Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
ABSTRACT
Postoperative pain control is an important component in the treatment of patients after surgery. Inadequate
pain management associated with increased morbidity and mortality. Experience post-surgical pain, for some
people may be the most painful experience pain during their life, especially if not handled professionally
and intensively. Assessment and treatment of pain has become a priority in recent years, especially after the
introduction of regulatory standards and survey patient satisfaction with pain management with patient
satisfaction assessment methods. Use of Patient Controlled Analgesia (PCA) and accurately is an effective
and efficient method for controlling severe acute pain, with a significant reduction in the risk of sedation and
the potential to improve the management of pain in patients. PCA is a method of administration of analgesic
drugs using intravenous pumps according to the needs of patients and governed solely by the patient, which
aims to provide adequate analgesia and can optimize the administration of opioid analgesics and minimize
the variability of pharmacokinetic and pharmacodynamic effect, without harmful drug side effect. PCA is the
process whereby a patient can determine when and how much medication they received, or the term is more
commonly used to describe a method for pain relief with the use of electronic infusion devices that allow
patients to give themselves analgesic drugs, typically opioids intravenously as necessary.
INTISARI
Pengendalian nyeri pasca bedah merupakan komponen yang penting dalam perawatan pasien setelah
pembedahan. Manajemen nyeri yang tidak adekuat berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan
mortalitas. Pengalaman nyeri pasca bedah, bagi beberapa orang mungkin merupakan pengalaman nyeri
yang paling menyakitkan selama hidupnya apalagi jika tidak ditangani secara profesional dan intensif.
Penilaian dan pengobatan nyeri telah menjadi prioritas dalam beberapa tahun terakhir, khususnya setelah
diperkenalkannya regulasi standard dan survey kepuasan pasien terhadap penanganan nyeri dengan
metode penilaian kepuasan pasien. Penggunaan PCA secara tepat dan akurat adalah suatu metode
yang efektif dan efisien untuk mengontrol nyeri akut yang berat, dengan penurunan resiko sedasi yang
bermakna dan sangat potensial untuk meningkatkan manajeman nyeri pada pasien. PCA adalah suatu
metode pemberian obat-obat analgesik dengan menggunakan pompa intravena sesuai dengan kebutuhan
pasien dan diatur sendiri oleh pasien, yang bertujuan untuk memberikan analgesi yang adekuat dan
dapat mengoptimalkan pemberian analgesi opioid dan meminimalkan efek variabilitas farmakokinetik
dan farmakodinamik, tanpa menimbulkan efek samping obat yang membahayakan. PCA adalah proses
dimana pasien dapat menentukan kapan dan berapa banyak obat yang mereka terima, atau istilah ini
lebih umum digunakan untuk menggambarkan metode untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan
peralatan infus elektronikyang memungkinkan pasien untuk memberikan sendiri obat analgesi, biasanya
opioid intravena sesuai keperluan.
95
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015
96
Patient Controlled Analgesia (PCA) Post Operation
97
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015
konsentrasi minimum analgesik yang efektif Dasar teoritis PCA adalah bahwa pasien akan
(MEAC). Setelah pemberian bolus opioid, diukur mentitrasi opioid untuk mencapai konsentrasi
konsentrasi plasma, dinilai skor intensitas nyeri, plasma obat yang konsisten dengan analgesia
dan kurva efek konsentrasi-terapi. Konsentrasi yang baik dan minim efek samping. Semua opioid
opioid paling rendah di mana nyeri menghilang yang digunakan umumnya memiliki sifat kinetik
adalah disebut konsentrasi analgesi minimum dan dinamis yang membuat mereka cocok untuk
yang efektif 7. digunakan dalam PCA. Tabel 2 merangkum variabel
farmakokinetik untuk opioid yang digunakan di
PCA7.
Parameter Dosis
Beberapa istilah terkait dengan PCA adalah:
Loading Dose
Gambar 2. PCA by Proxy (Benjamin, 2009) Satu dosis bolus yang diberikan pada awal PCA yang
biasanya lebih besar dari dosis PCA. Dosis awal
yang dibutuhkan untuk membangun analgesia.
Dosis pemuatan sangat bervariasi antara pasien
tetapi tampaknya berkorelasi dengan analgesia
berikutnya. Oleh karena itu, ukuran dosis awal skor
nyeri selama 30 menit pertama mungkin berharga
untuk memprediksi manajemen nyeri individu7.
Bolus Dose
Dosis bolus adalah jumlah obat yang diberikan
Gambar 3. Hubungan Antara Tingkat opioid Plasma, oleh pompa PCA ketika pasien menekan tombol.
Dosis Interval, dan Respon klinis (Benjamin, 2009). Satu dosis yang sama dengan loading dose yang
98
Patient Controlled Analgesia (PCA) Post Operation
diberikan diantara pemberian PCA. Ukuran dari wajar pada beberapa pasien. Misalnya, pada pasien
bolus mempengaruhi keberhasilan PCA: jika yang sudah menerima opioid dan yang cenderung
terlalu kecil analgesia tidak akan memadai; jika memiliki beberapa toleransi opioid, background
terlalu besar efek samping akan berlebihan. Dosis infus dapat digunakan untuk menggantikan dosis
bolus optimal adalah dosis yang menyediakan pemeliharaan pasien dari opioid. Jika pasien
analgesia memuaskan tanpa efek samping yang menerima background infus tidak menuntut dosis
berlebihan; dosis morfin optimal adalah 1 mg, bolus yang terlalu tinggi. Sebaliknya, background
tetapi pasien bisa secara parsial mengkompensasi infus bermanfaat pada anak-anak, meskipun ada
dengan meningkatkan tingkat permintaan mereka beberapa keraguan mengenai tingkat ideal infus7.
jika dosis ini terbukti terlalu kecil. Ukuran dosis
bolus mungkin perlu disesuaikan dengan pasien Four Hour Limit
berikutnya berdasar skor nyeri. Telah dikemukakan Penentuan volume obat maksimum yang diberikan
bahwa perubahan cepat konsentrasi morfin dalam selama periode 4 jam. Dosis limit adalah Batas
darah berkaitan dengan pengiriman bolus PCA dosis adalah jumlah maksimum dosis pasien
dapat berkontribusi untuk efek samping seperti dapat menerima selama periode waktu tertentu.
mual dan muntah7. Tidak ada bukti nyata yang membatasi dosis
meningkatkan keamanan PCA7.
Lockout Interval
Interval lockout adalah waktu setelah pengiriman PCA Dose
dosis bolus dimana tidak ada obat lebih lanjut Besarnya dosis yang diberikan setiap waktu pasien
akan disampaikan oleh perangkat PCA. Penentuan mengaktifkan tombol pompa.
periode waktu dimana pasien tidak dapat
memencet tombol untuk memberikan bolus Basal Rate
dose. Interval lockout harus cukup lama untuk Besarnya dosis obat yang diberikan secara kontinyu
kemungkinkan pasien mengukur apakah rasa
sakit telah memadai. Panjang interval lockout Rasio injection/attempts
dipengaruhi oleh obat yang digunakan, ukuran Rasio injection/attempts lebih sering dicatat
dosis bolus, dan rute administrasi. Konvensional, sebagai upaya/suntikan atau permintaan/
interval lockout antara 5 dan 10 menit telah pengiriman, adalah jumlah sukses dosis analgesia
digunakan, namun beberapa penelitian yang pasien telah diterima dibandingkan dengan jumlah
telah meneliti pengaruh interval lockout belum kali pasien telah menuntut dosis. Hal ini dapat
menunjukkan perbedaan7. digunakan untuk “profil” kecukupan analgesia,
sebuah rasio pengiriman lebih besar dari 3.
Background Infus Permintaan 1 menunjukkan sebagai program
Sebuah infus analgesia konstan pada tingkat pompa tidak memadai (biasanya interval lockout
yang dapat dilengkapi dengan dosis bolus. adalah terlalu lama) atau pemahaman pasien
Secara intuitif, itu mungkin diharapkan bahwa kurang2,7.
background infus akan meningkatkan kualitas anti
nyeri pada orang dewasa. Namun, background INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
infus benar-benar meningkatkan jumlah opioid Indikasi2,7 :
dan meningkatkan risiko efek samping tanpa - Pasien menyetujui penggunaan PCA dan
secara signifikan meningkatkan analgesia atau mengerti cara menggunakannya
profil tidur. Background infus juga meningkatkan - Pasien dengan nyeri sedang sampai berat
risiko depresi pernapasan dan oleh karena itu tidak setelah operasi
direkomendasikan untuk penggunaan rutin pada - Pasien yang tidak dapat diterapi dengan
orang dewasa. Namun, background infus mungkin analgesia oral
99
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015
100
Patient Controlled Analgesia (PCA) Post Operation
dengan skor nyeri2,7. Namun demikian alat PCA secara mekanik kurang
fleksibel dibandingkan yang elektronik karena
membutuhkan waktu untuk pengaturan dosis
bolus dan lockout time. Beberapa mode dikenal
untuk pompa infus PCA elektronik, yaitu :
• Mode PCA: alat hanya memasukkan
sejumlah obat bila diinginkan.
• Mode Continous Pump: alat bekerja seperti
continous pump.
• Mode PCA + Continous Pump: alat
secara terus menerus memberikan
sejumlah obat, tetapi sekaligus dapat
menambahkan dosis tertentu atas
Gambar 4. Disain Teknis PCA2 permintaan penderita sesuai dengan yang
ditentukan oleh dokter sebelumnya.
Perkembangan tehnologi komputerisasi
memungkinkan untuk mengembangkan
PCA. Dengan menekan tombol, pasien dapat
memberikan sendiri dosis dengan tepat untuk
opioid intravena sesuai kebutuhan dasar. Dokter
memprogram pompa infus untuk memberikan
dosis spesifik, interval minimal diantara dosis
(lockout period) dan jumlah maksimum opioid yang
dapat diberikan dalaam periode tertentu biasanya
1 atau 4 jam. Infus basal dapat juga diberikan
bersamaan. Pada pemberian PCA pertama,
seharusnya diberikan loading dose oleh staf medis Gambar 5. Siklus Nyeri Pasien dihubungkan dengan
atau pasien sendiri dapat memberikan dosis dosis opioid PRN vs PCA2
loading pada jam pertama12.
Fitur mesin PCA yang paling modern memiliki Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
sistem kesamaan dengan mikroprosesor yang metode pompa PCA bila dibandingkan dengan
memungkinkan pasien untuk berinteraksi (dalam mode continous pump, menyebabkan pasien
batas-batas dosis yang telah ditetapkan dan akan menerima lebih banyak opioid, penanganan
lockout interval) dengan pompa infus terhubung nyeri kurang optimal dan kesalahan pemrograman
kejalur intravena (Gambar 4). Perangkat ini pompa dapat terjadi. Rekomendasi yang menjadi
diaktifkan dengan menekan remote tombol latar belakang penggunaan mode continous
aktivasi yang terhubung ke mesin. Setiap menekan pump11:
tombol ini disebut permintaan analgesia. Hasil • Menghindari penggunaan infus kontinu
aktivasi pompa sukses dalam penyampaian suatu secara rutin.
“tambahan” atau “bolus” dosis. Bolus Dosis dapat • Penambahan mode continous pump untuk
disampaikan sesuai dengan konsentrasi obat indikasi tertentu.
(Miligram per mililiter), volume larutan (mililiter), • Kecepatan infus ditetapkan sesuai dengan
atau keduanya2. kebutuhan.
Alat PCA bervariasi, mulai dari yang sederhana • Memutuskan apakah mode continous
atau kompleks, secara mekanik ataupun pump dibutuhkan hanya pada malam hari
elektronik, yang biasanya bersifat disposibel atau sepanjang hari.
dan ringan serta mobilitas pasien bisa maksimal.
101
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015
102
Patient Controlled Analgesia (PCA) Post Operation
pengiriman bolus tambahan, sehingga pasien tidak akan mampu menekan tombol yang
memberikan peringatan pada pasien telah terjadi menghantarkan opioid. Lainnya, misalnya anggota
penguatan dosis. Sebuah lockout interval secara keluarga atau perawat tidak diperbolehkan
bersamaan terlibat pada saat tambahan dosis menekan tombol untuk pasien12.
disampaikan dengan demikian memastikan bahwa
dosis lain tidak dapat diberikan dalam batas waktu
yang telah ditetapkan. Delay dosis ini merupakan
salah satu pengamanan kunci yang terkait
dengan IV PCA. Ini dirancang untuk melindungi
pasien dari potensi overdosis sekunder. Interval
lockout dalam batas efek jumlah tambahan bolus
dapat diatur sendiri oleh pasien selama periode Gambar 6. Bentuk Pengiriman PCA-IV
waktu. Peningkatan sedasi dan tidur biasanya (Benjamin, 2009)
terjadi kemudian sebelum pasien mampu untuk
menambah jumlah besar dosis yang cukup untuk OBAT-OBATAN PADA PATIENT CONTROLLED
menyebabkan overdosis. Banyak perangkat ANALGESIA
menyimpan jumlah upaya (tuntutan) serta jumlah Opioid yang merupakan standar untuk PCA
tambahan bolus yang disampaikan sebelumnya adalah morphine, meskipun opioid yang lain dapat
dalam 12 dan 24 jam terapi. Mekanisme keamanan dipertimbangkan pada kondisi tertentu. Opioid
kedua yang membantu meminimalkan overdosis bekerja melalui aksi pada reseptor pada medula
batas dosis maksimum. Perlindungan tambahan spinalis dan sistem saraf pusat CNS menimbulkan
ini biasanya ditetapkan baik miligram kumulatif analgesia, euphoria dan sedasi. Opioid juga dapat
1 atau 4 jam atau mikrogram dosis limit. Dosis menimbulkan efek samping seperti depresi
awal pemuatan, dosis permintaan, tingkat infus respirasi, nausea, vomiting, konstipasi dan
basal, dan interval lockout adalah fungsi yang pruritus2,7.
diprogram dokter dari kebanyakan sistem IV Pilihan opioid yang paling populer digunakan
PCA. Pasien mengontrol frekuensi bolus yang pada PCA adalah morphine, tetapi golongan opioid
diberikan. Memilih ukuran tambahan bolus dan lainnya dapat pula digunakan. Idealnya analgesik
interval lockout terutama tergantung pada plasma yang digunakan pada PCA haruslah memiliki mulai
kinetika dan penetrasi SSP dari obat tertentu yang kerja analgesik yang cepat, efikasi yang tinggi
digunakan. Incremental bolus yang diukur harus untuk mengatasi nyeri dan mempunyai lama kerja
memadai untuk memberikan analgesia pasien yang sedang/ intermediate (sekitar 30 sampai 60
dengan durasi sekitar 15 menit sampai 1 jam menit), tidak menimbulkan ketergantungan atau
sebelum dosis tambahan yang diperlukan, tapi toleransi serta memiliki efek samping atau interaksi
tidak begitu besar sehingga tidak terjadi sedasi obat yang minimal (Benjamin, 2009). Pemberian
berlebihan yang dialami. Setelah pemberian IV, morphine dengan PCA setelah operasi besar, pada
plasma konsentrasi opioid menurun dengan cepat pasien dewasa membutuhkan 2-3 mg/ jam dalam
sebagai hasil obat mendistribusikan kembali dari 24-48 jam dan 1-2 mg/jam dalam 36-72 jam11.
darah ke jaringan perifer. Dengan demikian, ketika Penggunaan rutin infus basal (back-ground)
IV PCA dimulai, dosis muatan umumnya diperlukan masih kontroversial. Klinisi yang menganjurkan
untuk mencapai konsentrasi plasma terapeutik2. infus basal mempercayai bahwa hal ini akan
Sebagai tambahan untuk pengamanan mencegah penurunan level analgesia yang cukup
pada pemberian obat yang terkomputerisasi besar ketika pasien tertidur. Agaknya pasien
(computerized drug-delivery safeguards), keamanan kurang menyukai untuk terbangun dalam keadaan
PCA sendiri sebetulnya adalah berbasis pada nyeri yang berat11.
prinsip jika pasien menjadi terlalu ngantuk,
103
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015
Tabel 3. Pedoman Dosis Bolus, Lockout Interval, dan Background Infusion Rate untuk opioid
Analgesik yang digunakan dalam Pasien-Controlled Analgesia intravena7
Tabel 4. Pedoman Dosis Bolus dan Lockout Interval untuk opioid Analgesik yang digunakan di subkutan
pada Pasien-Controlled Analgesia7
Klinisi lain berpendapat bahwa oleh karena dosis opioid dan merupakan prediktor terbaik
tingginya variabel farmakokinetik diantara dari persyaratan morfin IV PCA selama 24 jam
pasien dan kadang-kadang terjadi penurunan pertama setelah pembedahan. Jenis kelamin dan
kebutuhan analgesi yang cepat pada pasien post berat badan tidak memprediksi kebutuhan opioid.
operasi dan infus basal lebih sering menimbulkan Memiliki pemahaman bahwa pasien yang lama
depresi respirasi. Pada keadaan tertentu, faktor- toleran terhadap opioid, dan orang-orang dengan
faktor yang berkaitan dengan depresi respirasi riwayat sakit kronis, telah meningkatkan dosis total
yang berat membutuhkan pemberian naloxone kebutuhan PCA. Orang-orang ini harus diberikan
selama pemberian PCA, yaitu adanya infus basal, dosis opioid awal di samping pasca operasi. IV PCA
pasien usia lanjut dan hipovolemia. Pasien yang dapat digunakan dengan sukses pada pasien opioid-
diuntungkan dengan diberikan infus basal secara toleran, penambahan daerah terapi analgesia dan
kontinyu membutuhkan opioid dalam jumlah yang adjuvant harus selalu dipertimbangkan. Faktor-
lebih besar. Dari konsumsi selama 24 jam, 30-50% faktor lain yang dapat mempengaruhi kebutuhan
diberikan dengan infus basal. Sehingga pasien dosis IV PCA termasuk faktor psikologis, variasi
dengan konsumsi 60 mg morphine perhari dapat genetik (polimorfisme reseptor -opioid). Keputusan
aman diberikan dengan infus basal 1-1,5 mg/jam11. individu menekan tombol PCA tetap penting untuk
Karakteristik individu pasien mempengaruhi kesuksesan penggunaan IV PCA. Dalam hal ini,
dosis total yang diberikan, persyaratan dosis gangguan kognitif dan faktor psikologis, seperti
bolus, dan efektivitas keseluruhan. Umur, jenis rasa takut dan kebingungan, mungkin memerlukan
kelamin, dan berat badan sering dianggap faktor pertimbangan farmakodinamik sehingga pasien
penting yang mempengaruhi terapi farmakologis. dapat menerima rasa sakit lebih buruk atau tidak
Dengan memperhatikan IV PCA, penelitian telah dapat mencapai manfaat maksimal dari IV PCA2.
menunjukkan bahwa usia terbalik mempengaruhi
104
Patient Controlled Analgesia (PCA) Post Operation
Dalam review sistematis terbaru tentang potensinya sekitar 6 kali lebih poten dari morphin,
keamanan dan kemanjuran PCA untuk nyeri pasca dosis 0,2 mg hydromorphone ekuianalgesik dengan
operasi akut, Walder et al menganalisis data dari 288 1 mg morphine dan biasanya untuk pompa PCA
uji coba terkontrol secara acak, membandingkan dengan konsentrasi 0,5 mg/ml atau 1 mg/ml2.
opioid dikelola oleh IV PCA dengan analgesia Fentanyl dengan potensi 80-100 kali dari
opioid konvensional (Intravena, subkutan, dan morphine dan mempunyai onset yang lebih cepat
intramuskular). Ulasan ini mempresentasikan data sehingga cocok untuk PCA, 25-30 μg fentanyl
menunjukkan bahwa terapi IV PCA lebih superior ekuianalgesik dengan 1 mg morphine, merupakan
dalam hal kontrol nyeri pasca operasi. Analgesik alternatif pada pasien dengan gangguan ginjal2.
poin akhir yang mendukung PCA dan data gabungan Patricia (2010), meneliti 23 ibu hamil, ASA I
menunjukkan bahwa perbedaan secara statistik – II mendapat PCA ,fentanyl dengan loading dose
signifikan. Namun, jumlah konsumsi opioid tidak 50 μg dengan dosis basal rate 20 μg per jam ,
berbeda dengan dua metode, dan kejadian terkait menyimpulkan fentanyl lebih efektif dibanding
efek samping opioid (yaitu, depresi pernafasan, Alfentanyl sebagai analgesia pada stage pertama
hipoksia, mual dan muntah, sedasi, retensi urin) persalinan.
adalah sama. Mu agonis opioid reseptor sama- Tramadol hydrochloride yang mempunyai
sama efektif pada dosis equianalgesic (misalnya, efek analgesik sentral dengan berikatan dengan
10 mg morphine = 1 mg oxymorphone, = 2 mg reseptor opioid dan mekanisme non-opioid
hydromorphone = 100 mg meperidine.). Dengan (menghambat uptake monoamine norepineprin
dosis IV PCA standar, morfin, meperidine, dan dan serotonin) dipergunakan luas untuk
fentanil memiliki efek yang sama pada motilitas GI PCA. Tramadol mempunyai potensi 1/6-1/10
dan tekanan empedu. Metabolit dan rute eliminasi potensi morphine dan dosis 10 mg tramadol
sangat berbeda antara agonis tersebut dan ekuianalgesik dengan 1 mg morphine dengan
menyediakan satu alasan untuk memilih salah satu interval lockout 5-10 menit. Meperidine secara
opioid diatas yang lain untuk IV PCA2. tradisional merupakan agonis opioid kedua yang
Selama tahun pertama pelayanan nyeri akut paling umum diresepkan untuk PCA IV. Namun,
di York District General Hospital (U.K), 4 dari 510 karena neurotoksik penggunaan rutin untuk IV
pasien (0,8%) yang menerima morphine secara i.v PCA telah terbatas. Meskipun normeperidine tidak
dengan menggunakan PCA mengalami over sedasi memiliki sifat analgesik, akumulasi normeperidine
dengan obstruksi jalan napas yang diterapi dengan menyebabkan SSP eksitasi, sehingga berbagai
naloxon i.v, 3 yang menderita depresi pernapasan reaksi beracun dari kecemasan dan tremor, serta
dikaitkan dengan frekuensi ventilasi yang kurang kejang grand mal. Meperidin adalah kontraindikasi
dari 10 kali per menit. Etches (1994) melaporkan absolut untuk IV PCA dengan disfungsi ginjal,
insiden depresi respirasi yang dihubungkan dengan gangguan kejang, dan pada mereka yang
PCA sekitar 0,5%. Pada sebuah Canadian survey, menggunakan monoamine oxidase inhibitor
insiden depresi pernapasan yang berhubungan (MAOIs) karena potensi interaksi obat mematikan
dengan penggunaan PCA sekitar 0,3% dan pada menyebabkan sindrom hiperpireksia ganas. Untuk
audit 1.233 pasien di Cina yang menggunakan alasan ini, disarankan bahwa meperidine digunakan
morphine i.v dengan PCA, kejadian bradipnoe dan untuk jangka waktu pendek, dalam dosis hati-
penurunan saturasi oksigen dilaporkan sekitar hati dipantau, dan hanya pada pasien yang telah
0,5% dan 1,6%9. menunjukkan intoleransi terhadap semua opioids
Hydromorphone merupakan alternatif yang lain. Permintaan dosis 10 mg merperidine adalah
baik untuk pasien yang intoleran terhadap equianalgesic 1 mg morfin2.
morphine atau pada pasien dengan gangguan Dalam penelitian pada 50 pasien dewasa yang
fungsi ginjal karena di metabolisme dihepar dan menjalani operasi orthopedi yang membandingkan
diekresikan dalam bentuk tidak aktif. Karena penggunaan tramadol 1,25 mg/kg dicampur lysine
105
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015
acetyl salicylate 12,5 mg/kg (Group 1) dengan mempertahankan analgesia dengan fentanyl,
tramadol 2,5 mg/kg (Group 2) yang diberikan sufentanil, dan alfentanil. Bila menggunakan
secara bolus dan dilanjutkan dengan PCA. Total sufentanil, dosis permintaan awal 2-4 mcg
konsumsi tramadol pada group 2 dibanding group tampaknya paling sesuai. alfentanil adalah agonis
1 (614±259 mg vs 923±354 mg) dan menyimpulkan opioid lemah murni, dan bisa menjadi pilihan yang
bahwa aspirin dapat digunakan dengan efektif dan buruk untuk terapi IV PCA karena kekurangan
aman sebagai adjuvan pada tramadol untuk PCA dosis optimal dan durasi efek sangat terbatas.
setelah operasi orthopedi13. remifentanil mungkin cocok untuk IV PCA hanya
Oxymorphone (numorphan, Opana suntik) dalam kondisi sakit episodik berat, seperti nyeri
juga telah telah digunakan untuk IV PCA. persalinan, karena durasi sangat cepat2.
Dalam evaluasi pascaoperasi acak, PCA bolus
oxymorphone (0,3 mg) diberikan untuk kontrol MONITORING PASIEN
nyeri yang efektif lebih unggul dibanding Monitoring merupakan peralatan yang
morfin dan meperidin dalam hal waktu untuk penting dalam memfasilitasi keamanan
mencapai efek analgesik puncak, kejadian sedasi penggunaan PCA4. Monitoring tanda vital
berlebihan, dan pengurangan maksimum dalam diikuti dengan protokol penggunaan PCA
intensitas nyeri skor. Pasien yang diobati dengan dibutuhkan oleh pasien dan dilaksanakan pada
oxymorphone terutama dengan infus basal 0,3 masing-masing institusi dengan menggunakan
mg/jam terganggu oleh insiden mual yang lebih seperangkat standar perawatan. Observasi
tinggi. Berdasarkan informasi ini, disarankan agar seharusnya dicatat pada lembar observasi. Selain
dosis bolus PCA harus dikurangi menjadi 0,15-0,2 melakukan pemeriksaan rutin untuk observasi post
mg dan basal infus dieliminasi pada pasien toleran operasi ( RR, BP dan HR), pemeriksaan secara
opioid2. teratur terhadap sedasi dan nyeri dan dicatat pada
Sufentanil, alfentanil, dan remifentanil juga lembar khusus PCA. Monitoring yang dilakukan
telah digunakan untuk PCA dengan sufentanil dalam prosedur penggunaan PCA dalam mengatasi
yang telah yang paling banyak dipelajari. nyeri mencakup monitoring terhadap fungsi vital
Sebaliknya dengan opioid bertindak lebih lama, dan monitoring terhadap nyeri itu sendiri11.
infus latar belakang kecil adalah penting untuk
106
Patient Controlled Analgesia (PCA) Post Operation
Monitoring terhadap fungsi vital yang dilakukan Jika terjadi depresi respirasi atau dicurigai
untuk menilai kondisi pasien secara umum, yang oversedasi yang perlu dilakukan10:
juga sangat penting dalam menilai efek samping • Hentikan PCA
obat yang terjadi. Monitoring meliputi tingkat • Hentikan seluruh infus lain yang
kesadaran dan sistem pernapasan (yang dapat memberikan efek sedasi
membedakan gangguan jalan napas dan gangguan • Mencoba untuk membangunkan pasien
pernapasan di mana monitoring dilakukan dengan • Jika apneu : berikan bag and mask
pemeriksaan fisik pernapasan dan dilengkapi ventilation dengan oksigen 100%
dengan penggunaan pulse oxymetri dan analisa gas • Jika bernafas : menjaga airway, monitor
darah), serta sistem sirkulasi11. saturasi oksigen dan berikan oksigen
Untuk monitoring nyeri ada beberapa scoring dengan face mask 8 L/ menit
yang dapat dipakai untuk menilai tingkat nyeri • Cek sirkulasi. Jika pulseless : mulai chest
antara lain: verbal rating sale, numerical rating sale, compressions
visual analog sale, dan function assessment. • Pemberian nalokson jika dicurigai
Penilaian tingkat sedasi sangat tepat untuk toksisitas opioid
mendeteksi lebih dini pada depresi nafas yang
disebabkan oleh opioid daripada penurunan EFEK SAMPING
frekuensi nafas, oleh karena episode hipoksemia Efek samping dan risiko penggunaan PCA
sering terjadi pada keadaan frekuensi respirasi tidak yaitu mual, muntah, pruritus, retensi urine dan
rendah. Pasien yang oversedasi dapat merespon depresi respirasi. Efek samping yang paling sering
stimulasi yang agresif yang meningkatkan adalah dari opioid berupa nausea, vomiting, itching,
frekuensi nafas dan derajat kesadaran sementara dan ileus. Hampir semua overdosis yang berkaitan
waktu, sehingga hal ini tidak dapat diasumsikan dengan PCA terjadi dari kesalahan parameter
bahwa keadaan masih aman. Rangsang minimal program. Shiponing dari sejumlah besar opioid
dan suara lebih direkomendasikan untuk penilaian dalam infus intravena pasien ( terjadi pada celah/
sedasi4. Tingkat sedasi dapat dinilai dengan Pasero retak pada sistem penghantaran) jarang terjadi,
Opioid Sedation Score (POSS) (tabel 6.) tetapi mempunyai potensial masalah yang serius
pada sistem lama, pada sistem yang baru perubahan
Tabel.6 Opioid Induced Sedation Score4 dalam mounting design dan antisiphoning valves
mengatasi masalah ini. Malfungsi mekanik pada
Pasero-McCaffery Opioid-induced Sedation Scale
peralatan PCA telah dilaporkan tetapi sangat
S = Sleep, easy to arouse
jarang11.
1 = Awake and alert
Nausea and vomiting—penyebab post
2 = Slightly drowsy, easily aroused
operative nausea and vomiting (PONV) adalah
3 = Frequently drowsy, arousable, drifts off to sleep
multifaktorial. Opioid juga dapat menginduksi
during conversation
PONV yang membutuhkan terapi dengan
4 = Somnolent, minimal of no response to physical
antiemetik. Vomiting score : tiap jam untuk
stimulation
12 jam pertama, selanjutnya tiap 4 jam atas
indikasi. Sejumlah besar survei telah dianggap
Secara ideal hasil monitoring penggunaan PCA
kejadian mual dan muntah yang berhubungan
yang baik haruslah memenuhi kriteria sebagai
dengan PCA. Keseluruhan kejadian tampaknya
berikut11:
akan berada di wilayah 20%. Sejumlah strategi
1. Visual Analog Scale kurang dari 5
telah digunakan untuk mengurangi insiden mual
2. Frekuensi napas lebih dari 8 kali per menit
dan muntah pasca operasi (PONV), termasuk
3. Tingkat sedasi mempunyai nilai = 0
menambahkan antiemetik ke PCA infus.
4. Skor muntah = 0
Prometazin, cyclizine, droperidol, ondansetron,
107
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015
dan granisetron semuanya telah dicoba. Namun, epidural, dapat menghasilkan penurunan tekanan
satu-satunya antiemetik yang efektif dengan darah (hipotensi). Namun, hipotensi mungkin
PCA adalah droperidol. Dosis optimal adalah 0,05 hasil dari faktor-faktor lain selain teknik analgesik.
mg droperidol per 1 mg morfin. Namun, praktek Hipotensi telah didefinisikan sebagai penurunan
menambahkan antiemetik ke infus PCA tidak tekanan darah sistolik lebih besar dari 20% sampai
populer, hanya 30 dari setiap 100 pasien yang 30% dari nilai pra operasi stabil, nilai absolut
diobati sehingga akan mendapatkan manfaat, dan tekanan darah sistolik kurang dari 80 hingga 100
sebaliknya 70 dari setiap 100 pasien akan terkena mm Hg, dan sistolik / tekanan darah diastolik
dampak negatif dari droperidol7. kurang dari 90/60 mmHg. Insiden hipotensi dengan
Pruritus ( itching) – sebagai hasil dari PCA, kurang dari 1%, adalah lebih rendah daripada
aktivasi reseptor opioid dalam spinal cord. dengan baik intramuskular dan analgesia epidural
Biasanya pasien merasa tidak nyaman ditandai teknik7.
dengan gosokan dan garukan pada lengan, Sedasi - Over sedasi adalah peringatan dari
leher dan muka. Monitor tanda-tanda reaksi ancaman depresi respirasi. Score sedasi, respirasi
alergi seperti peningkatan temperatur, dyspnea, rate dan heart rate setiap satu jam sampai PCA
atau edema. Pruritus merupakan efek samping dihentikan, kebutuhan untuk mengurangi
yang relatif umum, mempengaruhi 14% dari frekuensi observasi pada pasien yang menerima
pasien yang menerima PCA. Ini PCA jangka panjang. Sedasi sering terjadi
bervariasi dalam tingkat keparahan, pada periode pasca operasi, tidak hanya dalam
bisa sulit untuk mengelola, dan mungkin hubungan dengan PCA. Namun, sedasi berlebihan
resisten terhadap konvensional pengobatan terkait dengan PCA dapat mengindikasikan akan
seperti antihistamin. antagonis opioid seperti terjadinya depresi pernafasan. Dalam survei Eropa,
nalokson dan naltrexone, serta nalbuphine sedasi adalah rutin dinilai dengan 82% dari nyeri
dan droperidol, efektif dalam mencegah pruritus7. akut. Dalam review lain, kejadian sedasi berlebihan
Retensi urine - dapat terjadi inhibisi opioid terkait dengan PCA adalah 5%, tapi pengulas
sistem saraf parasimpatis pada bladder (kandung membuat tidak mencoba untuk mengkorelasikan
kemih). Penting untuk melakukan palpasi pada sedasi dengan depresi pernafasan. Efek psikologis
bladder untuk mengetahui distensi, monitor ketat lain yang terkait dengan PCA adalah mimpi buruk,
cairan masuk dan keluar. Retensi urine biasanya halusinasi, dan serangan panik7.
terjadi pada 24-48 jam pertama dan sering hilang Depresi respirasi - Memeriksa yang teratur
secara spontan. Ada bukti yang bertentangan level dari sedasi, karakter respirasi dan saturasi
berkaitan dengan pengaruh PCA pada retensi urin. O2 sangat penting untuk pasien yang mendapat
Satu review besar mengamati bahwa kejadian terapi opioid. Penggunaan score sedasi akan
retensi urin adalah enam kali lebih besar dengan memungkinkan menentukan tingkat kesadaran
PCA dari dengan analgesia intramuskular. Review pasien. Jika RR < 8 x/mnt dan score sedasi > 2, maka
lain, menemukan insiden retensi urin sangat mirip PCA dihentikan. Sejumlah kriteria telah digunakan
untuk PCA dan analgesia intramuskular7. untuk mendefinisikan depresi pernapasan,
Hipotensi - Etiologi dari hipotensi harus termasuk tingkat pernapasan, saturasi oksigen
ditentukan. Turunnya blood pressure ( BP) berkaitan perkutan, analisis gas darah arteri, dan kebutuhan
dengan peningkatan pulse rate, penurunan urine untuk mengelola stimulan pernapasan. Dari jumlah
output, hilangnya turgor kulit, dan mulut kering tersebut, tingkat pernapasan adalah yang paling
merupakan indikasi penggantian volume cairan. umum digunakan. Sebuah survei Eropa-macam
Jika sistolik ≤85 mmHg hentikan infuse PCA, tidur nyeri akut menemukan bahwa tingkat pernapasan
terlentang dengan kaki ditinggikan, berikan O2 4 secara rutin diukur di 81% dari rumah sakit,
Lt/menit. Administrasi morfin baik melalui PCA dan sedangkan saturasi oksigen diukur hanya 41%.
intramuskular analgesia, serta melalui analgesia Tingkat pernapasan kurang dari 10 napas / menit
108
Patient Controlled Analgesia (PCA) Post Operation
dan saturasi oksigen nilai kurang dari 90% yang bahwa kemungkinan kematian dari kesalahan
paling sering digunakan untuk mendefinisikan pemrograman sangat mirip dengan kemungkinan
depresi pernafasan. PCA menyediakan ventilasi kematian dari anestesi umum (1: 300.000). Hal ini
yang lebih baik dari rute administrasi opioid juga penting menunjukkan bahwa angka-angka
konvensional (tingkat I bukti). Insiden depresi ini berhubungan satu PCA tertentu pompa yang
pernafasan dengan PCA, seperti yang ditunjukkan memiliki konfigurasi perangkat lunak dimana
oleh tingkat pernapasan yang rendah, adalah 1,2%. default pengaturan konsentrasi obat dapat
Insiden desaturasi arteri, meskipun lebih tinggi, mengakibatkan administrasi dosis yang berlebihan
masih kurang dari dengan intramuskular opioid dan konfigurasi perangkat lunak sekarang telah
analgesia7. diperbarui7.
Bahaya - Pompa PCA saat ini sangat canggih Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian
dan dapat diandalkan, dan kecelakaan obat jarang khusus pada pasien yang akan di berikan PCA
terjadi. Dalam satu studi, kecelakaan terjadi sehubungan dengan risiko efek samping antara
pada 1,2% dari penggunaan PCA, dimana 52% lain10:
adalah karena kesalahan operator, 36% adalah • Jika pasien menerima obat lain
terkait peralatan, dan 12% adalah kesalahan efek yang menyebabkan sedasi (seperti
obat. Kesalahan operator termasuk kesalahan antihistamin, benzodiazepine, atau anti
pemrograman, masalah dengan setup mesin konvulsi) maka dapat meningkatkan risiko
PCA, dan pemilihan pasien atau kesalahan terkait sedasi dan depresi respirasi.
pasien. Masalah mekanik dengan teknologi PCA, • Pemberian jangka panjang infus opioid
ketika terjadi, dapat diklasifikasikan sebagai dan gangguan liver dan atau renal dapat
akibat penayangan berlebih, penayangan, atau mengubah eliminasi obat dan dapat
menyedot. Pada awal mesin PCA, debit listrik statis menghasilkan akumulasi obat dan toksis
perangkat lunak yang digunakan untuk mengontrol • Metabolit morphine M3G menyebabkan
jarum suntik ini tidak lagi masalah. Tambahan lagi, gangguan sistem saraf pusat (CNS)
penggunaan rutin katup antireflux mencegah (termasuk myoklonusdan tremor) dan
aliran retrograde dari opioid di jalur intravena, metabolit morphine M6G adalah analgesik
sementara menyedot dicegah oleh pemuatan yang poten. Kedua metabolit ini dapat
jarum suntik ke dalam mesin PCA dan memeriksa terakumulasi pada pasien yang mendapat
retakan di ruang jarum suntik / waduk. Akhirnya, morphine jangka panjang atau pasien
satu studi mengamati bahwa penggunaan PCA di dengan gangguan renal
rumah sakit pasca operasi secara signifikan terkait • Metabolit hydromorphone H3G dapat
dengan peningkatan infeksi luka setelah operasi terakumulasi pada pasien yang mendapat
perut. Mekanisme tidak jelas, dan ada sejumlah hydromorphone jangka panjang atau
variabel pengganggu7. pasien dengan gangguan renal. H3G dapat
Kematian Berhubungan Dengan PCA menyebabkan gangguan sistem saraf
- Untungnya, kematian terkait dengan PCA pusat (CNS) (termasuk konfusi, tremor
sangat langka. Kematian PCA terkait didominasi dan agitasi
hasil overdosis obat, apakah karena kesalahan • Infus pethidine dapat menghasilkan
pemrograman atau kerusakan pompa, tetapi metaolit toksik nor-pethidine yang dapat
sering ada faktor penyebab lain, seperti mengakibatkan gangguan sistem saraf
hypovolemia. Menurut satu laporan, 5 kematian pusat (CNS) (seperti konfusi, tremor dan
terkait dengan penggunaan satu perangkat PCA konvulsi)
tertentu terjadi selama 12 tahun dan 22 juta • Infus fentanyl jangka lama dapat terjadi
pasien, semua karena kesalahan pemrograman. akumulasi dan berpotensi meningkatkan
Para penulis laporan ini memperkirakan efek samping opioid.
109
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015
Gambar 7. Contoh lembar pengamatan dan pencatatan PCA oleh Acute Pain Service
(Hussain, 2012)
110
Patient Controlled Analgesia (PCA) Post Operation
111