You are on page 1of 8

STUDI PUSTAKA

Jurnal Radiologi Dentomaksilofasial Indonesia Agustus 2020, Volume 4, Nomor 2: 27-34


P-ISSN.2685-0249 | E-ISSN.2686-1321

http://jurnal.pdgi.or.id/index.php/jrdi/index

Paradigma baru konsep proteksi radiasi di bidang radiologi


kedokteran gigi: ALARA menjadi ALADAIP

Fadhlil Ulum Abdul Rahman1*, Aga Satria Nurrachman1 ,


Eha Renwi Astuti2 ., Lusi Epsilawati3 ., Azhari3

ABSTRACT

Objectives: This article is aimed to widely share reference in radiation protection policies in several
information and discuss further about the emerging countries or at the international level now becomes
transformation theories of the traditional radiation a traditional, conservative and invalid principle to
protection concept of ALARA into some more apply. There are several emerging theories which
modern proposed concepts, particularly in are considered to be more valid and representative
dentomaxillofacial radiology. to replace the ALARA principle.
Literature Review: The concept of radiation Conclusion: Newer concepts of radiation protection
protection in the use of X-ray modalities in the that have developed, ALADAIP, are considered to be
medical field has developed along with the more precise and specific to be the main principle of
development of science over past decades. The radiation protection at this time, especially in the
This work is licensed under a
Creative Commons Attribution 4.0
concept of ALARA which has been widely known for field of dentomaxillofacial radiology.
a long time and is used as a basic of theory or main

Keywords: protection radiation concept, ALARA, ALADA, ALADAIP


Cite this article: Pramatika B, Nurrachman AS, Astuti ER, Epsilawati L, Azhari. Paradigma baru konsep proteksi radiasi di
bidang radiologi: ALARA menjadi ALADAIP. Jurnal Radiologi Dentomaksilofasial Indonesia 2020;4(2)27-34. https://
doi.org/10.32793/jrdi.v4i2.555

PENDAHULUAN

Teknologi pencitraan dengan menggunakan merupakan salah satu radiasi pengion dengan
teknik radiografi telah menjadi metode diagnostik potensi efek biologis merugikan bagi manusia.
yang paling sering digunakan dalam berbagai Sejumlah paparan radiasi pengion pada
bidang medis dan berkontribusi pada peningkatan pemeriksaan radiologi kedokteran gigi untuk
pelayanan kesehatan di seluruh dunia.1 Di bidang keperluan diagnostik dan rencana perawatan sesuai
kedokteran gigi pemeriksaan radiologi berperan indikasi tertentu tidak dapat dihindari untuk
sangat penting sebagai penunjang utama dalam diberikan kepada pasien dan populasi sekitarnya.
1
PPDGS Radiologi Kedokteran Gigi, penegakan diagnosis dan rencana perawatan untuk Teknik radiografi intraoral, ekstraoral, panoramik,
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas berbagai abnormalitas dan kondisi patologis di area dan CBCT memiliki jumlah dosis efektif yang
Padjadjaran, Bandung, Indonesia
40132 oromaksilofasial.2 Pemanfaatan pemeriksaan berbeda besarannya. Oleh karena itu, besaran dosis
2 radiologi kedokteran gigi terus mengalami radiasi menjadi catatan penting dalam setiap
Departemen Radiologi Kedokteran
Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Univer- peningkatan seiring dengan berbagai pemeriksaan radiografi karena adanya efek negatif
sitas Airlangga, Surabaya, Indonesia, perkembangan teknologi pencitraan seperti digital dari radiasi pengion pada manusia yang bergatung
60132
radiography dan cone-beam computed tomography pada durasi dan dosis radiasi.6 Radiasi dapat
3
Departemen Radiologi Kedokteran (CBCT) yang secara umum dapat memberikan hasil menginduksi kematian sel hingga merusak fungsi
Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Univer-
sitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia
lebih baik dan lebih praktis serta bernilai diagnosis jaringan dan organ. Efek ini dapat diamati secara
40132 tinggi dengan dosis paparan radiasi yang relatif klinis jika dosis paparan radaisi melebihi nilai
lebih rendah.3,4 Menurut European Comission pada ambang batas tertentu dan disebut dengan istilah
tahun 2015, prosedur pemeriksaan radiologi tissue reaction atau yang sebelumnya dikenal
*
Correspondence to: kedokteran gigi mencakup 1/3 dari seluruh jenis dengan efek deterministik. Selain itu, radiasi juga
Fadhlil Ulum Abdul Rahman pemeriksaan dengan menggunakan sinar-X di dapat menyebabkan efek stokastik yang merupakan
✉ fadhlil18001@mail.unpad.ac.id
bidang medis.5 akibat dari transformasi sel non-letal dan masih
Pemanfaatan sinar-X dalam bidang radiologi dapat mempertahankan kapasitas reproduksinya
Received on: June 2020 memungkinkan terwujudnya gambaran anatomi namun terdapat potensi mutasi gen sehingga
Revised on: July 2020 serta patologi tubuh yang tidak dapat dijangkau dapat menginduksi kanker dalam periode latensi
Accepted on: August 2020 secara klinis. Pemeriksaan radiologi kedokteran gigi tertentu.1,7 Aplikasi proteksi radiasi yang tepat
hampir sebagian besar menggunakan sinar-X yang menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan

27 © 2020 JRDI. Published by Ikatan Radiologi Kedokteran Gigi Indonesia. All rights reversed.
STUDI PUSTAKA

dalam setiap pemeriksaan radiologis mengingat namun tetap menjaga dosis yang diterima oleh
efek negatif potensial dari radiasi pengion sinar-x pasien serendah mungkin. Adapun limitasi dosis
tersebut.8,9 individu mengacu pada pengakuan terhadap efek
Prinsip proteksi radiasi pada pemeriksaan merugikan dari radiasi pengion sehingga ditetapkan
radiologis memiliki aspek yang unik dibandingkan suatu pedoman pembatasan jumlah dosis radiasi
penggunaan paparan radiasi lainnya di mana yang diterima oleh individu dan masyarakat.11–14
keputusan untuk memberikan paparan radiasi Ketiga prinsip proteksi radiasi ini diadopsi secara
untuk kebutuhan medis bergantung pada global selama bertahun-tahun termasuk di
kebijaksanaan klinisi dengan mendasarkan pada Indonesia yang diatur di dalam peaturan Kepala
penilaian professional dan bertanggung jawab BAPETEN Nomor 8 Tahun 2011 tentang
disertai dengan persetujuan pasien yang mencakup keselamatan radiasi dalam penggunaan pesawat
tidak hanya manfaat pemeriksaan tersebut tetapi sinar-x radiologi diagnostik dan intervensional
juga adanya risiko potensial yang dapat terjadi.1 dalam bab persyaratan proteksi.15
Konsep ALARA (As Low as Reasonably Achievable) Perkembangan pelaksanaan prinsip proteksi
selama ini telah dikenal secara luas sebagai bagian radiasi termasuk dalam pemeriksaan radiologi
dari prinsip utama dalam proteksi radiasi. Berbagai kedokteran gigi berlangsung dinamis dan
modalitas radiografi, khususnya di bidang radiologi mengalami beberapa revisi. Pada rekomendasi ICRP
kedokteran gigi, seperti CBCT 3D (Cone-Beam tahun 2007 telah dilakukan revisi dalam sistem
Computed Tomography) telah dikembangkan oleh proteksi radiasi yang memberikan panduan tentang
pabrikan dengan radiasi yang semakin minimal prinsip dasar dalam melaksananakan proteksi pada
namun tetap dapat memberikan hasil yang pemeriksaan radiologis yang lebih tepat. Limitasi
maksimal yang dapat diterima secara diagnostik, dosis kemudian dianggap tidak relevan lagi
sejalan dengan konsep ALARA, melalui penggantian khususnya untuk paparan radiasi pengion dalam
jenis sensor, fitur pillihan field of view dan tingkat bidang medis karena ketika digunakan pada waktu,
resolusi, mode pilihan anak-anak atau dewasa besaran dosis, serta tujuan atau indikasi yang tepat
hingga modifikasi putaran pusat radiasi. Pada maka pemeriksaan radiologis menjadi alat yang
perkembangannya, khususnya dalam beberapa sangat penting dalam penatalaksanaan berbagai
tahun belakangan, muncul konsep proteksi radiasi kondisi patologis dengan lebih adekuat. Oleh
ALADA (As Low as Diagnostically Acceptable) hingga karena itu, paparan radiasi pengion untuk indikasi
yang terbaru ALADAIP (As Low as Diagnostically medis tidak lagi memiliki limitasi dosis tetapi
Acceptable being Indication-oriented and Patient- digunakan suatu istilah yang disebut diagnostic
specific) yang dicetuskan oleh berbagai ahli untuk reference level (DRL) sebagai nilai referensi.16 Hal ini
menggantikan prinsip ALARA karena penamaannya dipertegas kembali oleh ICRP pada tahun 2007
dinilai kurang tepat secara ilmiah dan memberikan dengan mengkategorikan paparan radiasi pengion
pernyataan yang seringkali salah diartikan oleh para menjadi tiga yaitu occupational exposures, public
praktisi.3,10 exposures, dan medical exposures di mana aplikasi
Tinjauan pustaka ini bertujuan membahas limitasi dosis hanya berlaku untuk occupational dan
mengenai transformasi teori konsep ALARA yang public exposures. Occupational exposures
telah dianggap kuno dan tradisional sebagai didefinisikan sebagai semua paparan radiasi
panduan utama dalam proteksi radiasi, khususnya pengion yang diperoleh seseorang sebagai akibat
dalam bidang radiologi kedokteran gigi. dari aktivitasnya sebagai pekerja radiasi misalnya
radografer. Adapun untuk medical exposures yang
terkait dengan pemeriksaan diagnostik termasuk
STUDI PUSTAKA pemeriksaan radiologi kedokteran gigi, prosedur
radiologis intervensi maupun radioterapi tidak ada
PRINSIP PROTEKSI RADIASI limitasi dosis karena pertimbangan kebutuhan
Prinsip proteksi radiasi, pada pelaksanannya pasien. Sedangkan public exposures adalah semua
dalam bidang kedokteran dan kedokteran gigi, terus paparan radiasi yang diterima seseorang diluar
mengalami perkembangan karena peningkatan occupational dan medical exposures.13,14,17
kebutuhan pemanfaatan radiasi pengion secara Penerapan proteksi radiasi pada medical
global untuk pemeriksaan klinis harian serta exposures untuk kebutuhan pencitraan diagnostik
berbagai penelitian. Seiring peningkatan kebutuhan selanjutnya tetap mengedepankan prinisip
tersebut, pemahaman para ilmuwan mengenai justifikasi dan optimasi. Oleh karena itu, dalam
fisika radiasi dan efek biologis pun meningkat setiap pemeriksaan radiologi kedokteran gigi harus
dengan pesat. ICRP (International Commission memenuhi beberapa hal seperti mengoptimalkan
on Radiological Protection) merumuskan tiga hal prosedur pencitraan agar dapat diterima secara
utama dalam prinsip umum proteksi radiasi yaitu diagnostik, kurang dari nilai ambang batas dosis
justifikasi, optimasi dan limitasi dosis individu. untuk menghindari efek deterministik, dan
Konsep justifikasi bermakna bahwa setiap meminimalkan risiko efek stokastik dalam suatu
keputusan memberikan paparan radiasi untuk rentang tertentu yang dapat diterima. Pencetusan
kebutuhan medis harus memiliki manfaat lebih diagnostic reference level (DRL) oleh ICRP pada
besar bagi pasien daripada potensi kerugian yang tahun 1996 sebagai bentuk upaya optimasi proteksi
mungkin terjadi. Optimasi adalah konsep yang radiasi pada pasien dengan mengatur dosis tiap
menitikberatkan setiap pemeriksaan radiografi prosedur pencitraan medis. Hal ini sejalan dengan
harus memiliki kualitas diagnostik yang memadai prinsip ALARA sebelumnya. Penetapan DRL

Jurnal Radiologi Dentomaksilofasial Indonesia 2020; 4(2); 27-34 | DOI: 10.32793/jrdi.v4i2.555 28


STUDI PUSTAKA

bervariasi bergantung negara, wilayah, dan tujuan bahwa penjumlahan dari beberapa eksposur dosis
pemeriksaan. Nilai DRL secara khusus ditetapkan kecil dinilai memiliki efek yang sama dengan satu
oleh badan berwenang tentang proteksi radiasi kali eksposur dengan dosis yang lebih besar (konsep
suatu negara atau wilayah yang biasanya linearitas) (Gambar 1).24 E.B. Lewis, seorang
ditetapkan pada persentil ke-75 distribusi dosis dari professor biologi Amerika, kemudian mendukung
survei yang dilakukan pada seluruh basis pengguna teori LNT ini sebagai model dalam standar proteksi
yang luas meliputi fasilitas kesehatan dan rumah radiasi dan mencetuskan konsep proteksi ALARA.23
sakit menggunakan protokol pengukuran dosis Tidak adanya dosis nol, dosis aman dan ambang
tertentu dan phantom. Hal yang perlu diketahui batas keamanan pada teori LNT menjadi dasar
adalah DRL bukanlah dosis yang disarankan atau konsep ALARA.25
dosis ideal untuk prosedur pemeriksaan radiologis Istilah ALARA sendiri merupakan
tertentu namun konsep ini mewakili tingkat dosis pengembangan dan penyempurnaan selama
yang perlu diselidiki kelayakannya dalam mencapai bertahun-tahun dari beberapa rekomendasi
tingkat kualitas hasil pencitraan yang dibutuhkan organisasi yang meregulasi proteksi radiasi. ICRP,
sehingga nilai DRL bertindak sebagai trigger dalam pada tahun 1954, sebelumnya telah merumuskan
pencapaian peningkatan kualitas hasil pemeriksaan rekomendasi tentang pemberian paparan radiasi
radiologis tetapi dengan dosis yang dapat harus didasarkan pada prinsip as low as possible
disesuaikan atau diminimalisir.14,16,18,19 yang bermakna paparan radiasi yang diberikan pada
pasien harus diminimalisir sebanyak mungkin sesuai
kemampuan hasil pencitraannya dapat memberikan
ALARA informasi diagnostik yang maksimal. Pada tahun
Konsep ALARA (As Low as Reasonably yang sama, redaksi serupa juga digunakan oleh
Achievable) sebagai salah satu prinsip proteksi National Committee On Radiation Protection
radiasi awalnya diperkenalkan di sektor nuklir yang (kemudian menjadi National Council on Radiation
kemudian diadopsi dalam dunia medis untuk Protection and Measurements/NCRP) bahwa
memberikan peringatan pada praktisi agar pemaparan radiasi harus diatur dan diberikan pada
menggunakan modalitas radiografi secara dosis dengan tingkat terendah. Pada tahun 1966,
seperlunya seiring meluasnya asumsi bahwa setiap ICRP menggunakan istilah as low as is readily
modalitas radiasi pengion berbahaya.20ALARA achievable .Istilah ALARA kemudian diadopsi dari
dalam setiap pemanfaatan radiasi pengion mulai publikasi ke-26 ICRP pada tahun 1977 yang
diperkenalkan pada tahun 1973 melalui publikasi ke berbunyi as low as reasonably achievable, economic
-22 dari ICRP yang menyatakan bahwa pemaparan and social factors being taken into account yang
radiasi pengion harus diberikan serendah mungkin, pada saat itu konsep ALARA tidak berdiri sendiri
serta mempertimbangkan faktor ekonomi dan namun terdapat frase yang mempertimbangkan
sosial. ALARA diartikan bahwa radiasi harus faktor ekonomi dan sosial.11,26
dilakukan serendah mungkin untuk meminimalisir Prinsip ALARA pada satu dekade belakangan
resiko kanker dan kerusakan jaringan. Konsep ini menjadi kontroversi dan telah banyak disanggah
bermula dari teori linear no-threshold (LNT), sebuah ketidak-benarannya oleh banyak peneliti seiring
model standar proteksi radiasi yang secara formal dengan perkembangan ilmu pengetahuan.22,27,28
mulai diaplikasikan dan diterima oleh organisasi Konsep ALARA yang didasarkan pada teori LNT
pemerintahan di bidang proteksi radiasi di berbagai dinilai konservatif dan tidak sesuai dengan hasil
negara.21–23 Teori LNT mengestimasi efek radiasi penelitian ilmiah biologis mengenai efek stokastik/
dosis kecil terhadap kesehatan. Berdasarkan teori karsinogenik dari radiasi pengion. Teori LNT
LNT ini dinyatakan bahwa radiasi, dengan dosis dianggap oleh sebagian peneliti telah menyebabkan
sekecil apapun, selalu berbahaya tanpa adanya kecemasan irasional tentang radiasi, dimana tiap
suatu ambang batas keamanan, dan menyatakan mikrosievert dapat langsung menginduksi
terjadinya kanker. Teori LNT dan konsep ALARA

Gambar 1. Teori LNT sebagai dasar konsep ALARA24

29 Jurnal Radiologi Dentomaksilofasial Indonesia 2020; 4(2); 27-34 | DOI: 10.32793/jrdi.v4i2.555


STUDI PUSTAKA

dinilai juga tidak memperhitungkan proses hasil radiograf yang sempurna. Minimalnya
pertahanan biologis tubuh yang juga bekerja di saat pengetahuan dokter gigi juga disebutkan seringkali
terkena paparan radiasi dengan dosis kecil atau mengakibatkan rujukan CBCT dilakukan secara tidak
yang juga disebut dengan radiation hormesis. tepat. Sebagian dokter gigi memiliki pemahaman
Berbagai penelitian melaporkan bahwa radiasi dosis bahwa CBCT merupakan modalitas pencitraan yang
kecil dari penggunaan radiasi pengion justru utama dan standar karena dapat memberikan
menstimulasi respon adaptif tubuh sehingga terjadi informasi secara lengkap untuk berbagai kasus
pengurangan mutasi sel ataupun pembentukan sel sehingga seringkali mereka langsung merujuk
kanker. Kurva linear pada kerangka model teori LNT pasiennya untuk pemeriksaan CBCT tanpa melalui
tidak memperhatikan kemungkinan adanya pemikiran sebelumnya akan radiografi
ekstrapolarisasi akibat efek lainnya yang dapat konvensional. Hal ini kemudian menjadi dasar
mempengaruhi penerimaan radiasi pada dosis pemikiran bahwa kata “diagnostically acceptable”
kecil.22,29,30 dalam konsep ALADA dinilai lebih tepat digunakan
Belakangan bahkan dilaporkan banyaknya bukti dan diaplikasikan sebagai prinsip utama proteksi
bahwa konsep LNT dicetuskan lebih hanya radiasi, khususnya dalam bidang radiologi
berdasarkan pertimbangan politik dibandingkan kedokteran gigi.3
ilmiah.28,31 Terdapat banyak ahli dalam berbagai Kualitas suatu gambaran radiograf selama ini
penelitian terbaru telah menganggap bahwa diklasifikasikan dalam tiga kategori yakni excellent,
penerapan dan kampanye prinsip ALARA dalam hal diagnostically acceptable dan unacceptable, oleh
proteksi radiasi di bidang medis merupakan hal karenanya penamaan ALADA dinilai lebih spesifik
yang tidak tepat, tidak valid secara ilmiah dan harus sebagai sebuah parameter dibandingkan ALARA.
dihentikan, terutama oleh badan atau lembaga Pengaturan FOV, mAs dan KVp serta tingkat resolusi
pemerintahan yang telah membuat kebijakan pada modalitas CBCT berdasarkan indikasi kasus
berdasarkan teori terkait. Prinsip ALARA dinilai yang diperiksa seharusnya dilakukan dengan tujuan
hanya dapat membatasi praktisi untuk memberikan utama untuk mendapatkan gambaran radiograf
perawatan yang berkualitas, memberikan yang cukup baik dan dapat diinterpretasi secara
ketakutan (radiophobia) dan penolakan terhadap diagnostik. Pemahaman mengenai perbedaan
pasien untuk dilakukan tindakan radiografi, hingga antara gambaran radiograf yang berkualitas sangat
justru meningkatkan pemaparan radiasi.27,29,32,33 baik (excellent) dengan cukup baik namun tetap
dapat diinterpretasi (diagnostically acceptable)
menjadi hal yang substansial dalam pengaplikasian
ALADA asas proteksi radiasi.3 Berkaitan dengan hal ini, saat
Konsep ALADA (As Low as Diagnostically ini kategori klasifikasi excellent pun mulai
Acceptable) pertama kali dipublikasikan oleh Jerrold ditinggalkan dan direkomendasikan hanya menjadi
T. Bushberg pada tahun 2013 dalam kongres dua, yakni diagnostically acceptable dan
tahunan ke-50 NCRP (National Council of Radiation diagnostically unacceptable, baik untuk radiograf
Protection & Measurements), sebuah organisasi dua dimensi maupun tiga dimensi.8
non pemerintah di Amerika Serikat yang berperan
dalam pengawasan proteksi radiasi bersama
dengan organisasi lainnya di tingkat nasional ALADAIP
maupun internasional. Tercetusnya konsep ini Konsep ALADAIP (As Low as Diagnostically
didasarkan pada hasil penelitian NCRP bahwa pada Acceptable being Indication-oriented and Patient-
30 tahun terakhir terdapat peningkatan signifikan specific) menjadi konsep yang paling baru. Teori ini
dosis radiasi tahunan yang diterima masyarakat pertama kali dicetuskan pada tahun 2017 oleh The
akibat semakin banyak ketersediaan modalitas dan European DIMITRA Project, sebuah asosiasi
penggunaan radiasi di bidang medis, khususnya penelitian di bidang pencitraan area
modalitas CT dan kardiovaskuler nuclear medicine. oromaksilofasial pediatri yang tergabung dalam tim
Disamping pengembangan dari aspek teknologi penelitian OPERRA (Open Project for European
modalitas pencitraan, pengembangan terhadap Radiation Research Area) yang berfokus pada
asas justifikasi dan optimasi juga dinilai sangat pengembangan kebijakan penggunaan modalitas
penting dalam mengontrol ekposur radiasi. Konsep CBCT dengan dosis radiasi optimal (patient-specific
ALADA kemudian dicetuskan untuk menjadi variasi dan indication-oriented) pada pasien pediatri.
lain dari ALARA guna menekankan efek optimasi di DIMITRA menganggap bahwa dibutuhkan
bidang medical imaging.34 pendekatan multidisipliner dalam meneliti resiko
Perkembangan konsep ALADA di bidang radiasi dari berbagai perspektif berbeda yang
radiologi kedokteran gigi mulai terpublikasi pada berhubungan satu sama lain, mulai dari
tahun 2015, khususnya dalam aplikasinya terhadap karakteristik radiobiologi (respon stem cell oral,
modalitas CBCT. Penggunaan kata “reasonably profil saliva), perhitungan dosimetri, survey
achievable” dalam ALARA diketahui dapat epidemiologi, optimalisasi dosis dan kualitas
memberikan pengertian yang bias bagi dokter gigi, gambar. DIMITRA kemudian mencetuskan prinsip
pasien maupun operator. Operator diketahui ALADAIP untuk menggantikan prinsip ALARA dan
meningkatkan dosis radiasi demi tercapainya ALADA yang juga diadaptasi oleh The European
gambaran berkualitas tinggi dalam satu kali Academy of Paediatric Dentistry (EAPD).5,10
pencitraan dengan maksud agar tidak terjadi Penambahan kata “Indication-oriented and
pengulangan tindakan dan langsung mendapatkan Patient-specific” dinilai jauh lebih spesifik terhadap

Jurnal Radiologi Dentomaksilofasial Indonesia 2020; 4(2); 27-34 | DOI: 10.32793/jrdi.v4i2.555 30


STUDI PUSTAKA

tiap individu karena terdapat parameter yang lebih dalam pengaplikasikan manajemen risiko serta
jelas. Hal ini dimaksud agar pengaturan radiasi keselamatan radiasi di instalasi radiologi, termasuk
didasarkan untuk mencapai hasil yang cukup baik radiologi kedokteran gigi.
(diagnostically acceptable) dan sudah tepat indikasi Bebeberapa prinsip atau konsep proteksi radiasi
dan tepat pasien. Tepat indikasi adalah besar dosis telah dikembangkan hingga saat ini. Prinsip ALARA
radiasi yang dikeluarkan oleh pesawat sinar-X merupakan konsep yang dicetuskan paling awal
spesifik harus sesuai dengan kasus atau obyek yang telah dikenal secara luas sejak lama. Bagaimanapun
akan dilihat untuk mencapai gambaran teori ini dilaporkan pada satu dekade belakangan
diagnostically acceptable dalam radiograf, oleh para peneliti memiliki banyak kelemahan
sedangkan tepat pasien adalah besar dosis radiasi hingga telah dianggap tidak tepat dan tidak lagi
harus sesuai dengan karakteristik klinis atau relevan untuk diaplikasikan khususnya sebagai
personal pasien, seperti usia, jenis kelamin, luas prinsip proteksi radiasi di bidang medis. Teori LNT
permukaan tubuh, riwayat radiasi dan lain yang menjadi dasar dari prinsip ALARA telah
sebagainya. Baik tepat pasien dan tepat indikasi dibuktikan dalam berbagai penelitian tidak valid
menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan secara ilmiah dan direkomendasikan untuk
dalam hal penerapan proteksi radiasi ALADAIP. ditinggalkan.22,27–30,32,33 Pemahaman yang berbeda
Keseimbangan antara dosis radiasi dan kualitas hasil mengenai teori ALARA oleh dokter gigi perujuk,
radiograf dengan mempertimbangkan karakteristik operator, radiolog serta pasien selama ini diketahui
pasien serta indikasinya menjadi tujuan utama dari justru membawa dampak yang negatif akan risiko
prinsip ALADAIP. Pada sebagian besar modalitas radiasi yang lebih besar, yang diduga bermula dari
CBCT yang telah ada di pasaran saat ini telah penamaan yang tidak spesifik.3 Kemunculan
tersedia fitur pemilihan FOV, KVp, mAs, pilihan beberapa teori baru seperti ALADA dan ALADAIP
mode anak ataupun dewasa, hingga pemilihan menjadi rekomendasi terbaru untuk menggantikan
tingkat resolusi yang dapat dilakukan pengaturan konsep ALARA yang dianggap sudah tidak relevan
sesuai dengan konsep ALADAIP.10,30 lagi dengan perkembangan teknologi pencitraan di
Bersamaan dengan pencetusan teori ALADAIP, bidang kedokteran gigi terutama penggunaan CBCT
DIMITRA turut mengeluarkan rekomendasi atau dan peningkatan kebutuhan pemeriksaan
panduan awal mengenai estimasi rentang dosis radiologis. Ketidakspesifikan konsep ALARA dapat
radiasi efektif yang dibutuhkan untuk beberapa menyebabkab ketidaktepatan indikasi rujukan CBCT
kasus dental pediatri, yang didapat berdasarkan serta ketidaksesuaian dosis paparan dengan
studi-studi yang telah ada sebelumnya dan telah karakter personal pasien menyebabkan risiko
dikalkulasi seakurat mungkin dari 5 pesawat CBCT paparan radiasi yang tidak perlu justru meningkat
berbeda. Kasus tersebut antara lain meliputi gigi walaupun secara umum dosis efektif CBCT
impaksi, trauma dentoalveolar, cleft orofasial, termasuk ke dalam kategori low-dose.3,5
anomali dental dan kelainan patologis tulang, yang Kerangka konseptual ALADA sebagai
didalamnya telah mengatur besar FOV, tingkat transformasi dan modifikasi dari ALARA
resolusi hingga dosis efektif yang diperlukan. mencerminkan trade-off antara kualitas hasil
Panduan tersebut diproyeksikan menjadi titik awal pencitraan dan dosis radiasi yang terlihat pada
penentuan dosis efektif pada kasus lainnya dan sistem pencitraan digital. Pentingnya optimasi
dasar berbagai penelitian lanjutan dengan tujuan dalam setiap pemberian medical exposure sangat
agar dapat memberikan petunjuk klinis dan vital untuk menekankan penggunaan dosis radiasi
rekomendasi ilmiah terhadap ketepatan indikasi terendah yang konsisten dengan kualitas gambaran
modalitas radiografi, khususnya CBCT, sehingga yang memadai dan dapat diterima secara
konsep proteksi radiasi ALADAIP dapat diterapkan diagnostik.5 Konsep ini kemudian telah
dengan maksimal.10 dikembangkan lebih jauh menjadi ALADAIP, tidak
lagi bergantung pada teori LNT seperti prinsip
ALARA. Segala kelemahan ilmiah yang ditemukan
DISKUSI pada prinsip ALARA dapat digantikan sepenuhnya
dengan konsep ALADAIP yang mengutamakan
Secara numerik dosis efektif dari radiasi yang tercapainya hasil radiograf berkualitas cukup baik
dipaparkan pada pasien dalam bidang radiologi (diagnostically acceptable) dengan tepat indikasi
kedokteran gigi cenderung rendah namun dosis dan tepat pasien. ALADAIP secara praktis
kolektifnya cukup signifikan karena banyaknya merekomendasikan suatu parameter pemaparan
jumlah radiografi yang dilakukan.1,18 Oleh karena yang harus disesuaikan dengan kondisi spesifik
itu, perhatian terhadap justifikasi dan optimasi ukuran pasien. Hal ini penting dalam kasus pasien
sebagai prinsip proteksi radiasi dalam bidang anak-anak dan remaja yang mungkin bertubuh lebih
radiologi kedokteran gigi harus selalu kecil. Selain itu, beberapa kebutuhan diagnostik
dikedepankan. Penerapan proteksi radiasi adalah khusus membutuhkan resolusi gambar yang lebih
hal yang wajib diperhatikan para praktisi di dunia besar sehingga pengaturan pemaparan juga lebih
medis oleh karena adanya efek negatif potensial tinggi misalnya pada pencitraan saluran akar atau
yang dihasilkan oleh radiasi pengion dari modalitas garis fraktur pada gigi yang tentu memiliki tingkat
radiografi sinar-X, yakni efek stokastik dan kualitas gambar yang lebih tinggi daripada dosis
deterministik. Sebuah konsep proteksi radiasi yang yang dibutuhkan untuk menilai ada atau tidaknya
valid, teruji secara ilmiah dan mudah dipahami oleh benih gigi. Prinsip ALADAIP juga sejalan dengan
semua pihak menjadi suatu hal yang substansial konsep DRL yang mendefinisikan secara terpisah

31 Jurnal Radiologi Dentomaksilofasial Indonesia 2020; 4(2); 27-34 | DOI: 10.32793/jrdi.v4i2.555


STUDI PUSTAKA

prosedur pemeriksaan radiologis pada pasien pemeriksaan radiologi kedokteran gigi


dewasa dan pasien anak. Secara praktis DRL menyebabkan peningkatan permintaan rujukan
dijelaskan bergantung pada berat, tinggi, dan usia pemeriksaan radiologi untuk memperoleh hasil
individu. Selain itu, DRL tidak hanya digunakan pencitraan yang excellent (sempurna). Namun, para
untuk meminimalisir dosis radiasi untuk pasien praktisi radiologi kedokteran gigi harus memberikan
tetapi juga menyediakan data yang diperlukan penjelasan kepada sejawat lainnya tentang
dalam diagnosis penyakit sehingga hasil pencitraan perbedaan antara hasil pencitraan yang excellent
harus memiliki kualitas yang dapat diterima.5,35,36 dengan hasil pencitraan yang bernilai diagnostik
Penamaan ALADAIP sendiri memberikan (diagnostically acceptable) sesuai indikasi dan
pernyataan yang lebih jelas, terarah dan spesifik keadaan pasien. Selain itu, konsensus bahwa CBCT
dibandingkan ALARA yang seringkali justru disalah- bukanlah merupakan indikasi pemeriksaan rutin
artikan oleh berbagai pihak.3,10 Bagaimanapun dan diagnosis awal juga menjadi pertimbangan. Hal
penerapan prinsip ALADAIP di bidang radiologi ini membawa pada perlunya penerapan sistem
kedokteran gigi ini masih memiliki hambatan antara proteksi radiasi yang lebih jelas terutama pada
lain seperti rentang dosis efektif yang luas dan pemeriksaan CBCT yang memiliki dosis relatif lebih
berbeda-beda khususnya di antara pesawat CBCT tinggi daripada pemeriksaan radiologi kedokteran
satu dengan yang lain hingga keterbatasan gigi lainnya.3 Belum terdapatnya pengaturan secara
penelitian mengenai dosis efektif yang tepat otomatis dosis radiasi pada pesawat CBCT
indikasi. Selain itu beberepa penelitian tentang khususnya berdasarkan jenis diagnosis/kasus atau
konsep ini masih dilakukan pada pasien anak dan obyek pada area oromaksilofasial berbeda yang
remaja. akan dilihat serta ketersediaan rekomendasi atau
ICRP pada tahun 2015 telah mempublikasikan guideline besar dosis radiasi efektif pada masing-
guideline mengenai CBCT. Salah satu cara untuk masing kasus dental yang konsisten dan spesifik
mengurangi dosis radiasi adalah dengan bagi tiap pesawatnya,10 menjadi beberapa
pengurangan putaran pusat radiasi sebesar 180˚ pemikiran yang perlu dikembangkan lebih lanjut ke
hingga 240˚ untuk menggantikan rotasi penuh 360.̊ depannya oleh para peneliti dan produsen pabrikan
Rekomendasi lainnya ialah dengan memonitor untuk dapat mengembangkan prinsip ALADAIP
output dosis radiasi dari pesawat CBCT melalui secara utuh. Tidak tertutup kemungkinan seiring
perbandingan reference level.37 Sebagian besar dengan berkembangnya teknologi modalitas
pesawat CBCT yang telah beredar di pasaran telah radiografi, pengaturan pesawat CBCT ataupun
memiliki fitur pengaturan eksposur dan dosis secara modalitas lainnya dapat disesuaikan dengan macam
otomatis melalui pemilihan FoV, mode anak atau kasusnya sehingga memungkinkan parameter yang
dewasa, hingga tingkat resolusi. Sebagian lain turut lebih spesifik dan sesuai indikasi.
menyediakan fitur pengaturan dosis secara manual Konsep ALADAIP tidak lagi terpaku pada “zero
meliputi pengaturan KVp dan mAs.10,30 Dengan threshold” layaknya prinsip ALARA. 22,24,29,30 Efek
sistem pengaturan ini maka baik radiologis maupun ekstrapolarisasi pada saat pasien menerima dosis
operator dapat menerapkan konsep ALADAIP radiasi kecil dapat menghasilkan gambaran kurva
dengan lebih mudah dan fleksibel, meskipun yang berbeda dan tidak lagi linear. Kurva efek
dibutuhkan pemahaman lebih lanjut serta radiasi dapat mengarah lebih ke atas ataupun ke
komitmen yang kuat mengenai pemilihan jenis bawah sesuai dengan beberapa faktor pengaruh
pencitraan serta dosis radiasi sesuai dengan lainnya. Upaya peningkatan proteksi radiasi
personal pasien dan indikasi tertentu, dengan tetap tambahan lainnya, seperti pemberian nutrisi penuh
dapat memberikan hasil akhir radiograf yang dapat antioksidan atau zat yang berperan sebagai agen
diinterpretasi. Unsur patient-specific dalam konsep radioprotektif lainnya selama ini telah terbukti
ALADAIP juga menawarkan koneksitas yang jelas dapat menurunkan efek negatif radiasi yang
dengan penerapan DRL dari prosedur pemeriksaan diterima tubuh dan memicu regenerasi jaringan.38
radiologis sehingga dosis paparan radiasi yang Hal tersebut memungkinkan kurva efek negatif
diberikan kepada pasien tepat disesuaikan dengan radiasi dapat menjadi semakin lebih rendah dari
kondisi faktual pasien. Hal ini menjawab kelemahan seharusnya. Hingga saat ini belum terdapat
ALARA yang cenderung membatasi pemeriksaan pernyataan definitif bahwa intake nutrisi ataupun
radiologi namun tidak disertai deskripsi yang jelas suplementasi radioprotektif harus selalu
tentang penerapan dosis yang tepat untuk diaplikasikan sejalan dengan prinsip ALADAIP.
memperoleh informasi diagnostik yang baik. Selain DIMITRA, sebagai pencetus awal konsep
itu, konsep ALADAIP juga menjawab dengan jelas ALADAIP, hingga saat ini masih terus melakukan
mengapa limitasi dosis individu tidak lagi relevan penelitian lanjutan guna menunjang kematangan
digunakan sebagai prinsip utama proteksi radiasi dari konsep proteksi radiasi ini agar dapat
dalam medical exposures. Unsur indication-oriented diaplikasikan dengan lebih baik kedepannya. Pada
adalah panduan utama dalam menentukan penelitiannya di tahun 2019, DIMITRA
keputusan apakah pemeriksaan radiologis harus membuktikan bahwa terdapat kemungkinan untuk
dilakukan atau tidak tanpa mempertimbangkan mengurangi dosis efektif yang selama ini telah
limitasi dosis individu jika memang pemeriksaan itu digunakan pada pesawat CBCT hingga ke tingkat
terkait dengan peningkatan kualitas perawatan tertentu dengan tetap memenuhi kualitas radiograf
pasien dengan memperoleh dukungan diagnostik yang baik dan dapat diinterpretasi.39 Perlu diingat
yang adekuat. bahwa DIMITRA sampai saat ini hanya berfokus
Perkembangan teknologi CBCT dalam pada pasien pediatri sehingga pengembangan lebih

Jurnal Radiologi Dentomaksilofasial Indonesia 2020; 4(2); 27-34 | DOI: 10.32793/jrdi.v4i2.555 32


STUDI PUSTAKA

luas terhadap berbagai karakteristik pasien dewasa, 16. Cynthia H.McCollough. Diagnostic Reference Levels.
WWW.Imagewisely.org. 2010. p. 1–6.
lansia ataupun berkebutuhan khusus dapat menjadi 17. ICRP Publication 103 The 2007 Recommendations of the
rencana penelitian jangka panjang selanjutnya. International Commission on Radiological Protection. 2007.
18. Mallya S. Safety and Protection. In: White and Pharoah ’ s
Oral Radiology Principles and Interpretation. Elsevier Health
Sciences; 2018.
SIMPULAN 19. Latifah R, Jannah NZ, Nurdin DZ., P B. Determination of Local
Diagnostic Reference Level (Ldl) Pediatric Patients on Ct
Head Examination Based on Size-Specific Dose Estimates
Konsep proteksi radiasi ALADAIP dapat (Ssde) Values. J Vocat Heal Stud. 2019;2(3):127.
direkomendasikan untuk mengganti prinsip ALARA 20. National Council on Radiation Protection and Measurements.
yang sudah tidak lagi valid dan tidak spesifik. Hal ini NCRP Report No. 107: Implementation of the Principle of as
Low as Reasonably Achievable (ALARA) for Medical and
karena konsep ALADAIP menekankan pada
Dental Personnel. NCRP (National Council on Radiation
pemberian dosis serendah mungkin yang telah Protection & Measurements); 1990.
disesuaikan dengan indikasi serta kondisi karakter 21. Clarke R, Valentin J. A history of the international
personal tiap pasien namun tetap memberikan hasil commission on radiological protection. Health Phys. 2005
Jun;88(5):407–22.
radiograf yang dapat bernilai diagnostik dan dapat 22. Doss M. Linear No-Threshold Model vs. Radiation Hormesis.
diinterpretasi. Studi dan penelitian lebih lanjut Dose-Response. 2013 Oct;11(12):480–97.
dibutuhkan agar prinsip ALADAIP dapat 23. Gottfried K-LD, Penn G. Radiation in Medicine: A Need for
Regulatory Reform. National Academy of Sciences.
diaplikasikan secara lebih luas dan sepenuhnya
Washington DC: National Academy Press; 1996.
bukan hanya pada pasien anak-anak den remaja 24. Kathren RL. Pathway to a Paradigm: the linear nonthreshold
tetapi juga untuk seluruh pasien berdasarkan dose-response model in historical context. Health Phys. 1996
spesifikasi dan indikasinya sehingga prinsip proteksi May;70(5):621–35.
25. European Commision. Radiation Protection No. 172: Cone
radiasi yang tepat dapat tercapai, khususnya di beam CT for dental and maxillofacial radiology (Evidence-
bidang radiologi kedokteran gigi. based guidelines). Directorate-General for Energy -
Directorate D - Nuclear Energy Unit D4 - Radiation Protection
European Union; 2012.
26. Yeung AWK. The “ As Low As Reasonably Achievable
DAFTAR PUSTAKA ” ( ALARA ) principle : a brief historical overview and a
bibliometric analysis of the most cited publications. 2019;54
1. Okano T, Sur J. Radiation dose and protection in dentistry. (2):103–9.
Jpn Dent Sci Rev [Internet]. 2010;46(2):112–21. Available 27. Oakley PA, Harrison DE. Death of the ALARA Radiation
from: http://dx.doi.org/10.1016/j.jdsr.2009.11.004 Protection Principle as Used in the Medical Sector. Dose-
2. Shah N, Bansal N, Logani A. Recent advances in imaging Response. 2020;18(2):1–12.
technologies in dentistry. 2014;6(10). 28. Calabrese EJ. On the origins of the linear no-threshold (LNT)
3. Jaju PP, Jaju SP. Cone-beam computed tomography: Time to dogma by means of untruths, artful dodges and blind faith.
move from ALARA to ALADA. 2015;263–5. Environ Res. 2015 Oct;142(5):432–42.
4. M.Ianucci J, Howerton LJ. Digital Imaging. In: M.Ianucci J, 29. Tharmalingam S, Sreetharan S, Brooks AL, Boreham DR. Re-
Howerton LJ, editors. Dental Radiography Principles and evaluation of the linear no-threshold (LNT) model using new
Techniques. 5th ed. St.Louis, Missouri: Elsevier/Saunders; paradigms and modern molecular studies. Chem Biol
2017. p. 289. Interact. 2019;301(November 2018):54–67.
5. Kühnisch J, Anttonen V, Duggal MS, Spyridonos ML, 30. Belmans N. Biological effects of ionizing radiation in medical
Rajasekharan S, Sobczak M, et al. Best clinical practice imaging : a prospective study in children and adults following
guidance for prescribing dental radiographs in children and dental cone-beam computed tomography. Maastricht
adolescents: an EAPD policy document. Eur Arch Paediatr University; 2019.
Dent [Internet]. 2019;(January 2020). Available from: https:// 31. Pennington CW, Siegel JA. The Linear No-Threshold Model of
doi.org/10.1007/s40368-019-00493-x Low-Dose Radiogenic Cancer: A Failed Fiction. Dose-
6. Hasanzadeh H, Emadi A, Masoumi H, Seifi D, Khani T. Response. 2019 Jan;17(1):1559325818824200.
Radiation Protection Knowledge, Attitude, and Practice (KAP) 32. Siegel JA, Pennington CW, Sacks B. Subjecting radiologic
in Interventional Radiology. 2018;33(2):141–7. imaging to the linear no-Threshold hypothesis: A non
7. Pérez DM del R, Team WFR. The Bonn Call for Action Ionizing sequitur of non-Trivial proportion. J Nucl Med. 2017;58(1):1–
radiation in health care : The Bonn Call for Action. 2013. 6.
8. Whaites E, Drage N. Essentials of Dental Radiography and 33. Cardarelli JJ, Ulsh BA. It is time to move beyond the linear no
Radiology. 6th Edition. London: Elsevier Ltd; 2021. -threshold theory for low-dose radiation protection. Dose-
9. Hamada N, Fujimichi Y. Classification of radiation effects for Response. 2018;16(3):1–24.
dose limitation purposes: History, current situation and 34. Bushberg JT. 50th Annual Meeting Program NCRP :
future prospects. J Radiat Res. 2014;55(4):629–40. Achievements of the Past 50 Years and Addressing the Needs
10. Oenning AC, Jacobs R, Pauwels R, Stratis A, Hedesiu M, of the Future. In: Science, Radiation Protection, and the
Salmon B. Cone-beam CT in paediatric dentistry: DIMITRA NCRP: Building on the Past, Looking to the Future. Bethesda,
project position statement. Pediatr Radiol. 2018;48(3):308– Maryland: NCRP (National Council on Radiation Protection &
16. Measurements); 2014. p. 5–7.
11. Miller D, Schauer D. The ALARA Principle in Medical Imaging. 35. Soleimani H, Mirdoraghi M. A Review of the Status of
AAPM Newsl [Internet]. 2015;40(1):38–40. Available from: Diagnostic Reference Levels for Radiology in Iran Running
https://www.researchgate.net/ title : A Review of the Status of Diagnostic Reference Levels
publication/272504868_The_ALARA_principle_in_medical_i for A Review of the Status of Diagnostic Reference Levels for
maging Radiology in Iran Running. J Biomed Heal. 2017;(J).
12. FDI Policy Statement. Radiation Safety in Dentistry. 2014. 36. White SC, Scarfe WC, Schulze MSRKW, Douglass JM, Allan
13. Do K-H. General principles of radiation protection in fields of DDS, Farman G, et al. The Image Gently in Dentistry
diagnostic medical exposure. J Korean Med Sci [Internet]. Campaign Promotion of Responsible Use of Maxillofacial
2016;31:6–9. Available from: http://dx.doi.org/10.3346/ Radiology in Dentistry for Children. Oral Surg Oral Med Oral
14. C.White S, J.Pharoah M. Safety and Protection. In: White S, Pathol Oral Radiol [Internet]. 2014; Available from: http://
Pharoah M, editors. Oral Radiology Principles and dx.doi.org/10.1016/j.oooo.2014.06.001
Interpretation. 7th ed. St.Louis, Missouri: Elsevier Mosby; 37. Rehani MM. Radiological protection in computed
2014. p. 29–39. tomography and cone beam computed tomography. Ann
15. BAPETEN. PERKABAPETEN No.8 Tahun 2011 ICRP. 2015;44(1 Suppl):229–35.
tentangKeselamatan Radiasi dalam penggunaan pesawat 38. Szejk M, Kołodziejczyk-Czepas J, Żbikowska HM.
sinar x radiologi diagnostik dan intervensional. 2011. Radioprotectors in radiotherapy – advances in the potential

33 Jurnal Radiologi Dentomaksilofasial Indonesia 2020; 4(2); 27-34 | DOI: 10.32793/jrdi.v4i2.555


STUDI PUSTAKA

application of phytochemicals. Postepy Hig Med Dosw. 2016


Jun;70:722–34.
39. Oenning AC, Pauwels R, Stratis A, De Faria Vasconcelos K,
Tijskens E, De Grauwe A, et al. Halve the dose while
maintaining image quality in paediatric Cone Beam CT. Sci
Rep. 2019;9(1):1–9.

Jurnal Radiologi Dentomaksilofasial Indonesia 2020; 4(2); 27-34 | DOI: 10.32793/jrdi.v4i2.555 34

You might also like