You are on page 1of 13

Analisis Teknis Penangkapan Dan Komposisi Hasil Tangkapan… (Nano Saputra.

et al)

ANALISIS TEKNIS PENANGKAPAN DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN


MENGGUNAKAN PUKAT HELA (Trawl)
DI PESISIR UTARA TARAKAN

Nano Saputra1), Gazali Salim2), Yulma2)


1)
Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan
2)
Staf Pengajar Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Borneo Tarakan,
Jl. Amal Lama No.1, Tarakan. Kalimantan Utara. 77123.
Email : axza_oke@yahoo.com

ABSTRACT

The aim of research is analyze of technical arrest and composition of the catch of fishermen
using trawl hela in waters the northern coast of Tarakan. This research used a descriptive
exploratory. Retrieving data using purposive sampling station by 10%.
The results research of the technical fisheries trawl of hela in Waters Juata ; Ship category
is 47% ; while the smallest 12%. Cargo capacity (GT) most dominating 3 GT 47%, while
the smallest 6% : fishermen in the value of the engine unit 2 of 59%. Duration setting,
towing, and hauling every fisherman, but the most dominating of any duration : set a
duration of 20 minutes as much as 47% : 5 hours towing as much as 53% ; Transporting a
duration of 30 minutes, as much as 41%. The results of the study the total number of catches
that all fishermen ; Main catch capturing 91%, while the catch by capturing 6%; Dispose
of catches at 3% ; The main catches are playing the highest catch of fishermen as much as
430 kg ; Catches up with the catch at the dominance is Penaeus esculentus by 30% ;
Discard catch was dominated is Prapenaepsis sculptilis by 30%.

Keywords: trawl hela; technical arrest; catch composition; Tarakan

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis teknis penangkapan dan komposisi hasil
tangkapan nelayan menggunakan kan hela di perairan utara Pesisir Tarakan. Penelitian ini
digunakan deskriptif eksplorasi. Pengumpulan data survei (observasi langsung ke bidang)
dan wawancara. Mengambil data tiap Stasiun menggunakan purposive sampling dengan
10%.
Hasil penelitian alat tangkap pukat Hela di perairan Juata untuk Kapal kategori terbesar
adalah 47%; Sedangkan terkecil 12%. Kapasitas kargo (GT) yang paling mendominasi 3
GT 47%, sedangkan terkecil 6% : nelayan menggunakan 2 mesin sebesar 59%. Durasi
setting, towing dan hauling, yang paling mendominasi selama 20 menit sebesar 47% : 5
jam towing sebesar 53%; Hauling durasi 30 menit sebesar 41%. Hasil penelitian jumlah
tangkapan para nelayan. Hasil tangkapan utama sebesar 91%, hasil tangkapan sementara
sebesar 6%; discard sebesar 3% ; Hasil tangkapan utama tertinggi yang didapatkan nelayan
sebanyak 430 kg ; Hasil tangkapan yang mendominasi adalah udang esculentus 30%;
Discard didominasi adalah Prapenaepsis sculptilis sebesar 30%.

Kata kunci: pukat hela; teknis alat tangkap; komposisi hasil tangkapan; Tarakan

58 © Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2016


Jurnal Harpodon Borneo Vol.9. No.1. April. 2016 ISSN : 2087-121X

PENDAHULUAN didapatkannya hanya pada saat musim-


musim tertentu (pada musim penagkapan).
Latar Belakang Ada beberapa faktor yang menyebabkan
Kota Tarakan memiliki sumberdaya sebagian spesies ikan nomei menyukai
hayati laut berupa ikan yang cukup daerah perairan Juata Kota Tarakan.
berlimpah, potensi perikanan tangkap Menurut Nomura dan Yamazaki (1977) dan
terindikasi terjadinya kekurangan hasil Laecastu dan Hayes (1981) berpendapat
tangkapan dimana hal ini dikarenakan bahwa ada 3 hal pokok yang mendasari suatu
adanya peningkatan baik dari segi kualitas spesies ikan menyukai habitatnya, yaitu; (1)
ataupun dari segi kuantitas jumlah kapal lingkungan hidup sesuai dengan kondisi
ataupun jumlah nelayan dalam menangkap tubuhnya ; (2) Sebagai daerah sumber
ikan. Salah satu langkah strategis yaitu makanan; (3) sebagai daerah yang cocok
dengan cara mengkaji berbagai teknologi untuk bereproduksi (pemijahan).
penagkapan baik secara teknis ataupun
secara hasil tangkapan nelayan terutama di Tujuan Penelitian
daerah pesisir Utara Tarakan. Tujuan penelitian yaitu menganalisis
Pesisir Utara kota Tarakan merupakan secara teknis mengenai penangkapan dan
daerah perairan Juata. Perairan Juata komposisi hasil tangkapan nelayan
memiliki sumberdaya hayati laut yang menggunakan pukat hela (mini trawl) di
memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, Perairan Utara Pesisir Tarakan.
salah satunya adalah ikan nomei (Harpadon
neherues). Nelayan di daerah Juata kota BAHAN DAN METODE
Tarakan menggunakan alat tangkap pukat
hela atau biasa masyarakat setempat Waktu dan Tempat
menyebutkan sebagai mini trawl. Pukat hela Penelitian ini di laksanakan selama 6
(mini trawl) tersebut sudah dimodifikasi dan (enam) bulan dari November 2015 - April
memiliki nilai sejarah sebagai alat tangkap 2016 di daerah Juata Pesisir Utara Tarakan.
yang sudah sejak lama dioperasikan oleh Lokasi pengambilan sampel dilakukan
nelayan diperairan Juata Laut Kota Tarakan disekitar perairan Juata Pesisir Utara
dengan tangkapan target utama adalah ikan Tarakan yaitu alat tangkap pukat hela (mini
nomei/ikan tipis (Harpadon neherues). Ikan trawl). Titik lokasi pengambilan sampel
nomei banyak di dapat pada perairan Juata disajikan pada peta sebagai berikut.
utara Pesisir Tarakan, dimana ikan ini

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

© Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2016 59


Analisis Teknis Penangkapan Dan Komposisi Hasil Tangkapan… (Nano Saputra. et al)

Prosedur Penelitian Kegiatan pengumpulan data sekunder


Prosedur penelitian dalam akan dilakukan pada penelusuran laporan/
pengumpulan data hasil kuisioner publikasi resmi pemerintah Kota Tarakan
(Interview) dan survei langsung ke lapangan (Dinas Kelautan dan Perikanan) dan sitasi
mengenai aspek teknis dan komposisi hasil ilmiah di perpustakaan Fakultas Perikanan
tangkapan. dan Ilmu Kelautan dan Perpustakaan
Universitas Borneo Tarakan.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Analisis Data
penelitian deskriptif eksploratif dimana a. Analisa deskriptif mengenai aspek teknis
semua data diperoleh dengan melakukan unit penangkapan berdasarkan hasil
pengukuran secara langsung di lapangan. pengumpulan data melalui kegiatan
pengukuran secara langsung terhadap
Pengumpulan Data unit penangkapan (jaring, kapal, mesin
Pengumpulan data dengan survei dan dan alat bantu penangkapan)
pengamatan langsung ke lapangan. menggunakan sajian tabel atau grafik
Kegiatan pengumpulan data berupa hasil untuk menggambarkan aspek teknisnya.
wawancara (interview) dengan nelayan Analisa deskriptif naratif tentang metode
menggunakan kuesioner terstruktur sesuai penangkapan ikan nomei serta penyajian
tujuan penelitian. Jenis data aspek unit daerah penangkapan dalam bentuk peta
penangkapan meliputi : Ukuran kapal, berdasarkan penetapan titik (plotting)
dimensi alat tangkap, keragaan mesin kapal. daerah penangkapan dengan
Jenis data aspek operasi penangkapan menggunakan GPS.
meliputi : Trip kapal, metode penangkapan b. Analisa GT (gross ton) kapal nelayan
dan hasil tangkapannya. Informasi utama Juata Laut berdasarkan hasil
dari faktor inputan unit penangkapan ikan pengumpulan data melalui kegiatan
yang dicari diantaranya; Gross tonnage pengukuran secara langsung
kapal (GT), dimensi kapal, dimensi alat menggunakan cara pengukuran dalam
tangkap, kekuatan mesin (HP), jumlah trip negeri, dihitung sesuai dengan ketentuan
per bulan. Aspek output adalah keragaan dalam Keputusan Dirjen PERLA No. PY.
teknis unit penangkapan pukat hela dan 67/16/-02, dengan rumus sebagai berikut:
komposisi hasil tangkapan pukat hela.
GT (Gross tonnage) = 0,25 x V
Pengambilan komposisi hasil tangkapan
pukat hela di dermaga/pelabuhan Juata Laut Keterangan:
Kota Tarakan adalah hasil tangkapan yang V: jumlah isi dari ruangan dibawah
didaratkan armada pukat hela dari jumlah geladak ke atas ditambah dengan
observasi sampel yang diambil. ruangan-ruangan diatas geladak ke atas
Pengambilan data stasiun yang tertutup sempurna yang berukuran
menggunakan metode purposive sampling. tidak 1 meter kubik.
Gay dan dehl (1996) bahwa penelitian Nilai 0,25: Adalah nilai konversi dari
diambil sampelnya 10% dari populasi (lebih satuan meter kubik kesatuan ton register
dari 100). Jika populasi lebih besar diatas (nilai mutlak).
200, maka diambil 20% dari populasi.
Isi ruangan di bawah geladak =
Setiap stasiun (RT) diambil data wawancara
LxBxDxf
dan pengukuran langsung secara purposive
sampling dimana nelayan yang dilakukan Keterangan:
pengambilan data merupakan nelayan yang L : Panjang kapal.
menggunakan alat tangkap pukat hela yang B : Lebar kapal.
masih aktif. D : Lalam kapal.

60 © Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2016


Jurnal Harpodon Borneo Vol.9. No.1. April. 2016 ISSN : 2087-121X

F : Faktor, ditentukan menurut bentuk HASIL DAN PEMBAHASAN


penampang melintang dan atau jenis
kapal, dengan ketentuan sebagai A. Perikanan Pukat Hela
berikut: 1. Alat tangkap pukat hela
- 0,85 bagi kapal-kapal dengan bentuk Hasil penelitian terhadap unit alat
penampang penuh bagi kapal-kapal tangkap pukat hela (mini trawl) yang
dengan dasar rata, secara umum dioperasikan nelayan Juata Laut bervariasi,
digunakan bagi kapal tongkang. memiliki desain dan dimensi yang berbeda
- 0,70 bagi kapal-kapal dengan bentuk ukuran berdasarkan besaran kapal yang
penampang hampir penuh atau digunakan. Panjang sayap (wing) berkisar
dengan dasar agak miring dari 10,25+5,75 meter, badan (body) pukat
tengah-tengah ke sisi kapal, secara berkisar 15+5 meter, lebar berkisar 4+2
umum digunakan bagi kapal motor meter, panjang kantong (condend) berkisar
- 0,50 bagi kapal-kapal yang tidak 5,25+2,75 meter, lebar berkisar 1,75+0,75
termasuk dua golongan diatas, atau meter, panjang tali penarik (warp line)
secara umum digunakan bagi kapal berkisar 12,5+5,5 meter, panjang papan
layar dibantu motor. pembuka mulut (otterboard) berkisar
c. Analisis komposisi hasil tangkapan. 1,425+0,225 meter, lebar berkisar 0,65+0,15
Setelah dilakukan pengidentifikasian data meter, pemberat (singkler) beratnya berkisar
diolah dengan menggunakan software 17,5+3,5 kg, pelampung (floating)
microsoft excel untuk mengetahui jumlahnya berkisar 13,5+6,5 buah, rantai
komposisi jenis hasil tangkapan pukat pengejut (tingkler cain) panjang berkisar
hela, baik yang target tangkapan utama 15+5 meter, mulut jaring bagian atas
(Main catch) maupun yang bukan target (headrope) panjang berkisar 11,25+4,25
tangkapan sebagai hasil tangkapan meter, lebar berkisar 4,2+2,8 meter, mulut
sampingan (By catch), dan tangkapan jaring bagian bawah (groundrope) panjang
buangan (Discard) dengan menggunakan berkisar 11,5+4,5 meter, lebar berkisar
satuan komposisi jenis dan komposisi kg. 4,75+2,75 meter, dan ukuran mata jaringya
Data primer dari hasil pengamatan 0,5 cm (Gambar 2).
(survei) lapangan pada nelayan pukat
hela Juata Laut Kota Tarakan akan
diklasifikasikan, ditabulasi, dan disajikan
dalam bentuk tabel-grafik. Analisa data
tersebut menggunakan formulasi
Akiyama (1997), perbandingan main
catch, by catch, dan discard sebagai
berikut.

Tingkat main catch (%) =


∑ 𝑚𝑎𝑖𝑛 𝑐𝑎𝑡𝑐ℎ
∑ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑎𝑛
X 100

Tingkat by catch (%) = Gambar 2. Alat tangkap Pukat hela (mini


∑ 𝑏𝑦 𝑐𝑎𝑡𝑐ℎ
∑ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑎𝑛
X 100 trawl) (Saputra, 2016)

Tingkat discard (%) = 2. Kapal motor berdasarkan luas


∑ 𝑑𝑖𝑠𝑐𝑎𝑟𝑑 Berdasarkan hasil wawancara

X 100 (interview) dan pengukuran secara langsung
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑎𝑛
dilapangan bahwa kapal motor nelayan
panjang berkisar 11+3 meter, lebar berkisar

© Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2016 61


Analisis Teknis Penangkapan Dan Komposisi Hasil Tangkapan… (Nano Saputra. et al)

1,7+0,5 meter, dan dalam/tinggi kapal


berkisar 10,5+2,5 meter.

Tabel 1. Luas kapal motor Juata Laut


No Luas Kapal Kapal Nelayan Persentase (%)
1 Kapal kecil ( 9,60 - 13,93) 2 12
2 Kapal sedang (13,94 - 20,24) 8 47
3 Kapal besar (20,25 - 29,40) 7 41
Jumlah 17 100

kapal 2 GT berjumlah 3 orang, kapasitas


muatan kapal 3 GT berjumlah 8 orang,
kapasitas mutan kapal 4 GT berjumlah 1
orang, dan kapasitas muatan kapal yang 5
GT berjumlah 4 orang, kemudian didapatkan
hasil persentase kapasitas muatan GT dari
total 17 nelayan disajikan pada (Gambar 4).
Berdasarkan (Gambar 4), bahwa kapal
motor pukat hela yang paling banyak di
gunakan oleh nelayan Juata Laut adalah
kapal yang memiliki kapasitas muatan 3 GT
Gambar 3. Persentase luas kapal motor tiap sebesar 47% dan kapal yang sedikit
nelayan digunakan oleh nelayan juata Laut memiliki
kapasitas muatan kapal sebanyak 1 GT dan
Berdasarkan (Tabel 1 dan Gambar 3) bahwa 4 GT sebesar 6%. Menurut Suryana, et. al.,
luas kapal yang digunakan nelayan Juata (2013), bahwa semakin besar dimensi kapal
Laut bervariasi rata-rata paling banyak maka kemampuan kapal tersebut untuk
menggunakan kapal sedang luas kisaran membawa pukat dan alat bantu penangkapan
13,95- 20,25, dengan nilai persentase (47%). ikan lainnya semakin besar, dengan
demikian jarak fishing ground-nya akan
3. Kapasitas muatan GT (gross tonnage) semakin luas. Ukuran kapal memiliki
Presentase kapasitas muatan kapal (GT) pengaruh yang cukup besar terhadap
pergerakan kapal seperti gerakan memutar.
6%

Kapal GT 1 4. Mesin (Alat penggerak kapal)


23% Daya mesin kapal dari total 17 nelayan
18% Kapal GT 2
Kapal GT 3
terdapat 2 kategori yang menggunakan
6% mesin 1 unit dan yang menggunakan 2 unit,
Kapal GT 4
dengan kekuatan mesin 26-300 PK. Nelayan
47% Kapal GT 5
yang menggunakan mesin 1 unit berjumlah
7 orang nelayan, dan yang menggunakan
mesin 2 unit sebanyak 10 orang total dari 17
Gambar 4. Persentase kapasitas muatan orang nelayan (Tabel 3), kemudian
kapal (GT) tiap nelayan selanjutnya didapatkan persentase yang
disajikan pada (Gambar 5).
Kapal nelayan yang muatan kapal 1
GT berjumlah 1 orang, kapasitas muatan

62 © Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2016


Jurnal Harpodon Borneo Vol.9. No.1. April. 2016 ISSN : 2087-121X

Mesin (unit) sudah diturunkan semuanya, barulah papan


pembuka mulut jaring (otterboard), dibuang
masing kebagian sisi kiri dan kanan kapal
41% Mesin 1 (buritan kapal). Pada saat jaring diturunkan
59% kecepatan kapal harus dipercepat agar
Mesin 2
jarring mengembang secara normal serta
papan pembuka mulut jarring (otter board)
Gambar 5. Presentase mesin (Alat dapat membuka mulut jaring dengan baik.
penggerak kapa) tiap nelayan Kecepatan pada saat seting berkisar antara 3-
3,5 km/jam.
Berdasarkan (Gambar 5) bahwa
nelayan pukat hela lebih dominan
menggunakan mesin 2 unit dengan
prosentase sebesar 59% dan yang paling
sedikit menggunakan mesin 1 unit dengan
prosentase sebesar 41%. Hal ini
menunjukkan bahwa mengapa nelayan lebih
dominan menggunakan mesin 2 unit
dibanding menggunakan 1 unit, karena
menggunakan mesin 2 unit lebih
mempermudah pada saat proses
penagkapan, terutama pada saat penaganan
hasil tangkapannya, namun kemampuan atau
daya mesin dalam satuan horse power (HP), Gambar 6. Kegiatan setting (penurunan
secara umum tidak begitu memberikan jaring) (Saputra, 2016)
pengaruh terhadap hasil tangkapan ikan.
Berikut ini tabel dan gambar mengenai
5. Tahap persiapan berangkat menuju durasi setting (penurunan jaring), bervariasi
daerah penagkapan (fishing ground) yaitu dengan jumlah kapal nelayan yang
Berdasarkan pengamatan secara durasi setting 10 menit berjumlah 3 orang,
langsung di lapangan, pengoperasian pukat durasi setting 20 menit berjumlah 8 orang,
hela dilakukan pada pagi hari sampai dengan durasi setting 15 menit berjumlah 3 orang.
sore hari, yaitu sekitar pukul jam 07.00-
12.00 wita, dalam 1 hari ada 2 trip Persentase durasi penurunan (Setting)
penagkapan (jumlah melaut), namun yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 18% 17% Durasi 10 Menit
menggunakan 1 trip.
Durasi 20 Menit
Berikut adalah tahap-tahap operasi 18%
penagkapan ada 3 tahap yaitu. Durasi 15 Menit
a. Setting (penurunan jaring) 47%
Durasi 30 Menit
Sebelum dilakukan penurunan jaring
tentukan titik koordinat posisi setting
(penurunan jaring) dengan mengggunakan Gambar 7. Presentase durasi Setting tiap
GPS, kemudian pukat hela yang akan nelayan
dioperasikan disiapkan dibelakang buritan
kapal, setelah semuanya siap, kemudian Berdasarkan (Gambar 7) mengenai
pukat diturunkan secara perlahan dimulai setting (durasi penurunan), durasi penurunan
dari bagian kantong jaring (condend), alat tangkap yang paling banyak selama 20
kemudian disusul dengan badan pukat menit dengan prosentase 47%, namun
(body), setelah bagian kantong dan badan prosentase terkecil menggunakan setting

© Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2016 63


Analisis Teknis Penangkapan Dan Komposisi Hasil Tangkapan… (Nano Saputra. et al)

dengan durasi penurunan selama 10 menit Upaya penagkapan (Towing)


dengan prosentase 17%. Hal ini diduga
karena dimensi alat tangkap yang digunakan
setiap nelayan berbeda ukuran, baik dari 47%
Durasi 4 Jam
panjang jaringnya maupun dari kecepatan 53%
penurunan alat tangkapnya. Namun dalam Durasi 5 Jam
hasil tangkapan tidak begitu berpengaruh,
besar kecilnya hasil tangkapan tergantung
dari upaya penagkapannya (memperpanjang Gambar 9. Prsentase durasi upaya
durasi towing). penagkapan (Towing) tiap
b. Towing (Upaya penangkapan) nelayan
Setelah semua jaring diturunkan, kapal
bergerak menarik alat tangkap selama Berdasarkan (Gambar 9) mengenai
berkisar antara 4-5 jam. Kecepatan pada towing (upaya penagkapan) yang digunakan
saat penarikan (Towing) berkisar antara 3,8- nelayan Juata Laut adalah durasi towing 4-5
3,9 km/jam. Jika kecepatan kapal pada saat jam dengan prosentase 53% (5 jam) dan nilai
towing terlalu lambat, maka papan pembuka prosentase 47% (4 jam), sedangkan paling
mulut jaring (otterboard) dan bukaan mulut banyak digunakan dari total seluruh nelayan
jaring tidak optimal sehingga akan yaitu menggunakan durasi towing selama 5
mengeruk banyak lumpur. Tapi jika terlalu jam dalam 1 trip (jumlah melaut), namun
cepat juga akan mempengaruhi papan yang paling terendah adalah menggunakan
pembuka mulut jaring (otterboard) dan durasi 4 jam. Hal ini dapat berpengaruh
bukaan mulut jaring tidak optimal, sehingga terhadap hasil tangkapan nelayan, bahwa
alat tangkap yang dioperasikan akan diduga semakin lama durasi upaya
melayang. Kegiatan towing (upaya penagkapan (towing) yang digunakan maka
penagkapan) disajikan pada (Gambar 8). semakin baik pula hasil tangkapan yang
didapatkan, dan tentunya dalam hal ini
menyesuaikan besar dan kecilnya kapal
maupun alat tangkap yang digunakan
nelayan. Hal ini sesuai dengan strategi/taktik
operasi penangkapan ikan menurut
Andersen dan Christensen (2006) dan
Cinner et al., (2008), dimana salah satunya
adalah memperpanjang waktu operasi
penangkapan ikan. Perpanjangan waktu
operasi penangkapan ikan dapat diartikan
pula bahwa proses menangkap ikan yang
biasa mereka lakukan sudah tidak
menghasilkan hasil tangkapan seperti
Gambar 8. Kegiatan towing (upaya sebelumnya, sehingga mereka harus
penagkapan) (Saputra, 2016) menambah upaya penangkapan ikan dengan
memperpanjang trip penangkapan ikan.
Hasil pengolahan data, terdapat Namun demikian, penambahan lama trip
jumlah durasi towing 4 jam berjumlah 8 operasi penangkapan ikan bukan berarti
orang dan yang durasi towing 5 jam menambah jumlah atau frekuensi haulin,
berjumlah 9 orang total dari 17 nelayan, mereka diduga telah melakukan operasi
kemudian dari hasil durasi towing dari penangkapan ikan dengan cara yang efektif
seluruh nelayan didapatkan persentase yaitu dan efisien.
disajikan pada (Gambar 9).

64 © Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2016


Jurnal Harpodon Borneo Vol.9. No.1. April. 2016 ISSN : 2087-121X

c. Hauling (Pengangkatan jaring) Hasil penelitian yang dilakukan bahwa


Pada saat hauling kecepatan mesin durasi Hauling selama 20 menit berjumlah 4
dikurangi, agar pada saat proses orang, durasi 30 menit berjumlah 7 orang,
pengangkatan lebih mudah, setelah kedua dan durasi 60 menit sebanyak 6 orang
sisi tali penarik kanan dan kiri sampai pada nelayan, total seluruh nelayan, disajikan
ujung pangkal jaring, setelah itu untuk pada (Gambar 11).
mempermudah badan jaring terangkat
Presentase durasi pengangkatan (Hauling)
dengan cepat keatas buritan kapal, dibantu
menggunakan line holler, alat bantu tangkap
ini berfungsi sebagai penarik tali ris, dimana
24% Durasi 20
alat tangkap pukat hela tersebut kemudian 35%
ditarik dengan menggunakan mesin yang Durasi 30
telah di desain sedemikian rupa,dengan
prinsip kerjanya tali ris dikaitkan pada blok Durasi 60
41%
line holler kemudian diputar, setelah itu
kemudian kedua papan pembuka mulut
jaring diangkat, baik yang kiri maupun yang Gambar 11. Persentase durasi hauling
kanan, lalu setelah kedua papan pembuka (penagangkatan jaring) tiap
terangkat semua kecepatan kapal di tambah, nelayan
agar badan jaring lebih mudah naik ke atas
permukaan laut, perlahan badan jaring Berdasarkan (Gambar 11) bahwa
ditarik sampai pada katongnya, dan hasil durasi hauling (pengangkatan jaring) paling
tangkapan dikeluarkan dari kantong dengan lama selama 30 menit dengan prosentase
membuka simpul tali kantong. sebesar 41%, dan yang paling cepat durasi
hauling selama 20 menit dengan prosentase
sebesar 24%. Hal ini diduga dimensi alat
tangkap yang digunakan nelayan berbeda
ukuran, terutama pada panjang dan lebar alat
tangkap yang digunakan, sehingga
menyebabkan durasi hauling adanya
perbedaan, namun hasil tangkapan nelayan
tidak berpengaruh terhadap durasi hauling
(pengangkatan jaring). Hasil tangkapan
nelayan tergantung pada besar jaring, kapal,
dan mesin yang digunakan, namun demikian
pengaruh hasil tangkapan yaitu pada saat
upaya penagkapan (towing).
Gambar 10. Kegiatan hauling (pengangkatan
jaring) (Saputra, 2016)

© Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2016 65


Analisis Teknis Penangkapan Dan Komposisi Hasil Tangkapan… (Nano Saputra. et al)

Gambar 12. Peta lokasi alur penangkapan diperairan Juata Laut

Berdasarkan (Gambar 12) peta lokasi Jenis-jenis hasil tangkapan total pukat
daerah penagkapan dapat di informasikan hela yang tangkapan utama (Main catch),
bahwa lokasi penangkapan yang dilakukan tangkapan sampingan (By catch), dan
oleh nelayan yang beroperasi disekitar tangkpan yang tidak dimanfaatkan dibuang
perairan Juata Laut Kota Tarakan, dengan 12 kelaut (Discard) disajikan pada Gambar dan
titik lokasi yang berbeda, maka dapat Tabel sebagai berikut.
dijelaskan sebagai berikut.
Titik 1 ; Pelabuhan atau dermaga Juata
Laut.
Titik 2 ; Proses setting (penurunan
jaring) yang dioperasikan.
Titik 3-11 ; Proses towing (upaya
penagkpan) selama 5 jam.
Titik 12 ; Proses hauling (pengangkatan
jaring) yang sudah dioperasikan

B. Komposisi Jenis Hasil Tangkapan Gambar 13. Grafik Komposisi hasil


Pukat Hela tangkapan total
Penelitian ini dilakukan pengambilan
sampel sebanyak 17 kali hauling dalam 17
trip (jumlah melaut) disetiap nelayan dengan
hasil tangkapan yang didaratkan
(dermaga/pelabuhan). Total yang
teridentifikasi sebanyak 24 spesies yang
terbagi kedalam beberapa kelompok
organisme yaitu ikan sebanyak 14 spesies,
krustasea sebanyak 6 spesies, moluska
sebanyak 1, colenterata sebanyak 1, dan
kelompok spesies lain yaitu tumbuhan air 1 Gambar 14. Persentase perbandingan
spesies. (Main catch, By catch, dan
Discard)

66 © Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2016


Jurnal Harpodon Borneo Vol.9. No.1. April. 2016 ISSN : 2087-121X

Tabel 2. Jenis hasil tangkapan total pukat hela selama penelitian


No Kelas Spesies Keterangan
1 Ikan Nomei (Harpadon nehereus) Main Catch
Mujair laut (Labotes surinamentis) By catch
Gulama Taring (Chrysochir oureu) By catch
Bawal Putih (Pampus speigieri) By catch
Buntal (Legochepalus inermis) Discard
Lidah pasir (Cynoglossus orel) Discard
Layur (Trichiurus savala) Discard
Senagin (Eleutheronema tetradactylum) By catch
Bulu ayam (Colia dussumieri) Discard
Hiu (Chiloscyllium sp) Discard
Otek (Plotocus canius) Discard
Remang (Congresok talabon) By Catch
Ekor kuning (Casio cunning) By Catch
Puput (iIisha elongata) By Catch
2 Krustasea Udang Loreng (Penaeus esculentus) By Catch
Udang putih (Penaues merguensis) By Catch
Udang bintik (Metapenaeus sp) By Catch
Udang rebon (Mysis) Discard
Udang Krosok (Penaeus merguensis) Discard
Udang manthis (Squilla sp) Discard
(Kepiting (Scylla sp) Discard
3 Moluska Cumi-cumi (Loligo sp) By catch
4 Colenterata Ubur-ubur (Cassiopeia) Discard
5 Tumbuhan air Rumput laut cokelat (Gracilaria sp) Discard

Berdasarkan (Gambar 13 dan Gambar Hal ini menunjukkan bahwa hasil


14) bahwa hasil tangkapan terbesar yaitu tangkapan nelayan yang diperoleh,
tangkapan utama (Main catch) sebanyak didominasi oleh hasil tangkapan utama
3887 kg dengan prosentase 91%, jumlah (Main catch) ikan nomei (Harpadon
tangkapan sampingan (By catch) sebanyak neherues).
280,9 kg dengan nilai prosentase yaitu (6%) 1. Hasil tangkapan utama (Main catch) tiap
dan jumlah tangkapan sampingan (Discard) nelayan
sebanyak 120 kg, dengan prosentase sebesar Hasil tangkapan utama atau target
(3%). tangkapan utama (main catch) nelayan
adalah ikan nomei (Harpadon nehereus).

Hasil tangkapan Main catch tiap nelayan


600
430
358 368 375
400
Berat (kg)

240 237 250 263 270


183 180 146 135 175
200 124 93
60
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Jumlah nelayan
Gambar 15. Grafik hasil tangkapan main catch tiap nelayan

© Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2016 67


Analisis Teknis Penangkapan Dan Komposisi Hasil Tangkapan… (Nano Saputra. et al)

Berdasarkan (Gambar 15) bahwa hasil model produksi jaring arad (mini trawl)
tangkapan main catch nelayan terbanyak dengan salah satu faktor yakni lama towing.
pada nelayan 12 (dua belas) dengan hasil Kisaran lama penarikan 75 hingga 225 menit
tangkapan ikan nomei sebanyak 430 kg dan disimpulkan bahwa lama penarikan
dengan prosentase sebesar 11% sedangkan jaring memberi pengaruh nyata terhadap
hasil tangkapan ikan terkecil pada nelayan 2 jumlah tangkapan. Menurut (Sasmita 2013),
(dua) dengan hasil tangkapan nomei menjelaskan bahwa jaring akan terbuka
sebanyak 60 kg dengan prosentase sebesar sempurna apabila kecepatan towing optimal
2%. dan disesuaikan dengan arah arus perairan,
Besar kecilnya hasil tangkapan namun kecepatan towing yang terlalu tinggi
nelayan, hal ini diduga karena dimensi alat juga akan menyebabkan area antar otter
tangkap yang digunakan berbeda ukuran, board menyempit yang mengakibatkan
baik dari segi panjang dan lebar jaring mengecilnya luasan area dasar perairan yang
berukuran kecil, kantong jaring ukuran lebih tersapu.
kecil, baik panjang maupun lebar, dan 2. Hasil tangkapan sampingan (By catch)
dimensi kapal yang digunakan nelayan Hasil tangkapan sampingan (By catch)
berbeda kapasitas muatan kapalnya. jenis spesies yang mendominasi selama
Menurut Triharyuni dan Trihargiyatno penelitian yaitu jenis udang loreng (Penaeus
(2012), melakukan penelitian mengenai esculentus).

Ikan Puput Ikan Gulama Taring Ikan Bawal Putih Ikan Ekor Kuning

Ikan Remang Ikan Senangin Ikan Mujair laut Udang loreng

Udang bintik Udang Putih Cumi-Cumi


5%
3% 16%
11%
26%
30%
6%

0% 0% 1% 2%

Gambar 16. Persentase komposisi hasil tangkapan sampingan (By catch)

Berdasarkan Gambar 16 hasil termasuk ikan dalam berbagai ukuran kecil


tangkapan sampingan (By catch) yang ketika alat tangkap tersebut dioperasikan.
didaratkan menjelaskan bahawa spesies Tertangkapnya beberapa jenis ikan
yang paling banyak tertangkap adalah pelagis kecil khususnya ikan-ikan pantai
spesies udang loreng sebesar 82.7 kg, pada daerah muara (estuaria) dan tepi pantai
dengan prosentase (30%), namun yang yang dekat dengan wilayah hutan mangrove
paling terkecil adalah spesies ikan mujair sebagai tangkapan sampingan pada
(Labotes surinamentis) sebesar 0.3 kg, pengoperasian pukat hela diperairan Juata
dengan nilai prsentase sebesar (0,11%) saja. Laut, seperti, gulama, ikan puput yang
Hal ini disebabkan karena pukat hela (mini terbanyak, dan mengindikasikan bahwa pada
trawl) merupakan alat yang paling efektif perairan wilayah tersebut masih cukup subur
untuk menangkap udang dan ikan dasar bagi kehidupan ikan-ikan pelagis kecil,
lainnya. Dari segi konstruksi pukat hela walaupun diantara ikan-ikan yang tergolong
memiliki kantong dengan ukuran mata jaring bycatch dan discard tersebut terdapat ikan-
yang relatif kecil, sehingga banyak ikan yang cukup bernilai ekonomis, seperti
organisme laut lain yang ikut tertangkap ikan gulama, akan tetapi ikan-ikan tersebut

68 © Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2016


Jurnal Harpodon Borneo Vol.9. No.1. April. 2016 ISSN : 2087-121X

bukan target-target tangkapan nelayan alat persembunyian dan bergerak menuju


tangkap pukat hela. Jenis-jenis spesies yang ketempat yang mengandung makanan.
paling banyak tertangkap adalah jenis udang Selain itu, adanya ikan-ikan demersal yang
loreng dan udang bintik, Hal ini diduga tertangkap juga disebabkan oleh adanya
dikarenakan dasar perairan berlumpur sikap feeding habitat ikan demersal (Lee
sangat disenangi oleh jenis udang, terutama 2010), sehingga ikan demersal tertarik oleh
mencukupi kebutuhan makanan dan tempat kumpulan ikan disekitar alat tangkap pukat
pemijahan, oleh sebab itu pada saat proses hela tersebut. Target sasaran alat tangkap
penagkapan banyak tertangkap jenis udang pukat hela (mini trawl) adalah ikan nomei
tersebut. (Harpadon nehereus), tetapi pada saat
Namun secara alamiah ikan pelagis melakukan penagkapan banyak ikan-ikan
tersebut akan mencari makan ke kolom dan yang beranekaragam, mulai dari ikan pelagis
dasar perairan, ikan-ikan tersebut dapat kecil, ikan demersal, maupun crustacea,
tertangkap pada saat hauling atau pukat seseuai dengan pernyataan Hikamayani
sedang ditarik kepermukaan (Riyanto, (2007), ikan target adalah kelompok
2005). Tertangkapnya jenis cumi-cumi pada demersal.
saat penelitian, diduga berkaitan dengan 3. Hasil Tangkapan Sampingan
sebaran dari cumi-cumi yang menghuni Pengoperasian pukat hela total
demersal dan semi pelagis serta pergerakan keseluruhan hasil tangkapan sampingan
diurnal dari cumi-cumi pada siang hari, (Discard) jenis suberdaya udang yang paling
selain cumi-cumi hasil tangkapan pukat hela mendominasi adalah udang krosok
juga terdiri atas jenis crustacea seperti (Prapenaepsis sculptilis), dan spesies ikan
kepiting. Hal ini seseuai dengan pernyataan paling terkecil adalah ikan hiu kecil
Khaeruddin (2006), bahwa dasar perairan (Chiloscyllium sp) dan ikan kaca (Ambassis
pasir berlumpur sangat di senangi oleh gymnocephalus). Selengkapnya disajikan
kepiting, hewan ini keluar dari tempat pada (Gambar 17).

Ikan Buntal
2% 2% 1% Ikan Lidah Pasir

6% Ikan Otek
9% 9%
Ikan Layur
11% 9%
Ikan bulu ayam
5% Udang Krosok
16% Udang Rebon
Udang Manthis
29%
Kepiting
Rumput Laut
1% Ubur-Ubur
Ikan Hiu kecil

Gambar 17. Persentase komposisi hasil tangkapan sampingan (Discard)

Berdasarkan (Gambar 17), didominasi (1995) menyatakan bahwa riteria ini dapat
oleh spesies udang krosok (Prapenaepsis diketahui bahwa beberapa hasil tangkap
sculptilis) sebesar 29%, sedangkan yang non-target dapat muncul melebihi periode
paling paling sedikit yaitu ikan hiu kecil yang dibatasi, umumnya karena ada migrasi
(Chiloscyllium sp) dan ikan kaca (Ambassis atau model pergerakan dari jenis hasil
gymnocephalus), sebesar 1%. Menurut Hall tangkap non target yang melewati area

© Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2016 69


Analisis Teknis Penangkapan Dan Komposisi Hasil Tangkapan… (Nano Saputra. et al)

penangkapan atau karena perubahan musim Gay, L.R and Diehl, P.L. 1996. Recearch
yang terjadi di lingkungan yang membuat Methods For Business and
spesies terganggu beberapa waktu. Hasil Management. Macmillan.
tangkap lainnya akan muncul sepanjang
tahun dan melibatkan jenis yang secara Kamari, 2005. Komposisi Jenis dan Ukuran
berkelanjutan muncul di daerah Ikan Hasil Tangkapan Trawl
penangkapan ikan. Diperairan Juata
LautTarakan.(Skripsi). Tarakan:
KESIMPULAN Fakultas Perikanan Dan Ilmu
Kelautan, Universitas Borneo
A. Kesimpulan Tarakan.
Berdasarkan hasil penelitian Kategori
kapal sedang paling banyak di gunakan oleh Monintja D. 2001. Pemanfaatan
nelayan Juata Laut dengan kapasitas 3 GT Sumberdaya Pesisir dalam Bidang
menggunakan mesin 2 unit. Durasi setting Perikanan Tangkap. Prosiding
selama 20 menit, towing selama 5 jam dan Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir
Hauling selama 30 menit. Terpadu. Pusat Kajian Sumberdaya
Komposisi hasil tangkapan yaitu Main Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian
catch sebesar 91% ; by catch sebesar 6% ; Bogor. 156 hal.
discard sebesar 3%.
Nedelec, C. 1982. Definition and
B. Saran Clarification of Fishing Gear
Perlu adanya penelitian kembali Categories.FAO Fisheries Technical
mengenai aspek teknis dan komposisi hasil Paper 222, Rome, Italy.
tangkapan menggunakan pukat hela (mini
trawl) secara mendalam dan lebih detail di Nomura M, dan Yamazaki T. 1977. Fishing
Kelurahan Juata Laut Kota Tarkan. Techniques (1).Tokyo.Japan
International Cooperation Agency. P.
DAFTAR PUSTAKA
Riyanto. M. 2005. Pengoperasian Pukat
Akiyama, S. 1997. Discarded Catch of Set- Udang Pada Siang dan Malam Hari:
net Fisheries In Tateyama Bay. Pengaruhnya Terhadap Hasil
Journal of The Tokyo University Of Tangkap Sampingan di Laut Arafura.
Fisheries. Skripsi (tidak dipublikasikan).
Program Studi Pemanfaatan
Charles, A.T. 2001. Sustainable Fishery Sumberdaya Perikanan. Fakultas
System. Blackwell Science Ltd. 370 p. Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. 70 Hal.
Firdaus, 2005. Kajian Keberlanjutan
Perikanan Pukat Tarik di Kota
Tarakan. PPs-IPB. Bogor.

70 © Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2016

You might also like