JCP 27 Beethoven Marathon 250 Buku Program PDF

Rabu,
16 desember
2020
19.00 wib
Edisi #27: Beethoven Marathon 250 1

2 Jakarta City Philharmonic
Rabu,
16 desember
2020
19.00 wib

Edisi #27
Beethoven Maraton
250
16 Desember 2020 – 19:30
Youtube Channel Jakarta City Philharmonic
Youtube Channel Dewan Kesenian Jakarta
Penanggungjawab / Persons in Charge

Komite Musik – Dewan Kesenian Jakarta /
Music Committee – Jakarta Arts Council
Penulis, Penyunting, Penerjemah /

Writer, Editor, Translator
Aditya Pradana Setiadi
Penyelaras / Proofreader
Aditya Pradana Setiadi
Desainer Grafis / Graphic Designer

Riosadja
Gambar Ilustrasi / Illustration

Riosadja
Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) adalah lembaga Jakarta Art Council (Dewan Kesenian Jakarta-
yang dibentuk oleh masyarakat seniman dan DKJ) is one of several organications founded by
dikukuhkan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Indonesian artist and had been officially stated
Sadikin, pada tanggal 7 Juni 1968. Tugas dan by the Governor of Jakarta, Ali Sadikin, on June
fungsi DKJ adalah sebagai mitra kerja Gubernur 17, 1968. The responsibility and the function
Kepala Daerah Propinsi DKI Jakarta untuk of Jakarta Art Council are to build partnership
merumuskan kebijakan guna mendukung with the Governor of Jakarta, formulating
kegiatan dan pengembangan kehidupan policies for supporting the activities and
kesenian di wilayah Provinsi DKI Jakarta. development of the arts in the capital region.

Daf tar Is i /
Tabl e of Con t e n t s
07 Pengantar Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta

07 Foreword from Governor of the Special Capital Region of Jakarta
09 Pengantar Dewan Kesenian Jakarta

09 Foreword from The Jakarta Arts Council
11 Pengantar Komite Musik /

11 Foreword from The Music Committee
18 Tentang Tema /
18 Theme
29 Artikel /
29 Articles
42 Profil
42 Profiles
46 Musisi
46 Musicians
47 Kerabat Kerja
47 The Committees
49 Terima Kasih
49 Acknowledgements

Pengantar Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta /
Foreword from Governor of the Special
Capital Region of Jakarta
K A
ota bukan sekadar tempat, city is not just a place, but
melainkan ruang. Di dalam ruang- space. In this space, various
ruang itulah berbagai kegiatan activities of citizens, in all
warga dalam segala bidang (perekonoman, fields (economics, religion, social, and
religi, sosial, dan budaya) berlangsung culture), take place and must always be
dan harus senantiasa dirawat serta cared for and developed.
dikembangkan. Taman Ismail Marzuki, since
Taman Ismail Marzuki, sejak its auguration on November 10,
diresmikan pada 10 November 1968, 1968, is an environment that is fully
adalah sebuah lingkungan yang sepenuhnya dedicated as art and cultural space.
didedikasikan sebagai ruang kesenian dan Consequently, the Government
kebudayaan. Konsekuensinya, Pemerintah of the Special Capital Region of
Provinsi DKI Jakarta, melalui satuan- Jakarta, through various task forces
satuan tugas yang bertanggung jawab dalam responsible for the development of
pengembangan kesenian dan kebudayaan, arts and culture, is obliged to foster a
berkewajiban menumbuhkan atmosfer yang sphere that can stimulate multi-layers
dapat merangsang terciptanya karya-karya of creativity so that it can benefit
seni dan pemikiran kebudayaan sehingga Jakarta’s citizens and their ecosystem.
dapat bermanfaat bagi warga Jakarta dan Furthermore, this habituation will
sekitarnya. Lebih jauh, hal tersebut akan contribute to building a better attitude
berkontribusi terhadap terbangunnya sikap and civilisation.
dan peradaban yang lebih baik. The government also, within
Pemerintah juga, dalam batas all of its limits, needs to organise
kemampuan yang dimungkinkan, perlu high-quality art activities but also
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan seni have to be affordable or can be enjoyed
berkualitas tinggi namun terjangkau atau by all levels of society. Therefore,
bisa dinikmati semua lapisan masyarakat. I am delighted and welcome the
Oleh karena itu, saya bergembira dan initiative and collaboration between
menyambut baik inisiatif dan kerja sama the Jakarta Arts Council (DKJ) and

antara Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan the Jakarta Art Centre Management
Unit Pengelola Pusat Kesenian Jakarta Unit (UP PKJ) Taman Ismail Marzuki
(UP PKJ) Taman Ismail Marzuki dalam in holding regular Jakarta City
menyelenggarakan konser rutin Jakarta City Philharmonic (JCP) concerts through
Philharmonic ( JCP) secara virtual demi virtual devices in order to ensure the
memenuhi protokol kesehatan selama masa adherence to the public health protocol
pandemi COVID-19. during the COVID-19 pandemic.
Dalam rekam jejak tiga tahun, In its three-year track record,
JCP telah membuktikan diri sebagai JCP has proven itself as a symphony
orkes simfoni yang mampu menampilkan orchestra that is able to perform
permainan bagus dan memperoleh simpati well and gain sympathy from loyal
dari banyak penonton setia pada setiap spectators at each concert. I hope
konsernya. Saya berharap tahun ini kita that we can elevate JCP to one step
dapat mengangkat JCP satu tingkat lebih higher this year. Aside from being
tinggi lagi. Selain menjadi orkes simfoni one of the best symphony orchestras
terbaik di Indonesia, JCP juga harus in Indonesia, JCP must also be part of
menjadi bagian dari agenda pariwisata the capital’s tourism agenda, a symbol
Ibukota, simbol Jakarta sebagai metropolitan of Jakarta as a metropolitan which is
yang mempunyai tingkat peradaban baik, supposed to be civilised, imbued with
sekaligus kebanggaan warga Jakarta dan dignity.
sekitarnya. Good luck to those who involved
Selamat bekerja kepada semua in these activities. To the distinguished
yang terlibat dalam kegiatan ini. Selamat audiences, please do enjoy the concerts.
menikmati bagi para penonton. Terima Thank you for being part of these
kasih telah menjadi bagian dari kerja yang continuous endeavours. Indeed, we
tiada akan ada usainya demi merawat dan do these arduous tasks for the sake of
menyongsong Jakarta menjadi kota yang creating Jakarta a pleasant city that
membahagiakan warganya. guarantees wellbeing to all its citizens.
Salam hormat, Warm regards,
Anies Baswedan Anies Baswedan

Gubernur Governor of
Daerah Khusus Ibukota Jakarta the Special Capital Region of Jakarta

Pengantar Dewan Kesenian Jakarta /
Foreword from The Jakarta Arts Council
T S
erhitung sejak pertama kalinya tarting from the first time it was
dilahirkan, selama lebih dari tiga founded, for more than three
tahun Jakarta City Philharmonic consecutive years Jakarta City
(JCP) telah hadir di tengah kalangan Philharmonic (JCP) has been presenting
pencinta musik klasik Jakarta. Kini, JCP orchestral music to quench the thirst
telah bertransformasi menjadi identitas of Jakarta’s classical music aficionados.
Ibukota sekaligus memperlihatkan wajah Now, JCP has transformed itself into
kebudayaan Jakarta yang lebih dinamis. one of Jakarta’s cultural icon while at
Perubahan dan dinamika adalah the same time showing the compelling
sebuah keniscayaan. Perubahan pertama façade of a melting pot capital city.
adalah saat JCP yang sebelumnya didukung Changes and growth are inevitable.
secara penuh oleh Badan Ekonomi Kreatif The first changes took place when JCP,
Indonesia (Bekraf), kini memiliki induk which previously was fully supported by
semang baru, yaitu Pemerintah Daerah Indonesia Creative Economy Agency
Khusus Ibukota (Pemda DKI) Jakarta. (Bekraf), now has a new institutional
Sebagai sebuah catatan tersendiri, JCP benefactor, namely the Government
dalam rekam jejaknya telah berhasil of the Special Capital Region (Pemda
membina kerjasama antarlembaga, antara DKI) of Jakarta. To emphasise, JCP in
lain dengan Dewan Kesenian Jakarta, its previous trajectories has succeeded
Bekraf, serta Pemda DKI. Secara khusus, in fostering inter-institutional coopera-
Pemda DKI hadir sebagai donatur tetap tion, involving the Jakarta Arts Council
pembiayaan pergelaran reguler JCP di (DKJ), Bekraf, and the Pemda DKI. In
Jakarta. particular, Pemda DKI has been present
Perubahan kedua, yang lebih tepat as the permanent benefactor for all JCP’s
disebut “penyesuaian,” terjadi saat wabah regular performances in Jakarta.
COVID-19 melanda dunia dan menuntut The second changes, which I would
tiap individu untuk menyesuaikan kegiatan like to call them “adjustments,” took
sehari-harinya. Apabila kenyamanan place when the COVID-19 outbreak hit
menonton konser di tempat publik terpaksa the world and required each individual to

harus ditunda untuk sementara waktu, adjust his daily activities. If the conve-
kita semua perlu menyesuaikan diri nience of watching concerts in public
dengan kenormalan yang baru, termasuk places has to be postponed for a while,
menyaksikan konser secara virtual. Sebagai we all need to adjust to the new normal,
orkestra yang menyandang nama Ibukota, including watching concerts virtually. As
kita perlu menyambut baik inisiatif Jakarta an orchestra that bears the name of the
City Philharmonic untuk melanjutkan capital city, we need to welcome Jakarta
konser regularnya dalam protokol City Philharmonic’s initiative to continue
kesehatan yang telah ditetapkan oleh its regular concerts within the health
pemerintah. protocol set by the government.
Terlepas dari situasi dunia yang Despite the uncertainty we
kurang menguntungkan, kita tetap harus currently face, we must still be optimis-
optimis. Sebagai visi jangka panjang, kami tic. We hope that in the future JCP’s
berharap pergelaran JCP tidak hanya concerts will not only be held in the
diadakan di Ibukota, melainkan juga di capital but also in other big cities of both
kota-kota besar Indonesia dan dunia. Indonesia and abroad. We must cater
Apresiasi dan animo masyarakat akan to people’s appreciation and interest in
musik orkestra perlu kita sambut bersama. orchestral music. Through the Ministry
Melalui Kementerian Luar Negeri, kami of Foreign Affairs, we hope to be able
berharap dapat melakukan pementasan di to perform abroad as part of Indonesia’s
mancanegara sebagai bagian dari diplomasi cultural diplomacy.
budaya. Finally, we would like to express
Akhirkata, kami mengucapkan our deepest gratitude to Bekraf, the
terima kasih sebesar-besarnya pada Pemda DKI, the Jakarta Art Centre
Bekraf, Pemda DKI, Unit Pelaksana Management Unit (UP PKJ) Taman
Pusat Kesenian Jakarta (UP PKJ) Taman Ismail Marzuki, as well as all those
Ismail Marzuki, serta seluruh pihak who have jointly built, fully committed,
yang telah bersama-sama membangun, and always persevered in improving the
berkomitmen, dan senantiasa bersungguh- quality and sustainability of JCP. Thank
sungguh dalam meningkatkan kualitas you very much indeed. May we all be
serta kesinambungan JCP. Terimalah rasa bestowed with health.
hormat dan terima kasih kami. Semoga kita
semua senantiasa dianugerahkan kesehatan. Yours sincerely,
Danton Sihombing Danton Sihombing

Ketua Pengurus Harian Chairman
Dewan Kesenian Jakarta Jakarta Arts Council

Pengantar Komite Musik /
Foreword from The Music Committee
D I
i tengah masa-masa sulit n the midst of these difficult
dan prihatin ini, Jakarta City and concerning times, Jakarta
Philharmonic ( JCP) mencoba City Philharmonic ( JCP) has
untuk kembali hadir mengisi relung sanubari been trying to come back as a means
tiap individu sahabat musik Tanah Air. of providing space for the Jakarta
Kita patut bersyukur, mengingat bahwa orchestral music aficionados. We should
orkes kota ini masih diberikan kepercayaan be grateful, considering that this city
untuk menjawab kebutuhan kultural dan orchestra is still given the trust to
ekosistem budaya kota metropolitan. answer the aesthetic needs and cultural
Pandemi COVID-19 menuntut kita untuk ecosystems of such a metropolitan city.
menyesuaikan gaya hidup dan aktivitas The COVID-19 pandemic demands
sehari-hari, termasuk cara menikmati that we adjust our lifestyle and daily
musik. Oleh karena itu JCP berusaha untuk activities, including how to enjoy music.
beradaptasi dengan situasi normal baru demi Therefore JCP tries to adapt to the new
menjamin kesehatan para penikmat musik normal protocol in order to ensure the
orkestra tercinta. health of our beloved audiences.
Kami, atas nama Dewan Kesenian We, on behalf of the Jakarta
Jakarta (DKJ), selaku salah satu penggagas Arts Council (DKJ), as one of JCP’s
JCP, menyampaikan terima kasih yang initiators, express our deepest gratitude
sebesar-besarnya atas dukungan dan kese- for the support and loyalty of Friends of
tiaan Kawan JCP sehingga konser reguler the JCP so that the regular concert of
orkes ini dapat kembali dilanjutkan, kali ini this orchestra can be resumed, this time
dengan dukungan penuh dari Unit Pelaksa- with the full support of the Jakarta Art
na Pusat Kesenian Jakarta (UP PKJ), Taman Centre Management Unit (UP PKJ),
Ismail Marzuki. Pelaksanaan konser untuk Taman Ismail Marzuki. The concert
sementara waktu akan dilaksanakan secara will temporarily be held virtually on
virtual di kanal Youtube “Jakarta City Phil- the Youtube channel, “Jakarta City
harmonic” hingga kondisi kesehatan publik Philharmonic,” until the public’s health
telah kembali pulih sepenuhnya. condition has fully recovered.

Kembalinya program reguler JCP The return of JCP regular
tahun ini turut mendorong percepatan programme this year has helped to ac-
perkembangan ekosistem musik klasik celerate the development of the classical
Ibukota, terutama bagi para musisi yang music ecosystem in the capital, par-
terimbas dampak pandemi serta bagi para ticularly for musicians who have been
penikmat musik orkestra yang telah lama affected by the pandemic as well as for
mendambakan sajian musik berkualitas. orchestral music lovers who have long
Meskipun demikian, melalui konser reguler craved quality music. Even so, through
ini JCP senantiasa terus memperbaiki diri this regular concert, JCP continues to
demi meningkatkan kualitas seluruh pemain upgrade itself to improve the quality of
dan penampilan. all performers and performances.
Kami mengharapkan kehadiran JCP We hope that the presence of
tetap signifikan dalam masyarakat dan visi JCP will remain significant in society
untuk memperkaya budaya bangsa dapat and the vision to enrich the nation’s
saling berkelindan dengan tumbuhnya culture can be intertwined with the
orkes-orkes serupa di kota lain di Indonesia. growth of similar orchestras in other
Oleh karena itu, mari kita apresiasi program cities in Indonesia. Therefore, let us
reguler JCP tahun ini dengan penuh rasa appreciate this year’s JCP new season
syukur dan sukacita. with gratitude and joy.
Selamat menikmati. Please do enjoy the performance.
Salam, Warm regards,
Adra Karim Adra Karim

Ketua Komite Musik Chairman of the Music Committee
Dewan Kesenian Jakarta Jakarta Arts Council
Anggota: Committee:
Amrullah Amrullah
Asep Hidayat Asep Hidayat
Cholil Mahmud Cholil Mahmud
Imam Firmansyah Imam Firmansyah

J akarta City Philharmonic ( JCP) ada-
lah proyek bersama Badan Ekonomi
Kreatif (BEKRAF), Pemerintah Daer-
ah Khusus Ibukota Jakarta (Pemda DKI),
J akarta City Philharmonic ( JCP) is
a joint project of Indonesia Creative
Economy Agency (BEKRAF), the
Government of the Special Capital Region
dan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Pada of Jakarta (Pemda DKI) and Jakarta Arts
bulan November 2016 orkes ini mengada- Council (DKJ). In November 2016 the
kan pentas perdana dan mendapat sambutan orchestra held its première and received a
hangat dari kalangan pecinta musik orkestra warm welcome from amongst the classical
klasik di Jakarta. JCP dibentuk untuk orchestra lovers in Jakarta. JCP was formed
melengkapi Jakarta sebagai kota metropol- to complement Jakarta as a metropolitan
itan. Seperti layaknya kota-kota besar di city. Just like any major city in the world, the
dunia, kehadiran sebuah orkestra profesion- presence of a professional orchestra – on a
al – dengan jadwal padat sepanjang tahun regular schedule throughout the year – is a
– merupakan kebutuhan kultural sebuah cultural necessity of a modern metropolis.
metropolitan modern. Dengan program With an interesting and educational-in-
yang menarik sekaligus edukasional-infor- formative programme, JCP strives – with

matif, JCP berupaya – dengan sumber daya an abundance of Indonesian musicians – to
manusia Indonesia yang tersedia – mengh- bring a world-class music repertoire to the
adirkan repertoar musik klasik dunia kepada Jakarta’s community in particular, and of
masyarakat Jakarta secara khusus, dan tentu course, to all Indonesian citizens. Therefore,
saja seluruh warga Indonesia. Musik bermu- quality music becomes affordable, not elitist,
tu menjadi terjangkau, tidak elitis, dan mu- and easy to access in order to enrich the
dah disentuh guna memperkaya kehidupan cultural life of a healthy society. It also pro-
kultural masyarakat yang sehat, sekaligus vides an opportunity for us to gain personal
memberi kesempatan mendapatkan pengala- experience of how profound the influence of
man pribadi akan betapa kuatnya pengaruh music in one’s soul.
musik dalam jiwa seseorang. Indonesian composers’ symphonic
Karya musik simfonik anak bangsa works are a priority to be performed in each
menjadi prioritas untuk dihadirkan dalam edition, presented side by side with the big
setiap edisi pementasan, berdampingan names of symphonic music which had been
dengan raksasa-raksasa musik simfonik already echoed in world’s finest orchestral
dunia yang sudah lebih dulu menggaung di halls. We duly hope that their works might
bangsal-bangsal legendaris sejagad. Besar become part of world’s repertoires after
harapan kita, karya mereka kelak menjadi being presented by JCP. To fulfil the dream,
repertoar dunia setelah JCP menampilkan- all Indonesian musicians whose educational
nya. Untuk memenuhi impian tersebut, se- background is Western classical music are
genap musisi nasional dengan latar belakang deployed through meticulous selection –
klasik Barat dikerahkan melalui seleksi either through election or with periodically
– baik melalui pemilihan maupun dengan closed auditions – so that the performance
audisi tertutup berkala – sehingga standar standards can continually be improved.
penampilan dapat terus ditingkatkan. JCP JCP as an institution also embodies a space
sebagai institusi dapat menjadi sarana dialog for cultural dialogue at both national and
kultural di tingkat nasional dan internasional international levels, as well as plays an active
serta berperan aktif dalam perdamaian dunia role in promoting world peace through our
melalui bahasa yang universal: musik. universal language: music.

Rabu,
16 desember
2020
19.00 wib

Pr o g ra m /
Pr o g ra m me
ANDHANU CANDANA ANDHANU CANDANA

Symphonic Miniature (2020) Symphonic Miniature (2020)
(versi orkestra digital) (digital orchestra version)
LUDWIG VAN BEETHOVEN LUDWIG VAN BEETHOVEN

Simfoni ketujuh dalam A mayor, Op. 92 Symphony No. 7 in A major, Op. 92
I. Poco sostenuto – Vivace I. Poco sostenuto – Vivace
II. Allegretto II. Allegretto
L. V. BEETHOVEN L. V. BEETHOVEN
Aria konser untuk sopran dan orkestra, Op. 65 Concert aria for soprano and orchestra, Op. 65
“Ah! Perfido! … Per pietà, non dirmi addio” “Ah! Perfido! … Per pietà, non dirmi addio”
Pepita Salim, sopran Pepita Salim, soprano
REHAT INTERMISSION
L. V. BEETHOVEN L. V. BEETHOVEN
Simfoni keempat dalam Bes mayor, Op. 60 Symphony No. 4 in B-flat major, Op. 60
I. Adagio – Allegro vivace I. Adagio – Allegro vivace
II. Adagio II. Adagio
III. Scherzo e trio III. Scherzo e trio
IV. Finale IV. Finale
Budi Utomo Prabowo, pengaba utama Budi Utomo Prabowo, principal conductor

Te n tang Te ma /
Th e m e
Aditya Setiadi
D I
alam situasi normal baru, n the new normal protocol, Jakarta
Jakarta City Philharmonic City Philharmonic closes 2020 with
menutup tahun 2020 Beethoven Marathon programme,
dengan pergelaran Beethoven Maraton, commemorating the 250 years of the
mengenang 250 tahun kelahiran Ludwig birth of Ludwig van Beethoven, the
van Beethoven, komposer agung yang great composer whose vision had been
visinya turut membentuk pemikiran dan instrumental in shaping the musical
gaya musik di Eropa dan dunia hingga idiom and style in both Europe and
beratus-ratus tahun setelah ia wafat. the world, even until hundreds of years
Perayaan 250 tahun kelahiran Beethoven after his death. The 250th anniversary
dirayakan secara paralel oleh berbagai of Beethoven’s birth has been celebrated
institusi musik ternama di seluruh dunia. in parallel by various renowned musical
Di Indonesia, tidak kurang dari orkestra institutions around the world. In
besar seperti Jakarta Simfonia Orchestra, Indonesia, no less than large orchestras
Jakarta Concert Orchestra, dan Jakarta such as the Jakarta Simfonia Orchestra,
Sinfonietta turut berbagi andil dalam Jakarta Concert Orchestra, and Jakarta
perayaan tersebut. Ada perlunya, dalam Sinfonietta also took part in the
perspektif, kita meninjau ulang mengapa celebration. There is a need, in perspective,
sosok Beethoven menjadi sedemikian to review why has Beethoven’s influence
penting dalam kancah permusikan dunia become utterly inevitable in the world
hingga saat ini? music scene today?
* ***
“Musik adalah wahyu tertinggi di antara “Music is a higher revelation than all
seluruh Kebijaksanaan dan Falsafah” Wisdom and Philosophy”
B B
eethoven lahir 16 Desember eethoven was born 16
1770 di Bonn (sekarang bagian December 1770 in Bonn (now
dari Jerman). Sejak usia dini, part of Germany). From an
Beethoven diperkenalkan dengan musik. early age, Beethoven was introduced to
Guru pertamanya adalah ayahnya, sosok music. His first teacher was his father
bertemperamen kasar dan spartan. who was also very strict. Beethoven
Beethoven sering dipukuli karena gagal was frequently beaten for his failure
berlatih piano dengan benar. Suatu saat, to practise correctly. Once his mother
ibunya memprotes kekerasan yang dilakukan protested at his father’s violent
oleh sang ayah, namun alih-alih, sang ibu beatings, but she was beaten too. It is
malah turut dipukul. Konon, Beethoven said, Beethoven resolved to become a
bertekad untuk menjadi pianis hebat agar great pianist so his mother would never

ibunya tidak lagi dipukuli oleh ayahnya. be beaten.
Bakat Beethoven sebagai ahli piano Beethoven’s talent as a piano
diakui oleh Pangeran Ferdinand Ernst virtuoso was recognised by Count
Gabriel von Waldstein. Ia mensponsori Ferdinand Ernst Gabriel von
Beethoven muda, membuka jalan baginya Waldstein. He sponsored the young
untuk melakukan perjalanan ke Wina, Beethoven and this enabled him
tempat tinggal Mozart. Diharapkan to travel to Vienna, where Mozart
Beethoven akan dapat belajar di bawah resided. It was hoped Beethoven
bimbingan seorang Wolfgang Amadeus would be able to learn under the great
Mozart yang ternama, namun kurang jelas Wolfgang Amadeus Mozart, but
apakah keduanya pernah bertemu. Mozart it is not clear whether the two ever
meninggal tidak lama setelahnya, namun met. Mozart was to die shortly, but
Beethoven menghabiskan banyak waktu Beethoven was able to spend time with
dengan komposer kawakan lainnya, Joseph the great composer Joseph Haydn, who
Haydn, yang mengajarinya banyak hal. taught him many things.
Alih-alih bekerja untuk gereja, Rather than working for the
Beethoven mengandalkan donasi pribadi church, Beethoven relied on private
dari berbagai dermawan untuk menyokong donations from various benefactors.
kehidupannya sebagai komposer. Namun, However, while many loved his music,
kebanyakan dari penggemar musiknya they were often not forthcoming with
tidak datang dengan sumbangan sehingga donations and Beethoven sometimes
Beethoven terkadang harus berjuang struggled to raise enough finance. He
untuk mengumpulkan nafkah. Ia kerap complained about the way artists like
kali mengeluhkan perlakuan orang-orang him were treated. His situation was
terhadap seniman seperti dirinya. Situasinya made more difficult by his mother’s
menjadi lebih sulit dengan kematian early death and his father’s descent
dini ibunya dan transformasi ayahnya into alcoholism; this led to Beethoven
menjadi alkoholik; rangkaian peristiwa ini being responsible for his two brothers.
menyebabkan Beethoven bertanggung jawab Beethoven was widely regarded
atas dua saudara laki-lakinya. as a great musician, though his habits
Beethoven secara umum dianggap were unconventional for the social
sebagai musisi hebat, meskipun karakternya circles which he moved in. He was
tidak selalu cocok dengan lingkungan sosial untidy, clumsy and (by all accounts)
tempat ia menetap. Dia tidak rapi, kikuk, ugly. All attempts to make Beethoven
dan (menurut berbagai sumber) kurang behave failed. On one occasion,
rupawan. Segenap upaya para sahabatnya Beethoven pushed his way up to the
untuk membuat Beethoven berperilaku Archduke saying it was impossible
“pantas” senantiasa gagal. Pada suatu for him to follow the many rules of
kesempatan, Beethoven berusaha menemui social behaviour. The Archduke smiled
Pangeran (Archduke) Austria, mengatakan and said, “We will have to accept
bahwa diriinya tidak ditakdirkan untuk Beethoven as he is.” Beethoven himself
mengikuti berbagai tata cara kehidupan had great faith in his own capacities,
sosial kelas atas. Sang pangeran tersenyum referring to the princes at court.

dan berseloroh, “Kita harus menerima Beethoven’s music was also
Beethoven apa adanya.” Mengutip catatan unconventional, he explored new ideas
para para pangeran di istana, Beethoven and left behind the old conventions
sendiri digambarkan sebagai sosok yang on style and form. His freer and
terlampau percaya diri. explorative musical ideas caused
Musik Beethoven pun tidak estrangement with his more classical
konvensional. Ia berusaha mengeksplorasi teachers like Haydn and Salieri.
ide-ide baru dan meninggalkan konvensi From his early 20s, Beethoven
lama tentang gaya dan pakem musik. Ide-ide experienced a slow deterioration in
musiknya yang lebih bebas dan eksploratif his hearing, which eventually left
menyebabkan kerenggangan dengan guru- him completely deaf. Yet, despite
gurunya yang lebih condong pada gaya his deafness and the frustration this
Klasik, seperti Haydn dan Salieri. caused him, Beethoven was still able to
Sejak awal usia 20-an, Beethoven compose music of the highest quality.
mengalami penurunan pendengaran yang He was still able to inwardly hear
lambat, hingga akhirnya membuatnya benar- the most sublime music. However,
benar tuli. Namun, terlepas dari ketulian his deafness meant he struggled to
dan rasa frustrasi yang ditimbulkannya, perform with an orchestral backing, as
Beethoven tetap mampu menggubah musik he often fell out of time. This caused
dengan kualitas terbaik. Dalam hati, ia the great pianist to be ridiculed by
masih dapat mendengar musik yang paling the public, causing much distress. As
agung. Namun, disebabkan ketuliannya, ia a result, he retreated more into his
mengalami kesulitan untuk tampil dengan private world of composition. Despite
dukungan orkestra karena membutuhkan these later difficulties, his most widely
waktu lebih panjang untuk gladiresik. admired works were composed in this
Hal ini menyebabkan karier pianistik difficult last 15 years. This included
Beethoven semakin kurang diapresiasi the great works Missa Solemnis and
publik. Akibatnya, ia memutuskan untuk the Ninth Symphony – both finished
mengundurkan diri dari dunia panggung, shortly before his death. The Ninth
berkutat dalam dunia komposisi. Terlepas Symphony was groundbreaking in
dari kesulitan-kesulitan di kemudian hari, creating a choral symphony from
karya-karyanya yang paling dikagumi different voices singing separate
digubah dalam 15 tahun terakhir yang sulit lines to create a common symphony.
ini, termasuk karya besar Misa Solemnis dan The final part of the symphony
Simfoni Kesembilan – keduanya selesai (often referred to as “Ode to Joy”) is
tak lama sebelum kematiannya. Simfoni a symbolic musical representation
Kesembilan adalah dobrakan dalam of universal brotherhood. It was a
menciptakan kelindan paduan suara dari fitting climax to Beethoven’s unique
suara yang berbeda, menyanyikan berbagai musical creativity and life. Beethoven
alur musik terpisah untuk merealisasikan considered music as one of the greatest
sebuah simfoni besar. Bagian akhir dari contributors to a higher philosophy.
simfoni tersebut (sering dijuluki “Ode to Beethoven was also a supporter of
Joy”) adalah representasi musik simbolik the Enlightenment movement sweeping

dari persaudaraan universal. Banyak Europe. He was going to dedicate a
cendekiawan yang menganggap bagian great symphony to Napoleon, whom
ini sebagai klimaks untuk merangkum Beethoven believed was going to defend
kreativitas musik dan kehidupan Beethoven the ideals of the French Republic.
yang unik. Beethoven sendiri percaya bahwa However, when Napoleon’s imperial
musik adalah salah satu aspek terbesar bagi ambitions were made known, Beethoven
filosofi yang lebih tinggi. scratched out his name so powerfully, he
Beethoven juga seorang pendukung tore a hole in the paper.
gerakan Pencerahan yang marak For the last few months of his
berkembang di Eropa. Pada awalnya, ia life, Beethoven was confined to his bed
mempersembahkan simfoni besar (Ketiga) with illness. Amongst his last view
untuk Napoleon yang diyakininya akan visitors was the younger composer Franz
mempertahankan cita-cita Republik Schubert, who had been deeply inspired
Prancis. Namun, ketika ambisi terselubung by Beethoven. Beethoven, in return,
kekaisaran Napoleon diketahui, Beethoven expressed great admiration for the works
mencoret namanya dengan begitu kuat of Schubert and said of him “Schubert
sehingga manuskrip partiturnya robek. has my soul.” Beethoven’s last words
Kemudian, simfoni ini dipersembahkan were reported to be:
ulang dengan nama, “Eroica – untuk “Plaudite, amici, comedia finita
merayakan kenangan akan seorang Manusia est. (Applaud, my friends, the comedy
Agung.” is over). Ich werde im Himmel hören! (I
Selama beberapa bulan terakhir will hear in heaven!)”
hidupnya, Beethoven terbaring di tempat He died on 26 March 1827,
tidurnya karena sakit. Di antara pengunjung aged 56. The precise cause of death is
terakhirnya adalah komposer muda Franz uncertain, but, he had significant liver
Schubert yang sangat terinspirasi oleh damage – due to either the accumulation
Beethoven. Beethoven, sebagai apresiasi, of lead poisoning or excess alcohol
mengungkapkan kekaguman yang besar consumption. Over 20,000 people are
atas karya Schubert dan berkata tentangnya, said to have lined the streets of Vienna
“Schubert memiliki jiwa saya.” Sebelum for his funeral. Though Beethoven had
mangkat, kata-kata terakhir Beethoven a difficult temperament, and although
adalah, his music was sometimes too visionary
“Plaudite, amici, comedia finita est. for the general public, Beethoven
(Tepuk tangan, teman-teman, komedi sudah was deeply appreciated for his unique
berakhir.) Ich werde im Himmel hören! contribution to music.
(Aku akan mendengar di surga!)”
Ia meninggal pada tanggal 26
Maret 1827, dalam usia 56 tahun. B ee thov en ’s M usic
Penyebab pasti kematiannya tidak pasti,
B
namun ia mengalami kerusakan liver eethoven’s music is a bridge
yang signifikan, dipicu oleh komplikasi between the Classical era,
keracunan timbal atau konsumsi alkohol especially those of Haydn and
yang berlebihan. Lebih dari 20.000 orang Mozart, and the Romantic styles that

berbaris di jalanan Wina untuk mengantar dominated music during the years
prosesi pemakamannya. Meskipun 1820-1860. As a young composer,
Beethoven memiliki temperamen yang Beethoven mastered the various
keras, dan walaupun musiknya terkadang conventions of Classical style that had
terlalu visioner untuk masyarakat pada developed in Vienna, especially in
zamannya, Beethoven sangat dihargai atas the sonata form, before he ventured
kontribusinya yang unik pada musik. into some experiments in basic forms,
expanding them. Apart from the
music of Mozart and Haydn, the main
M usik B eethoven influences on Beethoven’s piano music
were the sonatas by Muzio Clementi
M
usik Beethoven merupakan (1752-1832) and Jan Ladislav Dussek
jembatan musik zaman (1760-1812). The two composers had
Klasik, khususnya gaya Haydn previously pioneered idiomatic piano
dan Mozart, serta gaya Romantik yang styles, including introducing the
mendominasi musik selama tahun 1820- Romantic-era piano figuration that
1860. Sebagai komponis muda, Beethoven required effective use of pedals. Their
menguasai berbagai konvensi gaya musik style is closely related to Beethoven’s
era Klasik yang telah berkembang di Wina, musical idiom between 1794-1800.
terutama dalam format sonata, kemudian ia In addition, Beethoven was
berani melakukan eksperimen dalam bentuk also interested in the musical styles
dasar dan memperluasnya. Selain musik that developed in France during
Mozart dan Haydn, pengaruh-pengaruh the French Revolution and early
utama terhadap musik piano Beethoven Napoleonic times, often employing
adalah sonata-sonata karya Muzio Clementi march rhythms, diatonic harmony,
(1752-1832) dan Jan Ladislav Dussek and themes surrounding universal
(1760-1812). Kedua komposer tersebut humanism (Liberté, égalité, fraternité).
sebelumnya telah memelopori gaya piano In particular, the works of Luigi
yang idiomatis, termasuk penguasaan Cherubini (1760-1842) – an Italian
figurasi piano era Romantik yang opera composer with a career in France
memerlukan efektivitas penggunaan pedal. – influenced Beethoven’s aesthetic
Gaya mereka lekat dengan idiom musik aspect around the 1800s, giving rise
Beethoven antara tahun 1794-1800. to a distinctive Beethoven style from
Selain itu, Beethoven tertarik pada 1800 to 1812. In general, Beethoven
gaya musik yang berkembang di Prancis expanded the sonata and symphony
selama masa Revolusi Prancis dan awal masa forms to their zenith.
Napoleon, sering kali memakai ritme mars, Although the music composed
harmoni diatonik, dan tema-tema seputar towards the end of his life was not
persaudaraan umat manusia (Liberté, égalité, always understood by his generation,
fraternité). Secara khusus, karya-karya Beethoven was the only composer of
Luigi Cherubini (1760-1842) – komponis the early 19th century who inspired
opera berkebangsaan Italia yang berkarier nearly all of his contemporaries
di Prancis – sangat memengaruhi aspek after his death. During his lifetime,

estetika Beethoven sekitar tahun 1800-an and much afterwards, Beethoven’s
sehingga muncul suatu gaya Beethoven yang accomplishments were such that he
khas selama periode 1800-1812. Secara became the emblem of the Romantic
umum, Beethoven mengantarkan format movement in almost all forms of art.
sonata dan simfoni hingga pada puncaknya. In various literature concerning
Walaupun musik yang digubah Beethoven, music experts classify
menjelang akhir hidupnya tidak selalu his artistic transformation into three
dipahami oleh generasinya, Beethoven periods, namely: (1) Early Beethoven
merupakan satu-satunya komponis awal (1794-1802), (2) Middle Beethoven
abad ke-19 yang menginspirasi hampir (1803-1815), (3) Late Beethoven (1816-
semua komponis penerusnya setelah 1826). In several contemporary studies,
ia wafat. Selama hidupnya, dan lama including those proposed by Joseph
sesudahnya, prestasi Beethoven sedemikian Kerman, this categorisation has been
besarnya sehingga ia menjadi lambang elaborated more deeply. Kerman added
gerakan Romantik dalam hampir seluruh one more period, namely Beethoven’s
jenis kesenian. Preliminary Work Before 1795. After
Dalam berbagai literatur that, each period was divided into two
mengenai Beethoven, para ahli musik sub-periods as follows:
mengelompokkan transformasi artistiknya Beethoven’s works that were
dalam tiga masa yaitu: (1) Beethoven created in Bonn between 1782-
Awal (1794-1802), (2) Beethoven Tengah 1792. Most of these works were not
(1803-1815), (3) Beethoven Akhir (1816- given an official opus number by the
1826). Dalam beberapa kajian kontemporer, composer. This first sub-period of
termasuk yang dikemukakan oleh Joseph the Bonn era includes early works
Kerman, pembagian tersebut dielaborasi created between 1782-1785. Then
lebih mendalam. Kerman menambah there was a period of pause during the
satu periode, yaitu karya Beethoven awal years 1786-1789, in which almost no
sebelum tahun 1795. Setelah itu, tiap musical documentation exists today.
periode masing-masing dibagi menjadi dua Several groups of much more mature
subperiode sebagai berikut: works from the era 1790-1792 clearly
Karya-karya Beethoven yang demonstrate Beethoven’s potential as a
diciptakan di Bonn antara tahun 1782- great composer.
1792. Kebanyakan karya ini tidak diberikan The works that were created in
nomor opus yang resmi oleh sang komposer. Vienna during the years 1793-1800
Subperiode pertama era Bonn ini termasuk and are given official opus numbers.
karya-karya awal yang diciptakan antara This period is usually categorised as the
1782-1785. Lantas ada masa jeda selama Early Beethoven Period. His works,
tahun 1786-1789, di mana hampir tidak including eleven piano sonatas from
ada dokumentasi musik yang eksis hingga Opus 2 to Opus 22 (including the two
saat ini. Beberapa kelompok karya yang Opus 49 sonatas), First and Second
jauh lebih matang dari era 1790-1792 Piano Concerto, six string quartets
memperlihatkan dengan jelas potensi from Opus 18 and the First Symphony,
Beethoven sebagai komponis besar. all demonstrate Beethoven’s mastery

Karya-karya yang diciptakan di of the Classical Viennese style and
Wina selama tahun 1793-1800 dan diberi the beginnings of his experiments
nomor opus resmi. Periode ini biasanya towards a more individual style. In
dikategorikan sebagai Periode Beethoven general, elements of Beethoven’s
Awal. Karya-karyanya, termasuk sebelas experimentation of this period are
sonata piano dari Opus 2 hingga Opus 22 more evident in the music for the piano
(termasuk kedua sonata Opus 49), Konserto than in his chamber music (strings
Piano Pertama dan Kedua, keenam kuartet ensemble) or orchestral music.
gesek dari Opus 18 dan Simfoni Pertama, During the transition between
seluruhnya memperlihatkan penguasaan the years 1800-1802, Beethoven
Beethoven terhadap gaya Klasik Wina dan tried various experiments in the
awal mula eksperimennya terhadap gaya sonata format pattern. This aspect
yang lebih individual. Pada umumnya, is most clearly seen in the various
unsur eksperimen Beethoven pada periode piano sonatas Op. 26-28 and Op. 31,
ini lebih terlihat dalam musik untuk piano including the Second Symphony.
daripada musik kamar (ansambel gesek) atau Works created between 1803-
musik orkestralnya. 1812 (commonly categorised as the
Masa transisi antara tahun 1800- Middle Beethoven Period) begin
1802, Beethoven mencoba berbagai with the Third Symphony “Eroica,”
eksperimen dalam pola format sonata. Violin and Piano Sonata, Op. 47,
Aspek yang paling jelas terlihat adalah pada “Kreutzer,” and Piano Sonata, Op.
berbagai sonata piano Op. 26-28 serta Op. 53, “Walstein.” During the first
31, termasuk Simfoni Kedua. sub-period (1803-1809), Beethoven’s
Karya-karya yang diciptakan antara experimental results were consolidated
tahun 1803-1812 (biasa dikategorikan and assembled to become more
sebagai Periode Beethoven Tengah) dimulai solid and expressive. Apart from the
dengan Simfoni Ketiga “Eroica,” Sonata works already mentioned, some of
Biola dan Piano, Op. 47, “Kreutzer,” serta Beethoven’s important works during
Sonata Piano, Op. 53, “Walstein.” Selama this period include the Fourth Piano
subperiode pertama (1803-1809) hasil Concerto, the Violin Concerto in D
eksperimen Beethoven dikonsolidasikan dan major, the Fourth, the Fifth, and the
dirangkai menjadi lebih kokoh dan ekspresif. Sixth Symphony, the three string
Selain karya-karya yang telah disebutkan, quartets from Op. 59, as well as Piano
beberapa karya Beethoven penting pada Sonata, Op. 57, “Appassionata.” The
periode ini termasuk Konserto Piano entire work was large-scale, befits the
Keempat, Konserto Biola dalam D mayor, Third Symphony. Music from the sub-
Simfoni Keempat, Kelima, dan Keenam, period 1809-1812 showed a mastery
tiga kuartet gesek dari Op. 59, serta Sonata of compositional techniques so that
Piano, Op. 57, “Appassionata.” Seluruh karya the “experimental” immaturity was no
tersebut berskala besar, selayaknya Simfoni longer felt. Even though Beethoven’s
Ketiga. Musik dari subperiode 1809-1812 music is still dynamic, there is often a
memperlihatkan penguasaan atas teknik more relaxed and lyrical atmosphere,
komposisi sehingga unsur “percobaannya” especially in the slow movement of

tidak lagi terasa. Kendati musik Beethoven Piano Trio, Op. 97, “Archduke,” and
masih dinamis, sering kali terasa suasana Fifth Piano Concerto, “Emperor.” The
yang lebih rileks dan liris, khususnya dalam period’s most important works include
gerakan lambat dari Trio Piano, Op. 97, the Seventh and Eighth Symphonies,
“Archduke,” dan Konserto Piano Kelima, a series of string quartets Op. 74 and
“Kaisar.” Karya-karya terpenting periode ini 95, piano sonatas Op. 78 and 81a, and
termasuk Simfoni Ketujuh dan Kedelapan, Violin and Piano Sonatas, Op. 96.
rangkaian kuartet gesek Op. 74 dan 95, The transitional period or “short
sonata-sonata piano Op. 78 dan 81a serta break” lasted between 1812-1818,
Sonata Biola dan Piano, Op. 96. when Beethoven reexamined both his
Periode transisi atau “masa rehat” previous existing format and style.
berlangsung antara tahun 1812-1818, saat There are several notable works such
Beethoven bereksperimen ulang dalam as Wellington’s Victory, Op. 91, as well
format dan gaya. Ada beberapa karya umum as choir and orchestral music for the
seperti Kemenangan Wellington, Op. 91, Vienna Congress in 1814. The most
serta musik paduan suara dan orkes untuk important works of this period include
Kongres Wina tahun 1814. Karya-karya his first art song cycle, entitled An die
terpenting pada masa ini termasuk siklus ferne Geliebte (To the distant beloved),
tembang puitik pertamanya, berjudul An die Op. 98, two cello sonatas Op. 102, as
ferne Geliebte (Teruntuk Sang Kekasih Nun well as three piano sonatas, including
Jauh di Sana), Op. 98, kedua sonata selo Op. Op. 90, Op. 101, as well as – the
102, serta tiga sonata piano, termasuk Op. pinnacle of this period – Piano Sonata,
90, Op. 101, serta – puncak periode ini – Op. 106, “Hammerklavier.”
Sonata Piano, Op. 106, “Hammerklavier.” The Late Beethoven Period
Periode Beethoven Akhir (1820- (1820-1826) includes his last five string
1826) termasuk kelima kuartet gesek quartets, the last three piano sonatas,
terakhir, ketiga sonata piano terakhir, Variasi Variations on the Diabelli theme, Op.
pada tema Diabelli, Op. 120 untuk piano, 120 for piano, Ninth Symphony, and
Simfoni Kesembilan, serta Misa Solemnis. the Missa Solemnis. During the years
Selama tahun 1816-1826 Beethoven 1816-1826, Beethoven saw many
terlihat banyak bergulat untuk menemukan struggles to find a compositional
formula komposisi paling cocok dengan formula that best suited his vision,
individualitasnya, termasuk penggunaan including the use of variation and
format variasi dan fuga – dua teknik fugue forms – two compositional
komposisi yang kerap kali dieksplorasinya. techniques he frequently explored.
McNeill berpendapat bahwa, “bunyi fuga McNeill argues that “the orderly sound
yang begitu teratur dalam musik Bach of Bach’s fugues is modified into
dimodifikasi menjadi sesuatu yang “liar,” something “wild,” often so powerful
sering kali penuh daya sehingga musiknya that the music almost explodes.”
hampir meledak.” Sonata-sonata piano Op. Piano Sonatas Op. 101 and 106 and
101 dan 106 serta versi pertama Kuartet the first version of String Quartet,
Gesek, Op. 130 diakhiri dengan fuga-fuga Op. 130 both end with a large fugue
besar (Große Fuge). Fuga turut memiliki (Große Fuge). Fugues also played an

peranan penting dalam gerakan pertama important role in the first movement
Kuartet Gesek, Op. 131, dalam Simfoni of his String Quartet, Op. 131, in the
Kesembilan, serta Misa Solemnis. Ninth Symphony, as well as the Missa
Unsur kontras yang kadang agak Solemnis.
ekstrem sering digarisbawahi oleh A sometimes rather extreme
Beethoven dalam musik periode lanjut ini. contrasting element is often underlined
Misalnya, dalam gerakan pertama Sonata by Beethoven in this later period
Piano, Op. 109, dan Kuartet Gesek, Op of music. For example, the first
132, tempo dan jalinan musiknya sering kali movement of the Sonata Piano, Op.
berubah, mengguncang stabilitas format 109, and String Quartet, Op. 132,
sonata. Beberapa musikolog menganggap where the tempo and texture of the
karya-karya Beethoven Periode Akhir music change frequently, despoil the
sebagai penanda berakhirnya aplikasi format stability of their sonata form. Some
sonata era Klasik. Beethoven pun sempat musicologists consider Beethoven’s
tertarik pada modalitas, terlihat dalam Late Period works mark the end of his
beberapa bagian Misa Solemnis, tema utama compromise with the Classical sonata
kedua dalam gerakan terakhir Simfoni form. Beethoven was also interested
Kesembilan, serta gerakan ketiga dari in modality, as seen in several sections
Kuartet Gesek, Op. 132. of the Missa Solemnis, the second
theme in the last movement of the
* Ninth Symphony, as well as the third
movement of his String Quartet, Op.
V
isi artistik Beethoven dalam 132.
mendobrak tatanan dan konvensi
seni pada masanya merupakan *
perjuangan seumur hidup. Demikian pula,
B
merayakan kelahiran Beethoven dalam eethoven’s artistic vision
masa-masa pandemi mengekspresikan in breaking the order and
harapan untuk tetap hidup dan berkarya. conventions of his time is a
Relevansi ini diwujudkan sebagai lifelong struggle. Likewise, celebrating
titik keberangkatan bagi Jakarta City Beethoven’s birth in times of pandemic
Philharmonic untuk tetap menggelar expresses our hope in life. This relevance
konser Beethoven Maraton 250 dengan is, indeed, Jakarta City Philharmonic’s
segala keterbatasan yang ada. Oleh karena point of departure to keep performing
itu, menjawab pertanyaan di awal tulisan, Beethoven Marathon 250 concert
sosok Beethoven memang akan senantiasa with all its limitations. Therefore,
dirayakan sebagai lambang pergulatan dan answering the question at the top of the
dialektika manusia dengan sang kala, atau writing, Beethoven’s figure will always
seperti yang dilontarkan oleh konduktor be celebrated as a symbol of human
Marin Alsop, “Membicarakan Beethoven struggle and dialectics with the times,
adalah membicarakan cinta dan hakikat or as the conductor Marin Alsop put
kemanusiaan, termasuk semangat untuk it, “Beethoven was all about love and
selalu terhubung satu sama lain.” Semoga joy and celebrating the essence of what

sajian Jakarta City Philharmonic malam it is to be human, and what it is to be
ini dapat mempererat persaudaraan dan connected.” Hopefully our concert
menghubungkan kita semua bersama; tonight may strengthen our brotherhood
saling berjabat tangan dan bahu membahu and connect us all; holding hands to
mengupayakan kondisi sosial, budaya, dan strive for more ideal conditions of social,
kesehatan yang lebih ideal lagi. cultural, and wellbeing.
Referensi References
Anastassia Boutsko, “Undeterred by coronavirus, the Anastassia Boutsko, “Undeterred by coronavirus,
Beethoven anniversary gets another year,” DW the Beethoven anniversary gets another
(2020) year,” DW (2020)
Joseph Kerman, “Beethoven,” The New Grove Joseph Kerman, “Beethoven,” The New Grove
Dictionary of Music and Musicians (2000) Dictionary of Music and Musicians (2000)
Rhoderick McNeill, “Beethoven’s Music,” Music Rhoderick McNeill, “Beethoven’s Music,” Music
History II (BPK GM, 1998) History II (BPK GM, 1998)
Southbank Centre, Beethoven 250 (2020) Southbank Centre, Beethoven 250 (2020)
Tejvan Pettinger, Biography of Beethoven (Oxford UP, Tejvan Pettinger, Biography of Beethoven (Oxford
2008) UP, 2008)

Andhanu Candana
Symphonic Miniature
“K
arya ini saya tulis pada
bulan Februari 2020 atas
pesanan dari konduktor
Budi Utomo Prabowo untuk mengisi
konser Jakarta City Philharmonic bulan
Juni tahun 2020. Sungguh disayangkan,
tingginya tingkat penularan pandemi
COVID-19 menyebabkan konser
“I
tersebut akhirnya harus dibatalkan. wrote this work in February 2020,
Karya ini adalah bagian dari proses commissioned by conductor Budi
panjang latihan saya dalam menguasai Utomo Prabowo for the Jakarta
bentuk sonata yang sampai saat ini City Philharmonic June 2020 Edition.
masih terus saya pertajam. Unfortunately, the highly contagious
Saya menganggap karya ini COVID-19 pandemic has resulted in the
sebagai bahan latihan saya dalam concert being cancelled. This work is part of
menguasai beberapa teknik komposisi, a long process of my practice in mastering
seperti merangkai bentuk sonata, the sonata form which I am still honing on
menulis fuga, serta mengaplikasikan to this day.
suara musik tradisional Indonesia. I consider this work as my studies in
Menyangkut struktur, saya mastering several compositional techniques,
mengadaptasi bentuk sonata zaman such as composing sonatas, writing fugues,
Klasik (eksposisi-pengembangan- and applying traditional Indonesian music
rekapitulasi) dengan penambahan sounds. In terms of structure, I adapted
introduksi lambat. Penambahan the Classical era sonata form (exposition-

introduksi lambat ini merupakan development-recapitulation) with the
studi saya mengenai rancang-bangun addition of a slow introduction. This slow
struktural sebuah karya yang solid. introduction illustrates my comprehension
Saya mengambil inspirasi dari Simfoni in structurally designing a solid piece.
Kedua Ludwig van Beethoven, salah I drew inspiration from Beethoven’s
satu karya monumental sang komposer Second Symphony, one of the composer’s
yang kebetulan sedang saya pelajari saat monumental works that I happened to be
menggubah karya ini.” studying while composing this work.”
Andhanu Candana Andhanu Candana

Ludwig Van Beethoven
Simfoni ketujuh dalam

A mayor, Op. 92
Symphony No. 7 in A major, Op. 92
B
eethoven merampungkan Simfoni
Ketujuh pada tahun 1812, namun
menunda pementasan perdananya
hingga 8 Desember 1813 di Wina.
Instrumentasi simfoni ini melibatkan
beberapa pasang seruling, obo, klarinet,
fagot, horn, dan trompet, termasuk timpani
dan seksi gesek yang solid.
B
Sebagai latar belakang historis, eethoven completed this work
tahun 1812 adalah periode krusial dalam in 1812, but withheld the first
linimasa kehidupan Beethoven, terutama performance until December
terkait dengan problem kesehatan mental 8, 1813, in Vienna. It is scored for
yang dipicu oleh penyakit tulinya. Pada pairs of flutes, oboes, clarinets,
tahun tersebut, bulan Juli perlu dicatat bassoons, horns, and trumpets, plus
secara khusus: Di Teplitz ia akhirnya timpani and string choir.
bertemu sastrawan Goethe (1749-1832), 1812 was an eventful year for
namun pertemuan tersebut hanya berujung the very famous, seriously deafened
kekecewaan karena sang pujangga saat Beethoven. July was especially
itu telah bertransformasi menjadi seorang noteworthy. At Teplitz he finally
pinisepuh dalam zona nyaman, bukan lagi met Goethe (1749-1832), but was
sosok berapi-api yang menjunjung tinggi disappointed to find (he felt) an
demokrasi dan – lebih teruk – menyukai ageing courtier who was no longer a
musik hanya sebatas di permukaan saja. firebrand or kindred democrat; worse
Selain itu, seminggu sebelum pertemuan yet, a musical dilettante. A week

pertama dan terakhir kedua sosok besar before that only meeting of German
tersebut, Beethoven nampak tengah berada giants, Beethoven had written the
dalam pusaran asmara setelah lebih dulu letter to his mysterious “immortal
menulis surat ditujukan untuk “Kekasih beloved” that was discovered
Abadi” misteriusnya – sepucuk surat posthumously in a secret drawer.
yang berdekade setelahnya ditemukan Then, toward the end of the year, he
di sebuah laci rahasia pasca mangkatnya meddled unbidden in the affairs of
sang komposer. Menjelang akhir tahun, his youngest brother, Johann, who
ia mendadak turut campur dalam urusan was cohabiting contentedly with a
asmara adik bungsunya, Johann, yang saat housekeeper. Somehow, he found time
itu tinggal seatap bersama seorang asisten to compose the last of his ten sonatas
rumah tangga. Di tengah berbagai kejadian for violin and piano and to complete a
tersebut, Beethoven tetap menemukan new pair of symphonies – the Seventh
waktu untuk menyelesaikan beberapa nomor and Eighth – both begun in 1809. He
terakhir dari sepuluh sonatanya untuk biola introduced the Seventh at a charity
dan piano serta merampungkan sepasang concert for wounded soldiers and
simfoni baru – Ketujuh dan Kedelapan – repeated it four nights later by popular
keduanya mulai ditulis pada tahun 1809. demand.
Ia memperkenalkan Simfoni Ketujuh Richard Wagner called
pada konser amal pengumpulan dana bagi Symphony No. 7 “the apotheosis
tentara korban perang serta mengulanginya of the dance,” meaning of course
empat malam berturut-turut atas banyaknya to praise its Dionysian spirit. But
permintaan. this oxymoron stuck like feathers
Richard Wagner menjuluki Simfoni to hot tar, encouraging irrelevant
Ketujuh sebagai “kulminasi seni tari,” and awkward choreography (by
mengacu pada spirit Dionisian yang Isadore Duncan and Léonide
terkandung pada musiknya. Namun Massine among others) and licensing
demikian, julukan ini berujung pada the music appreciation racket to
berbagai implikasi tak diinginkan, termasuk misinterpret Beethoven’s intent as
pada dikarangnya beberapa koreografi tari well as his content. Wholly abstract
yang tidak relevan dan terkesan canggung, and utterly symphonic, the Seventh
antara lain oleh Isadora Duncan dan was his definitive break with stylistic
Léonide Massine. Sepenuhya abstrak dan conventions practised by Mozart,
benar-benar mengaplikasi format simfoni, Haydn, and a legion of lesser mortals
Simfoni Ketujuh adalah dobrakan definitif who copied them. He stretched
Beethoven dengan bertolak dari gaya harmonic rules and gave breadth
simfoni konvensional seperti yang lazim to symphonic forms that Haydn
dipraktikkan oleh Mozart dan Haydn, and Mozart anticipated. If, in his
antara lain dalam menyegarkan aturan- orchestral music, Beethoven was the
aturan harmoni serta memperluas format last Austro-German Classicist, he did
simfoni itu sendiri. Jika musik orkestra point those who followed him to the
mengilustrasikan Beethoven sebagai Klasikis path of Romanticism.
Austro-Jerman terakhir, maka ia sedang While the Poco sostenuto

menguak titian jalan menuju Romantisisme. introduction begins by observing
Pada Simfoni Ketujuh, introduksi time-honoured rules of harmony,
Poco sostenuto dimulai dengan kepatuhan within 62 measures it modulates from
komposer pada aturan harmoni yang ketat A major to the alien keys of C and F
terikat oleh pembagian waktu; dalam major, then back again. The transition
62 birama, harmoni bermodulasi dari A from solemn 4/4 meter to 6/8 for
mayor menuju C dan F mayor, lalu kembali the balance of an evergreen vivace
lagi ke kunci awal. Transisi dari tanda movement (in sonata form) further
birama 4/4 yang khidmat menuju 6/8 exemplifies Beethoven’s conceptual
untuk menyeimbangkan gerakan Vivace stretch.
yang luwes (dalam format sonata Klasik) Coming from the 20-minute
dengan bernas mengilustrasikan kokohnya funeral march of his earlier Eroica
bentangan konseptual komposisi Beethoven. Symphony, Beethoven created an
Diangkat dari mars pemakaman allegretto “slow” movement. He
Simfoni Ketiganya, “Eroica,” Beethoven established a funerary mood (without
merangkai gerakan “lambat” bertempo its being specifically elegiac) through
Allegretto. Ia membangun suasana the repetition of a 2/4 rhythmic
pemakaman (tanpa secara khusus larut motif in A minor, the most sombre
dalam nuansa elegi) melalui repetisi motif key of the tempered scale. A minor
ritmis 2/4 dalam A minor, nada dasar paling serves more than an expressive
suram dalam seluruh tangga nada. A minor function, moreover; it readies us
tidak sekadar berfungsi sebagai penanda for the reappearance of F major
suasana duka, melainkan sebagai antisipasi in a tumultuous five-part Scherzo
bagi kembalinya nada dasar F mayor marked Presto. Two trios go slower
dalam lima bagian Scherzo penuh gejolak (assai meno presto), in D major – a
bertempo Presto. long-distance harmonically in 1812
A mayor pada akhirnya kembali from the work’s A major tonic. The
pada gerakan terakhir. Pada momentum beginning of a third trio turns into a
ini, berbeda dengan bagian manapun dalam short coda capped by five fortissimo
repertoar musik orkestranya, Beethoven chords.
menjadi seorang pembalap mobil kawakan. A major finally returns in the
Seperti pada gerakan “lambat” sebelumnya, final movement. Here more than
ritme gerakan pengujung ini adalah 2/4 anywhere else in his orchestral
namun format sonata Klasik (eksposisi- music, Beethoven became a race-car
pengembangan-rekapitulasi) menggantikan driver. As in the “slow” movement,
format A-B-A. Penutup berupa Coda the rhythm is 2/4, but sonata-form
berskala besar dalam nada dasar B minor replaces A-B-A. And there’s a grand
menyapu seluruh gerakan; durasinya bahkan coda longer than the exposition,
lebih panjang daripada bagian eksposisi, the development, or the reprise,
pengembangan, maupun rekapitulasi. which, furthermore, begins in B
Sebagaimana dianalogikan oleh musikolog minor. But, as musicologist Roger
Roger Dettmer, beberapa modulasi Dettmer illustrates, the modulations
membawa gerakan terakhir kembali ke bring it back to A major in time for

A mayor tepat pada detik-detik putaran a heart-pounding final lap with the
terakhir yang mendebarkan, lengkap dengan accelerator pressed to the floor.
pedal gas diinjak penuh. On this special edition
Pada edisi khusus memperingati 250 commemorating Beethoven’s
tahun Beethoven, Jakarta City Philharmonic 250th anniversary, Jakarta City
akan menampilkan dua gerakan pertama Philharmonic will be performing the
dari Simfoni Ketujuh. first two movements of the symphony.

Aria konser untuk sopran dan

orkestra, Op. 65
Concert aria for soprano and orchestra, Op. 65
“Ah! Perfido! … Per pietà, non dirmi addio”
“A
h! Perfido!” tergolong sebagai
karya Beethoven periode
awal, sarat akan tradisi
opera abad kedelapan belas. Sebagaimana
pendapat musikolog Robert Cummings,
alasan mengapa karya ini memiliki nomor
opus lanjutan dan berbeda dengan tanggal
awal komposisinya disebabkan oleh tidak
“A
diterbitkannya karya ini hingga 1805 h! Perfido!” is an early
meskipun telah ditulis sejak 1796. Karya Beethoven work, immersed
ini mungkin ditulis untuk penampil in eighteenth-century
pertamanya, penyanyi sopran terkenal operatic tradition. As musicologist
bernama Josepha Duschek. Digubah di Robert Cummings elucidates, the
Praha dengan mengadaptasi “Bella mia reason it bears an opus number high
fiamma” karya Mozart – yang juga ditulis concerning its date of composition is
untuk Duschek – “Ah! Perfido!” menjadi that, though it was written in 1796,
salah satu karya vokal Beethoven yang it was not published until 1805. The
populer selama bertahun-tahun. Sekitar satu piece was probably written for its first
dekade setelahnya, Beethoven merefleksikan performer, the then-celebrated soprano
bahwa nyanyian ini lebih cocok untuk Josepha Duschek. Composed in Prague
digelar dalam tata letak teatrikal and modelled on Mozart’s “Bella mia
dibandingkan dalam ruang konser. Ia sangat fiamma,” which was also written for
tegas dalam menetapkan pergelaran “Ah! Duschek, this has generally been one
Perfido!” yang membutuhkan “tirai,” atau of the composer’s more popular vocal

tata panggung serupa, demi mencapai efek pieces down through the years. A
yang tepat. Syair karya ini diambil dari puisi decade or so after composing the work,
tulisan Pietro Trapassi, seorang Italia yang Beethoven reflected that it was suited
mengabdi sebagai penyair istana di Wina more to a theatre setting than to the
(1729-1782), kerap menulis dengan nama concert hall. He was unusually emphatic
pena “Metastasio.” in stipulating that it needed “a curtain,”
Syair “Ah! Perfido!” mendeskripsikan or similar environs, to achieve its proper
seorang gadis yang dikhianati kekasihnya, effect. The work is a setting of verses
mengungkapkan kemarahannya dengan by Pietro Trapassi, a Roman who was
berapi-api. Pada awalnya, sang gadis a court poet in Vienna (1729-1782)
memohon kepada para dewa untuk and who wrote under the name of
menghukum sang kekasih, namun segera Metastasio.
menarik kata-katanya dan alih-alih, The text deals with a young
memohon belas kasih dan menawarkan woman, betrayed by her lover, expressing
dirinya untuk mati demi sang pria the rage she experiences. At first, she
tercinta. Setelah meratapi nasibnya, ia pleads with the gods to punish him
memohon pengampunan. Musik dimulai but then asks for mercy for him. Then
secara dramatis dengan penyanyi sopran she offers to die for him, instead. After
melemparkan kutukan, “Ah! Perfido! bewailing her fate, she asks for mercy.
Spergiuro, barbaro traditor, tu parti?” The music begins dramatically with the
“Heh! Pembohong yang tidak setia! Penipu soprano intoning the words, “Ah! Perfido!
keji, sekarang kau tinggalkan aku?”). Spergiuro, barbaro traditor, tu parti?”
Musik kemudian melambat dan emosi (Ah! Unfaithful liar! Vile deceiver, you
sang gadis untuk beberapa saat tampak leave me?). The music then slows, and the
terkendali, namun ketegangan dengan cepat young woman’s emotions for a time seem
berkembang. Senantiasa, untuk seluruh contained, but tension quickly develops.
kemurkaan yang ia ekspresikan, ia tidak Still, for all the rage she expresses, she
meledak ibarat gunung meletus, namun does not erupt with a potent outburst to
tetap mempertahankan ketidaknyamanan vent her feelings but instead maintains
perasaan, seperti berada dalam ambang an intensity that seems to border on just
mendidih dan meluap. Ketika aria “Per such an outburst. When the aria, “Per
pietà, non dirmi addio” (“Demi Tuhan, pietà, non dirmi addio” (“For pity’s sake,
jangan tinggalkan aku”) dilantunkan, nuansa do not leave me”) is reached, the spirit
Mozart timbul ke permukaan. Bagian of Mozart appears. (The character of the
aria bertempo Adagio ini digubah dengan theme in the third movement of Mozart’s
ekspresi mengharukan dan keindahan “Gran Partita” Serenade No. 10, KV 361,
menyayat hati. Meskipun spirit Mozart is not unlike that of the attractive melody
hadir, keelokan aria ini menjauhkannya dari here.) The aria music, marked Adagio,
kesan peniruan. Tempo kembali ke Allegro is most moving and effective in its
saat sang penyanyi mengecam sang kekasih heartrending beauty. Even if it is strongly
dan mengharapkan Takdir untuk membalas reminiscent of Mozart, it is charming
semua kepedihannya. Setelah tempo enough not to seem derivative. The
Adagio yang singkat kembali, karya ini tempo returns to Allegro as the soprano

ditutup dengan ledakan Allegro di bagian lashes out at her cruel treatment at the
pengujung. hands of fate. There is a brief return to
Bagaimanapun, Beethoven berhutang an Adagio tempo before the Allegro
pada Mozart atas efektivitas penulisan conclusion.
bagian iringan orkestra. Meskipun beberapa The orchestral writing is effective
pihak merasa musik “Ah! Perfido!” terdengar throughout, even if it, too, owes
tidak terlalu dinamis di beberapa tempat something to Mozart. While some
jika dibandingkan dengan kandungan may feel the music sounds less agitated
syairnya, Beethoven perlu diapresiasi atas in places than the text might seem to
keberhasilannya menerjemahkan spirit dari call for, Beethoven captures the spirit
bait-bait puisi Metastasio. Rentang emosi of Metastasio’s verses. The range of
yang ia deskripsikan dalam musik, termasuk emotions that he depicts in the music,
pasang surutnya nuansa ketegangan, together with the ebb and flow of
sangatlah seimbang. Karya yang dikenal tension, is remarkably well balanced.
memiliki tantangan vokal tingkat tinggi ini The work, known for its immense vocal
diperdanakan pada 21 November 1796 di difficulty, was premiered on November
Leipzig. 21, 1796, in Leipzig.
“Ah! Perfido! Spergiuro, “Ah! Perfido! Spergiuro,

barbaro traditor, tu parti? barbaro traditor, tu parti?
e son questi gl’ultimi tuoi congedi? e son questi gl’ultimi tuoi congedi?
ove s’intese tirannia più crudel? ove s’intese tirannia più crudel?
Va, scelerato! va, pur fuggi da me, Va, scelerato! va, pur fuggi da me,
l’ira de’ Numi non fuggirai! l’ira de’ Numi non fuggirai!
Se v’è giustizia in Ciel, se v’è pietà, Se v’è giustizia in Ciel, se v’è pietà,
congiureranno a gara tutti a punirti! congiureranno a gara tutti a punirti!
Ombra seguace! presente, ovunque vai, Ombra seguace! presente, ovunque vai,
vedrò le mie vendette; vedrò le mie vendette;
io già le godo immaginando; io già le godo immaginando;
i fulmini ti veggo già balenar d’intorno. i fulmini ti veggo già balenar d’intorno.
Ah no! ah no! fermate, vindici Dei! Ah no! ah no! fermate, vindici Dei!
risparmiate quel cor, ferite il mio! risparmiate quel cor, ferite il mio!
s’ei non è più qual era son’io qual fui, s’ei non è più qual era son’io qual fui,
per lui vivea, voglio morir per lui! per lui vivea, voglio morir per lui!
Per pietà, non dirmi addio, Per pietà, non dirmi addio,
di te priva che farò? di te priva che farò?
tu lo sai, bell’idol mio! tu lo sai, bell’idol mio!
io d’affanno morirò. io d’affanno morirò.
Ah crudel! tu vuoi ch’io mora! Ah crudel! tu vuoi ch’io mora!

tu non hai pietà di me? tu non hai pietà di me?
perchè rendi a chi t’adora perchè rendi a chi t’adora
così barbara mercè? così barbara mercè?
Dite voi, se in tanto affanno Dite voi, se in tanto affanno
non son degna di pietà?” non son degna di pietà?”

* *
“Heh! Pembohong yang tidak setia! “Ah! Unfaithful liar! Perjured,

Penipu keji, sekarang kau tinggalkan aku? vile deceiver, do you leave me?
Dan apakah ini perpisahan terakhirmu? And are these your last farewells?
Siapa yang pernah menderita tirani begitu kejam? Who ever suffered such cruel tyranny?
Pergi, orang jahat! Pergi, lari dariku, Go, wicked man! Go, run from me,
Kau tidak akan luput dari murka para dewa! The wrath of the Gods you shall not escape!
Jika ada keadilan di Surga, jika ada belas kasihan, If there is justice in Heaven, if there is mercy,
Mereka akan bergabung bersama untuk They will join together to punish you!
menghukummu! Pursuing shade, present wherever you go,
Kejarlah teduh, pergilah ke manapun kau mau, I shall see my vengeance;
Aku akan tertawa melihat kutukanku bersamamu; I already enjoy it in my mind;
Aku telah menikmatinya dalam pikiran; I see already lightning flashing about you.
Kulihat petir telah berkedip untuk membalasmu. Ah no, ah no, stop, Gods of vengeance!
Ah tidak, ah tidak, hentikan, Dewa Pembalasan! Spare that heart, strike mine!
Jauhkan kekasihku, serang saja diriku! Though he has changed, I am what I was,
Meskipun ia telah berubah, aku adalah diriku yang Through him I lived, I would die for him!
dulu,
Melalui dia aku hidup, dan untuknya aku mati! For pity, do not bid me farewell,
What shall I do without you?
Demi rasa belas kasih, jangan tinggalkan diriku, You know, fair beloved,
Apa yang dapat kulakukan tanpamu? I shall die troubled.
Kau tahu, kekasih nan rupawan,
Aku akan mati dengan susah payah. Ah, cruel one, you would that I die!
Have you no pity for me?
Ah, kau demikian kejam, kau ingin aku mati! Why do you treat one who adores you
Apakah kau tidak mengasihaniku? With such barbarous reward?
Mengapa kau memperlakukan ia yang memujamu Tell me if in such trouble
Dengan azab biadab seperti ini? Am I not worthy of pity?”
Katakanlah padaku, di tengah kemasygulan ini,
Apakah aku tidak layak dikasihani? ”

Simfoni keempat dalam

Bes mayor, Op. 60
Symphony No. 4 in B-flat major, Op. 60
M
engutip musikolog Michael
Jameson, Robert Schumann
menggambarkan simfoni
ini sebagai “seorang gadis Yunani yang
ramping di antara dua raksasa Viking,” dan
memulai mitos yang menyatakan bahwa
simfoni bernomor genap Beethoven kuali-
tas artistiknya tidak sedalam nomor-nomor
A
ganjil. Mitos ini sekilas mungkin terlihat ccording to musicologist Michael
akurat, namun ada banyak aspek yang luput Jameson, Robert Schumann
dari analisis Schumann. Saat keelokan described this symphony as “a
gerakan Adagio menguak jenis gaya Klasik slender Greek maiden between two Norse
yang menembus batasan eranya – misalnya, giants,” and started the long-standing
Simfoni Ketiga “Eroica” – kita harus ingat tradition which holds that somehow
bahwa Simfoni Keempat – dengan gerakan Beethoven’s even-numbered symphonies are
pembuka yang tragis dan sarat firasat – less profound than the odd-numbered ones.
tidak kalah heroiknya dengan Eroica atau This may seem true at first glance, but there
Simfoni Kelima. is much that Schumann’s analysis leaves
Pergolakan batin nan gelap dan ber- unsaid. While the lambent beauty of the
nuansa kromatik menyeret musik dari Bes Adagio might suggest the kind of Classicism
minor menuju F serentak yang menandai that the Eroica transcended, one should
awal eksposisi bertempo Allegro vivace remember that, in many senses, the Fourth,
nan cerah. Saat komposer Carl Maria emerging from an intensely foreboding, and
von Weber mengritik bagian introduksi even tragic, introduction, is no less heroic

simfoni yang dianggapnya kurang kom- than either the Eroica or the Fifth.
pleks, cendekiawan Beethoven, Donald Dark-hued and intensely chromatic
Tovey, justru menangkap keagungan yang strivings pull the music from B flat minor
paripurna, mencatat progresi harmoninya toward the unison F which heralds the
bagai “kubah lazuardi mahaluas.” Gerakan beginning of the sunny Allegro vivace
Adagio yang menggunakan struktur sonata exposition. While composer Carl Maria von
era Klasik namun tanpa pengembangan Weber criticised the deliberately sparse-
tema, dimulai dengan ritme yang kerap kali sounding introduction, musicologist Donald
berulang. Pada awalnya, biola menampil- Tovey sensed its immense stature, writing
kan motif utama ibarat pantulan cahaya of the “sky-dome vastness” of its harmonic
nan luhur, sebuah pernyataan liris yang progression. The Adagio, a sonata structure
sangat kontras dengan harmoni pembuka. minus development, begins with an insistent
Kedua elemen kontras ini kemudian selalu rhythm which recurs several times. At the
menjadi pusat gerakan, sementara tema start, the violins sing out the sublimely
biola ekspresif menjadi berbagai variasinya. reflective principal motif, a tenderly lyrical
Rekapitulasi gerakan ini mengarah pada utterance which stands in direct contrast to
Coda yang padat spektrum. Selanjutn- the opening figure. These two contrasting
ya adalah Scherzo; memuat tema utama elements are always at the hub of the
pedesaan berupa beragam idiom tarian movement, the expressive violin theme later
rakyat yang familiar bagi Beethoven dan becoming the subject of variations. The
melampaui Scherzo dari Eroica dalam hal reprise of the second group then leads to
kekuatan dan dinamisnya. Perlu dicatat highly atmospheric coda. What follows is
bahwa gerakan ini merupakan Scherzo the Scherzo; a bucolic main theme suggests
pertama dari seluruh simfoni Beethoven the rustic folk-dance idioms that Beethoven
yang menampilkan pengulangan bagian knew well; nevertheless, the movement
Trio; suatu gestur yang signifikan, mengin- surpasses the Eroica’s Scherzo in power and
gat padat dan masifnya konten musik pada dynamism. It should be noted that this is
gerakan ini. the first of Beethoven’s symphonic scherzos
Scherzo terdengar untuk terakhir to feature a repeat of the trio section, which
kalinya, namun versi ringkasan, sebelum is significant, given the massive nature of the
horn mengumandangkan Coda terakhir surrounding material.
sepanjang tiga birama. Perluasan tema The scherzo is heard one last time,
Scherzo kerap muncul di beberapa simfoni now abridged, before the shattering
Beethoven setelahnya (kecuali Simfoni final coda with its three-bar horn solo.
Kedelapan), di mana draf partitur menun- Expanded scherzos also figure in several of
jukkan bahwa pada awalnya sang komposer Beethoven’s later symphonies (the exception
mempersiapkan teknik ini untuk Simfoni is the Eighth), and sketches suggest the
Kelima. Dibuka dengan kelincahan not technique was originally envisaged for the
seperenambelas yang mengusung subjek Fifth. Opening with a series of mercurial
utama, gerakan terakhir ini berwujud sixteenth note fragments from which the
“perpetuum mobile.” Saat gerakan berkem- first subject group is derived, the final
bang, tema kedua dikumandangkan obo, movement is “Perpetuum mobile.” As the
menyajikan sebuah kontras dengan subjek movement unfolds, the oboe’s second theme

utama. Tema kedua ini memberikan tanta- provides contrast with the initial statement,
ngan teknis tingkat tinggi bagi instrumen the relentless development section posing
beregister nada rendah, seperti fagot, selo, serious technical challenges to the lower
dan kontrabas. Dalam bagian Coda – dapat instruments: bassoon, cellos, and basses. In
dianggap sebagai inovasi Beethoven paling the coda, surely one of Beethoven’s most
jenaka – tema utama dijalankan dalam humorous inventions, the theme is passed
tempo setengah cepat setelah “finale palsu” around at half speed after a “false” ending
tercapai namun pada akhirnya segera has been reached, and finally brushed aside
disingkirkan secara dramatis saat selo dan dramatically as cellos and basses plummet
kontras terjun bebas sebelum birama tera- down the scale before the striking final bars
khir yang digemakan seluruh orkestra. for full orchestra.

Pengaba / Cond uctor
Budi Utomo Prabowo

Pengaba serta praktisi dan pedagog musik yang telah berkarya bersama musisi, orkestra, dan paduan
suara di tingkat nasional dan internasional. Pendidikan musik formalnya ditempuh di Universitas
Musik Detmold dan Freiburg, Jerman hingga lulus dengan gelar Master of Performing Arts
(Diplom Musiker) pada Februari 2007. Pendidikan musik non-formalnya diperoleh di Sekolah
Musik Juilliard, New York (piano), Canford School of Music, Inggris dan Universitas Mozarteum,
Salzburg (pengaba dan instrumen periodik). Di samping pendidikan musiknya, ia adalah sarjana
Teknik Nuklir dari Universitas Gadjah Mada dan meraih Master of Information Science dari New
Jersey Institute of Technology, Newark, Amerika Serikat. Ia menjabat sebagai anggota komite
musik Dewan Kesenian Jakarta periode 2009-2016 dan kini aktif sebagai pembimbing pengaba-
pengaba muda di sanggar musik Musicasa Jakarta. Ia adalah salah satu konseptor utama Jakarta
City Philharmonic.
Conductor, music practitioner and pedagogue who has been collaborating with both national
and international musicians, orchestras, and choirs. He gained his formal education at the Music
University of Detmold and Freiburg, Germany, obtaining a Master of Performing Arts (Diplom
Musiker) in February 2007. His non-formal music education was attained at the Juilliard Music
School, New York (piano accompaniment), Canford School of Music, UK and Universität
Mozarteum, Salzburg (conducting and period instrument). Besides his musical recognitions, he
also holds a bachelor degree in Nuclear Technology from Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta and
a Master of Information Science degree from New Jersey Institute of Technology, Newark, USA.
He was one of the Jakarta Arts Council’s music committee member (2009-2016). Currently, he
posts a position as instructor for young conductors at Musicasa Jakarta and serves the Jakarta City
Philharmonic as one of its Board of Directors.

Komp onis / Comp oser
Andhanu Candana
Andhanu mulai belajar piano di Konservatorium Musik Jakarta, di bawah bimbingan Ruth
Wibisono dan Iswargia Sudarno. Ia pernah memperoleh penghargaan Juara Harapan Pertama pada
JCoM Competition 2009 dan finalis Chopin Competition CCF 2010. Komposisi gubahannya yang
pertama diselesaikan saat ia berusia 11 tahun, senantiasa diasah di bawah bimbingan komposer
Haryo Suryoto dan Ananda Sukarlan. Dalam periode 2012-2017 pendidikan musiknya dilanjutkan
di Hochschule für Musik und Darstellende Kunst Frankfurt am Main, Jerman, dengan pelajaran
piano di bawah bimbingan Prof Oliver Kern, sementara pelajaran teori musik, teknik komposisi,
dan ilmu harmoni digenapkan bersama Dr Kristian Raff dan Prof Claus Kühnl. Ia merupakan
finalis pada International Maurice Ravel Composition Competition 2018 di Italia. Sejak Oktober
2018, ia bekerja sama dengan penerbit Ravel Music Publisher di Italia untuk menerbitkan karya-
karyanya.
Andhanu began studying piano at the Jakarta Conservatory of Music under the guidance of Ruth
Wibisono and Iswargia Sudarno. He was the recipient of the First Runner Up Award at the JCoM
Competition 2009 and a finalist for the Chopin Competition CCF 2010. His first composition was
completed when he was 11 years old, subsequently honed under the tutelage of composers Haryo
Suryoto and Ananda Sukarlan. In 2012-2017, he continued his music education at Hochschule
für Musik und Darstellende Kunst Frankfurt am Main, Germany, with piano studies under the
guidance of Prof Oliver Kern, and music theory, composition techniques, and harmony under Dr
Kristian Raff and Prof Kühnl. He is a finalist at the International Maurice Ravel Composition
Competition 2018 in Italy. Since October 2018, he has collaborated with the Italian firm, Ravel
Music Publisher, to publish his works.

Sopran / Soprano
Pepita Salim
Penyanyi sopran Pepita Salim menamatkan pendidikan vokal di New England Conservatory,
Boston, jurusan Vocal Performance, dengan MaryAnn McCormick. Setelah lulus, Pepita bergabung
dalam tur musikal Rodgers & Hammerstein The King and I di 48 kota negara bagian Amerika
Serikat dan Kanada. Ia aktif sebagai anggota New England Conservatory Chamber Singers, tampil
sebagai solis dalam berbagai konser bergengsi di Amerika, termasuk berperan dalam produksi opera
Poulenc Dialogues of Carmelites, Janáček The Cunning Little Vixen, Menotti Amahl and the Night
Visitors, dan Massenet Cendrillon. Prestasinya: Juara Kedua Tembang Puitik Ananda Sukarlan
(2012), Juara Pertama American Protégé International Voice Competition (2013), dan Juara
Pertama Kompetisi Menyanyi Nasional Catharina Leimena (2016). Guru-gurunya di Indonesia
termasuk Devi Francisca, Joseph Kristanto, dan Ivonne Atmodjo. Ia sempat mengikuti kelas vokal
khusus di New York University dan kelas vokal Barbara Bonney di Graz, Austria.
Soprano Pepita Salim completed her vocal studies at the New England Conservatory, Boston,
majoring in Vocal Performance, with MaryAnn McCormick. After graduation, Pepita joined the
Rodgers & Hammerstein The King and I musical tour in 48 US and Canadian cities. She also
actively involved as a member of the New England Conservatory Chamber Singers, performing
as a soloist in various prestigious concerts, including performing the roles in Poulenc Dialogues of
Carmelites, Janáček The Cunning Little Vixen, Menotti Amahl and the Night Visitors, and Massenet
Cendrillon. Her previous achivements: Runner Up in Ananda Sukarlan Art Song Competition
(2012), First Place in the American Protégé International Voice Competition (2013), and First
Place in Catharina Leimena National Singing Competition (2016). Her Indonesian teachers
included Devi Francisca, Joseph Kristanto, and Ivonne Atmodjo. She had attended a designated
vocal class at New York University and Barbara Bonney’s class in Graz, Austria.

Musikol o g / Musicol o g ist
Aditya Setiadi
Meraih gelar sarjana sosial dalam bidang Sosiologi dari Universitas Indonesia (2008) dan
memperoleh beasiswa pemerintah RI untuk melanjutkan pendidikan magister Musikologi di
King’s College London, lulus dengan predikat Magna Cum Laude (2017). Aditya adalah seorang
musisi, belajar piano di bawah bimbingan Iravati Mangunkusumo-Sudiarso di Sekolah Musik
YPM. Ia pernah memenangkan beasiswa dari pemerintah Hongaria untuk studi pedagogi musik di
Fakultas Musik, Universitas Debrecen (2010). Ia turut berpartisipasi sebagai peserta aktif akademi
musim panas Universitas Mozarteum Salzburg, mengambil studi piano dan lagu sastra Jerman
bersama Prof Norman Shetler. Ia telah mengajar di Universitas Indonesia sejak 2009 dan hingga
saat ini berkolaborasi dengan DKJ (peneliti) dan Jakarta City Philharmonic (musikolog). Minat
penelitiannya mencakup Musikologi Kontemporer dan Kajian Pascakolonial.
Obtained a Bachelor of Science in Sociology from the University of Indonesia (2008) and awarded
a full scholarship from the Indonesian government to pursue a Master of Music in Musicology
at King’s College London, graduated with Distinction (2017). Aditya is also a musician, studying
piano under the guidance of Iravati Mangunkusumo-Sudiarso at the YPM Music School. He
won a scholarship from the Hungarian government to study music pedagogy at the Faculty of
Music, University of Debrecen (2010). He also participated in the summer academy of Universität
Mozarteum Salzburg, studying piano and German art song under the guidance of Prof Norman
Shetler. He has been teaching at the University of Indonesia since 2009 and collaborating with
the Jakarta Arts Council (researcher) and Jakarta City Philharmonic (musicologist). His research
interests include New Musicology and Postcoloniality.

Musisi /
M u s ic i an s
Biola 1 / Violin 1 Seruling/Flute

Danny Artyasanto Ligias Carmen Caballero
Ibnu Aji Wasesa Victoria Chang
Elgar Putrandhra
Muhammad Fauzan Daffa Obo / Oboe
Julian Arya Krismandanu Bima Wikan Tyoso
Mellody Arben Afdhal Zikri Zz
Biola 2 / Violin 2 Klarinet / Clarinet

Iqbal Harja Maulana Alfian Agus Nursanto
Reza Nurdian Hartono Sa'id Dwi Santosa
Suta Suma Pangekshi
Afif Ilhamzah Fagot / Bassoon
Fafan Isfandiar Seto Wiwoho
Josephine Daniel Estario
Biola Alto / Viola Trompet / Trumpet

Dwi Ari Ramlan Fado Putra Mahadika
Jane Irene Sutiono Juan Thomas Aquinas
Jefrin Parulian Simanullang
Usamah Horn Prancis / French Horn
Febriyanto
Selo / Cello Zulfahmi
Billy Aryo Nugroho
Fanny Tsalasa Timpani / Timpani
William Hendricko Adinata Alfin Satriani
Anggelia Sande Lilingan
Kontrabas / Contrabass
Dicky Meliana Sugito
Arya Adithya
Rai Ikhwan Suprayoga

K e rabat Ke rja /
Th e C om mit t e e s
Dewan Kesenian Jakarta / The Jakarta Arts Council
Penanggungjawab / Steering Committee

Danton Sihombing (Ketua Pengurus Harian / Chairman)
Angga Dwimas Sasongko (Wakil Ketua Satu / First Vice Chairman)
Jaronah Abdullah (Wakil Ketua Dua / Second Vice Chairman)
Hikmat Darmawan (Ketua Bidang Program / Programme Coordinators)
Komite Musik / Music Committee

Adra Karim
Asep Hidayat
Cholil Mahmud
Muhammad Amrullah
Imam Firmansyah
Jakarta City Philharmonic
Dewan Komisaris / Board of Commissioners Manajer Program / Program Manager

Anto Hoed Anita Dewi Puspita
Aksan Sjuman
Budi Utomo Prabowo Pelaksana Program / Programme Officer
Fafan Isfandiar Nanda Vima Tasha
Asisten Pengaba / Assistant Conductor Pelaksana Proyek / Project Officer

Vincent Wiguna Helda Yosiana
Musikolog / Musicologist Kepala Keuangan / Head of Finance

Aditya Pradana Setiadi Trisuci Meilawati
Pustakawan / Librarian Manajer Panggung / Stage Manager

Willy Poliman Donny Lazuardi
Terjemahan Subtitel / Subtilte Indonesian Tim Teknis / Technical Team

Pepita Salim Okfianzi
Bembenk
Pemrogram orkestra & desain bunyi / Dian Irawan
Orchestra programmer & sound
design (Symphonic Miniature) Publikasi / Publication
Andios Resiok Topa Christa Ansi Novensia
Fransiskus Sena
Visualisasi suara / Sound visualisation
Riosadja Desain Grafis / Graphic Designer
Joel Thaher Riosadja

Audio & Video Recording
PT Supersonic Indonesia
Penata Audio / Audio Engineer

Rendy
Fotografer / Photographer
Gigih Lazuardi Ibnur
Juru Kamera / Cameraman

Syahrul
Noah
Joshua
Alé
Joel Thaher
Konsumsi / Food & Beverages

Meta
Petugas Umum / Runner

Iyan
Ipul
Keamanan / Security
Purbowo
Triyanto

U c apan Te r ima Kas ih /
Ac k now l e d g e m e n t s
Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta /

The Jakarta Municipality
• Anies Baswedan (Gubernur DKI Jakarta / Governor)
Unit Pengelola Pusat Kesenian Jakarta (UP PKJ) Taman Ismail Marzuki /
Jakarta Art Centre Management Unit (UP PKJ) Taman Ismail Marzuki
PT Supersonic Indonesia
Busana dan perhiasan Pepita Salim / Dress and jewellery of Pepita Salim
• Andreas Odang & Forevermark
Seluruh kerabat dan sahabat yang telah mendukung terselenggaranya program malam ini /
Dearest team and friends who have supported the realisation of Jakarta City Philharmonic regular programme


JCP 27 Beethoven Marathon 250 Buku Program PDF

Uploaded by

Document Information

Original Title

Copyright

Available Formats

Share this document

Share or Embed Document

Sharing Options

Did you find this document useful?

Is this content inappropriate?

Copyright:

Available Formats

JCP 27 Beethoven Marathon 250 Buku Program PDF

Uploaded by

Copyright:

Available Formats

Rabu,

Edisi #27: Beethoven Marathon 250 1

Edisi #27: Beethoven Marathon 250 3

Penanggungjawab / Persons in Charge

Penulis, Penyunting, Penerjemah /

Desainer Grafis / Graphic Designer

Gambar Ilustrasi / Illustration

4 Jakarta City Philharmonic

07 Pengantar Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta

09 Pengantar Dewan Kesenian Jakarta

11 Pengantar Komite Musik /

Edisi #27: Beethoven Marathon 250 5

Edisi #27: Beethoven Marathon 250 7

Salam hormat, Warm regards,

Anies Baswedan Anies Baswedan

8 Jakarta City Philharmonic

Edisi #27: Beethoven Marathon 250 9

Danton Sihombing Danton Sihombing

10 Jakarta City Philharmonic

Edisi #27: Beethoven Marathon 250 11

Selamat menikmati. Please do enjoy the performance.

Salam, Warm regards,

Adra Karim Adra Karim

12 Jakarta City Philharmonic

Edisi #27: Beethoven Marathon 250 13

14 Jakarta City Philharmonic

Edisi #27: Beethoven Marathon 250 15

ANDHANU CANDANA ANDHANU CANDANA

LUDWIG VAN BEETHOVEN LUDWIG VAN BEETHOVEN

Pepita Salim, sopran Pepita Salim, soprano

Edisi #27: Beethoven Marathon 250 17

Edisi #27: Beethoven Marathon 250 19

20 Jakarta City Philharmonic

Edisi #27: Beethoven Marathon 250 21

22 Jakarta City Philharmonic

Edisi #27: Beethoven Marathon 250 23

24 Jakarta City Philharmonic

Edisi #27: Beethoven Marathon 250 25

26 Jakarta City Philharmonic

Edisi #27: Beethoven Marathon 250 27

28 Jakarta City Philharmonic

Edisi #27: Beethoven Marathon 250 29

Andhanu Candana Andhanu Candana

30 Jakarta City Philharmonic

Simfoni ketujuh dalam

Edisi #27: Beethoven Marathon 250 31

32 Jakarta City Philharmonic

Edisi #27: Beethoven Marathon 250 33

34 Jakarta City Philharmonic

Aria konser untuk sopran dan

Edisi #27: Beethoven Marathon 250 35

36 Jakarta City Philharmonic

“Ah! Perfido! Spergiuro, “Ah! Perfido! Spergiuro,

Ah crudel! tu vuoi ch’io mora! Ah crudel! tu vuoi ch’io mora!

Edisi #27: Beethoven Marathon 250 37

“Heh! Pembohong yang tidak setia! “Ah! Unfaithful liar! Perjured,

38 Jakarta City Philharmonic

Simfoni keempat dalam

Edisi #27: Beethoven Marathon 250 39

40 Jakarta City Philharmonic

Edisi #27: Beethoven Marathon 250 41

Budi Utomo Prabowo

42 Jakarta City Philharmonic