You are on page 1of 8

Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi Volume V No.

2 / Desember 2015

DIVERSIFIKASI MEDIA MASSA DAN DEMOKRASI DI INDONESIA


Penguatan Peran Media Massa serta Masyarakat dalam Mewujudkan Demokrasi

Manap Solihat

Dosen Tetap Prodi Ilmu Komunikasi Unikom

Abstract

Democracy as a form that ideology of the people as owners of the power as a channel their aspirations. The mass
media has many functions, particularly those related to the implementation of democracy. Indonesia's efforts to achieve
a democratic, progressive, and powerful. Its seems far from reality. Conditions of transition until now is still felt, the
situation is still "all concerned". The mass media is gigamedium presenting a public space that becomes a mirror for
anyone. Such a large impact on the sustainability of human life. Political and social developments in the community this
nation can not be separated from how it all represented in a variety of communications media, especially television and
the internet. According to the normative theory of modern mass communication, worthy for the life of the mass media
in a democratic country, as well as Indonesia in the future is the fulfillment of some conditions such as: (1). Freedom of
publication, which guarantees freedom of expression, conveying information and the truth. (2). Plurality of ownership,
it is to reduce bias interests of media owners. (3). Diversity of information available to the public, namely the diversity
of information provided to the public. (4). Diversity of expression of opinion. provide opportunities more or less equal
access to various social groups, cultural minorities that exist in society. (5). Extensive reach, mass media system
capable of reaching wide range of audiences. (6). Quality of information and culture available to the public,
information and culture are presented to the public guaranteed quality. (7). The creation of the Indonesian mass
media's commitment to support the democratic political system. (8). respect the privacy and rights in general.
Alternative media system in democratic is built on a based of five sectors of the media types, namely with the core
public service media, civic media , private commercial media , social marketing media, and cyber media. The second
type of media sector which is the civic media, or citizens medium. This type of media is media that support the existence
of organizations that exist in a democracy. Owned media such as CBOs, NGOs, interest groups, to political parties. The
fourth type of media sector is social marketing media. The next type of private media companies. Then the last is the
alternative media likes CyberMedia. This type of media that uses Internet technology, or digital technology.
CyberMedia existence becomes more powerful when in reality are in the virtual space but the influence is now
undeniable, many people take advantage of this medium, and on the future will be more important.

Keywords: democracy, gigamedium, normative theory, alternative media, cyber media

Abstrak

Demokrasi sebagai bentuk ideologi dimana rakyat sebagai pemilik kekuasaan membutuhkan „jembatan‟ untuk dapat
menyalurkan aspirasinya. Media massa memiliki banyak fungsi, khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan
demokrasi di suatu negara. Upaya mewujudkan Indonesia yang demokratis, maju, adil, dan kuat, merupakan cita-cita
reformasi selama ini. Namun nampaknya memang masih jauh dari realitas. Kondisi transisi hingga sekarang masih
terasa, keadaannya masih “serba memprihatinkan”. Media massa adalah gigamedium yang setiap saat hadir sebagai
ruang public yang menjadi cermin bagi siapapun. Dampaknya demikian besar pada keberlangsungan kehidupan
manusia. Perkembangan sosial politik di dalam masyarakat bangsa ini tidak bisa dipisahkan dari bagaimana semuanya
direpresentasikan di dalam berbagai media komunikasi, khususnya televisi dan internet. Menurut teori normative
komunikasi massa modern, yang layak diimpikan untuk kehidupan media massa di suatu negara yang demokratis,
sebagaimana halnya Indonesia di masa mendatang adalah terpenuhinya beberapa keadaan diantaranya : (1). Freedom of
publication, yang menjamin adanya kebebasan berpendapat, menyampaikan informasi dan mengetahui kebenaran. (2).
Plurality of ownership, hal penting untuk mengurangi bisa kepentingan pemilik media. (3). Diversity of information
available to public, yaitu keragaman informasi yang disediakan untuk khalayak. (4). Diversity of expression of opinion.
memberikan kesempatan akses yang kurang lebih sama kepada berbagai kelompok sosial, minoritas budaya yang ada
pada masyarakat. (5). Extensive reach, sistem media massa mampu menjangkau secara luas berbagai khalayak. (6).
Quality of information and culture available to public, informasi dan budaya yang disampaikan pada publik terjamin
kualitasnya. (7). Terciptanya komitmen media massa Indonesia untuk mendukung sistem politik demokrasi. (8).
menghargai privasi dan hak azasi secara umum. Sistem media alternatif yang demokratis dibangun atas landasan lima

95
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume V No. 2 / Desember 2015

sektor jenis media, yakni dengan inti sektor media pelayanan publik (public service media), sektor civic media, sektor
media swasta yang komersial, sektor media pemasaran sosial, dan media alternatif (cyber media). Jenis sektor media
yang kedua adalah civic media, atau media warga. Media jenis ini merupakan media yang mendukung keberadaan
organisasi yang ada pada alam demokrasi. Seperti media milik Ormas, LSM, kelompok kepentingan, hingga partai
politik. Jenis sektor media yang keempat adalah media pemasaran sosial (social market sector). Jenis sektor media
berikutnya adalah media dalam sektor perusahaan swasta. Kemudian sektor media yang terakhir, adalah media alternatif
yakni cybermedia. Media jenis ini merupakan media yang menggunakan teknologi internet, ataupun teknologi digital
untuk operasionalnya. Keberadaan cybermedia menjadi suatu realitas yang nyata walaupun pada kenyataannya berada
pada ruang maya tertapi pengaruhnya kini tak terbantahkan lagi, orang sudah banyak memanfaatkan media ini, dan hal
ini kedepan akan semakin kuat kedudukanya.

Kata Kunci : demokrasi, gigamedium, teori normatif, meia alternatif, cyber media

1. Pendahuluan masyarakat. Masalahnya adalah bagaimana


Demokrasi sebagai bentuk ideologi media massa menyajikan informasi yang benar
dimana rakyat sebagai pemilik kekuasaan pada publik tanpa distorsi ataupun pretensi
membutuhkan „jembatan‟ untuk dapat negatif tentang keberpihakan media yang
menyalurkan aspirasinya. Dalam sistem cenderung (menjadi rahasia umum) bersifat
ketatanegaraan, lembaga penyalur aspirasi dan partisan.
agregasi salah satunya adalah melalui alat Sistem pengaturan penyiaran di Indonesia
komunikasi politik yaitu media. Untuk telah berlangsung lebih dari satu dasawarsa
mencapai masyarakat yang sangat luas (mass merujuk pada Undang-Undang Nomor 32 tahun
media) menjadi sangat penting peranannya 2002 tentang penyiaran. Terlepas dari
dalam berdemokrasi. Media massa memiliki kontroversi pada awal diberlakukanya undang-
banyak fungsi, khususnya yang berkaitan undang tersebut, dimana media hanya menjadi
dengan pelaksanaan demokrasi di suatu negara. alat penguasa untuk mempertahankan hegemoni
Upaya mewujudkan Indonesia yang atas informasi dan mereka memiliki
demokratis, maju, adil, dan kuat, merupakan kekhawatiran, salah satunya adalah
cita-cita reformasi selama ini. Namun pembentukan KPI dinilai akan membelenggu
nampaknya memang masih jauh dari realitas. kreativitas awak media. Kontroversi
Kondisi transisi hingga sekarang masih terasa, pemberlakukan Undang-Undang Penyiaran,
keadaannya masih “serba memprihatinkan”. bisa menjadi bukti betapa media massa telah
Fase pemerintahan setelah bergulirnya menjadi instrument penting dalam peta politik
reformasi telah berganti dari mulai masa Indonesia, khususnya di era reformasi ini.
pemerintahan Abdurahman Wahid yang Mengapa media massa menjadi hal yang
diteruskan oleh Megawati yang maju sebagai penting untuk pembentukan Indonesia masa
presiden setelah dilengserkannya Gus Dur depan? Karena media massa bukan sekadar
(sapaan akrab Abdurahman Wahid), lalu institusi bisnis tempat orang cari kerja dan
presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) dan keuntungan, namun media massa merupakan
sekarang dengan pemerintahan dipimpin oleh institusi sosial, sekaligus politik, yang
Joko Widodo (Jokowi – JK). menyentuh alam pikiran masyarakat luas, yang
Gaduhnya perilaku elit politik dan prosesnya potensial mempengaruhi apa yang
jalannya roda pemerintahan terekam jelas dalam terjadi pada masyarakat di masa mendatang,
suatu volume informasi yang digelontorkan baik dalam proses politik, kehidupan sosial, atau
pada publik baik melalui media massa ekonomi.
konvensional maupun media jejaring sosial Tulisan ini ingin menyajikan pemikiran
sebagai indikasi kekuatan yang mulai bagaimana sebaiknya media massa di Indonesia
diperhitungkan sebagai saluran aspirasi memiliki peran kontributif bagi tumbuhnya

96
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Volume V No. 2 / Desember 2015 JIPSi
demokrasi, ditengah maraknya media baru realitasnya yaitu wujud simulasinya dalam
(diversifikasi media). media yang berbeda bahkan dapat terputus sama
Media Massa dan Realitas Politik sekali dari realitas politik di ruang nyata. Jean
Media massa adalah giga medium yang Badrillaard dalam In the Shadow of the Silent
setiap saat hadir sebagai ruang public yang Majorities (1983), mengemukakan bahwa media
menjadi cermin bagi siapapun. Dampaknya memproduksi semacam realitas kedua (second
demikian besar pada keberlangsungan reality) yang mempunyai logikanya sendiri,
kehidupan manusia. Perkembangan sosial yang pada titik tertentu dapat menetralisir
politik di dalam masyarakat bangsa ini tidak bahkan membunuh realitas sosial politik dunia
bisa dipisahkan dari bagaimana semuanya nyata, yang menggiring pada kematian sosial
direpresentasikan di dalam berbagai media dan politik, sehingga yang tinggal hanyalah
komunikasi, khususnya televisi dan internet. simulasinya. Dengan kata lain situasi ini disebut
Dunia sosial politik dan dunia komunikasi hiperpolitik yaitu politik yang hidup dalam
adalah dua dunia yang saling berhubungan di wujud simulasinya di dalam ruang pencitraan
dalam masyarakat informasi dewasa ini yang tidak lagi mempresentasikan politik yang
meskipun ada relasi yang problematic di antara sesungguhnya di dunia nyata, ada keterputusan
keduanya. antara realitas politik di dalam media, realitas
Seperti televisi dan internet adalah lukisan politik di dunia nyata dan realitas masyarakat
politik Indonesia di ruang publik sehingga sendiri (politic of discontinuity), bahkan politik
makna keindonesiaan itu sendiri bisa dibaca itu sendiri dipanggungkan ibarat “theatre of
secara lengkap (meskipun ironis) di dalam dreams”.
program-program televisi, trending topics pada
media jejaring sosial. Televisi dapat dikatakan Kondisi yang Diinginkan
sebagai sebuah pemadatan atau peledakan ke Menurut teori-teori normative komunikasi
arah dalam realitas keIndonesiaan secara massa modern, kondisi ideal yang layak
keseluruhan sehingga menonton televisi berarti diimpikan untuk kehidupan media massa di
menonton totalitas lukisan wajah Indonesia itu suatu Negara yang demokratis, sebagaimana
sendiri. Televisi dan bentuk media massa halnya Indonesia di masa mendatang adalah
lainnya merupakan sebuah ruang yang terpenuhinya beberapa keadaan sebagai berikut:
didalamnya berlangsung berbagai bentuk 1. Freedom of publication. Hal ini merupakan
eksperimen politik yang berupaya mencipta dasar utama demokrasi, yang menjamin
citra politik tertentu yang digerakkan oleh adanya kebebasan berpendapat,
teknologi politik pencitraan, sementara internet menyampaikan informasi dan mengetahui
dengan berbagai aktifitasnya melalui jejaring kebenaran.
sosial (social networking), aktivitas para 2. Plurality of ownership. Pluralitas pemilikan
blogger dan penggunaan hypermedia lainnya media hal penting untuk mengurangi bias
adalah bentuk perluasan sebagai alternatif kepentingan pemilik media. Altschull (1984)
saluran komunikasi politik yang berlangsung, dalam second law of journalism-nya,
dan bentuk partisipasi yang lebih intens dari dikatakan “the content of the media always
publik untuk terlibat langsung dalam suatu reflect the interest of those who finance
discourse pada isu-isu tertentu. them” (McQuail,2000:198).
Akan tetapi politik yang hidup di dalam 3. Diversity of information available to public,
ruang publik tidak dengan sendirinya yaitu keragaman informasi yang disediakan
melukiskan realitas politik dalam pengertian untuk khalayak.
politik nyata. Politik informasi dan pencitraan 4. Diversity of expression of opinion. Yaitu
politik dalam bentuknya yang sekarang justru system media massa memungkinkan
telah menggiring politik pada wujud hiper memberikan kesempatan akses yang kurang

97
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume V No. 2 / Desember 2015

lebih sama kepada berbagai kelompok Pendeknya, semua itu ingin menunjukkan,
social, minoritas budaya yang ada pada peran media dalam kehidupan sosial bukan
masyarakat. sekadar sarana diversion, pelepas ketegangan
5. Extensive reach, yaitu sistem media massa. atau hiburan, tetapi isi dan informasi yang
Indonesia mampu menjangkau secara luas disajikan, mempunyai peran yang signifikan
berbagai khalayak yang ada di negeri ini. dalam proses sosial. Isi media massa merupakan
6. Quality of information and culture available konsumsi otak bagi khalayaknya, sehingga apa
to public. Maksudnya informasi dan budaya yang ada di media massa akan mempengaruhi --
yang disampaikan pada publik terjamin menurut istilah Peter Berger (1979:13)-- realitas
kualitasnya. subyektif pelaku interaksi sosial. Atau dengan
7. Terciptanya komitmen media massa istilah lain, media massa mampu menanamkan
Indonesia untuk mendukung sistem politik the pictures in our heads (istilah Walter
demokrasi. Lippman, 1921) tentang realitas yang terjadi di
8. Media massa Indonesia menghargai privasi dunia ini. Gambaran tentang realitas yang
dan hak azasi secara umum. “dibentuk” oleh isi media massa inilah yang
nantinya mendasari respond dan sikap khalayak
2. Kajian Pustaka terhadap berbagai obyek sosial. Informasi yang
Peran media massa dalam kehidupan salah dari media massa akan memunculkan
sosial tidak ada yang menyangkal atas perannya gambaran yang salah pula pada khalayak,
yang penting dalam masyarakat modern. Mc sehingga akan memunculkan respond dan sikap
Quail misalnya, dalam bukunya Mass yang salah juga terhadap obyek sosial itu.
Communication Theories (2000: 66), Karenanya media massa dituntut menyampaikan
merangkum pandangan khalayak terhadap peran informasi secara akurat dan berkualitas. kualitas
media massa. Setidaknya ada enam perspektif informasi inilah yang merupakan tuntutan etis,
dalam hal melihat peran media. Pertama, dan moral penyajian isi media.
melihat media massa sebagai window on events Persoalannya dalam kehidupan empiris,
and experience. Kedua, media juga sering sikap, dan perilaku manusia atas suatu obyek
dianggap sebagai a mirror of events in society lebih ditentukan oleh gambaran yang ada di
and the world, implying a faithful reflection. kepalanya atas obyek itu, daripada keadaan
Ketiga, memandang media media massa sebagai yang sesungguhnya atas obyek tersebut. Dengan
filter, atau gatekeeper yang menyeleksi demikian jika isi media sebagai realitas
berbagai hal untuk diberi perhatian atau tidak. simbolik, banyak menyajikan realitas kekerasan
Keempat, media massa acapkali pula dipandang politik, dan ini tertanam pada gambaran yang
sebagai guide, penunjuk jalan atau interpreter, ada di kepala khalayak, maka khalayak-pun
yang menerjemahkan, dan menunjukkan arah akan beranggapan bahwa bahwa politik itu
atas berbagai ketidakpastian, atau alternatif memang penuh kekerasan, dan pelakunya tidak
yang beragam. Kelima, melihat media massa bermoral. Dan respon mereka terhadap elite
sebagai forum untuk mempresentasikan politik bisa negatif. Asumsi semacam inilah
berbagai informasi dan ide-ide kepada yang mendasari pemikiran Cultivation Theory
khalayak, sehingga memungkinkan terjadinya (George Gerbner, 1972), Spiral of Silence
tanggapan dan umpan balik. Yang terakhir. (Noelle Neumann, 1974), ataupun juga Agenda
Keenam media massa sebagai interlocutor, yang Setting (McComb & Donald L. Shaw, 1969). Di
tidak hanya sekedar tempat berlalu lalangnya sinilah pentingnya peran media massa sebagai
informasi, tetapi juga partner komunikasi yang realitas simbolik yang dianggap
memungkinkan terjadinya komunikasi yang merepresentasikan realitas obyektif sosial, dan
interaktif. berpengaruh pada realitas subyektif yang ada
pada para pelakunya.

98
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Volume V No. 2 / Desember 2015 JIPSi
3. Pembahasan contentnya lebih mengedepankan pada
Sistem media yang demokratis pada fungsionalisme media dalam proses demokrasi.
dasarnya harus mewujudkan tiga karakteristik Seperti fungsi surveillence, yaitu memberikan
(Cuilenberg & McQuail, 1998:67). Pertama, informasi pada warga negara tentang apa yang
terdapat independensi dari media yang ada. Sifat terjadi di sekitar mereka. Fungsi education,
independence atau kemerdekaan ini berarti tidak mengajarkan secara obyektif mengenai makna
ada campur tangan baik dari pemerintah, dan arti dari fakta-fakta yang terjadi. Fungsi
maupun monopoli swasta, termasuk di sini pembentukan wacana atau menyediakan suatu
kepentingan pasar. Selanjutnya, media yang ada platform untuk wacana politik publik, dan
harus mempunyai accountability, memfasilitasi terbentuknya opini publik. Di
pertanggungjawaban secara profesional baik dalamnya termasuk menyediakan space untuk
terhadap masyarakat secara umum, maupun pendapat yang berbeda. Berikutnya adalah
kepada pengguna atau khalayaknya. fungsi publicity mengenai kerja institusi politik
Karakteristik terakhir, sistem media harus dan pemerintah, sekaligus menjalankan peran
menjamin adanya keberagaman, diversity, baik jurnalismenya sebagai watchdog terhadap
keberagaman politik (political diversity), institusi-institusi tersebut. Terakhir, media ini
maupun keberagaman sosial (social diversity). memberikan fungsi advocacy terhadap
Dengan mengambil contoh pemikiran pandangan politik masyarakat melalui prinsip
Antony Giddens dalam the third way (1999), keterbukaan (McNair, 1999: 21-22).
sistem media alternatif-pun memerlukan suatu Media pelayan publik ini keberadaannya
percampuran antara prinsip liberalisme dengan dilindungi dengan undang-undang sebagaimana
sosialisme. Dalam pemikiran ini, mekanisme model penyiaran publik diperankan oleh TVRI
pasar mendapatkan tempat yang terhormat, dan RRI, hanya saja perlu dilakukan
tetapi pasar tidak bisa menggantikan pembenahan dan perubahan citra secara total
keseluruhan peran negara (Gidens, 1999: 55). pada kedua lembaga penyiaran ini. Penegakan
Artinya masih ada celah bagi negara melalui prinsip fairnes, imparsialitas, independen dan
regulasinya untuk menjamin terciptanya kondisi obyektif, serta akuntabilitas pada publik perlu
yang demokratis. Hanya saja pengertian negara dilakukan secara besar-besaran. Berperan
dalam konteks demokrasi, tidak identik dengan sebagai public service tidak berarti isinya boleh
pemerintah, melainkan negara dalam arti luas, tidak menarik, justru di sini media seperti itu
termasuk kesepakatan rakyat. dituntut untuk mengemas informasi yang
Sistem media alternatif yang demokratis bermakna pada publik tersebut dalam bentuk
dibangun atas landasan lima sektor jenis media, yang menarik oleh tangan-tangan yang benar-
yakni dengan inti sektor media pelayanan publik benar profesional. Nantinya media semacam ini
(public service media), sektor civic media, diharapkan akan menjadi lambang kualitas dan
sektor media swasta yang komersial, sektor akurasi isi media, baik dalam pemberitaan
media pemasaran sosial, dan media alternatif maupun jenis informasi lainnya. Selain itu
(cyber media). media ini pulalah yang mengcover wilayah-
Media pelayanan publik merupakan inti wilayah yang tidak mempunyai potensi pasar,
pengimbang bias mekanisme pasar. Media ini serta menampung budaya-budaya minoritas,
bekerja berdasarkan prinsip-prinsip fairness dan sehingga menjaga prinsip diversity dalam sistem
imparsial. Orientasi utamanya adalah komunikasi massa.
melakukan pemberitaan yang obyektif, dan Selanjutnya melalui sistem licence fee,
pelayanan terhadap publik yang beragam untuk charity, iklan corporate, dan anggaran negara,
menjamin social diversity maupun political media pelayanan publik ini dihidupi. Karena itu
diversity, sebagaimana kondisi riil Indonesia pengelolanya harus bertanggungjawab secara
yang berbhineka dalam berbagai hal. Isi media profesional mengenai prinsip-prinsip demokrasi

99
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume V No. 2 / Desember 2015

yang melandasi keberadaan media itu pada mekanisme pasar, atau berubah menjadi media
publik. yang riil mencari keuntungan (swasta).
Jenis sektor media yang kedua adalah civic Jenis sektor media berikutnya adalah
media, atau media warga. Media jenis ini media dalam sektor perusahaan swasta. Jenis
merupakan media yang mendukung keberadaan media ini murni mengikuti mekanisme pasar,
organisasi yang ada pada alam demokrasi. mereka mempunyai kebebasan yang amat luas
Seperti media milik Ormas, LSM, kelompok dalam hal isi media, dan terlepas sama sekali
kepentingan, hingga partai politik. Media ini dari kewajiban yang dipersyaratkan dalam
bertujuan untuk memperjuangkan visi dan misi pelayanan publik. Namun walaupun bersifat
organisasi yang membentuknya, termasuk komersial etika jurnalistik tetap berlaku sebagai
dalam hal perjuangan politik, kesadaran bagian dari akuntabilitas terhadap publik.
lingkungan, keagamaan dan lain-lain. Untuk Sedang untuk jenis media komersial yang
media cetak (print media), semua komponen berupa media elektronik, seperti radio dan TV,
sosial di atas boleh memiliki media untuk selain mengikuti etika, mereka juga dituntut
kepentingan organisasinya, dan bebas dalam untuk “tunduk” terhadap regulasi yang berkaitan
pengelolaan. Tetapi untuk media elektronik (TV dengan penggunaan frekuensi yang ditetapkan
dan Radio) ---karena menggunakan sarana oleh komite nasional penyiaran yang
frekuensi milik publik (public domain), yang independen. Jenis media swasta yang komersial
jumlahnya terbatas--- dalam pemberitaannya ini dibiayai sepenuhnya dari penjualan space
mereka diberlakukan prinsip obyektifitas dan iklan, langganan, ataupun usaha komersial
imparsialitas atau fairness doctrine. Pelaksanaan lainnya. TV swasta seperti RCTI, SCTV,
prinsip ini bukan lagi sekadar etika, melainkan Indosiar, TPI, Anteve, dan Metro TV bisa
menjadi regulasi yang diawasi oleh lembaga masuk dalam katagori media ini. Begitu pula
independen penyiaran yang dipilih oleh radio-radio swasta yang tergabung dalam
parlemen sebagaimana FCC di AS, dan IBA di PRRSNI, dan media cetak yang murni
Inggris. Civic media yang berbentuk media perusahaan swasta.
cetak “diperlakukan berbeda”, karena pada Jenis sektor media yang keempat adalah
dasarnya media cetak itu seluruh komponen media pemasaran sosial (social market sector).
yang digunakan dalam proses komunikasi Bentuk media ini adalah media-media kecil,
adalah menggunakan milik mereka sendiri, minoritas yang tumbuh dari kelompok-
yaitu menggunakan kertas-kertas mereka kelompok kecil masyarakat dan mempunyai
sendiri. Sementara untuk penyiaran mereka concern terhadap eksistensi kelompok kecil
harus “meminjam” dan menggunakan frekuensi tersebut. Media semacam ini dimungkinkan
milik publik yang jumlahnya amat terbatas. memperoleh kebijakan subsidi secara selektif
Belum lagi, penetrasi pengaruh penyiaran baik oleh anggaran negara, maupun usaha
terhadap persepsi publik jauh lebih besar charity di masyarakat. Media milik kelompok
dibanding dalam media cetak (Gerbner, 1972). tani, koperasi, mahasiswa, atau juga kelompok
Karena itu media penyiaran yang mengabaikan minoritas yang lemah, atau subculture tertentu,
kepentingan publik yang beragam, bisa tidak merupakan contoh-contoh jenis media
diberi ijin frekuensi, atau tidak diperpanjang pemasaran sosial.
penggunaannya oleh lembaga independen Kemudian sektor media yang terakhir,
tersebut. adalah media alternatif yakni cybermedia.
Media warga (civic media) bisa dibiayai Media jenis ini merupakan media yang
melalui iklan, charity, maupun subsidi dari menggunakan teknologi internet, ataupun
organisasi yang mendirikannya. Media teknologi digital untuk operasionalnya.
semacam ini bebas untuk masuk dalam Cybermedia bisa bersifat komersial atau swasta,
dan juga bisa pula berupa civic media yang

100
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Volume V No. 2 / Desember 2015 JIPSi
mempunyai tujuan persuasi dan berafiliasi mewujudkan sistem itu. Ada banyak persoalan,
terhadap kelompok sosial, politik atau baik berkaitan dengan tantangan ke depan dari
kepentingan tertentu, ataupun juga merupakan teknologi komunikasi, kesiapan masyarakat,
media pemasaran sosial. Yang jelas karena pemerintah, perangkat regulasi, maupun filosofi
sifatnya cyber, berada di dunia maya, tanpa yang mendasari. Yang jelas upaya membangun
batas yuridiksi suatu negara, media ini lebih sistem demokrasi tidak pernah lepas dari upaya
bebas dari regulasi apapun. Media ini memperkuat masyarakat, dan institusi-institusi
merupakan bagian dari public space yang sosialnya, yang kesemuanya harus ditempuh
memberikan berbagai alternatif wacana secara melalui proses yang panjang, serta pendanaan
bebas, dan diharapkan akan memunculkan yang tidak sedikit. Tentu saja dalam kondisi
kecerdasan dan resistensi penggunanya. Semua ekonomi yang tidak menentu, sebagaimana pada
tanggungjawab terhadap isi media ini masa transisi, membangun sistem media
dikembalikan kepada etika para pelaku menjadi sesuatu yang sulit. Namun
komunikasi, dan selektivitas pengguna. Karena bagaimanapun sistem komunikasi massa
media ini lebih bersifat interaktif, tidak massal, merupakan aspek yang amat penting, karenanya
publik-nya bersifat spesifik, pendanaannya layak untuk dipikirkan. Makalah ini sebenarnya
murni dari usaha pengelolanya sendiri, apakah dilihat dari ide dasarnya telah banyak
dengan cara komersial ataupun yang lain. Yang dikemukakan oleh banyak orang (pakar), dalam
jelas negara tidak mempunyai kewajiban untuk upaya memunculkan suatu kerangka bangunan
mencarikan subsidi untuk sektor ini. media massa yang benar-benar memihak pada
Namun sebagai perbandingan di United kepentingan publik, bukan mengabdi pada
Kingdom (Inggris), mulai tahun 2001 jenis penguasa atau pengusaha (pemilik modal),
media digital, yang menggunakan internet, dengan maksud terjadinya diskursus mengenai
mobile selullere, dan televisi khusus (digital) pembangunan sistem media di Indonesia ke
telah digunakan untuk publik service, maupun depan, yang lebih maju, dan demokratis.
komersial. Sir Christopher Bland, pimpinan
BBC, pada tahun 2005 sistem media digital
digunakan secara besar-besaran untuk DAFTAR PUSTAKA
melengkapi peran broadcast konvensional, baik Albarran, Alan B., Media Economics,
untuk televisi maupun radio. Pada tahun 2001 Understanding Markets, Industries, and
BBC di negaranya mulai bisa menikmati era Consepts (Ames: Iowa State University
televisi digital dengan BBC Three, BBC Four, Press, 1996).
dan BBC Children Channel. Sementara untuk Berger, Peter., & Lucman, Thomas., The Social
radio, sistem digital dipakai untuk BBC Network Construction of Reality (New York:
X, Network Y, Network Z, BBC Sport (BBC Penguin Press, 1979).
Radio 4 dan 5), serta BBC Asean Network. Biagi, Shirley, Media Impact, Pengantar Media
Sementara di luar BBC yang sudah Massa, Salemba Humanika, Jakarta, 2010.
menggunakan sistem digital adalah ITV, Cuilenberg, J.J. van & McQuail, Denis., "Media
Channel 4, Chanel 5, dan S4C. Namun untuk Policy Paradigm Shifts, in Search of a
Indonesia, jenis media ini masih amat terbatas, New Communication Policy Paradigm," in
karena itu hanya merupakan media alternatif. G Picard (ed.), Evolving Media Market,
Effect of Economic and Policy Changes
4. Kesimpulan (Turku, Finland: Economic Research
Dalam tulisan ini secara implisit Foundation for Mass Communication,
menunjukkan kompleksitas suatu sistem media 1998).
yang demokratis, sekaligus menunjukkan pula
tidak mudahnya upaya proses untuk

101
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi Volume V No. 2 / Desember 2015

Curran, James., & Gurevitch, Michel., 2000, Wimer, Roger, D., & Dominick, Josep, R.,Mass
Mass Media and Society, Third Edition, Media Research, Six Edition (New York:
(London: Arnold Co., 2000). Wadsworth Publishing Company, 2000).
DeFleur, Melvin., & Ball Rokeach, Sandra, Sumber Lain :
Understanding of Mass Communication Internews Indonesia, Membangun Partisipasi
(New York: Longman Inc, 1994). Publik terhadap RUU Usul Inisiati DPR
Giddens, Anthony, The Third Way: The RI tentang Penyiaran, tahun 2000, ,
Renewel of Social Democracy (Malden: Jakarta.
Blackwell Publisher Ltd, 1999).
Hallin, D., We Keep American on Top of The
World (London: Routledge, 1994).
Iyengar, S., Is Anyone Responsible? How
Television Frames Political Issues
(Chicago: University of Chicago Press,
1991).
Liebes, T., "Television’s Disaster Marathons: A
Danger for Democratic Process?," in T
Liebes and Curran (eds) Media Ritual and
Identity (London: Routledge, 1998).
Jacobs, Norman, ed., Mass Media in Modern
Society (New Brunswick and London:
Transaction Publishers, 1992).
Kleden, Ignas, "Naturalisme dalam Politik
Indonesia," Kompas, 12 Agustus 2000.
Littlejohn, Stephen,.W. Karen A. Foss, Teori
Komunikasi, Salemba Humanika, 2012.
McNair, Brian, 1999,"Politics Democracy and
the Media," dalam An Introduction to
Political Communication. Second Edition
(London: Routledge, 1999).
McQuail, Denis, Mass Communication
Theories. Fourth edition (London: Sage
Publications, 2000).
McQuail, Denis, Mass Communication
Theories, Third edition (London: Sage
Publications, 1994).
Rudick, Merlin, "Menggaet Khala-yak," dalam
Pers Tak Terbelenggu (Jakarta: Dinas
Penerangan Amerika Serikat (USIS),
1997).
Schlesinger, P., "Changing Space of Political
Communication: The Case of the
European Union," dalam Political
Communication (London: Routledge,
1999).

102

You might also like