You are on page 1of 11

ARTIKEL PENEITIAN

HUBUNGAN TINGKAT KESIAPSIAGAAN BENCANA DENGAN TINGKAT


KECEMASAN WARGA DI DAERAH RAWAN BANJIR

DI KELURAHAN MANGKANG WETAN KECAMATAN TUGU

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar

Sarjana Keperawatan

OLEH :

IKA WAHYU PRIHATININGSIH

010115A057

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2019

1
2
HUBUNGAN TINGKAT KESIAPSIAGAN BENCANA DENGAN TINGKAT
KECEMASAN WARGA DI DAERAH RAWAN BANJIR DI KELURAHAN
MANGKANG WETAN KECAMATAN TUGU

Ika Wahyu Prihatiningsih, Abdul Wakhid, Faridah Aini


Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo
email:ika.ikuk74@gmail.com

ABSTRACT

The events of floods are a factor that causes anxiety for the community, especially
those who have been victims. Disaster preparedness is an effort that can be done to reduce
the psychological impact of anxiety. Communities must improve appropriate preparedness.
In this study, Mangkang Wetan Village was chosen as a purposive location with
consideration as the area included in the flood hazard map according to the Regional
Disaster Management Agency of Semarang City. The purpose of this study was to
determine the correlation between the level of disaster preparedness and the level of
anxiety of residents in flood-prone areas in Mangkang Wetan Village, Tugu District.
The type of design in this study used descriptive correlation with a cross sectional
approach. The population of this study was all residents in flood-prone areas in Mangkang
Wetan Village, Tugu District, Semarang, which amounted to 1255 people. Samples were
taken by using accidental sampling technique as many as 304 respondents. The instrument
of this study used a questionnaire. Test data analysis used the Chi-Square test.
The results showed that the majority of respondents in the almost ready category
were 99 respondents (32.6%) and the majority of respondents in the medium anxiety
category were 122 respondents (40.1%) with p value 0,000 < α (0.05). It can be concluded
that there is a correlation between the level of disaster preparedness and the level of
anxiety of residents in flood-prone areas in Mangkang Wetan Village, Tugu District.
To be able to reduce anxiety during disasters, for this reason, efforts are needed to
increase community preparedness, for example through hate counseling so that a disaster-
responsive community is formed.

Keywords: level of disaster preparedness, level of anxiety, flood

ABSTRAK

Peristiwa bencana banjir menjadi faktor penyebab timbulnya kecemasan bagi


masyarakat khususnya yang pernah menjadi korban. Kesiapsiagaan adalah upaya yang
dapat dilakukan untuk mengurangi dampak psikologis berupa kecemasan. Masyarakat
harus meningkatkan kesiapsiagaan yang tepat guna. Pada penelitian ini, Kelurahan
Mangkang Wetan dipilih menjadi lokasi secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan
sebagai wilayah yang masuk dalam peta rawan bencana banjir menurut Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kota Semarang. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan tingkat kesiapsiagaan tingkat kesiapsiagaan bencana dengan tingkat
kecemasan warga di daerah rawan banjir di Kelurahan Mangkang Wetan Kecamatan Tugu.
Jenis desain dalam penelitian ini mengunakan deskriptif korelasional dengan
pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh warga di daerah rawan

3
banjir di Kelurahan Mangkang Wetan Kecamatan Tugu Kota Semarang yang berjumlah
1255 orang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik accidental sampling yaitu
sebanyak 304 responden. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner. Uji analisis
data menggunakan uji Chi-Square.
Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden dalam kategori hampir
siap yaitu 99 responden (32.6%) dan mayoritas responden dalam kategori kecemasan
sedang yakni 122 responden (40.1%) dengan p value 0,000 < α = 0.05. Dapat disimpulkan
terdapat hubungan tingkat kesiapsiagaan tingkat kesiapsiagaan bencana dengan tingkat
kecemasan warga di daerah rawan banjir di Kelurahan Mangkang Wetan Kecamatan Tugu.
Untuk dapat mengurangi kecemasan saat bencana, untuk itu diperlukan upaya
peningkatan kesiapsiagaan masyarakat misalnya melalui penyuluhan kebencaan sehingga
terbentuk masyarakat yang tanggap bencana.

Kata Kunci : tingkat kesiapsiagaan bencana, tingkat kecemasan, banjir

PENDAHULUAN dan tempat tinggal yang aman dan


Data Informasi Bencana nyaman. Sulitnya mendapatkan
Indonesia dari Badan Nasional kebutuhan dasar ini dapat menyebabkan
Penanggulangan Bencana tahun 2018 seseorang mengalami masalah psikologis
mencatat sebanyak 3397 kejadian seperti kecemasan (E. Suharini, 2014).
bencana diantaranya sebanyak 871 Menurut Kaplan dan Sadock
kejadian banjir di Indonesia. (Badan (2010) faktor lingkungan dan sosial
Nasional Penanggulanagn Bencana seperti bencana alam menjadi faktor yang
,2018) mempengaruhi timbulnya kecemasan.
Badan Penanggulangan Bencana Trauma psikologis sebagai dampak
Daerah Kota Semarang melakukan lanjutan dari banjir berefek signifikan
pemetaan wilayah daerah rawan banjir terhadap kesehatan mental seseorang.
salah satunya di wilayah Kecamatan Kecemasan dan stres seringkali
Tugu diantaranya adalah Kelurahan meningkat pasca banjir, perilaku disruptif
Mangkang Wetan, Kelurahan Mangkang kian nyata dan strategi koping menurun.
Kulon, Kelurahan Tugurejo dan Banjir berdampak terhadap kesehatan
Kelurahan Mangunharjo (BPBD Kota psikologis seperti stress akut, kecemasan
Semarang , 2017) dan depresi klinis, post traumatic stress
Bencana banjir di DAS Beringin disorder (PTSD) (Bisson & Lewis, 2009).
dari tahun 2010-2017 sudah terjadi Banjir merupakan salah satu jenis
sebanyak delapan kali, dengan pravelensi bencana yang perlu terus diwaspadai oleh
terutama terjadi pada musim penghujan. masyarakat. Karakter banjir yang datang
Rata- rata masyarakat di area tersebut secara tiba- tiba dan menyusutnya juga
memiliki tempat tinggal yang berdekatan cepat memberikan dampak yang besar
dengan sungai bahkan terletak di bagi masyarakat di hilir sungai.
bantaran sungai. Masyarakat yang Kesiapsiagaan dari masyarakat sangat
bertempat tinggal di Mangkang Wetan diperlukan dalam menghadapi ancaman
sebagian besar pernah menjadi korban banjir melalui peningkatan kapasistas
bencana banjir. Kondisi lingkungan fisik masyarakat (Azmeri, 2016).
yang demikian dapat menimbulkan Dalam UU No 24 Tahun 2007
permasalahan dalam mengakses tentang penanggulangan bencana dampak
kebutuhan dasar hidup seperti air bersih, psikologi akibat bencana dapat dikurangi
makanan yang sehat, sandang yang layak melalui kegiatan kesiapsiagaan. Menurut

4
Harkunti (2009 dikutip dari DIESEMAS Banjir di Kelurahan Mangkang Wetan
ITB, 2009) Kesiapsiagaan bencana Kecamatan Tugu”.
merupakan tingkat kesiapan (readiness)
dan kemampuan (ability) dari suatu
masyarakat untuk fase pra-bencana METODE PENELITIAN
pada saat ancaman bencana akan Desain penelitian yang digunakan
terjadi. Upaya kesiapsiagaan tersebut adalah deskriptif korelasi dengan
dilaksanakan pada situasi dimana pendekatan cross sectional. Penelitian
terdapat potensi terjadinya bencana. dilakukan pada 19-21 Juli 2019 di
Badan Penanggulangan Bencana Keluahan Mangkang Wetan Kecamatan
Daerah telah melakukan upaya Tugu. Populasi yang didapatkan sejumlah
peningkatan kesiapsiagaan warga 1255 orang menggunakan rumus Slovin
Mangkang Wetan melalui pendidikan dengan tingkat kelonggaran 5% diperoleh
dan simulasi kebencanaan mengenai 304 responden. Teknik sampling yang
banjir dan membentuk Keluarga Siaga digunakan adalah accidental sampling.
Bencana guna mewujudkan warga siaga Instrumen penelitian yang
bencana (BPBD Kota Semarang, 2017). digunakan menggunakan kuesioner
Hasil penelitian yang telah kesiapsiagaan bencana dari LIPI-
dilakukan sebelumnya mengenai UNESCO/ISDR tahun 2006 dan
kesiapsiagaan masyarakat di DAS kuesioner kecemasan HARS.
Beringin menunjukan perubahan Analisis statistic yang digunakan
kesiapsiagaan terjadi pada upaya Uji Chi- Square dalam penelitian ini
pemahaman kebencanaan, mobilisasi terdapat 6 sel dengan nilai ekspektasi
sumberdaya, sistem peringatan dini, dan kurang dari 5 sehingga dilakukan
perencanaan kesiapsiagaan. (A.N penggabungan sel pada variable tingkat
Nurromansyah dan J.S Setyono, 2014) kecemasan dari kategori kecemasan
Melihat fenomena ini, penulis berat dan berat sekali menjadi kategori
merasakan perlu untuk dilakukan kecemasan berat sehingga diperoleh 0 sel
penelitian “Hubungan Tingkat yang memiliki nilai ekspektasi kurang
Kesiapsiagaan Bencana Dengan Tingkat dari 5, nlai yang dibaca Pearson Chi-
Kecemasan Warga di Daerah Rawan Square.

HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Distribusi frekuensi responden Tidak bekerja 37 12.2
Nelayan 68 22.4
berdasarkan umur, jenis kelamin, Petani 16 5.3
pendidikan terakhir, pekerjaan, Pegawai swasta 62 20.4
pengalaman mengikuti pendidikan/ Wiraswasta 59 19.4
PNS 9 3.0
pelatihan kebencanaan. IRT 53 17.4
Karakteristik N(304) % Pendidikan/Pela
tihan
Umur Kebencanan 186 61.2
18-40 240 78.9 Ya 118 38.8
41-60 64 21.1 Tidak
Jenis Kelamin
Laki- Laki 120 39.5
Perempuan 184 60.5 Tabel 1 menunjukan lebih banyak
Pendidikan responden yang berumur 18-40 tahun,
SD 74 24.3
SMP 63 20.7
yaitu 240 responden (78,9%).
SMA 138 45.4 Berdasarkan jenis kelamin responden
Universitas 16 5.3 terbanyak adalah perempuan dengan
Tidak Sekolah 13 4.3
Pekerjaan
jumlah 184 responden (60.5%). Tingkat

5
pendidikan responden paling banyak Wetan Kecamatan Tugu hampir siap
adalah SMA sejumlah 138 responden yaitu 99 responden (32.6%) dari 304
(45.4%). Berdasarkan pekerjaan, responden (100%).
responden terbanyak bekerja sebagai Tabel 4.3 Distribusi frekuensi
nelayan dengan jumlah 68 responden berdasarkan tingkat kecemasan warga
(22.4). Berdasarkan pendidikan atau di daerah rawan banjir
pelatihan kebencanaan lebih banyak yang
mengikuti yaitu sebanyak 186 responden
Tingkat Kecemasan f %
(61.2%).
Tidak ada kecemasan 63 20.7
Tabel 2 Distribusi frekuensi
Kecemasan ringan 71 23.4
berdasarkan tingkat kesiapsiagaan
Kecemasan sedang 122 40.1
bencana warga di daerah rawan banjir
Kecemasan berat 45 14.8
Kecemasan berat sekali 3 1.0
Tingkat f %
Total 304 100
Kesiapsiagaan
Bencana
Sangat siap 49 16.1 Berdasarkan Tabel 4.3 dapat
Siap 79 26 diketahui bahwa mayoritas tingkat
Hampir siap 99 32.6 kecemasan warga di daerah rawan banjir
Kurang siap 45 14.8 di Kelurahan mangkang Wetan
Belum siap 32 10.5 Kecamatan Tugu termasuk dalam
Total 304 100 kategori kecemasan sedang yakni 122
responden (40.1%) dari 304 responden
Berdasarkan Tabel 2 dapat (100%).
diketahui bahwa mayoritas tingkat
kesiapsiagaan bencana warga di daerah
rawan banjir di Kelurahan Mangkang
Tabel 4.4 Hubungan tingkat kesiapsiagaan bencana dengan tingkat
kecemasan warga di daerah rawan banjir di Kelurahan Mangkang
Wetan Kecamatan Tugu
Tingkat Tingkat Kecemasan
Kesiaapsiagaan Tidak ada Kecemasan Kecemasan Kecemasan Total p-value
Bencana kecemasan ringan sedang berat
F % f % f % f % F % 0.000
Sangat siap 15 30.6 13 26.5 13 26.5 8 16.3 49 16.1
Siap 10 12.7 24 30.4 37 46.8 8 16.7 79 26.0
Hampir siap 18 18.2 17 17.2 54 54.5 10 10.1 99 32.6
Kurang siap 11 24.4 10 22.2 10 22.2 14 31.1 45 14.8
Belum siap 9 28.1 7 21.9 8 25.0 8 25.0 32 10.5
Jumlah 63 20.7 71 23.4 122 40.1 48 15.8 304 100
Berdasarkan analisa data Tabel 4.4 di atas menunjukan bahwa kelompok responden
dengan tingkat kesiapsiagaan bencana dalam kategori kurang siap mengalami kecemasan
berat sebanyak 14 responden (31.1%), kategori ini lebih banyak di dapatkan dibandingkan
pada kelompok responden kategori lainnya. Namun pada penelitian ini mayoritas warga
dalam kategori tingkat kesiapsiagaan bencana hampir siap mengalami kecemasan sedang.
Hasil uji Chi-square diperoleh nilai p 0.000 (α = 0.05) yang menunjukan ada
hubungan tingkat kesiapsiagaan bencana dengan tingkat kecemasan warga di daerah rawan
banjir di Kelurahan Mangkang Wetan Kecamatan Tugu.

6
PEMBAHASAN Kelurahan mangkang Wetan Kecamatan
1. Analisis Univariat Tugu berbeda- beda sesuai dengan
Gambaran karakteristik karakteriristiknya. Berdasarkan
responden warga di daerah rawan responden yang berusia 18-40 tahun
banjir di Kelurahan Mangkang Wetan memiliki tingkat kesiapsiaagan hampir
Kecamatan Tugu siap sebanyak 27,6%. . Semakin tinggi
Tabel 4.1 menunjukan lebih usia belum tentu semakin baik pada
banyak responden yang berumur 18-40 tingkat kesiapsiagaannya. Demikian pula
tahun, yaitu 240 responden (78,9%). sebaliknya, kenyataan ini bertolak
Berdasarkan jenis kelamin responden belakang dengan penelitian Ahmad
terbanyak adalah perempuan dengan (2011) yang menyatakan bahwa umur
jumlah 184 responden (60.5%). Tingkat yang semakin dewasa tidak menunjukan
pendidikan responden paling banyak adanya kesediaan untuk mempersiapkan
adalah SMA sejumlah 138 responden diri saat bencana. Jika dilihat dari
(45.4%). Berdasarkan pekerjaan, pelatihan kebencanaan yang diikuti,
responden terbanyak bekerja sebagai mayoritas responden yang mengikuti
nelayan dengan jumlah 68 responden pendidikan/pelatihan kebencanaan
(22.4). Berdasarkan pendidikan atau memiliki tingkat kesiapsiagaan lebih
pelatihan kebencanaan lebih banyak yang tinggi dibandingkan yang belum pernah
mengikuti yaitu sebanyak 186 responden mengikuti pendidikan/pelatihan
(61.2%). Hal ini sejalan dengan kebencanaan. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakuakn Pangesti penelitian Ramli (2014) yang
(2012) bahwa perbedaan karakteristik menyatakan bahwa pelatihan siaga
responden seperti jenis kelamin dan usia bencana akan meningkatkan
akan memiliki hasil pengetahuan maupun kesiapsiagaan seseorang saat menghadapi
sikap yang berbeda tentang kesiapsiagaan bencana. Menurut penelitian Jacklin
bencana. (2015) tingkat kesiapsiagaan bencana
Gambaran tingkat pada orang yang pernah mengikuti
kesiapsiagaan bencana warga di pelatihan atau penyuluhan berkaitan
daerah rawan banjir di Kelurahan dengan kebencanaan lebih tinggi dari
Mangkang Wetan Kecamatan Tugu pada orang yang tidak mengikuti
Tabel 4.2 menunjukan bahwa pelatihan atau penyuluhan kebencanaan.
mayoritas tingkat kesiapsiagaan bencana Berdasarkan pendidikan terakhir
warga di daerah rawan banjir di responden mayoritas lulusan Sekolah
Kelurahan Mangkang Wetan Kecamatan Menengah Atas 15.1%, jika tingkat
Tugu hampir siap yaitu 99 responden pemahaman tinggi, maka dapat
(32.6%) dari 304 responden (100%). mempengaruhi cara berpikir masyarakat
Sebagian masyarakat melakukan yang lebih baik, kemudian informasi dan
persiapan namun masih ada masyarakat inovasi akan terserap dengan cepat
yang beranggapan bahwa bencana adalah sehingga lebih siap dalam menghadapi
sebuah takdir sehingga tidak perlu bencana. Hal ini sesuai juga dengan yang
dilakukan persiapan secara matang. Hal disampaikan oleh Priyanto (di dalam
ini sejalan dengan penelitian Chrisantrum Rante, 2012), bahwa pada masyarakat
(2011) bahwa masyarakat dalam kategori yang berpendidikan tinggi lebih mampu
hampir siap karena beranggapan bencana dalam mengurangi resiko, meningkatkan
alam sebagai takdir Tuhan. kemampuan dan menurunkan dampak
Tingkat kesiapsiagaan bencana terhadap kesehatan sehingga akan
warga di daerah rawan banjir di berpatisipasi baik sebagai individu atau

7
masyarakat dalam menyiapkan diri untuk Berdasarkan jenis kelamin,
bereaksi terhadap bencana. Aktivitas responden terbanyak mengalami
pendidikan di samping untuk penyediaan kecemasan sedang adalah perempuan
informasi adalah mempelajari sebanyak 72 responden. Wanita rata- rata
keterampilan dan pemberdayaan diri dua sampai tiga kali mengalami
sedemikian rupa sehingga mampu kecemasan dibandingkan laki- laki.
melakukan tindakan yang memungkinkan Wanita memiliki resiko lebih besar untuk
untuk mengurangi resiko bahaya menderita gangguan kecemasan karena
bencana. posisi mereka dalam masyarakat dan
Gambaran tingkat kecemasan sifat- sifat dasar mereka dalam menjalin
warga di daerah rawan banjir di hubungan dengan orang lain. Secara
Kelurahan Mangkang Wetan umum wanita kurang memiliki kekuatan
Kecamatan Tugu dalam masyarakat dan status mereka
secara tipikal terikat dengan laki- laki
Tabel 4.3 menunjukan bahwa (Wiramiharja, 2015).
sebagian besar responden mengalami Jika dilihat berdasarkan tingkat
kecemasan sedang yakni sejumlah 122 pendidikan, responden dengan
responden (40.1%). Hal ini disebabkan pendidikan rendah cenderung lebih
karena warga merasa takut dan cemas cemas dibandingkan dengan orang
apabila banjir menelan korban jiwa, berpendidikan tinggi. Menurut penelitian
korban luka, kehilangan harta benda Sutejo (2011) didapatkan bahwa
maupun rusaknya infrastruktur. Hal ini penduduk dengan pendidikan menengah
sejalan dengan peelitian Alilah (2012) cenderung lebih mampu mengatasi
menyebutkan bahwa keadaan normal kecemasan, hal ini disebabkan karena
setiap orang memiliki kemampuan tingkat pengetahuan dan pemahaman
mengendalikan rasa takut, tetapi bila mereka dalam penyelesaian masalah
terpapar terus-menerus dengan hal yang lebih tinggi. Menurut penelitian Tri pada
menjadi sumber ketakutannya, maka tahun 2009 didapatkan bahwa
akan terjadi fiksasi, dimana mental pengetahuan yang kurang akan
seseorang terkunci pada sumber berdampak pada sikap dan perilaku
kecemasannya tersebut yang membuat seseorang dalam manjemen bencana dan
kecemasannya membesar. kesiapsiagaan bencana. Hal ini juga
sesuai penelitian Harahap bahwa tingkat
Tingkat kecemasan warga di
pengetahuan merupakan salah satu faktor
daerah rawan banjir di Kelurahan
penting yang dapat mempengaruhi sika
Mangkang Wetan Kecamatan Tugu
dan keadaan psikologis seseorang.
berbeda- beda sesuai dengan
2. Analisis Bivariat
karakteristiknya. Berdasarkan usia,
Hubungan tingkat kesiapsiagaan
responden dengan usia 18-40 tahun lebih
bencana dengan tingkat kecemasan
banyak memiliki tingkat kecemasan
warga di daerah rawan banjir di
sedang 97 responden (31.9%). Usia 18-
Kelurahan Mangkang Wetan
40 tahun adalah dewasa awal, di mana
Kecamatan Tugu
usia muda cenderung lebih cemas
Hasil uji Chi-square diperoleh nilai
dibandingkan dewasa madya. Hal ini
p 0.000 (α = 0.05) yang menunjukan ada
juga didukung oleh Kaplan dan Sadock
hubungan tingkat kesiapsiagaan bencana
(2010) yang berpendapat bahwa usia
dengan tingkat kecemasan warga di
muda lebih mudah mengalami perasaan
daerah rawan banjir di Kelurahan
cemas dibandingkan usia tua.
Mangkang Wetan Kecamatan Tugu. Hal
ini disebabkan karena masyarakat

8
beranggapan daerah tempat tinggalnya sangat penting untuk mengetahui
masih aman dan menjadi sumber kesiapsiagaan bencana karena mereka
penghidupan dan penghasilan untuk komponen terbesar dalam skateholders
memnuhi kebutuhan hidup sehari-hari. yang memegang peranan penting dalam
Pengaruh aktifiitas kegiatan di kesiapsiagaan (LIPI-
mana responden yang lebih sering UNESCO/ISDR,2006).
bersentuhan dengan dengan kegiatan
kebencanan ternyata jauh lebih memiliki
kesiapan. Kenyataan ini sesuai dengan KERBATASAN PENELITIAN
sebuah penelitian menyebutkan bahwa Keterbatasan adalah kelemahan
masyarakat yang dapat menerima bahwa dalam suatu penelitian. Adapun
mereka hidup dalam kerentanan terhadap keterbatasan penelitian ini adalah peneliti
bencana dan lebih sering bersentuhan tidak melihat faktor lain yang dapat
dengan kegiatan kebencanaan akan lebih mempengaruhi kesiapsiagaan dan tingkat
mampu meningkatkan kesiapsiagaan, kecemasan responden seperti jumlah
lebih memhami dan cenderung sesuai pendapatan, pekerjaan, agama, suku, dan
dengan rencana ketika bencana tersebut jarak rumah ke DAS dan pesisir pantai.
terjadi. Dalam menghadapi bencana,
masyarakat hanya dihadapkan pada
SIMPULAN
pilihan bahwa mau tidak mau mereka
1. Tingkat kesiapsiagaan bencana
harus bersahabat dengan bencana,
warga di daerah rawan banjir di
terutama karena mereka hidup dan
Kelurahan Mangkang Wetan
mencari penghidupan dalam lingkungan
Kecamatan Tugu sebagian besar
yang rawan bencana sehingga apa yang
termasuk dalam kategori hampir siap
didapat dan dipelajari dengan penyerapan
yaitu 99 responden (32.6%).
yang baik akan membentuk sikap dan
2. Tingkat kecemasan warga di daerah
perilaku kesiapsiagaan yang baik.
rawan banjir di Kelurahan
(Johannesdottir dan Gisladottir, 2010)
Mangkang Wetan Kecamatan Tugu
Hasil penelitian ini sejalan dengan
sebagian besar termasuk dalam
penelitian Yoviana (2012) tentang
kategori kecemasan sedang yakni
hubungan tingkat kesiapsiagaan
122 responden (40.1%)
menghadapi bencana banjir dengan
3. Terdapat hubungan antara tingkat
tingkat kecemasan. Hasil didapatkan
kesiapsiagaan bencana dengan
terdapat hubungan tingkat kesiapsiagaan
tingkat kecemasan warga di daerah
menghadapi banjir dengan tingkat
rawan banjir di Kelurahan
kecemasan masyarakat. Penelitian
Mangkang Wetan Kecamatan Tugu,
Rinaldi tahun 2009 didapatkan
dengan nilai p 0,000 < 0,005 (α).
kesiapsiagaan menghadapi bencana
bertujuan untuk mengurangi kerentanan,
kerusakan bangunan, meningkatkan SARAN
kontrol individu dan masyarakat terhadap
bencana yang terjadi. Kesiapsiagan 1. Bagi Masyarakat
menghadapi bencana memberikan Untuk dapat mengurangi
kesadaran dan keyakinan terhadap kecemasan saat bencana, untuk itu
masyarakat serta meminimalisir korban diperlukan upaya peningkatan
bencana dan dampak psikologis. kesiapsiagaan masyarakat misalnya
Kesiapsiagaan bencana adalah melalui penyuluhan kebencaan
salah satu komponen dalam rangka sehingga terbentuk masyarakat yang
mengurangi risiko bencana. Masyarakat tanggap bencana.

9
2. Bagi Pemerintah Bencana. Pustadatinmas BPBD
Untuk dapat mengadakan Kota Semarang.
pendidikan dan pelatihan Badan Nasional Penanggulangan
kebencanaan banjir dan mendorong Bencana (BNPB). (2017). Buku
masyarakat untuk ikut serta dalam Saku Tanggap Tangkas Menghadapi
upaya peningkatan kesiapsiagaan Bencana.
bencana. Bisson, I Jonatan; Catrin,Lewis. (2014).
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Systematic Review Of
Diharapkan bagi peneliti Psychological First Aid.
selanjutnya dapat meneliti lebih ResearchGate.
lanjut mengenai aspek kesiapsiagaan E. Suharini.2014. Pengembangan Model
yang paling berpengaruh terhadap Early Warning System Bencana
tingkat kecemasan. Banjir Berbasis Sistem Informasi
Geografis Di DAS Beringin Kota
Semarang. LAporan Penelitian
DAFTAR PUSTAKA LP2M Unnes, Semarang.
Jacklin.2015. Pengaruh Penyuluhan
Bencana Banjir Terhadap
Ahmad AR dan Djoko Kesiapsiagaan Siswa SMP
SA.2011.Hubungan antara Umur, KhatolikSoegiyo Pranoto Manado
Pendidikan, Pendapatan,dan Menghadapi Banjir. Ejournal
Pengalaman Bencana dengan Keperawatan.2:117-129
Kesiapsiagaan Tingkat Rumah LIPI-UNESCO/ISDR. Kajian
Tangga. Jurnal Perencanaan Kesiapsiagaan Masyarakat
Wilayah dan Kota BSAPPK.1;29-35 Mengantisipasi Bencana Gempa
Bumi dan Tsunami Jakarta : Deputi
A. N Nurromansyah dan J.S Setyoo, Ilmu Pengetahuan Kebumian
.2014.Perubahan Kesiapsiagaan Lembaga Ilmu Pengetahuan
DAS Beringin Kota Semarang Indonesia;2006
dalam Menghadapi Ancaman Banjir Pangesti.2012.Gambaran Tingkat
Bandang," Jurnal Wilayah dan Pengetahuan dan Aplikasi Kesiapan
Lingkungan, vol 2, no. 3, hal 231- bencana Pada Mahasiswa Fakultas
244 Ilmu Keperawatan Universitas
Azmeri, Safrida, dan R. Mironi. Indonesia. Jakarta : Skripsi.UI.
2016.Manajemen Kesiapsiagaan Priyanto.2006.Promosi Kesehatan Pada
Masyarakat terhadap bencana Banjir Situasi Emergensi
Bandang di Desa Beureunut Jakarta:EGC;2006;Hal 50-100
Kecamatan Seulimum Kabupaten Ramli, Soehatman. 2010. Petunjuk
Aceh Besar di Seminar Nasional Praktis Manajemen Kebakaran (Fire
Teknik Sipil 2016, ISBN : 2086- Management). Jakarta: Dian Rakyat.
5244 Rinaldi.2009. Kesiapan Menghadapi
B. N. P. B. (2017). Data Informasi Bencana Pada Masyarakat
Bencana Indonesia. Retrieved from Indonesia. Jurnal Penelitian
http://bnpb.cloud/dibi/laporan4 Psikologi.14(1).
Badan Nasional Penanggulangan Sutejo B.A, Keliat S.P, Hartono
Bencana. (2018). Info Bencana. N.S.2011. PenurunanAnsietas
Pusdatinmas BNPB, (Oktober), 1–4. Melalui Logoterapi Kelompok Pasca
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Gempa.Jurnal Keperawatan
Kota Semarang. (2017). Info Indonesia14:107-112

10
Wiramiharja S.2015. Pengantar Psikologi
Abnormal. Bandung : PT. Refika
Aditama. Hal 84-85
Yoviana. Yazid (2014). Hubungan
Tingkat Kesiapsiagaan Keluarga
Menghadapi Prediksi Gempa Dan
Tsunami Dengan Tingkat
Kecemasan Kepala Keluarga Di
Kelurahan Belakang Tangsi
Kecamatan Padang Barat Kota
Padang Tahun 2012.

11

You might also like