You are on page 1of 18

PEMETAAN KOMPOSISI DAN PENYEBARAN SUMBERDAYA PERIKANAN

DI LAUT SELATAN JAWA TIMUR MELALUI


CATCH EFFORT SURVEY

Composition and Distribution of Marine Fisheries Resources


at South Waters of East Java by Catch Effort Survey

Abu Bakar Sambah1), Sunardi1) dan Oktiyas Muzaky Luthfi1)


1)
Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Dan Kelautan,
Universitas Brawijaya Malang,
email : absambah@yahoo.com

Abstract

Current problem in the exploitation of fishery resources in East Java is caused by


uncompleted data or information about marine fishery resources utilization mapping, which can
be used as the basis for fisheries management strategies. This study aims is to describe the
potential fisheries resources in south waters of East Java province through the survey of fish
catches. Satellite images is an additional data to estimate the potential area for fishing ground.
Survey of fishing activities carried out continuously for 3 (three) months through participatory
mapping concept with some fishermen which represent some of fishing boat that operated in the
south waters of East Java. Fishing gears operating in the south waters of East Java consist of
purse seine, payang, tonda, drift gill nets, fixed gill nets, Klitik nets and other fishing gear.
Characteristics of multi-gear fisheries located in East Java, describe that not only catch for one
species, but also a species of fish can be caught by more than one type of fishing gear. The
highest production of fisheing gear is payang. Sardinella lemuru is the dominant one. The
spread of fishing ground is generally only around the coast towards the east to Banyuwangi and
the Indian Ocean. The fishing ground is generally an area that has made as fishing area for
many years by marking the area according to local name named by local fishermen.

Key Words: fishing ground, multi-gear fishery, catch effort survey, mapping

Abstrak

Pemanfaatan sumberdaya perikanan Jawa Timur saat ini terindikasi kurang maksimal,
hal ini salah satunya disebabkan oleh belum lengkapnya data atau informasi tentang pemetaan
pemanfaatan sumberdaya perikanan laut, yang bisa digunakan sebagai dasar untuk menentukan
strategi manajemen perikanan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan potensi
sumberdaya perikanan yang ada di perairan selatan propinsi Jawa Timur melalui survei hasil
tangkapan melalui kegiatan pengamatan langsung terhadap kegiatan operasi penangkapan ikan
dibeberapa fishing ground yang menyebar di selatan propinsi Jawa Timur. Analisis terhadap
beberapa data satelit merupakan data tambahan guna pendugaan daerah penangkapan potensial.
Survey terhadap kegiatan penangkapan ikan dilakukan secara terus menerus selama 3 (tiga)
bulan melalui konsep pemetaan partisipatif dengan beberapa nelayan dalam operasi
penangkapan yang mewakili beberapa armada penangkapan di perairan selatan Jawa Timur.
Alat tangkap yang beroperasi di wilayah perairan selatan Jawa Timur terdiri dari purse seine,
payang, tonda, pancing lain, jaring insang hanyut, jaring insang tetap, jaring klitik dan
sebagainya. Karakteristik perikanan multi-gear yang terdapat di Jawa Timur dapat digambarkan
bahwa suatu alat tangkap yang tidak hanya menangkap satu jenis spesies saja, akan tetapi satu
spesies ikan dapat ditangkap oleh lebih dari satu jenis alat tangkap. Alat tangkap yang memiliki
1
nilai produksi tertinggi adalah payang dengan tangkapan dominan ikan lemuru. Penyebaran
daerah operasi penangkapan umumnya hanya sekitar wilayah pesisir ke arah timur sampai
Kabupaten Banyuwangi serta Samudera Hindia. Daerah penangkapan yang tersebar umumnya
merupakan daerah yang telah dijadikan area penangkapan selama bertahun-tahun dengan
penandaan daerah menurut penamaan lokal nelayan setempat.

Kata Kunci: fishing ground, multi-gear fishery, catch effort survey, pemetaan

I. PENDAHULUAN

Pertemuan koordinasi pengelolaan sumberdaya perikanan dan Penyelesaian konflik


nelayan antara dinas perikanan dan kelautan Provinsi Jawa Timur Dengan Dinas
kelautan dan perikanan Provinsi Jawa Tengah Tanggal 24 Maret 2009 menghasilkan
beberapa isu pengelolaan sumberdaya ikan yang antara lain adalah isu over fishing dan
kerusakan lingkungan, yang disebabkan oleh penggunaan metode & alat tangkap yg
dilarang, kehilangan hasil tangkapan akibat pemanfaatan sumberdaya ikan yang belum
optmal, pencemaran perairan, pemanfaatan sumberdaya ikan dengan cara Destruktif
atau bom/handak/potas, belum optimalnya pelaksanaan Rencana Pengelolaan Perikanan
(RPP) di wilayah pengelolaan serta maraknya IUU Fishing (Illegal, Unreported,
Unregulated).
Selain itu, konflik nelayan terindikasi meningkat dengan penyebab adanya kesenjangan
teknologi penangkapan ikan, pelanggaran jalur penangkapan, penjarahan rumpon,
penggunaan alat/bahan yang tidak ramah lingkungan, minimnya hasil tangkapan (over
eksploited). Masalah nelayan andon (seperti penjarahan rumpon di Kabupaten Malang,
belum optimalnya pengawsan dan penegakan hukum dan belum optimalnya sosialisasi
peraturan perundang

Perairan Selatan Jawa Timur menjadi permasalahan yang kompleks dalam usaha
penerapan pengelolaan sumberdaya ikan secara benar agar pemanfaatan sumberdayanya
dapat dilaksanakan secara optimal dan berkesinambungan. Terlepas dari konflik
pemanfaatan yang kerap kali terjadi di wilayah pesisir maka, adanya pola distribusi ikan
yang tidak pasti dan komposisi hasil tangkap yang didaratkan bervariasi, dibutuhkan
suatu kajian pemetaan terhadap sumberdaya ikan tersebut guna mengetahui daerah-
daerah penangkapan potensial.

Perencanaan kebijakan perikanan laut sekarang ini belum didasari oleh informasi
tentang tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan, ini dapat menyebabkan kurang
optimalnya pemanfaatan sumberdaya di daerah yang under exploited dan lebih jauh lagi
dapat berakibat eksploitasi sumberdaya ikan akan mengarah pada kondisi over
exploited. Masalah yang berkembang di dunia pemanfaatan sumberdaya perikanan saat
ini disebabkan oleh :
(1) Belum lengkapnya data atau informasi tentang pemetaan pemanfaatan
sumberdaya perikanan laut, khususnya ikan pelagis yang bisa digunakan
sebagai dasar untuk menentukan strategi manajemen perikanan yang berkaitan
dengan pengaturan area pemanfaatan.

2
(2) Belum berkembangnya sistem informasi dan monitoring data perikanan yang
dapat memberikan gambaran kondisi objektif pada tingkat lapangan. Hal ini
bisa dilihat dari perkembangan alat tangkap skala kecil yang tidak tercatat
dalam data statistik perikanan, sementara keberadaannya sangat menentukan
keberlanjutan usaha penangkapan sehubungan dengan operasinya di daerah
pantai dan sensitif terhadap perubahan stok ikan.

Penelitian ini bertujuan untuk :


1. Mendeskripsikan potensi sumberdaya perikanan di perairan selatan propinsi Jawa
Timur melalui survey hasil tangkapan dan kajian pencitraan satelit;
2. Mendeskripsikan jenis alat tangkap dan kapal/perahu penangkap yang berbeda yang
dioperasikan pada perairan selatan Propinsi Jawa Timur.

II. METODE

2.1 Lokasi Penelitian


Penelitian pemetaan potensi perikanan pelagis ini dilakukan di perairan laut selatan
wilayah Propinsi Jawa Timur dengan pengambilan sampling dibeberapa
fishingbase yang menyebar dari wilayah Kabupaten Malang sampai Kabupaten
Banyuwangi, seperti tergambar pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Lokasi Pengambilan Sample di beberapa fishingbase di Selatan Jawa Timur

2.2. Bahan dan Materi


Bahan dan materi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
a) Peta dasar Propinsi Jawa Timur dalam bentuk hardcopy dan bentuk digital.
b) Peta LLN (Lingkungan Laut Nusantara)
c) Global Positioning System (GPS) yang digunakan dalam ground truth dan
survei terhadap hasil pemetaan.

3
d) Komputer dengan perangkat lunak pemetaan yang telah terinstal, antara lain
software er-mapper 7.0 yang digunakan dalam pengolahan citra serta arcview
3.2 yang dipakai dalam kegiatan pembuatan peta.
Citra satelit (NOAA/AVHRR/SeaWiFS) sebagai data tambahan yang
digunakan terdiri dari 12 citra bulan Maret, April dan Mei 2009.

e) Data ikan hasil tangkapan.

2.3. Tahap Penelitian


Kegiatan penelitian ini terbagi menjadi :
1) Pengumpulan Informasi Dasar
Informasi dasar ini diperoleh dengan cara pengamatan langsung di lapangan dan
data sekunder yang telah ada. Teknik pengambilan informasi dasar adalah :
Observasi
Observasi dilakukan melalui Survei Hasil Tangkapan (SHT). Data primer yang
dikumpulkan diperoleh dari sampling dan dilakukan secara langsung kepada
objek yang diteliti dengan cara wawancara dengan nelayan dan partisipasi dalam
penentuan daerah penangkapan guna validasi data.
Pengambilan data primer dilakukan secara teratur sekali setiap minggu. Kegiatan
yang dikerjakan adalah sampling catch-effort. Komposisi jenis ikan hasil
tangkap yang didaratkan dihitung dalam persentase dan ditabulasi dalam form
SHT. Tabel SHT ini sendiri berisi data yang meliputi ; nama perahu, alat
tangkap yang digunakan, nama dan jarak daerah penangkapan, lama trip,
komposisi hasil tangkapan ikan/udang per keranjang dan informasi tambahan
seperti keterkaitan faktor lingkungan pada daerah penangkapan seperti arus,
angin, kondisi cuaca yang didapatkan melalui pengamatan langsung.
Pemetaan daerah penangkapan dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu
wawancara dengan nelayan, serta kegiatan partisipasi (kalibrasi) dengan
petunjuk koordinat dari GPS. Wawancara dengan nelayan akan mendapatkan
daerah penangkapan sesuai dengan penamaan yang diberikan oleh nelayan.
Lokasi daerah penangkapan tersebut kemudian dipetakan pada peta daerah
penangkapan. Lokasi tersebut kemudian dikalibrasi melalui kegiatan partisipasi
dalam operasi penangkapan.
Data sekunder yang dikumpulkan diperoleh dari laporan dinas perikanan
maupun laporan statistik perikanan. Data ini digunakan sebagai pedoman untuk
mengetahui kondisi perikanan awal yang meliputi nama serta banyaknya alat
maupun perahu penangkap di lokasi penelitian.
2) Pembuatan Peta Dasar
Peta dasar yang digunakan adalah peta rupabumi Bakosurtanal skala 1 : 25.000
dengan sistem proyeksi UTM, dimana penggunaan sistem proyeksi ini
memungkinkan untuk dilakukannya análisis spasial atau dapat menggunakan
peta acuan indonesia digital dengan sistem proyeksi geografis.
3) Pemrosesan Citra Satelit Sebagai Data Tambahan
(a) Citra satelit yang digunakan adalah citra multispektral. Pemrosesan awal
(pre-processing) dari citra satelit dimulai dengan proses koreksi geometrik
serta pembuatan citra komposit (manipulasi band).
(b) Perhitungan SPL dilakukan secara bertahap, dengan tahapan sebagai
berikut :
4
1. Perhitungan Suhu Kecerahan
Perhitungan ini dilakukan melalui proses kalibrasi data radiometric
count (data digit) menjadi besaran radiansi (Ln) pada setiap piksel
individu. Penelitian ini menggunakan algoritma multi kanal 4 dan 5,
sehingga perhitungan suhu kecerahan hanya dilakukan untuk kedua
kanal tersebut.
2. Perhitungan Suhu Air
Suhu air (TWi) dihitung dari koreksi suhu kecerahan (Tbi) untuk
masingmasing kanal dengan memasukkan nilai koreksi emisivitas air
(∈). Nilai koreksi emisivitas air yang digunakan adalah 0,98.
3. Penentuan Suhu Air
Estimasi Suhu Permukaan Laut (SPL) diperoleh dengan memasukkan
suhu air masing-masing kanal kedalam suatu persamaan algoritma.
Algoritma yang digunakan untuk menghitung SPL yaitu dengan metode
hasil pengembangan Mc Milin dan Crosby (Mc Milin dan Crosby
dalam Sambah, 2006), yaitu sebagai berikut;
SPL = TW4 + 2,702 (TW4 – TW5) – 273,582,
4. Pemisahan awan – darat – laut
Pemisahan awan – darat – laut dilakukan menggunakan rasio band 1
dan band 2; R = B2/B1, (Hartuti, 2004).

(b) Ground Truth, merupakan kegiatan cek kebenaran akan informasi


yang ada dipeta dengan kondisi nyata di lapangan, seperti lokasi
fishingbase dan fishing ground yang diperoleh dari kegiatan wawancara
dengan nelayan lokal.

Diagram proses penelitian digambarkan pada Gambar 2.

Studi literatur
PETA CITRA
(georeference) SATELIT
(a) Topografi SURVEI HASIL
Pendugaan daerah
bakosurtanal TANGKAP tangkap potensial
(b) LLN skala berdasarkan
1:250.000 (a) Daerah penangkapan analisis citra satelit
(c) Indonesia utama
digital (b) Komposisi ikan hasil
tangkapan
(c) Distribusi alat tangkap
dan perahu penangkap

DATA BASE
Input seluruh data spasial
(peta maupun tabular)

HASIL AKHIR
Gambaran potensi perikanan
laut selatan JATIM

Gambar 1. Alur Proses Penelitian

5
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perairan dilaut Jawa timur dibagi menjadi empat wilayah penangkapan, yaitu (1)
wilayah Laut Jawa bagian utara, (2) wilayah penangkapan yang meliputi perairan
Selat Madura, (3) wilayah penangkapan yang meliputi perairan Selat Bali dan (4)
Laut propinsi bagian Selatan Jawa Timur. Wilayah Laut Jawa bagian utara
termasuk dalam wilayah perairan Kabupaten Tuban, Lamongan, Gresik, Bangkalan,
Sampang, Pamekasan dan Sumenep bagian Utara. Selat Madura bisa dipisahkan
antara paparan Jawa dan paparan Madura. Wilayah paparan Jawa termasuk dalam
wilayah perairan Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo dan Situbondo.
Sedangkan paparan Madura merupakan wilayah Kabupaten Bangkalan, Sampang,
Pamekasan dan Sumenep bagian Selatan. Untuk perairan Selat Bali termasuk dalam
wilayah perairan Kabupaten Banyuwangi. Sedangkan laut propinsi bagian Selatan
Jawa Timur terdiri dari wilayah Kabupaten Banyuwangi, Jember, Lumajang,
Malang, Blitar, Tulungagung, Trenggalek dan Pacitan. Dari semua perairan tersebut
laut Jawa bagian utara, selat Bali dan Selat Madura sudah over fishing dan hanya
propinsi bagian Selatan Jawa Timur yang potensi sumberdaya ikan masih cukup
bagus khususnya ikan-ikan pelagis (OSDIR/Mail archive, 2008).

Dibidang kelautan dan perikanan khususnya sumberdaya pesisir dan laut telah
memberikan andil yang cukup besar dalam pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur.
Jumlah produksi perikanan tangkap meningkat dari tahun ke tahun dibandingkan
dengan produksi perikanan lainya, tahun 2006 perikanan tangkap mengalami
peningkatan sebesar 12,9% sedangkan perikanan budidaya hanya sebesar 6,7% hal
ini membuktikan potensi yang sangat besar untuk perikanan tangkap (Jatim.go.id,
2008).

3.2. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Perairan Selatan Jawa Timur


Perairan laut Selatan Jawa Timur secara geografis memiliki sifat yang berbeda-
beda, walaupun secara garis besar perairan Indonesia termasuk dalam wilayah
tropis. Luas perairan laut selatan Jawa Timur sekitar 12.987 Km2, di dalamnya
tercakup 39 Kecamatan dari 8 Kabupaten yang memiliki batas wilayah dengan
Samudera Hindia yang terdiri dari wilayah Kabupaten Pacitan, Kabupaten
Trenggalek, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang,
Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, dan Kabupaten Banyuwangi.
Berikut beberapa Kecamatan di masing-masing Kabupaten yang berbatasan
langsung dengan Samudra Hindia dapat dilihat pada Table 1.

Tabel 1. Jumlah Pusat Pendaratan Ikan di Pantai Selatan Jawa Timur


No. Kabupaten Kecamatan Jumlah PPI
1 Pacitan Donopojo 1
    Pringkuku
    Pacitan
    Kebonagung
    Tulakan
    Ngadirejo
    Sudimoro
2 Trenggalek Panggul 1

6
    Munjungan
    Watulimo
3 Tulungagung Besuki 1
    Tanggunggunung
    Kalidawir
    Pucang Laban
4 Blitar Bakung 1
    Wonotirto
    Panggungrejo
    Wates
5 Malang Donomulyo 1
    Bantur
    Gedangan
    Sumbermanjing
    Tirtoyudo
    Ampelgading
6 Lumajang Tempursari 6
    Pasirian
    Tempeh
    Kunir
    Yosowilangun
7 Jember Kencong 1
    Gumukmas
    Puger
    Wuluhan
    Ambulu
    Tumparejo
8 Banyuwangi Pesanggaran 3
    Bangorejo
    Purwoharjo
    Tegaldlimo
  Jumlah 39 15
Sumber: Data DKP Jatim dan Survei Lapangan

Secara garis besar keadaan topografi di wilayah selatan Jawa Timur terdiri dari
lereng-lereng perbukitan yang curam dan terjal, disamping itu wilayah selatan jawa
merupakan deretan lempeng pegunungan timur asia. Hal ini tentu berhubungan
dengan kondisi permukaan bawah laut yang hampir sama dengan keadaan topografi
permukaan di daratan. Oleh sebab itulah, faktor alam sangat mempengaruhi jumlah
pendaratan ikan di pantai selatan, dimana lebih sedikit dibandingkan dengan pantai
utara jawa. Perairan selatan mempunyai kedalaman rata-rata sekitar 106 meter,
kecepatan arus 18-38 cm/detik, dan tinggi gelombang berkisar antara 2-7 meter
(Jatim.go.id, 2008).
Kondisi alam yang demikian juga dipengaruhi oleh dua musim angin, yaitu angin
muson timur dan angin muson barat. Keadaan lingkungan perairan dari kedua
musim tersebut sangat berbeda sehingga menjadi suatu fenomena alamiah yang
berhubungan dengan ruaya dan konsentrasi ikan pelagis. Umumnya musim ikan
pelagis besar di perairan Indonesia umumnya berlangsung pada akhir musim angin
muson barat dan awal musim angin muson timur (bulan April sampai bulan Juli).
Hal ini berhubungan dengan dengan kesuburan perairan akibat terjadinya arus up
7
welling (naiknya massa air laut ke permukaan) dan salinitas pada musim angin
muson timur.

3.2.1. Alat Tangkap di Perairan Selatan Jawa Timur


Alat tangkap yang beroperasi di wilayah perairan selatan Jawa Timur terdiri dari
purse seine, payang, tonda, pancing lain, jaring insang hanyut, jaring insang tetap,
jaring klitik dan sebagainya. Pada setiap daerah unit alat tangkap berbeda-beda,
karena disesuaikan dengan kondisi alam daerah masing-masing. Jumlah alat
tangkap yang paling dominan yang beroperasi di 8 kabupaten di selatan Jawa Timur
dalam 10 tahun terakhir dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah alat tangkap yang menangkap ikan tongkol di perairan selatan
Jawa Timur tahun 1998-2007

Purse Jaring Insang Pancing Pancing Jumlah


Tahun Payang
Seine Hanyut Lain Tonda (unit)
1998 743 286 2822 4557 0 8408
1999 739 194 1055 6108 0 8096
2000 959 280 1243 28262 188 30932
2001 1094 308 1752 7141 631 10926
2002 1043 539 3103 6331 0 11016
2003 1094 379 1728 5592 235 9028
2004 975 297 1739 6549 205 9765
2005 3702 380 2105 8210 408 14805
2006 3727 142 2454 6580 1644 14547
2007 3681 753 2508 10321 1753 19016
Jumlah (unit) 17757 3558 20509 89651 5064 136539
Rata2 1775,7 355,8 2050,9 8965,1 506,4 13653,9
Sumber: Data Statistik Jatim, 2009

Kelima alat tangkap tersebut merupakan alat tangkap yang paling dominan yang
beroperasi di perairan selatan Jawa Timur, disamping ada beberapa alat tangkap
lainnya, seperti jaring klitik, pukat pantai dan lain-lain, namun produktivitasnya
lebih rendah dibandingkan kelima alat tangkap tersebut. Alat tangkap diatas
digunakan dalam penangkapan ikan-ikan pelagis, baik pelagis besar maupun
pelagis kecil, seperti ikan cakalang, ikan tuna, ikan lemuru, ikan layang, ikan
tenggiri, ikan layur, dan lain-lain.
Alat tangkap pancing juga merupakan alat tangkap yang relatif cocok digunakan
pada perairan dengan kondisi alam yang curam dengan ombak dan arus yang cukup
besar seperti perairan Samudera Hindia ini. Sebab alat tangkap ini mampu
menangkap ikan-ikan pelagis besar yang merupakan ikan-ikan perenang cepat
diperairan ini dibandingkan dengan alat tangkap jaring yang cara pengoperasiannya
membutuhkan kecepatan kapal maupun keahlian khusus untuk melingkari
gerombolan ikan seperti halnya purse seine. Namun alat tangkap pancing hanya
mampu menangkap beberapa jenis ikan pelagis besar, dibandingkan alat tangkap
purse seine maupun payang yang mampu menangkap bermacam-macam jenis ikan
baik pelagis kecil maupun pelagis besar, sehingga jumlah produksinya pun lebih
tinggi dibandingkan alat tangkap pancing. Alat tangkap purse seine diperairan
8
selatan Jawa Timur paling banyak terdapat di Kabupaten Trenggalek dan
Kabupaten Banyuwangi, sedangkan alat tangkap payang terbanyak berada di
Kabupaten Malang dan Kabupaten Jember.

Tabel 3 merupakan data hasil tangkapan untuk tiap-tiap alat tangkap yang dominan
menangkap ikan pelagis tahun 1998-2007. Sedangkan hasil penelitian yang
mengambarkan komposisi ikan pelagis hasil tangkapan dari beberapa alat tangkap
dominan tersaji pada Gambar 3.

Tabel 3. Jumlah produksi alat tangkap diperairan selatan Jawa Timur

Jaring
Purse Pancing Pancing Jumlah
Tahun Payang Insang
Seine Lain Tonda (ton)
Hanyut
1998 11485 55422,1 6271,6 1362 4,4 74545,1
1999 13148,5 22754,4 5073,5 2836,3 10,3 43823
2000 12741 19178 3571,4 1975 0,1 37465,5
2001 14380,2 23083,3 4250,9 4751 0 46465,4
2002 20876,1 28626,9 6402,2 6709,6 1078,1 63692,9
2003 15094,3 23927 8417 4861 2382,5 54681,8
2004 14022,2 22776,2 5938,6 5033,1 2600,4 50370,5
2005 11829,4 16539,9 2709,7 4453,3 6187 41719,3
2006 17064 15958,1 7109,4 3065,8 4012,7 47210
2007 12866,7 75050,6 1680,3 3113,2 4693,5 97404,3
Jumlah (ton) 143507,4 303316,5 51424,6 38160,3 20969 557377,8
Rata-rata 14350,74 30331,65 5142,46 3816,03 2096,9 55737,78
Sumber: Data Statistik Perikanan Jatim, 2009

9
10
Gambar 3. Komposisi Ikan Pelagis Hasil Tangkapan Dari Beberapa Alat Tangkap Dominan

3.2.2 Produksi Ikan di Perairan Selatan Jawa Timur


Di perairan selatan Jawa Timur, alat tangkap yang memiliki nilai produksi
tertinggi terhadap hasil tangkapan antara lain payang, purse seine, pancing tonda,
pancing lain dan jaring insang hanyut.
Selama penelitian teridentifikasi hasil tangkapan yang sebagaian besar didominasi
oleh ikan pelagis, baik pelagis kegis maupun pelagis besar, seperti yang tersaji
pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Identifikasi Jenis-Jenis Ikan Pelagis Yang Tertangkap, Beserta


Nama Lokal Spesifik Berdasarkan Informasi Nelayan.

A. Ikan Pelagis Kecil


Nama
No Nama lokal Nama Inggris Nama Ilmiah Alat Tangkap
umum
Indian oil-sardine
1 Saksiak Lemuru Sardinella lemuru Payang
**
Scad mackerel*
2 Benggol Layang Decapterus russeli Payang
Russell’s scad **
3 Putihan Kuwe Great trevally* Caranx sexfascitus Payang, jaring
4 Ekor kuning Selar kuning Yellow strepe Selaroides leptolepis Payang
trevally*
Smooth-tailed
trevally**
Selar
5 Selar Bigeye scad* Selar crumenopthalmus Payang
bentong
6 Kacangan Cendro Garfish* Peylosurus crocodilus Pancing, jaring
7 Ceplek Bawal hitam Black pomfret* Formio niger Payang
8 Banyar Kembung Short bodiet Rastrelliger neglectus Pancing, Payang
Perempuan makarel*
9 Terak Parang- Wolf herring* Chirocentrus dorab Gill net, Pancing
parang
10 Belanak Belanak Mullet* Valamugil speigleri Jaring, Gill net
11 Menikus Bulu Ayam Hamilton’s Thryssa hamilltonii Jaring
Thryssa*
12 Slingsing Selengseng Slimy Mackerel* Scomber australasicus Payang
13 Icang-icang Daun Slender leatherskin* Chorinemus tol Payang, Gill net
Bambu
14 Tongkol Tongkol Frigate mackerel* Auxis thazard Payang, Gillnet

11
15 Layur Layur Smallhead hairtail* Trichiurus savala Pancing
* Dirjen Perikanan, 1979, ** Genisa, 1998

B. Ikan Pelagis Besar


Nama Nama
No Nama Inggris Nama Ilmiah Alat Tangkap
Lokal umum
1 Tenggiri Tengiri Barred spanish Scomberomorus Pancing, Gill
mackerel* commerson net
2 Abonlorek Cakalang Skipjack tuna* Katsuwonus pelamis Pancing
3 Pe manuk Pari burung Javanese cowray* Rhinoptera javanica Pancing,
Payang
4 Ulan Tongkol Eastern little Tuna* Euthynnus affinis Payang, Gillnet
Tongkol
5 Panju Ikan Pedang Broadbill Xiphias gladius Pancing
swordfish*
6 Aluran - Striped Bonito** Sarda orientalis Payang
7 Mungsing Cucut hiu Balfour’s shark* Hemigaleus balfouri Pancing,
Payang
8 Tuna Tuna Yellowfin tuna Thunnus albacares Pancing
* Dirjen Perikanan, 1979 , ** Collete, 1983

Berdasarkan kabupaten yang berada di pantai selatan Jawa Timur, komposisi


ikan pelagis hasil tangkapan selama penelitian digambarkan pada grafik Gambar
4.

Gambar 4. Grafik Produksi Perikanan Berdasarkan Daerah

3.2.3. Daerah Penangkapan dan Penyebaran Alat Tangkap


Daerah penangkapan dan operasi alat tangkap dominan yang beroperasi di
sepanjang pantai Selatan Jawa Timur menyebar mulai dari perairan Kabupaten
Pacitan sampai pada perairan Selatan Kabupaten Banyuwangi, dimana alat
operasi penangkapan alat tangkap tonda dapat mencapai perairan lebih dari 12
mil laut dari fishing base nya.
Tabel 5 merupakan daerah penangkapan berdasarkan penamaan nelayan lokal
dengan lokasi sampling di fishingbase sepanjang perairan Kabupaten Jember
selama kegiatan survei.

12
Tabel 5. Daerah Penangkapan Serta Nama Lokal di Perairan Kabupaten Jember

KEDALAM
NO NAMA (lokal) KOORDINAT DASAR
(m)
1 Kucur 8° 23' 26,3" LS - 8° 25' 7,2" LS 30 - 50 pasir - lumpur
113° 24' 22,5" BT - 113° 28' 7,5" BT
2 Kamal 8° 26' 15" LS - 8° 30' 00" LS 50 - 55 pasir - karang
113° 23' 54,5" BT - 113° 26' 15" BT
3 Jurang juro 8° 29' 35" LS - 8° 30' 28,2" LS 10 - 40 karang
113° 18' 45" BT - 113° 23' 54,5" BT
4 Batuanjir 8° 25' 18,8" LS - 8° 30' 00" LS 20 - 50 pasir - karang
113° 15' 56,3" BT - 113° 18' 45" BT
5 Talok 8° 25' 18,8" LS - 8° 26' 45" LS 40 - 60 Pasir - karang
113° 19' 41,3" BT - 113° 23' 54,5" BT
6 Ceregek 8° 25' 7,2" LS - 8° 26' 15" LS 30 - 50 pasir
113° 29' 3,8" BT - 113° 30' 56,3" BT
7 Batu kodok 8° 25' 18,8" LS - 8° 27' 11,3" LS 30 - 50 pasir
113° 32' 48,8" BT - 113° 34' 41,3" BT
8 Cagaan 8° 26' 15" LS - 8° 30' 00" LS 20 - 35 pasir - karang
113° 36' 37,5" BT - 113° 38' 26,3" BT
9 Pager 8° 29' 3,8" LS - 8° 30' 56,3" LS 20 - 35 karang
113° 36' 37,5" BT - 113° 37' 30" BT
10 Bandealit 8° 29' 3,8" LS - 8° 30' 56,3" LS 20 - 30 pasir - lumpur
113° 41' 15" BT - 113° 42' 11,3" BT
11 Meru 8° 30' 00" LS - 8° 31' 53" LS 15 - 25 pasir
113° 45' 00" BT - 113° 46' 53" BT
12 Permisan 8° 30' 56,3" LS - 8° 32' 49" LS 20 - 30 pasir
113° 48' 45" BT - 113° 49' 41,3" BT
13 Kalong 8° 33' 01" LS - 8° 35' 38" LS 6 - 15 pasir - karang
113° 49' 41,3" BT - 113° 54' 23" BT
14 Rajegwesi 8° 32' 49" LS - 8° 37' 30" LS 6 - 15 pasir
113° 54' 23" BT - 113° 58' 8" BT
15 Pondok 8° 23' 26,3" LS - 8° 24' 22,5" LS 5 - 15 pasir - lumpur
113° 23' 26,3" BT - 113° 24' 22,5" BT
16 Tanjung aras 8° 21' 33,3" LS - 8° 23' 26,3" LS 20 - 30 pasir - lumpur
113° 21' 33,8" BT - 113° 23' 26,3" BT
17 Panggung 8° 19' 41,3" LS - 8° 22' 02" LS 20 - 30 pasir - lumpur
113° 19' 41,3" BT - 113° 32' 30" BT
18 Neleman 8° 20' 37,5" LS - 8° 23' 26,3" LS 25 - 50 pasir
113° 16' 49,5" BT - 113° 20' 9,5" BT
19 Seban 8° 17' 20,7" LS - 8° 19' 13,2" LS 10 - 15 pasir - lumpur
113° 15' 56,3" BT - 113° 18' 13,9" BT
20 Kalimati 8° 16' 52,5" LS - 8° 19' 13" LS 10 - 15 pasir - lumpur
113° 11' 15" BT - 113° 15' 00" BT
21 Jaten 8° 16' 52,5" LS - 8° 19' 13,2" LS 10 - 15 pasir - lumpur
113° 8' 26,3" BT - 113° 11' 15" BT
22 Dampar 8° 16' 52,5" LS - 113° 19' 41,25" LS 6 - 15 pasir
113° 4' 41,3" BT - 113° 8' 26,3" BT
Sumber : Survei lapang-Kapal payang PPI Puger, 2009
Daerah penangkapan serta penyebaran ikan hasil tangkapan di lokasi sampling
dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.

13
Maret 2009

Gambar 5. Peta Daerah Penangkapan Utama di Perairan Kabupaten Jember Jawa Timur

Gambar 6. Peta Daerah Sebaran Ikan di Perairan Kabupaten Jember Jawa Timur Hasil
Pemetaan Partisipatif Nelayan

3.4.1
MeiSuhu
2009 Permukaan Laut Hasil Analisis Citra NOAA/AVHRR

Hasil análisis dari citra satelit NOAA/AVHRR pada Gambar 7, untuk bulan
Maret, April dan Mei menggambarkan distribusi Suhu Permukaan Laut (SPL),
sebagai salah satu indikator dalam pendugaan daerah potensi perikanan di wilayah
penelitian. Sebaran SPL hasil analisis citra satelit ini menunjukkan nilai sebaran
suhu yang masih masuk dalam toleransi kehidupan ikan.
Beberapa citra SeaWiFS, yang diambil dari situs NASA, juga digunakan dalam
pengamatan nilai klorofil dalam keperluan studi hubungan dengan fishing ground
potensial.

April 2009
14

Suhu 0C
Keterangan :

Gambar 7. Citra Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a Di Perairan Setalan Propinsi Jawa Timur
Dalam Bulan Penelitian

15
Peta komposisi ikan pelagis yang tertangkap di perairan selatan Jawa Timur menurut
hasil penelitian yang dilakukan di dua kabupaten terbesar di selatan Jawa Timur bagian
timur tersaji pada Gambar 8.

Gambar 8. Peta Komposisi Ikan Pelagis Yang Tertangkap Di Perairan Selatan Jawa Timur
(dua kabupaten terbesar)

4.KESIMPULAN DAN SARAN


4.1Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan :
1. Daerah potensi ikan pelagis di perairan selatan Jawa Timur menyebar dari
perairan Kabupaten Pacitan hingga ke Perairan Selatan Kabupaten Banyuwangi.
Penyebaran daerah penangkapan dipetakan oleh nelayan lokal berdasarkan
penamaan lokal yang sudah ada sejak lama.
2. Alat tangkap yang beroperasi ke perairan selatan Jawa Timur sebagian besar
merupakan alat tangkap skala menengah kebawah (masih bersifat tradisional)
dengan kegiatan operasi penangkapannya lebih banyak merupakan one-day
fishing. Alat tangkap dominan yaitu payang dan purse seine, dimana kegiatan
operasinya dapat sejauh 3 mil laut dari fishingbase.

4.2 Saran
Saran dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :
1. Studi pemetaan potensi ini sebaiknya dilakukan real-time dan selama satu tahun
penuh, sehingga alur migrasi dan penyebaran ikan di perairan Jawa Timur dapat
terpetakan secara menyeluruh.
16
2. Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan perairan Selatan Jawa Timur
merupakan wilayah yang terbuka langsung dengan Samudera Indonesia, populasi
nelayan masih jarang dan kondisi sumberdaya perikanannya masih belum
dieksploitasi secara optimal. Maka sebagai alternatif pengelolaan harus dirancang
suatu perencanaan pengelolaan yang idealnya mengandung informasi tentang
status sumberdaya, permasalahan dan isu yang potensial untuk ditindak lanjuti
penyelesaiannya lebih lanjut. Perencanaan ini dikembangkan berbasis pada konsep
pemanfaatan sumberdaya perikanan berkelanjutan berbasis JTB. Dengan adanya
rencana pengelolaan ini maka Badan Pengelola (Management Body) Perikanan di
Wilayah Perairan Jawa Timur memiliki patokan dan indikator keberhasilan
pembangunan perikanan dan pengelolaan sumberdaya perikanan secara
bertanggung jawab.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini Dibiayai Oleh DPP SPP Universitas Brawijaya Dengan Surat Perjanjian
Pelaksanaan Penelitian No. 2231/J.10.1.27/PG/2009

DAFTAR PUSTAKA

Collette, B.B. and C.E. Nauen, 1983. Scombrids Of The World An Annotated And
Illustrated Catalogue Of Tunas, Mackerels, Bonitos, And Related Spesies
Known To Date. Vol. 2 . FAO Fisheries Synopsis No 125. Rome.
Dahuri, R., 2003. Keanekaragaman Hayati Laut(Aset Pembangunan Berkelanjutan
Indonesia). PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Departemen Kelautan & Perikanan, 2009. Laporan Statistik Perikanan Tahunan.
Departemen Kelautan dan Perikanan Jawa Timur. Surabaya.
Dirjen Perikanan Jakarta, 1979. Buku Pedoman Pengenalan Sumber Perikanan Laut I.
Direktorat Jenderal Perikanan. Jakarta. 165 hal.
Genisa, A.S dan Burhanuddin, A, 1998. Nama-Nama Daerah Ikan Laut Di Indonesia.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Pusat Penelitian Dan Pengembangan
Oseanologi Bagian Proyek Pengembangan Keanekaragaman Hayati. Jakarta.
Hartuti, M., Prayogi, W. Mulyaningsih, dan A. Manoppo, 2004. Implementasi dan Pembinaan
Aplikasi Informasi Zona Potensi Penangkapan Ikan di Situbondo dan
Makasar. Laporan Semester I. Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi
Penginderaan Jauh. LAPAN. Jakarta.
Muhammad, S., 2004. Manajemen Operasi Bisnis Penangkapan Ikan. Buku Ajar. Fakultas
Perikanan. Universitas Brawijaya.Malang
www.jatim.go.id, 2008. Perikanan Tangkap JATIM Potensial Lebih Berkembang,
Monday, 20 April 2009 20:33 administrator.
www.osdir.com, 2008,
http://osdir.com/ml/culture.region.indonesia.ppiindia/2005-03/msg01003.html.
Akses 5 Mei 2009; 12.50.
Sambah A.B, 2006. Analisis Citra NOAA/AVHRR dan Catch Effort Survey Sebagai Dasar
Pendugaan Potensi Ikan Pelagis. Tesis. Program Pascasarjana Teknik Sipil.
Bidang Keahlian Penginderaan Jauh & SIG. ITS Surabaya.

17
18

You might also like