You are on page 1of 17

Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama

ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019: 42-58

RELASI AGAMA, MAGI, SAINS DENGAN SISTEM PENGOBATAN


TRADISIONAL-MODERN PADA MASYARAKAT PEDESAAN

Juhana Nasrudin
STAI Muhammadiyah Garut, Indonesia
nasrudin_juhana@yahoo.com

Abstract
This study examines the relation of Religion and the Traditional Medicine System to rural
communities. The big conclusion of this dissertation shows that there are religious relations with
the traditional medical system in the form of integration of religious functions into the
traditional medicine system. Acculturation of religion and culture is evident in the traditional
medicine system. The most important thing that characterizes traditional medicine is that at the
practical level the traditional medical system in rural communities is inseparable from the
magical and religious elements. So based on that religious function can be used as a function of
therapy. This study uses qualitative methods, using two data sources. First, primary data
obtained from document studies, field observations, In-depth Interview and Focus Group
Discussion. The informant is obtained by Purposive and snowballing. Secondary data is
supporting data obtained from books, journals, and magazines. To analyze the relationship
between religion and the traditional medical system in rural communities, it was analyzed with
three approaches to sociology, anthropology and psychology.

Key Words: Magi; Religion; Traditional Medicine System and Rural Society

Abstrak
Penelitian ini mengkaji tentang relasi Agama dan Sistem Pengobatan Tradisional pada
masyarakat pedesaan. Kesimpulan besar disertasi ini menunjukkan bahwa terdapat
relasi agama dengan sistem pengobatan tradisional dalam bentuk integrasi fungsi
agama kedalam sistem pengobatan tradisional. Akulturasi agama dan budaya nampak
dalam sistem pengobatan tradisional. Hal terpenting yang menjadi ciri khas
pengobatan tradisional dimana dalam tataran praktis sistem pengobatan tradisional
pada masyarakat pedesaan tidak terlepas dari unsur magis dan agama. Maka
berdasarkan hal itu fungsi agama dapat dijadikan sebagai fungsi terapi. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif, dengan menggunakan dua sumber data. Pertama,
data primer yang diperoleh dari studi dokumen, observasi lapangan, In-depth Interview
dan Focus Group Discussion (FGD). Informan diperoleh secara Purposif dan snowballing.
Data sekunder adalah data pendukung yang diperoleh dari buku, jurnal, dan majalah.
Untuk menganalisa hubungan agama dan sistem pengobatan tradisional pada
masyarakat maka pedesaan maka di analisis dengan tiga pendekatan sosiologi,
antropologi dan psikologi.

Kata Kunci: Magi; Agama; Sistem Pengobatan Tradisional dan masyarakat Pedesaan

PENDAHULUAN sebagai doktrin yang kemudian dibawa


Agama diyakini sebagai suatu dan simpaikan oleh sang juru selamat
kepercayaan atau keyakinan terhadap dan diaktualisasikan dalam bentuk ritus
Tuhan yang bersumber pada kitab suci dan kultus. Berkenaan dengan hal itu,
Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019
Para agamawan melihat Agama rintangan yang menghalangi tujuan
mengandung arti ikatan yang harus kehidupan mereka yang pada mulanya
dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan sering dipahami sebagai tujuan spiritual
yang dimaksud berasal dari suatu (Roy Wallis, 1977).
kekuatan yang lebih tinggi dari manusia Sebagian masyarakat percaya
sebagai kekuatan adikodrati yang tak bahwa pengobatan modern adalah cara
dapat ditangkap dengan pancaindera, pengobatan terbaik untuk bisa
namun mempunyai pengaruh yang menyembuhkan sakit. Pengobatan
besar sekali terhadap kehidupan modern identik dengan modernitas,
manusia sehari-hari (Koentjaraningrat, karena menggunakan beragam
1974). kecanggihan alat, beragam obat
Selain itu agama di sinyalir kimiawi yang tentu saja ditemukan
merupakan suatu kebutuhan prioritas berdasarkan penelitian yang logis.
di antara berbagai kebutuhan dalam Pengobatan modern sangat
kehidupan manusia, sehingga tidak mengutamakan aspek rasionalitas, ilmu
heran agama sudah menjadi bagian pengetahuan dan teknologi yang tinggi.
integral dari kehidupan sosial dan Aspek-aspek yang berbau kebiasaan
kebudayaan manusia selama beribu- tanpa adanya bukti yang logis bukan
ribu tahun. Di semua kebudayaan, bagian dari pengobatan modern.
agama adalah bagian yang paling Modernitas seringkali dikaitkan
berharga dari perbendaharaan sosial. Ia dengan kepercayaan terhadap dogma
melayani masyarakat dengan rasionalitas, sedangkan fenomena
menyediakan sejak masa pertumbuhan maraknya pencarian pengobatan
berupa ide, ritual, sentimen, yang tradisional pada masyarakat pedesaan.
membimbing kehidupan setiap orang yang menggunakan jasa dukun dan
yang ada di dalamnya. kyai atau ustadz sering dipandang
Ritual-ritual dan perilaku sebagai perilaku yang tidak rasional.
keagamaan pada dasarnya Kapferer (dalam Alhumami, 2009)
memfokuskan pada ketentuan cara-cara menjelaskan bahwa kepercayaan
memperoleh keselamatan, melalui kepada dukun dan praktik perdukunan
bentuk-bentuk penyembahan, do‟a, merupakan local beliefs yang terpatri
atau meditasi yang memungkinkan dalam kebudayaan suatu masyarakat.
orang beriman berkomunikasi dengan Sebagai local beliefs, lanjut Kapferer,
Tuhan atau tuhan-tuhan, dan bentuk- keduanya tak dapat dinilai dari sudut
bentuk perilaku etis yang membawa pandang rasionalitas ilmu karena
kehidupan orang beriman atau memiliki nalar dan logika sendiri,
komunitas beriman kepada keselarasan rationality behind irrationality. Alhumami
dengan nasib penyelamatan mereka. (2009), menyimpulkan bahwa praktik
Sedangkan fungsi laten agama adalah perdukunan bukan khas masyarakat
sebagaimana agama mengidentifikasi tribal dan tradisional yang
kesuksesan seseorang dalam melambangkan keterbelakangan karena
menghadapi sakit, atau dalam mencari „bangsa maju dan modern di Eropa dan
keamanan materiil atau kemakmuran, Amerika yang mengagungkan
melalui hadirnya spirit ketuhanan ke rasionalitas juga memiliki sejarah
dalam diri orang beriman. Spirit perdukunan, berwujud santet. Putra
ketuhanan hadir dan bekerja dengan (2014:130)
memberinya kemampuan mengatasi

Juhana Nasrudin - 43
Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019
Dengan demikian seperti yang pengetahuan kesehatan. Pengetahuan
dijelaskan di atas bahwa tingkah laku kesehatan tradisonal dengan
manusia dalam menghadapi masalah pengetahuan medis modern memiliki
kesehatan sifatnya terencana atau persamaan dan juga perbedaan, namun
terpola dalam suatu sistem kesehatan secara umum pengobatan kesehatan
yang merupakan salah satu bagian dari tradisional yang dikenal dan dipahami
budaya masyarakat yang bersangkutan. oleh dukun, kyai orang pintar dan lain
Salah satu budaya masyarakat sunda sebaginnya berbeda dengan
yakni dalam sistem pengobatan pengobatan kesehatan medis modern
penyakit yang di derita oleh (Ilham, 2012).
masyarakat, pengobatannya Fenomena kehadiran pengobat
menggunakan jasa dukun. tradisional atau spiritual telah sering
Masyarakat sunda sejak dulu diulas oleh media massa, namun
sudah mengenal dukun sebagai tempat penelitian yang membahas tentang
berobat sebelum adanya tenaga medis relasi agama, magi dan agama
yang mengatasi keluhan-keluhan atau kebanyakan kajian hanya seputar
penyakit, maka dari itu budaya praktik perdukunan (Syuhudi 2013,
pengobatan dukun agar kiranya dapat Pelras 2006, Bennett 2005, Said 1996,
dilestarikan keberadaanya. Serta dapat Geertz 1983). Geertz (1983), misalnya,
diwariskan kepada masyarakat sunda. mengungkapkan bahwa dalam
Pewarisanya pun dapat dilakukan masyarakat tradisional, dukun adalah
melalui keluarga dan dengan spesialis magi umum yang berguna
beriringnya waktu proses tradisi itu untuk mengobati orang sakit, baik fisik
sendiri dapat berkembang melalui maupun psikologis, meramal kejadian
lembaga pendidikan dan lembaga sosial masa depan, penemu barang-barang
masyarakat dari sinilah masyarakat hilang, pemberi jaminan tentang
dibelajarkan dan akan mengetahui peruntungan yang baik, tidak segan-
seberapa pentingnya tradisi itu untuk segan mempraktikkan sihir
dipertahankan. berdasarkan permintaan klien.
Warisan budaya pada intinya Temuan Bennett (2005) di
adalah suatu pengetahuan yang dapat masyarakat Sasak menunjukkan
berfungsi menghadapi tantangan keberdampingan sihir dan Islam.
kehidupan. Dalam masyarakat Bennet menemukan orang yang
tradisional pengetahuan umumnya dianggap saleh, tapi sangat percaya
diperoleh dengan cara belajar dan dengan takhayul. Agama dan sihir
mewarisinya secara turun temurun dari memiliki fungsi masing-masing dalam
satu generasi ke generasi berikutnya. masyarakat, sehingga tidak saling
Sebagai salah satu unsur kebudayaan dipertentangkan. Pelras (2006) juga
daerah yang bersifat universal yang menggambarkan bahwa ritual pra-
telah diwarisi secara turun tenurun oleh Islam juga dapat berdampingan dengan
masyarakat pendukungnya, salah satu ritual Islam, meskipun proporsinya
diantaranya adalah pengetahuan yang berbeda antara satu ritual dengan ritual
berkenaan dengan kesehatan yang lain. Ritual tersebut juga
khususnya pengobatan tradisional dipraktekkan oleh Muslim yang
(Ilham, 2012). dianggap taat beribadah. Eksistensi
Setiap kelompok etnis relatif pengobatan dukun masih tetap
telah menguasai dan mengembangkan signifikan oleh masyarakat perkotaan

44 - Relasi Agama, Magi, Sains Dan Sistem Pengobatan Tradisional –Modern Pada Masyarakat Pedesaan
Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019
seperti Makassar dan Bandung karena Durkheim mengabstraksi
mereka mampu beradaptasi dengan munculnya agama dalam masyarakat
lingkungan perkotaan (Said 1996), yaitu dengan memisahkan antara yang
untuk mempertahankan eksistensi sacral dan yang profan. Jika meminjam
mereka (Syuhudi 2013). pemikiran Durkheim tersebut maka
Kajian yang terkait dengan dalam pengobatan tradisional dapat
pengobatan tradisional, seperti yang dipisahkan kedalam tiga hal, yaitu: 1)
dilakukan Soegeng Reksodiharjo, (1991- Sakral, dalam artian disini adalah
1992), Muria Herlina (1996), Mulyono diambil dari ritual-ritual keagamaan
(1990), Notosiswoyo, Komang Ayu yang merubah nilai-nilai moral menjadi
Henny Achjar (1994), M. Zein Rani simbol-simbol religious dimana
(1993), dan Suhaeni Soedjatmiko (1991). dimanifestasikan menjadi sesuatu yang
Dari semua penelitian diatas belum riil.
„menyentuh‟ pada aspek agama dan Masyarakat menciptakan agama
magi secara mendalam sehingga tidak dengan mendefinisikan fenomena
ketemukan relasi dari agama, magi, dan tertentu sebagai sesuatu yang sakral
sains. Selain itu pengobatannya hanya dan sementara yang lain dianggap
membahas pengobatan tradisional saja profan (kejadian yang umum atau biasa.
tanpa dikomperatifkan dengan Adapun hal yang sakral inilah yang
keberadaan pengobatan modern yang dianggap sebagai suatu yang terpisah
pada realitasnya sudah mulai hadir dari peristiwa sehari-hari yang
pada masyarakat pedesaan. membentuk esensi agama.
Penelitian yang secara spesifik Begitupun dalam sistem
mengaitkan relasi agama, magis dan pengobatan tradisional tidak dapat
sains merupakan penelitian lanjutan dipisahkan dari sesuatu yang di
yang mengembangkan penelitian sakralkan. Hal tersebut disebabkan
sebelumnya sehingga berfungsi dalam prakteknya pengobatan
menyempurnakan penelitian - tradisonal yang dilakukan masyarakat
penelitian sebelumnya. perdesaan disandarkan pada aspek-
Kontribusi baru dari penelitian aspek spritual dari agama. Salah satu
ini akan menghasilkan sistem contoh hal yang sakral dalam
pengobatan yang disebut pengobatan pengobatan dapat dilihat dari proses
tiga lapis yaitu pengobatan yang pengobatan yang dilakukan
didasarkan pada penggunaan magi, pengobatan dimana unsur religi atau
agama dan sains. agama senantiasa nampak terlihat
Agama menurut pandangan dengan jelas masuk dalam proses
Durkheim mendefinisikan agama pengobatan.
sebagai "Suatu Sistem yang terpadu Seperti kepercayaan dan
mengenai kepercayaan-kepercayaan keyakinan masyarakat terhadap sang
praktek-praktek yang berhubungan maha pencipta yang tercemin dalam
dengan benda suci atau benda-benda proses ritual seperti pembacaan do‟a
khusus (terlarang) kepercayaan- atau jampi-jampi. 2) Profan, Profan
kepercayaan dan praktek-praktek yang yang dimaksud adalah peristiwa yang
menyatu dalam satu komunitas yang biasa terjadi dalam masyarakat
disebut umat, semua berhubungan dikehidupan sehari-harinya yang tidak
dengan itu. memiliki nilai-nilai suci yang
disakralkan. Yang profan ini dapat

Juhana Nasrudin - 45
Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019
menjadi sakral jikalau masyarakat Pertama, data primer yang diperoleh
mengagungkan dan menyucikannya. dari studi dokumen, observasi lapangan,
Dalam pengobatan yang disebut In-depth Interview dan Focus Group
profan adalah penggunaan benda- Discussion (FGD). In-depth Interview
benda tertentu yang dimaksud adalah kepada 20 orang yang terdiri dari
benda yang berwujud fisiknya adapun Camat Kecamatan Kadungora, Kepala
keyakinan terhadap apa yang menjadi Desa pada Desa yang menjadi
maunah dari benda tersebut termasuk partisipan penelitian, tokoh
hal yang sakral dalam sistem masyarakat, pimpinan ormas Islam,
pengobatan. Yang termasuk hal profan Pengobat Tradisional dan Pasien yang
dalam hal ini seperti benda atau melakukan pengobatan tradisional.
tumbuh-tumbuhan yang jadikan bahan FGD dilakukan kepada 4 orang pelaku
ramuan, benda petuah, air dan pengobat tradisional. Pemilihan
sebagainya. 3) Totemisme, yang informan dilakukan secara Purposif dan
dimaksud dengan totemisme disini metode snowballing. Kedua, data
adalah sistem agama dimana sesuatu, sekunder merupakan data pendukung
bisa binatang dan tumbuhan dianggap yang diperoleh dari buku, jurnal, dan
sakral dan dijadikan simbol klan. majalah. Untuk menganalisa hubungan
Fungsi agama adalah peran agama dan sistem pengobatan
agama dalam mengatasi persoalan- tradisional pada masyarakat maka
persoalan yang timbul di masyarakat pedesaan maka di analisis dengan tiga
yang tidak dapat dipecahkan secara pendekatan sosiologi, antropologi dan
empiris karena adanya keterbatasan psikologi.
kemampuan dan ketidakpastian.
Sementara Thomas F O‟Dea RELASI AGAMA, MAGIS DAN
mengemukakan enam fungsi dari SAINS DALAM SISTEM
agama, yaitu; Pertama, sebagai PENGOBATAN TRADISIONAL
pendukung, pelipur lara, dan Jika diperhatikan dari keenam
perekonsiliasi. Kedua, sarana hubungan fungsi tersebut maka ada satu yang
transendental melalui pemujaan dan hilang yaitu agama berfungsi sebagai
upacara/ritual ibadat. Ketiga, penguat penyelamat yang selanjutnya
norma-norma dan nilai-nilai yang disempurnakan oleh hendropuspito
sudah ada. Keempat, pengoreksi fungsi sebagaimana sudah disampaikan
yang telah ada. Kelima, pemberi diatas. Namun dalam kajian disertasi ini
identitas diri. Keenam, pendewasaan akan memperjelas menguatkan apa
agama. Secara ringkas fungsi agama yang disampaikan oleh ketiga ahli
dikemukan oleh Hendropuspito tersebut. Bahwa selain dari fungsi
sebagai fungsi edukatif, penyelamatan, penyelemat agama juga berfungsi
pengawasan sosial, memupuk sebagai penyembuh terhadap penyakit
persaudaraan dan transpormatif yang diderita oleh masyarakat.
(Kahmad, 2009). Argumentasi ini di buktikan dengan
hasil penelitian dilapangan yang
METODE menunjukkan bahwa ketika agama
Penelitian ini dilakukan di digunakan dalam terapi atau
Kecamatan Kadungora Kabupaten pengobatan maka akan berakibat
Garut, menggunakan metode penelitian sembuhnya penyakit tersebut.
kualitatif, dengan dua sumber data.

46 - Relasi Agama, Magi, Sains Dan Sistem Pengobatan Tradisional –Modern Pada Masyarakat Pedesaan
Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019
Argumentasi ini diperkuat pula pengobatannya seperti do‟a digunakan
oleh Jung (Carl Gustav Jung) yang mana sebagai media terapi penyembuhan
dalam ia memasukkan unsur agama penyakit sebagaimana dijelaskan pada
dalam terapinya. Hasilnya bab sebelumnya. Baru tahapan
membuktikan bahwa agama berfungsi selanjutnya adalah melakukan
sebagai penyembuh agama penyembuh pengobatan dengan menggunakan
orang yang neurosis, manusia pada pendekatan ilmiah maka hadir lah
umumnya menderita neurosis karena pengobatan modern.
kebingungan menemukan makna Keberadaan pengobatan modern
hidup, terutama berhadapan dengan dan tradisional pada tataran realitas
kematian, dan pertanyaan yang penting tidak bisa dihilang tetapi sebenarnya
itu tidak bisa dijawab oleh ilmu dua hal yang saling membutuhkan.
pengetahuan, tetapi oleh agama Pada suatu waktu pengobatan
(Kahmad). tradisional akan dibutuhkan bilamana
Sedangkan jika dianalisis dengan penyakit tersebut tidak dapat
menggunakan teori batos atau teori disebuhkan dengan pengobatan
batas akal yang disampaikan oleh J. modern, begitupun sebaliknya. Maka
Frezer. Ia mengemukan teori tentang dengan demikian semestinya kehadiran
perkembangan rasionalitas manusia. pengobatan modern merupakan
Menurutnya bahwa manusia awalnya penyempurnaan pengobatan
memahami lingkungan pada tahapan sebelumnya yang mesti ada secara
ini menghasilkan kenyataan adanya bersamaan. Hal ini dikuatkan juga ioleh
praktik magi, kemudian dalam pendapat Malionowski yang
memahami lingkungan tidak dapat mengatakan bahwa agama merupakan
dijakau dengan magi maka selanjutnya sumber kekuatan dalam menghadapi
agama datang dan digunakan untuk krisis termasuk dalam hal pengobatan.
menjelaskan gejala-gejala alam, Keberadaan sistem pengobatan
sehingga lahir ritual-ritual keagamaan. tradisional pada masyarakat pedesaan
Dan tahapan selanjutnya adalah yang berada di wilayah kecamatan
tahapan dimana ilmu pengetahuan Kadungora dapat di analisis dengan
mengambil alih kedua peran menggunakan teori batas akal yang
sebelumnya. Pada tahapan ini dikembangkan J Freezer (Kahmad,
merupakan tahapan puncak 2009). Jika didasarkan pada teori ini
perkembangan scientifik ilmiah maka ada tiga yang unsur yang
(Kahmad). mempengaruhi tentang keberadaan
Apa yang dikatakan oleh Frezer, pengobatan tersebut. Adapun ketiga
terbukti dalam proses pembentukan unsur tersebut ialah magic, agama dan
pengobatan tradisional. Pertama-tama sains. Pada mulanya pengobatan
masyarakat pada era primitif masyarakat pedesaan yang masih
melakukan pengobatan didasarkan primitif menggunakan magis sebagai
pada pemahaman yang ia pahami dari alat untuk melakukan pengobatan.
lingkungannya seperti penggunaan Pada tahapan tersebut agama belum
magic, atau ramuan-ramuan yang ada hadir, hal ini karena masyarakat masih
dialam sekitarnya, kemudian hadir menyandarkan kehidupannya pada
agama memberikan penjelasan tentang alam. Alam oleh masyarakat primitif
gejala-gejala alam sehingga masyarakat dianggap mempunyai kekuatan
memfungsi unsur-unsur agama dalam supranatural. Kemudian pada tahapan

Juhana Nasrudin - 47
Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019
selanjutnya pemikiran manusia stimulan untuk menyembuhkan pasien
mengalami pengembangan sehingga yang sakit. Adapun unsur terpenting
mengenal keberadaan agama. Maka dari agama yang harus diintegrasikan,
ketika agama hadir dan memasyarakat yaitu aspek spiritual dari agama itu
dalam kehidupan, maka sistem sendiri. Ada beberapa unsur spiritual
pengobatan tradisionalpun mulai yang seringkali dibutuh dalam
dipengaruhi oleh unsur agama itu pengobatan diantaranya; 1) Keyakinan
sendiri. Pada tahapan selanjutnya akan kesembuhan, dan kesabaran
pemikiran manusia mengalami dalam menerima penyakit, 2)
pengembangan lebih maju karena pada Keshalehan dan keta‟atan pada sang
tahapan ini manusia mulai khaliq, dan 3) Do‟a kepada sang khaliq.
memberdayakan akalnya sehingga Lihat gambar 5.1. Dimana magic, agama
melahirkan sains. Maka ketika sains dan sains diintegrasikan sehingga
lahir sistem pengobatan manusia mulai menghasilkan temuan baru yang akan
mengalami puncak kemajuan. Pada ada diera sekarang.
tahapan ini merupakan tahapan
lahirnya pengobatan modern.
Pengobatan modern seolah
merupakan yang paling canggih yang
ada pada zaman sekarang. Padahal
pada hakikatnya tidak seperti itu, hal
tersebut dikarenakan bahwa
pengobatan modern juga terkadang
tidak mampu mengobati beberapa
penyakit yang diakibatkan oleh unsur
magic atau mistis. Adapun
penyembuhan atau pengobatan hanya Selanjutnya Pengobatan
dapat di lakukan oleh para pengobat Tradisional Masyarakat Pedesaan yang
tradisional dengan menggunakan berada di Kecamatan Kadungora
magis atau agama. dipengaruhi oleh kepercayaan orang
Disinilah pentingnya sebenarnya Sunda yang berhubungan dengan
mengintegrasikan magis, agama dan pemaknaan mereka atas alam
sains. Sehingga terbentuk suatu bentuk lingkungan sekitarnya. Bagi mereka,
pengobatan yang satu sama lain saling hutan misalnya bukan hanya dihuni
melengkapi. Seorang pengobat modern oleh hewan-hewan liar semata,
haruslah menguasi magis dan agama. melainkan dihuni pula oleh orang-
Sehingga dalam suatu waktu dapat orang gaib, macam gaib, datu, dan
digunakan dalam praktik pengobatan. sebagainya. Itulah sebabnya, alam
Apa lagi agama sebenarnya sangat (hutan, gunung, rawa, sungai, dan
dibutuh kan dalam proses sebagainya) harus diperlakukan dengan
penyembuhan sebagaimana Gustav baik, dan apabila hendak dimanfaatkan
Jung lakukan dalam terapinya ternyata. harus terlebih dahulu dilakukan ritual-
Spiritualitas agama dapat ritual tertentu untuk penghormatan;
mempengaruhi proses penyembuhan permintaan izin; dan permohonan
(Kahmad). kesuburan tanah serta keberhasilan
Para ahli psikolog melihat akan usaha yang dikerjakan. Dalam
fenomena tersebut, hakikatnya sebagai pepatah sunda ada peribahasa “Mipit

48 - Relasi Agama, Magi, Sains Dan Sistem Pengobatan Tradisional –Modern Pada Masyarakat Pedesaan
Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019
kudu amit, ngala kudu bebeja” mohon izin, semoga embah
(mengakhir sesuatu harus pamit, memberikan izin untuk cucumu ini
mengambil sesuatu harus memberi untuk menebang kayu).
tahu). Pada masa sebelum Islam Tentu saja, semua itu ditujukan
memasyarakat pada wilayah penelitian. agar mereka terhindar dan tidak
Masyarakat sekitar ketika akan terkena bahaya, sakit atau gangguan
memanen padi harus ada ritual yang orang gaib sebagaimana disebutkan di
oleh masyarakat disebut “nyuguh” atas. Etika tak tertulis berupa
(sesaji). pemahaman seperti ini kemudian
Biasanya orang Sunda memberi berakulturasi setelah Islam datang. Di
nasihat kepada anaknya untuk tidak mana, Islam memang mengajarkan dan
bermain di tempat-tempat yang angker mengakui keberadaan makhluk gaib
atau meminta ijin kepada para (setan atau jin) yang berdiam di hutan,
penunggu tempat angker agar terhindar di gunung, di lautan, padang pasir, dan
dari marabahaya. Sehingga menjadi sebagainya. Karenanya, sebelum
satu etika (sekaligus nasihat) yang memasuki daerah-daerah yang
diwariskan oleh orang tua bahari biasanya dihuni oleh bangsa jin, umat
kepada anak cucunya dalam Islam dianjurkan untuk membaca
masyarakat Sunda, agar mereka bismillah dan shalawat kepada Nabi
berhati-hati apabila bepergian ke Muhammad Saw.2
tengah hutan atau ke daerah-daerah Akulturasi tersebut juga
tertentu yang dianggap angker dan menyentuh kepercayaan dan
jarang didatangi oleh manusia. Di pemahaman terhadap pelbagai ritus
samping itu, mereka juga diharuskan yang lain, termasuk tatamba. Apabila
untuk meminta ijin kepada penghuni sebelum Islam datang untuk ritual
gaibnya yang berdiam di daerah pengobatan tersebut dibacakan
tersebut dan biasanya dipanggil „Eyang mantera, maka kemudian ia berubah
atau Embah.1 Misalnya hendak dan dibacakan doa sebagai
mengambil kayu bakar atau menebang penggantinya atau ditambahkan
pohon di hutan: “Embah punten iyeu kalimat syahadat pada akhir mantra;
incu seja mipit, Mugi embah ngawidian penggunaan ukiran kaligrafi yang
tuang incu kangge nuar ieu tangkal”. menggantikan simbol penolak bala;
(embah mohon maaf saya cucu mu wafak yang bertuliskan ayat-ayat

1
Di samping digunakan oleh masyarakat sebagai ayat keselamatan tersebut adalah ayat-ayat
Sunda untuk menyebut orang gaib yang menjadi Alquran yang menyatakan tentang salaam atau
penghuni atau penunggu tempat-tempat tertentu keselamatan, kesejahteraan, kedamaian,
sebagai tanda atau panggilan penghormatan, kata sebagaimana yang tercantum dalam: QS. Maryam 33:
Eyang dan Embah juga dipakai untuk menyebutkan “Dan kesejahteraan semoga dilimpah-kan kepadaku,
seorang tokoh yang disegani karena ketinggian pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal
ilmunya, keulamaannya, kekuatan magis dan dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali". QS.
supranatural yang dimilikinya, dan atau kedudukan Yaasin 58: “(Kepada mereka dikatakan): "Salam",
sosialnya yang tinggi hal ini didasarkan pada temuan sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha
dilapangan Penyayang”. QS. ash-Shaffat 79: "Kesejahteraan
2
Dalam Masyarakat Sunda, Peneliti dilimpahkan atas Nuh di seluruh alam". QS. ash-
dapatkan informasi bahwa selain membaca bismillah Shaffat 109: “(yaitu) "Kesejahteraan dilimpah-kan
dan shalawat, umat Islam juga dianjurkan untuk atas Ibrahim". QS. ash-Shaffat 120: “(yaitu):
membaca „7 ayat keselamatan‟ (7 salam) agar "Kesejahteraan dilimpahkan atas Musa dan Harun".
terhindar dari segala gangguan makhluk gaib (dalam QS. ash-Shaffat 130: “(yaitu): "Kesejahteraan
konteks ini disebut hantu karena sifatnya yang jahat dilimpahkan atas Ilyas". QS. ash-Shaffat 181: “Dan
dan mengganggu). Adapun ayat yang dimaksud kesejahteraan dilimpahkan atas para Rasul”.

Juhana Nasrudin - 49
Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019
Alquran; Yaasin untuk penghalat krnyataan terciptanya yang lemah di
(pembatas) agar terhindar dari banding dengan makhluk lain.Untuk
gangguan makhluk gaib, dan itu, maka manusia berusaha untuk
sebagainya. Sehingga terjadi perpaduan menggali kesebenaran dari apa yang
antara unsur-unsur budaya dan terdapat dari alam semesta demi
kepercayaan yang dianut oleh mencari dari apa yang mereka sebut
masyarakat Sunda sebelum Islam kebenaran.Perjalanan spiritual inilah
datang dengan unsur-unsur Islam yang kemudian di gambarkan menjadi
dalam ritual tatamba dimaksud. suatu yang nyata melalui cerita-cerita
Selain dari ketiga hal diatas ada fiksi. Cerita-cerita tersebut membentuk
juga yang mempengaruhi sistem alur yang sistematis dan patent
pengobatan tardisional yaitu terkait (Sujarwa, 2010).
dengan mitos. Pengertian Mitos, Dalam alam pemikiran mistis,
Menurut Van Peursen mitos adalah antara manusia dan alam, baik itu alam
suatu cerita yang memberikan fisik, metafisik dan sosial merupakan
pedoman atau arah tertentu pada suatu hal yang berkaitan erat dan saling
komunitas masyarakat (Abdullah Aly, memiliki ketergantungan. Manusia
Eny Rahma, 2007). Cerita cerita tersebut merasa terkepung oleh kekuatan-
dapat berbentuk simbol-simbol yang kekuatan luar biasa yang terdapat
memberi gambaran tentang suatu hal dalam alam yang tida tampak, yaitu
kebaikan dan keburukan, kahidupan alam para dewa. Dalam alam mistis
dan kematian, dosa dan penyucian, manusia belum merasa sebagai
perkawinan dan kelahiran, akhirat, makhluk individu yang bulat, akan
surga, dan neraka. Dipandang dari segi tetapi masih terkungkung oleh
keadaan mitos juga dapat diartikan gambaran-gambaran dan perasaan-
dengan sesuatu yang erat kaitannya perasaan ajaib yang mereka resapi
dengan hal-hal mistis di mana manusia sebagai roh-roh dan daya-daya dari luar
merasa terkepung oleh kekuatan- (Sujarwa, 2010). Untuk itulah dalam
kekuatan ghoib di sekitarnya, yaitu masyarakat mistis tidak akan pernah
kekuasaan dewa-dewa alam raya atau sepi dengan ritual. Perilaku seperti
kekuasaan kesuburan seperti yang inipun di wariskan secara turun
trrdapat dalam mitologi primitive temurun sehingga menjadi tradisi.
(Sujarwa, 2010). Alam pemikiran tersebut
Pada dasarnya mitos adalah kemudian membentuk suatu kesadaran
merupakan tahapan perjalanan individu maupun kesadaran bersama
spiritual manusia dalam mencapai dalam suatu komunitas masyarakat
kebahagiaan dan ketentraman dalam dalam upaya mencari kebenaran untuk
kehidupannya di dunia. Mitos memenuhi kepuasan batin. Proses
merupakan tahapan-tahapan manusia seperti ini memberikan bukti bahwa
untuk menemukan sesuatu yang di manusia mulai menentukan arah
yakini keberadaannya yaitu yang maha kepercayaannya atau teologi pada
pencipta. Oleh karena manusia merasa kekuatan para dewa.
makhluk paling lemah secara fisik, Kesadaran bersama tersebut
maka membutuhkan sesuatu dari luar memiliki dua macam sifat yaitu;
dirinya untuk menjamin kehidupan eksterior dan constrain (Margono, 1982).
yang sesui dengan tuntutan hidup. Eksterior mengandung arti bahwa
Manusia akan merasa gelisah dalam kesadaran kolektif berdiri di luar

50 - Relasi Agama, Magi, Sains Dan Sistem Pengobatan Tradisional –Modern Pada Masyarakat Pedesaan
Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019
kesadaran itu sendiri sehingga dari masyarakat modern masih terdapat
cenderung kesadaran tersebut bersifat suatu komunitas yang berpegang teguh
constrain atau di paksakan. Kesadaran dalam tradisi mitos.Misalnya di
berbau mistis tersebut di wariskan sebagian pulau Jawa di bagian selatan
secara turun temurun dalam bentuk yang masih mempercayai tentang
mitos sebagai unsur tradisi penguasa laut kidul. Di bagian pulau
kepercayaan. Bentuk kepercayaan Jawa tersebut masih sering menjumpai
sebagai titik harapan kelayakkan hidup ritual-ritual dengan membawa sesaji ke
bermasyarakat mistis yang sering di tepi pantai sebagai persembahan pada
pentaskan dalam berbagai kesenian sang ratu penguasa laut.
maupun ruwatan. Mitos-mitos tersebut Secara umum di dunia modern
menggiring pada perilaku yang mitos mengalami degradasi yang
memaksa untuk melakukan apa yang signifikan. Hal itu di sebabkan karena
mereka anggap sebagai sebuah dunia modern adalah termasuk dari
kebenaran sejati. bagian dari tahapan fungsional yang
Tradisi kepercayaan adalah cenderung pada penggunaan rasio
konstensi dari Pengaruh mitos yang sehingga sesuatu yang irrasional seperti
telah mengakar dalam masyarakat. halnya mitos hanya akan menjadi karya
Dengan kepercayaan manusia dapat masa lalu dan tidak layak pakai. Mitos
merasa telah mencapai kehidupan yang raksasa memakan bulan yang
sebenarnya. Menurut teori batos (J.G menyebabkan gerhana bulan telah di
Frazer) bahwa manusia mempunyai gantikan dengan teori
keterbatasan akal sehingga astronomi.Lambang-lambang mitos
membutuhkan kekuatan lain yang lebih yang merupakan petunjuk kebenaran
dominan (Sujarwa, 2010). menjadi karya seni yang tidak berarti
Keberadaan mitos dalam lagi.
masyarakat menjadi sangat penting
melihat konteks mitos yang terbentuk Penggunaan Magic dan Agama dalam
menjadi kepercayaan yang bersifat Praktik Pengobatan Tradisional
tradis. Karena kepercayaan merupakan Magi dan agama adalah dua hal
bagian yang terpenting dalam yang berbeda. Magi bertujuan mencapai
kehidupan individu dan masyarakat. hubungan dengan kekuatan alam untuk
Manusia pada dasarnya merupakan kepentingan pribadi, sedangkan agama
suatu komunitas yang memiliki habitat berusaha menjalin hubungan dengan
kehidupan yang sama, yaitu dalam makhluk-makhluk rohani yang lebih
keyakinan pada suatu kepercayaan. dari sekadar kekuatan impersonal
Oleh sebab itu mitos menjadi suatu hal (Malinowski, Bronislaw, 1948). Agama
yang sangat fenomenal di tengah- berorientasi ketundukan
tengah masyarakat primitif. (permohonan), sedangkan magi adalah
Bagi masyarakat modern mitos, pemaksaan kehendak atau perintah
sudah tidak lagi menjadi hal yang (Peursen, C.A. Van, 1988). Baal
fenomenal melainkan hanya dianggap berpandangan bahwa jika magi
sebagai peninggalan budaya yang dimaknai sebagai „tindakan-tindakan
tergolong dalam kekuatan daya seni. ritual sederhana yang diarahkan pada
Akan tetapi, anggapan inipun bukan suatu efek konkret‟, maka do‟a untuk
berarti mengeneralisasi dari kesemua memohon sesuatu pun merupakan
masyarakat modern.Karena sebagian bagian dari magi (Baal, J. Van, 1987).

Juhana Nasrudin - 51
Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019
Weber juga menyatakan sulit Frazer (1958:56), bahwa ahli magi lebih
memisahkan secara tegas antara magi dekat dengan ilmuwan daripada
dan agama, jika sekadar menggunakan agamawan. Ahli magi dan ilmuwan
parameter bahwa magi menggunakan menganggap rangkaian kejadian
kekuatan yang memaksa kekuatan sebagai sesuatu yang pasti dan
adikodrati, sedangkan agama mengikuti aturan dengan sempurna,
mengandalkan permohonan kepada terbatasi oleh hukum-hukum yang
Tuhan (Weber, Max, 2012). Weber tidak berubah, yang operasinya dapat
mencontohkan dua unsur ritual dalam diramalkan dan diperhitungkan dengan
agama, seperti do‟a dan penyembelihan tepat.
kurban, sebagaimana yang dilakukan Praktik yang dijalankan oleh
oleh para pengobat tradisional. pengobat tradisional sebagai pelaku
Menurut Weber, kedua ritual ini tetap pengobatan spiritual memiliki beberapa
memiliki akar dalam magi, sebabagama kesamaan dengan praktik pengobatan
pada praktiknya, tetap mengandung yang didasarkan pada sains. Hanya
sejumlah besar komponen magi. bentuk yang berbeda. Seperti do‟a dan
Meski magi dan agama sulit penggunaan mediaa tertentu yang
dibedakan, namun menurut saya tetap dijadikan sebagai obat. Jika dalam
dapat dibedakan paling tidak pada pengobatan modern resepnya berupa
aspek tujuan dan kemampuan „menjual obat-obatan sintetis generik kimiawi.
kepastian‟. Pada kedua aspek tersebut, Sedangkan dalam pengobatan
praktik yang dilakukan pengobat tradisional do‟a dan ramuan
tradisional lebih dekat dengan magi tradisional.
daripada agama. Pada aspek tujuan, Perkembangan Pengobatan
zikir yang digelar pengobat tradisional Tradisional
berorientasi instrumental; Didasarkan pada perkembangan
menyembuhkan pasiennya dalam akal manusia maka sistem pengobatan
menangani penyakitnya, bukan mansusia mengalami perkembangan
sepenuhnya dalam rangka beribadah. dari primitif tradisional menuju
Dalam menjalankan praktiknya, pengobatan modern ilmiah modern.
pengobat tradisional terkesan Ada beberapa tahapan perkembangan
„memaksakan kehendak‟ kepada sistem pengobatan yang ada pada
Tuhan, misalnya, dengan penggunaan masyarakat baik di pedesaan ataupun
istilah do‟a yang „dibayar kontan‟ (oleh di perkotaan, antara lain sebagai
Tuhan). Ia juga menggunakan sarana berikut:
„kurban 99 ekor ayam‟ atau dalam 1) Tahap irasionalisme dini
istilah perdukunan istilahnya tumbal. Ada sebagian orang yang
sebagai instrumen transaksi dengan percaya bahwa mereka sakit karena
kekuatan yang bersifat adikodrati. perbuatan makhluk-makhluk halus dan
Selain itu, pengobat tradisional juga cara yang cenderung mereka lakukan
menawarkan kepastian kemenangan adalah dengan melakukan pemujaan,
melalui formula perbandingan antara mencari dukun, memberikan
suara yang ingin diraih dan jumlah sesajian,dll.
pembaca zikir „1000:250‟. 2) Tahap irasionalisme fajar
Kedekatan praktik para Kepercayaan masyarakat akan
pengobat tradisional dengan magi adanya kekuatan gaib yang dimiliki
semakin jelas, jika merujuk pendapat oleh dukun membuat orang-orang

52 - Relasi Agama, Magi, Sains Dan Sistem Pengobatan Tradisional –Modern Pada Masyarakat Pedesaan
Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019
dapat melakukan berbagai hal seperti Dalam masyarakat modern
membuat orang lain sakit atau kepercayaan dapat tumbuh dan
melakukan guna-guna. Namun terlepas berkembang pada sistem abstrak seperti
dari hal tersebut,ada juga dukun yang transaksi uang dan etika profesional,
menggunakannya untuk menolong juga dapat berkembang pada relasi
orang yang dikenal dengan white magic personal seperti persahabatan, yang
dan ada juga yang dikenal dengan black terakhir adalah pada orientasi masa
magic yang bersifat mengganggu. Dan depan seperti misalnya kontrak, atau
karena alasan tersebut, sering terjadinya kontrak bisnis. Sedangkan dalam
“pertempuran” kekuatan antara dua masyarakat pramodern kepercayaan
aliran tersebut yang berdampak pada dapat tumbuh dalam empat lingkungan
tubuh manusia. yakni:
3) Tahap rasionalisme awal 1) Hubungan kekerabatan
Adanya kekuatan penyembuh Menurut Giddens maka
penyakit, kekuatan peyegar yang secara pengobatan tradisional dapat dilihat
alamiah terdapat di alam ditekuni oleh sebagai bentuk kepercayaan
sebagian dukun. Mereka tidak tahu apa masyarakat karena hubungan dengan
yang menyebabkan orang sakit, namun para pelaku pengobatan (Damsar,
mereka mengetahui bahan alamiah apa 2009). Masyarakat Sunda pada
yang dapat menyembuhkan penyakit- dasarnya semua memiliki hubungan
penyakit orang. kekeluargaan. Pemilihan pengobatan
4) Tahap rasionalisme lanjut tradisional dalam hal ini dikarenakan
Dalam tahap ini, mucullah hubungan pengguna obat tradisional
dokter sebagai pengganti dukun. dan pelaku pengobatan. Pelaku
Keberadaan jamu pun digantikan oleh pengobatan dalam hal ini bisa saja
obat. Masyarakat tidak lagi percaya orang tua, atau pengobat tradisional.
pada sesuatu yang bersifat tidak objektif Seseorang akan percaya pada orang
dan yang tidak dapat dinalar tuanya yang melakukan pengobatan
berdasarkan fakta. Kekuatan-kekuatan kepadanya. Hal ini juga berlaku pada
alam terdahulu akhirnya masyarakat pedesaan yang berada di
menumbuhkan ilmu pengetahuan yang Kecamatan Kadungora dimana pelaku
rasional, realistis, objektif dan dapat pengobatan masih memiliki hubungan
dinalar berdasarkan fakta. kekerabatan terutama ke pengobat
Pemanfaatan berkaitan dengan tradisional yang ditandai dengan
kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan silsilah pengobatan yang
sesuatu hal. Giddens dalam (Damsar, turun temurun.
2009:187-193) selanjutnya membagi 2) Komunitas masyarakat lokal
kepercayaan dapat tumbuh dan Giddens melihat tempat sebagai
berkembang dalam dua lingkungan sebuah hubungan yang dapat
yakni pada masyarakat pramodern dan menimbulkan persahabatan (Damsar,
modern. Masyarakat pramodern yang 2009), oleh karenanya dapat
dimaksudkan Giddens disini adalah menumbuhkan kepercayaan. Dalam hal
bukan masyarakat yang benar-benar ini komunitas yang dimaksudkan
terisolasi melainkan juga masyarakat dalam hal ini adalah hubungan sesama
yang sedang menuju masyarakat pengguna pengobatan tradisional yang
industri atau masyarakat transisi. sama-sama tinggal di satu desa.
Kepercayaan kepada pengobat

Juhana Nasrudin - 53
Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019
tradisional juga dipengaruhi oleh Berdasarkan keempat jenis
pengalaman masyarakat yang melihat tempat bertumbuhnya kepercayaan
pengobat tradisional menyembuhkan masyarakat tradisional tersebut, tiga
berbagai penyakit orang lain diantara masih merupakan tempat
sebelumnya. bertumbuhnya kepercayaan terhadap
3) Kosmologi religius pengobatan tradisional. Ketiga hal
Hal ini terlihat dari kepercayaan tempat tersebut antara lain hubungan
masyarakat kepada penyebab penyakit kekerabatan masyarakat Pedesaan
yang disebabkan oleh faktor gaib seperti disekitar lokasi penelitian terutama
roh halus atau perlakuan orang lain antara pemakai obat dan pengobat
melalui medium tertentu. Masyarakat tradisional yang dikenal dengan
hanya percaya kepada pengobat hubungan tujuh garis keturunan dalam
tradisional untuk mengobati tipe istilah orang sunda ada tujuh turunan.
penyakit ini, karena pada dasarnya Kedua, komunitas masyarakat lokal,
pengobatan medis modern tidak sebagai sebuah desa antara warga
dianggap mampu mengobati penyakit memiliki interaksi yang cukup
tipe personalistik. Masyarakat pedesaan frekuensinya tidak hanya pada sewaktu
yang berada di Kecamatan Kadungora pengobatan melainkan juga dalam hal
yang mayoritas dari kalangan Suku kegiatan pertanian dan pesta-pesta
Sunda masih mempercayai adanya adat. Ketiga, kosmologi religius, hal ini
penyakit yang disebabkan oleh medium meskipun semakin menipis karena
roh yang hanya dapat disembuhkan pengaruh perkembangan agama Islam
melalui guru (pengobat tradisional). namun kepercayaan akan penyebab
4) Tradisi penyakit dari roh halus masih ditemui
Tradisi diartikan sebagai sebuah dan diyakini hanya dapat disembuhkan
rutinitas atau perilaku yang dilakukan oleh pengobat tradisional. Namun yang
berulang-ulang oleh suatu masyarakat terakhir, pada tradisi hal ini sudah
tertentu. Makna aktivitas rutin berada jarang ditemukan karena masyarakat
dalam penghormatan atau pemujaan pedesaan yang berada di Kecamatan
yang melekat dalam tradisi dan dalam Kadungora sudah mulai sedikit demi
kaitan antara tradisi dan ritual. Oleh sedikit meningggalkan tradisi-tradisi
karenanya dalam tradisi juga yang berkaitan dengan pengobatan
kepercayaan dapat tumbuh dan tradisional dan beralih ke pengobatan
berkembang. Masyarakat percaya modern.
kepada pengobatan tradisional karena Pemanfaatan dalam hal ini
melihat dan berdasarkan pengalaman berarti segala upaya pengolahan
orang tua atau nenek moyang mereka pengetahuan mengenai metode
yang berhasil menyembuhkan orang pengobatan tradisional. Berdasarkan
lain. Hanya saja berdasarkan temuan hasil penelitian di lapangan maka dapat
data bahwa ritual tradisional tidak dijelaskan bahwa bentuk-bentuk
ditemukan lagi karena pengaruh nilai- pemanfaatan pengobatan tradisional
nilai agama dimana dianggap sebagai tersebut terbagi kedalam beberapa
hal yang dilarang agama. Kepercayaan bentuk antara lain sebagai pemanfaatan
terhadap pengobatan tradisional dalam sumber daya alam yang ramah
hal ini dapat diartikan sebagai warisan lingkungan, pemanfaatan untuk
nenek moyang. mengobati diri sendiri, mengobati

54 - Relasi Agama, Magi, Sains Dan Sistem Pengobatan Tradisional –Modern Pada Masyarakat Pedesaan
Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019
anggota keluarga atau tetangga dan kepercayaan masyarakat pedasaan
sebagai sumber ekonomi tambahan. yang berada di Kecamatan Kadungora.
Pemanfaatan sumber daya alam Sikap puritan ini ditunjukkan oleh
yang ramah lingkungan, Ramuan yang Wakil Ketua Pimpinan Wilayah
digunakan pada pengobatan tradisional Muhammadiyah Kadungora K.H.
di pedesaan yang berada di Kecamatan Halim Basarah:
Kadungora adalah ramuan yang berasal Sesungguhnya mendatangi
dari unsur nabati (tumbuh-tumbuhan), dukun dan tukang ramal untuk
hewani dan bahan mineral alam. menanyakan sesuatu kepadanya
Sumber ramuan tumbuhan yang berkaitan dengan sakit, nasib masa
digunakan umumnya dari hutan depan, atau untuk mengabarkan
disekitar desa. sesuatu yang gaib seperti barang hilang,
Paranormal dalam Pandangan Islam dan yang semisalnya tidak
Puritan dan Sinkretis diperbolehkan dalam Islam. Hukumnya
Sebanyak 99% masyarakat haram. Apalagi kalau sampai meyakini
pedesaan yang berada di Kecamatan dan membenar-kan apa yang mereka
Kadungora beragama Islam (BPS, 2015). katakan. Karena sesuatu yang mereka
Hal tersebut tidak serta merta membuat katakan mengenai hal-hal yang gaib itu
sistem kepercayaan lokal sebelum hanya didasarkan atas perkiraan belaka,
masuknya Islam turut punah. Pelras atau dengan cara mendatangkan jin,
(2006:216) menyebut masuknya Islam dan meminta tolong kepada jin-jin itu
menyebabkan terjadinya „sinkretisme tentang sesuatu yang mereka inginkan.
esoteris’ dan „sinkretisme praktis’. (K.H. Halim Basarah, 18 Agustus 2018).
Sinkretisme esoteris adalah ajaran aliran Pandangan K.H. Halim Basarah
kepercayaan terjadi pada periode awal tersebut merujuk pada beberapa
Islamisasi, disebarkan melalui teks-teks pandangan Al-Qur‟an berikut:
yang sebagian besar lisan (meskipun Katakanlah, tidak ada seorang
ada pula yang tertulis), berisi ajaran pun di langit dan di bumi yang
yang mengawinkan sufisme Islam mengetahui perkara yang ghaib kecuali
dengan konsep ketuhanan (teologi) dan Allah (QS. An-Naml:65).
konsep mengenai alam semesta Katakanlah, „Aku tidak berkuasa
(kosmologi) pra-Islam Bugis. menarik kemanfaatan bagi diriku dan
Sinkretisme praktis yaitu sikap tidak (pula) menolak kemudharatan
beragama tanpa mementingkan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan
pemahaman ilmu agama (Pelras sekiranya aku mengetahui perkara yang
2006:219), perpaduan sistem ghaib, tentulah aku membuat kebajikan
kepercayaan dalam berbagai ritual sebanyak-banyaknya dan tidak akan
keseharian masyarakat. Sistem ditimpa kejahatan dan aku tidak lain
kepercayaan tersebutlah yang hanyalah pemberi peringatan, dan
mewarnai praktik pengobatan pembawa berita gembira bagi orang-
tradisional yang dilakukan oleh para orang yang beriman (QS. Al-A'raf: 188).
pengobat tradisional yang ada pada Dan menurut Hadis bahwa Nabi
masyarakat pedesaan. Muhammad saw:
Padahal, jika menggunakan Kunci perkara ghaib itu ada 5,
pendekatan puritan dalam memahami tidak ada seorang pun yang
Islam, seharusnya paranormal/dukun mengetahuinya melainkan Allah, Tidak
tidak lagi memiliki tempat dalam sistem ada yang mengetahui (takdir) apa yang

Juhana Nasrudin - 55
Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019
di dalam kandungan selain Allah, tidak setelah agam dan sains hadir sebagian
ada yang mengetahui apa yang akan masyarakat mulai beralih
terjadi esok selain Allah, tidak ada menggunakan agama dan sains.
seorang pun yang mengetahui (dengan Tetapi kendatipun demikian
pasti) kapan hujan akan turun kecuali sebenarnya pengobatan tradisional
Allah, dan tidak ada seorang pun yang dengan melibatkan unsur magi dan
mengetahui di bumi mana dia akan agama sebenarnya tidak akan hilang
mati selain Allah, dan tidak ada yang pada kehidupan masyarakat pedesaan.,
mengetahui kapan terjadinya hari walaupun pengobatan modern yang
kiamat kecuali Allah (HR. Bukhari). menggunakan unsur sains mulai
Ayat Al-Qur‟an dan Hadits yang merambah pada kehidupan
disitir oleh K.H. Halim Basarah diatas masyarakjat. Sebenarnya keberadaan
menunjukkan bahwa dalam pandangan magi, agama dan sains tidak akan bisa
Islam puritan, kehadiran para-normal dinapikan kerana pada tataran
dan dukun dianggap bertentangan praktiknya ketiga hal tersebut akan
dengan Islam. Namun, sebagaimana dapat berjalan bersama-sama.
diingatkan Pelras, Islam yang hadir KESIMPULAN
dalam begitu banyak aspek kehidupan Penelitian ini menghasilkan
orang Sunda memiliki gambaran yang beberapa kesimpulan sebagai berikut:
jauh lebih kompleks dalam praktiknya 1. Masyarakat Pedesaan yang berada di
(Pelras 2006:209-210), yang tak dapat Kecamatan Kadungora masih
dipandang secara hitam putih atau memanfaatkan sistem pengobatan
dipisahkan antara Islam dan budaya tradisional. Tetapi walaupun
setempat. Demikian pula praktik yang demikian kehadiran pengobatan
dilakoni oleh paranormal yang modern yang didasarkan pada sains
berperan sebagai pengobat tradisional, sudah dimanfaatkan pula oleh
meski mengklaim melandaskan diri masyarakat pedesaan seperti dengan
pada Islam, tetapi mereka juga tidak keberadaan puskesmas di desa-desa
menafikan sistem kepercayaan yang yang merupakan cabang pembantu
telah hadir sebelum kedatangan Islam. bagi Puskesmas yang berada di
Meski magi dan agama sulit wilayah Kecamatan; dan
dibedakan, namun menurut saya tetap 2. Praktek pengobatan tradisional
dapat dibedakan paling tidak pada dalam prakteknya menggunakan
aspek tujuan dan kemampuan „menjual unsur magi, dan agama, hal tersebut
kepastian‟. Pada kedua aspek tersebut, dikrenakan keterbatasan
praktik yang dilakukan para pengobat pemahaman atau pendidikan dan
tradisional di pedesaan lebih dekat ekonomi masyarakat dalam hal
dengan magi daripada agama. Terlebih pencarian. Sehingga masyarakat
lagi ketika Islam belum masuk maka lebih praktis menggunakan jasa
penggunaan faktor magis lebih pengobat tradisional dalam
dominan digunakan baru kemudian pencarian pengobatannya.

56 - Relasi Agama, Magi, Sains Dan Sistem Pengobatan Tradisional –Modern Pada Masyarakat Pedesaan
Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Cindy (2007) Soekarno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Yogyakarta: Media
Pressindo.
Alhumami, Amich (2009) Dukun dan Politik,
http://www.bernardsimamora.com/dukundan-politik, diakses tanggal 3
Februari 2014.
Ardhianto, Imam (2012) Hubungan Relasional dan Ontologi Moralitas: Meninjau
Beberapa Tulisan Antropologi Mengenai Ritus Kurban, dalam Tony Rudiansjah
(ed.) Antropologi Agama: Wacanawacana Mutakhir dalam Kajian Religi dan Budaya.
Jakarta: UI Press, 109-126.
Baal, J. Van (1987) Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya (Hingga
Dekade 1970). Diterjemahkan oleh J. Piry. Jakarta: PT. Gramedia.
BPS (2015) Sulawesi Selatan Dalam Angka 2015. Makassar: Badan Pusat Statistik
Provinsi Sulawesi Selatan.
Bakti, Andi Faisal (2007) Kekuasaan Keluarga di Wajo, Sulawesi Selatan, dalam Henk
Schulte Nordholt, Gerry van Klinken, dan Ireen Karang-Hoogenboom (eds.)
Politik Lokal di Indonesia, Jakarta: KITLV Jakarta dan Yayasan Obor Indonesia,
491505.
Bennett, Linda R. (2005) Women, Islam and modernity: Single Women, Sexuality and
Reproductive Health in Contemporary Indonesia. London and New York: Routledge
Curzon.
Comte, Auguste (2000) The Positive Philosophy, London: Batoche Books.
Eriksen, Thomas Hylland (2009) Antropologi Sosial dan Budaya: Sebuah Pengantar.
Maumere: Penerbit Ledalero.
Fahmid, Mujahidin (2011) Pembentukan Elite Politik di dalam Etnis Bugis dan Makassar
Menuju Hibriditas Budaya Politik.Disertasi. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian.
Frazer, James (1958) The Golden Bough (Abridged Edition). New York: Macmillan.
Geertz, Clifford (1983) Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: PT. Dunia
Pustaka Jaya.
Goffman, Erving (1959) The Presentation of Self in Everyday Life.New York: Double Day.
Halim, Abdul (2014) Politik Lokal: Pola, Aktor dan Alur Dramatikalnya, Yogyakarta: LP2B.
Merdeka (2013) Garansi Insya Allah Jadi, Dukun Politik Ngaku Keturunan Nabi,http:
//www.merdeka.com/peristiwa/garansiinsya-allah-jadi-dukun-politik-
ngakuketurunan-nabi.html, diakses tanggal 9 Februari 2014.
Tribun Timur (2013) Jimat Maccaleg Rp10 M, 23 Oktober, 17.
Haluan (2012) Jelang Pilkada Dukun Laris, http://harianhaluan.com/index.php/khas/1
1782-jelang-pilkada-dukun-laris, diakses tanggal 3 Februari 2014.
Homans, George (1974) Elementary Forms of Social Behavior.New York: Harcourt Brace
Jovanovich.
Idrus, Nurul Ilmi (2003) To Take Each Other: Bugis Practice of Gender, Sexuality and
Marriage. Disertasi. Canberra: The Australian National University.
Malinowski, Bronislaw (1948) Magi, Science and Religion, and Other Essays, Illinois: The
Free Press.
Manguelle, Danielle Etounga (2006) Perlukah Afrika Sebuah Program Penyesuaian
Budaya?, dalam Lawrence E. Harrison dan Samuel P. Huntington (eds.)

Juhana Nasrudin - 57
Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019
Kebangkitan Peran Budaya: Bagaimana Nilai-nilai Membentuk Kemajuan Manusia.
Jakarta: LP3ES, 111-128.
Pelras, Christian (2006) Manusia Bugis, Jakarta: Nalar kerjasama dengan Forum Jakarta
Paris.
Peursen, C.A. Van (1988) Strategi Kebudayaan, Yogyakarta: Kanisius.
Putra, Juma D. (2014) Dunia Batin 2 Macan Asia: Pengalaman-pengalaman Spiritual Bung
Karno dan Pak Harto.Yogyakarta: Penerbit Palapa.
Pritchard, Evans (1940) The Nuer: A Description of the Modes of Livehood and Political
Institutions of a Nilotic People. Oxford: Clarendon Press.
Rakyat Sulsel., 2014. Jasa Paranormal Bayangi Para Caleg, 23 Februari, 1.
Roth, Dik (2007) Gubernur Banyak, Provinsi Tak Ada: Berebut Provinsi di Daerah Luwu-Tana
Toraja di Sulawesi Selatan, dalam Henk Schulte Nordholt dan Gerry van Klinken
(eds.) Politik Lokal di Indonesia.Jakarta: KITLV Jakarta dan Yayasan Obor
Indonesia, 154-189.
Sahlan, Muhammad (2010) “Dukun dan Politik”: Peran Dukun Dalam Pemilukada di
Banyuwangi Tahun 2010, http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penel
itian_detail&sub=PenelitianDetail&act=vi
ew&typ=html&buku_id=58877&obyek_i d=4, diakses tanggal 3 Februari 2014.
Said, Basir (1996 Dukun, Suatu Kajian Sosial Budaya tentang Fungsi Dukun Bugis Makassar
di Kotamadya Ujung Pandang. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.
Syuhudi, Irfan (2013) Etnografi Dukun: Studi Antropologi tentang Praktik Pengobatan
Dukun di Kota Makassar. Tesis. Makassar: Program Pascasarjana Universitas
Hasanuddin.
Solihat, Ade (2012) Memahami Bahasa Agama dalam Perspektif Antropologi, dalam Tony
Rudiansjah (ed.) Antropologi Agama: Wacana-wacana Mutakhir dalam Kajian Religi
dan Budaya. Jakarta: UI Press, 6970.
Weber, Max (2012) Sosiologi Agama: A Handbook. Diterjemahkan oleh Yudi Santoso.
Yogyakarta: IRCiSoD.

58 - Relasi Agama, Magi, Sains Dan Sistem Pengobatan Tradisional –Modern Pada Masyarakat Pedesaan

You might also like