Professional Documents
Culture Documents
1 (2020): 11 – 20
(Journal of Plant Protection) Website:http://jpt.faperta.unand.ac.id/index.php/jpt
ISSN : 2580-0604
Online ISSN: 2621-3141
ABSTRACT
Camel groundbeetle (Ophionea nigrofasciata Schmidt-Goble 1846) or CGB is reported
as one of predators of brown planthopper (Nilaparvata lugens Stal 1854) or BPH. The
difference in BPH densities is assumed to affect the predation rate of the CGB. This study
aimed to determine the predation rate of CGB on BPH at different densities. This experiment
used a completely randomized design (CRD) consisting of six treatments and five replications.
The treatment consisted of predation of one CGB at several BPH densities (5, 10, 20, 30, 40,
and 50 individuals). BPH used was second-third instar of nymphs, and the CGB used was
female. The results showed that the predation rate of CGB increased with increasing BPH
density with functional response types classified as type I (Linear). The highest predation
occurred at 50 density (23.6 individuals or 47.2% of BPH provided). The difference in density
of BPH did not affect the bodyweight gain of CGB and tended to decrease due to different
prey-seeking behavior.
Keywords: Nillaparvata lugens, Ophionea nigrofasciata, predation, predator
PENDAHULUAN menjadi 399,85 ha (BPTPH Sumatera Barat,
2019). Persentase serangan WBC di daerah
Serangan wereng batang coklat
endemik Kota Padang berkisar 51,6–94,1%
(WBC) pada tanaman padi di Indonesia
sedangkan intensitas serangan hama ini
pertama kali dilaporkan pada tahun 1939
diklasifikasikan rendah dengan nilai
di Dramaga Bogor, diikuti serangan di
berkisar 6,01–10,55% (Syahrawati et al.,
Yogyakarta dan Mojokerto pada tahun
2019).
1940. Serangan WBC di Sumatera Barat
Salah satu teknik pengendalian
mulai mengemuka sejak tahun 2009,
WBC yang diunggulkan adalah penggunaan
diikuti dengan ledakan populasi sejak
musuh alami. Pengendalian menggunakan
tahun 2015. Luas serangan pada tahun
musuh alami tidak menyebabkan pence-
2015 mencapai 550,71 ha, pada tahun
maran lingkungan dan tidak mengganggu
berikutnya meningkat menjadi 865,93 ha,
pada tahun 2017 meningkat lagi menjadi atau merusak keragaman hayati. Beberapa
musuh alami yang dapat mengendalikan
751,51 ha dan menurun pada tahun 2018
WBC dari kelompok predator adalah
11
Nasral et al. Daya Predasi dan Tanggap Fungsional Kumbang Unta
12
Nasral et al. Daya Predasi dan Tanggap Fungsional Kumbang Unta
A B
Gambar 1. Imago kumbang unta (Ophionea nigrofasciata) yang digunakan dalam penelitian:
(A) Kumbang unta betina, (B) Kumbang unta jantan (Dokumentasi pribadi).
13
Nasral et al. Daya Predasi dan Tanggap Fungsional Kumbang Unta
14
Nasral et al. Daya Predasi dan Tanggap Fungsional Kumbang Unta
70.0
60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
1 2 3 4 5
Hari pengamatan
5 10 20 30 40 50
Gambar 3. Perkembangan daya predasi kumbang unta terhadap WBC pada kepadatan
berbeda selama 5 hari pengamatan
15
Nasral et al. Daya Predasi dan Tanggap Fungsional Kumbang Unta
0.0065
Pertambahan berat tubuh (g)
0.0060
0.0055
0.0050
0.0045
0.0040
H0 H1 H2 H3 H4 H5
Hari pengamatan
lima sepuluh duapuluh Tigapuluh Empatpuluh Limapuluh
Gambar 4. Perkembangan berat tubuh kumbang unta dengan penyediaan WBC pada
kepadatan berbeda selama 5 hari pengamatan
Tipe tanggap fungsional kumbang unta 0,876. Ini menunjukan bahwa daya predasi
Berdasarkan analisis regresi seder- kumbang unta meningkat seiring dengan
hana yang telah dilakukan didapatkan hasil meningkatnya kepadatan mangsa dan
bahwa tipe tanggap fungsional kumbang menurun seiring menurunnya kepadatan
unta adalah tipe I (linear) dengan nilai r = mangsa (Tabel 4, Gambar 6).
Tabel 4. Tipe tanggap fungsional kumbang unta terhadap beberapa kepadatan WBC
berdasarkan hasil analisis regresi dan nilai r
Tipe Tipe regresi Persamaan Nilai r
I Linear Y = 1,540 + 0,066x 0,867*
x
II Eksoponensial Y = 1,697 × 0,022 0,863
1,034
III Logaritmik Y = -0,643 × x 0,842
*Tipe tanggap fungsional kumbang unta ditentukan berdasarkan nilai r tertinggi
16
Nasral et al. Daya Predasi dan Tanggap Fungsional Kumbang Unta
Gambar 5. Bentuk garis regresi dari daya predasi kumbang unta pada kepadatan WBC yang
berbeda
Sebelum mencari mangsa, kum- PEMBAHASAN
bang unta sangat aktif menggerakkan
antenanya. Kumbang unta mencari Secara umum, kumbang unta
mangsa dengan cara terbang ke segala berpotensi sebagai agens hayati WBC
arah denga cepat sehingga mangsanya karena daya predasi meningkat seiring
terganggu dan terjatuh. Setelah terjatuh, dengan meningkatnya kepadatan WBC.
kumbang unta menangkap mangsa meng- Sementara itu perbedaan kepadatan WBC
gunakan mulut serta langsung menangani tidak berpengaruh nyata terhadap
saat itu juga ditempat dimana mangsa persentase predasi dari kumbang unta
tersebut ditangkap. Kumbang unta me- (Tabel 1). Kumbang unta memiliki kecen-
mangsa WBC sedikit demi sedikit, dimulai derungan untuk menyisakan mangsa dan
dari bagian abdomen hingga meng- baru menghabiskannya setelah 5 hari
habiskan seluruh bagian tubuh pengamatan (Gambar 3). Berbeda dengan
mangsanya, namun terkadang juga daya predasi, perbedaan kepadatan WBC
menyisakan bagian kepala dari WBC. Pada cenderung tidak berpengaruh nyata
umumnya, kum-bang unta menuntaskan terhadap pertambahan berat dari kum-
menangani satu mangsa hingga habis, bang unta bahkan pada hari ke 5
setelah itu langsung mencari mangsa baru mengalami penurunan berat tubuh. Sela-
tanpa beristirahat terlebih dahulu. ma lima hari pengamatan, pertambahan
Kumbang unta kurang baik dalam berat kumbang unta berfluktuasi dan
mengatur laju terbangnya. Selama peng- cenderung menurun pada semua
ujian berlangsung, dia terus terbang ke kepadatan (Gambar 4).
segala arah menuju ke atas sehingga Predator pada dasarnya memiliki
menabrak bagian tutup wadah uji. Aktifitas kecenderungan untuk meningkatkan
seperti itu dilakukan terus menerus pada jumlah mangsa yang dipredasi ketika
malam hari dan diduga sangat ber- jumlah mangsa ditambah. Berdasarkan
pengaruh terhadap kebutuhan nutrisi dan hasil penelitian Syahrawati et al. (2015),
berat tubuhnya. kemampuan mempredasi Pardosa pseudo-
annulata meningkat seiring dengan
meningkatnya kepadatan WBC. Pada
kepadatan 5 ekor P. pseudoannulata dapat
17
Nasral et al. Daya Predasi dan Tanggap Fungsional Kumbang Unta
mempredasi 3,1 ekor WBC/hari dan pada membuat kumbang unta membutuhkan
kepadatan 20 mempredasi 15,2 ekor waktu yang lebih lama untuk mencari
WBC/hari. Hermanda (2019) juga melapor- mangsanya. Susilo (2007) menyatakan
kan bahwa daya predasi Phidippus sp pada predator akan menjadi semakin efisien
kepadatan 10 ekor WBC adalah 9,0 pada populasi mangsa tertinggi, karena
ekor/hari dan pada kepadatan 50 ekor sebagian besar waktu digunakan hanya
mempredasi 28,2 ekor/hari. Taulu (2001) untuk menangkap mangsa. Ginting et al.
mengemukakan jumlah mangsa yang (2017) juga menyatakan semakin sedikit
dimangsa oleh predator akan bertambah mangsa yang tersedia, semakin lama
dengan meningkatnya populasi mangsa waktu yang dibutuhkan untuk mencari
yang tersedia. Daya predasi tertinggi mangsa, sebaliknya semakin banyak
berada pada kepadatan tertinggi dan akan mangsa yang tersedia maka waktu yang
menurun pada kepadatan mangsa rendah. dibutuhkan semakin sedikit.
Daya predasi kumbang unta pada Perkembangan berat tubuh kum-
kepadatan 20 ekor nimfa WBC instar 2-3 bang unta selama 5 hari pengamatan
adalah 9,4 ekor WBC/hari. Hal ini lebih mengalami fluktuasi. Hal ini dapat
tinggi dari hasil yang didapatkan oleh dipengaruhi oleh perbedaan kebutuhan,
Karindah (2011) yang menyatakan bahwa waktu beraktifitas dan perilaku memangsa.
kumbang unta dapat memangsa 4,36 ekor Salah satu indikator untuk memastikan
nimfa WBC instar 4-5 per hari. Perbedaan kualitas predasi adalah penambahan berat
kemampuan memangsa ini diduga dikare- tubuh. Syahrawati et al. (2015) menyata-
nakan perbedaan instar WBC yang diguna- kan bahwa berat tubuh predator mening-
kan. Semakin tinggi instar yang digunakan kat apabila daya predasi meningkat. Hal ini
maka ukuran tubuh WBC akan semakin ternyata tidak berlaku terhadap kumbang
besar. Omkar dan Perves (2004) menya- unta, pertambahan berat tubuh kumbang
takan bahwa laju pemangsaan dan waktu unta cenderung berfluktuasi. Hal ini diduga
pemangsaan dipengaruhi adanya variasi karena kumbang unta banyak menggu-
ukuran mangsa, tingkat kerakusan mangsa, nakan energi untuk beraktifitas, dengan
faktor kekenyangan, tingkat kelaparan selalu terbang ke segala arah dalam
pemangsa, dan kecepatan bergerak mencari mangsa pada malam hari.
mangsa. Sejalan dengan ini, Prasaja et al. Khodijah et al. (2012) menyatakan bahwa
(2014) juga melaporkan tentang daya kumbang dari genus Carabidae mempu-
predasi Chelisoches morio terhadap larva nyai kemampuan jelajah dan kemampuan
Brontispa longisima bahwa daya predasi C. mencari mangsa yang tinggi. Kumbang
morio lebih tinggi pada instar 1 Carabidae juga umumnya suka mempre-
dibandingkan instar 4. dasi serangga yang berukuran lebih besar
Persentase predasi tertinggi dite- dari dirinya. Sejalan dengan kemampuan
mukan pada kepadatan 50 ekor WBC yakni jelajah dan mencari mangsa yang tinggi
sebesar 47,2% dan yang terendah ada pada maka dibutuhkan energi yang lebih
kepadatan 5 ekor WBC yakni 32,0% banyak. Sehingga pertambahan berat
(Gambar 3). Perkembangan daya predasi kumbang unta selama 5 hari pengamatan
kumbang unta diamati selama 5 hari. Pada mengalami fluktuasi.
hari ke 2 hingga hari ke 5 pengamatan, Tipe tanggap fungsional merupa-
terjadi penurunan jumlah individu WBC kan salah satu faktor penting untuk
yang dimangsa, ini disebabkan karena menentukan keefektifitasan suatu preda-
kurangnya mangsa yang tersedia untuk tor dalam hubungan suatu predator
kumbang unta. Semakin sedikitnya mangsa dengan mangsanya, karena kita dapat
18
Nasral et al. Daya Predasi dan Tanggap Fungsional Kumbang Unta
memperkirakan kemampuan predator Denny dan Mark. 2014. Buzz holling and
tersebut dalam mengendalikan mangsa- the functional response. Bulletin of
nya. Tipe tanggap fungsional dari kumbang the Ecological Society of America
unta adalah tipe I (linear) dengan nilai r = 95(3): 200-203.
0,867. Hal ini menunjukan bahwa semakin Effendi S, Yaherwandi dan N Nelly. 2016.
tinggi kepadatan mangsa maka daya Studi preferensi dan tanggap
predasi dari kumbang unta juga mening- fungsional Menochilus sexma-
kat, hanya konstan pada saat kumbang culatus dan Coccinella transversalis
unta mengalami kejenuhan makan. Hal ini pada beberapa mangsa yang
sesuai dengan hasil yang didapatkan oleh berbeda. Prosiding Seminar
Effendi et al. (2016) bahwa tanggap Nasional Masyarakat Biodiversitas
fungsional tiga predator seperti Coccinela Indonesia 2(2): 125-131.
transversalis terhadap Menochilus Ginting TY, D Bakti dan Marheni. 2017.
sexmaculatus, Aphis gossypii dan Myzus Daya predasi dan respon fungsional
persicae tergolong tipe I. Curinus coeruleus Mulsant
(Coleoptera: Coccinelidae) terha-
KESIMPULAN dap Paracoccus marginatus
Kumbang unta (Ophionea nigrofas- Williams dan Granara De Willink
ciata) berpotensi dalam mengendalikan (Hemiptera: Pseudococcidae) di
wereng batang coklat atau WBC rumah kaca. Jurnal Pertanian
(Nilaparvata lugens) ketika populasi Tropik 4(3): 196-202.
sedang tinggi karena daya predasinya Hermanda A. 2019. Daya pemangsaan
meningkat seiring dengan meningkatnya Phidippus sp. terhadap Nilaparvata
kepadatan WBC. Pemangsaan tertinggi lugens Stal (Hemiptera: Delpha-
terjadi pada kepadatan 50 ekor WBC yakni cidae) pada kepadatan berbeda.
sebesar 23,6 (47,2%) dan yang terendah [Skripsi]. Universitas Andalas.
pada kepadatan 5 ekor WBC yakni sebesar Padang.
1,6 (32,0%). Perbedaan kepadatan WBC Holling CS. 1959. Some characteristics of
ternyata tidak mempengaruhi pertam- simple types of predation and
bahan berat tubuh kumbang unta bahkan parasitism. Canadian Entomologist
cenderung menurun karena sangat aktif 91: 395-398.
bergerak. Karindah. 2011. Predation of five generalist
predators on brown planthopper
DAFTAR PUSTAKA
Nilaparvata lugens (Stal). Jurnal
BPTPH Sumatera Barat. 2019. Luas Entomologi Indonesia 8(2): 55-62.
serangan OPT padi dan Khodijah, S Herlinda, C Irsan, Y Pujiastuti,
pengendalianya tahun 2018 di dan R Thalib. 2012. Artropoda
Sumatera Barat. predator penghuni ekosistem
Defaosandi A. 2010. Keefektifan beberapa persawahan lebak dan pasang surut
Insektisida terhadap Nilaparvata Sumatera Selatan. Jurnal Lahan
lugens (Stal) (Hemiptera: Delpa- Suboptimal 1(1): 57-63.
chidae) dan pengaruhnya terhadap Liputan6.com. 2017. Wereng coklat
musuh alami pada pertanaman mengamuk di lahan 1.000 hektare.
padi di Karawang berdasarkan dua https://www.liputan6.com/regiona
metode aplikasi insektisida. l/read/3020180/wereng-cokelat-
[Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. mengamuk-di-lahan-1000-hektar.
Bogor. (Diakses, 29 Januari 2019).
19
Nasral et al. Daya Predasi dan Tanggap Fungsional Kumbang Unta
Najah SK. 2018. Kelmipahan wereng Science And Research (IJSR) 4(6):
batang coklat Nilaparvata lugens 615- 620.
(Stal) dan walang sangit Leptocorisa Syahrawati M, OA Putra, R Rusli dan E
oratorius (Fabricius) serta predator- Sulyanti. Population structure of
nya pada tanaman padi varietas brown planthopper (Nilaparvata
IR64. [Skripsi]. Institut Pertanian lugens, Hemiptera: Delphacidae)
Bogor. Bogor. and attack level in endemic area of
Nelly N, Trizelia dan Q Syuhadah. 2012. Padang city, Indonesia. Asian
Tanggap fungsional Menochilus Journal of Agriculture and Biology 7
sexmaculatus Fabricius (Coleop- (special issue): 271-276.
tera: Coccinellidae) terhadap Aphis Taulu LA. 2001. Kompleks artropoda
gossypii (Glover) (Homoptera: predator penghuni tajuk kedelai
Aphididae) pada umur tanaman dan peranannya dengan perhatian
cabai berbeda. Jurnal Entomologi utama pada Paederus fuscipes
Indonesia 9(1): 23-31 (Gurt.) (Coleoptera: Staphylinidae).
Omkar dan Pervez A. 2004. Predaceous [Disertasi]. Program Pascasarjana
coccinellids in India: Predator prey Institut Pertanian Bogor. Bogor.
catalogue. Oriental Insects 38: 27- Tauruslina E, Trizelia, Yaherwandi, dan H
61. Hamid. 2015. Analisis keanekara-
Prasaja GY, TH Ramadhana dan E gaman hayati musuh alami pada
Syahputra. 2014. Preferensi dan eksosistem padi sawah di daerah
respon fungsional chelisoches endemik dan non-endemik wereng
morio Terhadap Larva Brontispa batang cokelat Nilaparvata lugens
longissima di laboratorium Balai di Sumatera Barat. Prosiding
Proteksi Tanaman Perkebunan Seminar Masyarakat Biodiversitas
Pontianak. Jurnal Perkebunan dan Indonesia 1(3): 581-589.
Lahan Tropika 4(2): 30-38.
Putranto IR. 2016. Perkembangan populasi
hama tanaman utama dan
predatornya pada pertanaman padi
sawah di situ Gede Bogor. [Skripsi].
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Shepard BM, AT Barrion dan JA Litsinger.
1987. Helpful Insect, spiders, and
patoghens. International Rice
Research Institute. Los Banos,
Philipines.
Susilo FX. 2007. Pengendalian hayati:
Dengan memberdayakan musuh
alami. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Syahrawati M, E Martono, NS Putra, dan
BH Purwanto. 2015. Predation and
competition of two predators
(Pardosa pseudoanulata and
Verania lineata) on diferent
densities of Nilaparvata Lugens in
laboratory. International Journal of
20