You are on page 1of 17

JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI

VOLUME 2 NOMOR 2, MARET 2015

TINJAUAN PUSTAKA

Patient Controlled Analgesia (PCA) Post Operation

Dedi Pujo Purnomo, *Mahmud, *Yusmein Uyun


Peserta Didik Program Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UGM/
RSUP Dr. Sardjito
*Konsultan Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UGM/RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

ABSTRACT
Postoperative pain control is an important component in the treatment of patients after surgery. Inadequate
pain management associated with increased morbidity and mortality. Experience post-surgical pain, for some
people may be the most painful experience pain during their life, especially if not handled professionally
and intensively. Assessment and treatment of pain has become a priority in recent years, especially after the
introduction of regulatory standards and survey patient satisfaction with pain management with patient
satisfaction assessment methods. Use of Patient Controlled Analgesia (PCA) and accurately is an effective
and efficient method for controlling severe acute pain, with a significant reduction in the risk of sedation and
the potential to improve the management of pain in patients. PCA is a method of administration of analgesic
drugs using intravenous pumps according to the needs of patients and governed solely by the patient, which
aims to provide adequate analgesia and can optimize the administration of opioid analgesics and minimize
the variability of pharmacokinetic and pharmacodynamic effect, without harmful drug side effect. PCA is the
process whereby a patient can determine when and how much medication they received, or the term is more
commonly used to describe a method for pain relief with the use of electronic infusion devices that allow
patients to give themselves analgesic drugs, typically opioids intravenously as necessary.

Key Words: Pain, Patient Controlled Analgesia (PCA), Opioid

INTISARI
Pengendalian nyeri pasca bedah merupakan komponen yang penting dalam perawatan pasien setelah
pembedahan. Manajemen nyeri yang tidak adekuat berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan
mortalitas. Pengalaman nyeri pasca bedah, bagi beberapa orang mungkin merupakan pengalaman nyeri
yang paling menyakitkan selama hidupnya apalagi jika tidak ditangani secara profesional dan intensif.
Penilaian dan pengobatan nyeri telah menjadi prioritas dalam beberapa tahun terakhir, khususnya setelah
diperkenalkannya regulasi standard dan survey kepuasan pasien terhadap penanganan nyeri dengan
metode penilaian kepuasan pasien. Penggunaan PCA secara tepat dan akurat adalah suatu metode
yang efektif dan efisien untuk mengontrol nyeri akut yang berat, dengan penurunan resiko sedasi yang
bermakna dan sangat potensial untuk meningkatkan manajeman nyeri pada pasien. PCA adalah suatu
metode pemberian obat-obat analgesik dengan menggunakan pompa intravena sesuai dengan kebutuhan
pasien dan diatur sendiri oleh pasien, yang bertujuan untuk memberikan analgesi yang adekuat dan
dapat mengoptimalkan pemberian analgesi opioid dan meminimalkan efek variabilitas farmakokinetik
dan farmakodinamik, tanpa menimbulkan efek samping obat yang membahayakan. PCA adalah proses
dimana pasien dapat menentukan kapan dan berapa banyak obat yang mereka terima, atau istilah ini
lebih umum digunakan untuk menggambarkan metode untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan
peralatan infus elektronikyang memungkinkan pasien untuk memberikan sendiri obat analgesi, biasanya
opioid intravena sesuai keperluan.

Kata Kunci: Nyeri, Patient Controlled Analgesia (PCA), Opioid

95
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015

PENDAHULUAN dirasakan nyeri masih belum jelas5. Nosisepsi


Pengendalian nyeri pasca bedah merupakan menggambarkan respon neural yang dibatasi
komponen yang penting dalam perawatan pasien oleh stimuli trauma atau noksius. Semua nosisepsi
setelah pembedahan. Manajemen nyeri yang menimbulkan nyeri, tetapi tidak semua nyeri
tidak adekuat berhubungan dengan peningkatan menimbulkan nosisepsi15. Pembagian secara klinik
morbiditas dan mortalitas. Pengalaman nyeri dibagi menjadi nyeri akut (berhubungan langsung
pasca bedah, bagi beberapa orang mungkin dengan nosisepsi) dan nyeri kronik. Nyeri akut
merupakan pengalaman nyeri yang paling adalah nyeri dengan onset cepat dan mungkin
menyakitkan selama hidupnya apalagi jika mempunyai durasi terbatas. Hubungannya jelas
tidak ditangani secara profesional dan intensif. antara waktu timbulnya nyeri dan kausa (trauma
Pemahaman tentang patofisiologi dari nyeri pasca atau penyakit). Nyeri kronik adalah nyeri yang
bedah adalah hal yang penting untuk manajemen masih ada sesudah masa penyembuhan dari
terapinya. Penilaian dan pengobatan nyeri telah suatu trauma dan sering penyebabnya tidak dapat
menjadi prioritas dalam beberapa tahun terakhir, diidentifikasi1. Berdasarkan patofisiologi, nyeri
khususnya setelah diperkenalkannya regulasi juga dibagi menjadi nyeri nosiseptif dan neuropatik.
standard dan survey kepuasan pasien terhadap Pembagian lainnya berdasarkan etiologi (nyeri
penanganan nyeri dengan metode penilaian kanker, nyeri paska bedah) dan lokasi (low back
kepuasan pasien. Penggunaan PCA secara tepat pain, headache)12.
dan akurat adalah suatu metode yang efektif dan Kemampuan sistim somatosensorik
efisien untuk mengontrol nyeri akut yang berat, mendeteksi stimulus noksius dan potensi
dengan menurunkan resiko sedasi yang bermakna4. kerusakan jaringan (nosisepsi) adalah mekanisme
Studi menunjukan bahwa PCA merupakan proteksi penting yang melibatkan mekanisme
teknik yang cost-effective dan memberikan perifer dan sentral yang saling berinteraksi.
analgesia yang lebih superior dengan tingkat Berhubungan dengan efek sensorik nyeri,
kenyamanan yang sangat tinggi dengan jumlah persepsi dan pengalaman terhadap nyeri bersifat
total konsumsi obat lebih sedikit dibanding multifaktorial dan dipengaruhi faktor psikologi dan
dengan injeksi intramuskuler. Disamping itu pasien lingkungan masing-masing individu1.
dapat memberikan sendiri dan dapat mengatur Mekanisme nosiseptif yang mendahului
analgesia menurut beratnya nyeri, sesuai aktivitas persepsi mengandung serangkaian peristiwa
dan waktu yang berbeda-beda. Penggunaan PCA sebagai berikut15:
membutuhkan kerjasama dari pasien, sehingga • Transduksi: konversi stimulus mekanik
pemakaiannya dihindari pada pasien yang sangat menjadi energi listrik. Ini terjadi melalui
muda atau pasien dengan masalah kognitif12. beberapa tahap pada jalur nosiseptif :
Tujuan dari penulisan adalah untuk mengetahui o Stimulus nyeri menjadi peristiwa
dan memahami metode analgesia dengan PCA, kimia jaringan.
obat-obatan yang digunakan serta efek samping o Peristiwa kimia di jaringan dan celah
yang dapat terjadi dan cara mengatasinya. sinaptik menjadi peristiwa listrik di
Menurut IASP nyeri didefinisikan sebagai sel saraf selanjutnya terjadi peristiwa
pengalaman sensorial dan emosional yang tidak kimia pada sinaps.
menyenangkan dan akibat adanya kerusakan • Transmisi: peristiwa listrik dijalarkan
jaringan yang nyata atau sedang berlangsung sepanjang jalur saraf, sementara molekul
maupun yang berpotensi atau sesudah terjadinya neurotransmiter menyampaikan
kerusakan tersebut5,8. informasi dari celah sinaps dari permukaan
Nosisepsi menggambarkan mekanisme sel saraf yang satu ke sel berikutnya.
informasi nyeri yang akan diteruskan ke sistem • Modulasi: Penyesuaian peristiwa melalui
saraf pusat. Bagaimana informasi ini akhirnya regulasi keatas (amplifikasi) dan ke

96
Patient Controlled Analgesia (PCA) Post Operation

bawah (inhibisi). Modulasi dapat terjadi dipercaya untuk pemberian obat12.


pada semua tingkatan jalur nosiseptif, Analgesi opioid tetap menjadi andalan untuk
mulai dari tingkat jaringan (melalui first pengobatan nyeri sedang sampai nyeri berat
order neuron dan cornu dorsalis) sampai pasca operasi. Untuk mencapai manfaat optimal
susunan saraf yang lebih tinggi (second analgesi, beberapa prinsip farmakokinetik harus
order neuron, thalamus, girus cingulatum, diperhatikan, diantaranya (1) kadar plasma terapi
insula dan korteks sensorik). yang memadai pada sistem saraf pusat (CNS) dan
• Persepsi: persepsi nyeri terjadi di kadar yang cukup untuk aktivasi reseptor opiat.
thalamus bersama dengan korteks serebri (2) Terapi konsentrasi untuk agonis opioid yang
untuk diskriminasi pengalaman sensorik berbeda menunjukkan lebar variabilitas diantara
tertentu. pasien. (3) Untuk sebagian besar opioid, dosis
Reseptor m opioid dan a2 adrenergik diketahui terapi tersebut relatif sempit maka underdosis dan
terdistribusi di sekitar serat saraf tak bermyelin (tipe overdosis dapat dengan mudah terjadi. Mengingat
C). Peran fisiologiknya tidak jelas, tetapi pemberian variabel tersebut dan dalam upaya untuk
agonis pada proses inflamasi menghasilkan efek mengoptimalkan manfaat analgesik, penggunaan
analgesia12. IV PCA menawarkan pilihan administrasi secara
titrasi2.
Definisi Patient Controlled Analgesia (PCA) Konsep IV PCA awalnya digambarkan oleh
Patient Controlled Analgesia (PCA) adalah suatu klinis anestesi, Phillip Sechzer tahun 1968.
metode pemberian obat-obat analgesik dengan Phillip Sechzer berteori bahwa perilaku pasien
menggunakan pompa intravena sesuai dengan mengendalikan analgesia mereka sendiri bisa
kebutuhan pasien dan diatur sendiri oleh pasien, terstruktur dalam mode analog dengan binatang
yang bertujuan untuk memberikan analgesik yang mengakhiri stimulus yang menyakitkan dengan
adekuat dan dapat mengoptimalkan pemberian menekan sebuah bar. Sechzer berhipotesis bahwa
analgesik opioid dan meminimalkan efek pasien bisa menanggapi rasa sakit mereka dengan
variabilitas farmakokinetik dan farmakodinamik, menekan “tombol aktivasi” analgesik sampai
tanpa menimbulkan efek samping obat yang batas nyaman pribadi tercapai. Dalam merancang
membahayakan11. pemberian obat pompa otomatis, Sechzer percaya
PCA adalah proses dimana pasien dapat bahwa kriteria berikut yang penting untuk fungsi
menentukan kapan dan berapa banyak obat yang aman dan dapat diandalkan: (1) administrasi
yang mereka terima, atau istilah ini lebih umum solusi analgesik steril konsentrasi diketahui, (2)
digunakan untuk menggambarkan metode untuk pengiriman yang tepat, konsisten, dan dapat
menghilangkan nyeri dengan menggunakan diulang dari dosis yang ditetapkan, dan (3)
peralatan infus elektronik yang memungkinkan kemudahan standardisasi dan kalibrasi. Perangkat
pasien untuk memberikan sendiri obat analgesik, pertama IV PCA untuk memenuhi persyaratan ini
biasanya opioid intravena sesuai keperluan. PCA adalah Holter dari modifikasi pompa roller, yang
lebih umum digambarkan sebagai suatu metode dievaluasi dalam lebih dari 118 kasus dan pada
analgesia dengan memakai peralatan infus yang pasien bedah selama masa percobaan 2 tahun2.
canggih dan pasien memberikan sendiri obat Perangkat IV PCA prototipe termasuk Cardiff
opioid, biasanya intravena atau subkutan. Setiap Palliator (Graseby Medis LTD, Inggris), On Demand
dosis bolus sudah ditentukan dan waktu atau Analgesia Komputer atau ODAC (Janssen Ilmiah
berhentinya alat PCA untuk mencegah terlalu Instrumen, Belgia), dan Prominiject (Pharmacia
banyaknya analgesik yang diberikan dalam waktu AB, Swedia).
yang singkat. Pasien adalah orang yang paling Prinsip-prinsip farmakologi yang membentuk
baik untuk menilai rasa nyerinya. Route intravena dasar untuk IV PCA telah ditetapkan oleh Austin et
dipertimbangkan karena paling cepat dan al pada tahun 1980, yang menggambarkan konsep

97
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015

konsentrasi minimum analgesik yang efektif Dasar teoritis PCA adalah bahwa pasien akan
(MEAC). Setelah pemberian bolus opioid, diukur mentitrasi opioid untuk mencapai konsentrasi
konsentrasi plasma, dinilai skor intensitas nyeri, plasma obat yang konsisten dengan analgesia
dan kurva efek konsentrasi-terapi. Konsentrasi yang baik dan minim efek samping. Semua opioid
opioid paling rendah di mana nyeri menghilang yang digunakan umumnya memiliki sifat kinetik
adalah disebut konsentrasi analgesi minimum dan dinamis yang membuat mereka cocok untuk
yang efektif 7. digunakan dalam PCA. Tabel 2 merangkum variabel
farmakokinetik untuk opioid yang digunakan di
PCA7.

Tabel 2. Variabel farmakokinetik untuk analgesi


opioid yang digunakan pada PCA7

Gambar 1. Pasien dengan PCA (Benjamin, 2009)


Tidak ada perbedaan besar dalam keberhasilan
penggunaan opioid yang berbeda untuk PCA.
Morfin yang paling biasa digunakan dalam PCA,
tapi fentanil mungkin lebih disukai pada pasien
dengan gangguan ginjal karena kurangnya aktif
metabolit. Sebaliknya, meperidine mungkin
sebaiknya dihindari karena potensi toksisitas
normeperidine7.

Parameter Dosis
Beberapa istilah terkait dengan PCA adalah:

Loading Dose
Gambar 2. PCA by Proxy (Benjamin, 2009) Satu dosis bolus yang diberikan pada awal PCA yang
biasanya lebih besar dari dosis PCA. Dosis awal
yang dibutuhkan untuk membangun analgesia.
Dosis pemuatan sangat bervariasi antara pasien
tetapi tampaknya berkorelasi dengan analgesia
berikutnya. Oleh karena itu, ukuran dosis awal skor
nyeri selama 30 menit pertama mungkin berharga
untuk memprediksi manajemen nyeri individu7.

Bolus Dose
Dosis bolus adalah jumlah obat yang diberikan
Gambar 3. Hubungan Antara Tingkat opioid Plasma, oleh pompa PCA ketika pasien menekan tombol.
Dosis Interval, dan Respon klinis (Benjamin, 2009). Satu dosis yang sama dengan loading dose yang

98
Patient Controlled Analgesia (PCA) Post Operation

diberikan diantara pemberian PCA. Ukuran dari wajar pada beberapa pasien. Misalnya, pada pasien
bolus mempengaruhi keberhasilan PCA: jika yang sudah menerima opioid dan yang cenderung
terlalu kecil analgesia tidak akan memadai; jika memiliki beberapa toleransi opioid, background
terlalu besar efek samping akan berlebihan. Dosis infus dapat digunakan untuk menggantikan dosis
bolus optimal adalah dosis yang menyediakan pemeliharaan pasien dari opioid. Jika pasien
analgesia memuaskan tanpa efek samping yang menerima background infus tidak menuntut dosis
berlebihan; dosis morfin optimal adalah 1 mg, bolus yang terlalu tinggi. Sebaliknya, background
tetapi pasien bisa secara parsial mengkompensasi infus bermanfaat pada anak-anak, meskipun ada
dengan meningkatkan tingkat permintaan mereka beberapa keraguan mengenai tingkat ideal infus7.
jika dosis ini terbukti terlalu kecil. Ukuran dosis
bolus mungkin perlu disesuaikan dengan pasien Four Hour Limit
berikutnya berdasar skor nyeri. Telah dikemukakan Penentuan volume obat maksimum yang diberikan
bahwa perubahan cepat konsentrasi morfin dalam selama periode 4 jam. Dosis limit adalah Batas
darah berkaitan dengan pengiriman bolus PCA dosis adalah jumlah maksimum dosis pasien
dapat berkontribusi untuk efek samping seperti dapat menerima selama periode waktu tertentu.
mual dan muntah7. Tidak ada bukti nyata yang membatasi dosis
meningkatkan keamanan PCA7.
Lockout Interval
Interval lockout adalah waktu setelah pengiriman PCA Dose
dosis bolus dimana tidak ada obat lebih lanjut Besarnya dosis yang diberikan setiap waktu pasien
akan disampaikan oleh perangkat PCA. Penentuan mengaktifkan tombol pompa.
periode waktu dimana pasien tidak dapat
memencet tombol untuk memberikan bolus Basal Rate
dose. Interval lockout harus cukup lama untuk Besarnya dosis obat yang diberikan secara kontinyu
kemungkinkan pasien mengukur apakah rasa
sakit telah memadai. Panjang interval lockout Rasio injection/attempts
dipengaruhi oleh obat yang digunakan, ukuran Rasio injection/attempts lebih sering dicatat
dosis bolus, dan rute administrasi. Konvensional, sebagai upaya/suntikan atau permintaan/
interval lockout antara 5 dan 10 menit telah pengiriman, adalah jumlah sukses dosis analgesia
digunakan, namun beberapa penelitian yang pasien telah diterima dibandingkan dengan jumlah
telah meneliti pengaruh interval lockout belum kali pasien telah menuntut dosis. Hal ini dapat
menunjukkan perbedaan7. digunakan untuk “profil” kecukupan analgesia,
sebuah rasio pengiriman lebih besar dari 3.
Background Infus Permintaan 1 menunjukkan sebagai program
Sebuah infus analgesia konstan pada tingkat pompa tidak memadai (biasanya interval lockout
yang dapat dilengkapi dengan dosis bolus. adalah terlalu lama) atau pemahaman pasien
Secara intuitif, itu mungkin diharapkan bahwa kurang2,7.
background infus akan meningkatkan kualitas anti
nyeri pada orang dewasa. Namun, background INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
infus benar-benar meningkatkan jumlah opioid Indikasi2,7 :
dan meningkatkan risiko efek samping tanpa - Pasien menyetujui penggunaan PCA dan
secara signifikan meningkatkan analgesia atau mengerti cara menggunakannya
profil tidur. Background infus juga meningkatkan - Pasien dengan nyeri sedang sampai berat
risiko depresi pernapasan dan oleh karena itu tidak setelah operasi
direkomendasikan untuk penggunaan rutin pada - Pasien yang tidak dapat diterapi dengan
orang dewasa. Namun, background infus mungkin analgesia oral

99
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015

Kontraindikasi2,7: membantu dalam mengurangi tidak hanya


- Pasien menolak ketakutan ini tetapi juga konsumsi opioid pada
- pasien tidak mampu memahami tehnik seperti PCA dan keparahan efek samping7.
hambatan bahasa, usia yang extrem. Penggunaan PCA yang efektif memerlukan
pemeliharaan peralatan yang memadai, protokol
Penggunaan hati-hati pada pasien dengan: yang tepat, dan pemantauan catatan standar.
- masalah respirasi ( COPD berat) Kurang bermanfaatnya PCA dapat dikaitkan
- masalah jantung yang berat oleh kurangnya pengetahuan di kedua pasien
- renal failure, renal and billiary colic dan lingkungan staf. Evaluasi meliputi skor nyeri
- pasien dengan sakit mental atau confused (saat istirahat dan pada gerakan), skor sedasi, laju
- alergi dengan morphine atau obat yang pernapasan, konsumsi opioid (upaya/suntikan),
digunakan efek samping dan tingkat keparahan mereka,
dan perubahan program pompa PCA. PCA harus
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PCA dilanjutkan sampai analgesia lisan biasa telah
Keuntungan dari penggunaan PCA adalah2,7: ditetapkan untuk pasien. Selain itu, mungkin
1. Efek onset cepat (5-10 menit) membantu untuk mengatur ambang batas bawah
2. Waktu yang lebih pendek antara persepsi nyeri opioid yang dikonsumsi sebelum penghentian
yang terjadi dan penanganan nyeri. PCA7.
3. Sedasi yang ringan selama pemberian obat. PCA dengan opioid memberikan analgesia
4. Mengatasi nyeri dengan penggunaan obat- signifikan lebih baik dari opioid yang diberikan
obatan yang minimal. dengan teknik konvensional. Namun, konsumsi
5. Meminimalkan “screening” yang tidak tepat. opioid secara keseluruhan tidak berbeda secara
6. Mengurangi komplikasi pulmoner post signifikan. Meskipun hal ini terkait dengan nyeri
operatif. yang lebih rendah dan skor nyeri yang lebih baik
7. Menurunkan insiden infeksi. dari analgesia intramuskular, PCA tidak seefektif
8. Pemulihan fungsi usus lebih cepat terjadi. analgesia epidural7.
9. Kembalinya aktivitas fisik dan rehabilitasi lebih Secara tradisional, PCA diberikan melalui
dini. rute intravena, tapi rute subkutan, epidural,
10. Mempercepat pemberian obat-obatan secara dan intranasal dapat juga digunakan. Rute
oral. subkutan dibandingkan rute intravena untuk PCA
memerlukan penggunaan lebih larutan pekat dari
Kerugian dari penggunaan PCA adalah2,7: opioid. Selain lebih tinggi penggunaan opioid
1. Perangkat infus mahal, jarum suntik dan untuk pemberian subkutan, dua rute memberikan
tubing analgesia sebanding dengan tidak ada perbedaan
2. Pasien lansia mungkin kurang mengerti dalam insiden mual dan muntah7. Pasien Controlled
3. Kesalahan dalam memprogram pompa PCA analgesia epidural (PCEA) menjadi semakin
populer, meskipun beberapa berpendapat bahwa
METODE PATIENT CONTROLLED ANALGESIA biaya yang lebih tinggi dan kompleksitas yang lebih
PCA dapat digunakan untuk pengobatan besar dari teknik ini tidak sebanding. Background
nyeri pasca operasi akut pada orang dewasa dan infus (hingga 30% dari maksimum jam bolus dosis)
anak-anak berumur 5 tahun, trauma, dibidang terkait dengan periode lockout diperpanjang (30
kebidanan, penyakit medis akut seperti krisis sel menit) biasanya digunakan. Opioid larut lemak
sabit, dan sakit ganas. Beberapa pasien dengan seperti fentanyl, diamorfin, dan butorphanol telah
kekhawatiran overdosis, kecanduan, kurangnya berhasil dikelola oleh meteran-dosis intranasal
pengawasan dengan perawat, dan disfungsi semprot. Sistem ini sederhana namun terbatas
mesin maka diperlukan konseling pra operasi pilihan untuk berbagai dosis analgesik atau untuk
dalam penggunaan PCA, dan hal tersebut sangat pemantauan dosis mungkin perlu disesuaikan

100
Patient Controlled Analgesia (PCA) Post Operation

dengan skor nyeri2,7. Namun demikian alat PCA secara mekanik kurang
fleksibel dibandingkan yang elektronik karena
membutuhkan waktu untuk pengaturan dosis
bolus dan lockout time. Beberapa mode dikenal
untuk pompa infus PCA elektronik, yaitu :
• Mode PCA: alat hanya memasukkan
sejumlah obat bila diinginkan.
• Mode Continous Pump: alat bekerja seperti
continous pump.
• Mode PCA + Continous Pump: alat
secara terus menerus memberikan
sejumlah obat, tetapi sekaligus dapat
menambahkan dosis tertentu atas
Gambar 4. Disain Teknis PCA2 permintaan penderita sesuai dengan yang
ditentukan oleh dokter sebelumnya.
Perkembangan tehnologi komputerisasi
memungkinkan untuk mengembangkan
PCA. Dengan menekan tombol, pasien dapat
memberikan sendiri dosis dengan tepat untuk
opioid intravena sesuai kebutuhan dasar. Dokter
memprogram pompa infus untuk memberikan
dosis spesifik, interval minimal diantara dosis
(lockout period) dan jumlah maksimum opioid yang
dapat diberikan dalaam periode tertentu biasanya
1 atau 4 jam. Infus basal dapat juga diberikan
bersamaan. Pada pemberian PCA pertama,
seharusnya diberikan loading dose oleh staf medis Gambar 5. Siklus Nyeri Pasien dihubungkan dengan
atau pasien sendiri dapat memberikan dosis dosis opioid PRN vs PCA2
loading pada jam pertama12.
Fitur mesin PCA yang paling modern memiliki Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
sistem kesamaan dengan mikroprosesor yang metode pompa PCA bila dibandingkan dengan
memungkinkan pasien untuk berinteraksi (dalam mode continous pump, menyebabkan pasien
batas-batas dosis yang telah ditetapkan dan akan menerima lebih banyak opioid, penanganan
lockout interval) dengan pompa infus terhubung nyeri kurang optimal dan kesalahan pemrograman
kejalur intravena (Gambar 4). Perangkat ini pompa dapat terjadi. Rekomendasi yang menjadi
diaktifkan dengan menekan remote tombol latar belakang penggunaan mode continous
aktivasi yang terhubung ke mesin. Setiap menekan pump11:
tombol ini disebut permintaan analgesia. Hasil • Menghindari penggunaan infus kontinu
aktivasi pompa sukses dalam penyampaian suatu secara rutin.
“tambahan” atau “bolus” dosis. Bolus Dosis dapat • Penambahan mode continous pump untuk
disampaikan sesuai dengan konsentrasi obat indikasi tertentu.
(Miligram per mililiter), volume larutan (mililiter), • Kecepatan infus ditetapkan sesuai dengan
atau keduanya2. kebutuhan.
Alat PCA bervariasi, mulai dari yang sederhana • Memutuskan apakah mode continous
atau kompleks, secara mekanik ataupun pump dibutuhkan hanya pada malam hari
elektronik, yang biasanya bersifat disposibel atau sepanjang hari.
dan ringan serta mobilitas pasien bisa maksimal.

101
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015

• Pemberian edukasi secara teratur tentang Beberapa kondisi yang memungkinkan


prosedur program pompa PCA terjadinya kesalahan dalam perencanaan
penggunaan PCA yaitu2:
Kepuasan pasien dengan PCA tetap lebih tinggi
daripada dengan teknik administrasi konvensional, Operator errors
bahkan ketika PCA tidak memberikan analgesia 1. Kesalahan memprogram alat PCA
yang sempurna. Selain itu, pasien yang telah 2. Kerusakan pada klem pipa atau pipa tidak
mengalami tradisional analgesia intramuskular terklem.
dan PCA mengungkapkan luar biasa preferensi 3. Pengisian syringe yang tidak tepat.
untuk PCA. Kepuasan secara signifikan berkorelasi 4. Ketidakmampuan untuk berespons terhadap
dengan rasa kontrol atas nyeri daripada intensitas alarm pengaman.
nyeri itu sendiri. Pasien tampaknya puas dengan 5. Alarm pengaman yang tidak berfungsi.
fakta bahwa penyedia layanan mereka berusaha 6. Pemberian dosis yang tidak sesuai perintah.
untuk memberikan bantuan nyeri bahkan jika 7. Keterlambatan penyediaan syringe pengganti
hasilnya tidak selalu berhasil, karena dinilai dari dari farmasi.
skor nyeri pasca operasi7. 8. Penempatan kunci pompa PCA yang salah.
Pada penggunaan PCA dapat diprogram
untuk beberapa variabilitas meliputi dosis bolus, Patient errors:
lockout interval (yaitu jarak waktu minimal ulangan 1. Tidak memahami terapi PCA.
pemberian obat, yang ditentukan oleh dokter dan 2. Ketidakmampuan menekan tombol dosis
(Four hour dose limit) yaitu jumlah obat maksimal secara efektif.
yang boleh diterima oleh pasien dalam waktu 4 3. Pengertian yang salah tentang alat pompa
jam, yang juga ditentukan oleh dokter. Kebutuhan PCA.
atau dosis bolus yang optimal adalah hal yang 4. Bingung atau cepat lupa.
integral untuk efikasi analgetik PCA intravena, 5. Penggunaan analgesik yang disengaja.
oleh karena dosis kebutuhan yang tidak mencukupi
akan menghasilkan analgetik yang tidak adekuat, Mechanical problems:
sedangkan kebutuhan yang berlebihan akan 1. Tidak dapat diberikan sesuai kebutuhan.
mempertinggi insiden terjadinya efek samping 2. Syringe atau botol obat yang retak.
yang tidak diinginkan seperti depresi napas11. 3. Katup penghubung konektor yang rusak.
Suatu meta-analisis awal dari 15 uji random 4. Sistem alarm rusak.
membandingkan dosis sesuai kebutuhan (PRN) 5. Kateter intravena yang bocor.
intramuskular dengan PCA intravena menunjukkan 6. Alat tidak berfungsi.
bahwa PCA intravena memberikan efikasi analgesik
yang lebih signifikan. Egbert dan kawan-kawan Dengan pendidikan pasien yang tepat dan dosis
yang membandingkan penggunaan PCA dengan opioid, rasio kebutuhan analgesik dibandingkan
pemberian morphine secara intramuskuler pada dosis tambahan disampaikan harus mendekati
orang tua menunjukkan bahwa PCA mengatasi 1. Sedangkan perangkat IV PCA sebelumnya
nyeri lebih baik dan kejadian komplikasi pulmoner diperbolehkan untuk parameter masuk hanya
yang lebih sedikit. Pasien lebih cenderung mililiter atau miligram, banyak model-model baru
menyukai PCA intravena dibandingkan dengan juga memungkinkan untuk masuk unit mikrogram,
pemberian opioid lain secara intramuskular atau sehingga mengurangi potensi kesalahan
subcutan. Kepuasan pasien lebih besar pada PCA pemrograman ketika menggunakan fentanil atau
intravena yang menghasilkan analgetik yang sufentanil.
superior11. Kebanyakan pompa IV PCA memiliki
bunyi beep dan isyarat visual saat keberhasilan

102
Patient Controlled Analgesia (PCA) Post Operation

pengiriman bolus tambahan, sehingga pasien tidak akan mampu menekan tombol yang
memberikan peringatan pada pasien telah terjadi menghantarkan opioid. Lainnya, misalnya anggota
penguatan dosis. Sebuah lockout interval secara keluarga atau perawat tidak diperbolehkan
bersamaan terlibat pada saat tambahan dosis menekan tombol untuk pasien12.
disampaikan dengan demikian memastikan bahwa
dosis lain tidak dapat diberikan dalam batas waktu
yang telah ditetapkan. Delay dosis ini merupakan
salah satu pengamanan kunci yang terkait
dengan IV PCA. Ini dirancang untuk melindungi
pasien dari potensi overdosis sekunder. Interval
lockout dalam batas efek jumlah tambahan bolus
dapat diatur sendiri oleh pasien selama periode Gambar 6. Bentuk Pengiriman PCA-IV
waktu. Peningkatan sedasi dan tidur biasanya (Benjamin, 2009)
terjadi kemudian sebelum pasien mampu untuk
menambah jumlah besar dosis yang cukup untuk OBAT-OBATAN PADA PATIENT CONTROLLED
menyebabkan overdosis. Banyak perangkat ANALGESIA
menyimpan jumlah upaya (tuntutan) serta jumlah Opioid yang merupakan standar untuk PCA
tambahan bolus yang disampaikan sebelumnya adalah morphine, meskipun opioid yang lain dapat
dalam 12 dan 24 jam terapi. Mekanisme keamanan dipertimbangkan pada kondisi tertentu. Opioid
kedua yang membantu meminimalkan overdosis bekerja melalui aksi pada reseptor pada medula
batas dosis maksimum. Perlindungan tambahan spinalis dan sistem saraf pusat CNS menimbulkan
ini biasanya ditetapkan baik miligram kumulatif analgesia, euphoria dan sedasi. Opioid juga dapat
1 atau 4 jam atau mikrogram dosis limit. Dosis menimbulkan efek samping seperti depresi
awal pemuatan, dosis permintaan, tingkat infus respirasi, nausea, vomiting, konstipasi dan
basal, dan interval lockout adalah fungsi yang pruritus2,7.
diprogram dokter dari kebanyakan sistem IV Pilihan opioid yang paling populer digunakan
PCA. Pasien mengontrol frekuensi bolus yang pada PCA adalah morphine, tetapi golongan opioid
diberikan. Memilih ukuran tambahan bolus dan lainnya dapat pula digunakan. Idealnya analgesik
interval lockout terutama tergantung pada plasma yang digunakan pada PCA haruslah memiliki mulai
kinetika dan penetrasi SSP dari obat tertentu yang kerja analgesik yang cepat, efikasi yang tinggi
digunakan. Incremental bolus yang diukur harus untuk mengatasi nyeri dan mempunyai lama kerja
memadai untuk memberikan analgesia pasien yang sedang/ intermediate (sekitar 30 sampai 60
dengan durasi sekitar 15 menit sampai 1 jam menit), tidak menimbulkan ketergantungan atau
sebelum dosis tambahan yang diperlukan, tapi toleransi serta memiliki efek samping atau interaksi
tidak begitu besar sehingga tidak terjadi sedasi obat yang minimal (Benjamin, 2009). Pemberian
berlebihan yang dialami. Setelah pemberian IV, morphine dengan PCA setelah operasi besar, pada
plasma konsentrasi opioid menurun dengan cepat pasien dewasa membutuhkan 2-3 mg/ jam dalam
sebagai hasil obat mendistribusikan kembali dari 24-48 jam dan 1-2 mg/jam dalam 36-72 jam11.
darah ke jaringan perifer. Dengan demikian, ketika Penggunaan rutin infus basal (back-ground)
IV PCA dimulai, dosis muatan umumnya diperlukan masih kontroversial. Klinisi yang menganjurkan
untuk mencapai konsentrasi plasma terapeutik2. infus basal mempercayai bahwa hal ini akan
Sebagai tambahan untuk pengamanan mencegah penurunan level analgesia yang cukup
pada pemberian obat yang terkomputerisasi besar ketika pasien tertidur. Agaknya pasien
(computerized drug-delivery safeguards), keamanan kurang menyukai untuk terbangun dalam keadaan
PCA sendiri sebetulnya adalah berbasis pada nyeri yang berat11.
prinsip jika pasien menjadi terlalu ngantuk,

103
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015

Tabel 3. Pedoman Dosis Bolus, Lockout Interval, dan Background Infusion Rate untuk opioid
Analgesik yang digunakan dalam Pasien-Controlled Analgesia intravena7

* Penggunaan rutin background infus dengan PCA TIDAK direkomendasikan

Tabel 4. Pedoman Dosis Bolus dan Lockout Interval untuk opioid Analgesik yang digunakan di subkutan
pada Pasien-Controlled Analgesia7

Klinisi lain berpendapat bahwa oleh karena dosis opioid dan merupakan prediktor terbaik
tingginya variabel farmakokinetik diantara dari persyaratan morfin IV PCA selama 24 jam
pasien dan kadang-kadang terjadi penurunan pertama setelah pembedahan. Jenis kelamin dan
kebutuhan analgesi yang cepat pada pasien post berat badan tidak memprediksi kebutuhan opioid.
operasi dan infus basal lebih sering menimbulkan Memiliki pemahaman bahwa pasien yang lama
depresi respirasi. Pada keadaan tertentu, faktor- toleran terhadap opioid, dan orang-orang dengan
faktor yang berkaitan dengan depresi respirasi riwayat sakit kronis, telah meningkatkan dosis total
yang berat membutuhkan pemberian naloxone kebutuhan PCA. Orang-orang ini harus diberikan
selama pemberian PCA, yaitu adanya infus basal, dosis opioid awal di samping pasca operasi. IV PCA
pasien usia lanjut dan hipovolemia. Pasien yang dapat digunakan dengan sukses pada pasien opioid-
diuntungkan dengan diberikan infus basal secara toleran, penambahan daerah terapi analgesia dan
kontinyu membutuhkan opioid dalam jumlah yang adjuvant harus selalu dipertimbangkan. Faktor-
lebih besar. Dari konsumsi selama 24 jam, 30-50% faktor lain yang dapat mempengaruhi kebutuhan
diberikan dengan infus basal. Sehingga pasien dosis IV PCA termasuk faktor psikologis, variasi
dengan konsumsi 60 mg morphine perhari dapat genetik (polimorfisme reseptor -opioid). Keputusan
aman diberikan dengan infus basal 1-1,5 mg/jam11. individu menekan tombol PCA tetap penting untuk
Karakteristik individu pasien mempengaruhi kesuksesan penggunaan IV PCA. Dalam hal ini,
dosis total yang diberikan, persyaratan dosis gangguan kognitif dan faktor psikologis, seperti
bolus, dan efektivitas keseluruhan. Umur, jenis rasa takut dan kebingungan, mungkin memerlukan
kelamin, dan berat badan sering dianggap faktor pertimbangan farmakodinamik sehingga pasien
penting yang mempengaruhi terapi farmakologis. dapat menerima rasa sakit lebih buruk atau tidak
Dengan memperhatikan IV PCA, penelitian telah dapat mencapai manfaat maksimal dari IV PCA2.
menunjukkan bahwa usia terbalik mempengaruhi

104
Patient Controlled Analgesia (PCA) Post Operation

Dalam review sistematis terbaru tentang potensinya sekitar 6 kali lebih poten dari morphin,
keamanan dan kemanjuran PCA untuk nyeri pasca dosis 0,2 mg hydromorphone ekuianalgesik dengan
operasi akut, Walder et al menganalisis data dari 288 1 mg morphine dan biasanya untuk pompa PCA
uji coba terkontrol secara acak, membandingkan dengan konsentrasi 0,5 mg/ml atau 1 mg/ml2.
opioid dikelola oleh IV PCA dengan analgesia Fentanyl dengan potensi 80-100 kali dari
opioid konvensional (Intravena, subkutan, dan morphine dan mempunyai onset yang lebih cepat
intramuskular). Ulasan ini mempresentasikan data sehingga cocok untuk PCA, 25-30 μg fentanyl
menunjukkan bahwa terapi IV PCA lebih superior ekuianalgesik dengan 1 mg morphine, merupakan
dalam hal kontrol nyeri pasca operasi. Analgesik alternatif pada pasien dengan gangguan ginjal2.
poin akhir yang mendukung PCA dan data gabungan Patricia (2010), meneliti 23 ibu hamil, ASA I
menunjukkan bahwa perbedaan secara statistik – II mendapat PCA ,fentanyl dengan loading dose
signifikan. Namun, jumlah konsumsi opioid tidak 50 μg dengan dosis basal rate 20 μg per jam ,
berbeda dengan dua metode, dan kejadian terkait menyimpulkan fentanyl lebih efektif dibanding
efek samping opioid (yaitu, depresi pernafasan, Alfentanyl sebagai analgesia pada stage pertama
hipoksia, mual dan muntah, sedasi, retensi urin) persalinan.
adalah sama. Mu agonis opioid reseptor sama- Tramadol hydrochloride yang mempunyai
sama efektif pada dosis equianalgesic (misalnya, efek analgesik sentral dengan berikatan dengan
10 mg morphine = 1 mg oxymorphone, = 2 mg reseptor opioid dan mekanisme non-opioid
hydromorphone = 100 mg meperidine.). Dengan (menghambat uptake monoamine norepineprin
dosis IV PCA standar, morfin, meperidine, dan dan serotonin) dipergunakan luas untuk
fentanil memiliki efek yang sama pada motilitas GI PCA. Tramadol mempunyai potensi 1/6-1/10
dan tekanan empedu. Metabolit dan rute eliminasi potensi morphine dan dosis 10 mg tramadol
sangat berbeda antara agonis tersebut dan ekuianalgesik dengan 1 mg morphine dengan
menyediakan satu alasan untuk memilih salah satu interval lockout 5-10 menit. Meperidine secara
opioid diatas yang lain untuk IV PCA2. tradisional merupakan agonis opioid kedua yang
Selama tahun pertama pelayanan nyeri akut paling umum diresepkan untuk PCA IV. Namun,
di York District General Hospital (U.K), 4 dari 510 karena neurotoksik penggunaan rutin untuk IV
pasien (0,8%) yang menerima morphine secara i.v PCA telah terbatas. Meskipun normeperidine tidak
dengan menggunakan PCA mengalami over sedasi memiliki sifat analgesik, akumulasi normeperidine
dengan obstruksi jalan napas yang diterapi dengan menyebabkan SSP eksitasi, sehingga berbagai
naloxon i.v, 3 yang menderita depresi pernapasan reaksi beracun dari kecemasan dan tremor, serta
dikaitkan dengan frekuensi ventilasi yang kurang kejang grand mal. Meperidin adalah kontraindikasi
dari 10 kali per menit. Etches (1994) melaporkan absolut untuk IV PCA dengan disfungsi ginjal,
insiden depresi respirasi yang dihubungkan dengan gangguan kejang, dan pada mereka yang
PCA sekitar 0,5%. Pada sebuah Canadian survey, menggunakan monoamine oxidase inhibitor
insiden depresi pernapasan yang berhubungan (MAOIs) karena potensi interaksi obat mematikan
dengan penggunaan PCA sekitar 0,3% dan pada menyebabkan sindrom hiperpireksia ganas. Untuk
audit 1.233 pasien di Cina yang menggunakan alasan ini, disarankan bahwa meperidine digunakan
morphine i.v dengan PCA, kejadian bradipnoe dan untuk jangka waktu pendek, dalam dosis hati-
penurunan saturasi oksigen dilaporkan sekitar hati dipantau, dan hanya pada pasien yang telah
0,5% dan 1,6%9. menunjukkan intoleransi terhadap semua opioids
Hydromorphone merupakan alternatif yang lain. Permintaan dosis 10 mg merperidine adalah
baik untuk pasien yang intoleran terhadap equianalgesic 1 mg morfin2.
morphine atau pada pasien dengan gangguan Dalam penelitian pada 50 pasien dewasa yang
fungsi ginjal karena di metabolisme dihepar dan menjalani operasi orthopedi yang membandingkan
diekresikan dalam bentuk tidak aktif. Karena penggunaan tramadol 1,25 mg/kg dicampur lysine

105
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015

acetyl salicylate 12,5 mg/kg (Group 1) dengan mempertahankan analgesia dengan fentanyl,
tramadol 2,5 mg/kg (Group 2) yang diberikan sufentanil, dan alfentanil. Bila menggunakan
secara bolus dan dilanjutkan dengan PCA. Total sufentanil, dosis permintaan awal 2-4 mcg
konsumsi tramadol pada group 2 dibanding group tampaknya paling sesuai. alfentanil adalah agonis
1 (614±259 mg vs 923±354 mg) dan menyimpulkan opioid lemah murni, dan bisa menjadi pilihan yang
bahwa aspirin dapat digunakan dengan efektif dan buruk untuk terapi IV PCA karena kekurangan
aman sebagai adjuvan pada tramadol untuk PCA dosis optimal dan durasi efek sangat terbatas.
setelah operasi orthopedi13. remifentanil mungkin cocok untuk IV PCA hanya
Oxymorphone (numorphan, Opana suntik) dalam kondisi sakit episodik berat, seperti nyeri
juga telah telah digunakan untuk IV PCA. persalinan, karena durasi sangat cepat2.
Dalam evaluasi pascaoperasi acak, PCA bolus
oxymorphone (0,3 mg) diberikan untuk kontrol MONITORING PASIEN
nyeri yang efektif lebih unggul dibanding Monitoring merupakan peralatan yang
morfin dan meperidin dalam hal waktu untuk penting dalam memfasilitasi keamanan
mencapai efek analgesik puncak, kejadian sedasi penggunaan PCA4. Monitoring tanda vital
berlebihan, dan pengurangan maksimum dalam diikuti dengan protokol penggunaan PCA
intensitas nyeri skor. Pasien yang diobati dengan dibutuhkan oleh pasien dan dilaksanakan pada
oxymorphone terutama dengan infus basal 0,3 masing-masing institusi dengan menggunakan
mg/jam terganggu oleh insiden mual yang lebih seperangkat standar perawatan. Observasi
tinggi. Berdasarkan informasi ini, disarankan agar seharusnya dicatat pada lembar observasi. Selain
dosis bolus PCA harus dikurangi menjadi 0,15-0,2 melakukan pemeriksaan rutin untuk observasi post
mg dan basal infus dieliminasi pada pasien toleran operasi ( RR, BP dan HR), pemeriksaan secara
opioid2. teratur terhadap sedasi dan nyeri dan dicatat pada
Sufentanil, alfentanil, dan remifentanil juga lembar khusus PCA. Monitoring yang dilakukan
telah digunakan untuk PCA dengan sufentanil dalam prosedur penggunaan PCA dalam mengatasi
yang telah yang paling banyak dipelajari. nyeri mencakup monitoring terhadap fungsi vital
Sebaliknya dengan opioid bertindak lebih lama, dan monitoring terhadap nyeri itu sendiri11.
infus latar belakang kecil adalah penting untuk

Tabel 5. Metode Penilaian Derajat Nyeri14

Verbal Rating Scale 0 = Absent


1 = Mild
2 = Distressing
3 = Excruciating

Numerical Rating Scale Which number describes your pain ?


0...................5....................10

Visual Analouge Scale

Function Assesment Can you move ?


Can you cough ?

106
Patient Controlled Analgesia (PCA) Post Operation

Monitoring terhadap fungsi vital yang dilakukan Jika terjadi depresi respirasi atau dicurigai
untuk menilai kondisi pasien secara umum, yang oversedasi yang perlu dilakukan10:
juga sangat penting dalam menilai efek samping • Hentikan PCA
obat yang terjadi. Monitoring meliputi tingkat • Hentikan seluruh infus lain yang
kesadaran dan sistem pernapasan (yang dapat memberikan efek sedasi
membedakan gangguan jalan napas dan gangguan • Mencoba untuk membangunkan pasien
pernapasan di mana monitoring dilakukan dengan • Jika apneu : berikan bag and mask
pemeriksaan fisik pernapasan dan dilengkapi ventilation dengan oksigen 100%
dengan penggunaan pulse oxymetri dan analisa gas • Jika bernafas : menjaga airway, monitor
darah), serta sistem sirkulasi11. saturasi oksigen dan berikan oksigen
Untuk monitoring nyeri ada beberapa scoring dengan face mask 8 L/ menit
yang dapat dipakai untuk menilai tingkat nyeri • Cek sirkulasi. Jika pulseless : mulai chest
antara lain: verbal rating sale, numerical rating sale, compressions
visual analog sale, dan function assessment. • Pemberian nalokson jika dicurigai
Penilaian tingkat sedasi sangat tepat untuk toksisitas opioid
mendeteksi lebih dini pada depresi nafas yang
disebabkan oleh opioid daripada penurunan EFEK SAMPING
frekuensi nafas, oleh karena episode hipoksemia Efek samping dan risiko penggunaan PCA
sering terjadi pada keadaan frekuensi respirasi tidak yaitu mual, muntah, pruritus, retensi urine dan
rendah. Pasien yang oversedasi dapat merespon depresi respirasi. Efek samping yang paling sering
stimulasi yang agresif yang meningkatkan adalah dari opioid berupa nausea, vomiting, itching,
frekuensi nafas dan derajat kesadaran sementara dan ileus. Hampir semua overdosis yang berkaitan
waktu, sehingga hal ini tidak dapat diasumsikan dengan PCA terjadi dari kesalahan parameter
bahwa keadaan masih aman. Rangsang minimal program. Shiponing dari sejumlah besar opioid
dan suara lebih direkomendasikan untuk penilaian dalam infus intravena pasien ( terjadi pada celah/
sedasi4. Tingkat sedasi dapat dinilai dengan Pasero retak pada sistem penghantaran) jarang terjadi,
Opioid Sedation Score (POSS) (tabel 6.) tetapi mempunyai potensial masalah yang serius
pada sistem lama, pada sistem yang baru perubahan
Tabel.6 Opioid Induced Sedation Score4 dalam mounting design dan antisiphoning valves
mengatasi masalah ini. Malfungsi mekanik pada
Pasero-McCaffery Opioid-induced Sedation Scale
peralatan PCA telah dilaporkan tetapi sangat
S = Sleep, easy to arouse
jarang11.
1 = Awake and alert
Nausea and vomiting—penyebab post
2 = Slightly drowsy, easily aroused
operative nausea and vomiting (PONV) adalah
3 = Frequently drowsy, arousable, drifts off to sleep
multifaktorial. Opioid juga dapat menginduksi
during conversation
PONV yang membutuhkan terapi dengan
4 = Somnolent, minimal of no response to physical
antiemetik. Vomiting score : tiap jam untuk
stimulation
12 jam pertama, selanjutnya tiap 4 jam atas
indikasi. Sejumlah besar survei telah dianggap
Secara ideal hasil monitoring penggunaan PCA
kejadian mual dan muntah yang berhubungan
yang baik haruslah memenuhi kriteria sebagai
dengan PCA. Keseluruhan kejadian tampaknya
berikut11:
akan berada di wilayah 20%. Sejumlah strategi
1. Visual Analog Scale kurang dari 5
telah digunakan untuk mengurangi insiden mual
2. Frekuensi napas lebih dari 8 kali per menit
dan muntah pasca operasi (PONV), termasuk
3. Tingkat sedasi mempunyai nilai = 0
menambahkan antiemetik ke PCA infus.
4. Skor muntah = 0
Prometazin, cyclizine, droperidol, ondansetron,

107
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015

dan granisetron semuanya telah dicoba. Namun, epidural, dapat menghasilkan penurunan tekanan
satu-satunya antiemetik yang efektif dengan darah (hipotensi). Namun, hipotensi mungkin
PCA adalah droperidol. Dosis optimal adalah 0,05 hasil dari faktor-faktor lain selain teknik analgesik.
mg droperidol per 1 mg morfin. Namun, praktek Hipotensi telah didefinisikan sebagai penurunan
menambahkan antiemetik ke infus PCA tidak tekanan darah sistolik lebih besar dari 20% sampai
populer, hanya 30 dari setiap 100 pasien yang 30% dari nilai pra operasi stabil, nilai absolut
diobati sehingga akan mendapatkan manfaat, dan tekanan darah sistolik kurang dari 80 hingga 100
sebaliknya 70 dari setiap 100 pasien akan terkena mm Hg, dan sistolik / tekanan darah diastolik
dampak negatif dari droperidol7. kurang dari 90/60 mmHg. Insiden hipotensi dengan
Pruritus ( itching) – sebagai hasil dari PCA, kurang dari 1%, adalah lebih rendah daripada
aktivasi reseptor opioid dalam spinal cord. dengan baik intramuskular dan analgesia epidural
Biasanya pasien merasa tidak nyaman ditandai teknik7.
dengan gosokan dan garukan pada lengan, Sedasi - Over sedasi adalah peringatan dari
leher dan muka. Monitor tanda-tanda reaksi ancaman depresi respirasi. Score sedasi, respirasi
alergi seperti peningkatan temperatur, dyspnea, rate dan heart rate setiap satu jam sampai PCA
atau edema. Pruritus merupakan efek samping dihentikan, kebutuhan untuk mengurangi
yang relatif umum, mempengaruhi 14% dari frekuensi observasi pada pasien yang menerima
pasien yang menerima PCA. Ini PCA jangka panjang. Sedasi sering terjadi
bervariasi dalam tingkat keparahan, pada periode pasca operasi, tidak hanya dalam
bisa sulit untuk mengelola, dan mungkin hubungan dengan PCA. Namun, sedasi berlebihan
resisten terhadap konvensional pengobatan terkait dengan PCA dapat mengindikasikan akan
seperti antihistamin. antagonis opioid seperti terjadinya depresi pernafasan. Dalam survei Eropa,
nalokson dan naltrexone, serta nalbuphine sedasi adalah rutin dinilai dengan 82% dari nyeri
dan droperidol, efektif dalam mencegah pruritus7. akut. Dalam review lain, kejadian sedasi berlebihan
Retensi urine - dapat terjadi inhibisi opioid terkait dengan PCA adalah 5%, tapi pengulas
sistem saraf parasimpatis pada bladder (kandung membuat tidak mencoba untuk mengkorelasikan
kemih). Penting untuk melakukan palpasi pada sedasi dengan depresi pernafasan. Efek psikologis
bladder untuk mengetahui distensi, monitor ketat lain yang terkait dengan PCA adalah mimpi buruk,
cairan masuk dan keluar. Retensi urine biasanya halusinasi, dan serangan panik7.
terjadi pada 24-48 jam pertama dan sering hilang Depresi respirasi - Memeriksa yang teratur
secara spontan. Ada bukti yang bertentangan level dari sedasi, karakter respirasi dan saturasi
berkaitan dengan pengaruh PCA pada retensi urin. O2 sangat penting untuk pasien yang mendapat
Satu review besar mengamati bahwa kejadian terapi opioid. Penggunaan score sedasi akan
retensi urin adalah enam kali lebih besar dengan memungkinkan menentukan tingkat kesadaran
PCA dari dengan analgesia intramuskular. Review pasien. Jika RR < 8 x/mnt dan score sedasi > 2, maka
lain, menemukan insiden retensi urin sangat mirip PCA dihentikan. Sejumlah kriteria telah digunakan
untuk PCA dan analgesia intramuskular7. untuk mendefinisikan depresi pernapasan,
Hipotensi - Etiologi dari hipotensi harus termasuk tingkat pernapasan, saturasi oksigen
ditentukan. Turunnya blood pressure ( BP) berkaitan perkutan, analisis gas darah arteri, dan kebutuhan
dengan peningkatan pulse rate, penurunan urine untuk mengelola stimulan pernapasan. Dari jumlah
output, hilangnya turgor kulit, dan mulut kering tersebut, tingkat pernapasan adalah yang paling
merupakan indikasi penggantian volume cairan. umum digunakan. Sebuah survei Eropa-macam
Jika sistolik ≤85 mmHg hentikan infuse PCA, tidur nyeri akut menemukan bahwa tingkat pernapasan
terlentang dengan kaki ditinggikan, berikan O2 4 secara rutin diukur di 81% dari rumah sakit,
Lt/menit. Administrasi morfin baik melalui PCA dan sedangkan saturasi oksigen diukur hanya 41%.
intramuskular analgesia, serta melalui analgesia Tingkat pernapasan kurang dari 10 napas / menit

108
Patient Controlled Analgesia (PCA) Post Operation

dan saturasi oksigen nilai kurang dari 90% yang bahwa kemungkinan kematian dari kesalahan
paling sering digunakan untuk mendefinisikan pemrograman sangat mirip dengan kemungkinan
depresi pernafasan. PCA menyediakan ventilasi kematian dari anestesi umum (1: 300.000). Hal ini
yang lebih baik dari rute administrasi opioid juga penting menunjukkan bahwa angka-angka
konvensional (tingkat I bukti). Insiden depresi ini berhubungan satu PCA tertentu pompa yang
pernafasan dengan PCA, seperti yang ditunjukkan memiliki konfigurasi perangkat lunak dimana
oleh tingkat pernapasan yang rendah, adalah 1,2%. default pengaturan konsentrasi obat dapat
Insiden desaturasi arteri, meskipun lebih tinggi, mengakibatkan administrasi dosis yang berlebihan
masih kurang dari dengan intramuskular opioid dan konfigurasi perangkat lunak sekarang telah
analgesia7. diperbarui7.
Bahaya - Pompa PCA saat ini sangat canggih Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian
dan dapat diandalkan, dan kecelakaan obat jarang khusus pada pasien yang akan di berikan PCA
terjadi. Dalam satu studi, kecelakaan terjadi sehubungan dengan risiko efek samping antara
pada 1,2% dari penggunaan PCA, dimana 52% lain10:
adalah karena kesalahan operator, 36% adalah • Jika pasien menerima obat lain
terkait peralatan, dan 12% adalah kesalahan efek yang menyebabkan sedasi (seperti
obat. Kesalahan operator termasuk kesalahan antihistamin, benzodiazepine, atau anti
pemrograman, masalah dengan setup mesin konvulsi) maka dapat meningkatkan risiko
PCA, dan pemilihan pasien atau kesalahan terkait sedasi dan depresi respirasi.
pasien. Masalah mekanik dengan teknologi PCA, • Pemberian jangka panjang infus opioid
ketika terjadi, dapat diklasifikasikan sebagai dan gangguan liver dan atau renal dapat
akibat penayangan berlebih, penayangan, atau mengubah eliminasi obat dan dapat
menyedot. Pada awal mesin PCA, debit listrik statis menghasilkan akumulasi obat dan toksis
perangkat lunak yang digunakan untuk mengontrol • Metabolit morphine M3G menyebabkan
jarum suntik ini tidak lagi masalah. Tambahan lagi, gangguan sistem saraf pusat (CNS)
penggunaan rutin katup antireflux mencegah (termasuk myoklonusdan tremor) dan
aliran retrograde dari opioid di jalur intravena, metabolit morphine M6G adalah analgesik
sementara menyedot dicegah oleh pemuatan yang poten. Kedua metabolit ini dapat
jarum suntik ke dalam mesin PCA dan memeriksa terakumulasi pada pasien yang mendapat
retakan di ruang jarum suntik / waduk. Akhirnya, morphine jangka panjang atau pasien
satu studi mengamati bahwa penggunaan PCA di dengan gangguan renal
rumah sakit pasca operasi secara signifikan terkait • Metabolit hydromorphone H3G dapat
dengan peningkatan infeksi luka setelah operasi terakumulasi pada pasien yang mendapat
perut. Mekanisme tidak jelas, dan ada sejumlah hydromorphone jangka panjang atau
variabel pengganggu7. pasien dengan gangguan renal. H3G dapat
Kematian Berhubungan Dengan PCA menyebabkan gangguan sistem saraf
- Untungnya, kematian terkait dengan PCA pusat (CNS) (termasuk konfusi, tremor
sangat langka. Kematian PCA terkait didominasi dan agitasi
hasil overdosis obat, apakah karena kesalahan • Infus pethidine dapat menghasilkan
pemrograman atau kerusakan pompa, tetapi metaolit toksik nor-pethidine yang dapat
sering ada faktor penyebab lain, seperti mengakibatkan gangguan sistem saraf
hypovolemia. Menurut satu laporan, 5 kematian pusat (CNS) (seperti konfusi, tremor dan
terkait dengan penggunaan satu perangkat PCA konvulsi)
tertentu terjadi selama 12 tahun dan 22 juta • Infus fentanyl jangka lama dapat terjadi
pasien, semua karena kesalahan pemrograman. akumulasi dan berpotensi meningkatkan
Para penulis laporan ini memperkirakan efek samping opioid.

109
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015

• Perkembangan toleransi pada opioid PENGHENTIAN PATIENT CONTROLLED


dengan pemakaian jangka lama ANALGESIA
membutuhkan peningkatan dosis opioid. Penghentian penggunaan PCA adalah sebagi
• Hati-hati menurunkan dosis sangat berikut9:
penting ketika menyapih pengunaan • Keputusan untuk menghentikan PCA
opioid jangka panjang untuk mencegah idealnya dibuat oleh ahli anestesia
opioid withdrawal • Semua pasien self-wean off PCA setelah
• Peranan orang tua sangat penting nyeri yang mereka rasakan berkurang
mengerti konsep PCA sehingga mereka • Opioid oral/rectal dapat diberikan segera
mendukung penggunaan pada anak setelah PCA dihentikan
mereka. Orang tua seharusnya tidak • Tanggal dan waktu penghentian PCA
menekan tombol PCA untuk anak harus dicatat pada kartu pemberian PCA
mereka, tetapi mendorong anaknya untuk • Jika pasien diprogaram untuk analgesia
menggunakan. oral, diberikan dosis pertama 1 jam
sebelum PCA pump dihentikan.

Gambar 7. Contoh lembar pengamatan dan pencatatan PCA oleh Acute Pain Service
(Hussain, 2012)

110
Patient Controlled Analgesia (PCA) Post Operation

KESIMPULAN Postoperative Pain-Nociceptive. 44, 2006.


PCA adalah suatu metode pemberian obat- 6. Hussain al mejade. Farah Jafri. Acute Pain
obat analgesia dengan menggunakan pompa infus service: operations manuals. Al razi hospital.
sesuai dengan kepentingan pasien dan diatur sendiri Kuwait. 67. 2012.
oleh pasien, yang bertujuan untuk memberikan 7. Jeremy N. Chasman. Patient-Controlled
analgesia yang adekuat tanpa menimbulkan efek Analgesia. An Evidence-Based Guide To
samping obat yang membahayakan. Practice. Saunders Elsevier.Philadephia:
Keamanan dan efikasi penggunaan PCA Mechanisms of Postoperative Pain-
ditentukan oleh beberapa kondisi yaitu efikasi obat Nociceptive. 157-161, 2006.
analgesia, faktor pasien, faktor peralatan, faktor 8. Kleinman W. Mikhail M. Pain Management.
operator dan monitoring yang secara keseluruhan In Clinical Anesthesiology, 4th ed, sec V-18,
saling berkaitan dalam mengatasi nyeri. McGraw-Hill Companies Inc; 359-398. 2006.
Dibutuhkan persiapan yang optimal secara 9. Macintyre, P.E. Safety and Efficacy of Patient
keseluruhan meliputi: edukasi pasien, perencanaan Controlled Analgesia. British Journal of
alat, monitoring dan penghentian PCA jika terjadi Anaesthesia, Vol. 87: 36-46. 2011.
hal-hal yang tidak diinginkan. 10. McKenzie, I. Patient Controlled Analgesia
(PCA), Canadian Journal of Anesthesia 47: 113-
REFERENSI 119 (2000) Last Updated 08-feb-2008.
1. ANZCA. Acute Pain Management : Scientific 11. Miller,R.D. Acute Postoperative Pain; Miller’s
Evidence. Second Edition; Australian Anesthesia, sixth edition, 2741-2742. 2005.
Goverment; 1-220. 2005. 12. Morgan,G.E. Patient Controlled Analgesia, Pain
2. Benjamin Sherman. Ikay Enu. Raymond S. Management; Clinical Anesthesiology, Fourth
Sinatra. Patient Controlled Analgesia Devices edition; page 396. 2006.
and Analgesic Infusion Pump: Acute Pain 13. Pang,W.W. Patient-Controlled Analgesia with
Management. Cambridge University Press. Tramadol Versus Tramadol Plus Lysine Acetyl
302-209. 2009. Salicylate; Anesth Analg. 91:1226-1229. 2010.
3. Christopher L. Wu. Robert W. Hurley. Acute 14. Silvasti M. Patient Controlled Postoperative:
Postoperative Pain. In Miller’s Anesthesia, 6th Comparison of Efficacy, Side effects and
ed, Elsevier Churchil-Livingstone; 2729-2751. Safety of Various Regiment, Department of
2009. Anaesthesiology and Intensive Care Medicine
4. Craft, J. Patient-controlled analgesia: Is it worth Toolo Hospital. Helsinki University Cenral
the painful prescribing process?Proc (Bayl Univ Hospital, Helsinki Finland, http://ethesia.
Med Cent);23(4):434–438. 2010. helsinki.fi. 2001.
5. Henry Frizelle. Postoperative Pain Management: 15. Stoelting,R.K. Opioid Agonists and Antagonist;
An Evidence-Based Guide To Practice. Pharmacology and Physiology in Anesthesia
Saunders Elsevier.Philadephia: Mechanisms of Practice. Fourth edition, page 87-124. 2006.

111

You might also like