You are on page 1of 9

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.

2, Juli 2015

PERSEPSI DAN KESIAPAN DOSEN TERHADAP PEMBELAJARAN


INTERPROFESIONAL

Arif Eko Yuniawan1, Wastu Adi Mulyono2, Dwi Setiowati3

Perawat RSU dr. Moewardi, Surakarta


1
2Jurusan Keperawatan FIKES Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
3STIKES Indonesia Maju, Jakarta Selatan

Email: yuniawanarifeko@gmail.com

ABSTRACT
Interprofessional Education (IPE) improves collaborative practices that enhance service
quality. Even though the institution was exposed by the concept, however, little was adopted.
Multifactors contributed such as misperception and unreadiness obout IPE among students,
lecturers, and managers. Recent study reported students and facilitators perceive IPE well,
however, none reported lecturers perspectives on it. This research to analyse lecturers
perception and readiness for IPE application. A Cross-sectional design was set to investigate
73 lecturers from departments: medicine, public health, nursing, dentist, pharmacy, and
nutrition. Modified-IEPS and RIPLS questioner were applied. Pearsons r correlation would
test the relationship. The study identified that mostly respondents are from medicine
departments (26.0%), female (57.5%), experienced in collaboration (95.9%), less than or
equal to 10 years worked (76.7%). Either perception (84.9%) or readiness (94.5%) for IPE
were good. They were consistent amongst lecturers at each departments by p 0.606, and
0.535 respectively. There was a weak positive correlation but significant between perception
and readiness (r 0.302; p: 0.009). It concluded that lecturers at every departments of this
institute have good perceptions and good readiness for IPE. There was weak, positive but
significant correlation between lecturers perception and readiness for IPE. It recommended
institution to develop special task forces to manage IPE. Following studies were suggessted
to explore thoroughly for identifying technical learning model.
Keywords: Interprofessional education, perception, readiness, lecturers.
ABSTRAK
Interprofessional Education (IPE) dapat mendorong praktik kolaboratif untuk peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan. Institusi telah mengenal konsep ini tetapi belum banyak yang
diadopsi. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti mispersepsi dan ketidaksiapan dari
mahasiswa, dosen, dan pengelola. Persepsi dan kesiapan mahasiswa dan fasilitator
terhadap IPE dilaporkan baik. Tetapi tidak ada publikasi tentang perspektif dosen. Penelitian
ini untuk menganalisis persepsi dan kesiapan dosen terhadap IPE. Rancangan cross
sectional dipersiapakan untuk meneliti persepsi 73 dosen dari jurusan kedokteran,
kesehatan masyarakat, keperawatan, farmasi, kedokteran gigi, dan ilmu gizi. Kuesioner
IEPS dan RIPLS dimodifikasi, dan digunakan dalam pengukuran. Hasil menunjukkan paling
banyak responden dari kedokteran (26,0%), perempuan (57,5%), pernah berkolaborasi
(95,5%), dan bekerja kurang atau sama dengan 10 tahun (76,7%). Persepsi (84,9%) dan
kesiapan (94,5%) adalah baik dan sama di semua jurusan dengan nilai p 0,606 dan 0,535
secara berurutan. Dapat disimpulkan bahwa persepsi dan kesiapan dosen terhadap IPE di
setiap jurusan adalah baik. Terdapat hubungan positif yang lemah tetapi bermakna antara
persepsi dan kesiapan dosen. Institusi ini perlu membentuk bagian khusus untuk mengelola
IPE. Penelitian lanjutan perlu menggali lebih dalam tentang teknis model pembelajaran IPE.
Kata kunci: Interprofessional education, dosen, kesiapan, persepsi

121
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No. 2, Juli 2015

PENDAHULUAN IPE. Hal ini terbukti dari


diselenggarakannya beberapa seminar
Tuntutan pelayanan kesehatan yang
nasional maupun internasional yang
berkualitas semakin meningkat seiring
mengangkat tema IPE. Akan tetapi wujud
meningkatnya kesadaran masyarakat
konkrit penerapan IPE di tempat ini masih
tentang kesehatan. Keith (2008)
belum tampak. Oleh karena itu
menyatakan kunci dari pelayanan
dibutuhkan riset untuk meneliti persepsi
kesehatan yang bermutu dengan biaya
dan kesiapan dosen FKIK Unsoed
yang efisien adalah dengan
terhadap IPE.
meningkatkan kolaborasi yang efektif
antar tenaga kesehatan. METODE PENELITIAN
Salah satu upaya untuk Penelitian dengan rancangan cross
mewujudkan kolaborasi antar tenaga sectional dipersiapakan untuk meneliti 73
kesehatan adalah dengan sampel dosen FKIK dari jurusan
memperkenalkan paktik kolaborasi sejak kedokteran, kesehatan masyarakat,
dini melalui proses pendidikan (WHO, keperawatan, farmasi, kedokteran gigi,
2010). Interprofessional education (IPE) dan ilmu gizi. Instrumen pengukuran
adalah salah satu konsep pendidikan menggunakan Interprofessional Educat-
terintegrasi untuk peningkatan ion Perceptions Scale (IEPS) dan
kemampuan kolaborasi. IPE dapat terjadi Readiness Interprofessional Learning
ketika dua atau lebih mahasiswa dari Scale (RIPLS) yang dimodifikasi.
program studi kesehatan yang berbeda Penelitian ini menggunakan non-
belajar bersama yang bertujuan untuk probability sampling yang mengacu pada
meningkatkan kerja sama dan kualitas kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang
pelayanan kesehatan. ditetapkan oleh peneliti.
Para mahasiswa sudah memiliki HASIL DAN PEMBAHASAN
persepsi dan kesiapan yang positif Karakteristik Responden
terhadap penerapan IPE. Sedyowinarso
dkk., (2011) menunjukkan 73,62% Responden pada penelitian ini adalah 73
mahasiswa kesehatan di Indonesia orang dosen yang terdiri dari dosen-
memiliki persepsi yang baik terhadap IPE dosen jurusan kedokteran umum,
dan sebanyak 79,90% mahasiswa kesehatan masyarakat, keperawatan,
memiliki kesiapan yang baik pula farmasi, kedokteran gigi, dan program
terhadap pelaksanaan IPE. Meskipun studi ilmu gizi. Paling banyak responden
demikian, keberhasilan proses dari kedokteran (26,0%), perempuan
pendidikan interprofesional di perguruan (57,5%), pernah berkolaborasi (95,5%),
tinggi tidak terlepas dari peran dosen. dan bekerja < 10 tahun (76,7%).
Inisiatif mahasiswa untuk belajar bersama Pembagian karakteristik
dapat terjadi jika terfasilitasi oleh responden mengacu pada penelitian
lingkungannya seperti sistem dan juga serupa yang dilakukan oleh Curran et al
tenaga dosen. (2007). Hasil penelitian menyebutkan dari
Umumnya, institusi sudah beberapa jenis karakteristik yang
terpapar dengan konsep IPE tetapi belum berhubungan dengan sikap dan kesiapan
diimplementasikan. Institusi tempat dosen pengajar terhadap kerja sama
penelitian sudah mulai terpapar dengan interdisipliner dan IPE adalah jenis
122
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No. 2, Juli 2015

kelamin dan pengalaman bekerja pada komponen pemahaman terhadap


kolaborasi interdisipliner sebelumnya profesi lain (63%).
(Curran, et al 2007). Turner (1999) Hasil pengukuran persepsi
menyebutkan bahwa latar belakang menunjukkan bahwa mayoritas dosen
profesi memengaruhi kesiapan terhadap pengajar mempunyai persepsi terhadap
IPE. Thoha (dalam Fauziah, 2010) IPE dalam kategori baik (84,9%),
menegaskan bahwa perbedaan sebanyak 15,1% responden memiliki
karakteristik responden menyebabkan persepsi dalam kategori sedang dan tidak
perbedaan dalam mempersepsikan ada satu pun yang memiliki persepsi yang
sesuatu, termasuk persepsi terhadap buruk terhadap IPE. Pengkuran persepsi
IPE. Hawk (2002) menambahkan bahwa menggunakan 18 pernyataan dengan
perbedaan latar belakang profesi dapat pilihan Sangat Setuju, Setuju, Tidak
mempengaruhi persepsi terhadap IPE. Setuju dan Sangat Tidak Setuju.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat Pernyataan yang mendekati sangat
perbedaan persepsi yang bermakna setuju diantaranya yaitu: 1) Orang-orang
berdasarkan jenis profesinya (p=0,001). dalam profesi saya membutuhkan
Persepsi terhadap IPE kontribusi dari profesi lain dalam bekerja;
2) Orang-orang dalam profesi saya
Mayoritas dosen pengajar di institusi ini
merupakan orang-orang yang terampil;
mempunyai persepsi terhadap IPE dalam
3) Orang-orang dalam profesi saya
kategori baik (84,9%), 15,1% dalam
senang untuk berbagi informasi dan
kategori sedang dan tidak ada dosen
pengetahuan dengan profesi lain; dan 4)
dengan persepsi buruk. Secara berurutan
Orang-orang dalam profesi saya
persepsi dosen berdasarkan masing-
berusaha untuk memahami kemampuan
masing jurusan tempat mengajar yang
dan kontribusi dari profesi lain.
berada pada kategori baik mulai dari
persentase yang paling tinggi adalah Berdasarkan hasil tersebut dapat
dosen program studi ilmu gizi (100%), dikatakan bahwa para dosen memiliki
jurusan farmasi (92,9%), kedokteran kepercayaan diri dengan kompetensi dan
umum (89,5%), kedokteran gigi (85,7%), otonomi profesinya. Para dosen juga
keperawatan (76,9%) dan yang terakhir menyetujui bahwa setiap profesi
kesehatan masyarakat (75%). kesehatan membutuhkan kerja sama
dengan profesi lain, serta menunjukkan
Selanjutnya, untuk mengetahui
pemahaman yang baik terhadap profesi
lebih dalam tentang persepsi dosen
lain. Berkatian dengan hal ini, Suter et al
terhadap IPE, dilakukan analisis terhadap
(2009) menyatakan profesi kesehatan di
komponen persepsi terhadap IPE yang
kota Alberta, Edmonton dan Canada
meliputi 1) kompetensi dan otonomi, 2)
mempunyai persepsi yang positif
persepsi kebutuhan untuk bekerja sama,
terhadap pentingnya pemahaman
3) bukti bekerja sama dan 4) pemahaman
terhadap profesi lain.
terhadap profesi lain. Seluruh komponen
persepsi dosen FKIK Unsoed terhadap Meskipun para dosen menyetujui
IPE dalam kategori baik. Persentase perlunya kerja sama antara profesi
komponen baik yang paling tinggi yaitu kesehatan, tetapi pemahamannya tidak
pada komponen bukti bekerja sama merata pada semua komponen.
(90,4%) dan yang paling rendah yaitu Memperbandingkan nila rerata keempat

123
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No. 2, Juli 2015

komponen persepsi , komponen pada komponen teamwork dan kolaborasi


pemahaman terhadap profesi lain (98,6%) dan yang paling rendah yaitu
memiliki rerata yang paling rendah. Hal ini pada komponen peran dan tanggung
sudah diidentifikasi oleh Cameron et al jawab (63,0%).
(dalam Fauziah , 2010) yang Hasil pengukuran menunjukkan
menunjukkan bahwa peserta IPE Faculty kesiapan dosen yang baik (94,5%). Lebih
Development Course in May 2006 dari tujuh belas kali lipat dari jumlah
mempunyai persepsi yang positif dosen yang berada pada kategori
terhadap IPE, tetapi pemahaman kesiapan sedang (5,5%) dan tidak ada
terhadap profesi lain mempunyai dosen yang berada pada kategori
persentase terendah. Hall (2005) kesiapan buruk. Barr (1998) menjelaskan
berpendapat bahwa kurang maksimalnya bahwa dosen dengan kesiapan yang baik
pemahaman terhadap profesi lain untuk memfasilitasi IPE akan lebih
disebabkan oleh masih adanya membantu mahasiswa untuk mencapai
kerancuan peran di antara profesi kompetensi IPE yang diharapkan.
kesehatan seperti dokter dan perawat.
Oleh karena itu penerapan IPE dalam PengUkuran kesiapan
sistem pembelajaran diharapkan dapat menggunakan 19 pernyataan dengan
memperjelas peran dan tanggung jawab pilihan Sangat Setuju, Setuju, Tidak
masing-masing profesi (Fauziah, 2010). Setuju dan Sangat Tidak Setuju. Dari
pernyataan tersebut diketahui jawaban
Kesiapan terhadap IPE responden yang mendekati sangat setuju
Mayoritas dosen memiliki kesiapan diantaranya yaitu: 1) kemampuan kerja
terhadap IPE dalam kategori baik sama tim merupakan hal yang sangat
(94,5%). Gambaran kesiapan dosen penting; 2) belajar bersama mahasiswa
terhadap IPE berdasarkan jurusan profesi kesehatan lain akan membantu
menunjukkan bahwa kesiapan dosen mahasiswa menjadi anggota tim
untuk memfasilitasi IPE berada pada pelayanan kesehatan yang lebih baik.
kategori baik. Secara berurutan mulai dari Sebaliknya, jawaban tidak setuju muncul
persentase yang paling tinggi adalah pada pernyataan: 1) tidak penting bagi
dosen jurusan farmasi (100%), mahasiswa profesi kesehatan untuk
kedokteran gigi (100%), kedokteran belajar bersama dan 2) saya tidak mau
umum (94,7%), kesehatan masyarakat membuang-buang waktu saya untuk
(93,8%), keperawatan (92,3%) dan yang mendidik mahasiswa profesi lain. Kedua
terakhir program studi ilmu gizi (75%). pertanyaan tersebut merupakan
pertanyaan negative. Jadi, jawaban
Pembahasan lebih mendalam
responden tersebut menunjukkan bahwa
dilakukan pada setiap komponen
dosen menyadari pentingnya untuk
kesiapan terhadap IPE. Melalui analisis
belajar berkolaborasi.
lebih dalam pada komponen-komponen
yang meliputi: 1) teamwork dan Hal yang perlu diperhatikan
kolaborasi, 2) identitas profesi dan 3) dalam pembelajaran IPE ini adalah
peran dan tanggung jawab, seluruh kejelasan standar kompetensi yang harus
komponen kesiapan dosen terhadap IPE dicapai oleh mahasiswa itu sendiri,
dalam kategori baik. Persentase sehingga adanya IPE akan memperjelas
komponen baik yang paling tinggi yaitu kontribusi setiap profesi kesehatan dalam

124
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No. 2, Juli 2015

sistem pelayanan kesehatan. Hal Education Consortium, dalam Fauziah,


tersebut seperti pernyataan 2010).
Soedyowinarso (2011) bahwa meskipun Nilai rendah yang ditunjukkan
IPE dirancang untuk kelompok, pada pada komponen peran dan tanggung
akhirnya bertujuan untuk pengembangan jawab dapat diasumsikan bahwa
masing-masing individu. pemahaman antar profesi kesehatan
Komponen kesiapan IPE dibagi tentang peran masing-masing profesi
menjadi tiga komponen. Secara kesehatan pada dosen perlu ditingkatkan.
berurutan nilai rata-rata komponen Pemahaman tentang peran dan tanggung
kesiapan yang paling tinggi adalah jawab masing-masing profesi membuat
komponen teamwork dan kolaborasi profesional di bidang kesehatan dapat
(98,6%), kemudian identitas profesi memahami apa yang sebenarnya akan
(90,4%) dan terakhir adalah komponen dilakukan tiap-tiap profesi dalam
peran dan tanggung jawab (63%). Hal ini pekerjaannya (Gilbert et al, 2005).
serupa dengan hasil penelitian yang Pengetahuan peran dan tanggung jawab
dilakukan oleh Aryakhiyati (2011) yang setiap profesi menjadikan pelaksana
menunjukkan komponen teamwork dan pembelajaran IPE semakin siap untuk
kolaborasi memiliki nilai tertinggi bekerja bersama dalam tim (Morison et al,
sedangkan peran dan tanggung jawab 2003).
memiliki nilai terendah pada dosen FK Perbandingan persepsi terhadap IPE
UGM.
Uji komparatif terhadap persepsi
Nilai tertinggi yang ditunjukkan dilakukan untuk mengetahui adanya
pada komponen teamwork dan kolaborasi perbedaan persepsi dosen FKIK Unsoed
dapat diasumsikan bahwa dosen telah terhadap IPE pada masing-masing
menyadari bahwa pentingnya IPE. Model jurusan. Uji komparatif ini menggunakan
pembelajaran terintegrasi, seperti IPE ini, uji parametrik yaitu One-Way ANOVA.
dapat menjadikan mahasiswa siap untuk Sebelum menentukan jenis uji, peneliti
bekerja dalam tim. Sebagai salah satu melakukan uji normalitas data
kompetensi yang harus dimiliki oleh menggunakan uji Shapiro-Wilk karena
seorang mahasiswa dalam IPE, jumlah responden pada masing-masing
diharapkan setiap mahasiswa memiliki kelompok termasuk jumlah sampel kecil
kemampuan untuk: 1) berbagi sumber (Dahlan, 2009). Hasil uji normalitas
daya, keahlian dan tanggung jawab untuk menghasilkan sebaran data normal.
mencapai tujuan bersama dalam praktik
kolaboratif, 2) membangun komitmen Hasil uji menunjukkan bahwa
dan mempertahankan partisipasi dalam signifikansi persepsi p > 0,05 (0,606),
suatu tim interprofesional, 3) mengenali maka dapat disimpulkan bahwa Ho
saat ada ketidak sesuaian dalam praktik diterima atau tidak ada perbedaan yang
kolaborasi tersebut, 4) mengatasi bermakna persepsi dosen FKIK Unsoed
masalah dan konflik menggunakan teknik terhadap IPE pada masing-masing
penyelesaian masalah dan manajemen jurusan.
konflik yang tepat, 5) menggunakan Uji komparatif persepsi dosen
pengambilan keputusan yang sesuai FKIK Unsoed terhadap IPE selanjutnya
dengan tim kolaborasi (Interprofessional dilakukan berdasarkan karakteristik

125
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No. 2, Juli 2015

responden jenis kelamin, pengalaman mengajar lebih sedikit lebih perhatian


berkolaborasi dan lama mengajar. Hasil terhadap kegiatan mengajar bersama
uji komparatif persepsi dosen FKIK dengan hasiswa. Konsisi ini mendukung
Unsoed terhadap IPE berdasarkan jenis proses belajar dan diskusi. Dalam situasi
kelamin dan pengalaman berkolaborasi ini, peran dosen sebagai role model
menggunakan uji t tidak berpasangan sangat penting untuk memastikan
menunjukkan tidak ada perbedaan. Uji mahasiswa merasa nyaman dalam
komparatif persepsi dosen FKIK Unsoed pembelajaran IPE (Forte et al, 2009).
terhadap IPE berdasarkan lama mengajar Perbandingan kesiapan terhadap IPE
menggunakan uji Mann-Whitney juga
menghasilkan tidak ada perbedaan. Perbandingan kesiapan dosen terhadap
IPE pada masing-masing jurusan
Uji komparatif persepsi dosen menggunakan uji Kruskall-Wallis karena
FKIK Unsoed dilakukan untuk distribusi data tidak normal. Hasil uji
mengetahui adanya perbedaan persepsi menunjukkan bahwa persepsi kesiapan
berdasarkan kelompok jurusan dan dosen setiap jurusan tidak terdapat
karakteristik responden. Hasil uji One- perbedaan yang bermakna (p=0,535)
Way ANOVA persepsi dosen FKIK
Unsoed berdasarkan jurusan tempat Uji komparatif kesiapan dosen
mengajar menunjukkan bahwa tidak ada terhadap IPE berdasarkan karakteristik
perbedaan yang bermakna persepsi jenis kelamin, pengalaman berkolaborasi
dosen terhadap IPE dengan p=0,606. dan lama mengajar dilakukan untuk
Hasil ini mendukung hasil penelitian memperoleh pemahaman mendalam.
Fauziah (2010) yang menyebutkan tidak Hasil uji Mann-Whitney terhadap
ada perbedaan persepsi mahasiswa kesiapan dosen terhadap IPE
profesi pendidikan dokter dan ilmu berdasarkan jenis kelamin dan lama
keperawatan terhadap IPE. Meichati mengajar tidak menunjukkan tidak ada
(dalam Fauziah, 2010) menyebutkan perbedaan bermakna. Kesiapan dosen
bahwa luas dan kualitas persepsi FKIK Unsoed terhadap IPE berdasarkan
dipengaruhi oleh perhatian dan pengalaman berkolaborasi menggunakan
pengalaman masa lalu. Tidak adanya uji unpaired t test juga menghasilkan tidak
perbedaan nilai kesiapan dosen ada perbedaan.
dimungkinkan karena dosen telah Uji komparatif dilakukan untuk
terpapar dengan model pembelajaran IPE mengetahui adanya perbedaan kesiapan
melalui kegiatan seminar yang dilakukan dosen terhadap IPE antara keenam
fakultas. Selain itu data administrasi jurusan. Dari hasil uji Kruskall-Wallis
pengajaran menunjukkan bahwa diperoleh p=0,535 yang dapat
beberapa dosen juga mengajar di diinterpretasikan bahwa tidak terdapat
beberapa jurusan yang berbeda. perbedaan nilai kesiapan dosen untuk
Selain itu, persepsi dosen memfasilitasi IPE yang bermakna antara
berdasarkan karakteristik jenis kelamin dua kelompok jurusan tempat mengajar.
(p=0,859), pengalaman berkolaborasi Hasil ini berbeda dengan penelitian yang
(p=0,802) dan lama mengajar (p=0,729) dilakukan Aryakhiyati (2011) yang
menunjukkan tidak ada perbedaan. menunjukkan terdapat perbedaan yang
Anderson et al (2006) menjelaskan signifikan dengan nilai p= 0,032. Analisis
bahwa dosen dengan pengalaman Post Hoc menunjukkan bahwa terdapat
126
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No. 2, Juli 2015

perbedaan rerata nilai kesiapan dosen (p=0,009). Hal ini menunjukkan bahwa
kedokteran dan keperawatan serta antara nilai persepsi dan kesiapan
perbedaan kesiapan rerata nilai kesiapan terdapat korelasi positif yang lemah tetapi
dosen kedokteran dan gizi. bermakna.
Penerapan IPE sangat Hubungan yang muncul di antara
membutuhkan role model yaitu dosen kedua variabel ini dapat terjadi karena
pendidik yang berkomitmen terhadap IPE adanya persamaan komponen di antara
dan lingkungan pembelajaran yang keduanya, yaitu komponen bukti bekerja
mendukung terciptanya teamwork dan sama dengan teamwork dan kolaborasi.
mampu menggabungkan teori dan Salah satu outcome yang diharapkan
prakatik (Gaudet et al, dalam Aryakhiyati, dalam penerapan IPE adalah terjadinya
2011). Kesiapan yang baik dari seluruh teamwork dan kolaborasi yang kuat antar
dosen terhadap implementasi IPE profesional kesehatan dari disiplin ilmu
merupakan potensi untuk yang berbeda. Responden dalam
mengembangkan model pembelajaran penelitian ini mayoritas mempersepsikan
IPE ini. bahwa pembelajaran terintegrasi akan
meningkatkan penerapan kolaborasi
Hasil uji komparatif nilai kesiapan
interdisipliner dalam tatanan klinik yang
dosen untuk memfasilitasi IPE
akan membantu mahasiswa untuk siap
berdasarkan karakteristik responden
menjadi tim pelayanan kesehatan yang
yang meliputi jenis kelamin, pengalaman
lebih baik, sehingga dosen menyatakan
berkolaborasi dan lama mengajar
sangat terbuka dan siap untuk mengajar
menunjukkan tidak ada perbedaan yang
pada kelompok belajar mahasiswa dari
bermakna. Hasil ini berbeda dengan hasil
profesi kesehatan yang berbeda-beda.
penelitian yang dilakukan oleh Curran et
al (2007) yang menyatakan terdapat Keterbukaan terhadap informasi
perbedaan kesiapan dosen yang merupakan potensi dalam perubahan.
bermakna antara dosen laki-laki dan Kurt dan Lewin (dalam Hidayat, 2008)
perempuan. Dosen perempuan memiliki menyatakan bahwa tahap moving terjadi
rerata nilai sikap yang lebih tinggi. apabila seseorang telah memiliki
Aryakhiyati (2011) juga menunjukkan informasi yang cukup serta kesiapan
adanya perbedaan rerata nilai kesiapan untuk berubah. Keterbukaan dosen
dosen FK UGM yang bermakna terhadap konsep dan informasi sudah
berdasarkan pengalaman mengajar. dapat dipakai sebagai modal untuk
Perbedaan kesiapan dosen terhadap memulai menerapkan model
implementasi IPE masih bervariasi antara pembelajaran IPE. Korelasi yang lemah
umur dan pengalaman berkolaborasi. menunjukkan masih banyak faktor yang
Jenis kelamin dan pengalaman berkontribusi dalam hubungan tersebut.
berkolaborasi dari penelitian terdahulu Membangun persamaan persepsi dosen
tidak dapat dijadikan sebagai acuan (Sedyowinarso, 2011) bukan lagi menjadi
dalam membuat kesimpulan. fokus utama, tetapi faktor-faktor lain yang
mempengaruhi penerapan IPE di institusi
Hubungan antara persepsi dan
pendidikan lebih diutamakan. Misalnya
kesiapan
membangun kesepakatan antara tidap
Uji Pearsons r correlation product departemen, antara fakultas, antar
moment menunjukkan r sebesar +0,302 pendidikan dan rumah sakit sampai
127
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No. 2, Juli 2015

sinkronisasi birokrasi dan administrasi Journal of Interprofessional


untuk kegiatan pembelajaran IPE.Selain Care,20(2), 182-194.
itu perlu ditindaklanjuti dengan Aryakhiyati, N. (2011). Analisis sikap dan
menyediakan fasilitas, pengajar, standar kesiapan dosen FK UGM terhadap
kurikulum dan penyelenggaraan IPE. interprofessional education (IPE).
Untuk menjamin keberlangsungan Skripsi Program Studi Ilmu
program perlu dipikirkan kebijakan atau Keperawatan Fakultas Kedokteran
regulasi yang memayungi kegiatan Universitas Gadjah Mada.
tersebut, termasuk kerjasama dengan Barr, H. (1998). Competent to
mitra penyedia lahan praktik. collaborate: Towards a competency-
based model for interprofessional
KESIMPULAN
education. Journal of
Berdasarkan diskusi di atas dapat Interprofessional Care, 12,181-187.
disimpulkan bahwa responden mayoritas Curran, V.R. Deacon, D.R. & Fleet, L.
responden berasal dari jurusan (2007). Attitudes of health sciences
kedokteran umum, berjenis kelamin faculty members towards
perempuan, memiliki pengalaman interprofessional teamwork and
bekerja kolaboratif, dengan minimal education. Learning in Health and
pengalaman kurang atau sama dengan Social care, 7 (3):145-156.
10 tahun. Dosen memiliki persepsi yang Fauziah, F.A. (2010). Analisis gambaran
baik terhadap IPE dan kesiapan IPE. persepsi dan kesiapan mahasiswa
Persepsi dosen tidak berbeda profesi FK UGM terhadap
berdasarkan jurusan, pengalaman interprofessional education di
berkolaborasi, jenis kelamin, maupun tatanan pendidikan klinik. Skripsi
pengalaman bekerja. Persepsi dosen Program Studi Ilmu Keperawatan
terhadap IPE berkorelasi lemah, positif, Fakultas Kedokteran Universitas
tapi bermakna dengan kesiapan Gadjah Mada.
menerapkan IPE, sehingga kesiapan Forte, A. & Fowler, P. (2009).
mengimplemenasi IPE juga berkaitan Participation in interprofessional
dengan faktor lainnya education: An evaluation of student
Institusi pendidikan and staff experiences. Journal of
direkomendasikan mulai Interprofessional Care, 23(1), 58-66.
mengembangkan model yang disepakati Gilbert, J.H.V. (2005). Interprofessional
bersama dan didukung fasilitas serta education for collaborative, Patient-
kebijakan dan regulasi yang jelas. Riset Centered Practice. Nursing
selanjutnya diharapkan lebih menggali Leadership volume,18 (2).
model pembelajaran IPE yang tepat Hall, P. (2005). Interprofessional
melalui pendekatan kualitatif maupun teamwork: Professional cultures as
kuantitatif. barriers. Journal of Interprofessional
Care Suplement, 1,188-196.
REFERENSI Hawk, C., Buckwalter, K., Byrd, L.,
Anderson, E., Manek, N., & Davidson, A. Cigelman, S., Dofman, L., Ferguson,
(2006). Evaluation of model for K., (2002). Health professions
maximizing interprofessional students perceptions of
education in an acute hospital. interprofessional relationships.

128
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No. 2, Juli 2015

Academic Medicine, 77(04), 354- Suter, E., Arndt, J., Arthur, N.,
357. Parboosingh, J. Taylor, E., &
Hidayat, A. A. A. (2008). Pengantar Deutschlander, S., (2009). Role
konsep dasar keperawatan, Edisi 2. understanding and effective
Jakarta: Salemba Medika. communication as core
Morison, S., Boohan, M., Moutray, M., & competencies for collaborative
Jenkins, J. (2004). Developing pre- practice. Journal of Interprofessional
qualification inter-professional Care, 23(1), 41-51.
education for nursing and medical
medical students: Sampling student
attitudes to guide development.
Nurse Education in Practice, 4, 20-
29.
Sedyowinarso, M., Fauziah, F. A.,
Aryakhiyati, N., Julica, M. P.,
Sulistyowati, E., Masriati, F. N.,
Olam, S. J., Dini, C., Afifah, M.,
Meisudi, R., & Piscesa, S. (2011).
Persepsi dan kesiapan mahasiswa
dan dosen profesi kesehatan
terhadap model pembelajaran
pendidikan interprofesi. Proyek
HPEQ-Dikti.

129

You might also like