You are on page 1of 14

Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Kebijakan Publik

Vol. 2, No.2, November 2018. ISSN: 2615-7500 p (81-94)

KEBIJAKAN PUBLIK PADA MASYARAKAT MULTIKULTURAL


DI DESA RIAS, KEC. TOBOALI BANGKA SELATAN

PUBLIC POLICY IN MULTICULTURAL SOCIETY IN RIAS VILLAGE, TOBOALI,


SOUTH BANGKA

Khairul Amin
Program Studi Magister Sosiologi
Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe
alqonz90@gmail.com

Siti Ikramatoun
Program Studi Sosiologi
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Siti.ikramatoun@gmail.com

ABSTRACT
This article aims to discuss about public policy in a multicultural society. In some cases, although the public policy
has been prepared appropriate to procedures, but when it is implemented it still appear resistance from the community,
even less in a multicultural society. The social setting of the community in this article is the Rias Village community,
Toboali District, South Bangka Regency, Bangka Belitung Islands Province. to complete this article, the author uses
a qualitative descriptive approach, the data obtained from observations and interviews and other secondary support
sources related to the theme of this article. The results show that although the government has a formulation process
well and appropriate with procedures, the information about to the results of the formulation is still "rare" information
for most people. Thus, the results of the agreement do not get strong legitimacy from the community. There is not
enough suitable space for feedback in politics and public policy, so, resistance in policy implementation still appears.
Therefore, needed transparency, access, and space for people to feedback public policies, that is spaces must free of
intervention, co-optation, and intimidation. That way, community participation and legitimacy in public policy
implementation will take a favorable turn.
Keywords : Implementation, Public Policy, Multicultural Society, Transparance

ABSTRAK
Tulisan ini bermaksud mengkaji tentang kebijakan publik pada masyarakat multikultural. Dalam beberapa kasus,
meskipun kebijakan publik sudah disusun sesuai dengan prosedur yang ada, namun dalam tataran implementasi masih
sering ditemui adanya resistensi dari masyarakat, terlebih pada masyarakat yang multikultural. Seting sosial
masyarakat dalam tulisan ini adalah masyarakat Desa Rias Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung yang multi etnis. Dalam menyelesaikan tulisan ini, penulis menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif, di mana data diperoleh dari hasil observasi dan wawancara serta sumber-sumber sekunder
pendukung lain yang terkait dengan tema tulisan ini. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa meskipun secara prosedural
pemerintah telah melaksanan proses perumusan dengan baik namun informasi terkait hasil dari perumusan itu masih
menjadi informasi yang “langka” bagi sebagian besar masyarakat. Sehingga hasil kesepakatan tersebut tidak mendapat
legitimasi yang kuat dari masyarakat. Belum tersedia ruang ekspresi yang memadai, dalam hal politik dan kebijakan
publik sehingga resistensi dalam implementasi kebijakan masih seiring muncul. Oleh karena itu, diperlukan
transparasi, akses dan ruang bagi masyarakat untuk dapat memberikan umpan balik terhadap kebijakan publik, yaitu
ruang yang bebas intervensi, kooptasi dan intimidasi. Dengan begitu, partisipasi masyarakat akan menguat.
Kata Kunci: Implementasi, Kebijakan Publik, Masyarakat Multikultural, Transparasi

81
Kebijakan Publik Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (81-94) Vol. 2, No.2, November 2018. ISSN: 2615-7500

PENDAHULUAN masyarakat, namun dalam tataran


Kebijakan publik secara sederhana implementasi masih sering ditemui adanya
dapat didefinisikan sebagai apapun pilihan resistensi dari masyarakat. Hal ini terjadi
pemerintah untuk melakukan atau tidak karena proses implementasi seringkali tidak
melakukan sesuatu. Dalam pengertian ini, didasarkan pada kesepakatan awal ketika
kebijakan publik memiliki dimensi yang kebijakan itu dirumuskan. Dewi (2015)
sangat luas karena mencakup atas apa yang dalam penelitiannya tentang “Resistensi
dilakukan maupun tidak dilakukan oleh Pedagang Terhadap Implementasi Kebijakan
pemerintah. Artinya, apa yang tidak Relokasi Pasar” menyatakan bahwa
dilakukan oleh pemerintah dalam suatu resistensi pedagang terhadap proses relokasi
persoalan tertentu juga menjadi suatu muncul karena adanya ketidaksesuaian
kebijakan publik. antara kesepakatan awal dengan proses
Harod Laswell dan Abraham Kaplam implementasi kebijakan, terjadi “permainan”
(dalam Subarsono, 2008: 3) mengatakan harga tentang kios dan los yang tidak sesuai
bahwa kebijakan publik hendaknya berisi dengan kesepakatan awal dari kebijakan itu
tujuan, nilai-nilai, dan praktek sosial yang sendiri. Sehingga para pedagang pasar
ada dalam masyarakat. Ini berarti bahwa menolak untuk direlokasi dan pada akhirnya
kebijakan publik tidak boleh bertentangan memilih untuk tetap bertahan berjualan di
dengan nilai-nilai atau kepentingan tempat mereka yang lama meskipun
masyarakat secara umum, karena jika suatu sebelumnya sudah disepakati untuk
kebijakan publik bertentangan dengan nilai- dilakukan relokasi.
nilai atau kepentingan masyarakat, maka Dalam masyarakat yang multikultural
pasti akan terjadi resistensi dari masyarakat proses implementasi kebijakan publik
ketika kebijakan tersebut di mendapat tantangan yang lebih beragam,
implementasikan. Dalam arti yang luas, karena nilai-nilai dan kepentingan
kebijakan publik memiliki hubungan secara masyarakat juga beragam. Jika kepentingan
mutlak dengan masyarakat, karena orientasi masyarakat yang beragam tersebut tidak
kebijakan publik akan kembali pada terwakili maka sejak proses perumusan
mayarakat dan lingkungannya. hingga implementasi tentu akan menuai
Dalam beberapa kasus, meskipun resistensi. Hal ini terjadi karena pada
kebijakan publik sudah disusun dengan masyarakat yang multikultural keberagaman
sesuai dengan nilai dan kepentingan kepentingan merupakan hal yang tidak bisa

82
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Kebijakan Publik
Vol. 2, No.2, November 2018. ISSN: 2615-7500 p (81-94)

dihindarkan. Sehingga keterlibatan nyata Selatan Provinsi Kepulauan Bangka


seluruh masyarakat dalam proses perumusan, Belitung, pembentukannya berdasarkan
bertanggungjawab atas pelaksanaan maupun Undang-undang Nomor 5 Tahun 2003
dalam meninjau kembali hasil-hasil tentang Pembentukan Kabupaten Bangka
pembangunan dari kebijakan publik Selatan, Kabupaten Bangka Tengah,
merupakan indikator keberhasilan dari suatu Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten
kebijakan. Ini mengisyaratkan bahwa harus Belitung Timur di Provinsi Kepulauan
ada sinergisitas yang kuat antara masyarakat Bangka Belitung yang dituangkan dalam
dan pemerintah dalam suatu kebijakan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
publik. 2003 Nomor 25, tambahan Lembara Negara
METODE PENELITIAN Republik Indonesia Nomor 4268 .
Penelitian ini bermaksud mengkaji Secara administratif Desa Rias
tentang bagaimana implementasi suatu termasuk dalam wilayah Kecamatan Toboali,
kebijakan publik pada masyarakat Kabupaten Bangka Selatan. Desa Rias adalah
multikultural di Desa Rias. Dalam satu dari 11 desa yang ada di Kecamatan
menyelesaikan tulisan ini, penulis Toboali dengan status dan klasifikasinya
menggunakan pendekatan deskriptif sebagai desa swakarya. Desa Rias merupakan
kualitatif, yaitu suatu metode untuk salah satu desa cukup luas dan panjang, yakni
mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak sekitar 50 Km2 atau 5.000 Ha dengan jumlah
dapat dikuantifikasikan yang bersifat penduduk 8.113 pada tahun 2017, terdiri dari
deskriptif (Komarian & Satori, 2011: 23).
8 (delapan) dusun yakni Dusun Rias, Dusun
Data dalam tulisan ini bersumber dari hasil Sp.A, Sp.B, Air Pairam, Sukamaju,
observasi dan wawancara penulis selama Sidomakmur, Sungai Gusung dan Dusun
berada dan berinteraksi dengan masyarakat Bukit Anda. Desa Rias berjarak ± 7 Km ke
Desa Rias serta sumber-sumber skunder arah barat dari ibukota kecamatan dan ± 10
pendukung lain yang terkait dengan tema Km dari ibukota kabupaten dengan jarak
tulisan ini tempuh menggunakan sepeda motor ± 25
HASIL DAN PEMBAHASAN menit dengan akses yang cukup mudah (BPS,
2017).
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Desa Rias di kenal sebagai daerah
Desa Rias adalah salah satu desa dari
penghasil beras terbesar di Kabupaten
50 desa yang ada di kabupaten Bangka
Bangka Selatan karena memiliki areal
83
Kebijakan Publik Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (81-94) Vol. 2, No.2, November 2018. ISSN: 2615-7500

persawahan yang luas, kondisi tanah yang Satuan pemukiman C (SP-C). Selain itu,
ada di daerah ini sangat memungkinkan disalah satu dusun telah menetap pendatang
untuk dijadikan lahan pertanian serta dari suku bugis yang mendiami daerah sungai
mayoritas penduduknya menggantungan dan pinggiran laut (Sungai Gusung), dan
hidup mereka dari hasil pertanian tersebut. terakhir pada tahun 2003 datang lagi
Meskipun demikian kondisi pertanian yang Transmigrasi dari Jawa tengah dan
ada di daerah ini masih sangat bergantung menempati UPT Bukit Anda. Selain
pada curah hujan karena saluran irigiasi dan transmigrasi terdapat pula migrasi penduduk
bendungan yang ada belum berfungsi secara dari daerah palembang dan sungai lumpur
maksimal. yang ikut membaur dengan masyarakat di
Desa Rias.
POTRET MASYARAKAT
MULTIKULTURAL DI DESA RIAS Pada saat ini sekurangnya terdapat 5
(suku) yang menetap dan menjadi warga
Pada tahun 1999 Desa Rias resmi
Desa Rias dengan beragam budayanya, yakni
berdiri menjadi sebuah desa definitif. Pada
(1) Suku Bangka sebagai warga asli atau
awalnya Desa Rias merupakan sebuah dusun
pribumi yang menempati Dusun Rias, (2)
yang menginduk pada Kelurahan Ketapang
Suku Jawa yang menempati Dusun SP-A1,
dengan penduduk mayoritas pribumi atau
Sukamaju dan Sidomakmur. (3) Suku Bugis
masyarakat asli bangka. Pada tahun 1982
yang menempati Dusun Sungai Gusung dan
transmigrasi pertama mendatangkan
sebagian besar wilayah pesisir pantai yang
masyarakat dari Purworejo Jawa Tengah dan
ada di Desa Rias, serta sebagian kecilnya
membuat satu UPT Dusun dengan nama
menyebar dibeberapa Dusun yang ada. (4)
Satuan Pemukiman A (SP-A), lalu pada
Suku Melayu Palembang dan sungai lumpur
Tahun 1983 datang Transmigrasi kedua yang
( oleh masyarakat lokal biasa disebut dengan
berasal dari Jawa Barat dan membuat satuan
istilah “ SL atau orang SL”) yang tinggal di
Pemukiman B (SP-B). Selanjutnya, pada
sebagian besar wilayah Dusun Sukamaju dan
tahun 1989 transmigrasi ketiga didatangkan
sebagian kecilnya menyebar di wilayah
dari Jawa Timur dan menempati dusun

1
Mayoritas berasal dari Purworejo dengan ciri khas secara otomatis orang tersebut teridentifikasi sebagai
penggunaan kata “nyong” sebagai kata ganti aku. Kata warga Dusun SP-A.
“nyong” tersebut sering dugunakan sebagai alat
identifikasi atau penanda oleh sebagian besar
masyarakat Desa Rias, jika seorang warga
berkomuzznikasi dengan bahasa jawa dan
meenggunakan kata “nyong” sebagai kata ganti aku,
84
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Kebijakan Publik
Vol. 2, No.2, November 2018. ISSN: 2615-7500 p (81-94)

pesisir/garis pantai Desa Rias. (5) Suku menyaksikan dan ikut meramaikan, seperti
Sunda yang berasal dari Jawa Barat dan Kuda Lumping, Wayang dls. Demikian pula
sebagian besar berasal dari daerah Cirebon, dengan Suku Sunda yang juga menampilkan
mereka menetap di Dusun SP-B dan Air kesenian atau ritual adat mereka di dusun
Pairam, sebagian kecilnya berada di Dusun masing-masing, Suku Bugis dan Bangka juga
Sidomakmur. juga melakukan hal yang sama.

Secara sosiologis, keragaman budaya Klasifikasi mayoritas dan minoritas


yang di ekspresikan secara berbeda dalam masyarakat tidak menjadi masalah
seringkali melahirkan konflik sosial, baik yang berarti dalam praktek sosial
antara individu dan individu, individu dan kebudayaan, meskipun dalam ranah politik
kelompok, kelompok dan kelompok maupun desa konsep tersebut masih sering
masyarakat dan pemerintah. Namun hal itu dimunculkan, demikian pula dengan narasi
tidak terjadi di Desa Rias. Kelima suku atau pribumi dan non pribumi. Dalam perihal
etnis dominan di Desa Rias dalam kebudayaan dan sosial, toleransi masyarakat
kesehariannya hidup berdampingan cukup tinggi, namun dalam realitas politik
meskipung masing-masing dari suku tersebut masih nampak jelas terjadi polarisasi,
juga memiliki kearifan sosial budaya yang tertutama dikalangan elit desa. Hal ini terjadi
berbeda. Keragaman budaya yang ada di karena secara politik, kekuasaan pemerintah
Desa Rias memiliki ruang ekspresi yang sejak Desa Rias berdiri menjadi desa yang
memadai sehingga keragaman tersebut di defenitif selalu dipimpin oleh kepala desa
ekspresikan dalam berbagai bentuk kegiatan yang berasal dari suku non pribumi atau
dalam kelompok sosial mereka masing- pendatang. Kepala desa pertama berasal dari
masing. Suku Jawa, Bangka, Bugis, Sunda suku sunda, kedua dari suku bugis, ketiga
dan “orang SL” memiliki “ritual dari suku jawa dan terakhir dari suku melayu
kebudayaan” yang berbeda-beda dan di palembang. Namun secara umum, dinamika
ekspresikan secara sosial dalam momentum- sosial masyarakat menunjukkan
momentum tertentu. Misalnya dalam menunjukkan bahwa masyarakat Desa Rias
momentum peringatan Hari Kemerdekaan, merupakan potret masyarakat multikultural
hari pernikahan, maupun momentum lainnya yang dapat hidup berdampingan dalam hal
di mana suku jawa akan menampilkan adat istiadat dan kebudayaan meskipun
kesenian budaya khas jawa, digelar secara mereka berasal dari berbagai etnis yang
umum dan setiap warga Desa Rias dapat berbeda.

85
Kebijakan Publik Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (81-94) Vol. 2, No.2, November 2018. ISSN: 2615-7500

Sejalan dengan itu, Gunawan & kehadiran warga lain yang ada di Desa Rias,
Rante (dalam Suardi, 2017: 2) menyatakan perayaan adat ini menjadi wadah silaturahmi
bahwa masyarakat multikultural pada antar suku dan selalu dalam suasana yang
dasarnya adalah masyarakat yang terdiri atas akrab. Demikian juga dengan perayaan adat
berbagai macam suku yang masing-masing dari suku bugis, jawa dan sunda yang selalu
mempunyai struktur budaya (culture) yang mengundang etnis lainnya untuk ikut
berbeda-beda. Masyarakat multikultural memeriahkan dan meramaikan perayaan adat
tidak bersifat homogen, namun memiliki tersebut. Sehingga perbedaan etnis tidak
karakteristik heterogen di mana pola menjadi penghambat dalam interaksi sosial
hubungan sosial antar individu di masyarakat mereka dan bahkan perbedaan tersebut
bersifat toleran dan harus menerima menjadi salah satu sarana untuk saling
kenyataan untuk hidup berdampingan secara berinteraksi dan bersilaturahmi.
damai (peace co-exixtence) satu sama lain
KEBIJAKAN PUBLIK DI DESA RIAS:
dengan perbedaan yang melekat pada tiap
DARI PROSES HINGGA
entitas sosial dan politiknya. Berdasarkan hal
IMPLEMENTASI
tersebut, maka realitas empiris masyarakat
Dalam proses implementasi
Desa Rias jelas merupakan masyarakat
kebijakan publik selalu terbuka
multikultural karena terdiri dari berbagai
kemungkinan perbedaan antara apa yang
macam suku dan setiap suku memiliki
direncanakan oleh pembuat kebijakan
struktrur kebudayaan sendiri yang melekat
dengan apa yang senyatanya dicapai sebagai
pada masing-masing suku dan tentunya dapat
hasil atau prestasi dari pelaksanaan
hidup berdampingan hingga saat ini (Suardi,
kebijakan. Salah satu penyebabnya adalah
2017: 3).
proses implementasi kebijakan seringkali
Ada beberapa peristiwa yang berbenturan dengan banyak kepentingan dan
menunjukkan bahwa perbedaan etnis dan harapan terutama pengaruh persepsi setting
budaya tidak menjadi masalah dalan interaksi lingkungan dimana kebijakan itu
sosial masyarakat di Desa Rias, salah satunya dilaksanakan. Demikian pula dengan
adalah dalam perayaan adat yang dilakukan masyarakat Desa Rias yang multikultural,
oleh warga lokal (pribumi; Suku Bangka) beberapa kebijakan publik yang populis2 dari
yang selalu mengundang dan mengharapkan

2
Yaitu kebijakan publik yang disukai masyarakat masyarakat, contohnya; kebijakan tentang pengadaan
karena kebijakan tersebut berpihak langsung pada sumber air bersih yang dialirkan langsung kerumah-
86
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Kebijakan Publik
Vol. 2, No.2, November 2018. ISSN: 2615-7500 p (81-94)

pemerintah desa dalam proses publik sikap tersebut cenderung melemah.


implementasinya masih saja terjadi Amin (2017) mencatat bahwa yang
resistensi. Penyebab utamanya adalah tidak menyebabkan hal tersebut terjadi adalah
tersalurkannya aspirasi masyarakat dalam karena adanya perbedaan afiliasi politik elit
proses implementasi kebijakan meski pada di Desa Rias yang kemudian menciptakan
tahap perumusan kebijakan itu mendapat polarisasi elit lokal yang ada di Desa Rias, di
dukungan yang baik. Selain itu, aktor-aktor mana setiap etnis memiliki elitnya masing-
yang dipilih untuk menjalan program juga masing dan memiliki afiliasi politik yang
berpengaruh besar terhadap kesuksesan suatu juga berbeda. Polarisasi elit desa ini pada
program sebagaimana yang terjadi di Desa akhirnya memberikan pengaruh terhadap
Rias. Berdasarkan observasi dan wawancara respon masyarakat terhadap kebijakan publik
penulis, resistensi yang mucul dalam yang dikeluarkan oleh pemerintah desa.
implementasi kebijakan pemerintah desa Akibatnya, pada ranah politik dan
yang populis sebagian besar disebabkan oleh pemerintahan masih sering terjadi benturan-
pelaksana teknis lapangan yang tidak benturan kecil akibat dari polarisasi
koordinatif dengan masyarakat setempat. kepentingan di tataran elit. Kemudian,
Oleh karena itu, dalam mewujudkan suatu kebijakan publik di Desa Rias menjadi salah
produk kebijakan publik yang bernuansa arena pertarungan kepentingan antar elit
kesejahteraan rakyat, masalahnya, bukan yang dianggap mewakili kepentingan
hanya terletak pada kemauan politik masyarakat dari masing-masing dusun dan
(political will) dari pemerintah, tetapi juga etnis. Sehingga dalam proses perumusan
pada proses pelaksanaan terlebih jika obyek kebijakan juga seringkali terjadi tarik-
sekaligus subyek kebijakan tersebut adalah menarik kepentingan.
masyarakat multikultural (Suryono, 2014) Secara prosedural, mekanisme
Berkaitan dengan hal di atas, perumusan kebijakan di Desa Rias telah
meskipun secara sosio kultural masyarakat sesuai dengan prosedur yang ada, yaitu
Desa Rias sangat terbuka dan toleran, tetapi dirumuskan dari tingkat RT dalam bentuk
dalam sikap-sikap politik yang berkenaan musrembang RT, kemudian berlanjut ke
dengan pemerintah desa dan kebijakan musrembang dusun atau musrembangdus

rumah warga di Desa Rias

87
Kebijakan Publik Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (81-94) Vol. 2, No.2, November 2018. ISSN: 2615-7500

dan akhirnya dimusyawarahkan dalam Desa Rias, lemahnya transparansi dalam


Musrembang tingkat desa, dan mekanisme pengambilan kebijakan publik adalah
tersebut telah berjalan dengan baik. Namun problem yang melengkapi lemahnya
yang masih menjadi persoalan pada tataran implementasi kebijakan publik pada
ini adalah pada dimensi transparansinya. masyarakat. Hal ini juga berarti bahwa,
Masih ada warga yang mengeluhkan terkait meski secara prosedural proses perumusan
aspek transparansi dalam proses perumusan telah dilaksanakan dengan baik, namun
kebijakan tersebut karena hasil musrembang secara subtantif belum melalui proses belajar
tingkat RT, Dusun hingga ke tingkat Desa dan partisipasi yang memadai, sehingga
masih menjadi informasi yang “mahal” bagi efektifitas kebijakan cenderung melemah.
sebagian besar masyarakat Desa Rias, Dalam bahasa lain, perumusan ataupun
bahkan yang juga menjadi permasalahan mekanisme pengambilan kebijakan publik
adalah orang-orang yang di undang dalam tidak atau belum murni berasal dari aspirasi
rapat Murembang kerapkali tidak mewakili masyarakat, melainkan bersumber dari apa
unsur-unsur sosial yang kompeten sehingga yang dianggap penting bagi para elit atas
informasi dari musyawarah hanya menjadi masyarakat yang kemudian di generalisasi
konsumsi di tingkat elit. Akibatnya hasil dari sebagai kebutuhan publik. Akhirnya proses
perumusan kebijakan yang dirumuskan implementasi kebijakan itu minim dukungan
bersama di tingkat RT, Dusun dan Desa tidak dan tidak mendapat perhatian yang baik oleh
mendapatkan respon balik dari masyarakat masyarakat Desa Rias. Padahal, elit Desa
yang akan menjadi obyek sekaligus subyek Rias pada umumnya mengerti bahwa
dari kebijakan publik tersebut. pelibatan unsur-unsur penting masyarakat
dalam perencanaan kebijakan publik adalah
Kondisi tersebut diatas
hal penting, karena pelibatan tersebut
mengindikasikan bahwa arti dan fungsi
merupakan faktor utama dalam good
masyarakat di Desa Rias masih di tempatkan
governance yang memberikan manfaat besar
dalam konteks pemerintah sebagai realitas,
terhadap kepentingan publik.
dimana perumusan kebijakan dilepaskan dari
hubungan dilaketis masyarakat itu sendiri. Tantangan lain dalam proses
Kondisi ini tentunya mengakibatkan perumusan kebijakan publik di Desa Rias
dukungan masyarakat dalam tahap adalah keragaman suku dan budaya yang
implementasi menjadi sangat lemah. menuntuk adanya pemerataan dalam proses
Sehingga dalam konteks kebijakan publik di perumusan dan implementasi. Pemerintah

88
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Kebijakan Publik
Vol. 2, No.2, November 2018. ISSN: 2615-7500 p (81-94)

desa di tuntut untuk berlaku adil dalam Definisi partisipasi yang berlaku di
menetapkan setiap kebijakan pada level desa kalangan perencana dan pelaksana
agar setiap dusun dan etnis yang ada merasa pembangunan adalah kemauan rakyat untuk
terwakili. Karena jika kebijakan yang mendukung secara mutlak program-program
diambil pemerintah terkesan hanya pemerintah yang dirancang dan di tentukan
mementingkan satu kelompok etnis, tentu tujuannya oleh pemerintah (Soestrisno, 1995:
akan melahirkan reaksi dari kelompok etnis 206). Namun seiring waktu, definisi
lain yang ada di Desa Rias. Untuk mengatasi partisipasi terebut sudah tidak relevan karena
hal tersebut, masing-masing perwakilan dari kemauan rakyat untuk mendukung kebijakan
etnis yang ada dalam lingkaran pemerintah di pemerintah dalam iklim demokrasi tidak
Desa Rias dituntut untuk berperan aktif hanya ditentukan oleh oleh pemerintah tetapi
dalam menyuarakan kepentingan harus berangkat dari kepentingan dan
kelompoknya masing-masing. Selain itu, asiprasi masyarakat. Dalam konteks ini,
hasil dari musyawarah di tingkat RT dan Partisipasi merupakan kata kunci utama
dusun perlu dibuat skala prioritasnya untuk dalam masyarakat yang menghubungkan
disesuaikan dengan beban anggaran yang antara rakyat biasa (ordinary people) dengan
tersedia. Dengan demikian kepentingan pemerintah. Artinya, partisipasi bukan
masyarakat yang beragama dapat sekadar keterlibatan masyarakat dalam
termobilisasi dengan baik. Karena, dalam pemilihan kepala desa, tetapi juga partisipasi
masyarakat yang multikulural sebagaimana dalam kehidupan sehari-hari yang berurusan
Desa Rias, aspek transparansi dalam dengan pembangunan dan pemerintahan
pengelolaan pemerintahan merupakan hal desa.
yang sangat urgent. Hasil-hasil pembahasan Menurut Narayan (dalam Eko,
terkait kebijakan setidaknya harus sampai 2013:17) partisipasi adalah keterlibatan
kepada masyarakat sehingga hasil secara terbuka (inclusion) dan keikutsertaan
kesepakatan tersebut mendapat legitimasi (involvement). Inclusion menyangkut siapa
dari masyarakat. Dengan demikian, proses saja yang terlibat, sedangkan involvement
implementasi dari kebijakan tersebut akan berbicara tentang bagaimana masyarakat
mendapat dukungan yang baik dari terlibat. Keterlibatan berarti memberi ruang
masyarakat itu sendiri. bagi siapa saja untuk terlibat dalam proses
PARTISIPASI MASYARAKAT DESA politik, terutama kelompok-kelompok
RIAS masyarakat miskin, minoritas, rakyat kecil,

89
Kebijakan Publik Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (81-94) Vol. 2, No.2, November 2018. ISSN: 2615-7500

perempuan, dan kelompok-kelompok masyarakat dalam proses implementasi


marginal lainnya. Secara substantif kebijakan publik yang ada di Desa Rias.
partisipasi mencakup tiga hal, Pertama, Minimnya ruang atau akses untuk ikut
suara ; di mana setiap warga mempunyai hak mempengaruhi kebijakan publik yang telah
dan ruang untuk menyampaikan suaranya, direncanakan oleh pemerintah semakin
sebaliknya pemerintah mengakomodasi dan melemahkan partisipasi masyarakat dalam
menjadikannya sebagai basis pembuatan implementasi kebijakan di Desa Rias.
keputusan. Kedua, akses; yakni setiap warga
Berdasarkan hasil observasi dan
mempunyai kesempatan untuk mengakses wawancara yang telah dilakukan, ditemukan
atau mempengaruhi pembuatan kebijakan, bahwa masyarakat Desa Rias secara umum
termasuk akses dalam layanan publik. tidak mememiliki saluran yang baik untuk
Ketiga, kontrol, yakni setiap warga atau ikut mempengaruhi hasil keputusan elit desa
elemen-elemen masyarakat mempunyai yang telah dijalankan sesuai prosedur
kesempatan dan hak untuk melakukan tersebut. Saluran untuk mempengaruhi
pengawasan (kontrol) terhadap jalannya proses perumusan kebijakan hingga
pemerintahan maupun pengelolaan kebijakan implementasinya tidak tersedia dalam sistem
dan keuangan pemerintah (ibid, 2003: 12). pemerintahan di Desa Rias. Ketidak
Di Desa Rias, sebagaimana tersediaan ini juga dipengaruhi oleh
disebutkan pada poin sebelumnya bahwa minimnya arus informasi yang mengalir
secara prosedural proses perumusan kepada masyarakat umum terkait hal
kebijakan publik sudan berada pada jalurnya. tersebut. Meskipun dalam pemerintah desa
Namun, secara subtansial proses tersebut telah tersedia perwakilan dari masing-masing
masih di dominasi oleh elite-elite desa kelompok, tetapi perwakilan tesebut tidak
(pemerintah, BPD, pengurus RT maupun mampu bekerja secara efektif sebagai saluran
pemuka agama dalam masyarakat), dan komuniaksi dua arah. Yang terjadi adalah
jarang sekali melibatkan unsur-unsur lain perwakilan kelompok untuk mempengaruhi
seperti perempuan, pemuda, kaum tani dan masyarakat dalam keputusan-keputusan
buruh. Bahkan informasi terkait dengan politik.
proses dan hasil kesepakatan bersama Komunikasi yang terjadi merupakan
ditataran elit masih menjadi informasi yang komunikasi satu arah yakni dari pemerintah
“langka” bagi mereka. Kondisi ini secara
kepada masyarakat tanpa menyediakan ruang
otomatis telah mereduksi partisipasi respon dari masyarakat. Komunikasi ini
90
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Kebijakan Publik
Vol. 2, No.2, November 2018. ISSN: 2615-7500 p (81-94)

menjadi semacam “pemberitahuan” secara Kultur kekuasaan yang menganggap kepala


sepihak dari pemerintah tanpa desa sebagai pemangku kekuasaan tertinggi
memperdulikan feedback dari masyarakat. dalam menentukan arah kebijakan masih
Akibatnya kontrol masyarakat dalam proses melekat pada kalangan elit pemerintah Desa
perumusan juga menjadi lemah, tetapi dalam Rias saat ini. Masyarakat Desa Rias tidak
tahap implementasi kontrol tersebut mempunyai ruang yang cukup untuk
menguat. Hal ini terbukti dengan protes yang berbicara dengan tegas, mengontol dan
dilakukan masyarakat dalam implementasi mempengaruhi kebijakan publik yang di
kebijakan air bersih yang dilakukan rencanakan. Tidak tersedianya ruang publik
pemerintah di salah satu dusun di Desa Rias. yang memadai untuk masyarakat
Bahkan protes masyarakat berujung pada memberikan umpan balik dari proses
tuntutan untuk mengganti Kepala Dusun perumusan kebijakan hingga
karena dianggap tidak transparan dalam implementasinya telah menyebabkan
proses implementasi kebijakan pengadaan lahirnya partisipasi yang tidak sehat dalam
sumber air bersih yang ada, sekaligus iklim demokrasi di Desa Rias, yang muncul
pembangunan infrastruktur air bersih yang kemudian adalah rasa acuh dari masyarakat.
tidak sesuai dengan kebutuhan. Namun Dalam kondisi yang demikian itu, jika lahir
protes ini direspon negatif oleh pemerintah suatu partisipasi dari masyarakat maka
desa dengan dalih bahwa kebijakan tersebut partisipasi itu merupakan partisipasi semu
sudah sesuai dengan peraturan yang ada, yang dimobilisasi demi kepentingan
meskipun realitanya mununjukkan bahwa pemerintah. Sedangkan sebagian besar
kebijakan pembangunan tersebut tidak masyarakat tetap tidak mampu menikmati
berfungsi bagi masyarakat dan inftastruktur pembangunan yang seharusnya
yang dibangun dengan biaya besar hanya diperuntukkan untuk mereka.
menjadi “monumen” sia-sia tanpa fungsi
PENUTUP
apa-apa bagi kebelanjutan program air bersih
Masyarakat Desa Rias merupakan
yang telah di programkan itu.
potret masyarakat multikultural yang dapat
Aspek lain yang turut melemahkan hidup berdampingan dalam hal adat istiadat
partisipasi masyarakat Desa Rias adalah dan kebudayaan meskipun mereka berasal
lemahnya praktik-praktik demokrasi serta dari berbagai etnis yang berbeda. Keragaman
kuatnya kultur dan struktur kekuasaan desa
budaya dalam masyarakat di ekspresikan
yang paternalistik-klientelistik (Amin, 2017). secara sosial telah terbukti tidak melahirkan
91
Kebijakan Publik Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi
p (81-94) Vol. 2, No.2, November 2018. ISSN: 2615-7500

konflik sosial. Lima suku atau etnis dominan kelompok, tetapi perwakilan tesebut tidak
(bangka, jawa, bugis, sunda, melayu mampu bekerja secara efektif sebagai saluran
palembang) di Desa Rias dalam komuniaksi dua arah.
kesehariannya hidup berdampingan Oleh karena itu, dalam masyarakat
meskipung masing-masing dari suku tersebut yang multikulural sebagaimana Desa Rias,
juga memiliki kearifan sosial budaya yang aspek transparansi aktor penyelenggara yang
berbeda. Dalam hal kebudayaan dan sosial, dipilih untuk mengksekusi kebijakan
toleransi masyarakat cukup tinggi, namun
merupakan hal yang penting yang harus
dalam realitas politik masih nampak jelas diperhatikan. Hasil-hasil pembahasan terkait
terjadi polarisasi, tertutama dikalangan elit kebijakan sebelum ditetapkan harus bisa di
desa. akses oleh masyarakat, demikian juga aktor
Meskipun secara sosio kultural pelaksananya harus dipilih sesuai dengan
masyarakat Desa Rias sangat terbuka dan aspirasi masyarakat sehingga hasil
toleran tetapi dalam sikap-sikap politik yang kesepakatan tersebut mendapat legitimasi
berkenaan dengan pemerintah desa dan dari masyarakat. Dengan demikian, proses
kebijakan publik sikap tersebut cenderung implementasi dari kebijakan tersebut akan
melemah. Aspek transparansi dan aktor mendapat dukungan yang baik dari
menjadi faktor penyebab yang dominan, masyarakat itu sendiri. Kemudian,
karena meski secara prosedural pemerintah pemerintah desa harus memberikan akses
telah melaksanan proses perumusan dengan dan ruang yang baik kepada masyarakat
baik namun informasi terkait hasil dari sebagai tempat kumunikasi dua arah antara
perumusan itu masih menjadi informasi yang pemerintah dan masyarakat serta membuka
“langka” bagi sebagian besar masyarakat. kemungkinan perubahan-perubahan yang
Akibatnya, kebijakan publik yang lahir dari ruang tersebut. Sebagaimana
direncanankan dalam proses keragaman budaya yang ada di Desa Rias
implementasinya tidak mendapkan dukungan memiliki ruang ekspresi yang memadai,
yang baik dari masyarakat itu sendiri. Selain dalam hal politik dan kebijakan publik
itu, Masyarakat Desa Rias secara umum tidak masyarakat juga harus mendapat ruang yang
mememiliki saluran yang baik untuk ikut sama, yaitu ruang yang bebas intervensi,
mempengaruhi hasil keputusan elit desa. kooptasi dan intimidasi. Dengan begitu,
Meskipun dalam pemerintah desa telah partisipasi masyarakat akan menguat.
tersedia perwakilan dari masing-masing

92
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Kebijakan Publik
Vol. 2, No.2, November 2018. ISSN: 2615-7500 p (81-94)

DAFTAR PUSTAKA
Amin, K. 2017. “Elit Dan Kekuasaan Pada Eko, Sutoro dkk. 2003. Pembaharuan
Masyarakat Desa”. Jurnal Sosiologi Pemerintahan Desa. Yogyakarta: IRE
USK (Media Pemikiran & Aplikasi), Press
11(2): 167-187. Satori dan Aan Komariah. 2011. Metode
Badan Pusat Statistik. 2017. Kecamatan Penelitian Kualitatif. Bandung:
Toboali Dalam Angka. Toboali: BPS Alfabeta.
Bangka Selatan Soestrisno, Loekman. 1995. Menuju
Dewi, Nirmala Mustika. 2015. “Resistensi Masyarakat Partisipatif. Yogyakarta :
Pedagang Terhadap Implementasi Kanisius
Kebijakan Relokasi Pasar Waru Suardi. 2017. Masyarakat Multikultural
Sidoarjo”. Jurnal Politik Muda, 4 (1): Bangsa Indonesia. Doi:
126 - 136 10.13140/rg.2.2.29013.32484.
Eko, Sutoro 2003. Ekonomi Politik Retrieved August 22, 2018
Pembaharuan Desa, Makalah (https://www.researchgate.net/public
disajikan dalam Pertemuan Forum ation/321728030)
VII, “Refleksi Arah dan Gerakan Subarsono, AG. 2008. Analisis Kebijakan
Partisipasi dan Pembaharuan Publik, Konsep Teori dan Aplikasi.
Masyarakat Desa di Indonesia”, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Ngawi, Jawa Timur,
Suryono, Agus. 2014. “Kebijakan Publik TRANSPARANSI : Jurnal Ilmiah Ilmu
Untuk Kesejahteraan Rakyat” Administrasi, 5(2): 98-102

93
Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi Tinjauan Teoritis tentang Implementasi
Vol. 2, No.1, Mei 2018. ISSN: 2615-7500 p (84-105)

85

You might also like