You are on page 1of 10



Jurnal STIKES RS. Baptis


Volume 3, Edisi 1, Juli, 2010
ISSN 2085-0921
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU
PENCEGAHAN PENULARAN TUBERKULOSIS PARU PADA KELUARGA

Ferry Andreas Nugroho


Mahasiswa STIKES RS. Baptis Kediri
Email :stikesbaptisjurnal@ymail.com
Erwin Puji Astuti
Dosen Luar Biasa STIKES RS. Baptis Kediri
Email : stikesbaptisjurnal@ymail.com

ABSTRACT

Lung Tuberculosis (Lung TBC) is a infection disease that need family’s role is very
important to its prevention. The objective of this research is to analyze the relation between
knowledge level and attitude with prevention behavior of to the spreading of lung tuberculosis
(lung TBC) in the family in Work Region Public Health Center in North region of Kediri
Town
The design used in this research was correlational. The samples were 25 respondents
and taken by Simple random Sampling. The independent variable the relation between
knowledge level and attitude and the dependent variable was behavior. Data were collected
by questionnaire, then analyzed using Double Regression Test with the meaning level a <
0,05.
The result of the research showed more than 50% respondents they were 14
respondents (56%) had good knowledge level and the majority respondents have good
attitude they were 24 respondents (96%) and the most respondents have good and enough
attitude were 11 respondents (44%). The result of Double Logistic Regression got p=0,253
where p> so Ho was accepted, thus there is no relation between attitude and behavior.
The conclusion of this research is that there is no relation between knowledge level
and attitute with prevention behaviour of to the spreading of lung tuberculosis (lung TBC) in
the family in Work Region Public Health Center in North region of Kediri Town

Keywords : Knowledge, Attitude, Behavior, Lung Tuberculosis.

Pendahuluan masyarakat kasus Tuberkulosis paru (TBC


Tuberkulosis paru (TBC paru) adalah paru) terus mendapat perhatian khusus,
penyakit infeksius, yang terutama menyerang selain penyakit-penyakit yang merupakan
parenkim paru dan dapat juga ditularkan ke penyebab kematian lainnya. Proses
bagian tubuh lainnya, termasuk meningens, penyakit dan pengobatan yang
ginjal, tulang dan nodus limfe (Smeltzer & membutuhkan waktu lama (sekitar 6-8
Bare, 2002; 584). Angka mortalitas dan bulan). Upaya pemberantasan penyakit
morbiditasnya yang terus meningkat sehingga Tuberkulosis paru (TBC paru) merupakan
di pusat-pusat pelayanan kesehatan suatu usaha yang cukup berat, karena

19

Jurnal STIKES RS. Baptis
Volume 3, Edisi 1, Juli, 2010

menyangkut permasalahan sosial ekonomi terjadi penularan dalam anggota keluarga


masyarakat yang akhir-akhir ini mengalami lainnya. Akan tetapi penyakit Tuberkulosis
krisis yang berkepanjangan dan menimbulkan paru (TBC paru) dapat dicegah dengan
banyaknya pengangguran sehingga berbagai cara yaitu dengan hidup sehat
kemiskinan terjadi (Sumijatun, 2005; 146). (makan makanan bergizi, istirahat cukup,
World Health Organization (WHO) olah raga teratur, hindari rokok, alkohol,
dalam Annual Report of global TB Control obat bius dan hindari stres), bila batuk
menyatakan terdapat 22 negara dikategorikan mulut ditutup, jangan meludah di
sebagai high-burden countries terhadap sembarang tempat serta menerapkan
Tuberkulosis paru (TBC paru). Indonesia strategi DOTS (Directly Observed
termasuk peringkat ketiga setelah India dan Treatment, Shortcourse) (PPTI, 2004). Jika
China dalam menyumbang Tuberkulosis paru keluarga tidak memiliki pengetahuan
(TBC paru) di dunia. Menurut WHO estimasi tentang pencegahan penularan
insidence rate untuk pemeriksaan dahak Tuberkulosis paru (TBC paru) dengan
didapatkan Basil Tahan Asam (BTA) positif baik, maka sulit bagi keluarga untuk
adalah 115 per 100.000 (WHO, 2003). menentukan sikap serta mewujudkannya
Menurut Depkes RI (2002; 2) penyakit dalam suatu perbuatan (Ancok, 1999; 3).
Tuberkulosis paru (TBC paru) merupakan Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik
masalah utama kesehatan masyarakat dan untuk mengadakan penelitian dengan judul
merupakan penyebab kematian nomor 3 : “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan
setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit Sikap dengan Perilaku Pencegahan
saluran pernafasan pada semua kelompok usia Penularan Tuberkulosis paru (TBC paru)
dan nomor 1 dari golongan penyakit infeksi. pada Keluarga di Wilayah Kerja
Insiden dan prevalensi terbaru diperoleh dari Puskesmas Kota Wilayah Utara”.
hasil Survei Prevalensi Tuberkulosis paru
(TBC paru) terakhir tahun 2004 didapatkan Metode Penelitian
bahwa di daerah Jawa termasuk Jawa Timur Penelitian ini menggunakan desain
(kecuali DIY) memiliki prevalensi sebesar 107 Korelasional. Sampling yang digunakan
per 100.000 (WHO, 2003). Menurut data yang dalam penelitian ini adalah Simple Random
dihimpun dari pencatatan di Puskesmas Kota Sampling, populasinya adalah semua
Wilayah Utara, menunjukkan jumlah pasien keluarga yang salah satu anggota
dengan Tuberkulosis paru (TBC paru) di keluarganya menderita Tuberkulosis Paru
Puskesmas Kota Wilayah Utara bulan Pebruari (TBC Paru) Jumlah populasi pada bulan
2009 ada 33 orang (Puskesmas Kowilut, Pebruari 2009 sebanyak 33 orang. Setelah
2009). itu dikonversi ke besar sampel dengan
Pengetahuan dan sikap juga populasi finit Jadi besar sampel yang
menentukan perilaku keluarga. Perilaku didapatkan adalah 25 keluarga. Instrumen
merupakan suatu kegiatan atau aktivitas pengumpulan data yang digunakan dalam
organisme yang bersangkutan (Notoatmodjo, penelitian ini adalah berupa kuesioner, uji
2003). Oleh karena itu dalam hal pengobatan statistik yang di gunakan dalam penelitian
dan pencegahan penularan penyakit ini adalah Regresi Logistik Ganda.
Tuberkulosis paru (TBC paru) yang dilakukan
oleh keluarga sangatlah berperan supaya tidak

20

Jurnal STIKES RS. Baptis
Volume 3, Edisi 1, Juli, 2010

Hasil Penelitian Distribusi Frekuensi Karakteristik


1. Data Umum Responden Berdasarkan Pendidikan di
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Kota Wilayah
Jenis Kelamin Utara Tanggal 11 Mei 2009 - 6 Juni 2009
No Pendidikan Frekuensi %
Tabel 1
1. Tidak sekolah 0 0%
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden 2. SD 1 4%
Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja 3. SMP 6 24 %
Puskesmas Kota Wilayah Utara pada Tanggal 11 4. SMA 17 68 %
Mei 2009 - 6 Juni 2009 5. Akademi/ PT 1 4%
Jumlah 25 100%
Jenis Berdasarkan data di atas dapat
No. Frekuensi % diketahui bahwa sebagian besar responden
Kelamin
1. Laki-laki 10 40% dengan pendidikan SMA yaitu sebanyak
2. Perempuan 15 60% 17 responden (68 %).
Jumlah 25 100 %
c. Karakteristik Responden
Berdasarkan data di atas dapat
Berdasarkan Pekerjaan
diketahui bahwa lebih dari 50% responden
Tabel 4
dengan jenis kelamin perempuan yaitu
Distribusi Frekuensi Karakteristik
sebanyak 15 responden (60 %).
Responden Berdasarkan Pekerjaan di
Wilayah Kerja Puskesmas Kota Wilayah
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Utara Tanggal 11 Mei 2009 - 6 Juni 2009
Umur
Tabel 2 No. Pekerjaan Frekuensi %
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden 1. Tidak bekerja 5 20 %
Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja 2. Swasta 14 56 %
Puskesmas Kota Wilayah Utara Tanggal 11 3. Wiraswasta 6 24 %
Mei 2009 - 6 Juni 2009 4. Petani 0 0%
5. PNS / ABRI 0 0%
No. Umur Frekuensi % Jumlah 25 100%
1. 21-30 thn 6 24 % Berdasarkan data di atas dapat
2. 31-40 thn 10 40 % diketahui bahwa lebih dari 50% responden
3. 41-50 thn 6 24 % dengan pekerjaan swasta yaitu sebanyak 14
4. 51-60 thn 3 12 % responden (56 %).
5. >61 thn 0 0%
Jumlah 25 100% d. Karakteristik Responden
Berdasarkan data di atas dapat Berdasarkan Status dalam Keluarga
diketahui bahwa paling banyak responden
dengan umur 31-40 tahun yaitu sebanyak 10 Tabel 5
responden (40 %). Distribusi Frekuensi Karakteristik
Responden Berdasarkan Status dalam
Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
b. Karakteristik Responden Berdasarkan
Wilayah Utara Tanggal 11 Mei 2009 - 6 Juni
Pendidikan
2009
Tabel 3

21

Jurnal STIKES RS. Baptis
Volume 3, Edisi 1, Juli, 2010

Status dalam Frekuen Distribusi Frekuensi Sikap Keluarga dalam


No. %
Keluarga si Pencegahan Penularan Tuberkulosis Paru
1. Anak 9 36 % (TBC Paru) di Wilayah Kerja Puskesmas
2. Ibu 7 29 % Kota Wilayah Utara pada Tanggal 11 Mei
3. Ayah 6 24 % 2009 - 6 Juni 2009
4. Kakek 0 0%
5. Nenek 0 0% Sikap
6. Masih ada 3 12 %
No. Frekuensi %
Keluarga
ikatan darah 1. Baik 24 96 %
Jumlah 25 100% 2. Cukup 1 4%
Berdasarkan data di atas dapat diketahui 3. Kurang 0 0%
bahwa paling banyak responden dengan status
Jumlah 25 100 %
anak yaitu sebanyak 9 responden (36 %)
Berdasarkan data di atas dapat
2. Data Khusus diketahui bahwa mayoritas responden
a. Tingkat Pengetahuan Keluarga tentang memiliki sikap yang baik yaitu sebanyak
Pencegahan Penularan Tuberkulosis 24 responden (96 %).
Paru (TBC Paru) di Wilayah Kerja
Puskesmas Kota Wilayah Utara. c. Perilaku Keluarga dalam
Tabel 6 Pencegahan Penularan Tuberkulosis
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Paru (TBC Paru) di Wilayah Kerja
Keluarga tentang Pencegahan Penularan Puskesmas Kota Wilayah Utara.
Tuberkulosis Paru (TBC Paru) di Wilayah Tabel 8
Kerja Puskesmas Kota Wilayah Utara pada Distribusi Frekuensi Perilaku Keluarga
Tanggal 11 Mei 2009 - 6 Juni 2009 dalam Pencegahan Penularan
Tuberkulosis Paru (TBC Paru) di Wilayah
Tingkat Kerja Puskesmas Kota Wilayah Utara
No. Frekuensi %
Pengetahuan pada Tanggal 11 Mei 2009 - 6 Juni 2009
1. Baik 14 56 %
2. Cukup 10 40 % Perilaku
No. Frekuensi %
3. Kurang 1 4% Keluarga
Jumlah 25 100 % 1. Baik 11 44 %
Berdasarkan data di atas dapat 2. Cukup 11 44 %
diketahui bahwa lebih dari 50 % responden 3. Kurang 3 12 %
memiliki tingkat pengetahuan yang baik yaitu Jumlah 25 100 %
sebanyak 14 responden (56 %).
Berdasarkan data di atas dapat
b. Sikap Keluarga dalam Pencegahan
diketahui bahwa paling banyak responden
Penularan Tuberkulosis Paru (TBC
memiliki perilaku yang baik dan cukup
Paru) di Wilayah Kerja Puskesmas
masing-masing sebanyak 11 responden
Kota Wilayah Utara.
(44%)
Tabel 4.7

22

Jurnal STIKES RS. Baptis
Volume 3, Edisi 1, Juli, 2010

d. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan Penularan


Tuberkulosis Paru (TBC Paru) pada Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
Wilayah Utara.
Tabel 9
Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan Penularan
Tuberkulosis Paru (TBC Paru) pada Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Wilayah
Utara pada Tanggal 11 Mei 2009 - 6 Juni 2009
Perilaku
Tingkat Total
Baik Cukup Kurang
Pengetahuan
 %  %  %  %
Baik 7 28 % 6 24 % 1 4% 14 56 %
Cukup 4 16 % 5 20 % 1 4% 10 40 %
Kurang 0 0% 0 0% 1 4% 1 4%
Jumlah 11 44 % 11 44 % 3 12 % 25 100 %

Uji Regresi Logistik Ganda p = 0,253

Berdasarkan tabulasi silang di atas Logistik Ganda yang didasarkan taraf


dapat diketahui bahwa lebih dari 50 % kemaknaan yang ditetapkan ( = 0,05)
responden memiliki tingkat pengetahuan didapatkan p = 0,253 dimana p >  maka
yang baik yaitu sebanyak 14 responden (56 Ho diterima jadi tidak ada hubungan
%) dan paling banyak responden memiliki tingkat pengetahuan dengan perilaku
perilaku yang baik dan cukup masing- pencegahan penularan Tuberkulosis paru
masing sebanyak 11 responden (44 %). (TBC paru) pada keluarga di Wilayah
Setelah dilakukan uji statistik Regresi Kerja Puskesmas Kota Wilayah Utara.

e. Hubungan Sikap dengan Perilaku Pencegahan Penularan Tuberkulosis Paru (TBC


Paru) pada Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Wilayah Utara.
Tabel 10
Tabulasi Silang Hubungan Sikap dengan Perilaku Pencegahan Penularan Tuberkulosis Paru
(TBC Paru) pada Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Wilayah Utara pada Tanggal 11
Mei 2009 - 6 Juni 2009
Perilaku
Total
Sikap Baik Cukup Kurang
 %  %  %  %
Baik 11 44 % 11 44 % 2 8% 24 96 %
Cukup 0 0% 0 0% 1 4% 1 4%
Kurang 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%
Jumlah 11 44 % 11 44 % 3 12 % 25 100 %
Uji Regresi Logistik Ganda p = 0,078

23

Jurnal STIKES RS. Baptis
Volume 3, Edisi 1, Juli, 2010

Berdasarkan tabulasi silang di atas pengetahuan yang baik tentang pencegahan


dapat diketahui bahwa mayoritas penularan Tuberkulosis paru (TBC paru).
responden memiliki sikap yang baik yaitu Hal ini disebabkan karena faktor
sebanyak 24 responden (96 %) dan paling pendidikan responden, dimana hasil
banyak responden memiliki perilaku yang penelitian didapatkan sebagian besar
baik dan cukup masing-masing sebanyak responden dengan pendidikan SMA.
11 responden (44 %). Setelah dilakukan uji Seseorang dengan semakin tinggi tingkat
statistik Regresi Logistik Ganda yang pendidikan semakin mudah untuk
didasarkan taraf kemaknaan yang menerima informasi sehingga dengan
ditetapkan ( = 0,05) didapatkan p = semakin banyak informasi yang
0,078 dimana p >  maka Ho diterima jadi diperolehnya maka semakin baik pula
tidak ada hubungan sikap dengan perilaku tingkat pengetahuannya.
pencegahan penularan Tuberkulosis paru
(TBC paru) pada keluarga di Wilayah 2. Sikap Keluarga dalam Pencegahan
Kerja Puskesmas Kota Wilayah Utara. Penularan Tuberkulosis Paru (TBC
Paru) di Wilayah Kerja Puskesmas
Pembahasan Kota Wilayah Utara
1. Tingkat Pengetahuan Keluarga Hasil penelitian terhadap 25
tentang Pencegahan Penularan responden didapatkan responden yang
Tuberkulosis Paru (TBC Paru) di memiliki sikap baik sebanyak 24
Wilayah Kerja Puskesmas Kota responden (96 %), sikap cukup sebanyak 1
Wilayah Utara. responden (4 %) dan tidak ada responden
Hasil penelitian terhadap 25 yang memiliki sikap kurang (0 %). Secara
responden didapatkan responden yang teori, sikap sebagai suatu pola perilaku,
memiliki tingkat pengetahuan baik tendensi atau kesiapan antisipatif,
sebanyak 14 responden (56 %), cukup predisposisi untuk menyesuaikan diri
sebanyak 10 responden (40 %) dan kurang dalam situasi sosial, atau secara sederhana,
sebanyak 1 responden (4 %). Secara teori, sikap adalah respons terhadap situasi sosial
pengetahuan dan kognitif merupakan yang telah terkendali (Azwar, 2000; 50).
domain yang sangat penting untuk Hasil penelitian didapatkan mayoritas
terbentuknya tindakan seseorang. responden memiliki sikap yang baik dalam
Pengetahuan yang dicakup dalam domain pencegahan penularan Tuberkulosis paru
kognitif mempunyai enam tahapan, yaitu (TBC paru). Hal ini disebabkan karena
tahu, memahami, aplikasi, analisis, faktor umur responden, dimana hasil
sintesis, penilaian kembali (Notoatmodjo, penelitian didapatkan paling banyak
2003; 113). Menurut Gunarso (2000), responden dengan umur 31-40 tahun,
Tuberkulosis paru (TBC paru) adalah dimana pada usia tersebut seseorang telah
penyakit infeksius, yang terutama mencapai kematangan dalam berpikir dan
menyerang parenkim paru dan dapat juga bertindak.
ditularkan ke bagian tubuh lainnya,
termasuk meningens, ginjal, tulang dan 3. Perilaku Keluarga dalam Pencegahan
nodus limfe (Smeltzer & Bare, 2002; 584). Penularan Tuberkulosis Paru (TBC
50 % responden memiliki tingkat
24

Jurnal STIKES RS. Baptis
Volume 3, Edisi 1, Juli, 2010

Paru) di Wilayah Kerja Puskesmas didapatkan p = 0,253 dimana p >  maka


Kota Wilayah Utara Ho diterima, jadi tidak ada hubungan
Hasil penelitian terhadap 25 tingkat pengetahuan dengan perilaku
responden didapatkan responden yang pencegahan penularan Tuberkulosis paru
memiliki perilaku baik sebanyak 11 (TBC paru) pada keluarga di Wilayah
responden (44 %), perilaku cukup Kerja Puskesmas Kota Wilayah Utara.
sebanyak 11 responden (44 %) dan Program pemerintah saat ini sedang
perilaku kurang sebanyak 3 responden (12 gencar-gencarnya mencegah penyakit
%). Secara teori, perilaku dari pandangan Tuberkulosis paru (TBC paru) dengan
biologis adalah merupakan suatu kegiatan strategi DOTS (Directly Observed
atau aktivitas organisme yang Treatment, Shortcourse). Selain itu peran
bersangkutan (Notoatmodjo, 2003). keluarga dalam mencegah penularan
Perilaku manusia itu mempunyai penyakit Tuberkulosis paru (TBC paru)
bentangan yang sangat luas, mencakup juga sangat diperlukan. Keluarga
berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian. melakukan upaya pencegahan dengan cara
Menurut Notoatmodjo (2003), faktor- menerapkan pola hidup sehat (makan
faktor yang mempengaruhi terbentuknya makanan bergizi, istirahat cukup, olah raga
perilaku dibedakan menjadi 2, yakni faktor teratur, hindari rokok, alkohol, obat bius
intern dan ekstern. Hasil penelitian dan hindari stres), bila batuk mulut ditutup,
didapatkan paling banyak responden jangan meludah di sembarang tempat
memiliki perilaku yang baik dan cukup (PPTI, 2004). Jika keluarga tidak memiliki
dalam pencegahan penularan Tuberkulosis pengetahuan tentang pencegahan
paru (TBC paru). Hal ini disebabkan penularan Tuberkulosis paru (TBC paru)
karena pandangan atau persepsi keluarga dengan baik, maka sulit bagi keluarga
terhadap penyakit Tuberkulosis paru (TBC untuk menentukan sikap serta
paru) dianggap sangatlah penting untuk mewujudkannya dalam suatu perbuatan
segera disembuhkan dan dicegah (Ancok, 1999; 3). Hasil penelitian
penularannya dari pada penyakit infeksi didapatkan tidak ada hubungan tingkat
lainnya yang dimana dalam satu keluarga pengetahuan dengan perilaku pencegahan
terdapat penderita Tuberkulosis paru (TBC penularan Tuberkulosis paru (TBC paru)
paru) sehingga muncullah motivasi pada keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas
keluarga dalam berperilaku mencegah Kota Wilayah Utara. Hal ini disebabkan
penularan Tuberkulosis paru (TBC paru) karena meskipun lebih dari 50%
pada anggota keluarga lainnya. pengetahuan responden adalah baik dalam
pencegahan penularan Tuberkulosis paru
4. Hubungan Tingkat Pengetahuan (TBC paru), tetapi apabila tidak ditunjang
dengan Perilaku Pencegahan dengan faktor-faktor lain mungkin sarana
Penularan Tuberkulosis Paru (TBC dan prasarana yang kurang mendukung
Paru) pada Keluarga di Wilayah terjadinya perilaku, tokoh masyarakat yang
Kerja Puskesmas Kota Wilayah Utara dianggap sebagai landasan dalam
Berdasarkan hasil uji statistik berperilaku belum mewujudkan perilaku
Regresi Logistik Ganda yang didasarkan yang baik, pengalaman orang lain yang
pada tingkat kemaknaan  = 0,05 dianggap paling penting sebagai acuan

25

Jurnal STIKES RS. Baptis
Volume 3, Edisi 1, Juli, 2010

dalam berperilaku sehingga perilaku budaya masyarakat Indonesia umumnya


pencegahan penularan Tuberkulosis paru malu apabila dalam suatu keluarga
(TBC paru) tidak dapat diwujudkan terdapat penderita penyakit menular dan
dengan baik. takutnya keluarga tersebut akan menjadi
bahan pembicaraan masyarakat serta akan
5. Hubungan Sikap dengan Perilaku dikucilkan dari pergaulan masyarakat.
Pencegahan Penularan Tuberkulosis
Paru (TBC Paru) pada Keluarga di Kesimpulan
Wilayah Kerja Puskesmas Kota 1. Tingkat pengetahuan keluarga tentang
Wilayah Utara pencegahan penularan Tuberkulosis
Berdasarkan hasil uji statistik Regresi paru (TBC paru) di Wilayah Kerja
Logistik Ganda yang didasarkan pada Puskesmas Kota Wilayah Utara
tingkat kemaknaan  = 0,05 didapatkan p didapatkan lebih dari 50 % responden
= 0,078 dimana p >  maka Ho diterima, memiliki tingkat pengetahuan baik
jadi tidak ada hubungan sikap dengan yaitu sebanyak 14 responden (56 %).
perilaku pencegahan penularan 2. Sikap keluarga dalam pencegahan
Tuberkulosis paru (TBC paru) pada penularan Tuberkulosis paru (TBC
keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas paru) di Wilayah Kerja Puskesmas
Kota Wilayah Utara. Keluarga melakukan Kota Wilayah Utara didapatkan
upaya pencegahan dengan cara mayoritas responden memiliki sikap
menerapkan pola hidup sehat (makan baik yaitu sebanyak 24 responden (96
makanan bergizi, istirahat cukup, olah %).
raga teratur, hindari rokok, alkohol, obat 3. Perilaku keluarga dalam pencegahan
bius dan hindari stres), bila batuk mulut penularan Tuberkulosis paru (TBC
ditutup, jangan meludah di sembarang paru) di Wilayah Kerja Puskesmas
tempat (PPTI, 2004). Pandangan umum Kota Wilayah Utara didapatkan paling
mengenai hubungan sikap dan perilaku banyak responden memiliki perilaku
yaitu postulat consistency (sikap verbal) baik dan cukup masing-masing
merupakan petunjuk yang cukup akurat sebanyak 11 responden (44 %).
untuk memprediksikan apa yang 4. Tidak ada hubungan tingkat
dilakukan seseorang bila ia dihadapkan pengetahuan dengan perilaku
pada suatu obyek sikap. Tingginya pencegahan penularan Tuberkulosis
temuan penderita Tuberkulosis paru paru (TBC paru) pada keluarga di
(TBC paru) akibat masih ada perasaan Wilayah Kerja Puskesmas Kota
malu dari penderita dan keluarga bahkan Wilayah Utara.
sebagian masyarakat mengucilkan 5. Ada hubungan sikap dengan perilaku
penderita penyakit menular tersebut. pencegahan penularan Tuberkulosis
Hasil penelitian didapatkan tidak ada paru (TBC paru) pada keluarga di
hubungan sikap dengan perilaku Wilayah Kerja Puskesmas Kota
pencegahan penularan Tuberkulosis paru Wilayah Utara.
(TBC paru) pada keluarga di Wilayah
Kerja Puskesmas Kota Wilayah Utara. Daftar Pustaka.
Hal ini dapat dimungkinkan faktor
26

Jurnal STIKES RS. Baptis
Volume 3, Edisi 1, Juli, 2010

Ahmadi, Abu. (2002). Psikologi Sosial. Dep Kes RI. (2002). Pedoman Nasional
Jakarta : Rineka Cipta. Penanggulangan Tuberkulosis.
Ancok, Djamaluddin. (1999). Pencegahan Cetakan ke-8. Din Kes Prop. Jatim
dan Penularan TBC Paru pada Jakarta.
Keluarga. Dep. Kes RI. (2006). Tuberkulosis Paru.
http://library.usu.ac.id/index.php.co http://www.tbcindonesia.or.id.
mponent/journals/index.php? Diakses 4 Maret 2008 jam 8 pm.
option-com- Dep.Kes. RI. (2008). Lembar Fakta
_journal_review&id=6173&task=vie Tuberkulosis.
w. Diakses tanggal 4 Maret 2009 http://www.tbcindonesia.or.id.
jam 1030 am. Diakses 4 Maret 2008 jam 7 pm.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Effendy, Nasrul. (1998). Dasar-dasar
Penelitian Pendekatan Praktek. Keperawatan Masyarakat. Edisi 2.
Jakarta : Rineka Cipta. Jakarta: EGC.
Asih, Ni Luh Gde Yasmin dan Christantie, Friedman, Marilyn, M. (1998).
Effendy. (2004). KMB Klien Keperawatan Keluarga. Edisi 3.
dengan Gejala Saluran Jakarta : EGC.
Pernafasan. Jakarta: EGC. Gunarso, Singgih, D. (2000). Psikologi
Asih, Ni Luh Gde Yasmin. (2003). KMB Perkembangan. http://id.
Klien dengan Gejala Saluran wikipedia.org/wiki/.
Pernafasan. Jakarta: EGC. Harian Suara Pembaharuan. (2006). Infeksi
Astaqauliyah. (2007). Hari Tuberkulosis Penyakit Menular.
Sedunia. http://www.Newswindow.php.htm)
http://astaqauliyah.com/2007/ Kuncoroningrat. (1997). Psikologi
03/26/hari-tuberculosis-sedunia/ Manusia.
Diakses Tanggal 4 Maret 2009 Jam http://id.wikipedia.org/wiki/
10 am. Meliono, Irmayanti. (2007). Pengetahuan.
Azwar, Saifudin. (2000). Sikap Manusia http://id.wikipedia.org/wiki/
Teori dan Pengukurannya. Murid. (2009). Tuberkulosis Paru dan
Jogjakarta: Pustaka Pelajar. Tuberkulosis Anak.
Azwar, Saifudin. (2008). Sikap Manusia http://www.wordpress.com.
Teori dan Pengukurannya. Edisi Diakses Tanggal 31 Maret 2009
Kedua. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. Jam 7 pm.
Bahar, Asril. (2008). Ilmu Penyakit Dalam. Notoatmodjo, Soekidjo. (2002). Pengantar
Jakarta : EGC. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Blogspot. (2008). Apakah TBC. Perilaku Kesehatan. Jakarta :
http://overdiagnosistbe.blogspot.co Rineka Cipta.
m/2008/06/apakah.tbc.html. Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Ilmu
Diakses Tanggal 15 Maret 2009 Kesehatan Masyarakat Prinsip-
Jam 8 pm. prinsip Dasar. Jakarta: Rineka
Dempsey, Patrician Ann. (2002). Riset Cipta.
Keperawatan. Edisi 4. Jakarta:
EGC.

27

Jurnal STIKES RS. Baptis
Volume 3, Edisi 1, Juli, 2010

Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Promosi Sobur, Alex. (2007). Psikologi Umum.


Kesehatan Teori dan Praktek. Bandung : Pustaka Setia.
Jakarta: Rineka Cipta. Sumijatun. (2005). Konsep Dasar
Nursalam dan Pariani, Siti. (2001). Keperawatan Komunitas. Jakarta :
Metodologi Riset Keperawatan. EGC.
Surabaya: Sagung Seto. Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan
Nursalam. (2000). Metodologi Riset Keluarga. Jakarta : EGC.
Keperawatan. Surabaya: Sagung Survei Prevalensi Tuberkulosis di
Seto. Indonesia. (2004). Badan
Nursalam. (2001). Metodologi Riset Penelitian dan Pengembangan
Keperawatan. Jakarta : Sagung Kesehatan. Jakarta : Departemen
Seto. Kesehatan RI.
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Tempo. (2008). Tuberkulosis Paru.
Metodologi Penelitian Ilmu www.tempointeraktif.com.
Keperawatan. Jakarta : Salemba WHO. (2003). Survei Prevalensi
Medika. Tuberculosis Tahun 2004. .
Nursalam. (2008). Konsep dan http://www.tbcindonesia.or.id.
Penerimaan Metodologi Penelitian Diakses 4 Maret 2009 jam 7 pm
Keperawatan. Surabaya: Salemba
Medika.
Puskesmas Kowilut. (2009). Laporan
Bulanan Data Kesakitan. Kediri :
Puskesmas Kowilut.
PPTI. (2004). Pencegahan Penularan
Penyakit TBC. www.geogle.co.id.
Purnomo, Windhu. (2005). Penyusunan
Instrumen dan Analisis Data pada
Penelitian Kuanlitatif yang
Disampaikan dalam Desiminasi
Juknis Ujian Akhir Program
(UAP). Surabaya : FKPKK.
Rani. (2009). Sikap Keluarga dalam
Pencegahan Tuberkulosis Paru.
http://www.indo-skripsi.com.
Diakases 25 April 2009 Jam 8 pm.
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan
Riset Keperawatan. Edisi 1.
Jogjakarta : Graha Ilmu.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda C. Bare.
(2002). Keperawatan Medikal
Bedah. Edisi 8. Volume I. Jakarta:
EGC.

28

You might also like