You are on page 1of 14

PERSPEKTIF AGAMA ISLAM MENGENAI RITUAL

PENGOBATAN DENGAN BANTUAN BUAYA MISTIK DI


KUALA PEMBUANG KECAMATAN SERUYAN HILIR
KABUPATEN SERUYAN
Oleh:
Daud Priambodo
1901110037
Mahasiswa PAI Jurusan Tarbiyah FTIK IAIN
PALANGKARAYA
E-mail Daudpriambodo@gmail.com

Abstract : At the beginning of the 21st century, the people of Kuala


Pemmbang still believe in the existence of intermediaries who
provide sacrifices to mysterious crocodiles in the midst of the rapid
development of science and technology, one of which is health. The
purpose of this study was to determine the Islamic perception of the
(mysterious) treatment of crocodiles in Kuala Pembuang, Seruyan
downstream district, Seriyan district. The initial stage of this
research is to collect data through library research and field
research. Library research is used to obtain written data in the form
of books or directly obtain raw data. In addition, after collecting
data, review the data again to see the validity of the source. The
next stage of interpretation is to describe the sources that have been
considered. Finally, the history section processes data into written
form. The results showed that the treatment through ritual offerings
to the family guardian crocodile (mysterious) had gone through
several stages, and the Islamic perception of the ritual procession
was part of polytheism because there is no such thing as believing
in or allying with supernatural beings. The conclusion of this study
is that the ritual of offering sacrifices to crocodiles (mysterious) in the
context of healing diseases according to the perception of Islam is a
bad thing, because it believes in something other than Him and is
not in accordance with the Sunnah of the Prophet Muhammad
S.A.W. So that this research is expected to be a reminder to all of us
about this, especially for those who are Muslim.

Keywords: Islamic View, Tradition, Medicine

1.Daud Priambodo, PANDANGAN ISLAM MENGENAI RITUAL PENGOBATAN DENGAN BANTUAN


BUAYA MISTIK
Abstrak : Pada awal abad ke-21, masyarakat Kuala Pembang
masih mempercayai adanya perantara yang memberikan kurban
kepada buaya misterius di tengah pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, salah satunya kesehatan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi Islam terhadap
perlakuan (misterius) terhadap buaya di kuala pembuang
kecamatan seruyan hilir kabupaten seruyan. Tahap awal
penelitian ini adalah mengumpulkan data melalui penelitian
kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan
digunakan untuk memperoleh data tertulis berupa buku atau
langsung memperoleh data mentah. Selain itu, setelah
mengumpulkan data, perhatikan kembali data tersebut untuk
melihat keabsahan sumbernya. Tahap interpretasi selanjutnya
adalah mendeskripsikan sumber-sumber yang telah
dipertimbangkan. Terakhir, bagian sejarah mengolah data menjadi
bentuk tertulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengobatan
melalui ritual sesajen kepada buaya penjaga keluarga (misterius)
telah melalui beberapa tahapan, dan persepsi Islam terhadap
prosesi ritual itu bagian dari pada musyrik karena tidak ada yang
namanya percaya atau bersekutu dengan makhluk ghaib.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ritual mempersembahkan
kurban kepada buaya (misterius) dalam rangka penyembuhan
penyakit menurut persepsi agama Islam merupakan hal yang tidak
baik, karena meyakini sesuatu hal selain-Nya dan tidak sesuai
Sunnah-sunnah Nabi Muhammad S.A.W. Sehingga dari adanya
penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengingat diri kita semua
mengenai hal tersebut khususnya bagi yang beragama Islam.

Kata Kunci: Pandangan Islam, Tradisi, Pengobatan

Prosedur Pemilihan Media Pembelajaran.


PENDAHULUAN

Pada ritual atau perilaku keagamaan pada hakikatnya


berfokuskan pada ketentuan dalam mendapatkan perlindungan
melalui bentuk pemujaan, meditasi, dan doa, yang
memperbolehkan orang yang berkeyakinan berinteraksi dengan
Tuhan serta bentuk-bentuk perilaku etis yang membawa
kehidupan orang beriman. Semangat ketuhanan hadir pada
kehidupan orang yang beriman, memberinya kekuatan untuk
melewati ujian yang mempersulit tujuan kehidupan mereka yang
pada awalnya sering dipahami sebagai tujuan spiritual (Nasrudin
2019).

Setiap kelompok masyarakat relatif telah menguasai dan


mengembangkan pengetahuan kesehatannya sendiri. Pengetahuan

2.Daud Priambodo, PANDANGAN ISLAM MENGENAI RITUAL PENGOBATAN DENGAN BANTUAN


BUAYA MISTIK
tentang pengobatan tradisional dan pengetahuan dengan
pengetahuan medis modern memiliki kesamaan dan perbedaan,
namun secara umum pengobatan kesehatan tradisional dan
kesehatan medis modern dipahami dan dipahami oleh terapis
tradisional, orang pintar kyai, dll. Cara pengobatannya berbeda.
Masyarakat di setiap wilayah Indonesia memiliki adat istiadat yang
berbeda dan berbeda dengan masyarakat di daerah lain (Ilham
2012).

Tradisi ritual pemberian sajen merupakan salah satu


budaya peninggalan oleh nenek moyang terdahulu yang sampai
pada saat ini masih dilakukan oleh masyarakat yang ada di
daerah tertentu. Urang Banjar percaya dengan adanya binatang
pujaan dan suruhan yang dimanfaatkan untuk melindungi diri
dan melawan musuh (Saleh, Muhammad 1978).Tradisi ritual
pemberian sajen keluarga keturnan pemelihara buaya mistik
untuk pegobatan dilakukan pada saat salah satu keluarga tekena
bencana (sakit). Tradisi tersebut sampai saat ini masih berlasung
karena tidak dapat dipungkiri kemujarapannya dalam megobati
salah satu keluarga jika terkena becana (sakit) dan tidak dapat
diobati degan cara medis meskipun dengan peralatan yang serba
lengkap pada zaman ini.

Ritual memberikan kesembuhan dengan bantuan buaya


misterius merupakan salah satu keragaman budaya yang ada di
Indonesia salah satunya Kabupaten Seruyan di Kalimantan
Tengah yang memiliki banyak sekali budaya yang berbeda.
Diantaranya yang tidak diketahui masyarakat umum, namun
terkenal di masyarakat luas adalah pesta tiwah (upacara
kematian), Bakasai (memakai bedak dingin sebelum berangkat
kerja), Sinoman (syukuran atas kehadiran keluarga baru), tradisi
ritual pemberian sajen keluarga keturunan pemelihara buaya
mistik untuk pegobatan.

METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan metode yakni historis dengan


empat tahapan, yaitu heuristik, kritik/verikasi, interpretasi, dan
historiografi serta dipadukan. Heuristik ialah mencari dan
mengumpulkan data ataupun menghimpun data-data yang
diperlukan dan berkaitan dengan peristiwa yang diteliti. Pada
langkah ini tahap pengumpulan data dengan pencarian informasi
dari informan langsung melalui metode wawancara tentang
pandangan masyarakat terhadap pengobatan dengan bantuan
buaya mistik di desa kuala pembuang kecamatan seruyan hilir
kabupaten seruyan.

3.Daud Priambodo, PANDANGAN ISLAM MENGENAI RITUAL PENGOBATAN DENGAN BANTUAN


BUAYA MISTIK
Kritik/verifikasi dilakukan untuk mengetahui keaslian
sumber dan kebenaran hasil penelitian. Proses yang dijalani untuk
memperoleh sumber data yang otentik terdiri dari 2 macam
analisis, yaitu analisis internal dan analisis eksteral. Tujuan dari
tahapan itu ialah agar peneliti berhasil mengumpulkan data-data
yang otentik, dan tidak akan menerima begitu saja apa yang
tercantum dan tertulis pada sumber-sumber itu. Langkah
selanjutnya ia harus memilah secara kritis, terutama pada data-
data awal agar terdapat fakta yang menjadi pilihannya (Helius
2019). Dalam penelitian ini penulis juga merujuk pada penelitian
sebelumnya karya tulisan Tahfiz Al-Qiram, Rusdi Effendi, dan
Hairiyadi yang berjudul Pandangan Masyarakat Terhadap
Pengobatan Dengan Bantuan Buaya Mistik Di Desa Kuala
Pembuang Kecamatan Seruyan Hilir Kabupaten Seruyan. Hal yang
menjadi pembeda dengan penelitian sebelumnya di sini penulis
mencoba mengangkat persepsi dari sudut pandang agama Islam
sehingga berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya.

Interpretasi, peneliti menafsirkan dan menyusun data yang


didapat secara sistematis. Sumber-sumber data yang diperoleh
didukung oleh daftar pertanyaan yang ditanyakan kepada para
narasumber. Seperti bagaimana pandangan masyarakat terhadap
pengobatan dengan bantuan buaya mistik di desa kuala
pembuang kecamatan seruyan hilir kabupaten seruyan. Penulis
berusaha memberikan data yang benar-banar valid dan berusaha
memberikan gambaran yang lengkap sehingga tujuan dan manfaat
penelitian dapat tercapai. Historiografi, pada tahap ini peneliti
telah melakukan tahapan penulisan, dengan mengerahkan semua
daya pikirannya karena pada dasarnya peneliti harus
memperhatikan perpaduan dari keseluruhan hasil penelitian yang
dalam penemuannya itu adalah sesuatu penulisan yang utuh
(Helius 2019).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prosesi Pemberian Sajen Melalui Bantuan Buaya Mistik Untuk


Pengobatan

Seiring dengan perkembangan zaman, baik pengobatan


modern maupun pengobatan tradisional akan mendorong proses
penyembuhan penyakit. Pengobatan modern umumnya dilakukan
dengan bantuan staf medis dan departemen kesehatan ketika obat
ditemukan. Pengobatan tradisional dilakukan melalui penemuan
masyarakat sederhana melalui pemanfaatan benda-benda di

4.Daud Priambodo, PANDANGAN ISLAM MENGENAI RITUAL PENGOBATAN DENGAN BANTUAN


BUAYA MISTIK
sekitarnya (seperti tumbuhan, hewan, dan terapi kepercayaan
spiritual), salah satunya adalah pengobatan dengan bantuan
buaya misterius. Syarat utama dalam prosesi pengobatan melalui
bantuan buaya mistik adalah adanya prosesi pemberian sajen.
Sajen ialah peningalan budaya Hindu- Budha yang biasa
digunakan untuk memuja para dewa, roh tertentu atau penunggu
tempat (pohon, batu, persimpangan) dan lain-lain yang mereka
yakini dapat mendatangkan keberuntungan dan menolak kesialan.
Salah satu contoh dari bentuk sinkretisme ialah misalnya seperti
Urang Banjar yang meyakini dengan adanya kekuatan mistik dari
buaya yang hidup di sungai. Kepercayaan ini dipercayai oleh
Urang Banjar Batang Banyu yang dijelaskan dengan kata lain
basahabat (bersahabat) , bagaduhan (memelihara), ataupun
menghormati tuah buhaya (buaya) (Mursalin 2015).
Pemberian sesaji/sesajen sudah dikenal di seluruh lapisan
masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah masyarakat di
Kalimantan Tengah, di Desa Kuala Pembuang Kecamatan Seruyan
Hilir Kabupaten Seruyan. Pengorbanan merupakan bentuk ritual
saat penyembuhan dengan bantuan buaya misterius. Tim
pendukung pengobatan semacam ini sifatnya tidak universal,
karena hanya diperuntukkan bagi keluarga keturunan pemilik
buaya misterius tersebut (Tahfiz Al Qiram, Rusdi Effendi 2021).
Adapun proses awal pemberian sesajen yaitu dengan menyiapkan
antara lain :
(a) telur ayam kampung 1 butir direbus,
(b) rokok merk apapun 1 batang,
(c) tampung tawar,
(d) pisang 1 sisir (sisiran yang masih utuh),
(e) dupa dari kayu gaharu,
(f) minyak wangi tanpa alkohol,
(g) ketan kuning,
(h) kinangan, dan
(i) beras kuning.

Proses pemberian sajen dilakukan jika ada keluarga yang


sakit dan tidak bisa disembuhkan melalui tindakan medis. Waktu
pelakasaan pemberian sajen dilakukan setelah sholat maghrib,
ketika bahan-bahan sudah terkumpul semua. Cara pemberian
sajen diawali dengan berwudhu agar badan dalam keadaan suci,
memakai wangi-wangian (tapa alcohol) dengan maksud seluruh
bagian tubuh dan pakaian tidak terpengaruh dengan alkohol yang
membuat keadaan tubuh menjadi tidak suci kemudian meletakan
semua bahan yang terkumpul kesebuah nampan, membakar dupa
dari kayu gharu sampai keluar bau khas dari kayu tersebut,
Maksud dari adanya dupa dari kayu gaharu ini untuk memanggil

5.Daud Priambodo, PANDANGAN ISLAM MENGENAI RITUAL PENGOBATAN DENGAN BANTUAN


BUAYA MISTIK
hal-hal ghaib yang bersifat positif. Semua bahan yang terkumpul
pada nampan kemudian diangkat dan dipegang diatas api yang
telah padam, serta sambil mengucap salam yang dipercaya akan
mendatangkan kebaikan, setelah itu satu persatu bahan diambil
dan dijadikan satu dengan dibalutkan dengan daun sirih agar
semua bahan bahan bisa tercampur dalam satu genggaman
tangan, lalu sang pemelihara buaya mistik pergi kepinggiran
sungai sambil membawa dupa dari kayu gaharu. Pemberian sajen
disungai dilakukan dengan diawali salam terlebih dahulu sambil
berniat agar keluarga yang sakit tadi dapat sembuh, sajen yang
digenggam tadi ditenggelamkan bersama tangan hingga ukuran
siku tangan dan diamkan hingga tangan terasa dingin dan sajen
tadi terlepas dengan sendirinya, setelah itu sang pemilik buaya
atau tukang tamba mengambil air sungai yang dibuat kedalam
botol dan diberikan kepada keluarga yang sakit dengan cara di
mandikan ataupun diusapkan kekepala orang yang sakit tadi, dan
yang terakhir berdoa agar kesembuhan segera diperoleh dengan
ijin Allah SWT melalui prantara pengobatan buaya mistik tersebut
serta bahan sajen yang tersisa dibacakan doa selamat dan
dibagikan kepada tetangga (Tahfiz Al Qiram, Rusdi Effendi 2021).
Agama dan kepercayaan pada umumnya memiliki pola
upacara ritual sebagai suatu gambaran sikap dan keyakinan
masing-masing kepercayaan atau agama yang dianutnya.
Gambaran ini merupakan sesuatu yang wajar karena merupakan
pemahaman kepada sang pencipta ataupun sesama umat. Sistem
ritual yang digambarkan penganut kepercayaan atau agama
tertentu dapat menjadi media saling mengerti, timbang wirasa, tali
silaturrahmi baik secara internal maupun eksternal dalam diri
manusia itu sendiri (Sarma 2018).
Kepercayaan terhadap buaya ghaib di daerah kuala
pembuang berasal dari daerah kalua, yang secara umum daerah
ini terkenal karena buaya ghaibnya. Daerah ini meliputi beberapa
kecamatan, yaitu kecamatan muara harus, kecamatan pugaan,
kecamatan kalua, dan kecamatan banua lawas. Tempat yang
menjadi titik sentral kepercayaan terhadap buaya gaib adalah
masjid pusaka banua lawas dan desa sungai rukam yang terdapat
di kubah Datu Abi (Mursalin 2015).
Pada awalnya sebelum merantau orang kalua biasanya
selalu meminta izin dan sasarat kepada Datu Abi. Orang kalua
memang dikenal sebagai pedagang ulung. Kepandaian ini dari
relasi dan jaringan dagang dari pedagang dayak bakumpai dan
pedagang negara sejak abad ke-17. Kepandaian mereka berdagang
mobilitas mereka hingga sumatera, khususnya wilayah riau
tambilahan. Orang-orang kalua beserta orang negara, alabio dan
amuntai membangun jalur perdagangan dari hulu sungai menuju

6.Daud Priambodo, PANDANGAN ISLAM MENGENAI RITUAL PENGOBATAN DENGAN BANTUAN


BUAYA MISTIK
bandar masih pada abad 16, hal ini turut membuktikan bahwa
orang kalua dalah pedagang yang ulung (Mursalin 2015)
Kuala Pembuang merupakan ibu kota Kabupaten Seruyan
yang berada di Provinsi Kalimantan Tengah. Berdasarkan letak
pemukiman masyarakat Kuala Pembuang mengikuti aliran sungai
Seruyan yang terhubung langsung dengan laut. Jauh sebelum
masuknya teknologi modern, berbagai sektor kehidupan
masyarakat Kuala Pembuang ditunjang oleh sungai, termasuk di
antaranya sektor ekonomi. Tidak heran jika sungai menjadi salah
satu sarana yang menghubungkan masyarakat dari desa satu ke
desa yang lainnya. Oleh sebab ketergantungan masyarakat Kuala
Pembuang dengan sungai maka tidak menutup kemungkinan
banyak hal yang terjadi di sungai (Tahfiz Al Qiram, Rusdi Effendi
2021).
Masyarakat Kuala Pembuang pada umumya merupakan
masyarakat yang heterogen. . Dari sektor perekonomian mayoritas
masyarakat kuala pembuang bekerja sebagai petani dan nelayan
dikarenakan kondisi geografisnya mendukung peotensi untuk
melakukan pekerjaan tersebut, dari segi kepercayan yang ada di
daerah tersebut beragama muslim, dan masih kental dengan
kepercayaan masyarakat terdahulu yang sampai pada saat ini
masih dilaksanakan ataupu dipertahankan, seperti tradisi Bakasai
(memakai bedak dingin sebelum berangkat kerja), Sinoman
(syukuran atas kehadiran keluarga baru), tradisi ritual pemberian
sajen keluarga keturnan pemelihara buaya mistik untuk
pegobatan.Masyarakat Kuala Pembuang pada umumya
merupakan masyarakat yang heterogen. Dari sektor perekonomian
mayoritas masyarakat kuala pembuang bekerja sebagai petani dan
nelayan dikarenakan kondisi geografisnya mendukung peotensi
untuk melakukan pekerjaan tersebut, dari segi kepercayan yang
ada di daerah tersebut beragama muslim, dan masih kental
dengan kepercayaan masyarakat terdahulu yang sampai pada saat
ini masih dilaksanakan ataupu dipertahankan, seperti tradisi
Bakasai (memakai bedak dingin sebelum berangkat kerja),
Sinoman (syukuranatas kehadiran keluarga baru), tradisi ritual
pemberian sajen keluarga keturnan pemelihara buaya mistik
untuk pegobatan (Tahfiz Al Qiram, Rusdi Effendi 2021).
Berkaitan dengan proses pengobatan melaui cara ritual
pemberian sajen pada buaya mistik yang dilakukan oleh keluarga
keturunan, masyarakat tentunya memiliki beragam pandangan
dalam menanggapi hal tersebut. Adapun data yang diperoleh
melalui hasil wawancara pada sebagian masyarakat sebagai
berikut:
a. Pengobatan zaman sekarang melalui ritual sesajen kepada
buaya misterius mungkin sudah tidak bisa dipercaya lagi,

7.Daud Priambodo, PANDANGAN ISLAM MENGENAI RITUAL PENGOBATAN DENGAN BANTUAN


BUAYA MISTIK
karena jika orang tersebut masih hidup atau pernah
mengalami atau menyaksikan peristiwa ini, pengobatannya
bisa dipercaya, namun dalam tradisi ini, ia masih
mempercayai adanya hal-hal gaib. yang dapat membantu
proses penyembuhan penyakit. Masyarakat yang tinggal di
Kuala Pembuang masih mempertahankan alam atau budaya
asli para pendahulunya. Dalam hal ini nara sumber tidak
melarang atau menaati upacara tersebut, sehingga tidak
terjadi kesalahpahaman di masyarakat.
b. Buaya yang diberi sesajen tidak dapat menyembuhkan
penyakit, tetapi dengan memberikan buaya misterius, air
yang digunakan untuk menenggelamkan sesajen dapat
menyembuhkan keluarga yang sakit. Narasumber percaya
bahwa ada hewan peliharaan seperti buaya misterius,
karena banyak orang yang memelihara hewan misterius
semacam ini di tempat kelahirannya.
c. Pemberian sajen yang dilakukan oleh keluarga keturunan
pemeliharaan buaya mistik dalam proses pengobatan
tersebut hanya sebagai tradisi atau kebiasaan orang dulu
yang sampai sekarang masih bertahan dan dipercayai bisa
mengobati keluarga yang sakit. Narasumber juga percaya
adanya peliharaan buaya mistik tersebut ada karena buaya
mistik tersebut menurut narasumber merupakan kembaran
dari salah satu keluaraga kita yang kemudian harus dijaga
dan dirawat seperti keluarga pada umumnya.
d. Kegiatan ritual pemberian sajen terhadap buaya mistik
merupakan kegiatan syirik dan juga mubajir sehingga
narasumber sangat tidak mempercayai, dikarenakan
narasumber pernah melihat saat sang pemilik buaya mistik
akan memberikan sajen ke sungai dengan membawa sajen
yang berisi rokok, telur, kinangan, ketan kuning dan sebagai
nya tersebut di anggap narasumber tidak masuk akal
“massa buaya merokok” kata narasumber saat
diwawancarai. Namun, dalam hal ini narasumber tidak
mendiskriminasi ataupun melarang orang yang masih
melakukan kegiatan ritual tersebut meskipun narasumber
sangat tidak percaya dengan hal tersebut.
e. Keberadaan ritual dalam rangka pengobatan melalui
perantara pemberian sajen kepada buaya mistik masih
diterima dikalangan masyarakat meskipun, ada yang tidak
mempercayai hal tersebut namun masyarakat Kuala
Pembuang tidak melarang adanya kegiatan tersebut karena
dianggap sebagai warisan peninggalan orang terdahulunya
dan juga supaya tidak ada perselisihan dalam berasyarakat.

8.Daud Priambodo, PANDANGAN ISLAM MENGENAI RITUAL PENGOBATAN DENGAN BANTUAN


BUAYA MISTIK
Adapun hasil wawancara dari beberapa keluarga yang
memiliki ikatan darah dengan pemilik atau pemelihara buaya
sebagai berikut:
a. Ritual pemberian sajen kepada buaya mistik memang ada
pada garis keturunan keluarga kami, namun bagi keluarga
kami menganggap bahwa ritual tersebut hanya sebuah
warisan peninggalan yang masih dilaksanakan sebagai
wujud kelestarian budaya saja, dan kami tidak lagi
melaksanakan ritual tersebut. Hanya sebagian keluarga saja
yang masih melaksanakan ritual tersebut.
b. Keluarga kami masih percaya dengan adanya pemberian
sajen untuk buaya mistik dalam rangka pengobatan namun
saat ini kami tidak ingin ikut memelihara karena takut dan
juga pengobatan pada jaman ini sudah modern serta
keluarga saya tidak ingin lagi ada kaitan dengan hal ghaib
tersebut yang dapat menyulitkan keluarga saya dikemudian
hari.
c. Pemberian sajen untuk buaya mistik dalam rangka
pengobatan masih saya percayai karena tidak dapat
dipungkiri pengobatan tersebut benar adanya dan saya juga
tidak bisamelepasakan karena itu sudah jadi warisan turun
temurun bagi keluarga kami. Ritual ini sudah bisa saya
lakukan sendiri karena sudah diturunkan kepada saya, jika
tidak saya lakukan takutnya keluarga saya ada yang terkena
musibah.

Pengobatan ritual pemberian sajen untuk buaya mistik


dikalangan keluarga memiliki pandangan yang berbeda
dikarenakan adanya pergeseran nilai-nilai budaya dalam
masyarakat terjadi seiring pengaruh dari globalisasi dan pengaruh
budaya lain serta agama. Perkembangan ini terkesan sangat cepat
oleh generasi muda yang cenderung cepat terpengaruh oleh
elemen- elemen baru yang merangsang seperti perkembangan
teknologi dan budaya luar (Soemardjan 1990).

Pandangan Islam Mengenai Pengobatan Melalui Buaya Mistik

“Setiap penyakit ada obatnya, maka jika obat telah mengenai


penyakit maka akan sembuh dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla.”
(HR. Muslim). “Sesungguhnya Allah tidaklah menurunkan
penyakit kecuali telah menurunkan untuknya obat yang diketahui
oleh orang yang mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang
yang tidak mengetahuinya.” (HR. Ahmad)
Ketika umat Islam salah paham tentang takdir dengan
kepasrahan fatalis tanpa usaha, sehingga mereka bertanya kepada

9.Daud Priambodo, PANDANGAN ISLAM MENGENAI RITUAL PENGOBATAN DENGAN BANTUAN


BUAYA MISTIK
Nabi apa perlu berobat bila datang takdir sakit, beliau menjawab:
“Ya, wahai hamba-hamba Allah, berobatlah, karena Allah ‘Azza wa
Jalla tidak menaruh penyakit kecuali menaruh padanya obatnya,
kecuali satu penyakit, yaitu kerentaan.” (HR. Ahmad)
Dalam sebuah kisah diriwayatkan bahwa Nabi Ibrahim
pernah menanyakan kepada Allah dari mana asalnya penyakit dan
obat, dijawab oleh Allah “dari-Ku”, Nabi Ibrahim menanyakan,
“Lalu bagaimana dengan seorang dokter atau tabib?” Maka Allah
menjawab: “Ia hanyalah seorang perantara yang dikirimkan
melalui tangannya suatu obat.” Oleh karena itu siapapun yang
memberi obat, itu bukan masalah. Bisa saja dokter, tabib, sinshe
ataupun ahli pengobatan tradisional lainnya. Yang penting,
misinya pengobatan dan tercapainya kesembuhan.
Kita bisa pilih sendiri mana yang berkenan di hati kita,
sebab obat mereka masing-masing biasanya berbeda, asalkan
tidak mengandung bahan-bahan yang najis, haram ataupun
membahayakan serta cara-cara yang haram. Rasulullah SAW
berpesan: “Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit
sekaligus obat, dan telah menciptakan obat bagi setiap penyakit,
maka berobatlah dan jangan berobat dengan yang haram.” (HR.
Abu Daud)
Biasanya, praktek dokter yang banyak diatur secara ketat
dalam kode etik dan peraturan resmi untuk melindungi pasien
meskipun demikian tidak jarang terjadi mal praktek karena
berbagai faktor, tetapi tidak demikian praktik pengobatan lainnya
yang begitu rawan, riskan, kurang terukur dan teruji secara klinis
dan medis. Oleh karena itu diperlukan kehati-hatian ekstra untuk
berobat selain dari pada dokter (Dinda 2021).
Betapa banyaknya paranormal, dukun, oknum yang
dianggap ‘orang pintar’, ahli pengobatan alternatif, tempat
bersyariat dan sebagainya yang sebenarnya penipu dengan
berkedok sakti, keramat, dan mujarab serta dalam iklan maupun
opini yang digetoktularkan mentahbiskan dirinya mampu
mengobati berbagai macam penyakit dengan cara-cara yang ghaib,
supranatural atau dengan tenaga batin, mantera, jampi, jimat,
hipnotis, magic, hawa murni aura dan lain sebagainya yang tidak
ada sangkut pautnya dengan ilmu kedokteran, kadang-kadang
semua itu mencatut nama Allah dengan kiat klise untuk berkelit
ataupun menuansakan kesan agamis “dengan izin Allah”.
Berobat dengan cara ghaib, ajaib dan supranatural ini
memang biasanya mudah menyeret masyarakat awam kepada
kemusyrikan. Hampir semua dukun dan paranormal memakai
kedok agama, dengan menekankan pada yang berobat bahwa yang
memberi kesembuhan hanyalah Allah. Kesesatan model begini
tidak dilakukan oleh dokter. Tidak jarang dukun meminta syarat

10.Daud Priambodo, PANDANGAN ISLAM MENGENAI RITUAL PENGOBATAN DENGAN BANTUAN


BUAYA MISTIK
atau imbalan berupa sesajen, misalnya meminta agar yang
berobat menyembelih ayam putih atau hitam, membawa telur
ayam, menaburkan bunga, memakai batu cincin dan keanehan-
keanehan lainnya serta berbagai pantangan dan petuah sakral
yang hukumnya jelas-jelas haram.
Rasulullah bersabda SAW: “Bukanlah dari golongan kami,
seorang yang menggunakan petunjuk setan atau burung dan
sebagainya, atau praktek sihir untuk menerka nasib, jodoh,
penyakit dan obatnya. Maka barang siapa mendatangi seorang
dukun yang melakukan praktek-praktek demikian lalu ia percaya
akan keterangannya, orang ini adalah orang yang telah
mendustakan, dan tidak percaya dengan apa-apa yang
diwahyukan kepada Muhammad SAW.”
Ibnu Abbas mengomentari tentang orang-orang yang
menggunakan ilmu huruf (rajah) dan ilmu nujum untuk
mengetahui ilmu ghaib bahwa mereka itu tidak akan menemui
nasib yang baik kelak di sisi Allah. Hal itu biasanya para “orang
pintar” yang mentahbiskan dirinya (secara lisan maupun
perbuatan) mampu menyembuhkan segala penyakit menganggap
seakan dirinya suci dan kuasa meskipun diembel-embeli dengan
izin Allah. “Janganlah kamu melagak-lagakkan dirimu orang suci.
Dialah yang paling mengetahui siapa yang lebih bertaqwa.” (QS.
An-Najm: 32)
Seorang muslim yang kuat imannya tidak mungkin tergoda
untuk penasaran dan tergoyahkan oleh kepercayaan yang sesat
kepada “kemampuan” dukun ataupun paranormal. Sebab, seorang
yang beriman kuat justru sebaliknya akan berharap dan
berlindung hanya kepada Allah serta memohon keselamatan dan
pertolongan hanya kepada-Nya sambil tetap optimis dan berikhtiar
dengan cara-cara yang sudah ditentukan Al-qur’an dan Sunnah
Rasulu-Nya, berobat dengan cara yang lazim dan wajar sesuai
ketentuan syari’ah, serta tidak menempuh jalan pintas melalui
cara-cara ghaib dan supranatural yang aneh-aneh dan sesat itu.
Banyak hadits yang melarang kaum muslimin melakukan
pengobatan dengan tamaim (tamimah), yaitu suatu jimat, isim,
atau benda apapun yang digantungkan pada seseorang untuk
mengusir jin, penyakit mata, gangguan ghaib, sawan dan lain
sebagainya. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sesungguhnya
jampi-jampi, jimat dan tiwalah (guna-guna, susuk atau pelet)
adalah syirik.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Baihaqi dan Hakim).
Pengobatan yang sering dilakukan paranormal dengan
rapalan, bacaan, mantera, dan komat-kamit lainnya sambil
kadangkala memegang bagian tertentu pasien ataupun juga
kadang dilakukan dari jarak jauh, maka jampi-jampi dan bacaan-
bacaan semacam ini terlarang hukumnya terutama yang tidak

11.Daud Priambodo, PANDANGAN ISLAM MENGENAI RITUAL PENGOBATAN DENGAN BANTUAN


BUAYA MISTIK
dimengerti artinya. Hal itu berbeda dengan pengobatan ala sunnah
yang dilakukan dengan bacaan yang dapat dimengerti.
Artinya bacaan dari Al-Qr’an ataupun hadits Nabi (ma’tsur
dari Nabi) apa yang lebih sering dikenal sebagai metode ruqyah
maka hal itu justru hukumnya sunnah dan terpuji tanpa
meninggalkan pengobatan klinis dan medis, seperti do’a atau
bacaan yang beliau ajarkan: “Ya Allah Tuhan manusia,
hilangkanlah penyakit ini, sembuhkanlah, (karena) Engkaulah
Maha Penyembuh. Tidak ada penawar kecuali penawar-Mu,
penawar yang tidak meninggalkan penyakit.” (HR. Ahmad dan
Bukhari)
Para ulama mengatakan bahwa bacaan pengobatan atau
jampi-jampi yang diperbolehkan syari’ah harus memenuhi tiga
syarat. Pertama, dengan menyebut nama Allah SWT; Kedua,
dengan bahasa Arab atau bahasa lainnya yang dapat dipahami
maknanya; Ketiga, dengan keyakinan bahwa jampi-jampi itu tidak
berpengaruh kecuali dengan takdir Allah dan tidak
menjerumuskan kepada syirik.
Pengobatan alternatif dan konsultasi supranatural melalui
jimat-jimat yang digantungkan ataupun dikenakan sebagai
penangkal, penghilang penyakit atau pembawa berkah dan
perlindungan dan sebagainya dilarang oleh Islam, sebab hal itu
syirik dan bergantung kepada benda. Ketika sebuah rombongan
yang terdiri dari sepuluh orang menghadap Nabi SAW untuk
berbai’at kepada beliau dan menyatakan masuk Islam, lalu beliau
membai’at yang sembilan orang dan menahan seseorang. Ketika
ditanya mengapa menahan seseorang saja, beliau menjawab; “Di
pundaknya terdapat jimat.”
Kemudian laki-laki itu memasukkan tangannya ke dalam
bajunya dan memotong jimatnya. Setelah itu baru Rasulullah mau
membai’atnya, seraya bersabda: “Barang siapa yang
menggantungkan jimat, berarti ia telah melakukan perbuatan
syirik.” (HR: Ahmad dan Hakim). Artinya, menggantungkan jimat
dan hatinya adalah berbuat syirik. Demikian pula ketika Nabi
SAW melihat gelang kuningan di pangkal lengan seseorang, beliau
mempertanyakannya, “Apa ini?” orang itu menjawab, “saya
memakai ini karena terserang penyakit di pundak saya sebagai
jimat.” Kemudian beliau bersabda: “Ingatlah, sesungguhnya jimat
itu hanya menambah lemah tubuhmu, karena itu buanglah
segera! Sebab jika engkau mati sedang jimat itu masih menempel
di tubuhmu, engkau tidak akan beruntung sama sekali.” (HR.
Ahmad)
Memang masih ada beberapa ulama yang memperbolehkan
penggunaan jimat bila berasal dari ayat-ayat Al-Qur’an, meskipun
sebagian besar ulama juga tetap melarangnya dan mengharamkan

12.Daud Priambodo, PANDANGAN ISLAM MENGENAI RITUAL PENGOBATAN DENGAN BANTUAN


BUAYA MISTIK
penggunaan segala bentuk jimat termasuk dari ayat-ayat Al-
qur’an. Karena itu, pendapat yang mengatakan bahwa semua
jimat itu terlarang sangat tepat, bahkan Nabi SAW telah
menyumpah orang-orang yang memakai jimat dalam do’anya:
“Barang siapa yang menggantungkan jimat, mudah-mudahan
Allah tidak menyempurnakan urusannya; dan barang siapa yang
menggantungkan benda keramat (sebagai penangkal), mudah-
mudahan Allah tidak memberi perlindungan
kepadanya.”(Syamsuddin 2016).

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ritual


mempersembahkan kurban kepada buaya (misterius) dalam
rangka penyembuhan penyakit menurut persepsi agama Islam
merupakan hal yang tidak baik (syirik) dan dilarang, karena
meyakini sesuatu hal selain-Nya dan tidak sesuai Sunnah-sunnah
Nabi Muhammad S.A.W. Sehingga dari adanya penelitian ini
diharapkan dapat menjadi pengingat diri kita semua mengenai hal
tersebut khususnya bagi yang beragama Islam untuk selalu
meningkatkan pondasi keimanan. Tapi apabila dalam proses
pengobatan tersebut juga tujuannya meminta semata-mata
kepada Allah S.W.T, maka hal tersebut menurut sebagian ulama
diperbolehkan asal jangan sampai memakai sesajen/media yang
haram dalam pelaksanaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Dinda, Ayu Fadillah. 2021. “Hukum Pengobatan Alternatif” 1.


Helius, Sjamsuddin. 2019. Metodologi Sejarah. Ombak. Vol. 8.

13.Daud Priambodo, PANDANGAN ISLAM MENGENAI RITUAL PENGOBATAN DENGAN BANTUAN


BUAYA MISTIK
Yogyakarta.
Ilham. 2012. “Eksistensi Pengobatan Dukun Patah Tulang. Studi
Pada Masyarakat Gayo.”
Mursalin, Mursalin. 2015. “Kepercayaan Buaya Gaib Dalam
Perspektif Urang Banjar Batang Banyu Di Sungai Tabalong.”
Jurnal Socius 4, no. 2.
https://doi.org/10.20527/jurnalsocius.v4i2.3317.
Nasrudin, Juhana. 2019. “Relasi Agama, Magi, Sains Dengan
Sistem Pengobatan Tradisional-Modern Pada Masyarakat
Pedesaan.” Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama 2, no. 1: 42–
58. https://doi.org/10.15575/hanifiya.v2i1.4270.
Saleh, Muhammad, Idwar. 1978. “Adat-Istiadat Daerah
Kalimantan Selatan.” Penelitian Sejarah Dan Budaya, Proyek
Penelitian Dan Pencatatan Kebudayaan Daerah.
Sarma, Nyoman. 2018. “Upacara Manyanggar Pada Masyarakat
Hindu Kaharingan Di Desa Timpah Kecamatan Timpah
Kabupaten Kapuas,” 9.
Soemardjan, S. 1990. Perubahan Sosial Di Yogyakarta. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Syamsuddin. 2016. “Pengobatan Alternatif Supranatural Menurut
Hukum Islam” 33, no. 2: 110–21.
Tahfiz Al Qiram, Rusdi Effendi, Hairiyadi. 2021. “PANDANGAN
MASYARAKAT TERHADAP PENGOBATAN DENGAN BANTUAN
BUAYA MISTIK DI DESA KUALA PEMBUANG KECAMATAN
SERUYAN HILIR KABUPATEN SERUYAN.” Journal of History
Education 1: 8–14.

14.Daud Priambodo, PANDANGAN ISLAM MENGENAI RITUAL PENGOBATAN DENGAN BANTUAN


BUAYA MISTIK

You might also like