You are on page 1of 11

JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA KUNINGAN - VOL. 06 NO.

02 JULI-DESEMBER 2017

MODEL PENDIDIKAN INTERPROFESIONAL DALAM UPAYA


PENINGKATAN KEMAMPUAN KOLABORATIF
MAHASISWA KESEHATAN
(Interprofesional Education Model In Effort Of Abbreviation Of Collaborative Ability
Health Students)

Lia Mulyati1, Mamlukah1, Mala Trimarliana1


1
STIKes Kuningan Garawangi

ABSTRACT
The public demand for the quality of health services continues to increase, patients get interventions
from various health professions to address their health problems with their respective analysis and
intervention, so frequent repeated reviews and multiple interventions will require professional
collaboration. The purpose of this study is to analyze the effectiveness of the model of
interprofesional education to increase the collaborative skills of health students. Types of research
mix methods between quantitative and qualitative. Data collection with triangulation through
instrument used questionnaire, FGD guidance and semi structured interview. A sample of 20 people
consisting of 8 students of nursing, 5 students of public health and 7 midwifery students by following
the process of learning together for eight weeks. Result of improvement of student perception toward
interprofesional education with average difference 1.7 (P: 0.02), Collaborative ability happened
significant improvement between before and after interprofesional education with difference average
3,4 (P 0.025). Student attitudes towards team work with an average difference of 7.3 (P: 0.003).
Interprofesional education with problem based learning methods is very effective for improving
collaborative skills, and providing cooperative experience. The success of interprofesional education
is strongly supported by clarity of objectives and learning topics as well as the breadth of insights
and experiences of tutor or facilitator clinics.

Keyword; interprofesional education, collaborative skills

PENDAHULUAN dalam tim, komunikasi dan saling


memahami tugas dan tanggung jawab
Dunia pelayanan kesehatan saat ini antar profesi merupakan sebuah keharusan
ditandai dengan adanya perubahan dimiliki oleh seluruh anggota tim pemberi
demografis dalam populasi pasien. Hal pelayanan kesehatan.
tersebut menuntut adanya peningkatan Permasalahan yang saat ini di
kualitas pelayanan kesehatan dan hadapi oleh dunia pelayanan kesehatan di
manajemen penyakit kronis untuk Indonesia adalah adanya gap antar profesi
memotong tingginya biaya pelayanan. yang menyebabkan tidak terintegrasinya
Pelayanan yang berpusat pada pasien profesi-profesi pemberi pelayanan
(Patient-Centered Care) merupakan kesehatan dalam sebuah asuhan. Hal
pelayanan yang diunggulkan untuk tersebut terjadi karena proses pembelajaran
menjawab isu-isu perkembangan penyakit yang saat ini digunakan terfokus pada
kronis1.Model pelayanan kesehatan ini pencapaian kompetensi masing-masing
merupakan terobosan yang sedang profesi, kondisi ini menyebabkan
dikembangkan untuk meningkatkan terfragmentasinya profesi-profesi
kualitas pelayanan kesehatan dan kesehatan dalam melakukan asuhan
menghindari kesalahan praktek, dimana pelayanan terhadap pasien.
berbagai profesi bersama-sama menangani Pendidikan interprofesional
masalah pasien. Kemampuan bekerja sama merupakan strategi yang dapat dilakukan
17
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA KUNINGAN - VOL. 06 NO. 02 JULI-DESEMBER 2017‡ 1
untuk meningkatkan koordinasi pemberi pendidikan interprofesional dalam bagian
pelayanan kesehatan dan pelayanan kurikulum institusi.Metode ini berupaya
pendidikan kesehatan yang professional. untuk mempersiapkan mahasiswa dalam
Pendidikan interprofesional dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan
didefinisikan sebagai proses pembelajaran keamanan selama bekerja. Sasaran
yang dilakukan oleh sekelompok siswa penelitian ini adalah program studi
dari berbagai macam latarbelakang keperawatan, kebidanan dan kesehatan
pendidikan yang belajar bersama-sama masyarakat.
selama periode pendidikan2. Pendekatan
interprofesional dalam perawatan pasien BAHAN DAN METODE
diyakini dapat meningkatkan hubungan
profesionalism, meningkatkan efisiensi Penelitian ini merupakan penelitian
dan koordinasi serta pencapaian pelayanan tindakan (action research) yang dengan
kesehatan pasien3. Parsel & Bligh, (1999)4 sengaja dilakukan untuk merencanakan,
mengemukakan bahwa siswa dengan melaksanakan kemudian mengamati
pendidikan interprofesional, mereka dampak dari pelaksanaan tindakan tersebut
belajar memahami peran, tanggung jawab pada subyek penelitian. Metode penelitian
dan fungsi masing-masing profesi yang yang digunakan adalah metode campuran
dapat mencegah stereotype yang negative. antara kuantitatif dan kualitatif, dengan
Pendidikan interprofesional menggunakan kuesioner, FGD dan
digunakan untuk menyiapkan siswa wawancara semi terstruktur untuk
profesi kesehatan untuk bekerja dan eksplorasi pengalaman mahasiswa
berkomunikasi secara efektif dalam tim terhadap penerapan pendidikan
dan dapat meningkatkan kualitas interprofesional, metode ini digunakan
pelayanan serta keselamatan selama untuk membantu memperkuat reliabilitas
melakukan pelayanan kesehatan. Beberapa dan validitas dan memberikan analisis
bukti yang menunjukan efektifitas yang lebih komprehensif6. Kombinasi
pendidikan interprofesional adalah; hasil metode penelitian kualitatif dan kuantitatif
penelitian yang dilakukan oleh Curran VR, ini semakin dianggap relevan sebagai
et al, (2005)5 tentang penerapan pendekatan bagi penelitian - penelitian
pendidikan interprofesional pada kesehatan7.
mahasiswa kedokteran, perawat dan Jumlah mahasiswa yang mengikuti
farmasi mendapatkan hasil para pelajar pembelajaran interprofesional ini sebanyak
lebih memiliki kesadaran akan peran dan 20 orang yang terdiri dari 8 orang
dengan terpaparnya pembelajaran mahasiswa keperawatan, 5 orang
interprofesional secara berkelanjutan mahasiswa kesehatan masyarakat dan 7
menghasilkan peningkatan perilaku/sikap orang mahasiswa kebidanan. Mereka
dalam hubungan kerja, terbina pengalaman mengikuti proses pembelajaran bersama
yang efektif dalam pemberian pelayanan selama delapan minggu dengan
kesehatan serta meningkatnya motivasi menggunakan berbagai macammetode
untuk melakukan kolaborasi antar pembelajaran diantaranya; ceramah,
mahasiswa. Meskipun pendidikan diskusi, role play, simulasi dan problem
interprofesional ini sudah terbukti sangat based learning. Instrumen penelitian yang
efektif dalam mempersiapkan mahasiswa digunakan kuesioner, Focus Grup
kesehatan di masa yang akan datang, Discussion,, Wawancara
namun belum banyak institusi kesehatan Prosedur penelitian dilaksanakan
yang menerapkannya. atas empat tahapan, yaitu: perencanaan,
Berdasarkan uraian di atas Institusi pelaksanaan, observasi/evaluasi, dan
pendidikan STIKes Kuningan ingin refleksi. Penelitian dilakukan melalui tiga
mengembangkan dan menerapkan siklus tindakan dimana masing-masing

JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA KUNINGAN - VOL. 06 NO. 02 JULI-DESEMBER 2017‡ 2
siklus terdiri dari tahap perencanaan, syarat untuk uji parametrik yaitu distribusi
pelaksanaan tindakan, observasi dan data normal, homogen dan jenis data
refleksi untuk mengambil keputusan dalam masalah penelitiannya numerik, maka
pelaksanaan siklus berikutnya peneliti menggunakan uji t berpasangan
Analisis data penelitian dilakukan untuk analisis bivariate.
dengan deskriptif kualitatif dan kuantitatif,
data hasil penelitian dipaparkan secara HASIL
deskriptif dan analitik. Analisis data
kualitatif dimulai dengan melakukan Hasil yang dieksplorasi pada
analisis tema mulai dari pengelompokkan penelitian ini terdiri dari proses
data, reduksi atau pengurangan data yang pembelajaran, tanggapan mahasiswa
sama atau kurang bermakna, sampai terhadap proses pembelajaran IPE dan
dengan menemukan tema. kemampuan kolaboratif mahasiswa. Hasil
Analisis kuantitatif menggunakan analisis secara kuantitatif dijelaskan pada
tendensi central dan persentase untuk tabel 1 ± 4.
analisis univariat. Karena data memenuhi

Tabel 1. Rata-rata skor mahasiswa tentang tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran


interprofesional, kemampuan kolaboratif dan sikap mahasiswa terhadap kerja TIM
sebelum dan sesudah diberikan proses pembelajaran interprofesional.

VARIABEL Mean SD Minimum-maksimum


Tanggapan mahasiswa Sebelum 42.3 2.45 38-46
terhadap pembelajaran IPE Sesudah 44 2.9 38-49
Kemampuan Kolaboratif Sebelum 37.8 2.89 34-45
Sesudah 41.2 6.1 33-51
Sikap mahasiswa terhadap Sebelum 81.6 5.68 66-91
kerja TIM Sesudah 88.9 9.15 76-108

Berdasarkan tabel 1, diketahui dengan standar deviasi 2.89 dan rata-rata


bahwa skor rata-rata tanggapan mahasiswa skor sesudah dilakukan intervensi adalah
terhadap pembelajaran interprofesional 41.2 dengan standar deviasi 6.1. Skor rata-
sebelum dilakukan intervensi 42.3 dengan rata untuk sikap mahasiswa terhadap kerja
standar deviasi 2.45, sedangkan sedudah TIM sebelum intervensi adalah 81.6
intervensi skor rata-rata 44, simpang dengan standar deviasi 9.15 dan skor
deviasi 2.9. Sedangkan untuk kemampuan sesudah intervensi 88.9 dengan standar
kolaboratif skor rata-rata mahasiswa deviasi 9.15.
sebelum dilakukan intervensi adalah 37.8

Tabel 2. Distribusi Frekuwensi Tanggapan Mahasiswa Terhadap Pembelajaran


Interprofesional, Kemampuan Kolaboratif Dan Sikap Mahasiswa Terhadap Kerja
TIM Sebelum dan Sesudah Diberikan Proses Pembelajaran Interprofesional.

VARIABEL JUMLAH PERSENTASE


Tanggapan mahasiswa Sebelum
terhadap pembelajaran IPE - Baik 12 60
- Kurang 8 40

Sesudah 13 65
- Baik 7 35

JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA KUNINGAN - VOL. 06 NO. 02 JULI-DESEMBER 2017‡ 3
- Kurang
VARIABEL JUMLAH PERSENTASE
Kemampuan Kolaboratif Sebelum
- Baik 6 30
- Kurang 14 70
Sesudah
- Baik 12 60
- Kurang 8 40
Sikap mahasiswa dalam kerja Sebelum
TIM - Baik 11 55
- Kurang 9 45
Sesudah
- Baik 15 75
- Kurang 5 25

Berdasarkan tabel di atas yang dinyatakan baik dan setelah


tanggapan mahasiswa terhadap proses intervensi 60%dinyatakan baik. Untuk
pembelajaran antar profesi yang sikap mahasiswa dalam kerja tim sebelum
mempunyai tanggapan baik sebelum intervensi 55% memiliki sikap yang baik
intervesi 60% dan setelah intervensi 65%, dan tanggapan baik dan sesudah intervensi
sementara untuk kemampuan kolaboratif yang memiliki sikap baik menjadi 75%.
mahasiswa sebelum intervensi hanya 30%

Tabel 3. Perbedaan rata-rata Tanggapan Mahasiswa Terhadap Penerapan Pembelajaran IPE,


Kemampuan Kolaboratif dan Sikap Mahasiswa Terhadap Kerja TIM Sebelum dan
sesudah Pembelajaran IPE dilakukan

Variable Mean SD SE P value N


Tanggapan Mahasiswa 1.70 2.99 0.67 0.02 20
Terhadap Penerapan
Pembelajaran IPE
Kemampuan Kolaboratif 3.40 6.25 1.39 0.025 20
Sikap mahasiswa terhadap 7.3 9.58 2.14 0.003 20
kerja TIM

Berdasarkan tabel di atas perbedaan sesudah intervensi adalah 3.4 dengan


rata-rata tanggapan mahasiswa terhadap standar deviasi 6.25 dan nilai P 0.025.
pembelajaran antar profesi adalah 1.7 Perbedaan rata-rata sikap mahasiswa
dengan simpang deviasi 2.99 dan nilai P terhadap kerja TIM sebelum dan sesudah
0.02. Sedangkan perbedaan rata-rata intervensi adalah 7.3 dengan standar
kemampuan kolaboratif sebelum dan deviasi 9.58 dan nilai P 0.003.

Tabel 4. Distribusi Tanggapan Mahasiswa Terhadap Strategi Pembelajaran (n=20)

JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA KUNINGAN - VOL. 06 NO. 02 JULI-DESEMBER 2017‡ 4
Pernyataan Positif Negatif
1 Mahasiswa antar profesi bekerja dengan baik dalam kelompok kecil 56.7% 43.3%
2 Pada sesi pembelajaran, kontribusimasing-masing profesi setara 63.3% 36.7%

Pernyataan Positif Negatif


Proses pembelajaran di kelas dengan metode ceramah membantu 36.7% 63.3%
3 saya untuk belajar lebih banyak tentang profesi lain
Pembelajaran berbasis masalah/ problem based learning 86.7% 13.3%
4 membantu saya untuk belajar lebih banyak tentang profesi lain
5 Hubungan profesional diperkuat dengan pembelajaran bersama ini 90% 10%
Pembelajaran ini membantu saya untuk belajar lebih banyak tentang 100% 0%
6 tujuan pendidikan profesi lainnya
ceramah yang diberikan tutor dapat meningkatkan 43.3% 56.7%
7 kemampuankolaborasi interprofesi
Topik yang diangkat dalam modul cocok untuk meningkatkan 93.3% 6.7%
8 kemampuan kolaboratif saya

Berdasarkan data kuantitatif besar mahasiswa menyatakan bahwa


kuesioner pasca pembelajaran menyatakan metode ceramah hanya dapat
bahwa metode ceramah tidak benar-benar meningkatkan pengetahuan saja namun
memberikan kesempatan mahasiswa antar tidak meningkatkan kemampuan
profesi berinteraksi, hal ini ditunjukan kolaborasi mahasiswa sehingga metode
hanya 36.7%mahasiswa yang ceramah diberikan hanya sebagai
membererikan tanggapan positif dan pengantar saja sehingga proporsinya tidak
63.3% memberikan tanggapan negative. terlalu banyak dalam proses pembelajaran.
Sebagian besar atau 90 % mahasiswa Lebih dari 50% mahasiswa antar
menyatakan bahwa ceramah dirasakan profesimerasa jenuh dengan metode
kurang dapat meningkatkan kemampuan tersebut dan hanya dapat mengikuti
kolaboratif mahasiswa antar profesi. dengan baik 20 ± 30 menit saja selanjutnya
Sebagian besar 86.7% mahasiswa kurang memperhatikan.
menganggap bahwa diskusi kelompok 1. Hasil analisis kualitatif; hasil
kecil dan PBL adalah strategi pedagogis wawancara dan diskusi kelompok
yang dirasa paling baik untuk terfokus
pembelajaran dikelas (Tabel 5.4). Namun a. Tanggapan mahasiswa terhadap
masih ada sekitar 43.3% mahasiswa pembelajaran interprofesional.
menganggap bahwa mahasiswa antar Berdasarkan hasil wawancara dan
profesi belum dapat bekerja dengan baik diskusi kelompok kecil ditemukan tiga
dalam kelompok kecil, dan 36.7% dari tema tentang tanggapan mahasiswa
mahasiswa antar profesi menganggap terhadap pembelajaran interprofesional.
bahwa selama sesi pembelajaran ini, Tema pertama; persfektif pelayanan
kontribusi dari masing-masing profesi kesehatan saat ini. Sebagian besar
belum setara. mahasiswa berpandangan bahwa dunia
Hasil ini diklarifikasi oleh pelayanan kesehatan saat ini masih belum
tanggapan terhadap pertanyaan terbuka, optimal, petugas pelayanan kesehatan
dengan hasil; sebagian besar mahasiswa masing-masing melakukan perawatan
antar profesi menganggap bahwa problem kepada pasien berorientasi pada tugas,
based learning merupakan metode yang peran dan tanggungjawab masing-masing
paling efektif pada pembelajaran antar profesi petugas kesehatan
profesi dilanjutkan dengan role play dan Tema kedua; permasalahan yang terjadi
pembelajaran ditatanan nyata. Sebagian dalam pelayanan kesehatan saat ini.
JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA KUNINGAN - VOL. 06 NO. 02 JULI-DESEMBER 2017‡ 5
Berdasarkan hasil diskusi ditemukan tiga Keberhasilan metode problem based
permasalahan yang menjadi masalah learning sangat tergantung pada peran
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, serta aktif mahasiswa dan keberperanan
yaitu; 1. Kemampuan komunikasi antar tutor dalam memfasilitasi setiap anggota
profesi, 2. Tumpang tindihnya tugas, peran profesi untuk memberikan kontribusi
dan tanggung jawab antar profesi, 3. dalam setiap diskusi, memperjelas tujuan
Kurangnya kemampuan bekerja sama antar pembelajaran, dan memperjelas peran
profesi masing-masing profesi.
Tema ketiga; solusi. Ditemukan empat Topik yang diangkat adalah pemberian
solusi yaitu; 1. Adanya kejelasan asuhan kesehatan di tatanan klinik dan
tanggungjawab dan peran antar profesi, 2. keluarga dengan lingkup maternitas dan
Saling menghormati antar profesi, 3. pasien dengan penyakit kronik; hipertensi,
Meningkatkan kemampuan komunikasi, 4. asma, stroke dan diabetes melitus. Topic di
Meningkatkan kemampuan bekerjasama rasa paling dapat memperjelas peranketiga
antar profesi dengan melakukan profesi oleh mahasiswa adalah kasus-kasus
pembelajaran bersama. pada lingkup keluarga dan komunitas. Hal
Berdasarkan hasil kuantitatif yang disepakati oleh mahasiswa dari
seperti yang tertera pada tabel 5.2, ketiga profesi adalah kemampuan masing-
ditemukan data sebelum proses masing profesi melakukan pengkajian
pembelajaran 60% mahasiswa memiliki masalah yang dihadapi pasien dan
tanggapan baik terhadap pembelajaran merumuskan masalah serta menyusun
interprofesional dan mengalami rencana tindakan untuk mengatasi masalah
peningkatan sebanyak 5% setelah pasien, serta kemampuan
pembelajaran interprofesional dilakukan. mengkomunikainnya merupakan hal yang
Seluruh mahasiswa menyatakan sangat penting dalam melakukan asuhan
pembelajaran interprofesional sangat yang berpusat pada pasien.
diperlukan dengan mahasiswa seluruhnya Tema kedua berfokus pada strategi
menyatakan bahwa pembelajaran bersama yang dianggap kurang mendukung
profesi lain membantu mahasiswa untuk untuk pembelajaran bersama.
belajar lebih banyak tentang tujuan Menurut mahasiswa proporsi topic dengan
pendidikan profesi lainnya menggunakan metode ceramah karena
b. Kemampuan kolaboratif mereka menganggap dengan metode
Berdasarkan hasil wawancara dan ceramah kurang dapat memfasilitasi
diskusi tentang persepsi mahasiswa mereka dalam berinteraksi untuk
terhadap pembelajaran antar profesi dalam meningkatkan kemampuan kolaboratif
meningkatkan kemampuan kolaboratif di mereka. Berdasarkan hal tersebut
temukan tiga tema utama. didapatkan beberapa masukan diantaranya
Tema pertama berfokus pada hal yang adalah selain metode problem based
mendukung keberhasilan; learning perlu adanya simulasi dan praktek
Mahasiswa berpendapat bahwa bersama di tatanan nyata (di klinik atau
pembelajaran yang dilakukan bersama komunitas). Menurut mahasiswa untuk
dengan profesi lain dengan menggunakan dapat belajar bersama mahasiswa antar
metode problem based learning sangat profesi harus memiliki persfektif yang
efektif untuk meningkatkan kemampuan sama, dan metode ceramah sangat cocok
kolaboratif. Mahasiswa berpendapat digunakan untuk persamaaan persepsi
keberhasilan capaian tujuan pembelajaran sebelum dilakukan pembelajaran dengan
sangat tergantung pada kejelasan dan menggunakan metode problem based
relevansi topic dan kasus yang mencakup learning. Wawasan tutor tentang peran,
tiga profesi yaitu perawat, bidan dan tugas dan tanggung jawab masing-masing
kesehatan masyarakat. profesi di rasa kurang. Mereka

JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA KUNINGAN - VOL. 06 NO. 02 JULI-DESEMBER 2017‡ 6
berpendapat bahwa klarifikasi peran pada pembelajaran interprofesional sangat
saat diskusi sangat menentukan dalam diperlukan dan pembelajaran bersama
pelaksanaan asuhan yang berpusat pada profesi lain membantu mahasiswa untuk
pasien/keluarga, oleh sebab itu wawasan belajar lebih banyak tentang tujuan
terkait dengan dasar hukum tentang tugas, pendidikan profesi lainnya terhadap
fungsi, peran dan tanggung jawab masing- penerapan pelaksanaan pembelajaran
masing profesi serta pengalaman tutor di IPE., Hasil penelitian ini sesuai dengan
tatanan klinik ataupun komunitas dan penelitian yang dilakukan oleh Fallatah
keluarga sangat diperlukan. (2015)8 yang menyatakan bahwa IPE
Tema yang ketigaadalah tentang diterima dengan baik oleh mahasiswa
dampak yang dirasakan dari proses pendidikan kesehatan sebesar 75%,
pembelajaran antar profesi. kemudian persepsi yang baik terhadap
Mahasiswa berpendapat bahwa banyak hal IPE ini juga dapat meningkatkan
yang didapat dari pembelajaran bersama kerjasama antar tim dalam
ini diantaranya adalah; mengetahui peran memberikan pelayanan dan kepuasan
dan tanggungjawab profesi lain, kepada pasien. Hasil ini juga sesuai
memahami bahwa semua profesi pemberi dengan penelitian yang dilakukan oleh
pelayanan kesehatan memiliki tujuan yang $¶OD GDQ )DX]LDK SDGD tahun 2010 9
sama yaitu meningkatkan derajat kepada mahasiswa Fakultas
kesehatan pasien dan keluarga dan Kedokteran UGM tentang persepsi dan
menyadari tuntutan pelayanan kesehatan kesiapan terhadap IPE. Didapatkan
saat ini dan yang akan datang adalah bahwa 92,8% mahasiswa program
asuhan yang berpusat pada pasien. studi sarjana memiliki kesiapan yang
Mahasiswa juga mengetahui keuntungan baik terhadap IPE dan 86,8%
dari penerapan asuhan yang berpusat pada mahasiswa memiliki persepsi baik
pasien. Mahasiswa menyatakan bahwa terhadap IPE. Pada program studi
mereka lebih memahami tentang profesi, sebanyak 88% mahasiswa
bagaimana tim bisa bekerjasama, menunjukkan tingkat kesiapan yang baik
berinteraksi, berkomunikasi dan berbagi terhadap IPE dan 83,5% responden
wawasan/pendapat. Mereka mengetahui memiliki persepsi baik terhadap IPE, hal
bagaimana mengatasi konflik dalam tim yang sama juga di tunjukan pada penelitian
dalam melakukan asuhan yang berpusat Sedyowinarso dkk (2011)10 yang
pada pasien. Mereka menyadari bahwa mengatakan bahwa mahasiswa kesehatan
kemampuan kolaboratif sangat diperlukan di Indonesia memiliki persepsi yangbaik
untuk dapat melakukan asuhan yang terhadap IPE`sebanyak 73,62 % hal ini
berpusat pada pasien dan hal tersebut menunjukkan adanya temuan tentang IPE
diperlukan pembiasaan atau latihan secara bahwa dengan adanya IPE akan
konsisten baik pembelajaran di dalam menjadikan mahasiswa kesehatan
kelas atau laboratorium maupun di tatanan menjadi lebih efektif dalam kerjasama
nyata klinik maupun komunitas. timantar profesi, ini juga sesuai dengan
salah satu tujuan pembelajaran IPE yaitu
PEMBAHASAN memberikan contoh peran untuk tim satu
profesi dan profesi lain untuk
1. Respon/tanggapan mahasiswa meningkatkan pelayanan serta
terhadap penerapan metode pengembangan diri dan profesi11.
pendidikan interprofesional . 2. Kemampuan kolaboratif
Dari hasil penelitan menunjukan interprofesional mahasiswa.
adanya peningkatan respon/tanggapan Dari hasil penelitian menunjukan
mahasiswa yang positip, dan Seluruh bahwa kemampuan kolaboratif
mahasiswa menyatakan bahwa mahasiswamengalami peningkatan setelah

JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA KUNINGAN - VOL. 06 NO. 02 JULI-DESEMBER 2017‡ 7
terpapar dengan pembelajaran IPE, dalam memberikan perawatan dan
mahasiswa menyadari bahwa kemampuan pelayanan kepada pasien.
kolaboratif sangat diperlukan untuk dapat 3. Sikap mahasiswa dalam penerapan
melakukan asuhan yang berpusat pada metode interprofesional dalam
pasien, dan hal tersebut diperlukan pengembangan asuhan terhadap
pembiasaan atau latihan secara konsisten pasien
baik pembelajaran di dalam kelas atau Dari hasil penelitian ini menunjukan
laboratorium maupun di tatanan nyata adanya peningkatan sikap yang positip
klinik maupun komunitas, hal ini sesuai terhadappenerapan metode interprofesional
dengan teori Lachman & Pawlina W. dalam pengembangan asuhan terhadap
(2006)12, dimana melaluiproses pasien, ini sesuai dengan HPEQ Project
pembelajaran ini, peserta didik dapat (2011)15, juga menyatakan bahwa ketika
mengembangkan keterampilan yang mahasiswa memahami konsep dan
dibutuhkan untuk keberhasilan tim, manfaat tentang IPE diharapkan agar
menganalisis tindakan baikkelompok mahasiswa termotivasi untuk
maupun tindakan individu yang mewujudkan IPE dalam proses
berkontribusi terhadap fungsi tim, dan pendidikannya. Dari hasil penelitian ini
memutuskan bagaimana tindaklanjut yang juga menunjukkan bahwa setelah
diberikan kelompok dari hasil analisis mahasiswa melakukan IPE, mahasiswa
tersebut12. IPE merupakan suatu metode tidak hanya termotivasi dalam
pembelajaran inovatif yang dapat melakukan IPE dalam proses
memberikan beberapa manfaat bagi pendidikannya tetapi IPE juga dapat
mahasiswa pendidikan kesehatan,setelah meningkatkan motivasi mahasiswa
mahasiswa antar profesi belajar bersama, pendidikan kesehatan untuk bekerjasama
membuat mahasiswa akan lebih percaya dalam merawat pasien karena mahasiswa
diri terhadap masing-masing profesi menyadari bahwa ketrampilan kerjasama
karena tingkat pengetahuan yang sangat penting untuk dipelajari oleh semua
didapatkan akan bertambah, sesuai mahasiswa pendidikan kesehatan sebelum
dengan pernyataan Illingworth (2007)13, kelulusan. Sehingga, akan meningkatkan
ketika mahasiswa antar profesi belajar kesiapan sebelum mahasiswa praktik klinik
bersama mereka akan mentransfer baik di Rumah sakit maupun di komunitas,
pengetahuan dan ketrampilan yang keluarga dan masyarakat. Kompetensi
mereka peroleh dalam memecahkan untuk bekerja sama intra dan
berbagai macam kasus penyakit interprofesional dalam tim pelayanan
sehingga akan menjadi bahan referensi kesehatan terdapat dalam Standar
bagi mahasiswa profesi lain. Ada Kompetensi Dokter Indonesia, Standar
beberapa kompetensi yang harus Kompetensi Bidan Indonesia, dan
dimiliki oleh mahasiswa pendidikan standar kompetensi tenaga kesehatan
kesehatan dalam pelaksanaan IPE agar lainnya, sehingga semua profesi tenaga
mahasiswa mampu membekali dirinya kesehatan harus mampu dan pandai
dalam mengembangkan kemampuan bekerjasama dalam menangani pasien,
berkolaborasi, yaitu: pengetahuan, sehingga dibutuhkan pemahaman tentang
ketrampilan komunikasi, sikap & kerjasama yang baik antar profesi tenaga
kemampuan tim14. Dari pernyataan kesehatan.
tersebut menunjukkan bahwa selain 4. Efektivitas penerapan metode
pengetahuan, ketrampilan komunikasi juga interprofesional education terhadap
merupakan hal sangat penting untuk kemampuan kolaboratif mahasiswa.
dipelajari dan dimiliki oleh mahasiswa Berdasarkan hasil penelitian
pendidikan kesehatan dalam metode ceramahkurang memberikan
berkolaborasi dengan profesi lain dan kesempatan mahasiswa antar profesi

JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA KUNINGAN - VOL. 06 NO. 02 JULI-DESEMBER 2017‡ 8
berinteraksi, hal ini ditunjukan menjelaskan tiga kunci penting dalam
63.3%lkurang dapat meningkatkan melaksanakan kolaborasi interprofesi
kemampuan kolaboratif mahasiswa antar dalam praktik yaitu adanya dukungan
profesi, 86.7% mahasiswa menganggap institusi, tanggap budaya, dan adanya
bahwa diskusi kelompok kecil dan PBL lingkungan yang mendukung. Jadi inti dari
adalah strategi pedagogis yang dirasa adanya kolaborasi anta r be rba ga i
paling baik untuk pembelajaran dikelas. dis ipli n ilm u da la m menjalankan
Penerapan metode PBL perlu iikuti dengan setiap program pemerintah adalah tetap
kemampuan tutor dalam mengembangkan menjadi profesionalisme dalam
kasus pemicu yang berfokus pada seting menjalankan tugas dan menjadi
rumah sakit dan rumah sakit .Metode PBL komunikasi yang efektif antar individu.
ini mensupport keluasan belajar
mahasiswa dan memberikan kesempatan SIMPULAN DAN SARAN
berinteraksi antar profesi.Hal ini sesuai
dengan ori Furber et al12 yang Simpulan
merekomendasikan bahwa Terdapat perbedaan rata-rata
penerapan pendidikkan interprofesi terhadap tanggapan mahasiswa terhadap
dalam sistem pembelajaran PBL pembelajaran antar profesi dengan nilai P
merupakan situasi yang mendukung 0.02, kemampuan kolaboratif dengan nilai
mahasiswa untuk mempelajari peran P 0.025, dan sikap mahasiswa terhadap
masing-masing, dan menyiapkan mereka kerja TIM dengan nilai P 0.003sebelum
tentang bagaimana bekerjasama dalam dan sesudah mengikuti pembelajaran
timsebagai selah satu bagian dari interprofesional. Berdasarkan
praktik kolaboratif yang akan mereka evaluasipasca pembelajaran mahasiswa
lakukan di lapangan16. menyatakan bahwa pembelajaran
Sebagian besar mahasiswa antar interprofesional sangat efektif untuk
profesi menganggap bahwa problem based meningkatkan kemampuan kolaboratif
learning merupakan metode yang paling mahasiswa kesehatan dan PBL merupakan
efektif pada pembelajaran antar profesi strategi pedagogis yang dirasa paling baik
dilanjutkan dengan role play dan untuk pembelajaran dikelas.
pembelajaran ditatanan nyata, hal ini
sesuai dengan teori Lachman & Pawlina Saran
(2006)12 bahwa Pembelajaran kooperatif 1. Perlu adanya komitmen antara institusi
(cooperative learning) efektif untuk dengan program studi untuk
mengajarkan kerja sama tim.pengalaman memasukan pembelajaran antar profesi
belajar (experiential learning) mahasiswa sebagai bagian dari kurikulum institusi.
akan mendapatkan kesempatan 2. Menyediakan tutor yang memiliki
untukmemperoleh danmenerapkan wawasan dan pengalaman yang baik
pengetahuan, keterampilan, dan perasaandi tentang masing-masing profesi.
tatanan nyata, hal ini sesuai dengan 3. Menjalin kemitraan dengan lahan
pernyataan dari Hammick M et al pada praktek baik di klinik maupun di
tahun 200717 juga menyimpulkan bahwa komunitas untuk dapat
pendidikan interprofesional telah mengaplikasikan pembelajaran
diterima dengan baik karena dapat bersama antar profesi
meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam praktik KEPUSTAKAAN
kolaboratifdan WHO juga
merekomendasikan tentang 1. Baerg Krista, BSN, at al. (2012).
pendidikan interprofesi dan kolaborasi Survey of Interprofesional
interprofesi dalam praktik, dimana Collaboration Learning Needs and

JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA KUNINGAN - VOL. 06 NO. 02 JULI-DESEMBER 2017‡ 9
Training Interest in Health Keperawatan Fakultas Kedokteran
professionals, Teachers, and Students: Universitas Gadjah Mada.
An Exploratory Study. Journal of 10. Sedyowinarso, M,Fauziah F.A.
Researchin Interprofesional Practice Aryakhiyati, N Julica., Sulistyowati, E,
and Education (JRIPE); 2 (2):187-200 Masriati, F. N, Olam, S. J, Dini, C
2. Flynn L, et al. (2012). Teaching and Afifah, M , Meisudi, R Piscesa, S (
Learning Interprofessionally: Family 2011 ) Persepsi dan kesiapan
Medicine Residents Differ from Other mahasiswa dan dosen profesi kesehatan
Healthcare Leaners. Journal of terhadap model pembelajaran
Researchin Interprofesional Practice pendidikan interprofesi . Proyek HPEQ-
and Education (JRIPE); 2 (2):206-216. Dikti.
3. Cullen L., Fraser. D. & Symond.I. 11. (CullenL., Fraser. D. & Symond. I.
(2003). Strategi for Interprofesional 2003)
Education: Interprofesional Team 12. Lachman & Pawlina W.
Objective Structured Clinical (2006).Integrating professionalism in
Examination for Midwifery and early medical education: the theory and
Medical Student. Nurse Education application of reflective practice in the
Today; 23(6):427-430. anatomy curriculum.Clinical
4. Rodgers, Rhonda K., and Michelle C. Anatomy;19(5):456-460
Bligh. "Just in Time 13. Illingworth, Paul & Sonya
Followership." Followership in Action: Chelvanayagam. (2007). Benefits of
Cases and Commentaries. Emerald Interprofessional Education in Health
Group Publishing Limited, 2016. 75-82. Care. British Journal of Nursing 2007,
5. Curran VR, at al. (2005) Influence of an 16 (2) 121- 124.
international HIV/AIDS education 14. American College of Clinical
program on role perception, attitudes Pharmacy (ACCP). (2009).
and teamwork skills of undergraduate Interprofessional education : Principle
health sciences students. Educ Health and application, a framework for
(Abingdon); 18 (1):32-44 clinical pharmacy. Pharmacotherapy,
6. Cohen, L. Manion, and Lawrence 29 (3): 145-164.
Manion. "l. & Morrison, 15. HPEQ-Project. (2012). Apa kata
K.(2007)." Research methods in mahasiswa?: Hasil kajian partisipasi
education 6 (2001). dan kolaborasi mahasiswa
7. Saks, Mike, and Judith Allsop, kesehatan di Indonesia. Jakarta:
eds. Researching health: Qualitative, Dikti Kemendikbud.
quantitative and mixed methods. Sage, 16. Furber C, Hickie J, Lee K,
2012. McLoughlin A, Boggis C, Sutton A,
8. Fallatah, H.I., et al. 2015. Cooke S, Wakefield A. 2004.
Interprofessional Education as a Interprofesioanal education in
Need: The Perception of Medical, midwifery curriculum : the learning
Nursing Students and Graduates of through the exlploration of
Medical College at King Abdulaziz theprofesional task project ( LEAPT )
University. Creative Education, 2015, Elsevier Journal . Dec ; 20(4): 358-66
6, 248-254. 17. Hammick M, Freeth D, Koppel I,
9. $¶OD 0 = Gambaran Persepsi Reeves S, Ba rr H , 2 007 . A Be s t
dan Kesiapan Mahasiswa Tahap Evide nc e Systematic Review of
Akademik terhadap Interprofessional Interprofessional Education Medical
Education di Fakultas Kedokteran Teacher. US: Best Evidence Medical
UGM. Skripsi Program Studi Ilmu Education (BEME) Collaboration.

JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA KUNINGAN - VOL. 06 NO. 02 JULI-DESEMBER 2017‡ 10
18. Midwifery 2020 Programme. Midwifery 19. Branch WT, Paranjape A. (2002).
2020: Delivering Expectations. Feedback and reflection: teaching
Cambridge: Jill Rogers Associates; methods for clinical settings. Acad
2010 Med; 77(12):1185±1188
20.

JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA KUNINGAN - VOL. 06 NO. 02 JULI-DESEMBER 2017‡ 11

You might also like