Professional Documents
Culture Documents
1 SM PDF
1 SM PDF
Khairul Amin
Program Studi Magister Sosiologi
Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe
alqonz90@gmail.com
Siti Ikramatoun
Program Studi Sosiologi
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Siti.ikramatoun@gmail.com
ABSTRACT
This article aims to discuss about public policy in a multicultural society. In some cases, although the public policy
has been prepared appropriate to procedures, but when it is implemented it still appear resistance from the community,
even less in a multicultural society. The social setting of the community in this article is the Rias Village community,
Toboali District, South Bangka Regency, Bangka Belitung Islands Province. to complete this article, the author uses
a qualitative descriptive approach, the data obtained from observations and interviews and other secondary support
sources related to the theme of this article. The results show that although the government has a formulation process
well and appropriate with procedures, the information about to the results of the formulation is still "rare" information
for most people. Thus, the results of the agreement do not get strong legitimacy from the community. There is not
enough suitable space for feedback in politics and public policy, so, resistance in policy implementation still appears.
Therefore, needed transparency, access, and space for people to feedback public policies, that is spaces must free of
intervention, co-optation, and intimidation. That way, community participation and legitimacy in public policy
implementation will take a favorable turn.
Keywords : Implementation, Public Policy, Multicultural Society, Transparance
ABSTRAK
Tulisan ini bermaksud mengkaji tentang kebijakan publik pada masyarakat multikultural. Dalam beberapa kasus,
meskipun kebijakan publik sudah disusun sesuai dengan prosedur yang ada, namun dalam tataran implementasi masih
sering ditemui adanya resistensi dari masyarakat, terlebih pada masyarakat yang multikultural. Seting sosial
masyarakat dalam tulisan ini adalah masyarakat Desa Rias Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung yang multi etnis. Dalam menyelesaikan tulisan ini, penulis menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif, di mana data diperoleh dari hasil observasi dan wawancara serta sumber-sumber sekunder
pendukung lain yang terkait dengan tema tulisan ini. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa meskipun secara prosedural
pemerintah telah melaksanan proses perumusan dengan baik namun informasi terkait hasil dari perumusan itu masih
menjadi informasi yang “langka” bagi sebagian besar masyarakat. Sehingga hasil kesepakatan tersebut tidak mendapat
legitimasi yang kuat dari masyarakat. Belum tersedia ruang ekspresi yang memadai, dalam hal politik dan kebijakan
publik sehingga resistensi dalam implementasi kebijakan masih seiring muncul. Oleh karena itu, diperlukan
transparasi, akses dan ruang bagi masyarakat untuk dapat memberikan umpan balik terhadap kebijakan publik, yaitu
ruang yang bebas intervensi, kooptasi dan intimidasi. Dengan begitu, partisipasi masyarakat akan menguat.
Kata Kunci: Implementasi, Kebijakan Publik, Masyarakat Multikultural, Transparasi
81
Kebijakan Publik Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (81-94) Vol. 2, No.2, November 2018. ISSN: 2615-7500
82
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Kebijakan Publik
Vol. 2, No.2, November 2018. ISSN: 2615-7500 p (81-94)
persawahan yang luas, kondisi tanah yang Satuan pemukiman C (SP-C). Selain itu,
ada di daerah ini sangat memungkinkan disalah satu dusun telah menetap pendatang
untuk dijadikan lahan pertanian serta dari suku bugis yang mendiami daerah sungai
mayoritas penduduknya menggantungan dan pinggiran laut (Sungai Gusung), dan
hidup mereka dari hasil pertanian tersebut. terakhir pada tahun 2003 datang lagi
Meskipun demikian kondisi pertanian yang Transmigrasi dari Jawa tengah dan
ada di daerah ini masih sangat bergantung menempati UPT Bukit Anda. Selain
pada curah hujan karena saluran irigiasi dan transmigrasi terdapat pula migrasi penduduk
bendungan yang ada belum berfungsi secara dari daerah palembang dan sungai lumpur
maksimal. yang ikut membaur dengan masyarakat di
Desa Rias.
POTRET MASYARAKAT
MULTIKULTURAL DI DESA RIAS Pada saat ini sekurangnya terdapat 5
(suku) yang menetap dan menjadi warga
Pada tahun 1999 Desa Rias resmi
Desa Rias dengan beragam budayanya, yakni
berdiri menjadi sebuah desa definitif. Pada
(1) Suku Bangka sebagai warga asli atau
awalnya Desa Rias merupakan sebuah dusun
pribumi yang menempati Dusun Rias, (2)
yang menginduk pada Kelurahan Ketapang
Suku Jawa yang menempati Dusun SP-A1,
dengan penduduk mayoritas pribumi atau
Sukamaju dan Sidomakmur. (3) Suku Bugis
masyarakat asli bangka. Pada tahun 1982
yang menempati Dusun Sungai Gusung dan
transmigrasi pertama mendatangkan
sebagian besar wilayah pesisir pantai yang
masyarakat dari Purworejo Jawa Tengah dan
ada di Desa Rias, serta sebagian kecilnya
membuat satu UPT Dusun dengan nama
menyebar dibeberapa Dusun yang ada. (4)
Satuan Pemukiman A (SP-A), lalu pada
Suku Melayu Palembang dan sungai lumpur
Tahun 1983 datang Transmigrasi kedua yang
( oleh masyarakat lokal biasa disebut dengan
berasal dari Jawa Barat dan membuat satuan
istilah “ SL atau orang SL”) yang tinggal di
Pemukiman B (SP-B). Selanjutnya, pada
sebagian besar wilayah Dusun Sukamaju dan
tahun 1989 transmigrasi ketiga didatangkan
sebagian kecilnya menyebar di wilayah
dari Jawa Timur dan menempati dusun
1
Mayoritas berasal dari Purworejo dengan ciri khas secara otomatis orang tersebut teridentifikasi sebagai
penggunaan kata “nyong” sebagai kata ganti aku. Kata warga Dusun SP-A.
“nyong” tersebut sering dugunakan sebagai alat
identifikasi atau penanda oleh sebagian besar
masyarakat Desa Rias, jika seorang warga
berkomuzznikasi dengan bahasa jawa dan
meenggunakan kata “nyong” sebagai kata ganti aku,
84
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Kebijakan Publik
Vol. 2, No.2, November 2018. ISSN: 2615-7500 p (81-94)
pesisir/garis pantai Desa Rias. (5) Suku menyaksikan dan ikut meramaikan, seperti
Sunda yang berasal dari Jawa Barat dan Kuda Lumping, Wayang dls. Demikian pula
sebagian besar berasal dari daerah Cirebon, dengan Suku Sunda yang juga menampilkan
mereka menetap di Dusun SP-B dan Air kesenian atau ritual adat mereka di dusun
Pairam, sebagian kecilnya berada di Dusun masing-masing, Suku Bugis dan Bangka juga
Sidomakmur. juga melakukan hal yang sama.
85
Kebijakan Publik Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (81-94) Vol. 2, No.2, November 2018. ISSN: 2615-7500
Sejalan dengan itu, Gunawan & kehadiran warga lain yang ada di Desa Rias,
Rante (dalam Suardi, 2017: 2) menyatakan perayaan adat ini menjadi wadah silaturahmi
bahwa masyarakat multikultural pada antar suku dan selalu dalam suasana yang
dasarnya adalah masyarakat yang terdiri atas akrab. Demikian juga dengan perayaan adat
berbagai macam suku yang masing-masing dari suku bugis, jawa dan sunda yang selalu
mempunyai struktur budaya (culture) yang mengundang etnis lainnya untuk ikut
berbeda-beda. Masyarakat multikultural memeriahkan dan meramaikan perayaan adat
tidak bersifat homogen, namun memiliki tersebut. Sehingga perbedaan etnis tidak
karakteristik heterogen di mana pola menjadi penghambat dalam interaksi sosial
hubungan sosial antar individu di masyarakat mereka dan bahkan perbedaan tersebut
bersifat toleran dan harus menerima menjadi salah satu sarana untuk saling
kenyataan untuk hidup berdampingan secara berinteraksi dan bersilaturahmi.
damai (peace co-exixtence) satu sama lain
KEBIJAKAN PUBLIK DI DESA RIAS:
dengan perbedaan yang melekat pada tiap
DARI PROSES HINGGA
entitas sosial dan politiknya. Berdasarkan hal
IMPLEMENTASI
tersebut, maka realitas empiris masyarakat
Dalam proses implementasi
Desa Rias jelas merupakan masyarakat
kebijakan publik selalu terbuka
multikultural karena terdiri dari berbagai
kemungkinan perbedaan antara apa yang
macam suku dan setiap suku memiliki
direncanakan oleh pembuat kebijakan
struktrur kebudayaan sendiri yang melekat
dengan apa yang senyatanya dicapai sebagai
pada masing-masing suku dan tentunya dapat
hasil atau prestasi dari pelaksanaan
hidup berdampingan hingga saat ini (Suardi,
kebijakan. Salah satu penyebabnya adalah
2017: 3).
proses implementasi kebijakan seringkali
Ada beberapa peristiwa yang berbenturan dengan banyak kepentingan dan
menunjukkan bahwa perbedaan etnis dan harapan terutama pengaruh persepsi setting
budaya tidak menjadi masalah dalan interaksi lingkungan dimana kebijakan itu
sosial masyarakat di Desa Rias, salah satunya dilaksanakan. Demikian pula dengan
adalah dalam perayaan adat yang dilakukan masyarakat Desa Rias yang multikultural,
oleh warga lokal (pribumi; Suku Bangka) beberapa kebijakan publik yang populis2 dari
yang selalu mengundang dan mengharapkan
2
Yaitu kebijakan publik yang disukai masyarakat masyarakat, contohnya; kebijakan tentang pengadaan
karena kebijakan tersebut berpihak langsung pada sumber air bersih yang dialirkan langsung kerumah-
86
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Kebijakan Publik
Vol. 2, No.2, November 2018. ISSN: 2615-7500 p (81-94)
87
Kebijakan Publik Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (81-94) Vol. 2, No.2, November 2018. ISSN: 2615-7500
88
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Kebijakan Publik
Vol. 2, No.2, November 2018. ISSN: 2615-7500 p (81-94)
desa di tuntut untuk berlaku adil dalam Definisi partisipasi yang berlaku di
menetapkan setiap kebijakan pada level desa kalangan perencana dan pelaksana
agar setiap dusun dan etnis yang ada merasa pembangunan adalah kemauan rakyat untuk
terwakili. Karena jika kebijakan yang mendukung secara mutlak program-program
diambil pemerintah terkesan hanya pemerintah yang dirancang dan di tentukan
mementingkan satu kelompok etnis, tentu tujuannya oleh pemerintah (Soestrisno, 1995:
akan melahirkan reaksi dari kelompok etnis 206). Namun seiring waktu, definisi
lain yang ada di Desa Rias. Untuk mengatasi partisipasi terebut sudah tidak relevan karena
hal tersebut, masing-masing perwakilan dari kemauan rakyat untuk mendukung kebijakan
etnis yang ada dalam lingkaran pemerintah di pemerintah dalam iklim demokrasi tidak
Desa Rias dituntut untuk berperan aktif hanya ditentukan oleh oleh pemerintah tetapi
dalam menyuarakan kepentingan harus berangkat dari kepentingan dan
kelompoknya masing-masing. Selain itu, asiprasi masyarakat. Dalam konteks ini,
hasil dari musyawarah di tingkat RT dan Partisipasi merupakan kata kunci utama
dusun perlu dibuat skala prioritasnya untuk dalam masyarakat yang menghubungkan
disesuaikan dengan beban anggaran yang antara rakyat biasa (ordinary people) dengan
tersedia. Dengan demikian kepentingan pemerintah. Artinya, partisipasi bukan
masyarakat yang beragama dapat sekadar keterlibatan masyarakat dalam
termobilisasi dengan baik. Karena, dalam pemilihan kepala desa, tetapi juga partisipasi
masyarakat yang multikulural sebagaimana dalam kehidupan sehari-hari yang berurusan
Desa Rias, aspek transparansi dalam dengan pembangunan dan pemerintahan
pengelolaan pemerintahan merupakan hal desa.
yang sangat urgent. Hasil-hasil pembahasan Menurut Narayan (dalam Eko,
terkait kebijakan setidaknya harus sampai 2013:17) partisipasi adalah keterlibatan
kepada masyarakat sehingga hasil secara terbuka (inclusion) dan keikutsertaan
kesepakatan tersebut mendapat legitimasi (involvement). Inclusion menyangkut siapa
dari masyarakat. Dengan demikian, proses saja yang terlibat, sedangkan involvement
implementasi dari kebijakan tersebut akan berbicara tentang bagaimana masyarakat
mendapat dukungan yang baik dari terlibat. Keterlibatan berarti memberi ruang
masyarakat itu sendiri. bagi siapa saja untuk terlibat dalam proses
PARTISIPASI MASYARAKAT DESA politik, terutama kelompok-kelompok
RIAS masyarakat miskin, minoritas, rakyat kecil,
89
Kebijakan Publik Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (81-94) Vol. 2, No.2, November 2018. ISSN: 2615-7500
konflik sosial. Lima suku atau etnis dominan kelompok, tetapi perwakilan tesebut tidak
(bangka, jawa, bugis, sunda, melayu mampu bekerja secara efektif sebagai saluran
palembang) di Desa Rias dalam komuniaksi dua arah.
kesehariannya hidup berdampingan Oleh karena itu, dalam masyarakat
meskipung masing-masing dari suku tersebut yang multikulural sebagaimana Desa Rias,
juga memiliki kearifan sosial budaya yang aspek transparansi aktor penyelenggara yang
berbeda. Dalam hal kebudayaan dan sosial, dipilih untuk mengksekusi kebijakan
toleransi masyarakat cukup tinggi, namun
merupakan hal yang penting yang harus
dalam realitas politik masih nampak jelas diperhatikan. Hasil-hasil pembahasan terkait
terjadi polarisasi, tertutama dikalangan elit kebijakan sebelum ditetapkan harus bisa di
desa. akses oleh masyarakat, demikian juga aktor
Meskipun secara sosio kultural pelaksananya harus dipilih sesuai dengan
masyarakat Desa Rias sangat terbuka dan aspirasi masyarakat sehingga hasil
toleran tetapi dalam sikap-sikap politik yang kesepakatan tersebut mendapat legitimasi
berkenaan dengan pemerintah desa dan dari masyarakat. Dengan demikian, proses
kebijakan publik sikap tersebut cenderung implementasi dari kebijakan tersebut akan
melemah. Aspek transparansi dan aktor mendapat dukungan yang baik dari
menjadi faktor penyebab yang dominan, masyarakat itu sendiri. Kemudian,
karena meski secara prosedural pemerintah pemerintah desa harus memberikan akses
telah melaksanan proses perumusan dengan dan ruang yang baik kepada masyarakat
baik namun informasi terkait hasil dari sebagai tempat kumunikasi dua arah antara
perumusan itu masih menjadi informasi yang pemerintah dan masyarakat serta membuka
“langka” bagi sebagian besar masyarakat. kemungkinan perubahan-perubahan yang
Akibatnya, kebijakan publik yang lahir dari ruang tersebut. Sebagaimana
direncanankan dalam proses keragaman budaya yang ada di Desa Rias
implementasinya tidak mendapkan dukungan memiliki ruang ekspresi yang memadai,
yang baik dari masyarakat itu sendiri. Selain dalam hal politik dan kebijakan publik
itu, Masyarakat Desa Rias secara umum tidak masyarakat juga harus mendapat ruang yang
mememiliki saluran yang baik untuk ikut sama, yaitu ruang yang bebas intervensi,
mempengaruhi hasil keputusan elit desa. kooptasi dan intimidasi. Dengan begitu,
Meskipun dalam pemerintah desa telah partisipasi masyarakat akan menguat.
tersedia perwakilan dari masing-masing
92
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Kebijakan Publik
Vol. 2, No.2, November 2018. ISSN: 2615-7500 p (81-94)
DAFTAR PUSTAKA
Amin, K. 2017. “Elit Dan Kekuasaan Pada Eko, Sutoro dkk. 2003. Pembaharuan
Masyarakat Desa”. Jurnal Sosiologi Pemerintahan Desa. Yogyakarta: IRE
USK (Media Pemikiran & Aplikasi), Press
11(2): 167-187. Satori dan Aan Komariah. 2011. Metode
Badan Pusat Statistik. 2017. Kecamatan Penelitian Kualitatif. Bandung:
Toboali Dalam Angka. Toboali: BPS Alfabeta.
Bangka Selatan Soestrisno, Loekman. 1995. Menuju
Dewi, Nirmala Mustika. 2015. “Resistensi Masyarakat Partisipatif. Yogyakarta :
Pedagang Terhadap Implementasi Kanisius
Kebijakan Relokasi Pasar Waru Suardi. 2017. Masyarakat Multikultural
Sidoarjo”. Jurnal Politik Muda, 4 (1): Bangsa Indonesia. Doi:
126 - 136 10.13140/rg.2.2.29013.32484.
Eko, Sutoro 2003. Ekonomi Politik Retrieved August 22, 2018
Pembaharuan Desa, Makalah (https://www.researchgate.net/public
disajikan dalam Pertemuan Forum ation/321728030)
VII, “Refleksi Arah dan Gerakan Subarsono, AG. 2008. Analisis Kebijakan
Partisipasi dan Pembaharuan Publik, Konsep Teori dan Aplikasi.
Masyarakat Desa di Indonesia”, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Ngawi, Jawa Timur,
Suryono, Agus. 2014. “Kebijakan Publik TRANSPARANSI : Jurnal Ilmiah Ilmu
Untuk Kesejahteraan Rakyat” Administrasi, 5(2): 98-102
93
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Tinjauan Teoritis tentang Implementasi
Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500 p (84-105)
85