You are on page 1of 10

`

ARTIKEL PENELITIAN

ASOSIASI KESIAPSIAGAAN BENCANA TANAH LONGSOR DENGAN TINGKAT


KECEMASAN PADA MASYARAKAT DUSUN SUWANTING DESA
BANYUROTO KECAMATAN SAWANGAN

Oleh FRIDA SARI ENDARWATI 010116A038

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN


UNIVERSITAS NGUDI WALUYO 2020
HALAMAN PENGESAHAN

Artikel berjudul :
ASOSIASI KESIAPSIAGAAN BENCANA TANAH LONGSOR DENGAN TINGKAT
KECEMASAN PADA MASYARAKAT DUSUN SUWANTING DESA BANYUROTO
KECAMATAN SAWANGAN

Disusun oleh :
FRIDA SARI ENDARWATI
010116A038

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing Utama Program S1 Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Ngudi Waluyo

Ungaran, Februari2020
PembimbingUtama

Ns. Abdul Wakhid, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.J


NIDN. 0602027901

ii
ASOSIASI KESIAPSIAGAAN BENCANA TANAH LONGSOR DENGAN TINGKAT
KECEMASAN PADA MASYARAKAT DUSUN SUWANTING DESA BANYUROTO
KECAMATAN SAWANGAN
Frida Sari Endarwati, Abdul Wakhid, Faridah Aini
Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo
Email : Fridasary26@gmail.com

ABSTRACT

Landslides are one of several natural disasters that dominate the disasters that occurred during
2019. One of the psychological impacts of landslides is anxiety. A way to reduce the level of anxiety
by increasing the preparation to take of landslides in the community
To find out the correlation between landslide disaster preparation and anxiety levels in
Suwanting Banyuroto Village, Sawangan Sub-District community
This study used a descriptive correlational design, with a cross sectional approach. The
population in this study was community Suwanting with 574 people totally, the sampling technique
used in this study was purposive sampling with the samples of 235 respondents, the instrument in this
study used a questionnaire, and data analysis in this study used Kendall Tau Test
The results showed that the majority of respondents in the group were less prepared to face a
landslide disaster with a number of 168 respondents (71.5%) and in the category of moderate anxiety
level were 113 respondents (48.1%), respondents in the less prepared group with the category of light
anxiety level as many as 59 respondents (25.1%) and in the category of severe anxiety level as many
as 14 respondents (9.0%) with results r -0.476
There is a correlation between landslide disaster preparation and level of anxiety in the people of
Suwanting, Banyuroto Village, Sawangan District community with p value 0,000 (α = 0.05).

Keywords : preparation, Landslide Disaster, Anxiety Level

ABSTRAK

Tanah longsor merupakan salah satu dari beberapa bencana alam yang mendominasi
bencana yang terjadi pada sepanjang tahun 2019. Dampak psikologis bencana tanah longsor
salah satunya adalah kecemasan. Cara untuk menurunkan tingkat kecemasan dengan
meningkatkan kesiapsiagaan bencana tanah longsor pada masyarakat
Mengetahui asosiasi antara kesiapsiagaan bencana tanah longsor dengan tingkat
kecemasan masyarakat Dusun Suwanting Desa Banyuroto Kecamatan Sawangan
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasional, dengan pendekatan cross
sectional. Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat Dusun Suwanting dengan jumlah
574 orang, teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling
dengan jumlah sampel 235 responden, instrument pada penelitian ini menggunakan kuesioner
HARS dan kuesioner kesiapsiagaan dari LIPI yang dimodifikasi oleh peneliti, dan analisis
data adalah Uji Kendall Tau’s
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden dalam kelompok kurang
siap siaga menghadapi bencana tanah longsor dengan jumlah 168 responden (71,5%) dan
dalam kategori tingkat kecemasan sedang sebanyak 113 responden (48,1%), responden dalam
kelompok kurang siap dengan kategori tingkat kecemasan ringan sebanyak 59 responden
(25,1%) dan dalam kategori tingkat kecemasan berat sebanyak 14 responden (9,0%).

Asosiasi Kesiapsiagaan Bencana Tanah Longsor Dengan Tingkat Kecemasan Pada 1


Masyarakat Dusun Suwanting Desa Banyuroto Kecamatan Sawangan
Ada hubungan kesiapsiagaan bencana tanah longsor dengan tingkat kecemasan pada
masyarakat Dusun Suwanting Desa Banyuroto Kecamatan Sawangan dengan p value 0,000
(α = 0,05), hasil r -0,476 dengan kekuatan hubungan cukup kuat
Diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana tanah longsor dengan cara mengikuti pelatihan atau simulasi yang di selenggarakan
oleh pemerintah, mencari informasi mengenai kesiapsiagaan bencana tanah longsor supaya
menurunkan angka kecemasan.

Kata Kunci : kesiapsiagaan, Bencana Tanah Longsor, Tingkat Kecemasan


jiwa mencapai 1.481 orang meninggal
PENDAHULUAN akibat bencana. Selama ini, manajemen
Tanah longsor merupakan salah bencana dianggap bukan prioritas dan
satu dari beberapa bencana alam yang hanya datang sewaktu-waktu saja, padahal
mendominasi bencana yang terjadi pada kita hidup di wilayah yang rawan bencana.
sepanjang tahun 2019(BNPB,2019). Oleh karena itu, pemahaman tentang
Menurut Data Informasi bencana perlu dimengerti dan dikuasai oleh
Bencana Indonesia (2019) Bencana tanah seluruh kalangan, baik pemerintah,
longsor selama 2019 terjadi 550 kali. masyarakat maupun swasta.
Badan Penanggulangan Bencana Bencana tanah longsor yang terjadi
Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang secara konstan setiap tahunnya membawa
mencatat terdapat 352 kejadian bencana faktor penyebab timbulnya kecemasan bagi
yang terjadi di Kabupaten Magelang masyarakat khususnya masyarakat yang
selama tahun 2018. Bencana tanah longsor tinggal di daerah rawan. Akibat dari
menjadi ancaman serius karena paling bencana tanah longsor yang terjadi antara
banyak terjadi. Karena dari sejumlah 352 lain kehilangan tempat tinggal untuk
kejadian bencana terdapat 301 kejadian sementara waktu atau bahkan untuk
tanah longsor yang terjadi di wilayah selamanya, kehilangan mata pencaharian,
Kabupaten Magelang (Ferri, 2019). Pada bahkan yang paling parah adalah
awal pertengahan bulan maret 2019 kehilangan orang-orang yang disayang
wilayah kabupaten Magelang dilanda seperti suami, istri,anak dan anggota
bencana tanah longsor yang terjadi di 6 keluarga yang lain.Bencana tanah longsor
kecamatan yakni Salaman, Tempuran, terjadi di Desa Banyuroto setiap tahunnya,
Salam, Mertoyudan, Sawangan dan khususnya ketika musim penghujan dan
Kajoran. Akibat bencana tanah longsor ini merugikan masyarakat yang tinggal di
terdapat dua korban, satu orang meninggal Desa Banyuroto yang rawan dengan
di Desa Kapuhan yang tertimpa longsoran kejadian tanah longsor, kerugian yang
tebing dan satu orang meninggal dialami tidak hanya materil tetapi juga
disebabkan tersengat listrik di Desa psikis masyarakat yang tinggal didaerah
Wuwuharjo (Rendika, 2019) rawan tanah longsor.
Dalam Penelitian Putra dan Menurut Nova (2011) dikutip dari
Yuwono (2017) menjelaskan bahwa Yazid (2012) sebanyak 70-80% orang yang
banyaknya peristiwa bencana yang terjadi mengalami peristiwa traumatik akibat
di Indonesia dan menimbulkan korban jiwa bencana alam akan memunculkan
serta kerugian harta benda yang besar gejalagejala distress mental seperti
membutuhkan manajemen bencana yang ketakutan, panik, berduka, gangguan tidur,
baik. Berdasarkan data statistik di dan lainlain. Dari keseluruhan korban
Indonesia sampai dengan Juli 2017, korban bencana walaupun pada awal bencana
hampir semua mengalami distress mental,

Asosiasi Kesiapsiagaan Bencana Tanah Longsor Dengan Tingkat Kecemasan Pada 2


Masyarakat Dusun Suwanting Desa Banyuroto Kecamatan Sawangan
hanya sekitar 20-30% saja yang akan untuk tindakan tanggap darurat dan
mengalami gangguan jiwa berat. Ada bantuan saat bencana.Dalam UU No 24
banyak gangguan jiwa yang dapat terjadi Tahun 2007 tentang penanggulangan
setelah trauma atau bencana, salah satunya bencana dampak psikologi akibat
adalah kecemasan bencana dapat dikurangi melalui
Kecemasan adalah reaksi kegiatan kesiapsiagaan.Pemahaman
normal yang membantu masyarakat mengenai hal yang dapat
manusia menghadapi situasi yang menyebabkan tanah longsor terutama
berbahaya atau sulit. Ketika yang berhubungan dengan banyaknya
dihadapkan dengan pemicu yang lahan yang dijadikan sawah masih
berpotensi membahayakan atau rendah. Hal tersebut dikarenakan sawah
mengkhawatirkan, perasaan cemas adalah mata pencaharian yang utama.
tidak hanya normal tetapi diperlukan Beberapa penelitian di Indonesia
untuk bertahan hidup. Kecemasan yang menunjukkan bahwa masih rendahnya
berlebih dapat mengganggu konsentrasi tingkat kesiapsiagaan masyarakat
orang dalam melakukan aktivitas mengenai bencana.
mereka sehari-hari (David, 2018). Yazid (2012) melakukan
Kecemasan ditandai dengan perasaan penelitian dengan cara mewawancarai
khawatir, prihatin dan rasa takut. 12 orang kepala keluarga, dari 12 orang
Bencana tanah longsor mengakibatkan tersebut sebanyak 7 orang diantaranya
masyarakat yang tinggal didaerah yang menyatakan belum melakukan
rawan menjadi khawatir, prihatin dan persiapan untuk menghadapi bencana
merasa ketakutan. seperti mencari informasi, membuat
Menurut Lamba Munayang dan rencana evakuasi, dan menentukan
Kandou(2017) dalam penelitiannya titikpertemuan. Sedangkan 5 orang
yang meneliti tingkat kecemasan pada lainnya menyatakan telah melakukan
warga yang tinggal di daerah rawan persiapan. Dari 7 orang yang tidak
tanah longsor didapatkan bahwa membuat persiapan tersebut ada 3
responden terbanyak mengalami orang yang menyatakan tidak
kecemasan ialah pada kecemasan mengalami kecemasan. Sementara 5
sedang berjumlah 22 orang (51,1%), orang yang telah melakukan persiapan,
diikuti oleh kecemasan ringan semuanya mengatakan mengalami
berjumlah 11 orang (25,6%), dan kecemasan
kecemasan berat berjumlah 8 orang
(18,6%), sedangkan yang tidak METODE PENELITIAN
mengalami kecemasan berjumlah 2 Metode yang digunakan adalah
orang (4,7%). Salah satu cara untuk deskriptif korelasional dengan pendekatan
mengurangi kecemasan pada cross sectional. Penelitian ini dilakukan
masyarakat yang tinggal di daerah pada tanggal 2 sampai 6 Januari 2020 di
rawan tanah longsor adalah dengan Dusun Suwanting Desa Banyuroto
kesiapsiagaan bencana tanah longsor, Kecamatan Sawangan. Populasi pada
masyarakat menyiapkan diri untuk penelitian ini sebanyak 574 dan dihitung
menghadapi bencana tanah longsor. menggunakan rumus slovin dengan tingkat
Dodon(2013) menerangkan kelonggaran 5% didapatkan sampel
bahwa kesiapsiagaan bertujuan untuk sebanyak 235. Tehnik sampling yang
meminimalkan efek samping bahaya digunakan yaitu purposive sampling.
melalui tindakan pencegahan yang Instrumen penelitian yang digunakan
efektif, tepat waktu, memadai, efesiensi menggunakan kuesioner kesiapsiagaan

Asosiasi Kesiapsiagaan Bencana Tanah Longsor Dengan Tingkat Kecemasan Pada 3


Masyarakat Dusun Suwanting Desa Banyuroto Kecamatan Sawangan
bencana dari LIPI-UNESCO/ISDR tahun banyak responden berpendidikan terakhir
2006 dan kuesioner kecemasan HARS. SMP yaitu 106 responden (45,1%).
Analisis statistik yang digunakan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi
adalah uji Kendall Tau’s untuk mengetahui Berdasarkan Kesiapsiagaan Bencana
seberapa erat hubungan variabel Tanah Longsor Pada Masyarakat Dusun
kesiapsiagaan bencana denga tingkat Suwanting Desa Banyuroto
kecemasan. Kecamatan Sawangan
Kategori Frekuensi Presentase
(f) (%)
Belum siap 19 8,1
HASIL PENELITIAN Kurang siap 168 71,5
Tabel 1 Distribusi Hampir siap 43 18,3
frekuensi responden berdasarkan Siap 5 2,1
jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan Total 235 100
pendidikan Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
terakhir bahwa masyarakat Dusun Suwanting Desa
Karakteristik Frekuensi Presentase Banyuroto Kecamatan Sawangan yang
(f) (%) menjadi responden mayoritas berada pada
Jenis kelamin kelompok kurang siap siaga
Laki-laki 129 54,9 dalam menghadapi tanah longsor.
Perempuan 106 45,1 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi
Usia 16- Berdasarkan Tingat Kecemasan
35 123 52,4 Masyarakat Yang Tinggal di Daerah
36-60 112 47,6 Rawan Tanah Longsor Dusun
Pekerjaan Petani Suwanting Desa Banyuroto Kecamatan
134 57 Sawangan
Peternak 5 2,1 Tingkat Frekuensi Presentase
Irt 24 10,2 kecemasan (f) (%)
Pedagang 58 24,7 Ringan 99 42,1
Lain-lain 14 6,0 Sedang 113 48,1
Pendidikan Berat 23 9,8
Tidak Sekolah 17 7,2 Total 235 100
SD 91 38,7
SMP 106 45,1 Hasil penelitian pada tabel 4.3
SMA 21 8,9 menunjukkan bahwa masyarakat Dusun
Suwanting Desa Banyuroto Kecamatan
Dari hasil tabel 1 menunjukkan Sawangan yang menjadi responden lebih
bahwa responden mayoritas berjenis banyak responden pada kategori tingkat
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 129 kecemasan sedang yaitu 113 responden
responden (54,9%). Berdasarkan usia (48,1%).
mayoritas responden berusia 16-35 tahun Tabel 4.4 Asosiasi Kesiapsiagaan
dengan jumlah sebanyak 123 responden Bencana Tanah Longsor Dengan
(52,4%). Berdasarkan pekerjaan lebih Tingkat Kecemasan Pada
banyak responden yang bermata Masyarakat Dusun Suwanting Desa
pencaharian sebagai petani yaitu 134
responden (57,0%). Sedangkan
berdasarkan pendidikan terakhir lebih

Asosiasi Kesiapsiagaan Bencana Tanah Longsor Dengan Tingkat Kecemasan Pada 4


Masyarakat Dusun Suwanting Desa Banyuroto Kecamatan Sawangan
Banyuroto Kecamatan Sawangan responden yang mengikuti pelatihan
Kesia Tingkat Seda
Kecemasan Total r pv atau simulasi bencana tanah longsor.
psiag Ringa ng Berat al Dari keseluruhan responden terdapat 5
aan n u responden (2,1%) laki-laki yang siap
e siaga dalam menghadapi tanah longsor.
Menurut Lamba (2017) bahwa laki-laki
f % f % F9 % F % 0, 0,
4
lebih aktif dan ekspolatif. Sehingga
Belu 0 0 1 5 4 1 1 0
7 responden laki-laki lebih siap siaga
m 0 2 7 9 0 0
siap , , 0 6 0
dalam menghadapi bencana tanah
6 4 longsor dibanding responden
Kura 5 3 9 5 1 8 1 1 perempuan.
ng 9 5 5 6 4 , 6 0 Hasil pada penelitian ini mayoritas
siap , , 3 8 0 dari responden ada pada kelompok
1 5 kurang siap siaga dalam menghadapi
Ham 3 8 8 1 0 0 4 1 bencana tanah longsor yaitu responden
pir 5 1 8 3 0 yang berusia 16-35 tahun berjumlah 85
siap , , 0 responden (35,7%) selisih sedikit
4 6 dengan responden yang berusia 36-60
Siap 5 1 0 0 0 0 5 1 tahun yaitu sebanyak 84 responden
0 0 (35,7%). Sejalan dengan penelitian
0 0 yang dilakukan oleh Mamesah (2018)
9 1 bahwa semakin bertambahnya usia
Juml 4 4 5 9 2 2 ah 2 2 8 4 , 3 3 0 seseorang tidak membuat seseorang
, , , 8 , 5 0
tersebut siap siaga dalam menghadapi
1 1 3 7
bencana tanah longsor. Dalam
penelitian ini mayoritas responden
yang berusia 16-35 tahun memiliki
Hasil uji korelasi Kendal Tau’s kesepakatan dengan keluarga dimana
diperoleh p-value sebesar 0,000 (α= tempat untuk evakuasi ketika terjadi
0,05), maka dapat disimpulkan ada tanah longsor,dan juga responden yang
asosiasi yang bermakna antara berusia 16-35 memiliki alat komunikasi
kesiapsiagaan bencana tanah longsor untuk berkomunikasi dengan keluarga
dengan tingkat kecemasan pada seperi hp.
masyarakat dusun suwanting desa Gambaran Tingkat Kecemasan
banyuroto kecamatan sawangan. Masyarakat Yang Tinggal Di Daerah
Rawan Tanah Longsor Di Dusun
PEMBAHASAN Suwanting Desa Banyuroto Kecamatan
1. ANALISIS UNIVARIAT Sawangan
Gambaran Kesiapsiagaan Bencana Tabel 4.1 menunjukkan bahwa
Tanah Longsor pada Masyarakat responden yang berjenis kelamin
Dusun Suwanting Desa Banyuroto perempuan lebih mengalami kecemasan
Kecamatan Sawangan dibandingkan laki-laki, dengan hasil
Dalam penelitian ini mayoritas responden laki-laki lebih banyak masuk
responden dalam kategori kurang siap dalam kategori ringan dengan presentase
siaga menghadapi tanah longsor 25,1% (59 responden) dibandingkan
dikarenakan tidak ada early warning responden perempuan yaitu sebanyak 40
system atau sumber informasi responden (17,%) dan tingkat kecemasan
peringatan bencana dan juga tidak ada berat lebih banyak terjadi pada responden

Asosiasi Kesiapsiagaan Bencana Tanah Longsor Dengan Tingkat Kecemasan Pada 5


Masyarakat Dusun Suwanting Desa Banyuroto Kecamatan Sawangan
perempuan yaitu sebanyak 15 responden masyarakat dusun suwanting desa
(6,4%) sedangkan responden laki-laki lebih banyuroto kecamatan sawangan,
sedikit yaitu 8 responden (3,4%). artinya jika masyarakat semakin siap
Penelitian ini sejalan dengan penelitian siaga dalam menghadapi bencana tanah
yang dilakukan Mamesah (2018), menurut longsor maka tingkat kecemasan akan
penelitian Mamesah ringan.
(2018) bahwa Secara umum, perempuan Hasil uji statistik pada penelitian ini
telah diberikan peran sebagai caregiver menunjukkan bahwa keeratan asosiasi
yaitu peran yang dapat menyebabkan cukup kuat, dapat diartikan bahwa
peningkatan tingkat kecemasan setelah mayoritas responden yang tingkat
terjadinya bencana. Sebagai caregiver, kecemasan ringan adalah responden
perempuan bisa mengalami yang siap siaga dalam menghadapi
ketidakseimbangan dalam merawat anak- bencana tanah longsor.
anak dan rumah tangganya sehingga
terjadinya peningkatan kecemasan KESIMPULAN
Pada penelitian responden yang berusia 1. Hasil penelitian sebagian besar
36-60 tahun lebih cenderung mengalami responden masuk dalam kesiapsiagaan
tingkat kecemasan berat dibandingkan kategori kurang siap dengan jumlah
responden yang berusia 16-35 tahun yaitu sebanyak 168 responden (71,5%),
sebanyak 21 responden (9,0%). Mayoritas responden kelompok kesiapsiagaan
responden yang berusia 36-60 tidak belum siap 19 responden (8,1%),
memiliki kesepakatan dengan keluarga kelompok hampir siap 43 responden
mengenai tempat evakuasi ketika terjadi (18,3%) dan kelompok siap 5
tanah longsor dan juga tidak ada kesiapan responden (2,1%)
dalam menghadapi tanah longsor seperti 2. Hasil penelitian mayoritas dalam
mempersiapkan kotak P3k, dan alat kategori tingkat kecemasan sedang
komunikasi sehingga meningkatkan tingkat dengan responden sebanyak 113
kecemasan 2. ANALISIS BIVARIAT (48,1%), dalam kategori ringan 99
Asosiasi Kesiapsiagaan Bencana responden (42,1%) dan dalam kategori
Tanah Longsor Dengan Tingkat berat 23responden (9,8%)
Kecemasan Pada Masyarakat Dusun 3. Ada asosiasi yang bermakna antara
Suwanting Desa Banyuroto kesiapsiagaan bencana tanah longsor
Kecamatan Sawangan Hasil uji dengan tingkat kecemasan pada
korelasi Kendal Tau’s diperoleh p- masyarakat dusun suwanting desa
value sebesar 0,000 (α= 0,05), maka banyuroto kecamatan sawangan.
dapat disimpulkan ada asosiasi yang Dengan hasil korelasi nilaii r sebesar
bermakna antara kesiapsiagaan 0,476 arah korelasi negatif yang artinya
bencana tanah longsor dengan tingkat jika masyarakat semakin siap siaga
kecemasan pada masyarakat dusun dalam menghadapi bencana tanah
suwanting desa banyuroto kecamatan longsor maka tingkat kecemasan akan
sawangan ringan.
Hasil uji statistik dengan SARAN
menggunakan uji korelasi Kendall 1. Bagi Masyarakat
Tau’s diperoleh nilai r sebesar -0,476. Diharapkan masyarakat
Hasil uji statistik ini menunjukkan mempersiapkan diri dengan cara
adanya hubungan negatif antara menyediakan alat komunikasi, kotak
kesiapsiagaan bencana tanah longsor P3K, mnum dan minuman untuk siaga
dengan tingkat kecemasan pada

Asosiasi Kesiapsiagaan Bencana Tanah Longsor Dengan Tingkat Kecemasan Pada 6


Masyarakat Dusun Suwanting Desa Banyuroto Kecamatan Sawangan
bencana. Dan juga diharapkan Christady, H. H. (2012) Tanah Longsor
masyarakat dapat meningkatkan dan Erosi. Yogyakarta: Gajah
kesiapsiagaan dalam menghadapi Mada University Press.
bencana tanah longsor dengan cara
mengikuti pelatihan atau simulasi yang David, L. (2018) ‘Gambaran Tingkat
di selenggarakan oleh pemerintah, Kecemasan pada Warga yang
mencari informasi mengenai Tinggal di Daerah Rawan Longsor
kesiapsiagaan bencana tanah longsor di Kelurahan Ranomuut Kota
supaya menurunkan angka kecemasan, Manado’, 2, pp. 141–144.
sehingga dapat mengurangi dampak
dari bencana tanah longsor Direja, A. H. S. (2011) Buku Ajar Asuhan
2. Bagi Pemerintah Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Diharapkan pemerintah dapat Nuha Medika.
memfasilitasi masyarakat untuk
Dodon (2013) ‘Indikator dan Perilaku
meningkatkan kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan Masyarakat
masyarakat dalam menghadapi tanah
di Permukiman Padat
longsor, dengan mengadakan seminar
Penduduk Dalam Antisipasi
atau simulasi dengan bekerja sama
Berbagai Fase Bencana Banjir’, 24,
dengan badan penanggulangan bencana
pp. 125–140.
daerah, atau melibatkan masyarakat
dalam menanggulangi bencana tanah Ferri, R. (2019) ‘BPBD
longsor, missal penanaman pohon. Kabupaten Magelang :Tanah
Longsor dan Angin
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Kencang Mengintai di
Diharapkan untuk peneliti Musim Hujan’, TribunJogja.com.
selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
mengenai upaya yang efektif untuk Fiaka, A. D. (2015) ‘Hubungan Tingkat
meningkatkan kesiapsiagaan bencana Kecemasan dengan
tanah longsor sehingga dapat Kejadian Insomnia pada Lanjut
menurunkan tingkat kecemasan pada Usia di Posyandu Lansia
masyarakat. Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto
Kasihan Bantul Yogyakarta’.
DAFTAR PUSTAKA Adiwijaya, C.
(2017) ‘Pengaruh Pngetahuan Herdwiyanti, F. and Sudaryo (2013)
Kebencanaan dan Sikap Masyarakat ‘Perbedaan Kesiapsiagaan
Terhadap Kesiapsiagaan Menghadapi Menghadapi Bencana Ditinjau dari
Bencana Tanah Longsor (Studi di Tingkat Slf-Efficacy pada Anak
Kelurahan Lawanggintung, Usia Sekolah Dasar di Daerah
Kecamatan Bogor Selatan, Kota Dampak Bencana Gunung Kelud’,
Bogor)’, Jurnal Prodi Manajemen Psikologi Kepribadian, pp. 1–7.
Bencana, 3(2), pp. 81–101.
Hidayat, A. (2010) Metode Penelitian
Budiman and Riyanto, A. (2014) Kapita Kesehatan Paradigma Kuantitatif.
Selekta Kuesioner Jakarta: Heath Books.
Pengetahuan dan Sikap
dalam Penelitian Kesehatan. Kumoro, R. S. (2013) ‘Kesiapsiagaan
Jakarta: Salemba Medika. Masyarakat Dalam Menghadapi
Bencana Banjir di Desa

Asosiasi Kesiapsiagaan Bencana Tanah Longsor Dengan Tingkat Kecemasan Pada 7


Masyarakat Dusun Suwanting Desa Banyuroto Kecamatan Sawangan
Langenharjo Kecamatan Grogol Suliswati (2014) Konsep Dasar
Kabupaten Sukoharjo’, Ilmu Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Pendidikan Universitas Jakarta: EGC.
Muhamadiyah Surakarta.
Susanto, N. dan Putranto, T. T. (2016)
Lamba, C. T., Munayang, H. and Kandou, ‘Analisis Level Kesiapan Warga
L. F. J. (2017) ‘Gambaran Tingkat Menghadapi Potensi Bencana
Kecemasan pada Warga yang Longsor Kota Semarang’, 37(2),
Tinggal di Daerah Rawan Banjir pp. 54–58. doi:
Khususnya Warga di Kelurahan 10.14710/teknik.v37n2.9815.
Tikala Ares Kota Manado’,
eCliniC, 5(1), pp. 141–144. doi: Wawan, A. dan M, D. (2010) Teori &
10.35790/ecl.5.1.2017.15526. Pengukuran Pengetahuan, Sikap,
dan Perilaku Manusia.
Mamesah, N. F. A., Opod, H. and David, Yogyakarta: Nuha Medika.
L. (2018) ‘Gambaran
Tingkat Kecemasan pada Weni, Zuryanti. (2020).
Warga yang Tinggal di Daerah Hubungan Kesiapsiagaan
Rawan Longsor di Kelurahan Bencana Dengan Stres,
Ranomuut Kota Ansietas dan Depresi
Masyarakat Di Daerah Zona Merah
Manado’, Jurnal e-Biomedik (eBm),
Kecamatan Padang Barat Tahun
6, p. 2.
2020. Universitas Andalas
Manurung, N. (2016) Terapi Reminiscence
Wulan, A. (2010) ‘Dampak Bencana’,
‘ Solusi Pendekatan sebagai upaya
Universitas Muhammadiyah
tindakan keperawatan dalam
Surakarta, (2006), pp. 5–18.
menurunkan kecemasan, stress dan
depresi’. Jakarta: Cv Trans Info Yazid, Y. (2012) ‘Hubungan Tingkat
Media. Kesiapsiagaan Keluarga
Menghadapi Gempa dan Tsunami
Mundakir (2009) ‘Dampak Psikososial
dengan Tingkat Kecemasan Kepala
Literatur’. Nandi (2009) ‘Buku
Keluarga di Kelurahan Kecamatan
Tanah Longsor’, in. Bandung: FPIPS_ UPI. Padang Barat’
Notoatmodjo (2012) Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.

Nurjanah and Dkk (2013) Managemen


Bencana. Bandung: Alfabeta.

Rendika (2019) ‘Bencana Menerjang 17


Titik di Kabupaten Magelang, Dua
Orang Meninggal Dunia’,
TribunJateng.

Stuart, G. W. (2013) Keperawatan Jiwa.


5th edn. Jakarta: EGC.

Asosiasi Kesiapsiagaan Bencana Tanah Longsor Dengan Tingkat Kecemasan Pada 8


Masyarakat Dusun Suwanting Desa Banyuroto Kecamatan Sawangan

You might also like