You are on page 1of 10

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.

1, April 2016

MENTORING KOLABORASI INSTRUKTUR KLINIK BERHUBUNGAN DENGAN


PERSEPSI TERHADAP PENDIDIKAN INTERPROFESI

Bayu Aji Pryandaru1, Wastu Adi Mulyono2, Rahmi Setiyani3


1Student in Nursing Departement, Faculty of Medicine and Health Sciences,
Jenderal Soedirman University, Purwokerto
2,3Lecturer in Nursing Departement, Faculty of Medicine and Health Sciences,

Jenderal Soedirman University, Purwokerto

ABSTRACT
Interprofessional collaboration is required to optimize health care. Interprofessional
Education (IPE) is one of the strategies to prepare the collaboration skill since at educational
stage. The implementation of IPE in the clinical setting can be conducted through the
implementation of mentoring collaboration by CI. This study is to examine the relationship
between perception of IPE and implementation of mentoring collaboration among Clinical
Instructors (CI) in Banyumas Hospital. A cross-sectional study invited total of 175 CI’s to
participate. Interdisciplinary Education Perception Scale (IEPS), and the modified Clinical
Instructor Behavior Instrument (CIBI) were administered to measure the perception and the
mentoring collaboration respectively. Results showed the majority of diploma degree in
nursing (65.1 %) and over three years (77.0 %) experience as CI. Female CI population was
slightly higher than the male (56.3 % compared to 43.7 %). The average score of CI’s
perception of IPE was 83.63 %. Meanwhile, the average score of implementation of
mentoring collaboration was 81.83 %. There was a significant relationship between
perception of IPE and mentoring collaboration among CIs (p = 0.000 and r= 0.313). It
concluded that there was a relationship between perception of IPE and the implementation
of mentoring collaboration by CIs in Banyumas Hospital
Keywords: Interprofessional Education (IPE), mentoring collaboration, clinic

ABSTRAK
Kolaborasi interprofesi dibutuhkan untuk mengoptimalkan asuhan kesehatan. Pendidikan
interprofesi atau Inter Professional Education (IPE) adalah salah satu strategi untuk
mempersiapkan ketrampilan berkolaborasi sejak dalam pendidikan. Salah satu penerapan
IPE di tataran klinik adalah melalui mentoring kolaborasi oleh instruktur klinik (CI). Penelitian
ini adalah untuk menguji keterkaitan antara persepsi terhadap IPE and implementasi
kegiatan mentoring kolaborasi oleh CIk di RSUD Banyumas. Studi cross-sectional dirancang
untuk meneliti total sampel 175 CI rumah sakit. Interdiciplinary Education Perception Scale
(IEPS) dan Clinical Instructor Behavior Instrument (CIBI) yang dimodifikasi digunakan untuk
mengukur persepsi terhadap IPE dan mentoring kolaborasi. Hasil penelitian menunjukkan
mayoritas berpendidikan DIII Keperawatan (65,1 %), pengalaman CI lelbih dari tiga tahun
(77,0 %). CI perempuan lebih banyak dari laki-laki (56,3 % berbanding 43,7 %). Rerata skor
persepsi PE adalah 83,63 %., sedangkan mentoring kolaborasi 81,83 %. Ada hubungan
positif antara persepsi IPE dan mentoring kolaborasi oleh CI (p = 0.000 and r= 0.313). Dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara persepsi CI terhadap IPE dengan pelaksanaan
mentoring kolaborasi CI RSUD Banyumas
Kata kunci: pendidikan interprofesional, IPE, mentoring-kolaborasi, klinik,

17
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, April 2016

PENDAHULUAN Studi tentang persepsi dan


Kemajuan zaman dan meningkatnya kesiapan mahasiswa ataupun dosen yang
kebutuhan masyarakat akan pelayanan telah dilakukan sebelumnya menunjukkan
kesehatan yang berkualitas menuntut bahwa mahasiswa dan dosen memiliki
adanya perbaikan pelayanan kesehatan. persepsi yang baik terhadap IPE dan
Permasalahan kesehatan tidak bisa sudah siap dengan adanya IPE. Hal ini
diselesaikan hanya dengan salah satu dibuktikan dengan salah satu hasil
profesi kesehatan, namun perlu adanya penelitian mengenai persepsi dan
kerjasama atau kolaborasi interprofesi. kesiapan mahasiswa profesi fakultas
kedokteran UGM terhadap IPE oleh
Kolaborasi dan model interdisiplin
merupakan fondasi utama dalam Fauziah (2010) yang menunjukkan hasil
memberikan asuhan keperawatan yang bahwa jumlah mahasiswa di Fakultas
bermutu tinggi dan hemat biaya. Kedokteran UGM yang memiliki persepsi
Pemanfaatan keahlian berbagai anggota yang baik terhadap IPE mencapai 87,97%
tim untuk berkolaborasi dapat dan sebanyak 83,46% mahasiswa
mengoptimalkan hasil akhir asuhan memiliki kesiapan yang baik terhadap
kesehatan (Sitorus, 2006). Kolaborasi tim IPE. Riset serupa mengenai persepsi dan
kesehatan ini didukung oleh salah satu kesiapan dosen terhadap IPE yang
pilar MPKP yaitu hubungan profesional dilakukan pada dosen pengajar di FKIK
(kolaborasi). Unsoed oleh Yuniawan (2013) yang
menunjukkan bahwa dosen memilliki
Interprofessional Education (IPE) persepsi yang baik terhadap IPE (84,9%)
merupakan salah satu upaya yang dapat dan kesiapan yang baik terhadap IPE
dilakukan untuk mempersiapkan (94,5%).
kemampuan berkolaborasi yang dapat
Mentoring kolaborasi merupakan
diberikan sejak dini dalam tatanan
wujud pelaksanaan konkrit dari IPE di
pendidikan. IPE adalah keadaan dimana
tatanan klinik. Mentoring kolaborasi ini
dua atau lebih profesi belajar dari,
merupakan sebuah gaya pembelajaran
dengan, dan tentang satu sama lain untuk
kolaborasi yang dapat menjadi sebuah
meningkatkan kemampuan berkolaborasi
sarana efektif untuk meningkatkan
dan kualitas pelayanan. IPE dapat
pencapaian mahasiswa (Barkley & Cross,
diterapkan baik di tatanan pendidikan
2005)
maupun tempat praktik pekerjaan
Di area klinik pembelajaran lebih
(Thistlethwaite, 2012).
kompleks. Hal ini ditunjukkan dengan
Dengan dilaksanakannya IPE, belum optimalnya peran pembimbing
siswa lebih siap dalam praktek klinis dan akademik dan belum adanya kebijakan
memahami peran masing-masing disiplin atau kurikulum baik dari rumah sakit
dalam memenuhi penyediaan layanan maupun universitas yang dapat
pasien. Kualitas pelayanan meningkat mendukung terlaksananya IPE. Saat
melalui kerjasama tim dimana di mahasiswa berada di lingkungan klinik
dalamnya terdapat proses belajar dengan untuk menjalani program ners,
dan atau dari satu sama lain. IPE juga mahasiswa benar-benar akan
dapat menurunkan biaya pengeluaran dihadapkan pada situasi dimana
pasien (Smith et al., 2009). kolaborasi antar profesi sangat diperlukan
dalam pemecahan masalah kesehatan
klien karena mahasiswa akan belajar

18
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, April 2016

tentang kasus yang dialami oleh pasien di analisis korelatif dengan pendekatan
klinik. Di area klinik, selain mahasiswa cross sectional. Penelitian dilakukan pada
dan dosen pengajar unsur yang sangat bulan November 2012 sampai Januari
penting dalam pemberian pendidikan 2013 di RSUD Banyumas.
kepada mahaiswa adalah seorang
Pada penelitian ini yang menjadi
instruktur klinik atau clinical instructor
populasi adalah seluruh CI keperawatan
(CI). CI adalah seorang yang diangkat
yang ada di RSUD Banyumas sebanyak
dan diberikan tugas oleh institusi
175 orang. Pengambilan sampel
pelayanan atau pendidikan kesehatan
menggunakan teknik total sampling, yaitu
untuk memberikan bimbingan kepada
teknik pengambilan sampel dengan
mahasiswa yang sedang mengikuti
mengambil seluruh anggota populasi
kegiatan pembelajaran praktek klinik di
sebagai responden atau sampel
rumah sakit (Martani, 2011). CI akan
(Sugiyono, 2006). Jumlah sampel dalam
menjadi pembimbing, role model, pemberi
penelitian ini adalah 175 orang CI di
feed back, penilai, observer, dan
RSUD Banyumas. Sampel yang diteliti
fasilitator bagi proses belajar mahasiswa
adalah seluruh CI keperawatan yang
di klinik. bekerja di RSUD Banyumas.
Hasil studi pendahuluan Instrumen yang digunakan untuk
menunjukkan bahwa CI masih belum menilai persepsi CI terhadap IPE adalah
terlalu mengerti dan terpapar dengan isu
Interdiciplinary Education Perception
IPE. Pelaksanaan mentoring kolaborasi
Scale (IEPS) oleh Luecht yang
sudah dilaksanakan tetapi masih secara
dimodifikasi oleh (Fauziah, 2010).
tersirat dan belum terstruktur.
Sedangkan instrumen yang digunakan
Pelaksanaan mentoring kolaborasi
untuk menilai tentang pelaksanaan
dilakukan oleh CI kepada mahasiswa
mentoring kolaborasi adalah Clinical
praktik sebatas tentang kolaborasi dalam
Instructor Behavior Instrument (CIBI)
memberikan terapi pada pasien.
dalam Lauber, Toth, and Leary (2003)
Pelaksanaan selama ini berupa
yang dimodifikasi dengan penambahan
pemberian motivasi kepada mahasiswa
item kolaborasi.
untuk berdiskusi dengan mahasiswa dari
bidang studi lain. Data diperoleh dengan
memberikan kuesioner kepada
Berdasarkan latar belakang
responden. Pembagian kuesioner
bahwa belum optimalnya pelaksanaan
dilakukan oleh peneliti kepada CI di
dan persepsi IPE di klinik, serta belum
beberapa ruang rawat inap, ruang bidang
dilakukannya penelitian tentang hal
IRNA, dan bidang Diklat karena para CI
tersebut, maka peneliti tertarik untuk
tersebar tidak hanya di ruang
meneliti hubungan antara persepsi
keperawatan saja. Sebelum pelaksanaan,
Interprofessional Education (IPE) dengan
peneliti menjelaskan maksud dan tujuan
pelaksanaan mentoring kolaborasi oleh
penelitian kepada responden serta
Clinical Instructor (CI) di RSUD
menyampaikan tentang kerahasiaan atas
Banyumas.
jawaban yang diberikan dalam kuesioner
METODE dan penelitian tidak berdampak negatif
Jenis penelitian ini adalah penelitian bagi responden. Seluruh responden
kuantitatif dengan rancangan desain diberikan kesmpatan menandatangani

19
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, April 2016

informed consent setelah diberikan kolaborasi yang dilakukan oleh CI di


penjelasan. RSUD Banyumas mencapai skor rerata
Analisis data yang digunakan Tabel 1. Karakteristik CI RSUD (N= 126)
dalam penelitian ini adalah analisis
univariat dan analisis bivariat. Analisis Karakteristik n (%)
univariat dilakukan untuk Jenis Kelamin
mendeskripsikan variabel dengan cara Laki-laki 55 (43,7)
membuat tabel distribusi frekuensi dan Perempuan 82 (56,3)
persentase meliputi jenis kelamin, tingkat Pendidikan Terakhir
pendidikan, dan lama bekerja sebagai CI. D-3 71 (65,1)
Untuk mengetahui persepi CI terhadap S-1 44 (34,9)
IPE dan persepsi CI terhadap mentoring Lama Bekerja sebagai CI
kolaborasi, analisis yang digunakan < 3 tahun 29 (23,0)
adalah dengan rerata atau standar ≥ 3 tahun 97 (77,0)
deviasi apabila data terdistribusi normal.
Uji korelatif yang digunakan
untuk mengetahui hubungan antara Tabel 2 Rerata Skor Persepsi IPE
persepsi CI terhadap IPE dengan secara Komposit dan per Komponen
pelaksanaan mentoring kolaborasi adalah (N= 126)
uji R pearson Untuk uji hubungan
persepsi CI terhadap IPE dengan Komponen Mean (SD)
pelaksanaan mentoring kolaborasi yang Persepsi CI terhadap 83,63 (5,93)
dikontrol oleh faktor internal persepsi IPE (komposit)
menggunakan uji parsial korelasi. Kompetensi dan 85,37 (6,09)
otonomi
HASIL
Persepsi kebutuhan 82,36 (8,51)
Karakteristik responden dapat dilihat untuk bekerja sama
secara rinci pada tabel 1. Tabel 1 Bukti Bekerja sama 86,33 (6,57)
menunjukkan bahwa responden lebih Pemahaman 76,48 (1,07)
banyak perempuan (56,3%). Sebagian terhadap profesi lain
besar CI mempunyai tingkat pendidikan
D-3 keperawatan (65,1%). Mayoritas
responden sudah menjadi CI (Clinical Tabel 3 Intensitas Mentoring
Instructor) lebih dari atau sama dengan 3 Kolaborasi Secara Komposit dan per
tahun (77,0%). Komponen (N=126).
Tabel 2 menunjukkan bahwa skor Komponen Mean (SD)
rerata persepsi CI terhadap IPE di RSUD Pelaksanaan mentoring 81,83 (9,36)
Banyumas sebesar 83,63. Skor paling kolaborasi (komposit)
tinggi didapatkan pada komponen bukti
bekerja sama mencapai 86,33. Instruksional 79,20 (1,15)
Sementara itu, nilai terendah terdapat Interpersonal 81,44 (1,05)
pada komponen pemahaman terhadap Evaluasi 82,14 (1,20)
profesi lain dengan rerata 76,48. Profesional 82,04 (1,09)
Tabel 3 menunjukkan bahwa Personal 88,29 (1,23)
intensitas pelaksanaan mentoring

20
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, April 2016

Persepsi terhadap IPE Mentoring Kolaborasi


p 0,000
r 0,313

1. Jenis Kelamin
2. Tingkat Pendidikan
3. Lama Bekerja sebagai CI

Diagram 1 Hubungan Persepsi terhadap IPE dengan Pelaksanaan Mentoring Kolaborasi

81,83. Komponen instruksional menggunakan uji parsial korelasi.


merupakan komponen yang memiliki skor Hubungan antara persepsi terhadap IPE
terkecil dengan rerata 79,20. Komponen dan mentoring kolaborasi dikontrol
yang memiliki nilai terbesar adalah dengan jenis kelamin. Hasil menunjukan
komponen personal dengan rerata 88,29. bahwa nilai koefisien korelasi meningkat
Data mengenai hubungan dari p 0,000 dengan r 0,313 menjadi p
persepsi IPE dengan pelaksanaan 0,000 dengan r 0,314 . Hasil analisa juga
mentoring kolaborasi oleh CI di RSUD menunjukan bahwa koefisien korelasi
Banyumas dapat dilihat pada Diagram 1. mengalami penurunan setelah dikontrol
Diagram 1 menjelaskan bahwa ada variabel tingkat pendidikan dari p 0,000
hubungan antara persepsi terhadap IPE dengan r 0,313 menjadi p 0,001 dengan r
dengan pelaksanaan mentoring 0,297. Nilai koefisien korelasi meningkat
kolaborasi, tanpa dilakukan kontrol setelah dikontrol oleh variabel lama
terhadap variabel jenis kelamin, tingkat bekerja sebagai CI dari p 0,000 dengan r
pendidikan, dan lama bekerja sebagai CI. 0,313 menjadi p 0,000 dengan r 0,341
Hasil analisa menunjukkan p 0,000 DISKUSI
dengan r sebesar 0,313, yang berarti
Berdasarkan karakteristik responden
bahwa ada hubungan yang bermakna
pada penelitian ini didapatkan hasil
antara persepsi IPE dengan pelaksanaan
bahwa jenis kelamin perempuan memiliki
mentoring kolaborasi oleh CI di RSUD
rata-rata tertinggi. Menurut Dauglas
Banyumas. Hubungan bersifat positif
(dalam Martani, 2011), minat perempuan
dengan kekuatan korelasi yang lemah.
terhadap dunia keperawatanpun lebih
Peneliti melakukan analisa besar dibandingkan laki-laki, selain itu
lanjutan mengenai hubungan persepsi profesi keperawatan diidentikkan dengan
terhadap IPE dengan pelaksanaan seorang perempuan.
mentoring kolaborasi dengan mengontrol
Pada karakteristik tingkat
salah satu variabel karakteristik
pendidikan, lebih banyak CI yang memiliki
responden (jenis kelamin, tingkat
pendidikan terakhir D3 keperawatan.
pendidikan dan lama bekerja) dengan

21
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, April 2016

Penelitian Mulyono (2010) yang dilakukan profesi yang sama kedudukannya dengan
di RSI Fatimah Cilacap juga menunjukkan profesi lain. Kesalahan pandangan dan
hal yang sama bahwa lebih banyak ketakutan akan hilangnya identitas
perawat yang berpendidikan terakhir D3. profesional merupakan penyebab dari
Pihak rumah sakit cenderung kurangnya pemahaman terhadap profesi
menggunakan tenaga D3 keperawatan lain yang sekaligus menjadi penghambat
karena dapat menekan biaya rumah sakit pelaksanaan IPE (Hansen, 2012).
dan rumah sakit juga lebih
Komponen persepsi yang
mengutamakan pendidikan lanjut untuk
memiliki rerata tertinggi adalah komponen
perawat lama serta tidak melakukan
bukti bekerja sama. Hasil ini mendukung
rekruitmen perawat S1.
hasil penelitian sebelumnya bahwa dosen
Dalam penelitian ini, responden perawat juga yakin bahwa perawat
yang bekerja sebagai CI lebih dari atau memiliki kompetensi dan mampu
sama dengan 3 tahun lebih banyak. berkolaborasi dengan profesi lain
Penelitian Wibowo (2013) yang dilakukan (Yuniawan, A., Mulyono, W., & Setiowati,
di Sumah Sakit Tentara Wijayakusuma D, 2015).
Purwokerto juga menemukan hasil yang
Skor intensitas pelaksanaan
sama bahwa lebih banyak perawat yang
mentoring kolaborasi oleh CI di RSUD
lama kerjanya lebih dari 5 tahun atau lebih Banyumas adalah 81,83%. Penelitian ini
lama masa kerjanya. Siagian (2008) menunjukkan CI sering mendukung
menyampaikan bahwa semakin lama adanya proses berkolaborasi antara
orang bekerja dalam suatu organisasi, mahasiswa bimbingannya dengan
maka produktifitasnya akan bertambah. mahasiswa profesi lain. CI juga
Rerata skor persepsi CI terhadap menstimulasi keterampilan berpikir kritis
IPE di RSUD Banyumas adalah 83,63%. mahasiswa dan selalu mengaplikasikan
Peneliti berasumsi bahwa nilai persepsi teori saat melakukan bimbingan di klinik.
CI terhadap IPE yang mencapai skor Seislove (2011) menyatakan bahwa
tersebut dikarenakan latar belakang tujuan bimbingan yang dilakukan oleh
rumah sakit itu sendiri. RSUD Banyumas seorang mentor (CI) adalah untuk
merupakan rumah sakit pendidikan tipe B, meningkatkan kemampuan berpikir kritis
sehingga lebih sering terpapar dengan siswa dalam menentukan keputusan,
mahasiswa praktik dan kegiatan kreatifitas, dan memberikan rasa nyaman
kolaborasi. Dari keempat komponen pada siswa didikannya. Dalam penelitian
persepsi, komponen yang memiliki rerata yang dilakukan Mueller and Boesch
paling rendah adalah komponen (2010), siswa bimbingan setuju bahwa
pemahaman terhadap profesi lain. Hal mentoring kolaborasi dalam kelompok
yang sama juga terjadi pada perawat kecil dapat memberikan informasi lebih
yang menjadi dosen, seperti yang luas daripada apa yang telah siswa
dilaporkan dalam penelitian Yuniawan pelajari sebelumnya saat kuliah di kelas.
(2013) yang menunjukkan bahwa
Kuesioner pelaksanaan
komponen pemahaman terhadap profesi
mentoring kolaborasi dibagi menjadi 4
lain memiliki persentase paling rendah.
komponen. Komponen yg memiliki nilai
Perawat yang bekerja di RSUD rata-rata paling rendah adalah komponen
Banyumas ingin menunjukkan bahwa instruksional, sedangkan komponen yang
profesinya sebagai perawat merupakan memiliki rata-rata tertinggi adalah

22
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, April 2016

komponen personal. Hasil ini bertolak hubungan kerjasama interprofesi.


belakang dengan hasil penelitian yang Persepsi bahwa perawat mampu
dilakukan Lauber et al. (2003) dimana bekerjasama dengan profesi lain, akan
komponen personal menjadi komponen mendorong CI mendemonstrasikan
dengan rata-rata terendah dan komponen bentuk kerjasama tersebut melalui
profesional merupakan komponen kolaborasi. CI menunjukkan
dengan rata-rata tertinggi. Penelitian ketrampilannya dalam melakukan
tersebut menjelaskan bahwa perilaku kolaborasi dengan profesi yang lain.
profesional merupakan hal yang Bukti bekerjasama merupakan
terpenting dibandingkan dengan
komponen yang memiliki nilai tertinggi
komponen lain. Perilaku professional dalam IPE, itulah mengapa CI melakukan
yang ditunjukkan oleh CI penting mentoring kolaborasi. CI merasa bahwa
mengingat tugas CI adalah sebagai role dalam pekerjaannya mereka selalu
model, sehingga diharapkan siswa bisa berkolaborasi, dan CI memberikan contoh
mengikutinya. kepada siswa bimbingan dalam perannya
Rendahnya skor komponen sebagai role model. Hal ini didukung oleh
instruksional bisa disebabkan karena penelitian Levesque and O'neill (2005)
belum adanya aturan baku atau standar yang menyatakan bahwa persepsi,
operasional berkaitan dengan kepercayaan, dan pengalaman masa lalu
pelaksanaan program mentoring mentor (CI) secara langsung berpengaruh
kolaborasi tersebut. terhadap perilakunya dalam melakukan
Peraturan akademik merupakan kegiatan mentoring.
salah satu faktor penghambat Pelaksanaan IPE di tatanan klinik
pelaksanaan IPE (American College of tidak hanya dinilai dari persepsi CI
Clinical Pharmacy, 2009). Sebagai wujud terhadap IPE, namun juga ada faktor-
nyata dari pelaksanaan IPE, peraturan faktor lain yang perlu diperhatikan.
yang berkaitan dengan mentoring Diperlukan suatu aturan atau standar
kolaborasi memang belum ada sampai operasional dari pelaksanaan IPE yang
saat ini. Sehingga dalam pelaksanaan dalam hal ini diwujudkan melalui kegiatan
instruksionalnya, CI tidak bisa mentoring kolaborasi. Hal yang perlu
sepenuhnya melakukan mentoring dipersiapkan dalam penerapan IPE
dikarenakan belum adanya peraturan adalah penyamaan persepsi tentang IPE.
yang baku. Fasilitas, pengajar, dan standar kurikulum
Berdasarkan hasil analisis data juga diperlukan untuk penyelenggaraan
penelitian (Diagram 4.1) menunjukkan IPE.
bahwa persepsi IPE memiliki hubungan Hubungan persepsi terhadap IPE
dengan pelaksanaan mentoring dengan pelaksanaan mentoring
kolaborasi. Hal tersebut ditunjukkan oleh kolaborasi dikontrol dengan jenis kelamin,
p 0,000 dan r 0,313 yang berarti bahwa diperoleh hubungan bermakna dan
hubungannya lemah. Persepsi yang baik korelasinya naik dari r 0,313 menjadi r
akan mempengarhui perilaku seseorang. 0,314 dengan p 0,000. Hal ini
Jika mempersepsikan IPE itu sebagai menunjukkan bahwa jenis kelamin
bentuk kegiatan yang bermanfaat, maka berkontribusi terhadap hubungan
CI akan melakukan kegiatan mentoring persepsi IPE dengan pelaksanaan
kolaborasi. Kolaborasi merupakan bentuk mentoring kolaborasi. Persepsi wanita

23
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, April 2016

terhadap IPE cenderung mengurangi Responden dengan pendidikan


korelasi, hal tersebut yang membuat S-1 Keperawatan lebih sering melakukan
hubungan jenis kelamin dengan persepsi mentoring kolaborasi dibandingkan
IPE cenderung negatif, ditunjukkan dengan responden yang tingkat
dengan r -0,046. pendidikannya D-3. Tingkat pendidikan
Hasil penelitian menunjukkan dapat mempengaruhi tingkat pemahaman
bahwa responden perempuan lebih dan penerimaan hal baru. Seperti yang
sering melakukan mentoring kolaborasi disampaikan Grossman (1999) bahwa
dibandingkan responden laki-laki. semakin tinggi tingkat pendidikan,
semakin mudah mereka menerima serta
Penelitian menunjukkan bahwa
presentase nilai perempuan lebih tinggi mengembangkan pengetahuan dan
dalam pelaksanaan mentoring kolaborasi teknologi sehingga produktifitas kerjapun
daripada laki-laki. Hal ini didukung oleh meningkat.
penelitian Levesque and O'neill (2005) Berdasarkan hasil analisa data
yang menyebutkan bahwa ada sedikit menunjukkan bahwa hubungan persepsi
perbedaan antara laki-laki dan IPE dengan pelaksanaan mentoring
perempuan berkaitan dengan perilaku kolaborasi yang dikontrol oleh variabel
mentoring dimana perempuan memiliki lama bekerja sebagai CI masih bermakna
persepsi dan penerimaan lebih baik dan mengalami kenaikan yang
terhadap kegiatan mentoring. ditunjukkan oleh p 0,000 dengan r 0,341.
Setelah dikontrol oleh variabel Hal ini menunjukkan bahwa lama bekerja
tingkat pendidikan, hubungan persepsi sebagai CI mempengaruhi hubungan
IPE dengan pelaksanaan mentoring persepsi IPE dengan pelaksanaan
kolaborasi masih bermakna namun mentoring kolaborasi.
korelasinya melemah dari p 0,000 dengan Lama bekerja sebagai CI tidak
r 0,313 menjadi p 0,001 dengan r 0,297. berhubungan dengan persepsi IPE
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ditunjukkan oleh p 0,110 dengan r -0,143.
pendidikan berpengaruh positif terhadap Artinya lama bekerja tidak mempengaruhi
hubungan persepsi IPE dengan persepsi seseorang terhadap IPE dan
pelaksanaan mentoring kolaborasi. cenderung menurunkan. Responden
Tingkat pendidikan berhubungan dengan lama bekerja sebagai CI lebih dari
dengan mentoring kolaborasi, ditunjukkan atau sama dengan 3 tahun memiliki rerata
oleh p 0,005 dengan r 0,249. Hal ini pelaksanaan mentoring kolaborasi lebih
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan besar dibandingkan responden yang lama
berasosiasi dengan pelaksanaan bekerja sebagai CI kurang dari 3 tahun.
mentoring kolaborasi. Namun tingkat Masa kerja yang belum cukup
pendidikan tidak berhubungan dengan lama dapat menimbulkan hal-hal yang
persepsi IPE ditunjukkan oleh p 0,233 kurang baik dalam pekerjaan karena
dengan r 0,107. Artinya, peningkatan skor perawat belum sepenuhnya mengenal
pelaksanaan mentoring kolaborasi dan menghayati profesinya, namun masa
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. kerja yang terlalu lama juga dapat
Semakin tinggi tingkat pendidikan, akan menimbulkan kebosanan dan kejenuhan.
semakin tinggi pula skor pelaksanaan
Penelitian ini memiliki beberapa
mentoring kolaborasi.
keterbatasan seperti pengisian kuesioner

24
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, April 2016

oleh responden yang tidak dapat diisi mentoring kolaborasi. Rumah sakit perlu
langsung karena kondisi dan situasi yang membuat aturan tertulis atau SOP
tidak memungkinkan, sehingga beberapa berkaitan dengan pelaksanaan mentoring
kuesioner harus ditinggal. Timbulnya bias kolaborasi yang sebenarnya sudah ada
saat pengisian kuesioner sangat mungkin dan dilakukan oleh CI. Bagi institusi
karena responden tidak ditunggu saat pendidikan, diharapkan untuk memulai
mengisi kuesioner. Peneliti melakukan kegiatan yang terintegrasi dalam proses
kontrak waktu untuk pengambilan pendidikan seperti yang dilakukan
kuesioner yang sudah diberikan pada dengan mahasiswa kesehatan jurusan
responden. Hingga kontrak waktu yang lain. Untuk penelitian selanjutnya,
ditetapkan, sebagian responden masih variabel tingkat pendidikan perlu dikontrol
belum mengisi kuesioner. Karena karena dalam penelitian ini variabel
keterbatasan dan kesibukan peneliti, tingkat pendidikan adalah variabel yang
responden yang tidak mengisi kuesioner paling berpengaruh terhadap
hingga kontrak waktu ketiga dianggap pelaksanaan mentoring kolaborasi.
tidak bersedia mengikuti penelitian.
Surat Keputusan direktur rumah KEPUSTAKAAN
sakit tentang CI yang dipakai peneliti
American College of Clinical Pharmacy.
untuk memperoleh responden tidak
(2009). Interprofessional education:
sesuai dengan kondisi lapangan dan
principle and application, a
kurang disosialisasikan kepada perawat,
framework for clinical pharmacy.
sehingga banyak CI yang sudah
Pharmacotherapy, 29(3), 145-164.
berpindah ruangan atau merasa bahwa
Barkley, E. E., & Cross, K. P. (2005).
dirinya bukan CI. Hal ini membuat jumlah
Collaborative learning techniques.
responden berkurang. Beberapa CI tidak
San Francisco: Jossey-Bass.
bersedia mengisi kuesioner dengan
Fauziah, F. A. (2010). Analisis gambaran
alasan tidak pernah membimbing
persepsi dan kesiapan mahasiswa
mahasiswa praktik di ruangannya.
profesi Fakultas Kedokteran UGM
KESIMPULAN terhadap Interprofessional Education
di tatanan klinik. Skripsi. Program
Berdasarkan hasil penelitian dan Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
pembahasan dapat diambil kesimpulan Kedokteran Universitas Gadjah
bahwa pelaksanaan mentoring kolaborasi Mada.
interprofesi berkaitan dengan persepsi Grossman. (1999). The human capital
instruktur klinik sendiri terhadap model of the demand for health.
pendidikan interprofesi. Semakin positif Cambridge: National Bureau of
persespi CI semakin baik implementasi Economic Research.
mentoringnya, meskipun banyak faktor Hansen, D. (2012). Interprofessional
lain yang mempengaruhinya. Tingkat education: We are all in this together.
pendidikan CI merupakan satu variabel South Dakota State Medical
yang paling memberikan kontribusi positif. Association.
Institusi rumah sakit atau klinik Lauber, C. A., Toth, P. E., & Leary, P. A.
disarankan untuk mulai menerapkan (2003). Program director's and
model pembelajaran berbasis IPE di clinical instructors' perception of
tatanan rumah sakit dengan cara important clinical-instructor behavior

25
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, April 2016

categories in the delivery of athletic S. J. (2009). Interprofessional


training clinical instruction. Journal of education supplement:
Athletic Training, 38(4), 336-340. Interprofessional education in six US
Levesque, L. L., & O'neill, R. M. (2005). Colleges of Pharmacy. American
Sex differences in the perceived Journal of Pharmaceutical Education,
importance of mentoring functions. 73.
Career Development International, Sugiyono. (2006). Statistik untuk
10(6), 429-443. penelitian. Bandung: Alfabeta.
Martani, R. W. (2011). Hubungan Thistlethwaite, J. (2012).
Pelatihan CI Dengan Lingkungan Interprofessional education: a review
Belajar Klinik Di RSUD Dr. R. of context, learning and the research
Goeteng Taroenadibrata agenda. Centre for Medical
Purbalingga. Skripsi. Jurusan Education Research and
Keperawatan Fakultas Kedokteran Scholarship, School of Medicine,
dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas University of Queensland, Brisbane,
Jenderal Soedirman. Queensland, Australia.
Mueller, M. S., & Boesch, R. (2010). Wibowo, P. A. (2013). Hubungan
Mentoring in the clinical setting to pelaksanaan supervisi kepala ruang
improve student decision-making dengan kinerja perawat dalam
competence. Contemporary Issues in pendokumentasian asuhan
Education Research, 3(9), 1-5. keperawatan di Rumah Sakit Tentara
Mulyono, W. A. (2011). penerapan Wijayakusuma Purwokerto. Skripsi
spiritualitas di tempat kerja di RSIF Jurusan Keperawatan Fakultas
dan hubungannya dengan kepuasan Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan
kerja perawat. Jurnal Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman.
Soedirman, 6(2), 94-102. Diambil Yuniawan, A. E. (2013). Analisis persepsi
dari dan kesiapan dosen FKIK Unsoed
http://jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php terhadap IPE. Skripsi Jurusan
/jks/article/view/333 Keperawatan Fakultas Kedokteran
Seislove, E. B. (2011). Mentoring: A dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas
meaningful collaboration between Jenderal Soedirman.
two people. Journal of Trauma Yuniawan, A., Mulyono, W., & Setiowati,
Nursing, 18(3), 139-140. D. (2015). Persepsi dan kesiapan
Siagian, S. P. (2008). Manajemen dosen terhadap pembelajaran
sumber daya manusia. Jakarta: Bumi interprofesional. Jurnal Keperawatan
Aksara. Soedirman, 10(2), 121-129. Diambil
Sitorus, R. (2006). Model praktik dari
keperawatan professional di rumah http://jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php
sakit. Jakarta: EGC. /jks/article/view/595
Smith, K. M., Scott, D. R., Barner, J. C.,
DeHart, R. M., Scott, J. D., & Martin,

26

You might also like