You are on page 1of 13

TUGAS KONSEP DASAR KEPERAWATAN

MENGANALISIS KASUS IPE

Dosen Pengampu : Dr. SITI NUR KHOLIFAH, SKM, M.Kep.Sp.Kom


Jurusan : Tingkat 1 Semester 1 Program Studi Pendidikan Profesi
Ners Jenjang Sarjana Terapan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Surabaya Tahun Akademik
2021/2022
Kelas : Reguler B
Kelompok 08 : 1. Fitria Maharani (P27820721099)
2. Maretha Salsabilla Nazhifah (P27820721018)
3. Nimas Ayunida Wahyu Setiani (P27820721112)
4. Rizky Salman Akbar (P27820721076)
5. Try Wulandhari Riza (P27820721037)
6. Wandari Nurhasanah (P27820721126)
MENTORING KOLABORASI INSTRUKTUR KLINIK BERHUBUNGAN
DENGAN PERSEPSI TERHADAP PENDIDIKAN INTERPROFESI

Bayu Aji Pryandaru1, Wastu Adi Mulyono2, Rahmi Setiyani3

1Student in Nursing Departement, Faculty of Medicine and Health Sciences, Jenderal


Soedirman University, Purwokerto
2,3Lecturer in Nursing Departement, Faculty of Medicine and Health Sciences, Jenderal
Soedirman University, Purwokerto

ABSTRACT
Interprofessional collaboration is required to optimize health care. Interprofessional Education
(IPE) is one of the strategies to prepare the collaboration skill since at educational stage. The
implementation of IPE in the clinical setting can be conducted through the implementation of
mentoring collaboration by CI. This study is to examine the relationship between perception of IPE
and implementation of mentoring collaboration among Clinical Instructors (CI) in Banyumas
Hospital. A cross-sectional study invited total of 175 CI’s to participate. Interdisciplinary
Education Perception Scale (IEPS), and the modified Clinical Instructor Behavior Instrument
(CIBI) were administered to measure the perception and the mentoring collaboration respectively.
Results showed the majority of diploma degree in nursing (65.1 %) and over three years (77.0 %)
experience as CI. Female CI population was slightly higher than the male (56.3 % compared to
43.7 %). The average score of CI’s perception of IPE was 83.63 %. Meanwhile, the average
score of implementation of mentoring collaboration was 81.83 %. There was a significant
relationship between perception of IPE and mentoring collaboration among CIs (p = 0.000 and
r= 0.313). It concluded that there was a relationship between perception of IPE and the
implementation of mentoring collaboration by CIs in Banyumas Hospital
Keywords: Interprofessional Education (IPE), mentoring collaboration, clinic

ABSTRAK
Kolaborasi interprofesi dibutuhkan untuk mengoptimalkan asuhan kesehatan. Pendidikan interprofesi
atau Inter Professional Education (IPE) adalah salah satu strategi untuk mempersiapkan
ketrampilan berkolaborasi sejak dalam pendidikan. Salah satu penerapan IPE di tataran klinik adalah
melalui mentoring kolaborasi oleh instruktur klinik (CI). Penelitian ini adalah untuk menguji
keterkaitan antara persepsi terhadap IPE and implementasi kegiatan mentoring kolaborasi oleh CIk
di RSUD Banyumas. Studi cross-sectional dirancang untuk meneliti total sampel 175 CI rumah sakit.
Interdiciplinary Education Perception Scale (IEPS) dan Clinical Instructor Behavior Instrument
(CIBI) yang dimodifikasi digunakan untuk mengukur persepsi terhadap IPE dan mentoring kolaborasi.
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas berpendidikan DIII Keperawatan (65,1 %), pengalaman CI
lelbih dari tiga tahun (77,0 %). CI perempuan lebih banyak dari laki-laki (56,3 % berbanding 43,7 %).
Rerata skor persepsi PE adalah 83,63 %., sedangkan mentoring kolaborasi 81,83 %. Ada
hubungan positif antara persepsi IPE dan mentoring kolaborasi oleh CI (p = 0.000 and r= 0.313).
Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara persepsi CI terhadap IPE dengan pelaksanaan
mentoring kolaborasi CI RSUD Banyumas
Kata kunci: pendidikan interprofesional, IPE, mentoring-kolaborasi, klinik,

17
PENDAHULUAN Studi tentang persepsi dan
Kemajuan zaman dan meningkatnya kesiapan mahasiswa ataupun dosen yang telah
kebutuhan masyarakat akan pelayanan dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa
kesehatan yang berkualitas menuntut mahasiswa dan dosen memiliki persepsi
adanya perbaikan pelayanan kesehatan. yang baik terhadap IPE dan sudah siap
Permasalahan kesehatan tidak bisa dengan adanya IPE. Hal ini dibuktikan
diselesaikan hanya dengan salah satu dengan salah satu hasil penelitian
profesi kesehatan, namun perlu adanya mengenai persepsi dan kesiapan
kerjasama atau kolaborasi interprofesi. mahasiswa profesi fakultas kedokteran
Kolaborasi dan model interdisiplin UGM terhadap IPE oleh Fauziah (2010)
merupakan fondasi utama dalam yang menunjukkan hasil bahwa jumlah
memberikan asuhan keperawatan yang mahasiswa di Fakultas Kedokteran UGM
bermutu tinggi dan hemat biaya. yang memiliki persepsi yang baik terhadap
Pemanfaatan keahlian berbagai anggota tim IPE mencapai 87,97% dan sebanyak
untuk berkolaborasi dapat 83,46% mahasiswa memiliki kesiapan
mengoptimalkan hasil akhir asuhan yang baik terhadap IPE. Riset serupa
kesehatan (Sitorus, 2006). Kolaborasi tim mengenai persepsi dan kesiapan dosen
kesehatan ini didukung oleh salah satu pilar terhadap IPE yang dilakukan pada dosen
MPKP yaitu hubungan profesional pengajar di FKIK Unsoed oleh Yuniawan
(kolaborasi). (2013) yang menunjukkan bahwa dosen
memilliki persepsi yang baik terhadap IPE
Interprofessional Education (IPE)
(84,9%) dan kesiapan yang baik terhadap
merupakan salah satu upaya yang dapat
IPE (94,5%).
dilakukan untuk mempersiapkan
kemampuan berkolaborasi yang dapat Mentoring kolaborasi merupakan
diberikan sejak dini dalam tatanan wujud pelaksanaan konkrit dari IPE di
pendidikan. IPE adalah keadaan dimana dua tatanan klinik. Mentoring kolaborasi ini
atau lebih profesi belajar dari, dengan, dan merupakan sebuah gaya pembelajaran
tentang satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi yang dapat menjadi sebuah
kemampuan berkolaborasi dan kualitas sarana efektif untuk meningkatkan
pelayanan. IPE dapat diterapkan baik di pencapaian mahasiswa (Barkley & Cross,
tatanan pendidikan maupun tempat praktik 2005)
pekerjaan (Thistlethwaite, 2012). Di area klinik pembelajaran lebih
kompleks. Hal ini ditunjukkan dengan
Dengan dilaksanakannya IPE,
belum optimalnya peran pembimbing
siswa lebih siap dalam praktek klinis dan
akademik dan belum adanya kebijakan atau
memahami peran masing-masing disiplin
kurikulum baik dari rumah sakit maupun
dalam memenuhi penyediaan layanan
universitas yang dapat mendukung
pasien. Kualitas pelayanan meningkat
terlaksananya IPE. Saat mahasiswa berada
melalui kerjasama tim dimana di
di lingkungan klinik untuk menjalani
dalamnya terdapat proses belajar dengan dan
program ners, mahasiswa benar-benar
atau dari satu sama lain. IPE juga dapat
akan dihadapkan pada situasi dimana
menurunkan biaya pengeluaran pasien
kolaborasi antar profesi sangat diperlukan
(Smith et al., 2009).
dalam pemecahan masalah kesehatan klien
karena mahasiswa akan belajar

18
tentang kasus yang dialami oleh pasien di analisis korelatif dengan pendekatan cross
klinik. Di area klinik, selain mahasiswa dan sectional. Penelitian dilakukan pada bulan
dosen pengajar unsur yang sangat penting November 2012 sampai Januari 2013 di
dalam pemberian pendidikan kepada RSUD Banyumas.
mahaiswa adalah seorang instruktur klinik
atau clinical instructor (CI). CI adalah Pada penelitian ini yang menjadi
seorang yang diangkat dan diberikan tugas populasi adalah seluruh CI keperawatan
oleh institusi pelayanan atau pendidikan yang ada di RSUD Banyumas sebanyak
kesehatan untuk memberikan bimbingan 175 orang. Pengambilan sampel
kepada mahasiswa yang sedang mengikuti menggunakan teknik total sampling, yaitu
kegiatan pembelajaran praktek klinik di teknik pengambilan sampel dengan
rumah sakit (Martani, 2011). CI akan mengambil seluruh anggota populasi
menjadi pembimbing, role model, pemberi sebagai responden atau sampel (Sugiyono,
feed back, penilai, observer, dan fasilitator 2006). Jumlah sampel dalam penelitian ini
bagi proses belajar mahasiswa di klinik. adalah 175 orang CI di RSUD Banyumas.
Sampel yang diteliti adalah seluruh CI
Hasil studi pendahuluan keperawatan yang bekerja di RSUD
menunjukkan bahwa CI masih belum terlalu Banyumas.
mengerti dan terpapar dengan isu IPE.
Pelaksanaan mentoring kolaborasi sudah Instrumen yang digunakan untuk
dilaksanakan tetapi masih secara tersirat menilai persepsi CI terhadap IPE adalah
dan belum terstruktur. Pelaksanaan Interdiciplinary Education Perception
mentoring kolaborasi dilakukan oleh CI Scale (IEPS) oleh Luecht yang
kepada mahasiswa praktik sebatas tentang dimodifikasi oleh (Fauziah, 2010).
kolaborasi dalam memberikan terapi pada Sedangkan instrumen yang digunakan
pasien. Pelaksanaan selama ini berupa untuk menilai tentang pelaksanaan
pemberian motivasi kepada mahasiswa mentoring kolaborasi adalah Clinical
untuk berdiskusi dengan mahasiswa dari Instructor Behavior Instrument (CIBI)
bidang studi lain. dalam Lauber, Toth, and Leary (2003) yang
dimodifikasi dengan penambahan item
Berdasarkan latar belakang kolaborasi.
bahwa belum optimalnya pelaksanaan dan
persepsi IPE di klinik, serta belum Data diperoleh dengan
dilakukannya penelitian tentang hal memberikan kuesioner kepada
tersebut, maka peneliti tertarik untuk responden. Pembagian kuesioner
meneliti hubungan antara persepsi dilakukan oleh peneliti kepada CI di
Interprofessional Education (IPE) dengan beberapa ruang rawat inap, ruang bidang
pelaksanaan mentoring kolaborasi oleh IRNA, dan bidang Diklat karena para CI
Clinical Instructor (CI) di RSUD tersebar tidak hanya di ruang keperawatan
Banyumas. saja. Sebelum pelaksanaan, peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian
METODE kepada responden serta menyampaikan
Jenis penelitian ini adalah penelitian tentang kerahasiaan atas jawaban yang
kuantitatif dengan rancangan desain diberikan dalam kuesioner dan penelitian
tidak berdampak negatif bagi responden.
Seluruh responden diberikan kesmpatan
menandatangani

19
informed consent setelah diberikan kolaborasi yang dilakukan oleh CI di
penjelasan. RSUD Banyumas mencapai skor rerata
Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis Tabel 1. Karakteristik CI RSUD (N= 126)
univariat dan analisis bivariat. Analisis
univariat dilakukan untuk Karakteristik n (%)
Jenis Kelamin
mendeskripsikan variabel dengan cara Laki-laki 55 (43,7)
membuat tabel distribusi frekuensi dan Perempuan 82 (56,3)
persentase meliputi jenis kelamin, tingkat Pendidikan Terakhir
pendidikan, dan lama bekerja sebagai CI. D-3 71 (65,1)
Untuk mengetahui persepi CI terhadap IPE S-1 44 (34,9)
dan persepsi CI terhadap mentoring Lama Bekerja sebagai CI
kolaborasi, analisis yang digunakan adalah < 3 tahun 29 (23,0)
dengan rerata atau standar deviasi apabila ≥ 3 tahun 97 (77,0)
data terdistribusi normal.
Uji korelatif yang digunakan
untuk mengetahui hubungan antara Tabel 2 Rerata Skor Persepsi IPE secara
persepsi CI terhadap IPE dengan Komposit dan per Komponen (N= 126)
pelaksanaan mentoring kolaborasi adalah
uji R pearson Untuk uji hubungan
persepsi CI terhadap IPE dengan Komponen Mean (SD)
pelaksanaan mentoring kolaborasi yang Persepsi CI terhadap 83,63 (5,93)
dikontrol oleh faktor internal persepsi IPE (komposit)
menggunakan uji parsial korelasi. Kompetensi dan 85,37 (6,09)
otonomi
HASIL
Persepsi kebutuhan 82,36 (8,51)
Karakteristik responden dapat dilihat untuk bekerja sama
secara rinci pada tabel 1. Tabel 1 Bukti Bekerja sama 86,33 (6,57)
menunjukkan bahwa responden lebih Pemahaman terhadap 76,48 (1,07)
banyak perempuan (56,3%). Sebagian besar profesi lain
CI mempunyai tingkat pendidikan D-3
keperawatan (65,1%). Mayoritas
responden sudah menjadi CI (Clinical Tabel 3 Intensitas Mentoring Kolaborasi
Instructor) lebih dari atau sama dengan 3 Secara Komposit dan per Komponen
tahun (77,0%). (N=126).
Tabel 2 menunjukkan bahwa skor
rerata persepsi CI terhadap IPE di RSUD Komponen Mean (SD)
Banyumas sebesar 83,63. Skor paling tinggi Pelaksanaan mentoring 81,83 (9,36)
didapatkan pada komponen bukti bekerja kolaborasi (komposit)
sama mencapai 86,33. Sementara itu, nilai
terendah terdapat pada komponen
pemahaman terhadap profesi lain dengan
rerata 76,48.
Tabel 3 menunjukkan bahwa
intensitas pelaksanaan mentoring
Instruksional 79,20 (1,15)
Interpersonal 81,44 (1,05)
20
Evaluasi 82,14 (1,20)
Profesional 82,04 (1,09)
Personal 88,29 (1,23)

21
Persepsi terhadap IPE Mentoring Kolaborasi
p 0,000
r 0,313

Jenis Kelamin
Tingkat Pendidikan
Lama Bekerja sebagai CI

Diagram 1 Hubungan Persepsi terhadap IPE dengan Pelaksanaan Mentoring Kolaborasi

81,83. Komponen instruksional menggunakan uji parsial korelasi.


merupakan komponen yang memiliki skor Hubungan antara persepsi terhadap IPE dan
terkecil dengan rerata 79,20. Komponen mentoring kolaborasi dikontrol dengan
yang memiliki nilai terbesar adalah jenis kelamin. Hasil menunjukan bahwa
komponen personal dengan rerata 88,29. nilai koefisien korelasi meningkat dari p
Data mengenai hubungan 0,000 dengan r 0,313 menjadi p 0,000
persepsi IPE dengan pelaksanaan dengan r 0,314 . Hasil analisa juga
mentoring kolaborasi oleh CI di RSUD menunjukan bahwa koefisien korelasi
Banyumas dapat dilihat pada Diagram 1. mengalami penurunan setelah dikontrol
Diagram 1 menjelaskan bahwa ada variabel tingkat pendidikan dari p 0,000
hubungan antara persepsi terhadap IPE dengan r 0,313 menjadi p 0,001 dengan r
dengan pelaksanaan mentoring 0,297. Nilai koefisien korelasi meningkat
kolaborasi, tanpa dilakukan kontrol setelah dikontrol oleh variabel lama
terhadap variabel jenis kelamin, tingkat bekerja sebagai CI dari p 0,000 dengan r 0,313
pendidikan, dan lama bekerja sebagai CI. menjadi p 0,000 dengan r 0,341
Hasil analisa menunjukkan p 0,000 DISKUSI
dengan r sebesar 0,313, yang berarti bahwa
ada hubungan yang bermakna antara Berdasarkan karakteristik responden pada
persepsi IPE dengan pelaksanaan mentoring penelitian ini didapatkan hasil bahwa jenis
kolaborasi oleh CI di RSUD Banyumas. kelamin perempuan memiliki rata-rata
Hubungan bersifat positif dengan kekuatan tertinggi. Menurut Dauglas (dalam Martani,
korelasi yang lemah. 2011), minat perempuan terhadap dunia
keperawatanpun lebih besar dibandingkan
Peneliti melakukan analisa laki-laki, selain itu profesi keperawatan
lanjutan mengenai hubungan persepsi diidentikkan dengan seorang perempuan.
terhadap IPE dengan pelaksanaan
mentoring kolaborasi dengan mengontrol Pada karakteristik tingkat
salah satu variabel karakteristik pendidikan, lebih banyak CI yang memiliki
responden (jenis kelamin, tingkat pendidikan terakhir D3 keperawatan.
pendidikan dan lama bekerja) dengan

22
Penelitian Mulyono (2010) yang dilakukan di profesi yang sama kedudukannya dengan
RSI Fatimah Cilacap juga menunjukkan hal profesi lain. Kesalahan pandangan dan
yang sama bahwa lebih banyak perawat ketakutan akan hilangnya identitas
yang berpendidikan terakhir D3. Pihak profesional merupakan penyebab dari
rumah sakit cenderung menggunakan kurangnya pemahaman terhadap profesi lain
tenaga D3 keperawatan karena dapat yang sekaligus menjadi penghambat
menekan biaya rumah sakit dan rumah sakit pelaksanaan IPE (Hansen, 2012).
juga lebih mengutamakan pendidikan
lanjut untuk perawat lama serta tidak Komponen persepsi yang
melakukan rekruitmen perawat S1. memiliki rerata tertinggi adalah komponen
bukti bekerja sama. Hasil ini mendukung hasil
Dalam penelitian ini, responden penelitian sebelumnya bahwa dosen perawat
yang bekerja sebagai CI lebih dari atau juga yakin bahwa perawat memiliki
sama dengan 3 tahun lebih banyak. kompetensi dan mampu berkolaborasi
Penelitian Wibowo (2013) yang dilakukan di dengan profesi lain (Yuniawan, A.,
Sumah Sakit Tentara Wijayakusuma Mulyono, W., & Setiowati, D, 2015).
Purwokerto juga menemukan hasil yang
sama bahwa lebih banyak perawat yang Skor intensitas pelaksanaan
lama kerjanya lebih dari 5 tahun atau lebih mentoring kolaborasi oleh CI di RSUD
lama masa kerjanya. Siagian (2008) Banyumas adalah 81,83%. Penelitian ini
menyampaikan bahwa semakin lama orang menunjukkan CI sering mendukung adanya
bekerja dalam suatu organisasi, maka proses berkolaborasi antara mahasiswa
produktifitasnya akan bertambah. bimbingannya dengan mahasiswa profesi
lain. CI juga menstimulasi keterampilan
Rerata skor persepsi CI terhadap IPE berpikir kritis mahasiswa dan selalu
di RSUD Banyumas adalah 83,63%. Peneliti mengaplikasikan teori saat melakukan
berasumsi bahwa nilai persepsi CI terhadap bimbingan di klinik. Seislove (2011)
IPE yang mencapai skor tersebut menyatakan bahwa tujuan bimbingan yang
dikarenakan latar belakang rumah sakit itu dilakukan oleh seorang mentor (CI)
sendiri. RSUD Banyumas merupakan rumah adalah untuk meningkatkan kemampuan
sakit pendidikan tipe B, sehingga lebih sering berpikir kritis siswa dalam menentukan
terpapar dengan mahasiswa praktik dan keputusan, kreatifitas, dan memberikan rasa
kegiatan kolaborasi. Dari keempat nyaman pada siswa didikannya. Dalam
komponen persepsi, komponen yang memiliki penelitian yang dilakukan Mueller and
rerata paling rendah adalah komponen Boesch (2010), siswa bimbingan setuju
pemahaman terhadap profesi lain. Hal yang bahwa mentoring kolaborasi dalam
sama juga terjadi pada perawat yang kelompok kecil dapat memberikan
menjadi dosen, seperti yang dilaporkan informasi lebih luas daripada apa yang
dalam penelitian Yuniawan (2013) yang telah siswa pelajari sebelumnya saat kuliah
menunjukkan bahwa komponen di kelas.
pemahaman terhadap profesi lain memiliki
persentase paling rendah. Kuesioner pelaksanaan
mentoring kolaborasi dibagi menjadi 4
Perawat yang bekerja di RSUD komponen. Komponen yg memiliki nilai
Banyumas ingin menunjukkan bahwa rata-rata paling rendah adalah komponen
profesinya sebagai perawat merupakan instruksional, sedangkan komponen yang
memiliki rata-rata tertinggi adalah

23
komponen personal. Hasil ini bertolak hubungan kerjasama interprofesi.
belakang dengan hasil penelitian yang Persepsi bahwa perawat mampu
dilakukan Lauber et al. (2003) dimana bekerjasama dengan profesi lain, akan
komponen personal menjadi komponen mendorong CI mendemonstrasikan bentuk
dengan rata-rata terendah dan komponen kerjasama tersebut melalui kolaborasi.
profesional merupakan komponen dengan CI menunjukkan
rata-rata tertinggi. Penelitian tersebut ketrampilannya dalam melakukan
menjelaskan bahwa perilaku profesional kolaborasi dengan profesi yang lain.
merupakan hal yang terpenting
dibandingkan dengan komponen lain. Bukti bekerjasama merupakan
Perilaku professional yang ditunjukkan komponen yang memiliki nilai tertinggi
oleh CI penting mengingat tugas CI adalah dalam IPE, itulah mengapa CI melakukan
sebagai role model, sehingga diharapkan mentoring kolaborasi. CI merasa bahwa
siswa bisa mengikutinya. dalam pekerjaannya mereka selalu
berkolaborasi, dan CI memberikan contoh
Rendahnya skor komponen kepada siswa bimbingan dalam perannya
instruksional bisa disebabkan karena belum sebagai role model. Hal ini didukung oleh
adanya aturan baku atau standar penelitian Levesque and O'neill (2005)
operasional berkaitan dengan yang menyatakan bahwa persepsi,
pelaksanaan program mentoring kepercayaan, dan pengalaman masa lalu
kolaborasi tersebut. mentor (CI) secara langsung berpengaruh
Peraturan akademik merupakan terhadap perilakunya dalam melakukan
salah satu faktor penghambat pelaksanaan kegiatan mentoring.
IPE (American College of Clinical Pelaksanaan IPE di tatanan klinik
Pharmacy, 2009). Sebagai wujud nyata dari tidak hanya dinilai dari persepsi CI
pelaksanaan IPE, peraturan yang berkaitan terhadap IPE, namun juga ada faktor-
dengan mentoring kolaborasi memang faktor lain yang perlu diperhatikan.
belum ada sampai saat ini. Sehingga dalam Diperlukan suatu aturan atau standar
pelaksanaan instruksionalnya, CI tidak operasional dari pelaksanaan IPE yang
bisa sepenuhnya melakukan mentoring dalam hal ini diwujudkan melalui kegiatan
dikarenakan belum adanya peraturan yang mentoring kolaborasi. Hal yang perlu
baku. dipersiapkan dalam penerapan IPE adalah
Berdasarkan hasil analisis data penyamaan persepsi tentang IPE. Fasilitas,
penelitian (Diagram 4.1) menunjukkan pengajar, dan standar kurikulum juga
bahwa persepsi IPE memiliki hubungan diperlukan untuk penyelenggaraan IPE.
dengan pelaksanaan mentoring kolaborasi. Hubungan persepsi terhadap IPE
Hal tersebut ditunjukkan oleh p 0,000 dan r dengan pelaksanaan mentoring kolaborasi
0,313 yang berarti bahwa hubungannya dikontrol dengan jenis kelamin, diperoleh
lemah. Persepsi yang baik akan mempengarhui hubungan bermakna dan korelasinya naik
perilaku seseorang. Jika mempersepsikan dari r 0,313 menjadi r 0,314 dengan p
IPE itu sebagai bentuk kegiatan yang 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa jenis
bermanfaat, maka CI akan melakukan kelamin berkontribusi terhadap hubungan
kegiatan mentoring kolaborasi. Kolaborasi persepsi IPE dengan pelaksanaan
merupakan bentuk mentoring kolaborasi. Persepsi wanita

24
terhadap IPE cenderung mengurangi Responden dengan pendidikan S-1
korelasi, hal tersebut yang membuat Keperawatan lebih sering melakukan
hubungan jenis kelamin dengan persepsi IPE mentoring kolaborasi dibandingkan dengan
cenderung negatif, ditunjukkan dengan r - responden yang tingkat pendidikannya D-
0,046. 3. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pemahaman dan penerimaan hal baru.
bahwa responden perempuan lebih sering Seperti yang disampaikan Grossman (1999)
melakukan mentoring kolaborasi bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan,
dibandingkan responden laki-laki. semakin mudah mereka menerima serta
Penelitian menunjukkan bahwa presentase mengembangkan pengetahuan dan teknologi
nilai perempuan lebih tinggi dalam sehingga produktifitas kerjapun meningkat.
pelaksanaan mentoring kolaborasi daripada Berdasarkan hasil analisa data
laki-laki. Hal ini didukung oleh penelitian menunjukkan bahwa hubungan persepsi IPE
Levesque and O'neill (2005) yang dengan pelaksanaan mentoring kolaborasi
menyebutkan bahwa ada sedikit perbedaan yang dikontrol oleh variabel lama bekerja
antara laki-laki dan perempuan berkaitan sebagai CI masih bermakna dan mengalami
dengan perilaku mentoring dimana kenaikan yang ditunjukkan oleh p 0,000
perempuan memiliki persepsi dan dengan r 0,341. Hal ini menunjukkan bahwa
penerimaan lebih baik terhadap kegiatan lama bekerja sebagai CI mempengaruhi
mentoring. hubungan persepsi IPE dengan
Setelah dikontrol oleh variabel pelaksanaan mentoring kolaborasi.
tingkat pendidikan, hubungan persepsi IPE Lama bekerja sebagai CI tidak
dengan pelaksanaan mentoring kolaborasi berhubungan dengan persepsi IPE
masih bermakna namun korelasinya ditunjukkan oleh p 0,110 dengan r -0,143.
melemah dari p 0,000 dengan r 0,313 Artinya lama bekerja tidak mempengaruhi
menjadi p 0,001 dengan r 0,297. Hal ini persepsi seseorang terhadap IPE dan
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan cenderung menurunkan. Responden dengan
berpengaruh positif terhadap hubungan lama bekerja sebagai CI lebih dari atau sama
persepsi IPE dengan pelaksanaan mentoring dengan 3 tahun memiliki rerata pelaksanaan
kolaborasi. mentoring kolaborasi lebih besar
Tingkat pendidikan berhubungan dibandingkan responden yang lama bekerja
dengan mentoring kolaborasi, ditunjukkan sebagai CI kurang dari 3 tahun.
oleh p 0,005 dengan r 0,249. Hal ini Masa kerja yang belum cukup
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan lama dapat menimbulkan hal-hal yang
berasosiasi dengan pelaksanaan kurang baik dalam pekerjaan karena
mentoring kolaborasi. Namun tingkat perawat belum sepenuhnya mengenal dan
pendidikan tidak berhubungan dengan menghayati profesinya, namun masa kerja
persepsi IPE ditunjukkan oleh p 0,233 yang terlalu lama juga dapat menimbulkan
dengan r 0,107. Artinya, peningkatan skor kebosanan dan kejenuhan.
pelaksanaan mentoring kolaborasi
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Penelitian ini memiliki beberapa
Semakin tinggi tingkat pendidikan, akan keterbatasan seperti pengisian kuesioner
semakin tinggi pula skor pelaksanaan
mentoring kolaborasi.

25
oleh responden yang tidak dapat diisi mentoring kolaborasi. Rumah sakit perlu
langsung karena kondisi dan situasi yang tidak membuat aturan tertulis atau SOP
memungkinkan, sehingga beberapa kuesioner berkaitan dengan pelaksanaan mentoring
harus ditinggal. Timbulnya bias saat pengisian kolaborasi yang sebenarnya sudah ada dan
kuesioner sangat mungkin karena responden dilakukan oleh CI. Bagi institusi
tidak ditunggu saat mengisi kuesioner. pendidikan, diharapkan untuk memulai
Peneliti melakukan kontrak waktu untuk kegiatan yang terintegrasi dalam proses
pengambilan kuesioner yang sudah pendidikan seperti yang dilakukan dengan
diberikan pada responden. Hingga kontrak mahasiswa kesehatan jurusan lain. Untuk
waktu yang ditetapkan, sebagian responden penelitian selanjutnya, variabel tingkat
masih belum mengisi kuesioner. Karena pendidikan perlu dikontrol karena dalam
keterbatasan dan kesibukan peneliti, penelitian ini variabel tingkat pendidikan
responden yang tidak mengisi kuesioner adalah variabel yang paling berpengaruh
hingga kontrak waktu ketiga dianggap tidak terhadap pelaksanaan mentoring kolaborasi.
bersedia mengikuti penelitian.
Surat Keputusan direktur rumah KEPUSTAKAAN
sakit tentang CI yang dipakai peneliti untuk American College of Clinical Pharmacy.
memperoleh responden tidak sesuai dengan (2009). Interprofessional education:
kondisi lapangan dan kurang disosialisasikan principle and application, a framework
kepada perawat, sehingga banyak CI yang for clinical pharmacy.
sudah berpindah ruangan atau merasa Pharmacotherapy, 29(3), 145-164.
bahwa dirinya bukan CI. Hal ini membuat Barkley, E. E., & Cross, K. P. (2005).
jumlah responden berkurang. Beberapa CI Collaborative learning techniques. San
tidak bersedia mengisi kuesioner dengan Francisco: Jossey-Bass.
alasan tidak pernah membimbing Fauziah, F. A. (2010). Analisis gambaran
mahasiswa praktik di ruangannya. persepsi dan kesiapan mahasiswa profesi
Fakultas Kedokteran UGM terhadap
KESIMPULAN
Interprofessional Education di tatanan
Berdasarkan hasil penelitian dan klinik. Skripsi. Program Studi Ilmu
pembahasan dapat diambil kesimpulan Keperawatan Fakultas Kedokteran
bahwa pelaksanaan mentoring kolaborasi Universitas Gadjah Mada.
interprofesi berkaitan dengan persepsi Grossman. (1999). The human capital
instruktur klinik sendiri terhadap model of the demand for health.
pendidikan interprofesi. Semakin positif Cambridge: National Bureau of
persespi CI semakin baik implementasi Economic Research.
mentoringnya, meskipun banyak faktor lain Hansen, D. (2012). Interprofessional education:
yang mempengaruhinya. Tingkat We are all in this together. South Dakota
pendidikan CI merupakan satu variabel State Medical Association.
yang paling memberikan kontribusi positif. Lauber, C. A., Toth, P. E., & Leary, P. A.
Institusi rumah sakit atau klinik (2003). Program director's and clinical
disarankan untuk mulai menerapkan model instructors' perception of important
pembelajaran berbasis IPE di tatanan clinical-instructor behavior
rumah sakit dengan cara

26
categories in the delivery of athletic S. J. (2009). Interprofessional education
training clinical instruction. Journal of supplement: Interprofessional education
Athletic Training, 38(4), 336-340. in six US Colleges of Pharmacy.
Levesque, L. L., & O'neill, R. M. (2005). American Journal of Pharmaceutical
Sex differences in the perceived Education, 73.
importance of mentoring functions. Sugiyono. (2006). Statistik untuk penelitian.
Career Development International, 10(6), Bandung: Alfabeta.
429-443. Thistlethwaite, J. (2012).
Martani, R. W. (2011). Hubungan Pelatihan Interprofessional education: a review of
CI Dengan Lingkungan Belajar Klinik context, learning and the research
Di RSUD Dr. R. Goeteng agenda. Centre for Medical Education
Taroenadibrata Purbalingga. Skripsi. Research and Scholarship, School of
Jurusan Keperawatan Fakultas Medicine, University of Queensland,
Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Brisbane, Queensland, Australia.
Universitas Jenderal Soedirman. Wibowo, P. A. (2013). Hubungan
Mueller, M. S., & Boesch, R. (2010). pelaksanaan supervisi kepala ruang
Mentoring in the clinical setting to dengan kinerja perawat dalam
improve student decision-making pendokumentasian asuhan keperawatan
competence. Contemporary Issues in di Rumah Sakit Tentara Wijayakusuma
Education Research, 3(9), 1-5. Purwokerto. Skripsi Jurusan Keperawatan
Mulyono, W. A. (2011). penerapan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu
spiritualitas di tempat kerja di RSIF dan Kesehatan Universitas Jenderal
hubungannya dengan kepuasan kerja Soedirman.
perawat. Jurnal Keperawatan Soedirman, Yuniawan, A. E. (2013). Analisis persepsi
6(2), 94-102. Diambil dari dan kesiapan dosen FKIK Unsoed
http://jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php terhadap IPE. Skripsi Jurusan
/jks/article/view/333 Keperawatan Fakultas Kedokteran dan
Seislove, E. B. (2011). Mentoring: A Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas
meaningful collaboration between two Jenderal Soedirman.
people. Journal of Trauma Nursing, Yuniawan, A., Mulyono, W., & Setiowati,
18(3), 139-140. D. (2015). Persepsi dan kesiapan dosen
Siagian, S. P. (2008). Manajemen sumber terhadap pembelajaran interprofesional.
daya manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Jurnal Keperawatan Soedirman, 10(2),
Sitorus, R. (2006). Model praktik keperawatan 121-129. Diambil dari
professional di rumah sakit. Jakarta: http://jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php
EGC. /jks/article/view/595
Smith, K. M., Scott, D. R., Barner, J. C.,
DeHart, R. M., Scott, J. D., & Martin,

27
Manfaat IPE

Dari pendapat kelompok kami tentang IPE, kami berpendapat bahwa melalui
Interprofesional education (IPE) dapat menumbuhkan kemampuan antarprofesi,
dapat merancang hasil dalam pembelajaran yang memberikan kemampuan
berkolaborasi, meningkatkan praktik pada masing-masing profesi dengan
mengaktifkan setiap profesi untuk meningkatkan praktik agar dapat saling
melengkapi, membentuk suatu aksi secara bersama untuk meningkatkan
pelayanan dan memicu perubahan; menerapkan analisis kritis untuk berlatih
kolaboratif, meningkatkan hasil untuk individu, keluarga, dan masyarakat;
menanggapi sepenuhnya untuk kebutuhan mereka, mahasiswa dapat berbagi
pengalaman dan berkontribusi untuk kemajuan dan saling pengertian dalam
belajar antarprofesi dalam menanggapi pertanyaan, di konferensi dan melalui
literatur profesional dan antarprofesi. IPE ini memberikan manfaat antara lain
meningkatkan praktik yang dapat meningkatkan pelayanan dan membuat hasil
yang positif dalam melayani pasien; meningkatkan pemahaman tentang
pengetahuan dan keterampilan yang memerlukan kerja secara kolaborasi;
membuat lebih baik dan nyaman terhadap pengalaman dalam belajar bagi peserta
didik; secara fleksibel dapat diterapkan dalam berbagai setting. Hal tersebut juga
dijelaskan oleh WHO (2010) tentang salah satu manfaat dari pelaksanaan praktek
IPE dan kolaboratif yaitu strategi ini dapat mengubah cara berinteraksi petugas
kesehatan dengan profesi lain dalam memberikan perawatan.

28

You might also like