You are on page 1of 8

Jurnal Hadratul Madaniyah, Volume 7 Issue I, Juni 2020.

Page 26 - 33 p-ISSN:2407-3865, e-ISSN:2655-1993

Penerapan Teori Keadilan dalam Putusan Harta Bersama


(Analisis Perkara Nomor 0346/Pdt.G/2017/PA.Ktb)

Muhammad Nafi1*
Citra Mutiara Solehah2

*1Universitas Terbuka UPBJJ Banjarmasin


2
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
nawafi82@gmail.com

Abstract
Justice in the decision of a case is the main objective of the trial process carried out. The theories of justice written by experts must
have been understood by the judge. In the case of a joint property suit, it is necessary to apply the methods of justice by the judge in deciding the
case. Although the regulations governing shared assets are divided into half each, in reality, there are proven legal facts in the trial to conduct
contra legem. However, in the decision of the Kotabaru Religious Court Number 0346/Pdt.G/2017/PA.Ktb, although it was evident that the joint
property, which was one of the sources of income from the Plaintiff and Defendant in his life, was entirely controlled by the Defendant since the
separation from the Plaintiff. The Plaintiff even had to pay more for his livelihood because he had to live and earn a living outside the joint
property. The Panel of Judges decided that the joint property was divided in half each to the Plaintiff and Defendant. This has become a problem
in the application of the theory of justice that takes into account the Plaintiff's contributions and losses in the joint venture. This study aims to
describe how the legal considerations of the judges, and their relationship with the theory of justice used by the Panel of Judges.

Keywords: Theories of Justice, Contra Legem, Joint Property

Abstrak
Keadilan dalam putusan sebuah perkara adalah menjadi tujuan utama dari proses persidangan yang dilakukan. Teori-teori
keadilan yang ditulis oleh para ahli tentu telah difahami oleh hakim. Pada perkara gugatan harta bersama diperlukan penerapan teori-
teori keadilan tersebut oleh hakim dalam memutus perkara. Meskipun regulasi mengatur harta bersama dibagi masing-masing separo,
namun pada kenyataan ada fakta persidangan yang terbukti dipersidangan untuk melakukan contra legem. Namun demikian dalam
putusan Pengadilan Agama Kotabaru Nomor 0346/Pdt.G/2017/PA.Ktb, meskipun terbukti bahwa harta bersama yang menjadi salah satu
sumber penghasilan dari Penggugat dan Tergugat dalam kehidupannya, dikuasai oleh Tergugat secara penuh sejak perpisahan dengan
Penggugat. Bahkan Penggugat harus mengeluarkan biaya penghidupan yang lebih besar karena harus tinggal dan mencari penghasilan di
luar harta bersama tersebut. Majelis Hakim memutuskan bahwa harta bersama tersebut dibagi masing-masing separo kepada Penggugat
dan Tergugat. Hal tersebut menjadi problematika dalam penerapan teori keadilan yang memperhatikan kontribusi dan kerugian
Penggugat dalam kongsi harta bersama tersebut. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pertimbangan hukum majelis hakim dan
hubungannya dengan teori keadilan yang digunakan oleh Majelis Hakim.

Kata Kunci: Teori Keadilan, Contra Legem, Harta Bersama

PENDAHULUAN harus dipertimbangkan oleh hakim untuk melakukan


Gugatan tentang harta bersama muncul ketika contra legem. Meskipun keadilan adalah hal yang abstrak,
terjadi permasalahan dalam perkawinan. Pada lazimnya namun harus dirasakan oleh pencari keadilan. (Gunawan,
sebelum pernikahan, jarang sekali pasangan suami istri 2019) menyarankan bahwa hakim yang menyelesaikan
memperjanjikan pemisahan harta bersama, karena sengketa gugatan harta bersama tidak hanya
mayoritas pernikahan didasari dari niat untuk memulai memperhatikan aturan tertulis, namun sebaiknya
hidup bersama dari titik nol. Namun tidak sedikit juga memiliki nilai hukum yang ada di masyarakat, sehingga
yang memperjanjikan pemisahan harta bersama sebelum rasa adil dapat dirasakan oleh masyarakat. (Khosyi'ah,
pernikahan, karena pertimbangan yang bersifat teoretis 2017) memberikan penilaian bahwa pembagian harta
yuridis, maupun karena pertimbangan sosiologis bersama di Indonesia telah diatur dalam Kompilasi
ekonomis. Hukum Islam dalam pasal 96 dan 97 membuktikan
Penulis menemukan keluhan dari pihak yang bahwa hukum Islam fleksibel. Khosyi’ah beralasan bahwa
berperkara bahwa mereka kecewa dengan putusan pasal-pasal tersebut bersifat mengatur (regelen) bukan
pembagian harta bersama yang diputuskan oleh memaksa (dwigen), sehingga berimplikasi bahwa putusan
Pengadilan. Alasan mereka beragam, setidaknya mereka hakim tidak mutlak dibagi sama rata antara suami istri,
menginginkan pembagian tersebut berdasarkan dan secara kasuistik kententuan dalam pasal tersebut
kontribusi mereka terhadap perolehan harta bersama. dalam dikesampingkan.
(Kurniawan, 2018, pp. Jilid 5, h. 160) menyebutkan Penulis menemukan putusan pada Pengadilan
bahwa bukti kontribusi dalam perolehan harta bersama Agama Kotabaru dengan Nomor

26
Muhammad Nafi dan Citra Mutiara Solehah.2020. Penerapan Teori Keadilan dalam Putusan Harta Bersama (Analisis Perkara
Nomor 0346/Pdt.G/2017/PA.Ktb)

0346/Pdt.G/2017/PA.Ktb, yang merupakan gugatan perabotan tersebut adalah dipakai bersama maka,
komulasi antara cerai gugat dan gugatan harta bersama. dihukumkan menjadi milik laki-laki. Namun penulis tidak
Dalam putusan tersebut telah terbukti dalam sependapat dengan pendapat Imam Abu Hanifah ini, dan
persidangan bahwa Tergugat menguasai harta bersama lebih cenderung memilih pendapat Imamiyah yang
selama perpisahan sebelum proses perceraian di berpendapat bahwa penggugat dan tergugat harus
Pengadilan Agama Kotabaru, dan Penggugat harus membuktikan perolehan harta perabotan tersebut.
menghidupi dirinya dan anaknya di luar dari hasil harta Apabila tidak bisa dipenuhi, maka harta tersebut dibagi
bersama tersebut, namun majelis hakim memutuskan dua.
bahwa harta bersama yang dibuktikan di persidangan Imam Syafii menetapkan bahwa suami istri yang
dibagi ½ untuk Penggugat dan ½ untuk Tergugat. terlibat sengketa perabotan harus diperintahkan untuk
Memang dalam perkara ini keadilan pembagian tidak bersumpah, maka apabila salah satu tidak mau
dibagi berdasarkan kontribusi Penggugat dan Tergugat bersumpah, maka harta tersebut adalah milik pihak yang
dalam harta bersama, namun penguasaan harta bersama mau bersumpah. Jika kedua-duanya bersumpah maka
oleh Tergugat selama beberapa bulan semasa perpisahan harta tersebut dibagi dua, baik harta tersebut biasa
mestinya dipertimbangkan oleh majelis hakim dalam dipakai oleh salah satu pihak, atau biasa dipakai
memutus perkara ini. bersama.(al-Shafii, 1403)
Sehingga menarik untuk dikaji pertimbangan Harta bersama didefinisikan sebagai aset yang
hukum majelis hakim Pengadilan Agama Kotabaru diperoleh oleh pasangan menikah selama pernikahan.
tersebut, untuk menjawab pertanyaan teori keadilan Kemudian harta bersama dikategorikan sebagai syirkah
yang diterapkan oleh majelis hakim dalam putusan muwafadah karena kemitraan suami-istri dalam aset
pembagian harta bersama dan bagaimana putusan- bersama tidak terbatas, semua aset yang dihasilkan
putusan serupa diputuskan pada pengadilan lainnya. selama pernikahan menjadi milik bersama, termasuk
warisan dan bantuan atau hadiah. Sementara harta
METODOLOGI PENELITIAN bersama yang disebut sebagai syirkah abdan lebih besar
Penelitian ini adalah penelitian normatif dengan dari suami saya dalam masyarakat Indonesia, keduanya
menggunakan pendekatan perundang-undangan (statue bekerja untuk kehidupan keluarga.
approach). Pendekatan ini bersfiat kualitatif, dikarenakan Para penyusun Kompilasi Hukum Islam
penulis menelaah regulasi yang berkaitan dengan harta melakukan pencarian terhadap jalan syirkah abdan
bersama untuk menganalisa putusan Nomor dengan hukum adat. Cara pendekatan ini tidak
0346/Pdt.G/2017/PA.Ktb. Metode penelitian yang bertentangan dengan kebolehan menjadikan ‘urf sebagai
penulis gunakan adalah metode penelitian deskriptif sumber hukum dan sejiwa dengan kaidah ‘al adatu al
analitif. muhakkamah.(Ramulyo, 1996, p. 33)
Pendapat tersebut memang bisa dibenarkan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN bahwasanya sebuah kebiasaan atau ‘urf bisa dijadikan
Dalam Alquran dan hadits serta kitab-kitab sebagai dasar pengambilan hukum Islam. Jadi, dalam
fiqih, khususnya kitab fiqih perkawinan yang disusun oleh buku-buku fiqh tidak membahas harta bersama secara
para ulama terdahulu, tidak ada yang membicarakan khusus, tetapi dalam Kompilasi Hukum Islam yang juga
harta bersama dalam rumah tangga. Permasalahan merupakan fiqh, Indonesia telah mengatur harta
mengenai harta bersama mulai muncul belakangan di bersama, harus menjadi referensi pengadilan agama
sebagian dunia Islam selepas penjajahan barat. Sedangkan untuk memutuskan sengketa gugatan harta bersama bagi
di sebagian dunia Islam lainnya hal ini tetap tidak dikenal mereka yang beragama Islam.
dan tidak berlaku. (Susanto, 2011, p. 129). Harta tersebut ada yang diperoleh sebelum
Syarkhasi menyatakan di dalam kitab fikih perkawinan dan sesudah dilangsungkannya perkawinan.
ditemukan pembahasan tentang mata’ al-bait (perabotan Mengenai harta kekayaan dalam perkawinan telah diatur
rumah tangga), yang dalam menjelaskan persoalan dalam hukum positif Indonesia yaitu Undang-Undang
tersebut, fukaha menjelaskan bahwa apabila terjadi Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Kitab
sengketa tentang kepemilikan perabotan tersebut, baik Undang-Undang Hukum Perdata dan Kompilasi Hukum
sengketa tersebut terjadi pada saat belum bercerai atau Islam. Namun dalam tulisan ini hanya akan membahas
telah bercerai, maka ada ketentuan-ketentuan yang pengaturan harta kekayaan dalam perkawinan
ditetapkan oleh para ulama mazhab. (Asy-Syarkhasi, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 1
1993). Imam Hanafi, menyebutkan bahwa untuk Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam.
memutuskan perabot siapa yang disengketakan tersebut, Namun ada potensi yang tercipta dari
maka harus dilakukan proses persidangan dengan perkawinan yaitu perceraian. Perceraian bukan saja
memperhatikan fungsi dari perabotan yang dikarenakan hukum agama dan perundang-undangan,
diperselisihkan tersebut, seperti perabotan yang biasa tetapi juga berakibat sejauh mana pengaruh budaya malu
dipakai oleh laki-laki, atau perabotan yang biasa dipakai dan kontrol dari masyarakat, pada masyarakat yang
oleh perempuan atau digunakan bersama. Apabila yang kekerabatannya sangat kuat, perceraian adalah kata sulit
diperebutkan adalah perabotan yang biasa digunakan yang dikeluarkan tetapi pada masyarakat yang memiliki
oleh laki-laki, maka hakim harus meminta suami untuk kelemahan sistem kekerabatannya maka akan mudah
bersumpah demikian sebaliknya, sedangkan apabila terjadi perceraian.

27
Jurnal Hadratul Madaniyah, Volume 7 Issue I, Juni 2020. Page 26 - 33 p-ISSN:2407-3865, e-ISSN:2655-1993

Berbeda halnya dengan Undang-Undang Nomor 1. Harta benda yang diperoleh selama perkawinan
1 Tahun 1974 yang mengatur tentang harta bersama menjadi harta bersama
secara singkat hanya dalam tiga pasal, pasal 35 sampai 2. Harta bawaan dari masing-masing suami dan istri
pasal 37, dalam Kompilasi Hukum Islam masalah harta dan harta benda yang diperoleh masing-masing
bersama diatur secara lebih lengkap mulai pasal 85 sebagai hadiah atau warisan, adalah di bawah
sampai pasal 97. penguasaan masing-masing sepanjang para pihak
Ketentuan mengenai harta kekayaan dalam tidak menentukan lain.
perkawinan yaitu Pasal 35 sampai dengan Pasal 37 Dari pengertian Pasal 35 di atas, dapat
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang dijelaskan tentang aset bersama yang diperoleh dari aset
Perkawinan dan Pasal 85 sampai dengan Pasal 97 yang diperoleh dalam ikatan pernikahan di luar warisan,
Kompilasi Hukum Islam, pada akhirnya menjelaskan hibah. Oleh karena itu, aset yang diperoleh oleh suami
tentang tanggung jawab masing-masing suami atau istri, atau istri dari kontrak pernikahan dipegang bersama
baik antara mereka sendiri ataupun terhadap pihak oleh suami dan istri. Aset yang diperoleh sebelum
ketiga. Dalam Pasal 89 dan 90 Kompilasi Hukum Islam kontrak pernikahan, yaitu, aset asli atau warisan, aset
djelaskan bahwa suami bertanggung jawab menjaga harta tersebut adalah milik masing-masing suami istri.
bersama, harta istri maupun hartanya sendiri. Istripun Pembagian harta bersama akibat perceraian
juga turut bertanggung jawab terhadap harta bersama menurut KUH Perdata dijelaskan dalam Pasal 128 KUH
ataupun harta suami yang ada padanya. Perdata yang berbunyi:
Perceraian akan membawa berbagai akibat “Setelah bubarnya persatuan, maka harta benda
hukum, salah satunya adalah berkaitan dengan harta kesatuan dibagi dua antara suami dan isteri, atau antara
bersama dalam perkawinan. Undang-Undang Nomor 1 para ahli waris mereka masing-masing, dengan tak
Tahun 1974 tentang Perkawinan mengatur tentang harta mempedulikan soal dari pihak yang manakah barang-
bersama antara lain: barang itu diperoleh”.
1. Pasal 35 ayat (1) menyatakan bahwa harta benda Pembagian harta bersama menurut Pasal 128
yang diperoleh sepanjang perkawinan menjadi harta KUH Perdata memberikan penegasan, bahwa harta
bersama, dan Pasal 35 ayat (2) menyatakan bahwa bersama yang dihasilkan selama perkawinan dibagi sama
harta bawaan dari masing-masing suami dan istri dan rata antara suami dan isteri, jika diantara keduanya
harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai terjadi perceraian. Pembagian tersebut tidak dipengaruhi
hadiah atau warisan adalah di bawah penguasaan oleh proses didapatnya harta bersama, baik diperoleh
masing-masing penerima, sepanjang para pihak tidak oleh suami maupun isteri.
menentukan lain. Proses pembagian harta bersama dalam KUH
2. Pasal 36 ayat (1) yang menyatakan bahwa mengenai Perdata, tanpa melihat siapa yang mengusahakan
harta bersama suami dan istri dapat bertindak atas perolehan harta bersama, didasarkan difinisi harta
persetujuan kedua belah pihak, dan Pasal 36 ayat (2) bersama dalam Pasal 119 KUH Perdata yang menganut
yang menyatakan bahwa mengenai harta bawaan percampuran harta secara mutlak setelah terjadinya
masing-masing, suami dan istri mempunyai hak perkawinan, senyampang hal tersebut tidak didahului
sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum dengan perjanjian perkawinan diantara suami dan isteri.
mengenai harta bersama. Jenis-jenis harta yang menjadi objek harta
3. Pasal 37 ayat (1) yang menyatakan bahwa bilamana bersama dalam KUH Perdata adalah:
perkawinan putus karena perceraian maka harta 1. Benda bergerak dan benda tidak bergerak, baik yang
bersama diatur menurut hukumnya masing-masing. sudah ada pada saat perkawinan maupun yang
Dalam penjelasan Pasal 37 ayat (1) ini ditegaskan diperoleh setelah perkawianan, serta harta yang
hukum masing-masing ini ialah hukum agama, didapatkan secara cuma-cuma dari harta waris dan
hukum adat dan hukum-hukum lainnya yang hibah selama pihak yang memberi tidak menentukan
bersangkutan dengan pembagian harta bersama lain;
tersebut. 2. Harta beban, yaitu hutang yang diperbuat suami dan
Harta bersama ada pada saat perkawinan isteri;
berlangsung sedangkan harta bawaan diperoleh sebelum 3. Harta aktiva dan pasiva sebelum maupun setelah
berlangsungnya perkawinan, namun kenyataannya dalam perkawinan. (Pasal 120, 121, dan 122 KUH Perdata)
keluarga-keluarga di Indonesia banyak yang tidak Tabel Perbedaan dan Persamaan Konsep Harta Bersama
mencatat tentang harta bersama yang dimilikinya. Pada antara UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
perkawinan yang masih baru pemisahan harta bawaan dan KUHPerdata
dan harta bersama itu masih jelas pembagiannya, akan
tetapi pada usia perkawinan yang sudah tua harta Regulasi Persamaan Perbedaan
bawaan maupun harta bersama itu sudah sulit untuk
KUHPerdata Mengakui 1. Tidak
dijelaskan secara terperinci satu persatu.
konsep harta mengakui
Hal ini diatur dalam Pasal 35 Undang-Undang
bersama adanya harta
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yaitu sebagai
dengan adanya bawaan antara
berikut:
perkawinan suami dan

28
Muhammad Nafi dan Citra Mutiara Solehah.2020. Penerapan Teori Keadilan dalam Putusan Harta Bersama (Analisis Perkara
Nomor 0346/Pdt.G/2017/PA.Ktb)

istri; mengejawantakan teori keadilan komulatif yang di


2. Harta yang kemukakan oleh Aristoteles, dalam hal ini kesamaan hak
diperjanjikan yang didapatkan oleh setiap orang haruslah sama.
tidak menjadi Melihat hal ini maka unsur keadilan komulatif
harta bersama; memang terpenuhi pada Pasal 128 KUH Perdata,
UU Nomor 1 1. Mengakui keadilan komulatif tersebut memberikan pengertian
Tahun 1974 harta bawaan memberikan hak kepada setiap orang jatah yang sama
antara suami banyaknya tanpa mengingat jasa masing-masing pihak
dan istri dalam mengusahakan atau mendapatkan harta selama
2. Hadiah, perkawinan. (Judiasih, 2015, p. 39)
warisan dan Namun demikian konsep Pasal 128 KUH
harta yang Perdata tersebut dikoreksi dengan ketentuan Pasal 132
diperjanjikan KUH Perdata yang menyatakan:
tidak menjadi “Setiap isteri berhak melepaskan haknya atas persatuan;
harta bersama; segala perjanjian bertentangan dengan ketentuan ini,
adalah batal; sekali melepasnya, tak bolehlah ia menuntut
Perceraian akan terjadi jika hakim telah barang suatu pun dari persatuan, melainkan barang-
membuat keputusan yang memiliki kekuatan hukum barang slimut-seprei-dan pakaian-pakaian pribadinya.
permanen. Hakim dan keputusan ibarat dua sisi mata Karena pelepasan itu, terbebaslah ia dari
uang yang tidak bisa dipisahkan. Kemampuan dan kewajibannya akan ikut membayar utang-utang
kualitas hakim untuk memutuskan kasus tercermin persatuan.”. pada masyarakat Madura jika suami
dalam keputusan mereka. Maka tidak mengherankan jika dianggap sebagai pihak yang menyebabkan perceraian
banyak pihak menyebut putusan itu sebagai mahkota maka harta bersama yang diberikan tidak lebih besar
hakim. Ada harapan besar bahwa para hakim akan dapat dari bagian isteri, begitupun pada masyarakat Banjar yang
menghasilkan keputusan yang adil, argumentatif, dan jelas-jelas dalam prinsipnya menghendaki pembagian
rasional. Secara filosofis, keputusan hakim adalah yang sesuai dengan proporsi pihak yang mencari.
keputusan yang memiliki pertimbangan yang sama Sehingga dalam hal ini berlaku prinsip keadilan distributif.
dengan pertimbangan Tuhan. Hakim perlu melakukan Keadilan distributif menghendaki nilai sebuah
interogasi filosofis apakah mandat yang dilakukan sebagai keadilan akan lahir dengan memberikan proporsi sesuai
penegak hukum dan keadilan telah benar-benar dijaga dengan perbuatan atau jasa yang diperbuat oleh seorang
dan dijalankan secara profesional, sehingga produk vonis yang menginginkan nilai keadilan tersebut ditegakkan dan
mampu memberikan keadilan sesuai dengan hukum yang direalisasikan. (Judiasih, 2015, p. 39)
hidup dan berkembang di masyarakat. (Yusuf, 2014, p. Perbandingan pembagian harta bersama akibat
74) perceraian menurut KUH Perdata dan hukum adat
Manurut Aristoteles konsep keadilan dapat mempunyai perbedaan dan persamaan pada masing-
digolongkan menjadi 3 bagian, pertama konsep keadilan masing proses pembagian yang ada. Persamaan
distributif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap pembagian harta bersama akibat perceraian dalam KUH
orang jatah sesuai dengan jasanya. Kedua konsep Perdata dan hukum adat adalah pada kedua sisi
keadilan komulatif, yaitu keadilan yang diberikan dengan peraturan hukum menginginkan adanya keadilan bagi
cara memberikan atau memabagi sama kepada setiap masing-masing pihak suami dan isteri.
orang tanpa mengingat jasa masing-masing. Konsep Keadilan yang diingini oleh KUH Perdata lebih
keadilan distributif menekankan pada unsur proporsional kepada keadilan yang memandang persamaan hak antara
sedangkan konsep keadilan komulatif menekankan pada pihak suami dan isteri, dengan pemerataan pembagian
unsur persamaan. (Judiasih, 2015, p. 39) jika terjadi perceraian. persamaan pembagian yang
Ketiga konsep keadilan korelatif, yaitu keadilan diinginkan tanpa melihat jasa atau usaha siapa yang
yang bertujuan untuk mengoreksi kejadian yang tidak menghasilkan harta yang dibagi tersebut, dalam hal inilah
adil, dalam hal ini keadilan dalam hubungan antara satu keadilan komulatif sebagai prinsip yang terkandung
orang dengan orang lain berupa keseimbangan antara dalam Pasal 128 KUH Perdata sebagai dasar aturan
yang yang diberikan dengan yang diterima. (Judiasih, pembagian harta bersama akibat perceraian dalam KUH
2015) Perdata.
Keadilan menurut John Rawls adalah kebajikan Pembagian harta gono-gini bagusnya dilakukan
utama dalam isntitusi sosial sebagaimana kebenaran secara adil, sehingga tidak menimbulkan ketidakadilan
dalam sistem pemikiran. Berkenaan dengan prinsip antara mana yang merupakan hak suami dan mana hak
keadilan John Rawls telah melahirkan keadilan fairness, isteri. Menurut Erna Wahyuningsih dan Putu Samawati
salah satu gagasan utama dari teori keadilan ini adalah menjelaskan bahwa cara mendapatkan harta bersama,
memandang berbagai pihak dalam situasi awal sebagai sebagai berikut:
rasional dan sama-sama netral. (Rawls, 2011, pp. 3,15). a. Pembagian harta bersama dapat diajukan
Lihat juga (Rawl, 1971). bersamaan dengan saat mengajukan gugat cerai
Pola pembagian harta bersama dalam KUH dengan menyebutkan harta bersama dan bukti-
Perdata yang membagi sama rata harta perkawinan, bukti bahwa harta tersebut diperoleh selama

29
Jurnal Hadratul Madaniyah, Volume 7 Issue I, Juni 2020. Page 26 - 33 p-ISSN:2407-3865, e-ISSN:2655-1993

perkawinan dalam “posita” (alasan mengajukan Majelis Hakim juga mempertimbangkan bahwa
gugatan). Permintaan pembagian harta oleh karena telah terbukti bahwa harta sebagaimana
disebutkan dalam petitum (gugatan). dalam posita gugatan Penggugat point 3 dan petitum
(Wahyuningsih & Samawati, 2006, p. 127) point 3 sebagai harta bersama antara Penggugat dengan
b. Pembagian harta bersama diajukan setelah Tergugat dan ternyata antara Penggugat dengan para
adanya putusan perceraian, artinya mengajukan Tergugat sampai saat ini belum membagi harta bersama
gugatan atas harta bersama. Bagi yang beragama tersebut, dan ternyata pula Penggugat dan Tergugat
Islam gugatan atas harta bersama diajukan ke beragama Islam, maka berdasarkan ketentuan Pasal 37
pengadilan agama di wilayah tempat tinggal Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, yang
isteri. Untuk non-Islam gugatan pembagian menegaskan bahwa apabila perkawinan putus karena
harta bersama diajukan ke pengadilan negeri perceraian, harta bersama diatur menurut hukum
tempat tinggal termohon. (Nagara, 2016, p. 52) masing-masing dan dalam Pasal 97 Kompilasi Hukum
Pembagian harta bersama dalam Pasal Undang- Islam di Indonesia, ditegaskan bahwa janda atau duda
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan cerai hidup masing-masing berhak seperdua dari harta
Kompilasi Hukum Islam belum berbasis nilai keadilan, bersama, dan hal ini sesuai pula firman Allah dalam surat
karena masih sering tidak mencerminkan rasa keadilan An-nisa ayat 32 berbunyi:
bagi para pihak pencari keadilan untuk memperoleh
keadilan dalam pembagian harta bersama. Sesuai dengan ‫ﺳﺑُﻭ ۖ ْﺍ‬ َ َ‫ﻳﺏ ِ ّﻣ ﱠﻣﺎ ۡٱﻛﺗ‬
ٞ ‫َﺻ‬ ّ ِ ‫ﺽ ّﻟ‬
ِ ‫ِﻠﺭ َﺟﺎ ِﻝ ﻧ‬ ۚ ٖ ۡ‫ﻋ َﻠ ٰﻰ َﺑﻌ‬
َ ۡ‫ﺿ ُﻛﻡ‬
َ ۡ‫ٱ( ِﺑﻪِۦ َﺑﻌ‬ ُ ‫ﺿ َﻝ ﱠ‬ ‫َﻭ َﻻ ﺗَﺗَ َﻣ ﱠﻧ ۡﻭﺍْ َﻣﺎ َﻓ ﱠ‬
ٍ‫ٱ( ﻛَﺎﻥَ ِﺑ ُﻛ ِّﻝ ﺷ َۡﻲء‬ ۚ
َ ‫ﺿ ِﻠ ِﻪ ٓۦ ﺇِﻥﱠ ﱠ‬ ۡ ‫ٱ( ﻣِ ﻥ َﻓ‬ َ ‫ﻠُﻭﺍْ ﱠ‬. ۡ‫ﻳﺏ ِ ّﻣ ﱠﻣﺎ ۡٱﻛﺗَ َﺳ ۡﺑ ۚﻥَ َﻭﺳ‬ ٞ ‫َﺻ‬ِ ‫ﺳﺎٓءِ ﻧ‬ َ ‫َﻭﻟِﻠ ِّﻧ‬
ketentuan Pasal 97 KHI, “Janda atau duda cerai hidup
masing-masing berhak seperdua dari harta bersama ٣٢ ‫ﻋﻠ ِٗﻳﻣﺎ‬ َ
sepanjang tidak diitentukan lain dalam perjanjian Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang
perkawinan.” dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak
Majelis Hakim dalam menentukan pembagian dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada
harta bersama akibat perceraian lebih berpedoman bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi para
kepada Ijtihad (penemuan hukum). Ijtihad yang dilakukan wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan,
oleh Majelis Hakim adalah Ijtihad Tathbiqiy, yaitu upaya dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.
menerapkan hukum secara tepat terhadap suatu kasus. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”;
Wujud Ijtihad Tathbiqiy yang dilakukan oleh Majelis
Hakim dalam menentukan pembagian harta bersama Karenanya, 1/2 (separo) dari harta bersama
akibat perceraian tersebut adalah ketika Majelis Hakim tersebut adalah bagian atau hak Penggugat dan 1/2
menggunakan Teori Hukum dalam memeriksa kasus (separo) lainnya adalah bagian atau hak Tergugat;
dengan mengutamakan nilai keadilan dan Kemaslahatan. Majelis Hakim mempertimbangkan juga bahwa
Teori Keadilan yang dimaksudkan di sini adalah Keadilan oleh karena masing-masing Penggugat dan Tergugat
Distributif dan keadilan Principle Difference. berhak ½ (separo) dari harta bersama tersebut,
Untuk mengetahui tentang praktik putusan sedangkan ternyata harta tersebut dalam penguasaan
Pengadilan Agama dalam perkara pembagian harta Tergugat, maka Pengadilan patut menghukum kepada
bersama, akan dikemukakan beberapa putusan tentang Penggugat dan Tergugat untuk membagi dua harta
pembagian harta bersama. Pertama, putusan Pengadilan bersama tersebut secara natura, dan jika tidak dapat
Agama Kotabaru Nomor Perkara dibagi secara natura, maka dibagi secara in natura
0346/Pdt.G/2017/PA.Ktb ini adalah perkara cerai gugat, dengan dijual lelang dimuka umum dan hasilnya dibagi
dimana yang mengajukan permohonan cerai adalah istri dua kepada Penggugat dan Tergugat;
sebagai Penggugat, yang dalam petitumnya Penggugat Selanjutnya pada persoalan pembagian harta
meminta majelis hakim untuk menceraikan Penggugat bersama, terbukti di persidangan:
dengan suaminya (Tergugat) dan juga menyatakan bahwa 1. bahwa sejak berpisah tempat tinggal setidaknya
harta yang dikumpulkan oleh Penggugat dan Tergugat selama 3 (tiga) bulan terakhir, sampai saat ini
pada masa perkawinan mereka adalah sah harta bersama Penggugat dan Tergugat tidak pernah hidup rukun
dan dibagi kepada Penggugat dan Tergugat; lagi selayaknya pasangan suami istri. Penggugat dan
Dalam analisa penulis, bahwa mengkomulasikan Tergugat ternyata juga tidak pernah berhasil
gugatan cerai dengan gugatan harta bersama memiliki mencari solusi damai bagi keutuhan rumah tangga.
kelebihan dan kekurangan (resiko). Kelebihannya adalah 2. bahwa harta sebagaimana dalam posita gugatan
biaya yang dikeluarkan untuk dua perkara tersebut Penggugat point 3 dan petitum point 3 sebagai harta
menjadi lebih ringan. Resikonya adalah apabila bersama antara Penggugat dengan Tergugat dan
perceraian tidak dikabulkan, maka harta bersama juga ternyata antara Penggugat dengan para Tergugat
tidak bisa diperiksa. Demikian lagi apabila gugatan cerai sampai saat ini belum membagi harta bersama
diterima dan gugatan harta bersama akan diperiksa, tersebut, dan ternyata pula Penggugat dan Tergugat
maka perceraian akan berlarut-larut. Karena bisa saja, beragama Islam;
pihak yang tidak terima dengan putusan pembagian harta 3. Selama perpisahan sebelum perceraian, harta
bersama, akan mengajukan upaya hukum selanjutnya, bersama tersebut dikuasai oleh Tergugat;
yang tentu memakan waktu tidak sebentar. Dalam memutuskan porsi bagian harta bersama,
Majelis Hakim mempertimbangkan bahwa ada harta

30
Muhammad Nafi dan Citra Mutiara Solehah.2020. Penerapan Teori Keadilan dalam Putusan Harta Bersama (Analisis Perkara
Nomor 0346/Pdt.G/2017/PA.Ktb)

bersama Penggugat dan Tergugat yang memang belum Pada tingkat banding harta bersama dibagi dua.
dibagi. Sehingga Majelis Hakim merujuk pada Pasal 37 Akan tetapi putusan PengadilanTinggi Yogyakarta Agama
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, yang Nomor 34/Pdt.G/2009/PTA Ygk. Tertanggal 18
menegaskan bahwa apabila perkawinan putus karena November 2009 telah dibatalkan oleh Mahkamah Agung
perceraian, harta bersama diatur menurut hukum dengan nomor di atas. Dengan pertimbangan telah
masing-masing dan dalam Pasal 97 Kompilasi Hukum melakukan KDRT yang berdampak pada kekerasan fisik
Islam di Indonesia, ditegaskan bahwa janda atau duda dan psikis bagi termohon kasasi.
cerai hidup masing-masing berhak seperdua dari harta Kamarusdiana dan Daniel Alfaruqi
bersama. menyebutkan bahwa ada juga putusan Pengadilan Agama
Hakim memutus perkara tersebut pada Mataram, yaitu putusan Nomor 195/Pdt.2013/PA.Mtr.
dasarnya tidak terikat pada teori-teori yang Perkara tersebut telah sampai pada tingkat banding pada
dikembangkan oleh para filsuf atau para ahli. Keadilan Pengadilan Tinggi Agama Mataram dengan putusan
disini didasari oleh pasal 229 Kompilasi Hukum Islam Nomor 04/Pdt.G/2014/PTA.Mtr, dan bahkan sudah
yang berbunyi “Hakim dalam menyelesaikan perkara- selesai pada tingkat kasasi di Mahkamah Agung Republik
perkara yang diajukan kepadanya, wajib memperhatikan Indonesia dengan putusan Nomor 629 K/Ag/2014 dan
dengan sungguh-sungguh nilai-nilai hukum yang hidup telah dijadikan sebagai salah satu yurisprudensi dalam
dalam masyarakat, sehingga putusnya sesuai dengan rasa bidang hukum keluarga khususnya perkara harta
keadilan”. Majlis hakim melihat berdasarkan fakta dan bersama. Pada pokoknya majelis hakim tetap membagi
bukti-butki di pengadilan, sehingga dalam harta bersama dengan porsi masing-masing pihak
mempertimbangkan rasa keadilan untuk memutus Penggugat dan Tergugat mendapatkan separo dari harta
perkara tersebut hakim dapat melakukan kontra legem bersama.(Kamarusdiana & AlFaruqi, 2016)
atau ijtihad sendiri. Putusan PTA dan MA tersebut bisa dijadikan
Penulis menganalisa, bahwa Majelis Hakim hukum asal atas alasan dan pertimbangan hukum lain
mengesampingkan keadilan distributif yang mestinya yang sama ‘illat hukumnya sebagai bentuk analogi (kias).
didapatkan oleh Penggugat. Dari fakta persidangan Hal tersebut bisa dibenarkan sepanjang ‘illat hukum
Tergugat menguasai harta bersama tersebut, sehingga mengarahkan adanya kesamaan. ‘Illat hukum tersebut
Penggugat dan anaknya yang masih kecil hidup diluar misalnya:
harta bersama, dan memerlukan biaya hidup tambahan a. Kekerasan rumah tangga, pemabok, pemadat, zina
ketika mesti harus hidup di luar harta bersama yang (perselingkuhan), semuanya sama-sama merupakan
selain merupakan bangunan tempat tinggal, dan sumber tindak pidana kejahatan yang merusak moral agama
penghasilan harian. dan kesusilaan.
Menurut Charles Taylor keadilan mempunyai
pengertian yang berbeda-beda, dalam hal ini pabila b. Sama-sama merusak hubungan silaturrahmi.
terjadi putusnya perkawinan, baik karena cerai atas
gugatan pihak laki-laki maupun pihak perempuan, maka c. Sama-sama berdampak pada terganggunya
harta itu harus dibagi bersama. Namun hal ini Majlis psykologis pasangannya.
hakim berpendapat bahwa putusan tersebut merupakan
sebuah keadilan. Putusan dapat dilaksanakan ketika d. Sama-sama tidak memelihara dan menjaga agama
putusan hakim sudah mempunyai kepastian hukum. Lain (hifzh al-diin) menjaga kehormatan (hifzh al-‘irdh)
halnya dengan putusnya hubungan karena kematian, hal
Ketentuan bagi rata (50%:50%) harta bersama
itu sudah memiliki keputusan yang kuat. (Ramulyo, 1996,
dalam Pasal 97 KHI untuk masing-masing suami-isteri
p. 34)
belum tentu memenuhi rasa keadilan. Karena itulah
Sebelumnya dalam penelitian Khosyiah (2017)
untuk dapat memenuhi rasa keadilan bagi para pihak,
ditemukan bahwa Putusan Pengadilan Tinggi Agama
tentunya harus mengedepankan aspek kemanfaatan dan
Bandung dengan Putusan Nomor 248/Pdt.G/2010/PTA
keadilan, di samping aspek kepastian hukum dan
Bdg, telah membatalkan Putusaan Pengadilan Agama
keseimbangan, apakah yang bersangkutan memiliki
Cimahi dengan Nomor Putusan, 96/Pdt.G/2010/PA
komitmen menjaga keharmonisan keluarga dalam
Cmhi yang memberikan harta bersama setengah (1/2)
mewujudkan tujuan perkawinan yang sakinah,
masing-masing antara janda dengan duda. Putusan PTA
mawaddah, dan rahmah? Apakah juga yang bersangkutan
tersebut memberikan harta bersama 1/3 untuk duda dan
memiliki komitmen untuk menjaga keutuhan dan
2/3 untuk janda. dengan beberapa pertimbangan
keberkahan harta kekayaan yang menjadi harta bersama
kemaslahatan yang digali dari sebab-sebab dan alasan
dalam perkawinan? Karena itu, dalam beberapa kasus
hukum dalam perkara banding yang diajukan.
yang nyata-nyata tidak memenuhi komitmen seperti itu,
Putusan Mahkamah Agung Nomor
sejatinya pembagian harta bersama memperhatikan
226K/AG/2010 yang telah mengukuhkan putusan
keadilan distributif, yang berbasis keseimbangan
Pengadilan Agama Bantul dengan Nomor
proporsional. Dengan demikian para hakim berpeluang
229/Pdt.G/2009/PA Btl., yang memberikan bagian harta
besar melakukan diskresi dalam memutuskan perkara
bersama 3/4 bagi Termohon Kasasi yang dulu sebagai
sesuai dengan ‘illat hukum dan latar belakang yang
penggugat/terbanding, dan bagian 1/4 bagi pemohon
menyertainya. Dalam keadaan demikian, perubahan
kasasi yang dulu sebagai tergugat dan pembanding.

31
Jurnal Hadratul Madaniyah, Volume 7 Issue I, Juni 2020. Page 26 - 33 p-ISSN:2407-3865, e-ISSN:2655-1993

putusan hukum yang progresif, termasuk dalam kumpulkan pada masa perkawinan. Apalagi harta
memutuskan perkara “harta bersama” tidak dapat bersama tersebut adalah modal dalam penghidupan
terhindarkan. sehari-hari mereka. Perkara Gugatan Cerai yang
Contra Legem, adalah hal yang dibolehkan dikumulasikan dengan Gugatan Harta Bersama Nomor
sebagai dasarnya adalah UU Nomor 4 tahun 2004 pasal 00346/Pdt.G/2017/PA.Ktb, diputuskan oleh majelis
28 (1) yaitu bahwa hakim wajib menggali, mengikuti dan hakim untuk membagi harta bersama tersebut masing-
memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup masing mendapatkan separo. Meskipun dalam fakta
dalam masyarakat. Sedang pasal 2 ayat (1) Undang- persidangan telah terbukti bahwa Tergugat menguasai
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan harta bersama yang salah satunya menjadi sumber
Kehakiman yang menyatakan bahwa peradilan dilakukan penghidupan Penggugat dan Tergugat. Sebenarnya selain
demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. majelis hakim dapat menempuh contra legem dengan
Demikian juga pada pasal 229 KHI mengemukakan memperhatikan dan mempertimbangkan kehidupan
bahwa hakim dalam menyelesaikan perkara-perkara yang Penggugat selama berpisah dengan Tergugat. Keadilan
diajukan kepadanya, wajib memperhatikan sungguh- distributive yang mempertimbangkan sisi-sisi
sungguh nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat kemanusiaan dan kontribusi serta kearifan lokal mesti
sehingga putusannya sesuai dengan rasa keadilan. dilakukan oleh penegak hukum yang juga penegak
Hakim memahami konsep dasar harta bersama keadilan.
tidak bisa dilepaskan dari bentuk kerjasama dalam Penelitian selanjutnya yang dapat dilakukan oleh
membangun dan mempertahankan rumah tangga, peneliti yang tertarik membahas tentang harta bersama
makapembagian harta bersama tersebut harus dibagi adalah tentang putusan harta bersama di Pengadilan
secara proporsional, seimbangdengan pelaksanaan tugas Negeri dikomparasikan dengan putusan harta bersama
dan tanggung jawabnya dalam rumah tangga serta di Pengadilan Agama yang diajukan oleh pihak beragama
besarnya peran masing-masing dalam menghasilkan harta Islam di wilayah tertentu. Sehingga dapat ditemukan dua
bersama. Di sini makna keadilan distributif tidak selalu hal, ada faktor apa yang menyebabkan muslim
dengan pembagian yang sama rata, tetapi justru keadilan mengajukan perkara gugatan harta bersama di
dapat terwujud dengan mempertimbangkan komitmen Pengadilan Negeri, dan apakah ada perbedaan
dan keseriusan dalam membangun rumah tangga yang pertimbangan hukum antara Pengadilan Negeri dan
harmoni, disamping besaran kontribusi antara usaha Pengadilan Agama, penelitian ini dapat bersifat kuantitatif
dengan hasil, dan kewajiban dengan hak yang dilakukan dan kualitatif, yaitu menggabungkan analisa putusan dan
kedua belah pihak. wawancara atau angket untuk menemukan korelasi
Sehingga menurut penulis, Majelis Hakim antara muslim mengajukan gugatan harta bersama ke
memutuskan perkara ini dengan menganut keadilan yang Pengadilan Negeri dengan hasil yang diinginkan.
komutatif yaitu memberikan kepada setiap orang bagian
yang sama. Maksudnya memberikan kepada setiap orang DAFTAR PUSTAKA
apa yang menjadi haknya berdasarkan kapada azas
kesamaan. Dalam putusan ini tidak ada yang salah dalam al-Shafii, M. b. I. (1403). al-Umm. Beirut: Dar al-Fikr.
teori hukum acaranya, namun penulis lebih cenderung Asy-Syarkhasi, M. b. A. b. A. S. A.-S. (1993). Kitab Al-
berpikir bahwa dalam kasus perceraian sebagaimana Mabsuth. Beirut: Dar al-Marifah.
terbukti dalam persidangan ini Tergugat dengan Gunawan, A. (2019). Mencari Keadilan Sengketa Harta
menguasai harta bersama selama beberapa bulan, Gono-Gini (Telaah Perspektif Hukum Islam dan
sedangkan Penggugat dan anak-anaknya tinggal di tempat Hukum Positif). Jurnal Yustitia, Volume 18(1), 8.
yang mengharuskan mereka mengeluarkan uang lagi, Judiasih, S. D. (2015). Kajian Terhadap Kesetaraan Hak
sehingga semestinya teori keadilan distributif dapat dan Kedudukan Suami dan Istri atas Kepemilikan
diterapkan dalam putusan ini. Harta Dalam Perkawinan (D. Sumayyah Ed.).
Bandung: PT Refika Aditama.
Kamarusdiana, & AlFaruqi, D. (2016). Konsep Hukum
SIMPULAN Penyelesaian Sengketa Harta Bersama di
Perkawinan yang berakhir dengan perceraian Indonesia (Analisis Perkara No. 195/Pdt.
seringkali diiringi dengan sengketa harta bersama. Hal 2013/PA. Mtr, Putusan No. 04/Pdt.
tersebut dapat diduga karena keadaan emosi para pihak G/2014/PTA. Mtr, dan Putusan No. 629
yang merasa tidak puas dengan keadaan masing-masing K/Ag/2014). Jurnal Indo-Islamika, 6(2), 263-292.
pihak. Meskipun tidak sedikit pula yang dalam akhir Khosyi'ah, S. (2017). Keadilan Distributif Atas Pembagian
perkawinan, mereka mengakhirinya dengan baik-baik Harta Bersama Dalam Perkawinan Bagi
dan sepakat memberikan harta bersama kepada anak- Keluarga Muslim di Indonesia. Al-Manahij: Jurnal
anak mereka. Tidak sedikit pula yang harus berakhir di Kajian Hukum Islam, XI(1), 14.
ujung palu hakim, karena tidak dapat diselesaikan secara Kurniawan, M. B. (2018). Pembagian Harta Bersama
kekeluargaan. Ditinjau Dari Besaran Kontribusi Suami Istri
Perceraian sering kali diawali dengan Dalam Perkawinan (Kajian Putusan Nomor
perpisahan tempat tinggal, dan tentu salah satu pihak 618/PDT.G/2012/PA.BKT). AHKAM: Jurnal Ilmu
pergi meninggalkan harta bersama yang mereka

32
Muhammad Nafi dan Citra Mutiara Solehah.2020. Penerapan Teori Keadilan dalam Putusan Harta Bersama (Analisis Perkara
Nomor 0346/Pdt.G/2017/PA.Ktb)

Syariah, 17 (351), 22.


doi:http://dx.doi.org/10.29123/jy.v11i1.224
Nagara, B. (2016). Pembagian Harta Gono Gini atau
Harta Bersama Setelah Perceraian Menurut
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974. Lex
Crimen, 1(7), 7.
Ramulyo, M. I. (1996). Hukum Perkawinan Islam. Jakarta:
Bumi Aksara.
Rawl, J. (1971). A Theory of Justice. Massachussets: The
Bellnap Press of Havard University Press.
Rawls, J. (2011). Teori Keadilan: Dasar-dasar Filsafat Politik
untuk Mewujudkan Keadilan Sosial dalam Negara.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susanto, D. (2011). Kupas Tuntas Masalah Harta Gono-
Gini. Yogyakarta: Pustaka Yustisia.
Wahyuningsih, E., & Samawati, P. (2006). Hukum
Perkawinan Indonesia. Palembang: PT Rambang.
Yusuf, R. (2014). Pembagian Harta Bersama akibat
Perceraian Berbasis Nilai Keadilan. Jurnal
Pembaharuan Hukum, Volume 1(1), 10.

33

You might also like