You are on page 1of 10

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.

3
November 2016)

PENGARUH PEMBERIAN METODE SIMULASI SIAGA BENCANA


GEMPA BUMI
TERHADAP KESIAPSIAGAAN ANAK DI YOGYAKARTA

Fika Nur Indriasari


Departemen Keperawatan Anak/Akper Notokusumo Yogyakarta
fheekha.nur@gmail.com

ABSTRACT
Background: Indonesia is located within the ring of fire and Yogyakarta is
one of the area which is experiencing with earthquake. The earthquake
happened in 2006 left many victims. Most of them are elderly and children.
Not all children are trained to deal with disaster, therefore it is necessary to
conduct a training to elementary school so the children have a knowledge
how to deal with this disaster if it is suddenly happened.
Objective: The main aims of this research is to find out the effect of
disaster simulation method toward the children readiness.
Method: The research design applies quasi experiment with one pre post
test design. The sample are taken by using purposive sample for 31
respondents and the data are collected by using questioners. The
hypothesis is tested by using Wilcoxon test.
Result: The results of this study showed there is influence on the
preparedness of disaster simulation method children with a value of P
<0.001.
Conclusion: The training of readiness to face an earthquake disaster
increase the level of children awareness. All of the level 6 Giwangan
elementary students is able and involved after the training was repeated 5
times and most of the children showed that the level of awareness is
categorised as less ready

Keywords: Disaster Preparedness Training, The Readiness to deal with


disaster,
simulation method bumi di Indonesia, Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pendahuluan (DIY) berada di wilayah 4.

Peristiwa gempa bumi banyak Wilayah tersebut merupakan

terjadi di wilayah Indonesia. wilayah yang rawan terhadap

Menurut data rekaman sebaran terjadinya gempa bumi (Dwisiwi

episentrum gempa bumi dengan et al., 2012).

magnitudo 5 dari tahun 19002000 Kewaspadaan sangatlah

dan menurut peta daerah gempa penting mengingat bahwa jumlah


Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.3 November 2016)
korban jiwa dan kehilangan materi khususnya anak-anak dan orang
yang tidak sedikit di setiap tua karena terjadi di pagi hari
kejadian bencana, seperti yang sehingga mayoritas korban
terjadi di Yogyakarta pada tanggal merupakan orang yang berusia
27 Mei 2006. Berdasarkan lanjut dan anak-anak yang
informasi data dari BNPB jumlah kemungkinan tidak sempat
korban mencapai 5.716 orang menyelamatkan diri ketika gempa
tewas dan 37.927 orang lukaluka belangsung. Hal ini
(BNPB, 2014). Gempa bumi memperlihatkan masih lemahnya
tersebut membuat banyak orang kesiapan menghadapi bencana di
terperangkap di dalam rumah Indonesia (Rinaldi, 2009).

1
Anak-anak merupakan salah satu suatu ancaman yang ada di
kelompok rentan yang paling sekitarnya untuk mengurangi
berisiko terkena dampak bencana risiko bencana (Sunarto, 2012).
(PP No 21, 2008). Kerentanan Pendidikan siaga bencana dapat
anak-anak terhadap bencana dilakukan sejak dini melalui
dipicu oleh faktor keterbatasan program siaga bencana disekolah
pemahaman tentang risiko-risiko supaya anak-anak dapat
di sekeliling mereka, yang mengetahui bagaimana cara
berakibat tidak adanya menyelamatkan diri saat terjadi
kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Pendidikan siaga
bencana. Berdasarkan data bencana dapat diawali pada anak
kejadian bencana di beberapa usia sekolah dasar karena
daerah banyak korban terjadi menurut Piaget, pada masa ini
pada anak usia sekolah baik di merupakan fase operasional
jam sekolah atapun di luar jam konkrit (Suhardjo, 2011).
sekolah, hal ini menunjukkan Pengetahuan mengenai
bahwa pentingnya pengetahuan pengurangan risiko bencana
tentang bencana dan secara khusus belum masuk ke
pengurangan risiko bencana dalam kurikulum pendidikan di
diberikan sejak dini untuk Indonesia (Kemdikbud, 2013).
memberikan pemahaman dan Kondisi tersebut bertentangan
pengarahan langkah-langkah dengan Hyogo Framework yang
yang harus dilakukan saat terjadi disusun oleh PBB bahwa

2
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.3 November 2016)
pendidikan siaga bencana terjadi bencana. Beberapa dari
merupakan prioritas, yakni mereka memiliki hambatan
Priority for Action 3: Use mobilitas untuk melakukan
knowledge, innovation and perlindungan bahkan
education to build a culture of penyelamatan diri secara mandiri
safety and resilience at al levels. sehingga diperlukan adanya
Pendidikan mitigasi bencana juga informasi bagaimana prosedur
telah diterapkan didalam atau rencana penyelamatan bagi
kurikulum pendidikan dasar dan ABK yang memerlukan bantuan
menengah pada 113 negara lain, orang di sekitar mereka (misal:
diantaranya Bangladesh, Iran, guru, teman, staf sekolah).
India, Mongolia, Filipina, Turkey, Berdasar dari latar belakang
dan Tonga (UNCRD, 2009). tersebut, maka peneliti tertarik
Kelurahan giwangan terletak di untuk memberikan edukasi
selatan kota yogyakarta yang berupa pelatihan tentang siaga
berbatasan dengan kota bantul bencana gempa bumi terhadap
yang rawan terhadap gempa anak-anak sekolah dasar di
bumi. Menurut peta kerusakan Kelurahan Giwangan Yogyakarta
gempa tahun 2006 yang lalu, dengan harapan dapat
daerah giwangan masuk dalam meningkatkan kesiapsiagaan
zona moderate damage area. anak-anak dalam menghadapi
Jumlah sekolah dasar di bencana.
kelurahan giwangan kecamatan Tujuan dari penelitian ini adalah
umbulharjo ada lima dengan untuk mengetahui pengaruh
jumlah siswa 1660. Salah satu pelatihan siaga bencana gempa
dari lima sekolah dasar tersebut bumi terhadap kesiapsiagaan
merupakan sekolah dasar inklusi anak-anak sekolah dasar dalam
yang menyatukan menghadapi bencana.
penyelenggaran pendidikan anak- METODE PENELITIAN
anak berkebutuhan khusus Jenis penelitian ini merupakan
dengan anak-anak yang normal di penelitian kuantitatif dan desain
dalam kegiatan belajar mengajar. penelitiannya adalah quasi
Anak Berkebutuhan Khusus experiment dengan rancangan
(ABK) merupakan salah satu yang digunakan adalah one group
kelompok paling rentan ketika pre and post test design. Lokasi

3
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.3 November 2016)
penelitian dilakukan di SD Negeri produksi oleh LSM Lembaga
Giwangan Kelurahan Giwangan Peduli Anak Bangsa dan Kluwung
Yogyakarta pada bulan Agustus Indonesia yang bekerja sama
dengan ASB (Arbeiter-Samariter-
Bund) cabang Indonesia dan
materi pengetahuan siaga
bencana dengan flipchart
kemudian untuk mengetahui
2014. Populasi dalam penelitian kesiapsiaagaan dalam
ini adalah seluruh siswa SD di menghadapi bencana dengan
kelurahan Giwangan Yogyakarta menggunakan kuesioner
dengan sebanyak 17 soal valid dan
populasi terjangkau adalah siswa reliabel. Analisis data dengan
SD Negeri Giwangan sebanyak menggunakan uji Wilcoxon
370. Sampel dalam penelitian (Dahlan, 2013).
merupakan purposive sampel HASIL PENELITIAN
sebanyak 31 siswa dengan Berdasarkan gambaran
kriteria inklusi adalah anak kelas karakteristik responden anak
6; tidak sedang mengalami sakit; berdasarkan jenis kelamin
bersedia menjadi responden sebagian besar responden adalah
Tidak siap Kurang siap Siap
Pre Post Pre Post Pre Post
f % f % f % f % f % f %

Kesiapsiagaan 4 12,9 5 16,1 22 71 23 74, 5 16, 3 9,7


anak 2 1
Perempuan 1 25 0 0 13 59, 16 69, 3 60 1 33,
1 6 3
Laki-laki 3 75 5 100 9 40, 7 30, 2 40 2 66,
9 4 7

penelitian. Sedangkan kriteria berjenis kelamin perempuan yaitu


eksklusinya adalah tidak hadir sebanyak 17 responden (54,8%).
pada saat dilakukan intervensi Tabel 1. Distribusi
Frekuensi Karakteristik
dan anak berkebutuhan khusus
Responden di SD N
(ABK) dengan tuna netra, tuna Giwangan Yogyakarta
rungu dan disabilitas intelektual. bulan Agustus Tahun 2014
(n=31)
Instrumen dalam penelitian ini Responden Frekuensi
Presentase (%)
dengan menggunakan media film
Jenis kelamin anak
simulasi siaga bencana yang di
4
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.3 November 2016)
Perempuan 17 54,8PEMBAHASAN
Laki-laki 14 45,2
Keberhasilan pelaksanaan
Sumber : Data Primer simulasi tersebut karena
Pemberian metode simulasi siaga mendapatkan dukungan dari
bencana gempa bumi berbagai pihak. Hasil observasi
memberikan pengaruh terhadap menunjukkan ada 3 guru yang
kesiapsiagaan anak sekolah mendampingi anak-anak selama
dasar yang ditunjukkan dengan simulasi, kemudian anak-anak
nilai P < 0,001 sehingga target sangat antusias mengikuti
kecakapan anak-anak untuk bisa simulasi sampai selesai dan aktif
menolong diri sendiri tercapai memberikan feedback saat trainer
(Suhardjo, 2011). Selisih nilai
memberikan pertanyaan, selain
mean pre dan post adalah 5,26
itu wali/orang tua siswa
yang menunjukkan adanya
mendukung anak-anak dengan
peningkatan kesiapsiagaan
memberikan ijin untuk mengikuti
setelah diberikan simulasi.
simulasi, guru-guru juga
Namun peningkatan
memfasilitasi terhadap
kesiapsiagaan tersebut dalam
pelaksanaan pelatihan seperti
kategori lemah.
terlibat dalam memberikan
Tabel 2. Pengaruh Pelatihan
Siaga Bencana Gempa Bumi informasi tentang pelatihan
Terhadap Kesiapsiagaan Anak- kepada siswa dan orang tua
anak Sekolah
Dasar di SD N Giwangan siswa.
Yogyakarta Tahun 2014 Pada pelatihan siaga bencana
(n=31)
Kesiap Pre Post
pada anak-anak menggunakan
siagaa metode simulasi. Hal ini didukung
n anak f Mea SD f Mea SD
n n oleh pernyataan oleh Steward &
3 68,7 8,4 3 74 9,6
1 4 9 1 2 Wan (2007) dalam penelitiannya
* uji Wilcoxon tentang peran simulasi didalam
manajemen bencana dapat
mengukur kesiapan seseorang
Tabel 3. Tingkat Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.
Anak Sebelum dan Sesudah
Pelatihan Siaga Bencana Gempa Menurut Olson et.al, (2010) dalam
Bumi di SD N Giwangan penelitiannya juga menyatakan
Yogyakarta Bulan Agustus Tahun
bahwa pendidikan tentang siaga
2014 (n=31)
bencana dengan menggunakan
Sumber : data primer
5
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.3 November 2016)
simulasi berupa game atau dalam hubungannya dengan
permainan dapat memberikan masalah sosial. Dengan
hasil yang lebih baik dramatisasi anak berkesempatan
dibandingkan yang tidak melakukan, menafsirkan dan
menggunakan simulasi. memerankan suatu peranan
Simulasi merupakan cara tertentu. Melalui kegiatan ini siswa
penyajian pengalaman belajar akan aktif membicarakan
dengan menggunakan situasi masalah-masalah yang
tiruan untuk memahami tentang ditemuinya, kemudian
konsep, prinsip atau ketrampilan menginformasikan hasil
tertentu. Simulasi dapat pengalaman melalui kegiatan
digunakan sebagai metode berbicara. Pernyataan tersebut
mengajar dengan asumsi tidak juga didukung oleh Siska (2010)
semua proses pembelajaran terhadap penerapan metode role
dapat dilakukan secara langsung playing pada anak-anak usia dini
pada obyek yang sebenarnya juga menunjukkan terdapat
(Sanjaya, 2013). Pada penelitian peningkatan ketrampilan sosial
ini simulasi yang digunakan dan ketrampilan berbicara pada
adalah role playing atau bermain anak-anak usia dini.
peran yaitu metode pembelajaran Keterlibatan dan kemampuan
sebagai bagian dari simulasi yang anak dalam melakukan simulasi
diarahkan untuk mengkreasi siaga bencana menunjukkan
peristiwa-peristiwa aktual, atau semua anak aktif dalam
kejadian-kejadian yang mungkin melakukan setiap tindakan
muncul pada masa mendatang. simulasi setelah dilakukan 5 kali.
Hal ini sesuai dengan Filina Tindakan simulasi terdiri dari 6
(2013) bahwa metode role playing tindakan yang dilakukan di dalam
suatu bentuk permainan anak- ruangan dan di luar ruangan.
anak yang aman dan bentuk- Metode role playing ini juga
bentuk permainan yang sesuai dapat diterapkan pada anak
dengan struktur lingkungan atau berkebutuhan khusus. Pada
permainan-permainan dengan penelitian ini melibatkan anak
menggunakan boneka, rumah- ABK dengan hiperaktif sebanyak
rumahan, yang pada dasarnya 1 orang dan hasil observasi
mendramatisasikan tingkah laku menunjukkan anak ABK tersebut

6
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.3 November 2016)
kooperatif dan mampu mengikuti pelajaran IPA dan hanya sebatas
tindakan simulasi dengan baik. pengetahuan tentang apa itu
Pada anak penyandang ADHD, gempa bumi. Kondisi psikologi
terapi bermain dapat dilakukan seperti cemas dan takut dapat
untuk membantu mengendalikan mempengaruhi kesiapan anak
aktivitas yang berlebihan dalam menghadapi bencana
(hiperaktivitas), melatih gempa bumi. Hasil observasi
kemampuan mempertahankan yang dilakukan peneliti pada saat
perhatian pada objek tertentu, pelatihan siaga bencana gempa
mengembangkan ketrampilan bumi juga didapatkan respon
menunggu giliran, dan anak saat peluit berbunyi ada 4
mengendalikan tingkat agresivitas anak menjerit-jerit, tiga anak tidak
(Landreth, 2001). Terapi bermain peduli dan ada satu anak yang
dapat meningkatkan konsentrasi hanya duduk terdiam.
pada anak ADHD (Hatiningsih, Media pembelajaran dalam
2013). penelitian ini berupa media audio
Kesiapsiagaan anak-anak visual berupa film simulasi siaga
sebelum dan sesudah diberikan bencana gempa bumi. Menurut Ali
simulasi siaga bencana sebagian (2010), selain metode pengajaran
besar dalam kategori kurang siap yang sesuai, keberhasilan proses
sebanyak 22 anak (71%) dan 23 belajar mengajar juga didukung
anak (74,2%). Berdasarkan jenis oleh media pengajaran yang
kelamin, sebelum pelatihan digunakan. Penggunaan media
sebagian besar adalah pengajaran didasarkan kepada
perempuan dalam kategori kurang pemilihan yang tepat sehingga
siap sebanyak 13 anak (59,1%) memperbesar arti dan fungsi
dan sesudah pelatihan menjadi 16 dalam menunjang efektifitas dan
anak (69,6%). Hal tersebut efisiensi proses belajar mengajar.
didukung oleh pernyataan guru Media pembelajaran yang
bahwa anak-anak belum pernah digunakan selain media audio
diberikan materi tentang siaga visual dalam penelitian ini adalah
bencana baik di dalam dengan mengajarkan anak lagu “
intrakurikuler maupun BBMK” mengutip dari melody:
ekstrakurikuler. Materi tentang Potong Bebek, lirik lagunya
bencana gempa bumi ada di mata

7
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.3 November 2016)
sebagai berikut: “Kalau ada siaga bencana meliputi program 6
gempa lindungi kepala” bulan dan 9 bulan. Beberapa
“Kalau ada gempa ingat BBMK” materi yang diajarkan dan
“Jangan Berlari” kegiatan yang dilakukan antara
“Jangan Berisik” lain: lokakarya pengurangan
“Jangan Mendorong dan” resiko bencana; pengenalan dan
“Jangan Kembali 2x” pembuatan peta evakuasi;
Menurut Setyaningrum dalam pelatihan tanggap darurat;
Suhardjo (2011) cara pengembangan sekolah yang
mengajarkan dengan aman; simulasi; Pelatihan
menggunakan lagu bermain pengintegrasian pengurangan
merupakan pesan dan peringatan risiko bencana ke kurikulum
ketika terjadi gempa. Pendidikan sekolah dan metode
dini dengan permainan adalah pembelajaran PAKEM;
hal yang sangat menarik dan peningkatan kapasitas guru dan
mengesan bagi anakanak karena siswa; pembuatan modul, film dan
mudah diingat, dipahami apa poster serta lomba sekolah
yang harus dilakukan pada saat bencana (World Vision Indonesia,
bencana datang. Hal tersebut 2011).
juga didukung dari hasil observasi Pernyataan tersebut juga
bahwa anak-anak cepat didukung American Academy of
menghafal lagu BBMK dan Pediatrics (2008) bahwa salah
bernyanyi saat melakukan satu aspek yang paling penting di
simulasi. tahap kesiapan dalam
Meningkatnya kesiapsiagaan menghadapi bencana di sekolah
siswa didukung oleh peran guru adalah memberikan pemahaman
dan orang tua. Sekolah siaga terhadap orang tua tentang
bencana merupakan rencana emergency plan dan proses
tindak lanjut untuk menjadikan SD reunifikasi, selain itu alat
N Giwangan sebagai SD inklusi komunikasi seperti TV, radio dan
siaga bencana. Pelatihan dan HP atau telepon sebagai strategi
pemberikan edukasi terhadap kesiapan bencana. Media
guru dan orang tua siswa informasi seperti koran, poster di
dilakukan terpadu dan pasang ditempat yang strategis
berkelanjutan. Program sekolah sehingga setiap orang dapat

8
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.3 November 2016)
mengetahui informasi yang DI Kabupaten Bantul Yogyakarta.
Prosiding Seminar Nasional
disampaikan. Sekolah juga perlu
Penelitian. Pendidikan dan
memastikan bahwa komunikasi Penerapan MIPA. Fakultas MIPA.
saat bencana sudah Universitas
Negeri Yogyakarta
direncanakan dengan baik antar
komunitas di dalam sekolah Filina.(2013). Efektifitas Metode
Role playing Untuk meningkatkan
maupun di luar komunitas sekolah Kosakata Anak tunarungu. Jurnal
seperti dengan orang tua siswa. Ilmu
Pendidikan khusus, 1(1)
KESIMPULAN
Pemberian metode simulasi Hatiningsih, N. (2013). Play
siaga bencana gempa bumi Therapy untuk Meningkatkan
Konsentrasi pada Anak Attention
memberikan pengaruh positif Deficit Hyperactive Disorder
dengan kategori lemah terhadap (ADHD). Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan, 1(2)
kesiapsiagaan menghadapi
Kemdikbud. (2013). Kurikulum
bencana gempa bumi pada anak-
2013 Kompetensi Dasar Sekolah
anak. Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidaiyah
(MI).
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: Kementrian Pendidikan
American Academy of Pediatrics. dan Kebudayaan
(2008). Disaster
Planning for Schools. Landreth, G.L.(2001). Innovations
Pediatrics,122, 4 in Play Therapy: Issues, Process,
and Special Populations.
Ali, M. (2010). Guru Dalam Philadelphia: Brounner-Routledge
Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algensindo Olson, D.K, Scheller, A, Larson,
S, Lindeke, L & Edwardson, S.
BNPB. (2014). Data dan (2010). Using Gaming Simulation
Informasi Bencana to Evaluate Bioterrorism and
Indonesia. Emergency Readiness Education.
http://dibi.bnpb.go.id/DesInventar/ Public Health Rep, May-June
simple_data.jsp. 2010, 125, 468-477
diakses: 13 Mei 2014
Peraturan Pemerintah Republik
Dahlan, M.S. (2013). Statistik Indonesia. (2008).
Untuk Kedokteran dan Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana. No 21
Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika
Rinaldi. (2009). Kesiapan
Menghadapi Bencana Pada
Dwisiwi, R.S, Surachman,
Masyarakat Indonesia.
Sudomo, J & Wiyatmo, Y. (2012).
Universitas Negeri Padang.
Pengembangan Teknik Mitigasi
Jurnal Penelitian Psikologi 14(1)
Dan Manajemen Bencana Alam
Gempabumi Bagi Komunitas SMP
9
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.3 November 2016)
Sunarto, N. (2012). Edukasi
Penanggulangan
Bencana Lewat Sekolah.
http://bpbd.banjarkab.go.id/?p=75.
Diakses : 3 Maret
2014

Sanjaya, W. (2013). Strategi


Pembelajaran: Berorientasi
Standar Proses Pendidikan.
Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group

Siska, Y. (2011). Penerapan


Metode Bermain Role Playing
Dalam Meningkatkan Ketrampilan
Sosial Dan
Ketrampilan Berbicara Anak Usia
Dini. Tesis.
Universitas Pendidikan Indonesia

Suhardjo, D. (2011). Arti Penting


Pendidikan Mitigasi Bencana
Dalam Mengurangi Resiko
Bencana.
Cakrawala Pendidikan, Juni, Th.
XXX, 2

Steward, D & Wan, T.T.(2007).


The Role of Simulation and
Modeling in Disaster
Management. J Med Syst. 3,
125–130.
UNCRD. (2009). Mengurangi
Kerentanan Anak-anak Sekolah
terhadap Bahaya Gempa Bumi.
Proyek
Inisiatif Keselamatan Sekolah
Terhadap Gempa Bumi
(SESI). UNCRD

World Vision Indonesia.(2011).


Sekolahku Siaga Bencana:
Dokumentasi Program. PT Sinar
Surya
Megah

10

You might also like