Professional Documents
Culture Documents
1, April 2016
ABSTRACT
Interprofessional collaboration is required to optimize health care. Interprofessional
Education (IPE) is one of the strategies to prepare the collaboration skill since at educational
stage. The implementation of IPE in the clinical setting can be conducted through the
implementation of mentoring collaboration by CI. This study is to examine the relationship
between perception of IPE and implementation of mentoring collaboration among Clinical
Instructors (CI) in Banyumas Hospital. A cross-sectional study invited total of 175 CI’s to
participate. Interdisciplinary Education Perception Scale (IEPS), and the modified Clinical
Instructor Behavior Instrument (CIBI) were administered to measure the perception and the
mentoring collaboration respectively. Results showed the majority of diploma degree in
nursing (65.1 %) and over three years (77.0 %) experience as CI. Female CI population was
slightly higher than the male (56.3 % compared to 43.7 %). The average score of CI’s
perception of IPE was 83.63 %. Meanwhile, the average score of implementation of
mentoring collaboration was 81.83 %. There was a significant relationship between
perception of IPE and mentoring collaboration among CIs (p = 0.000 and r= 0.313). It
concluded that there was a relationship between perception of IPE and the implementation
of mentoring collaboration by CIs in Banyumas Hospital
Keywords: Interprofessional Education (IPE), mentoring collaboration, clinic
ABSTRAK
Kolaborasi interprofesi dibutuhkan untuk mengoptimalkan asuhan kesehatan. Pendidikan
interprofesi atau Inter Professional Education (IPE) adalah salah satu strategi untuk
mempersiapkan ketrampilan berkolaborasi sejak dalam pendidikan. Salah satu penerapan
IPE di tataran klinik adalah melalui mentoring kolaborasi oleh instruktur klinik (CI). Penelitian
ini adalah untuk menguji keterkaitan antara persepsi terhadap IPE and implementasi
kegiatan mentoring kolaborasi oleh CIk di RSUD Banyumas. Studi cross-sectional dirancang
untuk meneliti total sampel 175 CI rumah sakit. Interdiciplinary Education Perception Scale
(IEPS) dan Clinical Instructor Behavior Instrument (CIBI) yang dimodifikasi digunakan untuk
mengukur persepsi terhadap IPE dan mentoring kolaborasi. Hasil penelitian menunjukkan
mayoritas berpendidikan DIII Keperawatan (65,1 %), pengalaman CI lelbih dari tiga tahun
(77,0 %). CI perempuan lebih banyak dari laki-laki (56,3 % berbanding 43,7 %). Rerata skor
persepsi PE adalah 83,63 %., sedangkan mentoring kolaborasi 81,83 %. Ada hubungan
positif antara persepsi IPE dan mentoring kolaborasi oleh CI (p = 0.000 and r= 0.313). Dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara persepsi CI terhadap IPE dengan pelaksanaan
mentoring kolaborasi CI RSUD Banyumas
Kata kunci: pendidikan interprofesional, IPE, mentoring-kolaborasi, klinik,
17
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, April 2016
18
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, April 2016
tentang kasus yang dialami oleh pasien di analisis korelatif dengan pendekatan
klinik. Di area klinik, selain mahasiswa cross sectional. Penelitian dilakukan pada
dan dosen pengajar unsur yang sangat bulan November 2012 sampai Januari
penting dalam pemberian pendidikan 2013 di RSUD Banyumas.
kepada mahaiswa adalah seorang
Pada penelitian ini yang menjadi
instruktur klinik atau clinical instructor
populasi adalah seluruh CI keperawatan
(CI). CI adalah seorang yang diangkat
yang ada di RSUD Banyumas sebanyak
dan diberikan tugas oleh institusi
175 orang. Pengambilan sampel
pelayanan atau pendidikan kesehatan
menggunakan teknik total sampling, yaitu
untuk memberikan bimbingan kepada
teknik pengambilan sampel dengan
mahasiswa yang sedang mengikuti
mengambil seluruh anggota populasi
kegiatan pembelajaran praktek klinik di
sebagai responden atau sampel
rumah sakit (Martani, 2011). CI akan
(Sugiyono, 2006). Jumlah sampel dalam
menjadi pembimbing, role model, pemberi
penelitian ini adalah 175 orang CI di
feed back, penilai, observer, dan
RSUD Banyumas. Sampel yang diteliti
fasilitator bagi proses belajar mahasiswa
adalah seluruh CI keperawatan yang
di klinik. bekerja di RSUD Banyumas.
Hasil studi pendahuluan Instrumen yang digunakan untuk
menunjukkan bahwa CI masih belum menilai persepsi CI terhadap IPE adalah
terlalu mengerti dan terpapar dengan isu
Interdiciplinary Education Perception
IPE. Pelaksanaan mentoring kolaborasi
Scale (IEPS) oleh Luecht yang
sudah dilaksanakan tetapi masih secara
dimodifikasi oleh (Fauziah, 2010).
tersirat dan belum terstruktur.
Sedangkan instrumen yang digunakan
Pelaksanaan mentoring kolaborasi
untuk menilai tentang pelaksanaan
dilakukan oleh CI kepada mahasiswa
mentoring kolaborasi adalah Clinical
praktik sebatas tentang kolaborasi dalam
Instructor Behavior Instrument (CIBI)
memberikan terapi pada pasien.
dalam Lauber, Toth, and Leary (2003)
Pelaksanaan selama ini berupa
yang dimodifikasi dengan penambahan
pemberian motivasi kepada mahasiswa
item kolaborasi.
untuk berdiskusi dengan mahasiswa dari
bidang studi lain. Data diperoleh dengan
memberikan kuesioner kepada
Berdasarkan latar belakang
responden. Pembagian kuesioner
bahwa belum optimalnya pelaksanaan
dilakukan oleh peneliti kepada CI di
dan persepsi IPE di klinik, serta belum
beberapa ruang rawat inap, ruang bidang
dilakukannya penelitian tentang hal
IRNA, dan bidang Diklat karena para CI
tersebut, maka peneliti tertarik untuk
tersebar tidak hanya di ruang
meneliti hubungan antara persepsi
keperawatan saja. Sebelum pelaksanaan,
Interprofessional Education (IPE) dengan
peneliti menjelaskan maksud dan tujuan
pelaksanaan mentoring kolaborasi oleh
penelitian kepada responden serta
Clinical Instructor (CI) di RSUD
menyampaikan tentang kerahasiaan atas
Banyumas.
jawaban yang diberikan dalam kuesioner
METODE dan penelitian tidak berdampak negatif
Jenis penelitian ini adalah penelitian bagi responden. Seluruh responden
kuantitatif dengan rancangan desain diberikan kesmpatan menandatangani
19
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, April 2016
20
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, April 2016
1. Jenis Kelamin
2. Tingkat Pendidikan
3. Lama Bekerja sebagai CI
21
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, April 2016
Penelitian Mulyono (2010) yang dilakukan profesi yang sama kedudukannya dengan
di RSI Fatimah Cilacap juga menunjukkan profesi lain. Kesalahan pandangan dan
hal yang sama bahwa lebih banyak ketakutan akan hilangnya identitas
perawat yang berpendidikan terakhir D3. profesional merupakan penyebab dari
Pihak rumah sakit cenderung kurangnya pemahaman terhadap profesi
menggunakan tenaga D3 keperawatan lain yang sekaligus menjadi penghambat
karena dapat menekan biaya rumah sakit pelaksanaan IPE (Hansen, 2012).
dan rumah sakit juga lebih
Komponen persepsi yang
mengutamakan pendidikan lanjut untuk
memiliki rerata tertinggi adalah komponen
perawat lama serta tidak melakukan
bukti bekerja sama. Hasil ini mendukung
rekruitmen perawat S1.
hasil penelitian sebelumnya bahwa dosen
Dalam penelitian ini, responden perawat juga yakin bahwa perawat
yang bekerja sebagai CI lebih dari atau memiliki kompetensi dan mampu
sama dengan 3 tahun lebih banyak. berkolaborasi dengan profesi lain
Penelitian Wibowo (2013) yang dilakukan (Yuniawan, A., Mulyono, W., & Setiowati,
di Sumah Sakit Tentara Wijayakusuma D, 2015).
Purwokerto juga menemukan hasil yang
Skor intensitas pelaksanaan
sama bahwa lebih banyak perawat yang
mentoring kolaborasi oleh CI di RSUD
lama kerjanya lebih dari 5 tahun atau lebih Banyumas adalah 81,83%. Penelitian ini
lama masa kerjanya. Siagian (2008) menunjukkan CI sering mendukung
menyampaikan bahwa semakin lama adanya proses berkolaborasi antara
orang bekerja dalam suatu organisasi, mahasiswa bimbingannya dengan
maka produktifitasnya akan bertambah. mahasiswa profesi lain. CI juga
Rerata skor persepsi CI terhadap menstimulasi keterampilan berpikir kritis
IPE di RSUD Banyumas adalah 83,63%. mahasiswa dan selalu mengaplikasikan
Peneliti berasumsi bahwa nilai persepsi teori saat melakukan bimbingan di klinik.
CI terhadap IPE yang mencapai skor Seislove (2011) menyatakan bahwa
tersebut dikarenakan latar belakang tujuan bimbingan yang dilakukan oleh
rumah sakit itu sendiri. RSUD Banyumas seorang mentor (CI) adalah untuk
merupakan rumah sakit pendidikan tipe B, meningkatkan kemampuan berpikir kritis
sehingga lebih sering terpapar dengan siswa dalam menentukan keputusan,
mahasiswa praktik dan kegiatan kreatifitas, dan memberikan rasa nyaman
kolaborasi. Dari keempat komponen pada siswa didikannya. Dalam penelitian
persepsi, komponen yang memiliki rerata yang dilakukan Mueller and Boesch
paling rendah adalah komponen (2010), siswa bimbingan setuju bahwa
pemahaman terhadap profesi lain. Hal mentoring kolaborasi dalam kelompok
yang sama juga terjadi pada perawat kecil dapat memberikan informasi lebih
yang menjadi dosen, seperti yang luas daripada apa yang telah siswa
dilaporkan dalam penelitian Yuniawan pelajari sebelumnya saat kuliah di kelas.
(2013) yang menunjukkan bahwa
Kuesioner pelaksanaan
komponen pemahaman terhadap profesi
mentoring kolaborasi dibagi menjadi 4
lain memiliki persentase paling rendah.
komponen. Komponen yg memiliki nilai
Perawat yang bekerja di RSUD rata-rata paling rendah adalah komponen
Banyumas ingin menunjukkan bahwa instruksional, sedangkan komponen yang
profesinya sebagai perawat merupakan memiliki rata-rata tertinggi adalah
22
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, April 2016
23
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, April 2016
24
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, April 2016
oleh responden yang tidak dapat diisi mentoring kolaborasi. Rumah sakit perlu
langsung karena kondisi dan situasi yang membuat aturan tertulis atau SOP
tidak memungkinkan, sehingga beberapa berkaitan dengan pelaksanaan mentoring
kuesioner harus ditinggal. Timbulnya bias kolaborasi yang sebenarnya sudah ada
saat pengisian kuesioner sangat mungkin dan dilakukan oleh CI. Bagi institusi
karena responden tidak ditunggu saat pendidikan, diharapkan untuk memulai
mengisi kuesioner. Peneliti melakukan kegiatan yang terintegrasi dalam proses
kontrak waktu untuk pengambilan pendidikan seperti yang dilakukan
kuesioner yang sudah diberikan pada dengan mahasiswa kesehatan jurusan
responden. Hingga kontrak waktu yang lain. Untuk penelitian selanjutnya,
ditetapkan, sebagian responden masih variabel tingkat pendidikan perlu dikontrol
belum mengisi kuesioner. Karena karena dalam penelitian ini variabel
keterbatasan dan kesibukan peneliti, tingkat pendidikan adalah variabel yang
responden yang tidak mengisi kuesioner paling berpengaruh terhadap
hingga kontrak waktu ketiga dianggap pelaksanaan mentoring kolaborasi.
tidak bersedia mengikuti penelitian.
Surat Keputusan direktur rumah KEPUSTAKAAN
sakit tentang CI yang dipakai peneliti
American College of Clinical Pharmacy.
untuk memperoleh responden tidak
(2009). Interprofessional education:
sesuai dengan kondisi lapangan dan
principle and application, a
kurang disosialisasikan kepada perawat,
framework for clinical pharmacy.
sehingga banyak CI yang sudah
Pharmacotherapy, 29(3), 145-164.
berpindah ruangan atau merasa bahwa
Barkley, E. E., & Cross, K. P. (2005).
dirinya bukan CI. Hal ini membuat jumlah
Collaborative learning techniques.
responden berkurang. Beberapa CI tidak
San Francisco: Jossey-Bass.
bersedia mengisi kuesioner dengan
Fauziah, F. A. (2010). Analisis gambaran
alasan tidak pernah membimbing
persepsi dan kesiapan mahasiswa
mahasiswa praktik di ruangannya.
profesi Fakultas Kedokteran UGM
KESIMPULAN terhadap Interprofessional Education
di tatanan klinik. Skripsi. Program
Berdasarkan hasil penelitian dan Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
pembahasan dapat diambil kesimpulan Kedokteran Universitas Gadjah
bahwa pelaksanaan mentoring kolaborasi Mada.
interprofesi berkaitan dengan persepsi Grossman. (1999). The human capital
instruktur klinik sendiri terhadap model of the demand for health.
pendidikan interprofesi. Semakin positif Cambridge: National Bureau of
persespi CI semakin baik implementasi Economic Research.
mentoringnya, meskipun banyak faktor Hansen, D. (2012). Interprofessional
lain yang mempengaruhinya. Tingkat education: We are all in this together.
pendidikan CI merupakan satu variabel South Dakota State Medical
yang paling memberikan kontribusi positif. Association.
Institusi rumah sakit atau klinik Lauber, C. A., Toth, P. E., & Leary, P. A.
disarankan untuk mulai menerapkan (2003). Program director's and
model pembelajaran berbasis IPE di clinical instructors' perception of
tatanan rumah sakit dengan cara important clinical-instructor behavior
25
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, April 2016
26