You are on page 1of 9

PRAKTIK KOLABORASI PERAWAT-DOKTER

DAN FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA


(Collaboration Practice Between Nurses and Physician and the Affecting Factors)

Wiwin Martiningsih
Poltekkes Kemenkes Malang Prodi Keperawatan Blitar
Jl. Dr. Sutomo 56 Blitar, E-mail: Wiwin_martiningsih@yahoo.co.id

ABSTRACT
Introduction: Collaboration is basically discuss about togetherness, cooperation, sharing tasks,
equality, responsibility, and accountability. Purpose of this research was to learn the collaboration
practice beetwen nurses and physician and the factors affecting. Method: Design of this research
was correlational and comparational study, and population were the physician who work in Ngudi
Waluyo Blitar hospitals, intensive cooperation with the nurse in the room, not holding structural
positions and not studying, there are 19 peoples taken by total population and nurses who work in
Ngudi Waluyo hospitals, not holding structural positions (Head of Division or Head of Section), having
relationship with the physician and the samples were 31 peoples taken by probability proportional
to size (PPS). Methods of data collection by giving questionnaire about the characteristics of
respondents (nurses and physician) and practice of collaboration scale. Data characteristics and
attitudes of nurses and physicians about the practice of collaboration is analyzed with descriptive
statistics, to know the differences between nurses and physicians attitude using mann whitney u test.
To know affecting characteristic with nurses and physician attitude by multivariate analysis. Result:
Results of mann whitney test p value is 0.611, which means that there is no difference between nurses
and physician attitude in practice collaboration, and result of multivariate analysis the influence of
nurse characteristics (age, education, functional potition, length of working) with attitude are 0.460
or 46%, while 54% influenced by other factors, and the influence of physician characteristics (age,
education, length of working) with attitude are 0.435 or 43.5%, while 56.5% influenced by other
factors. Discussion: Further need to study other factors that influence and research by observation
the impact of collaboration between the nurse with physician on the service quality.

Keywords: attitude, collaboration, nurse, physician

PENDAHULUAN diberikan. Banyak faktor yang memengaruhi


Perawat dan dokter memiliki kepuasan atau menghambat pelaksanaan kolaborasi
dan kebanggaan tersendiri dalam berkarya. diantaranya adalah faktor sosial, institusional,
Tetapi mereka sering dihadapkan pada faktor ekonomi, kemampuan klinik dan
masalah yang sama yaitu mereka tidak kemampuan menjalin hubungan interpersonal
dapat berkolaborasi dengan baik sehingga (Siegler, 2000), dalam memahami konsep
menghambat usaha mereka untuk membantu kolaborasi para ahli teori organisasi menurut
klien. Salah satu tujuan kolaborasi adalah Sullivan (1998) mengusulkan bahwa perilaku
memberikan pelayanan kesehatan yang dalam penanganan konflik dapat digunakan
berkualitas dengan menggabungkan keahlian untuk menilai praktik kolaborasi yang dapat
unik dari masing-masing profesi, untuk dilihat dari 2 dimensi yaitu tingkat ketegasan
menggabungkan keahlian unik ini dibutuhkan atau asertif dan kerja sama atau kooperatif.
kesadaran dan kemampuan dari masing-masing Ketegasan berarti bahwa sampai tingkat
profesi, kurangnya kesadaran dan kemampuan mana satu pihak berupaya untuk memenuhi
dalam berkolaborasi dapat menimbulkan dampak kepentingannya sendiri, dan kerja sama yang
yang buruk terhadap kualitas layanan yang berarti suatu tingkat tertentu di mana salah satu

147
Jurnal Ners Vol. 6 No. 2 Oktober 2011: 147–155

pihak berupaya untuk memuaskan kepentingan pendidikan bahwa kolaborasi perawat dan
pihak lain. Kolaborasi akan terjalin dengan baik dokter belum berjalan sesuai yang diharapkan,
apabila komponen ketegasan dan kerja sama karena masing-masing pihak cenderung
yang dimiliki perawat dan dokter adalah baik, mengutamakan kepentingan hubungan dengan
sehingga masing-masing berkeinginan untuk pasien, kurang memperhatikan hubungan
memuaskan sepenuhnya kepentingan dari perawat dengan dokter. Sebenarnya Standar
semua pihak (saling menguntungkan). Apabila Operasional Prosedur (SOP) tentang kolaborasi
ketegasan lebih dominan dari unsur kerja sama tim kesehatan sudah ada, yang kegiatannya dapat
yang muncul hanyalah sebuah persaingan, dilihat saat pelaksanaan ronde keperawatan, atau
sedangkan apabila kerja sama lebih dominan kegiatan lain yang melibatkan tim kesehatan
dari ketegasan, seseorang akan tampak takut ini, tetapi pelaksanaannya juga belum optimal,
dan cenderung pada akomodasi atau menerima kemungkinan penyebabnya karena selama ini
instruksi begitu saja. beberapa dokter menganggap bahwa perawat
Keperawatan sebagai salah satu profesi belum kompeten untuk diajak berkolaborasi,
mempunyai kewenangan yang jelas, disiplin selain itu usulan yang disampaikan oleh
ilmu yang berbeda dengan profesi lain, perawat cenderung kurang dianggap dan
kedudukan perawat sejajar dengan profesi belum ada manfaatnya, untuk mengantisipasi
kesehatan lain. Sebagai mitra masing-masing hal ini pimpinan RSUD Ngudi Waluyo sudah
profesi harus menghargai profesi lain, konsep berupaya meningkatkan kemampuan masing-
ini harus ditanamkan dalam masing-masing masing perawat melalui pelatihan-pelatihan,
profesi kesehatan, sejak dibangku pendidikan seminar dan pendidikan jalur formal. Hal
sampai dengan di lingkungan profesional. ini ditunjukkan dengan pendidikan minimal
Hasil penelitian menjelaskan bahwa praktik perawat di RSUD Ngudi Waluyo adalah D III
kolaborasi perawat dengan dokter berimbas Keperawatan, berdasarkan informasi di atas
pada penurunan biaya perawatan 25%, peneliti berkeinginan mempelajari bagaimana
dan penurunan lama hari perawatan 39,8% para pemberi layanan menyikapi praktik
(Sulivan, 1998). Pendidikan keperawatan kolaborasi ini, apakah ada perbedaan sikap
di Indonesia yang diawali dari pendidikan antara dokter dan perawat dan faktor apa yang
yang bersifat vokasional (SPK atau Sekolah mempengaruhinya.
Perawat Kesehatan, DIII Keperawatan, DIV
keperawatan) berkembang ke arah pendidikan
BAHAN DAN METODE
keperawatan yang bersifat profesional yaitu
Pendidikan S1 Keperawatan, S2 Keperawatan, Penelitian ini menggunakan studi
bahkan Doktor di bidang keperawatan, komparasi antara sikap perawat dan sikap
diharapkan dengan meningkatnya pendidikan dokter tentang praktik kolaborasi, serta studi
akan diikuti dengan peningkatan kompetensi korelasi antara karakteristik perawat dan
klinis dan kemampuan berkolaborasi. dokter terhadap sikap perawat dan dokter
Beberapa kebijakan diambil oleh rumah tentang praktik kolaborasi. Sampel dalam
sakit agar terjadi harmonisasi antar tim pemberi penelitian ini adalah dokter yang bekerja
layanan kesehatan seperti ronde bersama, di RSUD Ngudi Waluyo Kabupaten Blitar
pertemuan bersama pada hari-hari yang telah yang intensif bekerja sama dengan perawat di
disepakati atau bentuk kegiatan lain yang ruangan, tidak memegang jabatan struktural
tujuannya adalah menyamakan persepsi atau dan tidak menjalankan tugas belajar sebanyak
bekerja sama untuk menyelesaikan masalah, 19 orang yang diambil secara total dan
namun demikian hanya beberapa institusi perawat yang bekerja di RSUD Ngudi Waluyo
atau rumah sakit yang mampu secara rutin Kabupaten Blitar, tidak memegang jabatan
melakukan kegiatan ini. Hasil wawancara struktural (Kepala Bidang atau Kepala Seksi),
peneliti dengan 2 pejabat struktural dan 2 mempunyai hubungan kerja praktik kolaborasi
perawat RSUD Ngudi Waluyo Kabupaten dengan dokter, yang seluruhnya berjumlah
Blitar, yang merupakan RS tipe B non 150 orang. Teknik pengambilan sampel

148
Praktek Kolaborasi Perawat-Dokter (Wiwin Martiningsih)

secara Probability Proportional to Size (PPS), kerja sedang sampai dengan lama sebanyak
besar sampel 31 orang (diambil dari 20% 90,3%, tempat kerja terbanyak di ruang
Populasi). penyakit dalam 22,5%. Usia dokter sebagian
Identifikasi praktik kolaborasi perawat besar > 30 tahun (89,4%) dan selebihnya antara
dengan dokter menggunakan instrumen yang 20–30 tahun (10,6%), sedang jenis kelamin
terbagi dalam dua skala yaitu skala praktik terbanyak adalah laki-laki (63,2%), pendidikan
kolaborasi untuk dokter dan skala praktik S2/Spesialis (52,6%), jabatan fungsional dokter
kolaborasi untuk perawat (Siegler, 2000), pertama, dokter muda dan madya masing-
yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, masing sama 26,3%, lama kerja sedang sampai
selain itu responden juga harus mengisi alasan dengan lama sebanyak 79,0%, tempat kerja
terhadap jawaban yang diberikan melalui terbanyak di IRD 31,6%.
kuesioner terbuka. Gambar 1 menunjukkan bahwa sikap
Data karakteristik perawat dan dokter serta tentang praktik kolaborasi terbanyak adalah
data sikap perawat dan dokter tentang praktik berunding 58% untuk perawat dan 42%
kolaborasi dianalisis dengan menggunakan untuk dokter, hanya 2 (6%) pada perawat
statistik deskriptif, sedangkan untuk mengetahui dan 1 (5%) pada dokter yang menunjukkan
perbedaan sikap perawat dengan sikap dokter sikap menghindar. Tidak ada sikap bersaing,
tentang praktik kolaborasi dianalisis dengan menghindar–bersaing, dan akomodasi baik
mann whitney test dengan tingkat kemaknaan pada perawat maupun dokter.
p ≤ 0,05, dan untuk mengetahui pengaruh Hasil uji man whitney didapatkan p value
karakteristik perawat dan dokter terhadap sikap 0,611, yang berarti bahwa tidak ada perbedaan
perawat dan dokter tentang praktik kolaborasi antara sikap perawat dengan sikap dokter
perawat dengan dokter dianalisis dengan tentang praktik kolaborasi perawat dengan
metode analisis multivariate menggunakan dokter. Hasil rekapitulasi jawaban perawat
Structural Equation Modelling (SEM), dengan maupun dokter atas 19 pertanyaan dari skala
perangkat lunak Analysis of Moment Structure praktik kolaborasi 3 urutan teratas sikap yang
(AMOS) versi 5. sering ditunjukkan perawat adalah meminta
masukan sejawat untuk memperkuat sistem
HASIL pendukung, menceritakan kesulitan pasien, dan
melakukan negosiasi menentukan tanggung
Usia perawat sebagian besar > 30 jawab masing-masing, sedangkan pada dokter
tahun (77,4%) dan selebihnya antara 20–30 adalah menyampaikan apabila tindakan
tahun 22,6%, sedang jenis kelamin terbanyak perawat kurang tepat, memberi saran cara
adalah perempuan 61,3%, pendidikan DIII pendekatan yang bermanfaat, dan menekankan
Keperawatan 71%, jabatan fungsional pentingnya bidang medis maupun keperawatan
terbanyak adalah perawat penyelia 41,9%, lama pada pasien. Sikap perawat dengan dokter yang

K 54 Bersaing (skor 2) Bersaing-kolaborasi (skor 3) Kolaborasi (skor 4)


E Perawat = 0 Perawat = 1 (3%) Perawat = 3 (10%)
T Dokter = 0 Dokter = 0 Dokter = 4 (21%)
E 39 Menghindar-bersaing (skor 1) Berunding (skor 2) Akomodasi-kolaborasi (skor 3)
G Perawat = 0 Perawat = 18 (58%) Perawat = 4 (13)%
A 24 Dokter = 0 Dokter = 8 (42%) Dokter 3 (16%)
S Menghindar (skor 0) Menghindar-akomodasi (skor 1) Akomodasi (skor 2)
A Perawat = 2 (6%) Perawat = 3 (10%) Perawat = 0
N 9 Dokter = 1 (5%) Dokter = 3 (16%) Dokter = 0
10 25 44 60
KERJASAMA
Gambar 1. Diagram sikap perawat dan dokter berdasar skala praktik kolaborasi (ketegasan dan
kerjasama) Siegler dan Whytney

149
Jurnal Ners Vol. 6 No. 2 Oktober 2011: 147–155

Tabel 1. Pengaruh karakteristik perawat secara parsial terhadap sikap perawat tentang praktik
kolaborasi
Karakteristik Perawat P Kesimpulan
Usia 0,000 Ada pengaruh
Jenis kelamin 0,365 Tidak ada pengaruh
Pendidikan 0,000 Ada pengaruh
Jabatan fungsional 0,013 Ada pengaruh
Lama kerja 0,000 Ada pengaruh
Ruang tempat kerja 0,915 Tidak ada pengaruh

Tabel 2. Tabel pengaruh karakteristik dokter secara parsial terhadap sikap dokter tentang praktik
kolaborasi
Karakteristik Dokter P Kesimpulan
Usia 0,000 Ada pengaruh
Jenis kelamin 0,174 Tidak ada pengaruh
Pendidikan 0,015 Ada pengaruh
Jabatan fungsional 0,059 Tidak Ada pengaruh
Lama kerja 0,000 Ada pengaruh
Ruang tempat kerja 0,225 Tidak ada pengaruh

paling jarang dilakukan adalah menjelaskan kolaborasi terbanyak adalah berunding


lingkup keahlian masing-masing dan diskusi atau kompromi. Kompromi atau berunding
bidang mana termasuk keperawatan dan mana merupakan suatu situasi di mana tiap-tiap
termasuk medis. pihak pada suatu konflik bersedia untuk
Terdapat 4 variabel yang berpengaruh melepaskan sesuatu. Kedua unsur yang terlibat
secara signifikan terhadap sikap perawat menyerah dan menyepakati hal yang telah
yaitu usia, pendidikan, jabatan fungsional dibuat. Menurut Sullivan, kompromi atau
dan lama kerja, hasil analisis menggunakan berunding menjadi pilihan ketika tujuan yang
SEM dengan AMOS versi 5, menunjukkan akan diselesaikan benar-benar merupakan
besarnya pengaruh karakteristik perawat (usia, perselisihan tidak berguna, lawan dalam
pendidikan, jabatan fungsional, dan lama kerja) konflik memiliki komitmen untuk mencapai
secara bersama-sama terhadap sikap perawat hasil akhir yang berbeda, dan dilakukan
adalah 0,460 atau 46%, sedangkan sisanya 54% ketika penyelesaian diperlukan secara cepat.
dipengaruhi oleh faktor lain. Melihat konsep di atas sikap berunding ini bagi
Terdapat 3 variabel yang berpengaruh perawat dan dokter merupakan tindakan yang
secara signifikan terhadap sikap dokter yaitu: paling tepat dilakukan saat ini, karena perawat
usia, pendidikan dan lama kerja. Hasil analisis dan dokter mengerti bahwa keterbatasan-
menggunakan SEM dengan AMOS versi 5, keterbatasan yang mereka miliki baik dalam
besarnya pengaruh karakteristik dokter (usia, hal waktu, tenaga dan kemampuan (terutama
pendidikan dan lama kerja) secara bersama- perawat) masih merupakan permasalahan
sama terhadap sikap dokter berdasar hasil yang patut diselesaikan secara bertahap.
analisis adalah 0,435 atau 43,5%, sedangkan Sesuai dengan hasil penelitian, beberapa
sisanya 56,5% dipengaruhi oleh faktor lain. ungkapan baik oleh perawat maupun dokter,
mendukung permasalahan ini. Hal keterbatasan
waktu beberapa perawat mengatakan "dokter
PEMBAHASAN
terbatas waktunya", dokter dan perawat juga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengungkapkan "tergantung waktu dan
sikap perawat dan dokter tentang praktik situasi". Tentang keterbatasan kemampuan

150
Praktek Kolaborasi Perawat-Dokter (Wiwin Martiningsih)

ada perawat yang mengatakan" sungkan untuk Sikap yang sering ditunjukkan perawat
memberi saran" atau ungkapan perawat " hanya adalah meminta masukan sejawat untuk
pada dokter yang mau menerima pendapat memperkuat sistem pendukung, menceritakan
kita". kesulitan pasien, sedangkan pada dokter
Sikap perawat dan dokter tentang praktik adalah menyampaikan apabila tindakan
kolaborasi hanya sedikit yang menghindar. perawat kurang tepat dan memberi saran
Menurut Sullivan menghindar merupakan cara pendekatan yang bermanfaat, sedangkan
mencoba sekadar mengabaikan suatu masalah sikap perawat dan dokter yang paling jarang
dan menghindari orang-orang lain yang tidak dilakukan adalah menjelaskan lingkup keahlian
sependapat dengannya. Menghindari konflik masing-masing dan diskusi bidang mana
menjadi pilihan yang baik ketika terdapat termasuk keperawatan dan mana termasuk
lebih dari satu isu kepentingan, kurangnya medis, karena dianggap masing-masing profesi
kesempatan untuk menyelesaikan kebutuhan sudah jelas tentang peran dan fungsinya
dan urusan, karena harus memberikan orang masing-masing, keberanian mengambil sikap
lain kesempatan untuk memenangkan konflik, pada dokter dalam hal ini masih dominan
karena butuh informasi tambahan, dan terkadang karena dokter kebanyakan berani mengingatkan
untuk meminimalkan kerugian. Seperti jika tindakan kurang tepat, dan memberi saran
ungkapan perawat "dokter paling begitu saja", cara pendekatan yang bermanfaat. Perawat
atau ungkapan dokter "membiarkan semua apa seharusnya juga bersikap demikian, tidak hanya
adanya". Sikap berunding yang merupakan kompromi yang dilakukan tetapi juga harus
pilihan sikap terbanyak ± 50% dari jumlah berani mengatakan tidak apabila tidak sesuai
responden baik pada dokter maupun perawat dengan standar yang ada.
memiliki skor 2 maksudnya bahwa seseorang Hasil penelitian berdasarkan uji mann
hanya membutuhkan 2 balok untuk mencapai whitney tidak ada perbedaan antara sikap
skor 4 (kolaborasi), sedangkan bila bersikap perawat dan sikap dokter tentang praktik
menghindar (skor 0) harus memindahkan kolaborasi perawat dengan dokter, dengan
4 balok untuk menuju kolaborasi. Tentunya nilai p = 0,611, hasil ini didukung oleh
memindahkan 2 balok lebih mudah daripada distribusi sikap perawat maupun dokter dalam
4 balok. Ini artinya lebih mudah mengubah diagram skala praktik kolaborasi yang hampir
sikap berunding untuk menuju kolaborasi dari sama dan dapat dilihat pada gambar 1, yang
pada sikap menghindar. Beberapa perawat menunjukkan distribusi sikap terbanyak
dan dokter sudah memiliki sikap kolaborasi baik pada perawat maupun dokter adalah
(skor 4) walau hanya 10% pada perawat dan berunding, hanya sedikit perawat dan dokter
21% pada dokter, hal ini menunjukkan sudah yang menunjukkan sikap menghindar dan
ada perawat atau dokter yang melaksanakan sikap kolaborasi, tidak ada sikap bersaing,
praktik kolaborasi dengan baik, oleh karena menghindar – bersaing, dan akomodasi baik
itu perlu adanya reward bagi mereka, sehingga pada perawat maupun dokter. Melihat fakta
semangat untuk berkolaborasi akan dapat ini jelas bahwa baik perawat dan dokter punya
dipertahankan. sikap yang sama tentang praktik kolaborasi.
Hasil yang didapat dalam penelitian ini, Mereka memahami bahwa profesi mereka
perawat atau dokter yang mendapatkan skor berbeda tetapi kerja sama harus tetap dilakukan
< 2 (16% untuk perawat dan 21% untuk dokter), sesuai dengan wewenang dan tanggung
setidaknya harus berupaya untuk mulai berubah, jawab masing-masing profesi, walau masih
karena skor < 2 berarti cenderung ke arah didominasi oleh sikap berunding, selain itu
menghindar. Alasan-alasan yang diungkapkan perawat dan dokter juga mengenali, menyadari
dalam jawaban kuesioner terbuka akan menjadi adanya pengetahuan dan keterampilan yang
gambaran para pengambil kebijakan dan overlapping. Sifat caring juga telah tertanam
pasangan kolaborasi sebagai faktor penyebab dalam diri perawat dan dokter, salah satunya
lemahnya pelaksanaan kolaborasi, sehingga adalah adanya sikap altruistic (mementingkan
dapat dicarikan solusinya. kepentingan orang lain daripada diri sendiri)

151
Jurnal Ners Vol. 6 No. 2 Oktober 2011: 147–155

(Feist, 2008). Hal ini didukung dengan jawaban dan dokter harus bisa menentukan tugas mana
beberapa perawat dan dokter pada kuesioner yang dapat dilakukan secara individual, yang
terbuka pada komponen ketegasan terdapat harus dilakukan bersama-sama, dan apa yang
beberapa jawaban yang disampaikan yaitu diharapkan dalam interaksi (Lindeke, 2005).
masalah adalah tanggung jawab bersama, Mereka juga mengerti bahwa kolaborasi
semuanya demi kebaikan pasien, saling merupakan suatu pengakuan keahlian seseorang
mengerti peran masing-masing, sedangkan oleh orang lain di dalam maupun di luar profesi
pada komponen kerja sama yang intinya orang tersebut. Pada usia ini masing-masing
ingin mencapai konsensus bersama, beberapa pasangan kolaborasi membuat suatu komitmen
jawaban perawat dan dokter adalah agar jelas untuk berinteraksi secara konstruktif untuk
wewenang masing-masing, sebagai mitra kerja, menyelesaikan masalah klien dan mencapai
agar suasana kerja nyaman, untuk kebaikan tujuan, target atau hasil yang ditetapkan.
pasien. Perawat dan dokter menyadari bahwa Faktor pendidikan juga berpengaruh
kolaborasi merupakan proses interpersonal terhadap sikap perawat dan dokter dalam
di mana dua orang atau lebih membuat berkolaborasi. Dalam teori, edukasi sebagai
suatu komitmen untuk berinteraksi secara institusi sosial tertua, merupakan pengarahan
konstruktif untuk menyelesaikan masalah klien formal dari pengalaman belajar. Fungsi edukasi
dan mencapai tujuan, target atau hasil yang adalah sosialisasi, transmisi pengetahuan
ditetapkan. Para individu harus mengenali dan kultural seperti nilai (value) dan kepercayaan
mengartikulasikan nilai-nilai yang membuat (belief). Membantu individu memilih dan belajar
komitmen ini menjadi terwujud. Kemampuan peran sosial serta mempertemukan antara bakat
mewujudkan komitmen untuk berinteraksi (talent) dan kemampuannya (ability) dengan
secara konstruktif tergantung dari persamaan kebutuhan spesialisasi pekerjaan. Selain itu
persepsi, tentang tujuan bersama, kompetensi edukasi juga berhubungan dengan stratifikasi
klinik, dan kemampuan interpersonal, humor, sosial yaitu membantu menentukan posisi di
kepercayaan, menghargai dan menghormati masa depan dalam struktur sosial. Peningkatan
pengetahuan dan praktik keilmuan yang tingkat pendidikan cenderung membuat
berbeda. individu lebih toleran dan lebih demokratik,
Usia berpengaruh terhadap sikap perawat karena orang yang memiliki tingkat pendidikan
dan dokter tentang praktik kolaborasi berdasar lebih tinggi akan lebih mudah mengenali
analisis statistik, hasil ini didukung data usia dan menganalisis bermacam kenyataan
perawat dan dokter sebagian besar adalah atau implikasi tindakan yang tidak benar
dewasa menengah (30–60 tahun), dengan sikap (Sarwono dan Soeroso, 2001). Kurikulum
yang banyak mengarah ke berunding sampai pendidikan keperawatan menunjukkan bahwa
kolaborasi. Sesuai dengan teori perkembangan adanya pembelajaran tentang konsep-konsep
Erik Erikson, tahap perkembangan dewasa, kepemimpinan, kerja sama, manajemen
merupakan waktu ketika manusia mulai konflik, komunikasi interpersonal mendukung
mengambil tempat di masyarakat dan kemampuan perawat dalam berkolaborasi,
mengasumsikan sebuah tanggung jawab walaupun pendidikan perawat terbanyak
bagi apapun yang dihasilkan masyarakat. adalah DIII Keperawatan, namun jenjang ini
Usia dewasa menengah adalah mencapai dikategorikan profesional pemula, yang akan
generativitas yaitu pembangkitan ide-ide dapat mendukung pelaksanaan kolaborasi.
baru, memberikan instruksi-instruksi ke orang Pengaruh pendidikan terhadap sikap dokter
lain dengan cara yang sesuai dengan budaya. tentang praktik kolaborasi adalah signifikan
Untuk orang dewasa yang matang motivasi ini tetapi mempunyai nilai negatif artinya bahwa
bukan sekadar kebutuhan tapi juga merupakan makin tinggi pendidikan dokter, sikap tentang
dorongan untuk memberikan kontribusi untuk praktik kolaborasi pada dokter justru semakin
menjamin kontinuitas di masyarakat. Dalam menurun. Data yang mendukung adalah adanya
tahap ini perhatian merupakan kekuatan dasar dokter dengan pendidikan spesialis namun
masa dewasa (Feist, 2008). Masa ini perawat skor sikap 0 (menghindar). Kemungkinan hal

152
Praktek Kolaborasi Perawat-Dokter (Wiwin Martiningsih)

ini disebabkan karena tidak adanya waktu tersebut tidaklah selalu benar (Sarwono dan
atau kesempatan untuk berkolaborasi, karena Soeroso, 2001). Melihat fakta ini, pembagian
dengan tingginya pendidikan dokter dalam tugas sesuai dengan wewenang dan jabatan
hal ini spesialis, beban yang diemban juga harus dilakukan, tidak harus melihat sisi
makin besar dan semakin sibuk, sesuai dengan senioritas tetapi dipertimbangkan tentang
ungkapan beberapa perawat dalam kuesioner kemampuan yang dimiliki.
terbuka bahwa adanya alasan "keterbatasan Ada pengaruh lama kerja dengan sikap
waktu dokter", selain itu adanya jawaban perawat dan dokter tentang praktik kolaborasi,
dokter "membiarkan semua, seperti apa yang mempunyai nilai negatif, berarti bahwa
adanya saja, atau adanya jawaban dokter " bila makin lama perawat atau dokter bekerja sikap
perawat konsul saja". Melihat adanya pengaruh tentang praktik kolaborasi makin menurun,
pendidikan terhadap sikap tentang kolaborasi, yang didukung data adanya perawat dengan
untuk mempersiapkan pelaksanaan praktik masa kerja > 6 tahun (lama) tetapi menunjukkan
kolaborasi, dalam kurikulum seharusnya sikap menghindar (skor 0) dan menghindar-
diajarkan tentang dinamika kelompok, teori akomodasi (skor 1), sedangkan pada dokter
peran, teori organisasi, teori perubahan, strategi adanya data sikap Dokter menghindar (skor
negosiasi, selain itu mahasiswa sebaiknya 0) dan menghindar- akomodasi (skor 1) pada
diajari tentang contoh-contoh kegiatan masa kerja sedang (4–6 tahun), sementara
kolaborasi dan nonkolaborasi dari pengalaman beberapa dokter dengan masa kerja baru
klinis dan dijelaskan faktor penghambat mempunyai sikap akomodasi-kolaborasi (skor
dan kesuksesan pelaksanaan kolaborasi, 3). Pertumbuhan pekerjaan dapat dialami oleh
serta sosialisasi kolaborasi melalui seminar seseorang hanya apabila menjalani proses
antardisiplin ilmu atau peer learning. belajar sehingga berpengalaman, diharapkan
Ada pengaruh jabatan fungsional orang yang bersangkutan memiliki sikap
perawat terhadap sikap perawat tentang kerja yang bertambah maju ke arah positif,
praktik kolaborasi, tetapi mempunyai nilai memiliki kecakapan (pengetahuan) kerja dan
negatif, artinya bahwa makin tinggi jabatan keterampilan kerja yang bertambah dalam
fungsional perawat, sikap perawat tentang kualitas dan kuantitas, dan dengan tingginya
praktik kolaborasi makin menurun. Hal ini frekuensi dua orang berjumpa dan bekerja
didukung data adanya perawat penyelia dan sama, kemungkinan akan tumbuh rasa suka
pertama (minimal gol. IIIa) dengan sikap antara satu dengan lainnya. Namun demikian
menghindar-akomodasi (skor 1), padahal ada tidak semua individu akan bersikap demikian
beberapa perawat dengan jabatan fungsional tergantung banyak faktor, adanya kejadian yang
di bawahnya mendapatkan skor 3 (sikap tidak diinginkan akan meninggalkan kesan
akomodasi-kolaborasi). Jabatan dipandang mendalam dalam diri individu atau peristiwa
sebagai komponen demografi yang penting, yang memberikan kesan kuat pada individu
peningkatan jabatan akan menyebabkan yaitu peristiwa traumatik. Seperti terungkap
peningkatan komitmen terhadap organisasi dalam jawaban perawat "akan mengingatkan
yang salah satunya adalah komitmen untuk dokter apabila tindakan kurang tepat dan hanya
mau berkolaborasi, namun faktor situasi juga pada dokter yang mau menerima pendapat kita",
perlu diperhatikan, walau jabatan tinggi, atau jawaban perawat berikut "takut dikatakan
tetapi pasangan dalam kolaborasi tidak punya menggurui". Terwujudnya suatu kolaborasi
komitmen yang sama, akan mengakibatkan tergantung pada beberapa kriteria yaitu adanya
menurunnya minat untuk berkolaborasi. rasa saling percaya dan menghormati, saling
Pendapat lain, bahwa sikap/kepuasan dalam memahami dan menerima keilmuan masing-
bekerja dipengaruhi oleh kedudukan/jabatan, masing, memiliki citra diri positif, memiliki
bahwa umumnya manusia beranggapan bahwa kematangan profesional yang setara (yang
seseorang yang bekerja pada jabatan yang lebih timbul dari pendidikan dan pengalaman),
tinggi akan merasa lebih puas daripada yang mengakui sebagai mitra kerja bukan bawahan,
jabatannya lebih rendah, sesungguhnya hal dan keinginan untuk bernegosiasi. Bila kedua

153
Jurnal Ners Vol. 6 No. 2 Oktober 2011: 147–155

profesi memahami hal ini, hambatan-hambatan terampil, sulit diajak diskusi, karena dokter
dalam kolaborasi dapat diminimalisir. Melihat merasa pendidikan mereka belum sejajar,
fakta ini kewajiban pengambil kebijakan adalah belum dapat tergali dalam penelitian ini,
memotivasi dan memberikan reward bagi kemungkinan disebabkan karena kuesioner
mereka yang sudah lama bekerja agar mereka praktik kolaborasi yang digunakan banyak
tetap punya motivasi dalam bekerja, dan tidak menggali tentang konsep ketegasan dan kerja
mengalami titik kejenuhan dalam bekerja. sama yang difokuskan pada komunikasi atau
Faktor jenis kelamin tidak berpengaruh hubungan interpersonal antara perawat dan
secara signifikan terhadap sikap perawat dan dokter, belum menggali tentang kemampuan
dokter, hal ini didukung data bahwa jenis yang berkaitan dengan keterampilan/tindakan
kelamin pada sampel perawat terbanyak keperawatan pada intervensi fisiologis.
adalah perempuan tetapi untuk dokter adalah Untuk menggali fenomena ini perlu kiranya
laki-laki, faktanya mereka mempunyai sikap melakukan indepth interview dan Focus Group
yang sama tentang kolaborasi. Pendapat yang Discussion (FGD) pada masing-masing profesi,
dulunya mengatakan dokter cenderung pria, sehingga mereka dapat bebas mengungkapkan
fisiknya biasanya lebih besar tidak sesuai lagi pendapat dan persepsi masing-masing, karena
dengan perkembangan saat ini, karena semakin telah dibuktikan dalam penelitian sebelumnya
banyak juga perempuan kini menekuni bidang dalam Siegler dan Whitney (2000), bahwa
medis dan keperawatan (Siegler dan Whitney, inti sesungguhnya dari konflik antara perawat
2000). dan dokter terletak pada perbedaan sikap
Ruang tempat kerja juga tidak profesional mereka terhadap pasien dan
berpengaruh terhadap sikap perawat maupun cara dokter dan perawat berkomunikasi
sikap dokter dalam berkolaborasi, didukung mengenai kesan masing-masing. Manfaat dari
oleh data walaupun mereka berada pada penelitian ini dengan tidak adanya perbedaan
ruang yang berbeda kolaborasi harus tetap sikap antara perawat dengan dokter, berarti
dilakukan. Penelitian ini variabel karakteristik bahwa praktik kolaborasi antara perawat dan
perawat yang berpengaruh terhadap sikap dokter sebetulnya dapat dijalankan dan tidak
perawat tentang praktik kolaborasi adalah usia, ada halangan bagi perawat maupun dokter
pendidikan, jabatan fungsional dan lama kerja, untuk melaksanakannya. Rumah sakit harus
setelah dilakukan uji statistik secara bersama memfasilitasi sarana prasarana kolaborasi,
faktor ini mempunyai pengaruh terhadap sikap menyediakan waktu untuk mendukung
perawat tentang kolaborasi sebesar 0,460 atau kegiatan kolaborasi, dan membuat kebijakan
46%, sedangkan sisanya 54% dipengaruhi oleh terkait pelaksanaan kolaborasi. Permasalahan
faktor lain. Sedangkan variabel karakteristik atau keluhan-keluhan yang muncul dari
dokter yang berpengaruh terhadap sikap masing-masing profesi harus difasilitasi untuk
dokter tentang praktik kolaborasi adalah usia, penyelesaiannya, salah satu teknik atau cara
pendidikan dan lama kerja, ketiga faktor ini yang dapat dilakukan menurut Robert (2001)
secara bersama-sama mempunyai pengaruh adalah identifikasi area interdependensi yang
sebesar 0,435 atau 43,5%, sedangkan sisanya tepat untuk kolaborasi, tetap membuka jalur
56,5% dipengaruhi oleh faktor lain. Melihat komunikasi di antara setiap orang yang terlibat
hasil penelitian ini bagi peneliti berikutnya masalah maupun dalam rangkaian tindakan,
diharapkan dapat menggali selain faktor di biarkan tim mengetahui secepatnya bahwa
atas, dan perlunya peningkatan jumlah sampel kerja sama tim tersebut membawa dampak
dalam penelitian. positif terhadap keberhasilan individu, dan
Keluhan-keluhan yang muncul dalam menciptakan suasana kerja yang kondusif. Dari
kuesioner terbuka, diharapkan pimpinan faktor karakteristik yang berpengaruh terhadap
rumah sakit dapat mengambil kebijakan untuk sikap dokter yaitu usia, pendidikan, dan
penyelesaiannya, agar praktik kolaborasi lama kerja, diketahui bahwa pendidikan arah
dapat berjalan dengan baik. Fenomena yang pengaruhnya adalah negatif, pendidikan yang
ada cenderung mengatakan perawat kurang tinggi tidak diimbangi peningkatan sikap tentang

154
Praktek Kolaborasi Perawat-Dokter (Wiwin Martiningsih)

kolaborasi. Sesuai fakta yang ada keterbatasan Bagi rumah sakit peningkatan kualitas dan
waktu, beban yang makin besar dan kesibukan kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM)
merupakan salah satu penyebabnya, dan juga melalui pendidikan tetap perlu dilakukan, baik
kemungkinan karakter individu tersebut, melalui seminar maupun pelatihan-pelatihan
pengambil kebijakan harus menciptakan situasi terutama bagi perawat agar dapat melakukan
yang kondusif, agar tingginya pendidikan kolaborasi secara optimal, perlunya secara
seseorang dapat dimanfaatkan seoptimal rutin dilakukan pertemuan melalui kegiatan
mungkin yang diimbangi dengan perilaku yang bulanan atau triwulan antara profesi perawat
mendukung pelaksanaan kolaborasi. Lama kerja dan dokter, agar terjalin komunikasi yang lebih
juga mempunyai pengaruh negatif terhadap optimal sebagai dasar pelaksanaan kolaborasi,
sikap dokter, sama halnya dengan perawat, titik perlunya support dari pimpinan rumah sakit
kejenuhan atau hubungan yang tidak kondusif untuk memotivasi perawat dan dokter agar
menjadi faktor penyebabnya. Pemberian mendukung pelaksanaan kolaborasi, melalui
reward, melakukan refreshing bersama, dan kegiatan-kegiatan di ruangan misal ronde
peningkatan kemampuan melalui seminar bersama, atau refreshing bersama untuk
ataupun pelatihan-pelatihan, merupakan salah membangun hubungan interpersonal, Bagi
satu solusi yang dapat diambil. organisasi profesi: perlunya kedua organisasi
profesi (PPNI dan IDI) duduk bersama
untuk menyamakan persepsi tentang tugas
SIMPULAN DAN SARAN
dan wewenang masing-masing profesi dan
Simpulan identifikasi area interdependensi.
Sikap perawat dan dokter tentang praktik
kolaborasi perawat dengan dokter sebagian KEPUSTAKAAN
besar ditunjukkan dalam rentang berunding
sampai dengan kolaborasi, tidak ada perbedaan Feist, Jest dan Feist, G., 2008. Theories
antara sikap perawat dengan sikap dokter of Personality. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
tentang praktik kolaborasi, karakteristik yang
Lindeke, Linda, Sieckert, dan Ann, 2005. Nurse-
berpengaruh terhadap sikap perawat tentang
Physician Workplace Collaboration.
praktik kolaborasi adalah usia, pendidikan,
Journal of Issues in Nursing, (Online),
jabatan fungsional, dan lama kerja, sedangkan (http://www.medscape.com., diakses
pada dokter adalah usia, pendidikan dan lama tanggal 15 April 2010).
kerja. Maddux, Robert, B., 2001. Team Building
(Kiat Membangun Tim handal). Jakarta:
Saran Erlangga.
Bagi institusi pendidikan perlu RS. Ngudi Waluyo, 2010. Laporan Tahunan.
pengembangan kurikulum tentang konsep Blitar: RS. Ngudi Waluyo.
praktik kolaborasi dan mempraktikannya Siegler, L., Eugenia, Fay, Whitney, W., 2000.
dalam tatanan nyata atau saat praktik klinik Kolaborasi Perawat Dokter, Perawatan
Orang Dewasa dan Lansia. Jakarta:
dan lapangan, mengajarkan pada peserta didik
EGC
bahwa pelayanan kesehatan bukan hanya
Sulivan, Toni, J., 1998. Collaboration a Health
kegiatan dependent tetapi banyak kegiatan care Imperative. USA: The McGraw-
interdependent dan independent yang harus Hill Companies.
dilakukan secara profesional, sesuai dengan Slamet dan Soeroso, Amiluhur, 2001.
standar praktik yang ada, perlunya penekanan Determinasi demografi terhadap perilaku
materi soft skill dalam proses pembelajaran karitatif keorganisasian. 6 (1), (Online),
dan diaplikasikan dalam praktik, sehingga (http://journal.uii.ac.id/index.php/jsb.,
akan terjalin hubungan interpersonal yang baik diakses 15 Juni 2010).
untuk mendukung pelaksanaan kolaborasi.

155

You might also like