihwal indentifikasi dan analisis dengan menggu-
(perkataan, perilaku, dan keputusan) dinyata- nakan logika, baik deduktif maupun induktif.
kan benar sebagai diriwayatkan dari Nabi Mu- Penelitian ini menyimpulkan bahwa proble-
hammad SAW. Sebab itu, kaum muslimin matika seputar posisi hadis sebagai sumber
memiliki kewajiban mengamalkan hadis seba- hukum Islam kedua setelah Alquran dipahami
gaimana kewajiban mengamalkan Alquran. sebagai dinamika perdebatan pemikiran
Tentu yang dimaksud dengan mengimplemen- sarjana muslim yang telah mendatangkan
tasikan hadis adalah hadis yang sahih, sehat iklim positif bagi pengembangan metodologi
dari sisi matan maupun sanad (rangkaian penelitian hadis. Adapun sisi positif yang
rawi), serta diriwayatkan secara mutawa>tir sangat terasa dari dinamika tersebut adalah
dalam arti terus berlangsung dalam pengama- semakin ajegnya posisi hadis sebagai tashri>’
lan muslim dari generasi ke generasi sejak di karena dengan problematika perdebatan itulah
masa Rasulullah hingga di masa sekarang. pondasi dan bangunan argumentasi hadis
Namun demikian, sejarah periwayatan sebagai sumber hukum Islam semakin tak
hadis telah ternodai oleh berbagai peristiwa terbantahkan.
kelam terutama timbilnya pemalsuan hadis
yang dilakukan oleh suatu kelompok untuk B. HASIL DAN PEMBAHASAN
kepentingan tertentu. Sehingga kenyataan ini 1. Ruang Lingkup Tashri>’.
telah mengakibatkan tercampurnya hadis Sebelum mendiskusikan eksistensi hadis
antara yang murni dan yang palsu. Atas dasar sebagai tashri>’, sangat dipandang perlu untuk
kenyataan itu, timbul kelompok pengingkar menjelaskan terlebih dahulu pengertian dan
hadis yang menolak posisi hadis sebagai batasan tashri>’. Secara pendekatan bahasa,
sumber hukum Islam meskipun para ulama tashri>’ diambil dari kata dasar shir'ah atau
hadis telah berusaha mengembangkan metodo- shari>'ah yang arti asalnya adalah mashra'atu
logi penelitian hadis untuk mengklasifikasikan al-ma>’ ya'ni mauridu al-ma>’, artinya sumber
hadis sahih dan hadis dhaif dalam kategori air atau mata air.8 Rasionalisasinya, adanya
hadis aha>d. Kalangan pengingkar hadis lebih sumber air mengharuskan orang membentuk
mengambil ijtihad daripada menempatkan jalan dan rute untuk mengambil air tersebut.
hadis aha>d sebagai sumber hukum Islam. Penalaran ini memastikan pergeseran makna
Problematika seputar posisi hadis sebagai dari yang tadinya "sumber air" bermetamor-
sumber hukum Islam di antara pembela dan fosis makna menjadi "jalan menuju sumber
pengingkarnya menjadi subjek yang menarik air". Penggunaan kata "jalan" dalam bahasa
untuk dilakukan pembahasan secara menda- Arab dapat berarti manhaj atau t}ari>qah.
lam. Sebagaimana keberadaan rute yang dijadikan
panduan jalan untuk bisa sampai pada tujuan
“sumber air”, maka keberadaan manhaj seperti
halnya suatu ajaran atau tuntunan petunjuk
Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, no. 1
(2017): 45–60, 52. doi:https://doi.org/10.15575/jw.v2i1.
kehidupan. Maka agama disebut juga "shir'ah"
795.
7
Nur Mahmudah, “Sunah Dalam Nalar Islam
Kontemporer Nasr Hamid Abu Zayd,” ISLAMICA:
8
Jurnal Studi Keislaman 6, no. 2 (2012): 285–99, Muh}ammad bin Mukrim bin Mand}ur Al-Afriqi>,
doi:https://doi.org/10.15642/islamica.2012.6.2.285-299. Lisa>n al-‘Ara>b, vol. VII (Beirut: Da>r al-S}adr, t.t.), 175.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 2 (Desember 2017): 245-258 247
Wahyudin Darmalaksana Kontroversi Hadis sebagai Sumber Hukum Islam

dan "shari>'ah" karena ia ajaran atau tuntunan keluarganya seperti khitbah, perkawinan,
seperti halnya jalan yang harus ditempuh talak, z}ihar, hak dan kewajiban suami-istri,
manusia menuju kebenaran Tuhan dan menuju had}anah (pengasuhan anak), waris, dan
kemakmuran hidupnya (QS. Al-Maidah: 48). nafkah.12
Sebagaimana rute yang ditempuh untuk menu- b. Hukum al-Ma>diyah (kebendaan), yaitu
ju mata air, jalan agama Islam itu tiada lain hukum syariat yang mengatur muamalah
adalah jalan ajaran yang terkandung di manusia dengan sesamanya yang berkaitan
dalamnya, terbentuk dari dua sumber yaitu dengan perikatan dan transaksi-transaksi
Kitabullah (Alquran) dan Sunah Rasulullah jual beli, pinjam-meminjam, sewa-menye-
(hadis yang sahih).9 Maka apa yang digariskan wa, gadai, h}iwalah, mud}arabah, dan perjan-
keduanya melahirkan hukum, syariat. Proses jian-perjanjian kerjasama.
pembentukan jalan disebut tashri>’. Maka ter- c. Hukum al-Jina>’iyyah (pidana), yaitu
minologi tashri>’ dalam konteks ini bermakna hukum syariat yang mengatur sanksi fisik
"proses pembentukan syariat". atas pelanggaran dan kejahatan terhadap
Syariat Islam mempunyai keunikan jiwa, harta, dan kehormatan manusia.
dibandingkan dengan agama yang lain. Dari Seperti hukuman pembunuhan, pencurian,
segi wilayah kekuasaan ajarannya, Islam peminum khamar, pezina, dan penuduh
bukan saja agama yang mengurusi masalah zina (qis}as, h}ad, dan ta’zi>r).13
ru>hiyah (spiritual) saja, namun juga meliputi d. Hukum al-Bayyina>t (pembuktian), yaitu
masalah siya>sah (politik).10 Terkait aspek hukum syariat yang mengatur tatacara
akidah (keyakinan), Islam memetakan bagai- pembuktian, penyelidikan, penyidikan, tun-
mana keimanan kepada Allah, malaikat- tutan, peradilan, pengajuan gugatan, pene-
malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab- tapan dan pelaksanaan vonis hukuman.14
Nya, hari kiamat, serta qad}a dan qadar baik e. Hukum al-Dustu>riyah, yaitu hukum syariat
buruknya berasal dari Allah SWT. Begitu pula yang mengatur tentang kekuasaan, baiat,
meyakini adanya surga, neraka, pahala, dosa, imamah, perwakilan, wizarah (kemente-
siksa dan kenikmatan. Terkait pengabdian rian), rakyat dan hak-hak warga negara.
hamba-Nya (ibadah), Islam memberikan pan- f. Hukum al-Duwa>liyah, yaitu hukum syariat
duan dalam hal salat, puasa, zakat, zikir, doa, yang mengatur tentang internasionalisme,
nazar, haji, maupun jihad.11 Dalam dimensi interaksi antar bangsa, hukum perang dan
moral (akhlaq), mencakup hukum-hukum damai, harta rampasan perang, perjanjian
privacy seperti cara berpakain, makan, budi tebusan, kedutaan, diplomatik, dan lain-
pekerti dan kesucian nurani. Sedangkan dalam lain.15
aspek sosial kemasyarakatan (muamalah) g. Hukum al-Iqtis}a>diyah, yaitu hukum syariat
mencakup interaksi manusia dengan sesama- yang mengatur pengelolaan dan pengem-
nya. Hukum syariat dalam muamalah menca- bangan harta kekayaan individu, negara dan
kup beberapa aspek: masyarakat.
a. Hukum al-Ah}wa>l al-Shah}shiyah, yaitu Semua hukum syariat di atas bersumber
hukum syariat yang mengatur muamalah dari atlas Alquran maupun beberapa riwayat
manusia dalam lingkup rumahtangga dan

12
Sayid Sa>biq, Fiqhu al-Sunnah, vol. III (Beirut:
Da>r al-Fikr, 1992).
9
Kamarudin Amin, Metode Kritik Hadis (Jakarta: 13
Abd al-Qadi>r Audah, Al-Tashri>’ al-Jina>i al-
Hikmah, 2009), 1; Maman Abdurrahman dan Elan Isla>mi: Muqa>ranan bi al-Qanu>ni al-Wad}i, vol. I (Beirut:
Sumarna, Ilmu Jarh wa Ta’dil; Metode Kritik Hadis Al-Risa>lah, 1998).
14
(Bandung: Nashiru Sunah Press, 2010), 1. Ahmad Ad-Daur, Hukum Pembuktian dalam
10
Said Hawwa, Al-Islam, terj. Abdul Hayyie al- Islam, terj. Syamsudin Ramadhan (Bogor: Pustaka
Kattani Al-Islam (Jakarta: GIP, 2004). Thariqul Izzah, 2002).
11 15
Hafidz Abdurrahman, Islam Politik dan Spiritual Acep Djazuli, Fiqh Siyasah (Bandung: Sunan
(Singapore: Lisan Ul-Haq, 1998), 17. Gunung Djati Pres, 2003), 204-275.

248 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 2 (Desember 2017): 245-258
Wahyudin Darmalaksana Kontroversi Hadis sebagai Sumber Hukum Islam

hadis. Dengan demikian, eksistensi hadis Wahai orang-orang beriman, taatlah kamu
sebagai tashri>’ merupakan suatu yang inhern, kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan
melekat dalam khazanah hukum Islam. Daya pemimpin di antara kalian. Jika kalian ber-
jangkau maupun cakupannya setara dengan selisih faham dalam sesuatu maka kembali-
Alquran. kanlah kepada Allah dna Rasul-Nya jika
kalian beriman kepada Allah dan hari
2. Argumentasi Eksistensi Hadis akhirat. Yang demikian itu lebih baik dan
Keberadaan hadis sebagai tashri>’, dapatlah sebaik-baik akibatnya. (An-Nisa‟: 59).
ditelusuri melalui h}ujjah Alquran, argumen- Maka demi Tuhanmu, tidaklah mereka ber-
tasi hadis itu sendiri, maupun ijmak sahabat iman sehingga meminta keputusan hukum
yang telah berkembang dalam sejarah pertum- kepadamu tentang apa-apa yang mereka
buhan hadis. Segi tiga argumentasi ini sangat perselisihkan di antara mereka kemudian
perlu dimunculkan sebagai basis h}ujjah mereka tidak merasa keberatan atas apa
terhadap mereka yang mengingkari kebera- yang kamu putuskan dan mereka tunduk
daan hadis.16 Kenapa harus mengambil dari setunduk-tunduknya. (An-Nisa‟: 65).
Alquran, hadis, maupun ijmak. Alasannya, Ayat ini diturunkan berkaitan dengan seng-
Alquran sebagai basis hukum pertama dalam keta sebidang tanah antara Banu Umayyah dan
runtutan hukum Islam, merupakan pijakan al-Zubayr yang berselisih mengenai sungai
pertama yang harus dilihat secara jernih. kecil (sharj) di Harra. Dari perselisihan ini
Bahwa apakah dalam ribuan ayat termaktub Nabi Muhammad SAW. Melerai dan mem-
beberapa kalimat yang melegimitasi kebera- berikan keputusan bahwa sharj itu milik al-
daan hadis, atau malah terdapat beberapa ayat Zubayr. Banu Umayyah merasa keberatan dan
Alquran yang menolak keberadaan hadis. Dari tidak menerima akan keputusan Nabi Mu-
hasil penelusuran, terdapat puluhan ayat hammad SAW. ini. Dalam peristiwa inilah
Alquran yang mengisyaratkan secara jelas dan surat an-Nisa ayat 65 diturunkan.17 Dengan
tegas akan eksistensi hadis sebagai tashri>’. makna lain, sikap Banu Umayyah yang tidak
Demikian juga kenapa harus mengambil dari menerima akan keputusan Nabi Muhammad
hadis. Bukankah hal itu pendekatan yang SAW., dikoreksi kritis oleh Alquran tersebut.
kurang objektif. Dengan pertimbangan keab- Dengan demikian, keputusan Nabi Mu-
sahan hadis melalui hadis, pengakuan dari hammad SAW. diakui keberadaannya oleh
dalam relatif kurang relevan. Penjelasannya, Alquran.
untuk mencari apakah legitimasi hadis Dan bila mereka diseru kepada Allah SWT.
bertolak belakang dengan hadis itu sendiri dan Rasul-Nya, agar Rasul mengha-
atau tidak. Demikian halnya dengan ijmak, kiminya, tiba-tiba sebagian mereka meno-
mengungkapkan sejauh mana para sahabat lak (datang). Tapi jika kebenaran yang me-
berkomitmen terhadap hadis sebagai pemutus reka sangka ada di pihaknya, mereka
persoalan yang terjadi sepeninggalan datang kepadanya dengan patuh. (QS. An-
Rasulullah. Nur: 48)
Jika dibuka lembaran demi lembaran Melalui ayat ini Allah SWT. menyeru
mushaf Alquran, terdapat beberapa ayat yang kepada manusia agar menerima Rasulullah.
menginformasikan, menjelaskan, dan sebagai hakim (pemutus) bagi mereka. Sebab,
mengukuhkan keberadaan hadis sebagai dalil pada hakikatnya, apa yang diputuskan oleh
tashri>’, di antaranya: Rasulullah. adalah seruan kepada hukum
Allah SWT. pula.18

16
Muhammad Nor Ichwan, “Argumentasi Sunah:
Pendekatan Normatif dan Historis Dalam Memahami
17
Kedudukan Sunah Sebagai Sumber Hukum Islam,” Muhamad bin Idris Al-Shafi‟i, Ar-Risalah, terj.
Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam dan Sosial 6, Ahmadie Thaha (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1992), 93.
18
no. 2 (2004): 204–28. Al-Shafi‟i, Ar-Risalah, 94.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 2 (Desember 2017): 245-258 249
Wahyudin Darmalaksana Kontroversi Hadis sebagai Sumber Hukum Islam

Tidaklah dibenarkan bagi orang Mukmin muncul mereka mengacu kepada ayat Alqu-
laki-laki dan Mukmin perempuan, apabila ran, jika mereka tidak mendapatinya langsung
Allah SWT. dan Rasul-Nya telah menetap- dari Alquran mereka merujuk kepada sunah
kan suatu keputusan, bahwa mereka akan Nabi Muhammad SAW., jika mereka tidak
mengambil pilihan (lain) dalam soal mendapatinya pada sunah Nabi Muhammad
mereka itu.(QS. Al-Ahzab: 36).19 SAW. mereka bermusyawarah mencari kepu-
Kehujahan hadis sebagai sumber hukum tusan. Sebagai misal, ketika Abu Bakar keda-
syariat datang dari hadis itu sendiri. Pada tangan seorang nenek yang menanyakan ten-
beberapa hadis diriwayatkan bahwa beliau tang bagian waris. Lantas Abu Bakar mengata-
bersabda : kan bahwa kasus itu belum ditemukan dalam
Dari Ibnu Abbas, bahwasannya Rasulullah Alquran dan belum tahu apakah Rasulullah.
berkhutbah dihadapan manusia pada haji pernah mengatakannya. Kemudian beliau
wada', "Wahai manusia, sesungguhnya aku menanyakan kepada para sahabat. Mughirah
telah meninggalkan di tengah-tengah kalian mengatakan bahwa Rasulullah. bersabda:
yang jika kalian berpegang teguh kepada- “bagian nenek sepertiga”. Abu Bakar mena-
nya niscaya tidak akan tersesat selamanya; nyakan, “apakah ada saksi atas riwayatmu
yaitu Kitab Allah dan Sunah Nabi-Nya”. itu.” Muhamad bin Maslamah tampil sebagai
Dari Al Miqdam bin Ma'diyakrib al Kindy, saksi. Maka Abu Bakar pun melaksanakan
Rasulullah bersabda, "Ingatlah, sesungguh- hukum waris tersebut.20
nya aku diberi al-Kitab dan yang semisal Contoh kedua, ketika Abu Musa mengu-
dengannya! Ingatlah, hampir datang masa capkan salam ke rumah Umar bin Khattab
ada seseorang yang dengan perut kenyang sampai tiga kali dan tidak ada jawaban, maka
bersandar di sofanya seraya berkata; Abu Musa pun pergi. Lantas Umar memerin-
Cukuplah bagi kalian Alquran. Apa yang tahkan untuk mengejarnya dan menanyakan
kalian dapatkan padanya sesuatu yang halal kenapa kembali pulang. Abu Musa pun menja-
maka halalkanlah dan apa yang kalian da- wab bahwa Rasulullah. telah bersabda: “Apa-
patkan padanya sesuatu yang haram maka bila seseorang diantara kalian mengucapkan
haramkanlah!…" salam sampai tiga kali dan tidak mendapatkan
Dua hadis di atas mewakili sejumlah hadis jawaban, hendaklah pulang kembali.” Umar
yang semakna dengannya. Inti kandungan dari pun meminta saksi untuk memperkuat riwa-
hadis-hadis di atas menegaskan bahwa Alqu- yatnya itu. Abu Musa pun menghadirkan saksi
ran tidak terlepas dari hadis dan bahwa hadis terhadap Umar.21
itu bagian dari wahyu yang diberikan Allah Dengan demikian, nyatalah segi tiga argu-
SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. dengan mentasi ini memperkokoh akan keberadaan
cara yang berbeda. Dengan demikian, eksis- hadis baik dari sisi yuridis (Alquran dan hadis)
tensi hadis diakui sendiri oleh hadis itu maupun sosiologis-historis (kehidupan para
sendiri, tidak terdapat pertentangan di dalam sahabat).
dirinya (contradiction in terminis).
Kehujahan hadis dari ijmak dapat diketahui
dari kesepakatan para sahabat Nabi Mu- 3. Posisi Hadis Terhadap Alquran
hammad SAW. untuk menjadikan hadis Alquran diturunkan sebagai petunjuk dan
sebagai rujukan dalam menetapkan segala kabar gembira bagi orang-orang yang ber-
perkara. Sebagaimana diuraikan oleh Mustafa
Al-Siba‟i, bahwa para sahabat sepeninggal
Nabi Muhammad SAW., apabila menetapkan 20
Mustafa> Al-Siba’i>, Al-Sunnah wa Maka>natuha fi>
suatu keputusan atas suatu perkara yang Tashri>’ al-Isla>mi> (Bandung: CV. Diponegoro,
1979).103-104.
21
Umar Sulaiman Al-Asyqar, Fiqih Islam, terj. Dedi
19
Ayat-ayat yang senada dengannya: QS. An-Nisa: Junaedi dan Ahmad Nurrahman (Jakarta: Akademika
69, 80; Al-Hasyr: 7; An-Nur: 51; al-Anfal: 20. Pressindo, 2010), 88-89.

250 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 2 (Desember 2017): 245-258
Wahyudin Darmalaksana Kontroversi Hadis sebagai Sumber Hukum Islam

iman. Untuk mengaplikasikan Alquran seba- ngan hadis terhadap Alquran terkadang
gai petunjuk hidup, Allah SWT. menjadikan merupakan interpretasi atas ayat-ayat yang
Rasul-Nya sebagai contoh ideal dan suri belum jelas, atau sebagai penegasan dan pe-
tauladan bagi orang-orang yang beriman.22 nguatan terhadap apa yang sudah jelas dalam
Banyak hukum-hukum yang terkandung Alquran, dan terkadang sebagai tambahan
dalam Alquran hanya dapat diketahui dan hukum terhadap apa yang tidak disebutkan
dipahami pengertiannya secara rinci dan detail secara eksplisit dalam Alquran.
sekaligus penerapannya secara tepat hanya Imam al-Shafi'i> mengklasifikasikan hadis
ketika telah dipraktikan oleh Nabi Muhammad atau sunah Nabi Muhammad SAW. dalam
SAW. Karena keumuman ayat-ayat Alquran kaitannya dengan Alquran kepada tiga
berisi pokok-pokok ajaran Islam yang katagori. Pertama, sunah yang berisi penega-
membutuhkan penjabaran serta rincian dari san dan penguatan atas hukum-hukum yang
Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana dinya- sudah jelas dalam Alquran. Kedua, sunah yang
takan oleh Alquran itu sendiri: berisi penjelasan atau rincian terhadap ayat-
Dan Kami turunkan kepadamu al-Dhikru ayat Alquran yang bersifat umum atau
(Alquran) agar kamu menjelaskan kepada mujma>l. Ketiga, sunah yang berisi hukum
manusia apa-apa yang yang telah diturun- yang berdiri sendiri tanpa ada rujukannya
kan kepada mereka agar mereka berfikir. dalam Alquran baik yang secara eksplisit
(QS. An-Nahl: 44). maupun implisit.24 Dua yang disebut pertama,
Merujuk kepada ayat ini, dapat diambil kata Imam al-Sha>fi'i adalah kaidah yang
penalaran bahwa tugas Rasulullah. terhadap disepakati oleh semua ulama Islam. Sedang
Alquran adalah menjelaskan kandungan mak- satu yang disebut terakhir diperselisihkan oleh
nanya dan mengaplikasikannya di tengah kehi- para ulama.
dupan manusia. Sebab kadang di dalam Perselisihan pandangan para ulama tentang
Alquran terdapat ayat yang masih mujma>l sunah yang mempunyai kedudukan hukum
(global) yang perlu perincian lebih lanjut. berdiri sendiri (h}ukman mustaqilan) bukan
Dalam konteks ini sunah hadir untuk menje- perselisihan mengenai keberadaannya, tetapi
laskan dengan rinci kemujmalan ayat terse- mengenai kepatutan disebut sebagai hukum
but.23 yang berdiri sendiri. Sebagian ulama berpen-
Posisi dan penjelasan Nabi Muhammad dapat bahwa bukanlah suatu yang mustahil
SAW. terhadap Alquran disebut sebagai kalau Nabi Muhammad SAW. membuat
baya>n. Baya>n Nabi Muhammad SAW. hukum tersendiri yang tidak ada dasarnya
terhadap Alquran terkadang dengan perbuatan, dalam ayat Alquran, karena beliau sebagai
boleh jadi dengan penjabaran lisan atau bisa pribadi pilihan Allah SWT. yang diberi hak
jadi juga dengan persetujuan beliau terhadap istimewa untuk menetapkan hukum atas dasar
perbuatan para sahabatnya. Semua perbuatan, ijtihad beliau dan mendapat izin Allah SWT.
perkataan dan persetujuan Nabi Muhammad Karena Allah SWT. perintahkan kaum muk-
SAW. diistilahkan dengan sunah atau hadis. min untuk mentaati beliau secara mutlaq
Karena itu kedudukan sunah atau hadis dalam urusan agama. Umpamanya penghara-
terhadap Alquran pada intinya adalah penje- man Nabi Muhammad SAW. atas sesuatu
lasan atau baya>n. Secara substansial, kandu- yang tidak diharamkan Alquran seperti
pengharaman memadu bibi dengan kepona-
kannya, pengharaman makan daging keledai
22
jinak, dan sebagainya. Sebagian ulama
Amir Hamzah Nasution, Achyar Zein, dan berpendapat bahwa apapun yang diputuskan
Ardiansyah, “Kontribusi Pemikiran Yusuf Al-Qaradawi
dalam Kitab Kaifa Nata‟amal Ma‟a As-Sunah dan ditetapkan Nabi Muhammad SAW. baik
Nabawiyah,” At-Tahdis: Journal of Hadith Studies 1,
no. 1 (2017): 141–57.
23
Abu> Ish}aq Al-S}at}ibi>, Al-Muwafaqa>t fi> Us}u>l al-
Shari>’ah (Beirut: Da>r al-Kutu>b ‘Ilmiyah, 2009)., 829. 24
Al-Shafi’i>, Ar-Risalah, 100.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 2 (Desember 2017): 245-258 251
Wahyudin Darmalaksana Kontroversi Hadis sebagai Sumber Hukum Islam

dengan perkataan, perbuatan ataupun persetu- Maka Nabi Muhammad SAW. mengikuti
juan beliau, pasti merujuk kepada hukum yang pendapatnya. Keempat, terkait penjelasan
terdapat dalam Alquran baik yang bersifat agama, ilmu, maupun arahan, maka hadis
eksplisit maupun implisit, sebab tidak mung- tersebut berdimensi tashri>’ yang harus diikuti.
kin Nabi Muhammad SAW. menetapkan suatu Seperti hadis tuntutan untuk mengikuti Nabi
hukum yang melampaui kewenangannya Muhammad SAW. dalam salat maupun haji.
sebagai penyampai, pembaca dan penjelas Demikian juga, penjelasan hadis mengenai
Alquran. Jadi semua yang diajarkan dan batasan potong tangan bagi pencuri, merupa-
ditetapkan Nabi Muhammad SAW. dapat kan hadis yang berkonsekuensi tashri>’ dan
dipastikan merupakan interpretasinya terhadap wajib diimplementasikan.
Alquran. Penjelasan Imam Al-Sha>tibi> maupun
Pembicaraan mengenai eksistensi hadis Audah dalam menguraikan posisi hadis terha-
sebagai tashri>’ haruslah dilihat sisi isi pem- dap Alquran dapatlah dijelaskan sebagai
bicaraan hadis tersebut. Sebab dalam berikut :26
pandangan Abdul Qadir Audah, tidak semua a. Baya>n Tafs}i>l, hadis yang kandungannya
hadis mempunyai konsekuensi tashri>’ . Akan memerinci ayat-ayat yang masih global.
tetapi, tergantung kandungan hadis tersebut Seperti ketika Alquran mengkalamkan
berbicara mengenai apa dan bagaimana.
tentang salat, haji, maupun zakat, maka
Audah memetakan empat hal yang harus
diperhatikan dalam memahami hadis dalam hadis menguraikan secara rinci bagaimana
dimensi tashri>’.25 Pertama, pada aspek basha- tehnis salat, haji, maupun rincian zakat.
riyah (kemanusiaan) tergambarkan bagaimana b. Baya>n Takhs}i>s}, hadis yang kandungannya
Nabi Muhammad SAW. duduk, berdiri, ma- membatasi ayat-ayat yang umum. Semisal
kan, minum, dan lain-lain. Dalam hal ini Alquran mengharamkan bangkai, sementa-
perbuatan Nabi Muhammad SAW. tersebut ra hadis membatasi bahwa bangkai yang
bukanlah terkait risalah dan nubuwwah akan
diharamkan itu bangkai selain di laut.
tetapi bashariyah. Kedua, terkait khas}asiyah
(kekhususan) Nabi Muhammad SAW. yang c. Baya>n Ta'yi>n/ ta’ki>d, hadis yang menguat-
tidak berlaku bagi umatnya. Semisal memiliki kan maksud dari dua atau beberapa perkara
isteri lebih dari empat, memasuki Mekah tanpa yang dimaksud oleh ayat Alquran. Seperti
ihram, maupun puasa wis}a>l. Semua ini Alquran mengkalamkan tentang waris,
tidaklah mendeskripsikan tashri>’ yang harus hadis menegaskan bahwa orang yang mem-
diikuti oleh seluruh umat Islam, namun semua bunuh tidak berhak menerima waris. Al-
hal itu merupakan kekhususan yang dimiliki
quran memfirmankan mengenai hukum
Rasulullah.
Ketiga, terkait dunya>wiyah (keduniaan) potong tangan bagi pencuri, sementara ha-
seperti berdagang, bertani, maupun industri, dis menguatkan batasan harta yang dicuri,
bukanlah tashri>’‟ yang harus diikuti. Seperti yakni ¼ dinar.
peristiwa perkawinan buah kurma yang d. Baya>n Tashri>’, hadis yang menetapkan
berujung gagal panen, ketika sahabat me- suatu hukum pada perkara yang didiamkan
nyampaikan kepada Nabi Muhammad SAW., oleh Alquran. Semisal mengharamkan per-
dijawabnya “antum a’la>mu bi> umu>ri dunya>-
nikahan dengan bibi.
kum.” Demikian juga dengan penempatan
tentara pada perang Badar, cara penempatan
itu dikoreksi oleh sahabat Habib bin Mundzir.
26
Al-S}at}ibi>, Al-Muwafaqa>t fi> Us}u>l al-Shari>’ah,
729-735; Audah, Al-Tashri>’ al-Jina>i al-Isla>mi:
Muqa>ranan bi al-Qanu>ni al-Wad}i., 174-175; Moenawar
25
Audah, Al-Tashri>’ al-Jina>i al-Isla>mi: Muqa>ranan Chalil, Kembali Kepada Alquran dan Assunah (Jakarta:
bi al-Qanu>ni al-Wad}i., 177-178. Bulan Bintang, 1999), 244-245.

252 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 2 (Desember 2017): 245-258
Wahyudin Darmalaksana Kontroversi Hadis sebagai Sumber Hukum Islam

e. Baya>n Nasakh, hadis yang menentukan katan diagram tangga, terlihat bahwa hadis
ayat-ayat tertentu telah dihapus oleh ayat merupakan dasar hukum kedua setelah
yang lain yang nampaknya seolah-oleh ber- Alquran.
Apabila Alquran dan hadis dipetakan per-
tentangan.27
bedaan secara detail, dapatlah diuraikan seba-
Penjelasan Al-Shatibi> maupun Audah di gai berikut:
atas walaupun ada perbedaan-perbedaan a. Sudut kepastian datangnya (qat}'iyatu al-
redaksional dan peristilahan dalam memposi- wuru>d), seluruh ayat Alquran bersifat
sikan kandungan hadis terhadap Alquran, pasti, qat}'i>, karena Alquran diriwayatkan
tetapi esensinya sepakat bahwa hadis atau secara mutawa>tir, periwayatan kolektif dari
sunah adalah sumber hukum syariat di satu generasi ke generasi berikutnya
samping Alquran dan bahwa hadis berfungsi dengan jumlah periwayat yang tidak
sebagai baya>n terhadap Alquran yang memungkinkan secara akal dan adat terjadi
sekaligus dapat menetapkan hukum yang kedustaan atau kekeliruan. Sementara hadis
berdiri sendiri. sangat sedikit yang diriwayatkan dengan
cara mutawa>tir dan keumumannya periwa-
4. Tingkatan Hadis dalam Tashri>’ yatan bersifat individual yang disebut
Selain masalah kedudukan hadis sebagai dengan riwayat aha>d. Karena itu hadis
sumber hukum Islam, para ulama juga mem- ditinjau dari segi datang dan keberadaannya
bahas seputar tingkatan hadis dalam syariat. bersifat z}anny, masih menyimpan adanya
Apakah tingkat dan posisi hadis sama dengan kemungkinan kekhilafan. Yang pasti (qat}'i>)
Alquran dalam memberikan landasan hukum harus didahulukan dari pada yang mungkin
ataukah berbeda. Dengan kata lain, apakah (z}anny), Alquran harus dikedepankan dari
posisi hadis dengan Alquran itu bersifat pada hadis.28
sejajar-setara (posisi horizontal) ataukan b. Sebagai konsekuensi dari z}anniyatu al-
bertingkat-bertangga (posisi vertikal). Dengan wuru>d pada hadis-hadis aha>d, maka terjadi
memperhatikan apa yang telah diuraikan di kemungkinan kesalahan dalam periwayatan
atas tentang kehujahan dan kedudukan hadis, hadis, baik disengaja ataupun disebabkan
dan dengan memakai pendekatan diagram faktor manusia (human error). Karena itu
bulatan bola, dapat dikatakan bahwa ditinjau para ulama hadis mengklasifikasikan hadis
dari segi kewajiban taat kepada Rasulullah kepada tingkatan sahih, hasan, dan daif.
SAW. sama dengan kewajiban taat kepada Hanya hadis yang berderajat sahih dan
Allah SWT. maka konsekuensi hukum yang hasan yang boleh dijadikan sandaran
ditetapkan hadis secara global sama dengan hukum.
apa yang ditetapkan oleh Alquran. Artinya c. Dalam pengklasifikasian hadis menjadi
hukum yang ditetapkan oleh hadis secara sahih, hasan, dan daif, tidak seluruh hadis
materil hakikatnya adalah perincian dari yang yang dikatagorikan sahih disepakati kesa-
ditetapkan oleh Alquran, karena itu dari segi hihannya oleh semua ulama hadis, demi-
kewajiban melaksanakannya sama saja dengan kian juga tidak setiap yang dikatagorikan
kewajiban melaksanakan Alquran. Hanya saja daif disepakati oleh semua ulama tentang
ada beberapa aspek dari sudut formilnya, yaitu kedaifannya. Maka suatu yang tidak bisa
aspek prosedur dan metodologi periwayatan dihindari bahwa ada sebagian hadis yang
hadis yang bersifat spesifik yang menyebab- ditolak oleh sebagian kalangan ulama ka-
kan bobot dalil dan status hadis tidak mungkin rena dinilai lemah, dan diterima oleh seba-
dapat disamakan atau disejajarkan dengan gian ulama yang lain karena dinilai sahih.
Alquran. Sedangkan jika kita memakai pende-

28
Al-S}at}ibi>, Al-Muwafaqa>t fi> Us}u>l al-Shari>’ah,
27
Al-Shafi‟i, Ar-Risalah, 103-131. 726.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 2 (Desember 2017): 245-258 253
Wahyudin Darmalaksana Kontroversi Hadis sebagai Sumber Hukum Islam

Kelompok yang menolak suatu hadis berijtihad dengan pendapatku dan tidak
karena dinilainya lemah tidak dapat dihu- melampaui batas!" (HR. Abu Dawud).30
kumkan sebagai orang yang mengingkari
ketaatan pada Rasulullah. Sehingga divonis 5. Argumentasi Para Pengingkar Hadis
sebagai orang murtad. Sebab yang ia tolak Meskipun kehujahan hadis sebagai dasar
bukan materi hadisnya sebagai perkataan tashri>’ yang kedua telah disepakati atau telah
atau perbuatan Rasulullah SAW. yang menjadi ijmak generasi abad pertama Islam,
wajib diikuti, akan tetapi prosedur dan tetapi pada abad kedua (generasi ta>bi’i>n dan
metode penyampaian hadis tersebut yang atba' ta>bi’i>n) mulai muncul kelompok yang
tidak meyakinkan sehingga diragukan menyimpang dari arus utama (mainstream)
kebenarannya dari Rasulullah SAW. kaum muslimin, yaitu mereka yang menolak
d. Pada kenyataannya kewajiban mentaati atau mengingkari hadis (ingkar sunah) sebagai
hadis ditetapkan oleh Alquran. Maka dalil syariat.31Sejak itu, pandangan ingkar
Alquran adalah pokok atau pangkal dari sunah ini terus berlangsung bahkan hingga di
hukum, sedang hadis adalah cabang yang era modern.32 Keberadaan kelompok penging-
ditetapkan oleh Alquran. Sebagaimana ij- kar kehujahan hadis yang paling awal diinfor-
mak ditetapkan oleh perintah Alquran dan masikan oleh Imam Al-Shafi'i> sebagaimana
hadis. Maka suatu yang tidak rasional jika yang dikutip oleh Al-Siba’i>.33 Al-Siba’i> mere-
yang pokok disamakan kedudukannya kam secara jelas isi dan kandungan dialog
dengan yang cabang.29 antara Imam Al-Shafi'i dengan kelompok
e. Tingkatan kehujahan hadis sebagai dasar penolak hadis yang dipaparkan dengan gaya
hukum kedua setelah Alquran juga diisya- dialogis. Akan tetapi, Imam Al-Shafi'i> tidak
ratkan dalam Alquran dan hadis itu sendiri. meyebutkan secara eksplisit kelompok mana
Kemudian dipraktikkan oleh ijmak sahabat. yang menentang kehujahan hadis tersebut.
Alquran mengatakan, "Ta'atlah kamu Cikal bakal kelompok penentang hadis ini
kepada Allah dan taatlah kamu kepada muncul dari kaum Zindik dan kaum ekstrim
Rasul agar kamu dirahmati" (Ali Imran Rafidhah yang memang benci dan memusuhi
[3]: 132). Pada ayat ini diperintahkan taat agama Islam dengan berpura-pura memeluk
pertama-tama kepada Allah SWT. Islam. Sebagaimana dikutip oleh Must}afa Al
kemudian kepada Rasul-Nya. Dalam hadis Siba>'i, menduga bahwa kelompok ini adalah
Nabi Muhammad SAW. dikatakan kepada sebagian sekte dari mutakallimi>n yang bera-
Muadz, "Bagaimana kamu memutuskan liran muktazilah. Karena Imam Al-Shafi'i>
perkara jika dihadapkan keopada suatu mengisyaratkan bahwa kelompok yang berde-
urusan?". Muadz menjawab, "Aku akan bat dengan Al-Shafi'i> ini berasal dari Bashrah
memutuskan dengan Kitabullah!". ketika beliau tinggal di Irak. Sebagaimana
Rasulullah SAW. bertanya lagi, "Jika kamu diketahui bahwa Bashrah adalah pusat dari
tidak menemukan pada Kitabullah?". munculnya aliran kalam dan muktazilah. Sejak
Muadz menjawab, "Aku akan memutuskan di masa klasik inilah, fenomena kelompok
dengan Sunah Rasul-Nya!". Rasulullah
bersabda lagi, "Bagaimana jika kamu tidak
menemukan pada Kitabullah dan Sunah 30
Al-S}at}ibi>, Al-Muwafaqa>t fi> Us}u>l al-Shari>’ah,
Rasulullah?" Muadz menjawab, "Aku akan 729-735; Chalil, Kembali Kepada Alquran dan
Assunah, 236-237.
31
Luqmanul Hakim, “Fenomena Ingkar Sunah
dalam Perkembangan Sejarah,” Innovatio VII, no. 14
(2008): 346–64,
32
Ali Maulida, “Ingkarus Sunah dari Kalangan
Muslim dalam Lintasan Sejarah,” Al-Tadabbur: Jurnal
Ilmu Alquran dan Tafsir 1, no. 1 (2014): 128–48.
29
Audah, Al-Tashri>’ al-Jina>i al-Isla>mi: Muqa>ranan 33
Al-Siba’i>, Al-Sunah wa Maka>natuha fi> Tashri>’ al-
bi al-Qanu>ni al-Wad}i.174. Isla>mi>, 207-221.

254 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 2 (Desember 2017): 245-258
Wahyudin Darmalaksana Kontroversi Hadis sebagai Sumber Hukum Islam

(firqah) ingkar sunah terus berlanjut sampai gengkan kekuasaan politik mereka. Karena
pada era ini,34 termasuk fenomena ini berlang- sesudah Nabi Muhammad SAW. wafat
sung pula di tanah air,35 dan juga di negeri umat Islam terpecah menjadi beberapa
jiran36 yang konon dimotori sejumlah tokoh.37 sekte dan aliran politik.
Secara garis besar, para pengingkar hadis c. Bahwa para periwayat hadis itu tidak dapat
ini ada dua katagori. Pertama, mereka yang dipertanggungjawabkan kejujurannya. Bah-
menentang hadis sebagai hujah secara kese- kan para sahabat sendiri banyak yang
luruhan dan berpendapat sumber hukum sya- berbuat jahat dan dosa sehingga hilang sifat
riat Islam itu semata-mata hanyalah Alquran. keadilan mereka.
Kedua, mereka yang menentang kehujahan d. Penulisan hadis baru terjadi pada masa
sebagian hadis saja, tidak secara keseluruhan. Umar bin Abdul Aziz yang memerintah
Yaitu menolak hadis yang diriwayatkan secara Tahun 99-101 H. Sebelum itu hadis hanya
aha>d dan menerima hadis yang diriwayatkan dongeng dari mulut ke mulut. Bahkan diri-
secara mutawa>tir. Para penentang kategori wayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW.
hadis aha>d inipun ada dua kelompok. Yaitu justru melarang para sahabatnya menulis
mereka yang menolak hadis aha>d dijadikan hadis. Karena itu orisinalitas hadis tidak
hujah dalam urusan ushuludin atau masalah dapat dipertanggungjawabkan.
akidah, dan mereka yang menolak hadis aha>d e. Kandungan dan isi hadis itu sendiri banyak
untuk hujah aqidah maupun urusan ibadah yang bertentangan dan bertolak belakang
yang bersifat cabang (fikih).38 antara yang satu dengan yang lainnya.
Secara garis besar, argumentasi para Sementara kitab-kitab hadis ditulis dengan
pengingkar hadis adalah sebagi berikut: sistematika yang kacau sehingga tidak
a. Mereka berargumen bahwa Alquran telah dapat dijadikan pegangan.
sempurna dan mencakup semua ajaran
Islam, maka tidak perlu lagi kepada yang Para ulama pembela hadis seperti Imam Al-
lainnya termasuk hadis. Mereka membawa- Shafi'i> dan para ulama hadis setelah beliau,
kan ayat Alquran pada Surat al-Maidah: 3, kemudian Al-Suyut}i>, Al-Siba'i>, dan lain-
al-An 'am : 38, dan al-Hijr : 9. lainnya dari para ulama di Timur dan Barat,
b. Mereka mengatakan bahwa hadis adalah zaman dahulu sampai sekarang, telah merun-
perkataan-perkataan palsu yang disandar- tuhkan argumentasi para pengingkar sunah
kan kepada Nabi Muhammad SAW. untuk tersebut dengan tepat dan ilmiah.39
kepentingan segelintir orang terutama Dalam membantah argumen pertama, para
penguasa yang tujuannya untuk melang- ulama menjawab bahwa kesempurnaan Islam
telah final (Al-Maidah: 3), demikian juga
penegasan bahwa Al-Kitab adalah penjelas
34
Syamsul Hidayat dan Amrul Choiri, “Firqah
segala sesuatu dan tidak ada sesuatupun yang
Ingkarus Sunah Di Solo Raya: Kajian Kritis Pemikiran tertinggal dalam Al-Kitab, (Al-An'am: 38)
LPPA Tauhid tentang Alquran dan al-Sunah,” Suhuf 25, tidak berarti meniadakan hadis dan mencukup-
no. 1 (2013): 1–16. kan dengan Alquran saja. Karena banyak ayat-
35
Abdul Majid Khon, “Paham Ingkar Sunah Di ayat Alquran yang bersifat umum dan mujma>l
Indonesia: Studi Tentang Pemikirannya,” Teologia 23,
no. 1 (2012): 57–74, doi:http://dx.doi.org/10.21580/
yang membutuhkan pengkhususan dan
teo.2012.23.1.1759. perincian dari hadis. Seperti tatacara salat,
36
Sulidar, “Liberalisme Golongan Ingkarussunah Di rincian zakat, haji, hukum potong tangan,
Indonesia dan Malaysia,” Miqot 34, no. 2 (2010): 193– rajam, dan hukum-hukum lainnya. Jadi
206.
37
Zikri Darussamin, “Kassim Ahmad Pelopor
Ingkar Sunah Di Malaysia,” AlFikra: Jurnal Ilmiah
39
Keislaman 8, no. 1 (2009): 1–34. Dasman Yahya Ma‟ali, “As-Sunah An Nabawiyah
38
Abbas Langaji, “Fikih Golongan Ingkar Hadis,” Antara Pendukung dan Pengingkarnya,” Jurnal
Ahkam:Jurnal Ilmu Syariah 14, no. 2 (2014): 233–44, Ushuluddin XXII, no. 2 (2014): 181–96, doi:http:
doi:10.15408/ajis.v14i2.1282. //dx.doi.org/10.24014/jush.v22i2.735.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 2 (Desember 2017): 245-258 255
Wahyudin Darmalaksana Kontroversi Hadis sebagai Sumber Hukum Islam

kesempurnaan Alquran adalah kesempurnaan Sehingga jika ada berita yang asing dari
dari segi cakupannya yang komprehensif dan seorang sahabat tidak mungkin akan dibiarkan
tuntasnya pewahyuan. Lagi pula, pengertian oleh sahabat yang lain. Justru fakta sejarah
Al-Kitab pada ayat-ayat di atas tidak menegas- yang nyata yang tidak dapat diingkari bahwa
kan maksudnya Alquran melainkan mengan- para sahabat telah sepakat menjadikan hadis
dung pengertian adalah kitab Lawh al-Mah- sebagai landasan dalil agama, bukan hanya
}fu>d.} Lebih dari itu, Alquran sendiri hadis yang dikatagorikan mutawa>tir
berulangkali dengan tegas memerintahkan melainkan semua hadis yang diterima secara
mentaati Rasulullah SAW. dan menugaskan sahih meskipun dari satu jalan periwayatan
Rasulullah SAW. agar menjelaskan kandu- dalam kategori aha>d.
ngan Alquran sebagaimana disebutkan pada Keempat, tuduhan bahwa hadis baru ditulis
ayat-ayat di muka, yaitu An-Nisa : 59, 65, dan satu abad sepeninggal Nabi Muhammad SAW.
80, An-Nahl : 44, An-Nur : 51, dan sebagai- dan bahwa Nabi Muhammad SAW. sendiri
nya. yang melarang menulis hadis, adalah tuduhan
Kedua, tuduhan bahwa semua hadis adalah ceroboh dan tidak teliti.42 Sebab, banyak bukti
palsu merupakan tuduhan yang gegabah dan dan fakta serta data yang menunjukkan bahwa
underestimate. Karena para ulama hadis telah penulisan hadis sudah dilakukan oleh sebagian
menyeleksi hadis dengan metode penyeleksian dari sahabat dan tabiin. Sebagai contoh adalah
yang ketat sehingga hadis telah diklasifi- catatan hadis „Abdullah bin Amr bin Al-As}
kasikan kepada hadis sahih, hasan, dan daif.40 yang dicatat langsung dari lisan Nabi
Benar adanya bahwa banyak hadis yang palsu Muhammad SAW., yang kemudian tercatat
dan para ulama hadis telah mengumpulkannya dalam kitab Musnad Ah}mad yang terkenal
dalam kumpulan hadis palsu yang haram dengan sebutan S}ah}ifah ‘Abdullah bin ‘Amr
untuk diamalkan.41 bin As}.Demikian pula larangan menulis hadis
Ketiga, tuduhan mereka bahwa para yang dikeluarkan Nabi kepada para sahabat
periwayat hadis tidak dapat dipertanggung- terbatas pada masa awal Islam di Madinah
jawabkan dan bahwa sahabat banyak yang karena untuk mengkonsentrasikan penulisan
berbuat dosa dan kemungkaran adalah tuduhan Alquran dan kekhawatiran terjadinya penuli-
yang tidak intelek. Bahwa sebagian sahabat san yang tercampur antara Alquran dan hadis.
tertimpa fitnah perpecahan adalah benar Setelah itu Rasulullah mengizinkan bahkan
faktanya. Akan tetapi, kita harus menilai memerintahkan menuliskan hadis kepada
secara adil dan proporsional. Bahwa fitnah itu sahabat-sahabat tertentu seperti „Abdullah bin
menyangkut masalah ijtihad politik, sementara ‘Amr dan Abu> Shah.
masalah akidah dan ibadah tidaklah terganggu Kelima, tuduhan bahwa banyak hadis yang
dengan adanya perselisihan itu kecuali setelah maknanya bertentangan antara yang satu
munculnya kaum Khawarij yang memuncul- dengan yang lainnya dan bahwa sistematika
kan pemalsuan hadis. Sementara tidak ada penulisan hadis sangat kacau juga tidak dapat
seorangpun dikalangan sahabat yang terbukti dijadikan alasan untuk menolak kehujahan
membuat hadis dusta, disamping suatu hal hadis. Tidak dipungkiri adanya hadis-hadis
yang mustahil karena mereka saling menga- yang bertentangan satu dengan yang lain dan
wasi antara yang satu dengan yang lainnya. ini telah menjadi bahan penyelidikan para
ulama secara serius sehingga melahirkan
disiplin tersendiri di lapangan ilmu hadis yaitu
40
Wahyudin Darmalakasana, Hadis Di Mata
Orientalis: Telaah atas Pandangan Ignaz Goldziher
dan Joseph Schacht (Bandung: Benang Merah, 2004),
125.
41 42
Hatta Abdul Malik, “Naqd Al-Hadis sebagai Zainuddin Mz., “Ingkar al-Sunah pada Aspek
Metode Kritik Kredibilitas Informasi Islam,” Journal of Kodifikasi Hadis,” Mutawâtir: Jurnal Keilmuan Tafsir
Islamic Studies and Humanities 1, no. 1 (2016): 37–66, Hadis 3, no. 2 (2013): 307–23, doi:https://doi.org/
doi:http://dx.doi.org/10.21580/jish.11.1373. 10.15642/mutawatir.2013.3.2.307-323.

256 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 2 (Desember 2017): 245-258
Wahyudin Darmalaksana Kontroversi Hadis sebagai Sumber Hukum Islam

adanya ilmu Mukhtalifu al-H{adi>s dan ilmu DAFTAR PUSTAKA


Na>sikh wa al-mansu>kh. Abdurrahman, Hafidz. Islam Politik dan
Dalam penelitian para ulama hadis, hadis- Spiritual. Singapore: Lisan Ul-Haq,
hadis yang bertentangan itu ada beberapa 1998.
kemungkinan. Adakalanya satu hadis daif ber- Abdurrahman, Maman, dan Elan Sumarna.
tentangan dengan hadis sahih, maka jelaslah Ilmu Jarh wa Ta’dil; Metode Kritik
hadis daif itu yang harus ditolak. Adakalanya Hadis. Bandung: Nashiru Sunnah Press,
kedua-duanya sahih akan tetapi salah satu dari 2010.
hadis tersebut telah dihapus oleh yang lainnya. Ad-Daur, Ahmad. Hukum Pembuktian dalam
Karena hadis yang dihapus itu mengandung Islam. Diterjemahkan oleh Syamsudin
hukum temporal yang kemudian diganti oleh Ramadhan. Bogor: Pustaka Thariqul
hukum yang abadi. Adakalanya kedua-duanya Izzah, 2002.
memang sahih dan dianggap bertentangan Al-Afriqi>, Muh}ammad bin Mukrim bin
hanya lahiriahnya saja, padahal setelah dise- Mand}ur. Lisa>n al-‘Ara>b. Vol. VII. Beirut:
lidiki tidak bertentangan tetapi justru saling Da>r al-S}adr, t.t.
melengkapi aspek-aspek yang berbeda. Al-Asyqar, Umar Sulaiman. Fiqih Islam.
Dengan demikian seluruh alasan dan sege- Diterjemahkan oleh Dedi Junaedi dan
nap argumentasi dari kaum penentang sunah Ahmad Nurrahman. Jakarta: Akademika
telah terbantahkan dan terputihkan oleh para Pressindo, 2010.
ulama sehingga faham mereka tidak dapat Al-Qurt}ubi>, Abu> ‘Abdullah Muh}ammad bin
dijadikan pegangan oleh seorang muslim. Ah}mad al-Ans}ari>. Al-Ja>mi’u li al-
Sekaligus keguguran argumentasi mereka Ah}ka>mi al-Qur’a>n. Vol. II. Beirut: Da>r
mencerminkan kerapuhan bangunan logikanya al-Fikr, 2003.
dalam menghantam ketangguhan posisi hadis. Al-S}at}ibi>, Abu> Ish}aq. Al-Muwafaqa>t fi> Us}ul>
al-Shari>’ah. Beirut: Da>r al-Kutu>b
C. SIMPULAN ‘Ilmiyah, 2009.
Kalangan sarjana hadis telah meneguhkan Al-Shafi‟i, Muhamad bin Idris. Ar-Risalah.
bangunan keajegan hadis sekaligus kedudu- Diterjemahkan oleh Ahmadie Thaha.
kannya dalam pembentukan syariat Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1992.
Bahwa hadis telah diakui keberadaannya oleh Al-Siba’i>, Mustafa>. Al-Sunnah wa
Alquran, hadis, ijmak sahabat maupun kultur Maka>natuha fi> Tashri>’ al-Isla>mi>.
kebiasaan para tabiin yang telah kuat meme- Bandung: CV. Diponegoro, 1979.
gang teguh hadis. Meniscayakan kepada umat Amin, Kamarudin. Metode Kritik Hadis.
bahwa hadis merupakan sumber tashri>’ yang Jakarta: Hikmah, 2009.
telah berlangsung sejak berabad-abad lama- Audah, Abd al-Qadi>r. Al-Tashri>’ al-Jina>i al-
nya. Isla>mi: Muqa>ranan bi al-Qanu>ni al-Wad}i.
Problematika seputar posisi hadis sebagai Vol. I. Beirut: Al-Risa>lah, 1998.
sumber hukum Islam yang menyisakan silang Chalil, Moenawar. Kembali Kepada Alquran
pendapat antara pembela dan pengingkar hadis dan Assunnah. Jakarta: Bulan Bintang,
dapat dipahami sebagai dinamika intelektual 1999.
yang memiliki dampak positif bagi perumusan Darmalakasana, Wahyudin. Hadis Di Mata
metodologi penelitian hadis. Sehingga peneli- Orientalis: Telaah atas Pandangan Ignaz
tian ini merekomendasikan agar selalu dilaku- Goldziher dan Joseph Schacht. Bandung:
kan sentuhan pengembangan terhadap meto- Benang Merah, 2004.
dologi penelitian hadis secara lebih sistematis Darussamin, Zikri. “Kassim Ahmad Pelopor
didasarkan kepada perkembangan berbagai Inkar Sunnah Di Malaysia.” AlFikra:
keilmuan di masa sekarang ini. Jurnal Ilmiah Keislaman 8, no. 1 (2009):
1–34.
Djazuli, Acep. Fiqh Siyasah. Bandung: Sunan

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 2 (Desember 2017): 245-258 257
Wahyudin Darmalaksana Kontroversi Hadis sebagai Sumber Hukum Islam

Gunung Djati Pres, 2003. Mahmudah, Nur. “Sunnah Dalam Nalar Islam
Hakim, Luqmanul. “Fenomena Inkar Sunah Kontemporer Nasr Hamid Abu Zayd.”
dalam Perkembangan Sejarah.” Innovatio ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman 6,
VII, no. 14 (2008): 346–364. no. 2 (2012): 285–299.
Hannah, Neng. “Seksualitas dalam Alquran, doi:https://doi.org/
Hadis dan Fikih: Mengimbangi Wacana 10.15642/islamica.2012.6.2.285-299.
Patriarki.” Wawasan: Jurnal Ilmiah Malik, Hatta Abdul. “Naqd Al-Hadis sebagai
Agama dan Sosial Budaya 2, no. 1 Metode Kritik Kredibilitas Informasi
(2017): 45–60. doi:10.15575/jw.v2i1. Islam.” Journal of Islamic Studies and
795. Humanities 1, no. 1 (2016): 37–66.
Hawwa, Said. Al-Islam. Diterjemahkan oleh doi:http://dx.doi.org/10.21580/jish.11.13
Abdul Hayyie al-Kattani Al-Islam. 73.
Jakarta: GIP, 2004. Maulida, Ali. “Inkarus Sunnah dari Kalangan
Hidayat, Syamsul, dan Amrul Choiri. “Firqah Muslim dalam Lintasan Sejarah.” Al-
Inkarus Sunnah Di Solo Raya: Kajian Tadabbur: Jurnal Ilmu Alquran dan
Kritis Pemikiran LPPA Tauhid tentang Tafsir 1, no. 1 (2014): 128–148.
Al-Quran dan al-Sunnah.” Suhuf 25, no. Mz., Zainuddin. “Inkar al-Sunnah pada Aspek
1 (2013): 1–16. Kodifikasi Hadis.” Mutawâtir: Jurnal
Ichwan, Muhammad Nor. “Argumentasi Keilmuan Tafsir Hadis 3, no. 2 (2013):
Sunnah: Pendekatan Normatif dan 307–323. doi:https://doi.org/10.15642/
Historis Dalam Memahami Kedudukan mutawatir.2013.3.2.307-323.
Sunnah Sebagai Sumber Hukum Islam.” Nasution, Amir Hamzah, Achyar Zein, dan
Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam Ardiansyah. “Kontribusi Pemikiran
dan Sosial 6, no. 2 (2004): 204–228. Yusuf Al-Qaradawi dalam Kitab Kaifa
Khon, Abdul Majid. “Paham Ingkar Sunah Di Nata‟amal Ma‟a As-Sunnah Nabawiyah.”
Indonesia: Studi Tentang Pemikirannya.” At-Tahdis: Journal of Hadith Studies 1,
Teologia 23, no. 1 (2012): 57–74. no. 1 (2017): 141–157.
doi:http://dx.doi.org/10.21580/teo.2012.2 Nur, Maizuddin M. “Tipologi Pemikiran
3.1.1759. Tentang Kewenangan Sunnah Di Era
Kodir, Aceng Abdul. “Sejarah Bid‟ah: Ashhab Modern.” Jurnal Substantia 14, no. 2
Al-Hadith Dan Dominasi Wacana Islam (2012): 146–61.
Autentik Pada Tiga Abad Pertama Putra, Afriadi. “Pemikiran Hadis KH. M.
Hijriyah.” Wawasan: Jurnal Ilmiah Hasyim Asy‟ari dan Kontribusinya
Agama dan Sosial Budaya 1, no. 2 terhadap Kajian Hadis di Indonesia.”
(2016): 211–226. doi:https://doi.org/ Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan
10.15575/jw.v1i2.608. Sosial Budaya 1, no. 1 (2016): 46–55.
Langaji, Abbas. “Fikih Golongan Ingkar doi:https://doi.org/10.15575/jw.v1i1.577.
Hadis.” Ahkam:Jurnal Ilmu Syariah 14, Sa>biq, Sayid. Fiqhu al-Sunnah. Vol. III.
no. 2 (2014): 233–244. doi:10.15408/ Beirut: Da>r al-Fikr, 1992.
ajis.v14i2.1282. Soetari, Endang. Ikhtisar Ilmu Hadis.
Ma‟ali, Dasman Yahya. “As-Sunnah An Bandung: Amal Bakti Press, 2004.
Nabawiyah Antara Pendukung dan Sulidar. “Liberalisme Golongan Inkar-
Pengingkarnya.” Jurnal Ushuluddin ussunnah Di Indonesia dan Malaysia.”
XXII, no. 2 (2014): 181–196. doi:http: Miqot 34, no. 2 (2010): 193–206.
//dx.doi.org/10.24014/jush.v22i2.735.

258 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 2 (Desember 2017): 245-258

You might also like