1. Daud Priambodo studied the Islamic perspective on ritual healing practices involving mystical crocodiles in Kuala Pembuang village, Seruyan Hilir district, Seruyan regency.
2. The study found that the people of Kuala Pembuang still believe in giving offerings to mystical crocodiles as part of healing rituals, despite advances in science and technology.
3. From an Islamic perspective, the ritual of offering sacrifices to crocodiles for healing is considered shirk (polytheism) and bad, as it involves believing in something other than God and does not follow the Sunnah of the Prophet Muhammad.
Original Description:
Original Title
Artikel Daud Priambodo 1901110037 Pendidikan Multikultural (4)
1. Daud Priambodo studied the Islamic perspective on ritual healing practices involving mystical crocodiles in Kuala Pembuang village, Seruyan Hilir district, Seruyan regency.
2. The study found that the people of Kuala Pembuang still believe in giving offerings to mystical crocodiles as part of healing rituals, despite advances in science and technology.
3. From an Islamic perspective, the ritual of offering sacrifices to crocodiles for healing is considered shirk (polytheism) and bad, as it involves believing in something other than God and does not follow the Sunnah of the Prophet Muhammad.
1. Daud Priambodo studied the Islamic perspective on ritual healing practices involving mystical crocodiles in Kuala Pembuang village, Seruyan Hilir district, Seruyan regency.
2. The study found that the people of Kuala Pembuang still believe in giving offerings to mystical crocodiles as part of healing rituals, despite advances in science and technology.
3. From an Islamic perspective, the ritual of offering sacrifices to crocodiles for healing is considered shirk (polytheism) and bad, as it involves believing in something other than God and does not follow the Sunnah of the Prophet Muhammad.
KUALA PEMBUANG KECAMATAN SERUYAN HILIR KABUPATEN SERUYAN Oleh: Daud Priambodo 1901110037 Mahasiswa PAI Jurusan Tarbiyah FTIK IAIN PALANGKARAYA E-mail Daudpriambodo@gmail.com
Abstract : At the beginning of the 21st century, the people of Kuala
Pemmbang still believe in the existence of intermediaries who provide sacrifices to mysterious crocodiles in the midst of the rapid development of science and technology, one of which is health. The purpose of this study was to determine the Islamic perception of the (mysterious) treatment of crocodiles in Kuala Pembuang, Seruyan downstream district, Seriyan district. The initial stage of this research is to collect data through library research and field research. Library research is used to obtain written data in the form of books or directly obtain raw data. In addition, after collecting data, review the data again to see the validity of the source. The next stage of interpretation is to describe the sources that have been considered. Finally, the history section processes data into written form. The results showed that the treatment through ritual offerings to the family guardian crocodile (mysterious) had gone through several stages, and the Islamic perception of the ritual procession was part of polytheism because there is no such thing as believing in or allying with supernatural beings. The conclusion of this study is that the ritual of offering sacrifices to crocodiles (mysterious) in the context of healing diseases according to the perception of Islam is a bad thing, because it believes in something other than Him and is not in accordance with the Sunnah of the Prophet Muhammad S.A.W. So that this research is expected to be a reminder to all of us about this, especially for those who are Muslim.
Keywords: Islamic View, Tradition, Medicine
1.Daud Priambodo, PANDANGAN ISLAM MENGENAI RITUAL PENGOBATAN DENGAN BANTUAN
BUAYA MISTIK Abstrak : Pada awal abad ke-21, masyarakat Kuala Pembang masih mempercayai adanya perantara yang memberikan kurban kepada buaya misterius di tengah pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, salah satunya kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi Islam terhadap perlakuan (misterius) terhadap buaya di kuala pembuang kecamatan seruyan hilir kabupaten seruyan. Tahap awal penelitian ini adalah mengumpulkan data melalui penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan digunakan untuk memperoleh data tertulis berupa buku atau langsung memperoleh data mentah. Selain itu, setelah mengumpulkan data, perhatikan kembali data tersebut untuk melihat keabsahan sumbernya. Tahap interpretasi selanjutnya adalah mendeskripsikan sumber-sumber yang telah dipertimbangkan. Terakhir, bagian sejarah mengolah data menjadi bentuk tertulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengobatan melalui ritual sesajen kepada buaya penjaga keluarga (misterius) telah melalui beberapa tahapan, dan persepsi Islam terhadap prosesi ritual itu bagian dari pada musyrik karena tidak ada yang namanya percaya atau bersekutu dengan makhluk ghaib. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ritual mempersembahkan kurban kepada buaya (misterius) dalam rangka penyembuhan penyakit menurut persepsi agama Islam merupakan hal yang tidak baik, karena meyakini sesuatu hal selain-Nya dan tidak sesuai Sunnah-sunnah Nabi Muhammad S.A.W. Sehingga dari adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengingat diri kita semua mengenai hal tersebut khususnya bagi yang beragama Islam.
Kata Kunci: Pandangan Islam, Tradisi, Pengobatan
Prosedur Pemilihan Media Pembelajaran.
PENDAHULUAN
Pada ritual atau perilaku keagamaan pada hakikatnya
berfokuskan pada ketentuan dalam mendapatkan perlindungan melalui bentuk pemujaan, meditasi, dan doa, yang memperbolehkan orang yang berkeyakinan berinteraksi dengan Tuhan serta bentuk-bentuk perilaku etis yang membawa kehidupan orang beriman. Semangat ketuhanan hadir pada kehidupan orang yang beriman, memberinya kekuatan untuk melewati ujian yang mempersulit tujuan kehidupan mereka yang pada awalnya sering dipahami sebagai tujuan spiritual (Nasrudin 2019).
Setiap kelompok masyarakat relatif telah menguasai dan
mengembangkan pengetahuan kesehatannya sendiri. Pengetahuan tentang pengobatan tradisional dan pengetahuan dengan pengetahuan medis modern memiliki kesamaan dan perbedaan,
2.Daud Priambodo, PANDANGAN ISLAM MENGENAI RITUAL PENGOBATAN DENGAN BANTUAN
BUAYA MISTIK namun secara umum pengobatan kesehatan tradisional dan kesehatan medis modern dipahami dan dipahami oleh terapis tradisional, orang pintar kyai, dll. Cara pengobatannya berbeda. Masyarakat di setiap wilayah Indonesia memiliki adat istiadat yang berbeda dan berbeda dengan masyarakat di daerah lain (Ilham 2012).
Tradisi ritual pemberian sajen merupakan salah satu budaya
peninggalan oleh nenek moyang terdahulu yang sampai pada saat ini masih dilakukan oleh masyarakat yang ada di daerah tertentu. Urang Banjar percaya dengan adanya binatang pujaan dan suruhan yang dimanfaatkan untuk melindungi diri dan melawan musuh (Saleh, Muhammad 1978).Tradisi ritual pemberian sajen keluarga keturnan pemelihara buaya mistik untuk pegobatan dilakukan pada saat salah satu keluarga tekena bencana (sakit). Tradisi tersebut sampai saat ini masih berlasung karena tidak dapat dipungkiri kemujarapannya dalam megobati salah satu keluarga jika terkena becana (sakit) dan tidak dapat diobati degan cara medis meskipun dengan peralatan yang serba lengkap pada zaman ini.
Ritual memberikan kesembuhan dengan bantuan buaya
misterius merupakan salah satu keragaman budaya yang ada di Indonesia salah satunya Kabupaten Seruyan di Kalimantan Tengah yang memiliki banyak sekali budaya yang berbeda. Diantaranya yang tidak diketahui masyarakat umum, namun terkenal di masyarakat luas adalah pesta tiwah (upacara kematian), Bakasai (memakai bedak dingin sebelum berangkat kerja), Sinoman (syukuran atas kehadiran keluarga baru), tradisi ritual pemberian sajen keluarga keturunan pemelihara buaya mistik untuk pegobatan.
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan metode yakni historis dengan
empat tahapan, yaitu heuristik, kritik/verikasi, interpretasi, dan historiografi serta dipadukan. Heuristik ialah mencari dan mengumpulkan data ataupun menghimpun data-data yang diperlukan dan berkaitan dengan peristiwa yang diteliti. Pada langkah ini tahap pengumpulan data dengan pencarian informasi dari informan langsung melalui metode wawancara tentang pandangan masyarakat terhadap pengobatan dengan bantuan buaya mistik di desa kuala pembuang kecamatan seruyan hilir kabupaten seruyan.
Kritik/verifikasi dilakukan untuk mengetahui keaslian
sumber dan kebenaran hasil penelitian. Proses yang dijalani untuk memperoleh sumber data yang otentik terdiri dari 2 macam analisis,
3.Daud Priambodo, PANDANGAN ISLAM MENGENAI RITUAL PENGOBATAN DENGAN BANTUAN
BUAYA MISTIK yaitu analisis internal dan analisis eksteral. Tujuan dari tahapan itu ialah agar peneliti berhasil mengumpulkan data-data yang otentik, dan tidak akan menerima begitu saja apa yang tercantum dan tertulis pada sumber-sumber itu. Langkah selanjutnya ia harus memilah secara kritis, terutama pada data-data awal agar terdapat fakta yang menjadi pilihannya (Helius 2019). Dalam penelitian ini penulis juga merujuk pada penelitian sebelumnya karya tulisan Tahfiz Al-Qiram, Rusdi Effendi, dan Hairiyadi yang berjudul Pandangan Masyarakat Terhadap Pengobatan Dengan Bantuan Buaya Mistik Di Desa Kuala Pembuang Kecamatan Seruyan Hilir Kabupaten Seruyan. Hal yang menjadi pembeda dengan penelitian sebelumnya di sini penulis mencoba mengangkat persepsi dari sudut pandang agama Islam sehingga berbeda dari penelitian- penelitian sebelumnya.
Interpretasi, peneliti menafsirkan dan menyusun data yang
didapat secara sistematis. Sumber-sumber data yang diperoleh didukung oleh daftar pertanyaan yang ditanyakan kepada para narasumber. Seperti bagaimana pandangan masyarakat terhadap pengobatan dengan bantuan buaya mistik di desa kuala pembuang kecamatan seruyan hilir kabupaten seruyan. Penulis berusaha memberikan data yang benar-banar valid dan berusaha memberikan gambaran yang lengkap sehingga tujuan dan manfaat penelitian dapat tercapai. Historiografi, pada tahap ini peneliti telah melakukan tahapan penulisan, dengan mengerahkan semua daya pikirannya karena pada dasarnya peneliti harus memperhatikan perpaduan dari keseluruhan hasil penelitian yang dalam penemuannya itu adalah sesuatu penulisan yang utuh (Helius 2019).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Prosesi Pemberian Sajen Melalui Bantuan Buaya Mistik Untuk
Pengobatan
Seiring dengan perkembangan zaman, baik pengobatan
modern maupun pengobatan tradisional akan mendorong proses penyembuhan penyakit. Pengobatan modern umumnya dilakukan dengan bantuan staf medis dan departemen kesehatan ketika obat ditemukan. Pengobatan tradisional dilakukan melalui penemuan masyarakat sederhana melalui pemanfaatan benda-benda di sekitarnya (seperti tumbuhan, hewan, dan terapi kepercayaan spiritual), salah satunya adalah pengobatan dengan bantuan buaya misterius. Syarat utama dalam prosesi pengobatan melalui bantuan
4.Daud Priambodo, PANDANGAN ISLAM MENGENAI RITUAL PENGOBATAN DENGAN BANTUAN
BUAYA MISTIK buaya mistik adalah adanya prosesi pemberian sajen. Sajen ialah peningalan budaya Hindu- Budha yang biasa digunakan untuk memuja para dewa, roh tertentu atau penunggu tempat (pohon, batu, persimpangan) dan lain-lain yang mereka yakini dapat mendatangkan keberuntungan dan menolak kesialan. Salah satu contoh dari bentuk sinkretisme ialah misalnya seperti Urang Banjar yang meyakini dengan adanya kekuatan mistik dari buaya yang hidup di sungai. Kepercayaan ini dipercayai oleh Urang Banjar Batang Banyu yang dijelaskan dengan kata lain basahabat (bersahabat) , bagaduhan (memelihara), ataupun menghormati tuah buhaya (buaya) (Mursalin 2015). Pemberian sesaji/sesajen sudah dikenal di seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah masyarakat di Kalimantan Tengah, di Desa Kuala Pembuang Kecamatan Seruyan Hilir Kabupaten Seruyan. Pengorbanan merupakan bentuk ritual saat penyembuhan dengan bantuan buaya misterius. Tim pendukung pengobatan semacam ini sifatnya tidak universal, karena hanya diperuntukkan bagi keluarga keturunan pemilik buaya misterius tersebut (Tahfiz Al Qiram, Rusdi Effendi 2021). Adapun proses awal pemberian sesajen yaitu dengan menyiapkan antara lain : (a) telur ayam kampung 1 butir direbus, (b) rokok merk apapun 1 batang, (c) tampung tawar, (d) pisang 1 sisir (sisiran yang masih utuh), (e) dupa dari kayu gaharu, (f) minyak wangi tanpa alkohol, (g) ketan kuning, (h) kinangan, dan (i) beras kuning.
Proses pemberian sajen dilakukan jika ada keluarga yang
sakit dan tidak bisa disembuhkan melalui tindakan medis. Waktu pelakasaan pemberian sajen dilakukan setelah sholat maghrib, ketika bahan-bahan sudah terkumpul semua. Cara pemberian sajen diawali dengan berwudhu agar badan dalam keadaan suci, memakai wangi-wangian (tapa alcohol) dengan maksud seluruh bagian tubuh dan pakaian tidak terpengaruh dengan alkohol yang membuat keadaan tubuh menjadi tidak suci kemudian meletakan semua bahan yang terkumpul kesebuah nampan, membakar dupa dari kayu gharu sampai keluar bau khas dari kayu tersebut, Maksud dari adanya dupa dari kayu gaharu ini untuk memanggil hal-hal ghaib yang bersifat positif. Semua bahan yang terkumpul pada nampan kemudian diangkat dan dipegang diatas api yang telah padam, serta sambil mengucap salam yang dipercaya akan
5.Daud Priambodo, PANDANGAN ISLAM MENGENAI RITUAL PENGOBATAN DENGAN BANTUAN
BUAYA MISTIK mendatangkan kebaikan, setelah itu satu persatu bahan diambil dan dijadikan satu dengan dibalutkan dengan daun sirih agar semua bahan bahan bisa tercampur dalam satu genggaman tangan, lalu sang pemelihara buaya mistik pergi kepinggiran sungai sambil membawa dupa dari kayu gaharu. Pemberian sajen disungai dilakukan dengan diawali salam terlebih dahulu sambil berniat agar keluarga yang sakit tadi dapat sembuh, sajen yang digenggam tadi ditenggelamkan bersama tangan hingga ukuran siku tangan dan diamkan hingga tangan terasa dingin dan sajen tadi terlepas dengan sendirinya, setelah itu sang pemilik buaya atau tukang tamba mengambil air sungai yang dibuat kedalam botol dan diberikan kepada keluarga yang sakit dengan cara di mandikan ataupun diusapkan kekepala orang yang sakit tadi, dan yang terakhir berdoa agar kesembuhan segera diperoleh dengan ijin Allah SWT melalui prantara pengobatan buaya mistik tersebut serta bahan sajen yang tersisa dibacakan doa selamat dan dibagikan kepada tetangga (Tahfiz Al Qiram, Rusdi Effendi 2021). Agama dan kepercayaan pada umumnya memiliki pola upacara ritual sebagai suatu gambaran sikap dan keyakinan masing-masing kepercayaan atau agama yang dianutnya. Gambaran ini merupakan sesuatu yang wajar karena merupakan pemahaman kepada sang pencipta ataupun sesama umat. Sistem ritual yang digambarkan penganut kepercayaan atau agama tertentu dapat menjadi media saling mengerti, timbang wirasa, tali silaturrahmi baik secara internal maupun eksternal dalam diri manusia itu sendiri (Sarma 2018). Kepercayaan terhadap buaya ghaib di daerah kuala pembuang berasal dari daerah kalua, yang secara umum daerah ini terkenal karena buaya ghaibnya. Daerah ini meliputi beberapa kecamatan, yaitu kecamatan muara harus, kecamatan pugaan, kecamatan kalua, dan kecamatan banua lawas. Tempat yang menjadi titik sentral kepercayaan terhadap buaya gaib adalah masjid pusaka banua lawas dan desa sungai rukam yang terdapat di kubah Datu Abi (Mursalin 2015). Pada awalnya sebelum merantau orang kalua biasanya selalu meminta izin dan sasarat kepada Datu Abi. Orang kalua memang dikenal sebagai pedagang ulung. Kepandaian ini dari relasi dan jaringan dagang dari pedagang dayak bakumpai dan pedagang negara sejak abad ke-17. Kepandaian mereka berdagang mobilitas mereka hingga sumatera, khususnya wilayah riau tambilahan. Orang-orang kalua beserta orang negara, alabio dan amuntai membangun jalur perdagangan dari hulu sungai menuju bandar masih pada abad 16, hal ini turut membuktikan bahwa orang kalua dalah pedagang yang ulung (Mursalin 2015)
6.Daud Priambodo, PANDANGAN ISLAM MENGENAI RITUAL PENGOBATAN DENGAN BANTUAN
BUAYA MISTIK Kuala Pembuang merupakan ibu kota Kabupaten Seruyan yang berada di Provinsi Kalimantan Tengah. Berdasarkan letak pemukiman masyarakat Kuala Pembuang mengikuti aliran sungai Seruyan yang terhubung langsung dengan laut. Jauh sebelum masuknya teknologi modern, berbagai sektor kehidupan masyarakat Kuala Pembuang ditunjang oleh sungai, termasuk di antaranya sektor ekonomi. Tidak heran jika sungai menjadi salah satu sarana yang menghubungkan masyarakat dari desa satu ke desa yang lainnya. Oleh sebab ketergantungan masyarakat Kuala Pembuang dengan sungai maka tidak menutup kemungkinan banyak hal yang terjadi di sungai (Tahfiz Al Qiram, Rusdi Effendi 2021). Masyarakat Kuala Pembuang pada umumya merupakan masyarakat yang heterogen. . Dari sektor perekonomian mayoritas masyarakat kuala pembuang bekerja sebagai petani dan nelayan dikarenakan kondisi geografisnya mendukung peotensi untuk melakukan pekerjaan tersebut, dari segi kepercayan yang ada di daerah tersebut beragama muslim, dan masih kental dengan kepercayaan masyarakat terdahulu yang sampai pada saat ini masih dilaksanakan ataupu dipertahankan, seperti tradisi Bakasai (memakai bedak dingin sebelum berangkat kerja), Sinoman (syukuran atas kehadiran keluarga baru), tradisi ritual pemberian sajen keluarga keturnan pemelihara buaya mistik untuk pegobatan.Masyarakat Kuala Pembuang pada umumya merupakan masyarakat yang heterogen. Dari sektor perekonomian mayoritas masyarakat kuala pembuang bekerja sebagai petani dan nelayan dikarenakan kondisi geografisnya mendukung peotensi untuk melakukan pekerjaan tersebut, dari segi kepercayan yang ada di daerah tersebut beragama muslim, dan masih kental dengan kepercayaan masyarakat terdahulu yang sampai pada saat ini masih dilaksanakan ataupu dipertahankan, seperti tradisi Bakasai (memakai bedak dingin sebelum berangkat kerja), Sinoman (syukuranatas kehadiran keluarga baru), tradisi ritual pemberian sajen keluarga keturnan pemelihara buaya mistik untuk pegobatan (Tahfiz Al Qiram, Rusdi Effendi 2021). Berkaitan dengan proses pengobatan melaui cara ritual pemberian sajen pada buaya mistik yang dilakukan oleh keluarga keturunan, masyarakat tentunya memiliki beragam pandangan dalam menanggapi hal tersebut. Adapun data yang diperoleh melalui hasil wawancara pada sebagian masyarakat sebagai berikut: a. Pengobatan zaman sekarang melalui ritual sesajen kepada buaya misterius mungkin sudah tidak bisa dipercaya lagi, karena jika orang tersebut masih hidup atau pernah mengalami atau menyaksikan peristiwa ini, pengobatannya
7.Daud Priambodo, PANDANGAN ISLAM MENGENAI RITUAL PENGOBATAN DENGAN BANTUAN
BUAYA MISTIK bisa dipercaya, namun dalam tradisi ini, ia masih mempercayai adanya hal-hal gaib. yang dapat membantu proses penyembuhan penyakit. Masyarakat yang tinggal di Kuala Pembuang masih mempertahankan alam atau budaya asli para pendahulunya. Dalam hal ini nara sumber tidak melarang atau menaati upacara tersebut, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman di masyarakat. b. Buaya yang diberi sesajen tidak dapat menyembuhkan penyakit, tetapi dengan memberikan buaya misterius, air yang digunakan untuk menenggelamkan sesajen dapat menyembuhkan keluarga yang sakit. Narasumber percaya bahwa ada hewan peliharaan seperti buaya misterius, karena banyak orang yang memelihara hewan misterius semacam ini di tempat kelahirannya. c. Pemberian sajen yang dilakukan oleh keluarga keturunan pemeliharaan buaya mistik dalam proses pengobatan tersebut hanya sebagai tradisi atau kebiasaan orang dulu yang sampai sekarang masih bertahan dan dipercayai bisa mengobati keluarga yang sakit. Narasumber juga percaya adanya peliharaan buaya mistik tersebut ada karena buaya mistik tersebut menurut narasumber merupakan kembaran dari salah satu keluaraga kita yang kemudian harus dijaga dan dirawat seperti keluarga pada umumnya. d. Kegiatan ritual pemberian sajen terhadap buaya mistik merupakan kegiatan syirik dan juga mubajir sehingga narasumber sangat tidak mempercayai, dikarenakan narasumber pernah melihat saat sang pemilik buaya mistik akan memberikan sajen ke sungai dengan membawa sajen yang berisi rokok, telur, kinangan, ketan kuning dan sebagai nya tersebut di anggap narasumber tidak masuk akal “massa buaya merokok” kata narasumber saat diwawancarai. Namun, dalam hal ini narasumber tidak mendiskriminasi ataupun melarang orang yang masih melakukan kegiatan ritual tersebut meskipun narasumber sangat tidak percaya dengan hal tersebut. e. Keberadaan ritual dalam rangka pengobatan melalui perantara pemberian sajen kepada buaya mistik masih diterima dikalangan masyarakat meskipun, ada yang tidak mempercayai hal tersebut namun masyarakat Kuala Pembuang tidak melarang adanya kegiatan tersebut karena dianggap sebagai warisan peninggalan orang terdahulunya dan juga supaya tidak ada perselisihan dalam berasyarakat.
8.Daud Priambodo, PANDANGAN ISLAM MENGENAI RITUAL PENGOBATAN DENGAN BANTUAN
BUAYA MISTIK Adapun hasil wawancara dari beberapa keluarga yang memiliki ikatan darah dengan pemilik atau pemelihara buaya sebagai berikut: a. Ritual pemberian sajen kepada buaya mistik memang ada pada garis keturunan keluarga kami, namun bagi keluarga kami menganggap bahwa ritual tersebut hanya sebuah warisan peninggalan yang masih dilaksanakan sebagai wujud kelestarian budaya saja, dan kami tidak lagi melaksanakan ritual tersebut. Hanya sebagian keluarga saja yang masih melaksanakan ritual tersebut. b. Keluarga kami masih percaya dengan adanya pemberian sajen untuk buaya mistik dalam rangka pengobatan namun saat ini kami tidak ingin ikut memelihara karena takut dan juga pengobatan pada jaman ini sudah modern serta keluarga saya tidak ingin lagi ada kaitan dengan hal ghaib tersebut yang dapat menyulitkan keluarga saya dikemudian hari. c. Pemberian sajen untuk buaya mistik dalam rangka pengobatan masih saya percayai karena tidak dapat dipungkiri pengobatan tersebut benar adanya dan saya juga tidak bisamelepasakan karena itu sudah jadi warisan turun temurun bagi keluarga kami. Ritual ini sudah bisa saya lakukan sendiri karena sudah diturunkan kepada saya, jika tidak saya lakukan takutnya keluarga saya ada yang terkena musibah.
Pengobatan ritual pemberian sajen untuk buaya mistik
dikalangan keluarga memiliki pandangan yang berbeda dikarenakan adanya pergeseran nilai-nilai budaya dalam masyarakat terjadi seiring pengaruh dari globalisasi dan pengaruh budaya lain serta agama. Perkembangan ini terkesan sangat cepat oleh generasi muda yang cenderung cepat terpengaruh oleh elemen- elemen baru yang merangsang seperti perkembangan teknologi dan budaya luar (Soemardjan 1990).
Pandangan Islam Mengenai Pengobatan Melalui Buaya Mistik
“Setiap penyakit ada obatnya, maka jika obat telah mengenai
penyakit maka akan sembuh dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR. Muslim). “Sesungguhnya Allah tidaklah menurunkan penyakit kecuali telah menurunkan untuknya obat yang diketahui oleh orang yang mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak mengetahuinya.” (HR. Ahmad) Ketika umat Islam salah paham tentang takdir dengan kepasrahan fatalis tanpa usaha, sehingga mereka bertanya kepada Nabi apa perlu berobat bila datang takdir sakit, beliau menjawab:
9.Daud Priambodo, PANDANGAN ISLAM MENGENAI RITUAL PENGOBATAN DENGAN BANTUAN
BUAYA MISTIK “Ya, wahai hamba-hamba Allah, berobatlah, karena Allah ‘Azza wa Jalla tidak menaruh penyakit kecuali menaruh padanya obatnya, kecuali satu penyakit, yaitu kerentaan.” (HR. Ahmad) Dalam sebuah kisah diriwayatkan bahwa Nabi Ibrahim pernah menanyakan kepada Allah dari mana asalnya penyakit dan obat, dijawab oleh Allah “dari-Ku”, Nabi Ibrahim menanyakan, “Lalu bagaimana dengan seorang dokter atau tabib?” Maka Allah menjawab: “Ia hanyalah seorang perantara yang dikirimkan melalui tangannya suatu obat.” Oleh karena itu siapapun yang memberi obat, itu bukan masalah. Bisa saja dokter, tabib, sinshe ataupun ahli pengobatan tradisional lainnya. Yang penting, misinya pengobatan dan tercapainya kesembuhan. Kita bisa pilih sendiri mana yang berkenan di hati kita, sebab obat mereka masing-masing biasanya berbeda, asalkan tidak mengandung bahan-bahan yang najis, haram ataupun membahayakan serta cara-cara yang haram. Rasulullah SAW berpesan: “Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit sekaligus obat, dan telah menciptakan obat bagi setiap penyakit, maka berobatlah dan jangan berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Daud) Biasanya, praktek dokter yang banyak diatur secara ketat dalam kode etik dan peraturan resmi untuk melindungi pasien meskipun demikian tidak jarang terjadi mal praktek karena berbagai faktor, tetapi tidak demikian praktik pengobatan lainnya yang begitu rawan, riskan, kurang terukur dan teruji secara klinis dan medis. Oleh karena itu diperlukan kehati-hatian ekstra untuk berobat selain dari pada dokter (Dinda 2021). Betapa banyaknya paranormal, dukun, oknum yang dianggap ‘orang pintar’, ahli pengobatan alternatif, tempat bersyariat dan sebagainya yang sebenarnya penipu dengan berkedok sakti, keramat, dan mujarab serta dalam iklan maupun opini yang digetoktularkan mentahbiskan dirinya mampu mengobati berbagai macam penyakit dengan cara-cara yang ghaib, supranatural atau dengan tenaga batin, mantera, jampi, jimat, hipnotis, magic, hawa murni aura dan lain sebagainya yang tidak ada sangkut pautnya dengan ilmu kedokteran, kadang-kadang semua itu mencatut nama Allah dengan kiat klise untuk berkelit ataupun menuansakan kesan agamis “dengan izin Allah”. Berobat dengan cara ghaib, ajaib dan supranatural ini memang biasanya mudah menyeret masyarakat awam kepada kemusyrikan. Hampir semua dukun dan paranormal memakai kedok agama, dengan menekankan pada yang berobat bahwa yang memberi kesembuhan hanyalah Allah. Kesesatan model begini tidak dilakukan oleh dokter. Tidak jarang dukun meminta syarat atau imbalan berupa sesajen, misalnya meminta agar yang berobat
10.Daud Priambodo, PANDANGAN ISLAM MENGENAI RITUAL PENGOBATAN DENGAN BANTUAN
BUAYA MISTIK menyembelih ayam putih atau hitam, membawa telur ayam, menaburkan bunga, memakai batu cincin dan keanehan-keanehan lainnya serta berbagai pantangan dan petuah sakral yang hukumnya jelas-jelas haram. Rasulullah bersabda SAW: “Bukanlah dari golongan kami, seorang yang menggunakan petunjuk setan atau burung dan sebagainya, atau praktek sihir untuk menerka nasib, jodoh, penyakit dan obatnya. Maka barang siapa mendatangi seorang dukun yang melakukan praktek-praktek demikian lalu ia percaya akan keterangannya, orang ini adalah orang yang telah mendustakan, dan tidak percaya dengan apa-apa yang diwahyukan kepada Muhammad SAW.” Ibnu Abbas mengomentari tentang orang-orang yang menggunakan ilmu huruf (rajah) dan ilmu nujum untuk mengetahui ilmu ghaib bahwa mereka itu tidak akan menemui nasib yang baik kelak di sisi Allah. Hal itu biasanya para “orang pintar” yang mentahbiskan dirinya (secara lisan maupun perbuatan) mampu menyembuhkan segala penyakit menganggap seakan dirinya suci dan kuasa meskipun diembel-embeli dengan izin Allah. “Janganlah kamu melagak-lagakkan dirimu orang suci. Dialah yang paling mengetahui siapa yang lebih bertaqwa.” (QS. An- Najm: 32) Seorang muslim yang kuat imannya tidak mungkin tergoda untuk penasaran dan tergoyahkan oleh kepercayaan yang sesat kepada “kemampuan” dukun ataupun paranormal. Sebab, seorang yang beriman kuat justru sebaliknya akan berharap dan berlindung hanya kepada Allah serta memohon keselamatan dan pertolongan hanya kepada-Nya sambil tetap optimis dan berikhtiar dengan cara- cara yang sudah ditentukan Al-qur’an dan Sunnah Rasulu-Nya, berobat dengan cara yang lazim dan wajar sesuai ketentuan syari’ah, serta tidak menempuh jalan pintas melalui cara-cara ghaib dan supranatural yang aneh-aneh dan sesat itu. Banyak hadits yang melarang kaum muslimin melakukan pengobatan dengan tamaim (tamimah), yaitu suatu jimat, isim, atau benda apapun yang digantungkan pada seseorang untuk mengusir jin, penyakit mata, gangguan ghaib, sawan dan lain sebagainya. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sesungguhnya jampi-jampi, jimat dan tiwalah (guna-guna, susuk atau pelet) adalah syirik.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Baihaqi dan Hakim). Pengobatan yang sering dilakukan paranormal dengan rapalan, bacaan, mantera, dan komat-kamit lainnya sambil kadangkala memegang bagian tertentu pasien ataupun juga kadang dilakukan dari jarak jauh, maka jampi-jampi dan bacaan-bacaan semacam ini terlarang hukumnya terutama yang tidak dimengerti
11.Daud Priambodo, PANDANGAN ISLAM MENGENAI RITUAL PENGOBATAN DENGAN BANTUAN
BUAYA MISTIK artinya. Hal itu berbeda dengan pengobatan ala sunnah yang dilakukan dengan bacaan yang dapat dimengerti. Artinya bacaan dari Al-Qr’an ataupun hadits Nabi (ma’tsur dari Nabi) apa yang lebih sering dikenal sebagai metode ruqyah maka hal itu justru hukumnya sunnah dan terpuji tanpa meninggalkan pengobatan klinis dan medis, seperti do’a atau bacaan yang beliau ajarkan: “Ya Allah Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit ini, sembuhkanlah, (karena) Engkaulah Maha Penyembuh. Tidak ada penawar kecuali penawar-Mu, penawar yang tidak meninggalkan penyakit.” (HR. Ahmad dan Bukhari) Para ulama mengatakan bahwa bacaan pengobatan atau jampi-jampi yang diperbolehkan syari’ah harus memenuhi tiga syarat. Pertama, dengan menyebut nama Allah SWT; Kedua, dengan bahasa Arab atau bahasa lainnya yang dapat dipahami maknanya; Ketiga, dengan keyakinan bahwa jampi-jampi itu tidak berpengaruh kecuali dengan takdir Allah dan tidak menjerumuskan kepada syirik. Pengobatan alternatif dan konsultasi supranatural melalui jimat-jimat yang digantungkan ataupun dikenakan sebagai penangkal, penghilang penyakit atau pembawa berkah dan perlindungan dan sebagainya dilarang oleh Islam, sebab hal itu syirik dan bergantung kepada benda. Ketika sebuah rombongan yang terdiri dari sepuluh orang menghadap Nabi SAW untuk berbai’at kepada beliau dan menyatakan masuk Islam, lalu beliau membai’at yang sembilan orang dan menahan seseorang. Ketika ditanya mengapa menahan seseorang saja, beliau menjawab; “Di pundaknya terdapat jimat.” Kemudian laki-laki itu memasukkan tangannya ke dalam bajunya dan memotong jimatnya. Setelah itu baru Rasulullah mau membai’atnya, seraya bersabda: “Barang siapa yang menggantungkan jimat, berarti ia telah melakukan perbuatan syirik.” (HR: Ahmad dan Hakim). Artinya, menggantungkan jimat dan hatinya adalah berbuat syirik. Demikian pula ketika Nabi SAW melihat gelang kuningan di pangkal lengan seseorang, beliau mempertanyakannya, “Apa ini?” orang itu menjawab, “saya memakai ini karena terserang penyakit di pundak saya sebagai jimat.” Kemudian beliau bersabda: “Ingatlah, sesungguhnya jimat itu hanya menambah lemah tubuhmu, karena itu buanglah segera! Sebab jika engkau mati sedang jimat itu masih menempel di tubuhmu, engkau tidak akan beruntung sama sekali.” (HR. Ahmad) Memang masih ada beberapa ulama yang memperbolehkan penggunaan jimat bila berasal dari ayat-ayat Al-Qur’an, meskipun sebagian besar ulama juga tetap melarangnya dan mengharamkan penggunaan segala bentuk jimat termasuk dari ayat-ayat Al-qur’an.
12.Daud Priambodo, PANDANGAN ISLAM MENGENAI RITUAL PENGOBATAN DENGAN BANTUAN
BUAYA MISTIK Karena itu, pendapat yang mengatakan bahwa semua jimat itu terlarang sangat tepat, bahkan Nabi SAW telah menyumpah orang- orang yang memakai jimat dalam do’anya: “Barang siapa yang menggantungkan jimat, mudah-mudahan Allah tidak menyempurnakan urusannya; dan barang siapa yang menggantungkan benda keramat (sebagai penangkal), mudah- mudahan Allah tidak memberi perlindungan kepadanya.”(Syamsuddin 2016).
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ritual
mempersembahkan kurban kepada buaya (misterius) dalam rangka penyembuhan penyakit menurut persepsi agama Islam merupakan hal yang tidak baik (syirik) dan dilarang, karena meyakini sesuatu hal selain-Nya dan tidak sesuai Sunnah-sunnah Nabi Muhammad S.A.W. Sehingga dari adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengingat diri kita semua mengenai hal tersebut khususnya bagi yang beragama Islam untuk selalu meningkatkan pondasi keimanan. Tapi apabila dalam proses pengobatan tersebut juga tujuannya meminta semata-mata kepada Allah S.W.T, maka hal tersebut menurut sebagian ulama diperbolehkan asal jangan sampai memakai sesajen/media yang haram dalam pelaksanaannya.
Helius, Sjamsuddin. 2019. Metodologi Sejarah. Ombak. Vol. 8. Yogyakarta.
13.Daud Priambodo, PANDANGAN ISLAM MENGENAI RITUAL PENGOBATAN DENGAN BANTUAN
BUAYA MISTIK Ilham. 2012. “Eksistensi Pengobatan Dukun Patah Tulang. Studi Pada Masyarakat Gayo.” Mursalin, Mursalin. 2015. “Kepercayaan Buaya Gaib Dalam Perspektif Urang Banjar Batang Banyu Di Sungai Tabalong.” Jurnal Socius 4, no. 2. https://doi.org/10.20527/jurnalsocius.v4i2.3317. Nasrudin, Juhana. 2019. “Relasi Agama, Magi, Sains Dengan Sistem Pengobatan Tradisional-Modern Pada Masyarakat Pedesaan.” Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama 2, no. 1: 42– 58. https://doi.org/10.15575/hanifiya.v2i1.4270. Saleh, Muhammad, Idwar. 1978. “Adat-Istiadat Daerah Kalimantan Selatan.” Penelitian Sejarah Dan Budaya, Proyek Penelitian Dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. Sarma, Nyoman. 2018. “Upacara Manyanggar Pada Masyarakat Hindu Kaharingan Di Desa Timpah Kecamatan Timpah Kabupaten Kapuas,” 9. Soemardjan, S. 1990. Perubahan Sosial Di Yogyakarta. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Syamsuddin. 2016. “Pengobatan Alternatif Supranatural Menurut Hukum Islam” 33, no. 2: 110–21. Tahfiz Al Qiram, Rusdi Effendi, Hairiyadi. 2021. “PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PENGOBATAN DENGAN BANTUAN BUAYA MISTIK DI DESA KUALA PEMBUANG KECAMATAN SERUYAN HILIR KABUPATEN SERUYAN.” Journal of History Education 1: 8–14.
14.Daud Priambodo, PANDANGAN ISLAM MENGENAI RITUAL PENGOBATAN DENGAN BANTUAN