Professional Documents
Culture Documents
1. Pendahuluan
Transparansi dan akuntabilitas merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih. Salah satu cara yang dapat dilakukan pemerintah khususnya pemerintah
daerah untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas ialah dengan mengungkapkan (disclosure)
pengelolaan keuangan yang telah dilakukan dalam laporan keuangan. Pemerintah daerah dapat
memanfaatkan teknologi seperti internet untuk mempublikasikan laporan keuangannya atau yang
Selain mempublikasikan laporan keuangan melalui internet yang seringkali dilakukan dengan
memanfaatkan situs website resmi, pemerintah juga harus memberikan kemudahan akses kepada
masyarakat untuk melihat maupun mengunduh laporan keuangan. Kemudahan aksesibilitas IFR harus
informasi terkait pengelolaan keuangan yang telah dilakukan pemerintah selama ini. Peningkatan
kepedulian masyarakat terhadap informasi keuangan pemerintah terlihat dari tingginya jumlah
kunjungan (visitor) di beberapa situs website yang dimiliki pemerintah, serta banyaknya permintaan
data terkait laporan keuangan pada situs PPID (Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi)
Penggunaan Internet Financial Reporting (IFR) dalam pemberian informasi kepada publik
akuntabilitas, namun faktanya menurut laporan Corruption Perceptions Index tahun 2015 peringkat
Indonesia baru menempati urutan 88 dari 168 negara yang diukur. Kondisi ini menunjukkan masih
diperlukannya upaya yang lebih serius dari pemerintah untuk meningkatkan kualitas transparansi
pengelolaan keuangannya sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dan akuntabilitas
publik.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan di tahun 2017 menunjukkan terdapat 412 (85%)
pemerintah kabupaten/ kota di Indonesia yang telah memiliki situs website resmi, sementara sisanya
hanya sebanyak 74 (15%) pemerintah daerah belum memiliki situs website resmi. Banyaknya
pemerintah daerah kabupaten/kota di Indonesia yang telah memiliki situs website resmi tidak
sebanding dengan jumlah pemerintah daerah yang telah melakukan IFR yang masih rendah.
pemerintah daerah dengan memanfaatkan internet (IFR) di Indonesia, serta belum konklusifnya hasil
penelitian sebelumnya menjadi motivasi bagi peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait
determinan yang dapat mempengaruhi aksesibilitas IFR. Penelitian ini berfokus pada determinan
aksesibilitas Internet Financial Reporting (IFR) pemerintah ibu kota propinsi di Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Verawatty (2015), Styles dan
Tennyson (2007), dan Laswad et.al (2005) terdapat beberapa determinan yang mempengaruhi
aksesibilitas Internet Financial Reporting (IFR) pemerintah daerah yaitu: tingkat hutang, kekayaan,
kondisi keuangan, kompetisi politik, opini audit BPK, dan press visibility.
Fadzil dan Nyoto (2011) menyatakan bahwa terdapat hubungan principal-agen antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah. Pemerintah pusat adalah prinsipal dan pemerintah daerah bertindak
sebagai agen. Hal ini dikarenakan, Indonesia sebagai negara kesatuan, pemerintah daerah bertanggung
jawab kepada masyarakat sebagai pemilih dan juga kepada pemerintah pusat (Verawaty, 2015).
Implikasi dari adanya teori ini menjelaskan rakyat sebagai principal pemerintah perlu terlibat
secara langsung untuk melakukan pengawasan terhadap kegiatan agennya baik pemerintah maupun
para politisi. Dalam teori agensi, pemerintah daerah bertindak selaku agen sementara masyarakat dan
stakholer lainnya merupakan principal pemerintah. Masyarakat selaku principal telah memberikan
amanat kepada pemerintah daerah untuk menjalankan pemerintahan dan selanjutnya pemerintah
Dalam Agency Theory menjelaskan bahwa untuk mengurangi adanya asimetri informasi antara
pemerintah dan warga negara diperlukan pengungkapan yang memadai terkait pengelolaan keuangan
pemerintah termasuk penyajian laporan keuangan. Kemudahan dalam mendapatkan informasi tentang
pemerintah, seperti halnya publikasi laporan keuangan melalui internet dapat meningkatkan
Penyediaan informasi sumber pendanaan pemerintah yang salah satunya berasal dari hutang
merupakan kewajiban pemerintah. Hal ini sesuai dengan Stakeholder Theory yang menjelaskan
bahwa warga Negara yang merupakan stakeholder pemerintah berhak mendapatkan informasi yang
memadai terkait pengelolaan pemerintahan termasuk informasi sumber pendanaan pemerintahan yang
Verawaty (2015) suatu evaluasi dari hutang daerah merupakan sebuah komponen integral dari
akuntabilitas administrasi pemerintahan daerah. Hutang yang dimiliki pemerintah akan mendorong
kemudahan akses terhadap laporan keuangan. Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
H1: Tingkat hutang pemerintah daerah berpengaruh terhadap aksesibilitas Internet Financial
Reporting (IFR).
Menurut Laswad et al. (2005) pers dan media publik mempengaruhi hubungan keagenan antara
pemilih dan politisi. Oleh karena itu media juga dapat mempengaruhi pelaporan informasi keuangan
yang dilakukan pemerintah. Lebih lanjut menurut Afryansyah dan Haryanto (2013) media memainkan
peran sebagai moderator dalam hubungan keagenan antara masyarakat dengan pemerintah daerah.
Dalam Agency Theory dijelaskan bahwa untuk mengurangi adanya asimetri informasi antara
pemerintah dan warga negara diperlukan pengungkapan yang memadai terkait pengolaan keuangan
pemerintah termasuk penyajian laporan keuangan. Publikasi laporan keuangan pemerintah daerah
melalui internet juga dapat mengurangi monitoring cost yang harus dikeluarkan oleh prinsipal dan
agen (Wau, 2015). Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H6: Visibilitas media berpengaruh terhadap aksesibilitas Internet Financial Reporting (IFR).
Jika dilihat dari perspektif publik signaling theory dapat menjelaskan bahwa pemerintah sebagai
agen yang diberikan amanat oleh masyarakat selaku principal, berkeinginan untuk memberikan sinyal
yang baik kepada masyarakat. Kondisi ini disebabkan karena pemerintah mendapatkan tekanan dari
masyarakat untuk memberikan informasi mengenai kinerja dan pencapaiannya (Wau, 2015).
Asimetri informasi yang terjadi antara pemerintah dan masyarakat dapat dikurangi dengan
memberikan sinyal yang baik kepada masyarakat berupa informasi keuangan yang positif dan dapat
dipercaya. Agency Theory dan Signaling Theory dapat menjadi dasar bahwa untuk meminimalkan
asimetri informasi antara pemerintah daerah dan warganya diperlukan pengungkapan informasi
keuangan yang memadai salah satunya melalui internet (Internet Financial Reporting/ IFR).
Kekayaan pemerintah daerah merupakan sejumlah asset yang dimiliki dan dikelola oleh
pemerintah yang saat ini sedang menjabat. Christiaens (1999) berpendapat bahwa kekayaan
Kekayaan suatu daerah dapat dianggap sebagai salah satu bukti nyata atas kinerja pemerintah
daerah yang baik dalam mengelola keuangannya, sehingga terdapat kecenderungan pemerintah akan
melaporkan informasi tersebut kepada masyarakat termasuk memberikan kemudahan akses terhadap
laporan keuangannya. Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Reporting (IFR).
Menurut Styles dan Tennyson (2007) kondisi keuangan merupakan indikator kemampuan
kondisi keuangan pemerintah daerah memberikan sinyal kepada masyarakat mengenai kemampuan
manajemen pemerintah. Pendapat ini sejalan dengan Signaling Theory yang menjelaskan bahwa
pemerintah akan berusaha untuk memberikan sinyal yang baik kepada rakyat sebagai salah satu upaya
mencari dukungan dari rakyat. Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H3: Kondisi keuangan pemerintah daerah berpengaruh terhadap aksesibilitas Internet Financial
Reporting (IFR).
Opini audit yang diterima oleh pemerintah daerah merupakan hasil penilaian terhadap tertibnya
pengelolaan keuangan daerah oleh pemerintah. Oleh karena itu opini audit yang wajar dapat
daerah yang menerima opini wajar tanpa pengecualian (WTP) menunjukkan kinerja pemerintahan
yang baik dalam pengelolaan keuangannya. Kinerja keuangan pemerintahan yang baik dilegitimasi
oleh opini audit yang baik hingga dapat meningkatkan kepatuhan pengungkapan informasi keuangan
di website oleh pemda. Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H5: Opini audit berpengaruh terhadap aksesibilitas Internet Financial Reporting (IFR).
Pandangan dalam teori legitimasi menjelaskan bahwa pemerintah secara berkesinambungan akan
mencari cara untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya. Garcia
dan Garcia (2010) menjelaskan bahwa akan ada usaha yang lebih besar yang harus dilakukan oleh
pemerintah daerah untuk memperoleh legitimasi masyarakat apabila tingkat kompetisi politik di
daerah tersebut tinggi, sehingga diperlukannya strategi komunikasi untuk menyelesaikan masalah
tersebut.
Oleh karena itu semakin kompetitif lingkungan politiknya maka semakin banyak insentif yang
akan dikeluarkan untuk mengkomunikasikan pada masyarakat (legitimasi) akan kinerja pemerintahan
yang baik termasuk melalui pengungkapan informasi keuangan di website (Perez et al., 2008).
Kompetisi politik menunjukkan gambaran seberapa besar persaingan politik antara kepala daerah
yang menjabat saat ini (incumbent) dengan saingan- saingan politiknya dalam pemilihan kepala
daerah sebelumnya. Budiatmanto et al. (2013) menjelaskan bahwa semakin tinggi level poltical
competition (kompetisi politik) maka terdapat kecenderungan pemerintah daerah untuk menggunakan
internet sebagai sarana pelaporan informasi keuangan secara sukarela juga akan semakin tinggi. Dari
H4: Kompetisi politik berpengaruh terhadap aksesibilitas Internet Financial Reporting (IFR).
3. Metode Penelitian
information, gathering, theory formulation, hypothesis, further scientific data collection, data
Populasi data yang digunakan dalam penelitian ini ialah pemerintah ibu kota propinsi yang ada di
Indonesia. Sampel dalam penelitian ini dipilih sesuai kriteria dengan menggunakan tehnik purpose
sampling. Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik analisis kuantitatif.
a) Variabel Dependen
Aksesibilitas Internet Financial Reporting (IFR) yaitu tingkat kemudahan pengguna dapat
menemukan dan melihat laporan keuangan di website resmi pemerintah daerah. Merupakan
skala rasio yang dihitung dengan menggunakan Calculation of Accesibility Index Value
b) Variabel Independen
Merupakan perbandingan antara total hutang pemerintah daerah pada tahuni dengan total
penduduk yang dimiliki pemerintah daerah tahuni. Menggunakan skala rasio yang
Merupakan total aset yang dimiliki pemerintah daerah dan tercantum dalam neraca.
Menggunakan skala rasio yang dihitung dari Log10 dari total assets
3. Kondisi Keuangan
pemerintahannya. Menggunakan skala rasio yang dihitung dari selisih antara pendapatan
4. Kompetisi Politik
Menggunakan skala rasio, dihitung dari jumlah kandidat calon kepala daerah : posisi
yang tersedia.
5. Opini Audit
tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Menggunakan skala
nominal yang diukur dengan variabel dummy yaitu jika pemerintah daerah menerima
opini WTP maka diberi nilai satu sedangkan pemerintah daerah yang menerima opini
6. Visibilitas Media
Seberapa besar peran media sebagai moderator dalam hubungan keagenan antara
yang dihitung dari jumlah item berita terkait pemerintah daerah selama tahun 2014 &
Obyek dalam penelitian ini ialah pemerintah ibu kota propinsi yang ada di Indonesia. Dari 34
pemerintah ibu kota propinsi, dipilih sebanyak 20 pemerintah ibu kota propinsi sebagai sampel
penelitian yang memenuhi kriteria. Berikut daftar sampel dalam penelitian ini:
Tabel 4.1.1
Nilai Aksesibilitas IFR Pemerintah Ibu Kota Propinsi yang Menjadi Sampel Penelitian
No. Nama Propinsi Nama Pemerintah Tgl. Akses Nilai Aksesibilitas IFR
1. Aceh Banda Aceh 25/02/2017 9.00
2. Sumatera Utara Medan 25/02/2017 6.00
3. Riau Pekanbaru 25/02/2017 7.00
4. Sumatera Selatan Palembang 25/02/2017 5.00
5. Bengkulu Bengkulu 07/03/2017 5.00
6. Jakarta Dki Jakarta 08/03/2017 9.00
7. Yogyakarta Yogyakarta 03/03/2017 5.00
8. Jawa Barat Bandung 25/02/2017 8.00
9. Jawa Tengah Semarang 02/03/2017 6.00
10. Jawa Timur Surabaya 25/02/2017 6.00
11. Banten Serang 02/03/2017 5.00
12. Bali Denpasar 25/02/2017 6.00
13. Nusa Tenggara Barat Mataram 25/02/2017 7.00
No. Nama Propinsi Nama Pemerintah Tgl. Akses Nilai Aksesibilitas IFR
14. Kalimantan Barat Pontianak 26/02/2017 7.00
15. Kalimantan Tengah Palangkaraya 26/02/2017 5.00
16. Kalimantan Selatan Banjarmasin 26/02/2017 5.00
17. Kalimantan Timur Samarinda 26/02/2017 5.00
18. Sulawesi Selatan Makassar 25/02/2017 8.00
19. Sulawesi Tengah Palu 08/03/2017 5.00
20. Maluku Ambon 02/03/2017 5.00
Rata- Rata Nilai Aksesibilitas IFR 6.20
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata- rata nilai aksesibilitas Internet Financial Reporting
(IFR) pemerintah daerah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini sebesar 6.20, dengan nilai
tertinggi sebesar 9 yang diperoleh pemerintah kota Banda Aceh dan Jakarta, sementara itu terdapat 9
pemerintah kota (45%) yang mendapatkan nilai aksesibilitas IFR yang paling rendah dibawah rata-
rata yaitu: pemerintah kota Palembang, Bengkulu, Yogyakarta, Serang, Palangkaraya, Banjarmasin,
Hasil observasi terhadap aksesibilitas Internet Financial Reporting (IFR) pemerintah ibu kota
propinsi yang ada di Indonesia menunjukkan diseminasi laporan keuangan melalui e-government
masih belum dimanfaatkan secara maksimal, meskipun pemerintah pusat telah mengeluarkan
Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik yang mewajibkan
Hasil pengujian hipotesis 1 menunjukkan bahwa variabel tingkat hutang pemerintah daerah
mempengaruhi tingkat aksesibilitas Internet Financial Reporting (IFR). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ketika nilai hutang pemerintah daerah meningkat maka semakin menurun
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Verawaty (2015) yang menyatakan tingkat
hutang pemerintah daerah berpengaruh terhadap aksesibilitas Internet Financial Reporting (IFR).
Hutang yang dimiliki pemerintah daerah akan mendorong adanya peningkatan akuntabilitas
pengelolaan keuangan daerah termasuk penyediaan serta kemudahan akses terhadap laporan
Penyediaan informasi sumber pendanaan pemerintah yang salah satunya berasal dari hutang
merupakan kewajiban pemerintah. Hal ini sesuai dengan Stakeholder Theory yang menjelaskan
bahwa masyarakat yang merupakan salah satu stakeholder pemerintah berhak mendapatkan
informasi yang memadai terkait pengelolaan pemerintahan termasuk informasi dalam bentuk
laporan keuangan.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Laswad et al. (2005)
yang menunjukkan bahwa tingkat hutang pemerintah daerah berhubungan positif dengan
ketersediaan Internet Financial Reporting (IFR). Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
tingkat hutang pemerintah daerah berhubungan negatif terhadap aksesibilitas Internet Financial
Reporting (IFR).
Kondisi yang ada di Indonesia berbeda dengan penelitian yang dilakukan Laswad et al.
(2005) dimana untuk beberapa pemerintah daerah yang memiliki tingkat hutang yang cukup
tinggi, namun rendah dalam aksesibilitas Internet Financial Reporting (IFR). Hal ini disebabkan
karena tingginya hutang daerah yang beresiko terhadap operasional pemerintahan sehari- hari
serta tingginya beban bunga yang harus dibayar pemerintah membuat pemerintah daerah enggan
memberikan kemudahan akses terhadap data keuangan pemerintah di website resminya, sehingga
Kondisi ini juga disebabkan karena pengelolaan pemerintahan juga berpengaruh terhadap
penilaian kinerja (performance) kepala daerah dalam mengelola pemerintahan sehingga hutang
yang terlalu tinggi akan mempengaruhi arah kebijakan pemerintah termasuk penyediaan
Reporting (IFR)
mempengaruhi tingkat aksesibilitas Internet Financial Reporting (IFR) pemerintah daerah. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ketika kekayaan pemerintah daerah meningkat maka
Kekayaan pemerintah daerah merupakan sejumlah asset yang dimiliki dan dikelola oleh
pemerintah yang saat ini sedang menjabat. Kekayaan suatu daerah dapat dianggap sebagai salah
satu bukti nyata atas kinerja pemerintah daerah yang baik dalam mengelola keuangannya,
sehingga dapat memotivasi pemerintah untuk melaporkan informasi tersebut kepada masyarakat
Nilai aksesibilitas Internet Financial Reporting (IFR) yang tinggi menunjukkan pengelolaan
keuangan yang dilakukan pemerintah daerah semakin transparan dan akuntabel. Pemerintah
daerah sebagai penyedia informasi laporan keuangan diharapkan dapat memberikan akses seluas-
luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi terkait pengelolaan keuangan yang
telah dilakukan pemda. Apalagi di era keterbukaan informasi saat ini juga berdampak terhadap
awareness masyarakat terkait informasi keuangan yang juga tinggi sehingga dibutuhkan
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Wau (2015) yang menjelaskan jika Signaling
Theory dapat membantu pemerintah (agen) dan masyarakat (prinsipal) dalam mengurangi
asimetri informasi. Pemerintah dapat mengurangi asimetri informasi dengan cara memberikan
sinyal kepada masyarakat melalui pengungkapan laporan keuangan yang memadai salah satunya
melalui internet.
daerah mempengaruhi tingkat aksesibilitas Internet Financial Reporting (IFR). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semakin baik kondisi keuangan pemerintah daerah maka akan semakin
menjelaskan jika kondisi keuangan pemerintah daerah dengan proksi APBD memiliki asosiasi
dengan ketersediaan IFR melalui e-government karena kondisi keuangan memberikan biaya dan
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Yu (2010) yang menjelaskan bahwa kondisi
pemerintah. Sejalan dengan teori legitimasi, pemerintah daerah dengan kondisi keuangan yang
baik akan lebih banyak mengungkapkan informasi keuangannya sebagai wujud keberhasilan
Hasil pengujian hipotesis 4 menunjukkan bahwa variabel kompetisi politik tidak berpengaruh
terhadap tingkat aksesibilitas Internet Financial Reporting (IFR) pemerintah daerah. Kompetisi
politik menunjukkan gambaran seberapa besar persaingan politik antara kepala daerah yang
menjabat saat ini (incumbent) dengan saingan- saingan politiknya dalam pemilihan kepala daerah
sebelumnya.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Budiatmanto et al. (2013) yang
menjelaskan bahwa semakin tinggi level poltical competition (kompetisi politik) maka terdapat
Kondisi kompetisi politik di Indonesia yang kompetitif tidak dapat memotivasi kepala daerah
untuk secara konsisten memenuhi janji-janji pemilu dan menjalankan manajemen pemerintahan
yang baik salah satunya melalui transparansi dan pengungkapan informasi keuangan di website
Hasil pengujian hipotesis 5 menunjukkan bahwa variabel opini audit yang diterima
pemerintah daerah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin baik opini audit yang diterima
pemerintah daerah maka akan semakin meningkat pula aksesibilitas Internet Financial Reporting
(IFR).
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Styles dan Tennyson (2007) yang menyatakan
jika pemerintah daerah yang mendapat penghargaan dari organisasi eksternal atas praktek
pelaporan keuangan yang baik, cenderung untuk menyajikan laporan keuangannya di internet.
Pemerintah daerah yang menerima opini wajar tanpa pengecualian (WTP) menunjukkan
pemerintahan yang baik dilegitimasi oleh opini audit yang baik hingga dapat meningkatkan
Dari hasil observasi yang telah dilakukan terhadap 20 pemerintah kota yang menjadi sampel
dalam penelitian ini, lebih dari 50% pemerintah kota mendapatkan opini WTP (Wajar Tanpa
Pengecualian). Kondisi inilah yang dapat memotivasi pemerintah daerah untuk memberikan
Hal ini sesuai dengan Signaling Theory dimana pemerintah sebagai agen yang diberikan
amanat oleh masyarakat selaku principal berkeinginan untuk memberikan sinyal yang baik
kepada masyarakat. Kondisi ini disebabkan karena pemerintah mendapatkan tekanan dari
masyarakat untuk memberikan informasi mengenai kinerja dan pencapaiannya (Wau, 2015).
Hasil pengujian hipotesis 6 menunjukkan bahwa variabel visibilitas media tidak berpengaruh
terhadap tingkat aksesibilitas Internet Financial Reporting (IFR) pemerintah daerah. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Laswad et al. (2005) yang menjelaskan bahwa pers
dan media publik dapat mempengaruhi hubungan keagenan antara pemilih dan politisi. Kondisi
ini menunjukkan masih rendahnya posisi tawar (bargain power) yang dimiliki media di
Indonesia, sehingga tidak dapat mewakili masyarakat dalam mengontrol kegiatan yang dilakukan
Lebih lanjut menurut Afryansyah dan Haryanto (2013) media seharusnya dapat memainkan
peran sebagai moderator dalam hubungan keagenan antara masyarakat dengan pemerintah
daerah. Dengan menjadi moderator masyarakat yang merupakan principal pemerintah daerah
maka dapat mengurangi adanya asimetris informasi dalam hubungan keagenan antara pemerintah
dan masyarakat.
Jika dilihat dari perspektif Stakeholder Theory, media yang mewakili masyarakat yang
merupakan salah satu stakeholder pemerintah pada dasarnya juga berhak atas informasi
keuangan yang disediakan oleh pemerintah daerah. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
konsep stakeholder theory dimana seharusnya adanya pengungkapan informasi akuntansi yang
memadai dalam website resmi pemerintah daerah dapat melayani tuntutan dari media yang
Hasil observasi terhadap jumlah pemberitaan terkait pemerintah kota yang menjadi sampel
dalam penelitian ini menunjukkan jika beberapa pemerintah daerah mengalami peningkatan
pemberitaan di tahun 2015 yang cukup drastis namun tidak dapat mempengaruhi kemudahan
Pemberitaan di media terutama media online seringkali dipengaruhi oleh peristiwa maupun
kegiatan-kegiatan yang sedang terjadi di suatu daerah sehingga hal tersebut tidak berdampak
langsung terhadap arah kebijakan pemerintah terutama terkait pengelolaan keuangan pemerintah
Visibilitas media yang tidak berpengaruh terhadap aksesibilitas Internet Financial Reporting
(IFR) menunjukkan jika media di Indonesia terutama media online belum begitu berperan untuk
keuangan.
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan masih rendahnya tingkat aksesibilitas Internet Financial
Reporting (IFR) pemerintah ibu kota propinsi di Indonesia. Dari 34 pemerintah ibu kota propinsi yang
ada di Indonesia, hanya terdapat 24 pemerintah kota (71%) yang menyediakan IFR dalam website
resminya. Nilai rata- rata aksesibilitas IFR pemerintah ibu kota propinsi yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini hanya sebesar 6.20, jauh dibawah nilai maksimal sebesar 10.
Dari hasil pengujian regresi berganda menunjukkan jika variabel Kompetisi Politik dan
Visibilitas Media tidak berpengaruh terhadap aksesibilitas Internet Financial Reporting (IFR)
pemerintah daerah. Variabel Tingkat Hutang, Kekayaan, Kondisi Keuangan, dan Opini Audit
merupakan beberapa faktor determinan yang dapat mempengaruhi tingkat aksesibilitas Internet
Hasil penelitian ini sesuai dengan Signaling Theory dimana pemerintah sebagai agen yang
diberikan amanat oleh masyarakat selaku principal berkeinginan untuk memberikan sinyal yang baik
kepada masyarakat salah satunya dengan penyediaan informasi keuangan yang memadai dalam
website resminya.
1. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pemerintah daerah khususnya pemerintah
kota propinsi sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan transparansi pengelolaan
keuangan pemerintah daerah dengan lebih memanfaatkan e-government dalam bidang akuntansi
yaitu Internet Financial Reporting (IFR) sehingga publikasi laporan keuangan dapat lebih mudah
2. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi pemerintah terkait pelaksanaan UU
Keterbukaan Informasi Publik (KIP) No. 14 Tahun 2008 dimana masih banyak pemerintah
daerah yang belum menyediakan informasi publik yaitu laporan keuangan, sehingga perlu
3. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian lebih lanjut terkait determinan yang
Indonesia.
Berdasarkan hasil simpulan yang telah dijelaskan diatas, maka penulis memberikan beberapan
saran yang dapat bermanfaat bagi penelitian lebih lanjut terkait determinan aksesibilitas IFR
pemerintah daerah berdasarkan keterbatasan penelitian, yaitu menambah jumlah pemerintah daerah
yang digunakan sebagai sampel penelitian, menambahkan metode wawancara dengan pejabat
pemerintah yang terkait dengan proses publikasi laporan keuangan untuk mengetahui secara umum
faktor- faktor yang mempengaruhi pemerintah daerah dalam mempublikasikan laporan keuangannya
di internet, menambahkan variabel- variabel lain yang dapat digunakan untuk menjelaskan
aksesibilitas IFR.
Daftar Pustaka
Afransyah, Rahmad Dian & Haryanto. (2013). Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi
Akuntansi di Internet Oleh Pemerintah Daerah. Diponegoro Journal of Accounting, (3) 2, 1-11.
Budiatmanto, Agus., Sutaryo, Rahman, Aditya. (2013). Determinan Internet Financial Local Government
Reporting di Indonesia. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi XVI Manado 25-28 September 2013.
1299-1323.
Fadzil, F.H., & Nyoto, H. (2011). Fiscal Decentralization after Implementation of Local Government Autonomy
in Indonesia. World Review of Business Research, 2 (1), 51-70.
Garcia, Ana Carcaba. (2010). “Determinant of online reporting of accounting information by Spanish local
government authorities. Local Government Studies, (5) 36, 679–695.
Laswad, Fawzi., Fisher, Richard., & Oyelere, Peter. (2005). Determinants of Voluntary Internet Financial
Reporting by Local Government Authorities. Journal of Accounting and Public Policy, 24 (2005), 101-
121.
Perez, C.C., M.P.R. Bolivar dan A.M.L. Hernandez. 2008. E-Government process and incentives for online
public financial information. Online Information Review Vol. 32 No. 2.
Sekaran, Uma. (2006). Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Sinaga dan Prabowo. (2011). Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan di Internet
Secara Sukarela Oleh Pemerintah Daerah.
Styles, Alan K. & Tennyson, Mack. (2007). The Accessibility of Financial Reporting of US Municipalities on
the Internet. Journal of Public Budgeting, Accounting and Financial Management, 19 (1), 56-92.
Verawaty. (2015). Determinan Aksesbilitas Internet Financial Reporting Melalui E-Government Pemerintah
Daerah di Indonesia. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 18 Universitas Sumatera Utara, Medan 16-
19 September 2015, 1-26.
Wau, Iklas. (2015). Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan dan Keteraksesan Internet
Financial Reporting Oleh Pemerintah Daerah. Skripsi Universitas Diponegoro Semarang.
Yu, He. (2010). On the Determinants of Internet-based Disclosures of Government Financial Information.
Online Publication on Management and Service Science.
Status
No. Nama Pemda Tgl. Akses A B C D E F G H I Jml
Website
21 Palangkaraya 26 Februari 2017 Aktif 1 0 0 1 1 1 0 0 1 5
22 Banjarmasin 26 Februari 2017 Aktif 1 0 0 1 1 1 1 0 0 5
23 Samarinda 26 Februari 2017 Aktif 1 0 0 1 1 1 0 0 1 5
26 Palu 08 Maret 2017 Aktif 1 0 0 1 1 1 0 0 1 5
27 Makassar 25 Februari 2017 Aktif 1 1 0 1 1 1 1 2 0 8
30 Gorontalo 02 Maret 2017 Aktif 1 0 0 1 1 1 1 0 0 5
31 Ambon 02 Maret 2017 Aktif 1 0 0 1 1 1 1 0 0 5
Debt Level Kekayaan Kondisi Keuangan Kompetisi Politik Opini Audit Visibiltas Media
4.93 12.42 10.80 6.00 0.00 1.15
5.18 12.95 11.85 7.00 0.00 1.46
4.93 13.01 10.39 10.00 0.00 1.93
4.78 11.95 10.03 6.00 1.00 1.34
3.97 12.14 10.79 8.00 0.00 1.52
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -3.006 2.031 -1.480 .148
TINGKAT HUTANG -.175 .218 -.161 -.806 .426 .604 1.655
KEKAYAAN .248 .204 .280 1.214 .233 .454 2.204
PEMERINTAH DAERAH
KONDISI KEUANGAN .078 .151 .109 .516 .609 .542 1.843
KOMPETISI POLITIK .097 .041 .174 .386 .229 .612 1.635
OPINI AUDIT .176 .201 .164 .879 .386 .692 1.444
VISIBILITAS MEDIA -.064 .197 -.057 -.327 .746 .780 1.282
a. Dependent Variable: ABS_RES
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 43.327 6 7.221 7.669 .000a
Residual 31.073 33 .942
Total 74.400 39
a. Predictors: (Constant), VISIBILITAS MEDIA, KOMPETISI POLITIK, OPINI AUDIT, KONDISI KEUANGAN,
TINGKAT HUTANG, KEKAYAAN PEMERINTAH DAERAH
b. Dependent Variable: AKSESIBILITAS IFR
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Collinearity Statistics
Coefficients t Sig.
Model B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.983 .753 -2.660 .012
TINGKAT HUTANG -.897 .402 -.323 -2.230 .033 .604 1.655
KEKAYAAN .803 .378 .355 2.125 .041 .454 2.204
PEMERINTAH DAERAH
KONDISI KEUANGAN .786 .278 .431 2.823 .008 .542 1.843
KOMPETISI POLITIK .095 .075 .181 1.258 .217 .612 1.635
OPINI AUDIT .759 .371 .277 2.047 .049 .692 1.444
VISIBILITAS MEDIA .350 .363 .123 .963 .342 .780 1.282
a. Dependent Variable: AKSESIBILITAS IFR